RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI AMBANG BATAS DAN PEMBERSIH GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DIDALAM RUANGAN DENGAN SENSOR TGS 2442 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Hendri Saputra, ST.1, Dr. Wahyu Kusuma Raharja.2, Moch. Karyadi, ST.,MT.3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424 1 e-mail: [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] ABSTRAKSI Rangkaian pendeteksi ambang batas dan pembersih gas karbon monoksida menggunakan sensor TGS2442 berbasis mikrokontroler AT89S51 merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi gas karbon monoksida didalam ruangan serta memberikan 3 kondisi keaadaan didalam ruangan tersebut yaitu, keadaan aman, waspada, dan bahaya dengan indikator LED dan keadaan ditentukan oleh banyaknya kadar gas yang diterima oleh sensor serta digunakan 7 segment untuk menampilkan level dari kondisi ruangan tersebut. Pada saat kondisi bahaya maka alarm akan berbunyi. Dan untuk membersihkan ruangan dari gas karbon monoksida digunakan fan untuk membuang gas karbon monoksida dari dalam ruangan. Tujuannya untuk memberikan peringatan pada orang didalam ruangan tersebut dan membersihkan ruangan tersebut dari gas karbon monoksida. Adapun alat ini terdiri dari beberapa blok rangkaian, yaitu blok catu daya dengan keluaran tegangan 5V dan 12V, blok sensor TGS2442 sebagai input, blok analog to digital converter dengan menggunakan ADC0804, blok control dengan menggunakan AT89S51 dan blok output dengan menggunakan LED, 7 segment, fan, dan buzzer. Pengontrolan rangkaian ini ketika kondisi awal yaitu tidaka ada gas maka 7 segment menampilkan angka 0 dan kemudian jika sensor mendeteksi adanya gas karbon monoksida maka 7 segment akan menampilkan angka 1 sampai 9 tergantung banyaknya kadar gas pada ruangan tersebut serta diikuti dengan nyala LED, fan, dan buzzer. Jika sensor sudah tidak mendeteksi gas karbon monoksida maka 7 segment akan kembali ke angka 0. Tanggal Pembuatan: 14 Maret 2012 1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah kendaraan bermotor kian hari kian meningkat, terutama di kota – kota besar yang menyebabkan udara di kota – kota besar tercemar polusi asap kendaraan bermotor ditambah lagi asap dari industri – industri besar serta asap rokok. Asap yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, industri, serta rokok banyak mengandung gas karbon monoksida (CO) yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainlain.[5] Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) : Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin) Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin) Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya. Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap.[5] Gas CO sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak berbau, berat jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya karena bereaksi dengan haemoglobin darah membentuk Carboxy haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke sel- sel tubuh terhalangi, sehingga gejala keracunan sesak nafas dan penderita pucat.[5]. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Catu Daya[3] Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh supply arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. IC Regulator [4] IC regulator adalah IC yang digunakan sebagai penstabil tegangan. IC regulator ini dapat memberikan tegangan keluaran yang dikehendaki walaupun tegangan dan arus masukan lebih besar. Regulator arus keluaran lebih dari 1Ampere, pengamanan pembebanan lebih termik secara internal, tidak diperlukan komponen eksternal tambahan, ada pengamanan daerah aman untuk transistor keluaran, pembatas arus hubung singkat internal. 2.2 2.3 Sensor[10] Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. 2.3.1 Sensor TGS2442 TGS2442 adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gas karbon monoksida (CO). TGS2442 menggunakan struktur multilayer sensor. Dengan keberadaan CO, sensor konduktivitas meningkat tergantung pada konsentrasi gas di udara. Fitur-fitur yang terdapat pada sensor TGS2442 adalah sedikit mengkonsumsi daya, Sensitifitas yang tinggi terhadap kandungan CO, Ukuran yang minimalis, sensitifitas yang rendah terhadap kandungan uap alcohol, harga yang terjangkau dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama, dan ketergantungan tehadap kelembaban yang rendah. Karbon Monoksida (CO) [5] Karbonmonoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu 2.4 dibawah -129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. ADC 0804[10] ADC digunakan untuk mengubah masukan analog menjadi keluaran digital. ADC 0804 salah satu tipe ADC dengan jenis converse successive approximation dengan model yang terintegrasi kedalam sebuah chip sehingga memudahkan perancangan dan lebih ringkas 2.5 serial full duplex, dua timer/counter 16 bit dan sebuah osilator internal dan rangkaian pewaktu. Mikrokontroler ini memiliki 40 konfigurasi pin. Fungsi dari tiap – tiap dapat dikelompokkan menjadi sumber tegangan, kristal, kontrol, dan inputoutput. Bahasa Assembly [1] Bahasa assembly memerlukan program assembler untuk mengkonversi instruksi-instruksi ke dalam bahasa mesin. Format penulisan program dalam bahasa assembly adalah sebagai berikut, Label: mnemonic operand1, [operand2] ; komentar Contoh penulisan program adalah sebagai berikut, Mulai: MOV A, R1 ; kopi isi R1 ke A MOV R1, R2 ; kopi isi R2 ke R1 2.7 Light Emiting Diode (LED) [6] LED (Light Emitting Diode) atau dioda pemancar cahaya adalah dioda semikonduktor yang memancarkan cahaya jika dibias maju. Berbagai bahan telah digunakan dalam pembentukan bahan tipe-P dan tipe-N untuk sambungan dioda. Salah satu pembuat alat ini menggunakan gallium arsenida dan gallium alumunium arsenida untuk bahan sambungannya. Sambungan yang dibuat dari bahan ini memancarkan cahaya infra merah. Bahan lain yang berbeda digunakan untuk memancarkan cahaya warna lain seperti hijau atau kuning. Jika LED dibias maju maka arus bias akan menyebabkan diinjeksikannya elektron ke dalam bahan tipe-P dan lubang diinjeksikan ke dalam bahan tipeN. Dinyatakan dalam tingkat energi, elektron bebas berada pada tingkat yang lebih tinggi dari pada lubang. Jika elektron bebas bergerak melalui daerah dekat sambungan, mereka bergabung kembali dengan lubang. Dalam proses 2.8 Gambar 2.1 Konfigurasi Pin ADC0804 Mikrokontroler AT89S51 [2] Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu jenis Mikrokontroler CMOS 8 bit yang memiliki performa yang tinggi dengan disipasi daya yang rendah, cocok dengan produk MCS-51. Kemudian memiliki sistem pemograman kembali Flash Memori 4 Kbyte dengan daya tahan 1000 kali write/erase. Disamping itu terdapat RAM Internal dengan kapasitas128 x 8 bit. Dan frekuensi pengoperasian hingga 24 MHz. Mikrokontroller ini juga memiliki 32 port I/O yang terbagi menjadi 4 buah port dengan 8 jalur I/O, kemudian terdapat pula Sebuah port serial dengan kontrol 2.6 penggabungan kembali ini, energi dilepas, sebagian dalam bentuk cahaya sangat rendah, yakni kurang dari satu persen. Penampil 7 Segmen [9] Seven segment led terdiri dari tujuah buah led yang disusun sedemikian rupa sehingga jika segmen-segmen tertentu yang dinyalakan dapat terbentuk angka desimal 0-9. Tujuh-segmen mempunyai dua jenis yang disebut Common Anoda (CA) dan Common Catoda (CC) yang perbedaannya untuk Common Anoda LED akan menyala apabila diberikan nilai logika rendah (aktif low) sedangkan Common Catoda (CC) sebaliknya yaitu bila diberikan nilai logika tinggi pada masukannya (aktif high). 2.9 2.10 Buzzer[10] Buzzer atau sering disebut pengeras suara adalah komponen elektronika yang mampu mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara. Proses mengubah sinyal ini dilakukan dengan cara menggerakkan komponennya yang berbentuk selaput. 2.11 Motor DC[7] Motor DC banyak digunakan sebagai penggerak dalam berbagai peralatan, baik kecil maupun besar, lambat maupun cepat. Ia juga banyak dipakai karena dapat disesuaikan untuk secara ideal menerima pulsa digital untuk kendali kecepatan. Cara pengendalian motor DC ini bisa secara PWM. Motor DC berputar sebagai hasil saling interaksi dua medan magnet. Interaksi ini terjadi disebabkan arus yang mengalir pada kumparan. 2.12 PWM [7] Metode Pulse Width Modulation (PWM) adalah metode yang cukup efektif untuk mengendalikan kecepatan motor DC. PWM ini bekerja dengan cara membuat gelombang persegi yang memiliki perbandingan pulsa high terhadap pulsa low yang telah tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga 100%. Gelombang persegi ini memiliki frekuensi tetap (biasanya max 10 KHz) namun lebar pulsa high dan low dalam 1 periode yang akan diatur. Perbandingan pulsa high terhadap low ini akan menentukan jumlah daya yang diberikan ke motor DC. 3. PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat ini terdiri dari beberapa blok rangkaian yang disusun menjadi satu sistem pendeteksi ambang batas level kadar dan pembersih gas CO dalam ruangan. Setiap blok rangkaian memiliki fungsi yang berbeda – beda namun saling berinteraksi untuk dapat bekerja dengan baik. 3.1 Rangkaian Power Supply Adaptor ( PSA ) Rangkaian ini berfungsi untuk memberikan supply tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke Fan dan modul mikrokontroler. Trafo yang digunakan adalah trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 15 volt AC. 3.2 Rangkaian Sensor TGS2442 Sensor TGS2442 digunakan untuk mendeteksi kandungan gas karbonmonoksida (CO) pada udara di dalam ruangan. Output tegangan (Vout) dari sensor TGS 2442 digunakan sebagai inputan ADC0804 berupa tegangan analog untuk diubah menjadi tegangan digital yang akan diproses oleh mikrokontroler AT89S51. Sensor ini mempunyai nilai resistansi Rs yang akan berubah bila terkena gas dan juga mempunyai sebuah pemanas (heater) yang digunakan untuk membersihkan ruangan sensor dari kontaminasi udara luar. Jika kadar gas CO meningkat didalam ruangan maka nilai resistansi Rs akan mengecil dan sebaliknya jika kandungan gas CO didalam ruangan tidak ada atau sedikit maka nilai resistansi Rs membesar. 3.3 Rangkaian ADC0804 Rangkaian ADC0804 digunakan untuk mengkonversi data analog yang dikeluarkan oleh sensor TGS2442 menjadi data digital agar dapat diproses oleh mikrokontroler AT89S51. ADC0804 mempunyai resolusi 8 bit pada keluarannya. Pin 11 sampai 18 ( keluaran digital ) adalah keluaran tiga keadaan, yang dapat dihubungkan langsung dengan bus data bilamana diperlukan. Apabila CS ( pin 1 ) atau RD (pin2) dalam keadaan high (“1”), pin 11 sampai 18 akan mengambang ( high impedanze ), apabila CS dan RD rendah keduanya, keluaran digital akan muncul pada saluran keluaran. Sinyal mulai konversi pada WR (pin 3). Untuk memulai suatu konversi, CS harus rendah. Bilamana WR menjadi rendah, konverter akam mengalami reset, dan ketika WR kembali kepada keadaan high, konversi segera dimulai. Konversi detak konverter harus terletak dalam daereh frekuensi 100 sampai 800kHz. CLK IN ( pin 4) dapat diturunkan dari detak mikrokontroller, sebagai kemungkinan lain, kita dapat mempergunakan pembangkit clock internal dengan memasang rangkaian RC antara CLN IN ( pin 4) dan CLK R ( pin 19). Pin 5 adalah saluran yang digunakan untuk INTR, sinyal selesai konversi. INTR akan menjadi tinggi pada saat memulai konversi, dan akan aktiv rendah bila konversi telah selesai. Pin 6 dan 7 adalah masukan diferensial bagi sinyal analog. A/D ini mempunyai dua ground, A GND (pin 8) dan D GND (pin10). Kedua pin ini harus dihubungkan dengan ground. Pin 20 harus dihubungkan dengan catu daya +5V. 3.4 Rangkaian Mikrokontroler Rangkaian mikrokontroller AT89S51 ini merupakan sistem kontrol yang mengatur fungsi kerja sistem pengukuran. Dalam penelitian ini, mikrokontroler digunakan sebagai sistem kontrol input dan output saja. Input (masukan) pada rangkaian sistem kontrol ini dihubungkan dengan sensor TGS2442. 3.5 Rangkaian Pengendali Fan Rangkaian ini menggunakan IC driver L293D yang berfungsi mengendalikan kecepatan kipas menggunakan teknik PWM (Pulse Width Modulation) dan mengatur arah putarannya yang dikontrol oleh mikrokontroler AT89S51. Pada ic L293D terdapat 2 vcc, vcc1 digunakan untuk mengaktifkan ic dan vcc2 digunakan untuk mengaktifkan kipas. Pada saat sensor mendeteksi gas CO maka output dari sensor dikirim ke ADC0804 untuk dikonversi menjadi bilangan digital. Setelah data dikonversi akan diproses oleh mikrokontroler dan kemudian mikrokontroler akan mengaktifkan kipas dengan teknik pwm yang dikirimkan melalui port 0.0 dan masuk pada kaki enable ic L293D. 3.6 Rangkaian LED LED merupakan salah satu output dari output dari sistem yang merepresentasikan tiga keadaan, yaitu aman, waspada, dan bahaya. Rangkaian led ini menggunakan aktif low, yaitu led akan aktif apabila output dari mikrokontroler bernilai 0 dan led akan memancarkan cahaya. Nyala dan matinya led tergantung dari input sensor dan program pada mikrokontroler. 3.7 Rangkaian 7 Segment Rangkaian 7 segment yang digunakan adalah 7 segment common anoda, dimana kaki common pada display 7 segment dihubungkan ke vcc +5v. Dan 7 segment ini akan aktif apabila diberi logika low (0). Pada rangkaian 7 segment ini digunakan ic decoder 74LS47 yang berfungsi untuk mengubah kode biner menjadi display pada 7 segment dalam bentuk bilangan desimal. 3.8 Rangkaian Buzzer Buzzer yang digunakan adalah buzzer 5V. Buzzer ini menggunakan aktif low, yaitu akan aktif jika output pada mikrokontroler bernilai 0. Buzzer ini digunakan sebagai alarm untuk menandakan bahwa kadar gas CO sudah mencapai level bahaya. 3.9 Flowchart Program Pada pembuatan alat ini dibutuhkan program untuk mengendalikan semua proses kerja dari alat ini. Untuk memudahkan pembuatan program diperlukan flowchart. Gambar 3.1 Flowchart Program 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji coba alat ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua rangkaian berfungsi dengan baik atau tidak. Tabel 4.2 Pengujian Sensor TGS2442 Pada Saat Udara Bersih Pengambilan Output data ke- Sensor (V) 1 0.82 Tidak ada gas 2 0.85 Tidak ada gas 3 0.85 Tidak ada gas 4 0.84 Tidak ada gas 5 0.85 Tidak ada gas Rata-rata 0.84 Tidak ada gas 4.1 Rangkaian Power Supply Adaptor (PSA) Pengujian power supply ini bertujuan untuk mengetahui apakah output dari power supply sesuai dengan yang diinginkan atau tidak, yaitu sebesar 5 volt dan 12 volt yang digunakan untuk mensuplai setiap rangkaian pada alat ini. Tabel 4.1 merupakan hasil pengujian tegangan pada power supply. Tabel 4.1 Hasil Pengujian Tegangan Pada Power Supply Keterangan Tabel 4.3 Pengujian Sensor TGS2442 Pada Saat Pengambilan data ke- Titik A (V) Titik B (V) Titik C (V) Titik D (V) Pengambilan Output 1 13.36 15.67 12.06 5.03 data ke- Sensor (V) 2 13.35 15.67 12.05 5.03 1 1.15 Ada gas 3 13.35 15.68 12.05 5.03 2 1.31 Ada gas 3 1.54 Ada gas 4 13.36 15.67 12.05 5.03 4 1.90 Ada gas 5 13.35 15.68 12.05 5.03 5 2.11 Ada gas Rata-rata 13.35 15.67 12.05 5.03 4.2 Rangkaian Sensor TGS2442 Pengujian sensor TGS2442 bertujuan untuk mengetahui apakah sensor dapat mendeteksi gas karbon monoksida atau tidak. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan asap rokok di sekitar sensor dan mengukur tegangan outputnya. Pengukuran menggunakan multimeter digital agar data lebih akurat. Pengambilan data dilakukan pada 2 keaadaan, yaitu pada saat tidak terdapat gas CO dan pada saat terdapat gas CO. Terdapat Gas CO Keterangan Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa sensor TGS2442 sangat peka terhadap gas karbon monoksida. Dapat kita lihat bahwa sensor bekerja dengan baik, hal ini ditunjukan dari kenaikan tegangan pada output sensor setiap kali menambahkan asap rokok. Sensor TGS2442 memili range pembacaan kadar gas karbon monoksida dari 30 ppm – 1000 ppm. 4.3 Rangkaian ADC0804 Pengujian rangkaian ADC dilakukan dengan cara memberikan inputan berupa tegangan variabel dari power supply dan megukur tegangan pada kaki output menggunakan multimeter digital. Ouput pada ADC0804 ini berupa tegangan yang merepresentasikan bilangan biner 0 dan 1. Tegangan referensi yang digunakan pada rangkaian ADC ini adalah 2,5 volt sehingga masukan analog maksimal 5 volt. 4.4 Rangkaian Mikrokontroler Pengujian rangkaian mikro kontroler dilakukan untuk melihat apakah port – port pada mikrokontroler AT89S51 bekerja dengan baik. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan perintah menggunakan bahasa assembler seperti dibawah ini dan mengukur tegangan pada kaki – kaki port mikrokontroler menggunakan multimeter digital : #include <sfr51.inc> org 00h start : mov P0,#ffh mov P1,#ffh mov P2,#ffh mov P3,#ffh sjmp start end 4.5 Rangkaian LED Untuk indikator LED diperlukan tegangan 5V yang terhubung pada tiap – tiap kaki positif dari LED. LED akan aktif jika diberi tegangan 0V, tegangan 0V dihasilkan dari keluaran mikrokontroler. Percobaan ini menggunakan mikrokontroler untuk memberikan tegangan kepada LED dan tegangan diukur menggunakan multimeter digital. 4.6 Rangkaian Buzzer Pada alat ini buzzer berfungsi sebagai alarm pada saat kadar gas sudah mencapai level bahaya. Pengujian bertujuan untuk mengetahui apakah buzzer berfungsi dengan baik atau tidak. Buzzer yang digunakan adalah buzzer 5V, yaitu akan aktif bila diberi tegangan 5V. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan buzzer ke salah satu port mikrokontroler yang mempunyai nilai tegangan tertentu 4.7 Rangkaian Fan Fan akan berputar jika salah satu input diberikan tegangan 5V dan input yang lainnya diberi tegangan 0V. Arah putaran fan dapat diatur dengan cara membalik tegangan yang masuk pada input 1 dan input 2. Fan yang digunakan pada alat ini diatur dengan arah putaran searah jarum jam untuk membuang gas co dari dalam ruangan dengan cara memberikan tegangan 5V pada input 1 dan tegangan 0V pada input 2. Setelah dilakukan pengujian ternyata rangkaian fan ini dapat bekerja dengan baik dan fan dapat berputar searah jarum jam. 4.7.1 Ujicoba PWM di Mikrokontroler Dalam mikrokontroler dikenal istilah Machine Cycle (siklus mesin). Mikrokontroler pada alat ini menggunakan oscillator 12MHz sehingga 1 machine cycle pada mikrokontroler ini membutuhkan waktu : 1 Machine Cycle = 6 state = 12 periode clock Frekuensi crystal yang digunakan adalah 12 MHz maka 1 MC = 12/frekuensi crystal = 12/12 MHz =1uS Jadi 1 machine cycle pada alat ini membutuhkan waktu 1uS. Frekuensi yang digunakan untuk PWM pada alat ini adalah 200 Hz, sehingga 1 siklus PWM membutuhkan waktu : T = 1/f T = 1/200 = 5 mS = 5000 uS Dimana, T = Perioda f = frekuensi Jadi waktu yang dibutuhkan untuk 1 siklus PWM adalah 5000 uS. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan PWM dengan duty cycle 20% adalah : 20% x 5000 uS = 1000 uS (waktu untuk pulsa high) 5000 uS – 1000 uS = 4000 uS (waktu untuk pulsa low) Pada program menggunakan timer 0 mode 1, yaitu timer 16 bit. Register TH0 dan TL0 masing-masing berfungsi sebagai counter 8 bit sehingga nilai maksimalnya adalah : 216 = 65535d atau FFFFh. Karena pulsa high membutuhkan waktu 1000 uS maka nilai TH0 dan TL0 adalah : T = (65535-TH0TL0) x 1uS TH0TL0 = 65535 - (1000uS/1uS) TH0TL0 = 65535 – 1000 TH0TL0 = 64535d = FC17h Jadi TH0 = FCh dan TL0 = 17h 4.7.2 Uji Coba PWM Pada Driver L293D Pada uji coba ini akan dilihat pengaruh PWM terhadap output driver L293D. Uji coba ini akan mengukur tegangan output pada driver L293D dengan menggunakan multimeter digital. Kaki ENABLE 1 pada driver L293D dihubungkan ke port 0.0 mikrokontroler kemudian akan diukur tegangan output pada kaki 1Y dan 2Y pada driver L293D. Sedangkan kaki 1A dihubungkan ke VCC dan kaki 2A dihubungkan ke Ground agar fan berputar searah jarum jam. VCC 1 pada driver L293D berfungsi untuk mengaktifkan driver sedangkan VCC 2 berfungsi untuk mensuplai tegangan ke fan. Untuk pulsa low membutuhkan waktu 4000 uS maka nilai TH0 dan TL0 adalah : T = (65535-TH0TL0) x 1uS TH0TL0 = 65535 - (4000uS/1uS) TH0TL0 = 65535 – 4000 TH0TL0 = 61535d = F05Fh Jadi TH0 = F0h dan TL0 = 5Fh 4.8 Berikut adalah gambar pulsa PWM dengan duty cycle 20% yang dilihat menggunakan osiloscope pada port 0.0 mikrokontroler. Rangkaian 7 Segment Pada blok penampil terdapat IC 74LS47 yang berfungsi sebagai decoder yang dihubungkan dengan 7 segmen untuk ditampilkan kedalam bentuk visual yang dapat dimengerti oleh manusia. 7 segmen yang digunakan adalah jenis common anoda, yaitu bekerja pada kondisi low. Pengujian dilakukan dengan cara menghubungkan kaki input ic 74LS47 dengan mikrokontroler dan memberikan variasi tegangan pada kaki input ic 74LS47 sesuai dengan tabel kebenaran ic 74LS47 agar dapat menampilkan bilangan desimal yang kita inginkan. 5. 5.1 Gambar 4.1 PWM Dengan Duty Cycle 20% PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan alat ini adalah bahwa alat ini sudah dapat bekerja dengan baik sesuai dengan kondisi yang ditentukan. Alat ini merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendeteksi gas karbon monoksida namun pada alat ini menunjukkan 3 tingkatan status keadaan, yaitu aman, waspada, dan bahaya yang menggunakan indikator led warna hijau, kuning, dan merah sesuai dengan banyaknya kadar gas pada suatu ruangan. Alat ini tidak dapat mendeteksi gas selain gas karbon monoksida (co) karena sensor TGS2442 hanya sensitif terhadap gas co. Alat ini mempunyai sensor TGS2442 sebagai input dan 7 segment, fan, led, buzzer sebagai output serta dikontrol oleh mikrokontroler AT89S51 dan ADC0804 sebagai pengubah output sensor dari analog menjadi digital. Di dalam alat ini juga diterapkan teknik PWM untuk mengendalikan kecepatan putaran fan agar dapat menyesuaikan dengan kadar gas co yang diterima oleh sensor. Saran Penggunaan sensor TGS2442 untuk mendeteksi gas co pada alat ini memiliki respon yang masih sedikit lambat, untuk itu perlu digunakan sensor yang memiliki respon lebih cepat terhadap gas co agar hasil yang didapat lebih akurat. Untuk pengembangan alat ini dapat ditambahkan LCD sebagai penampil jumlah kadar gas dan dapat menggunakan ADC0809 sebagai pengkonversi analog ke digital karena memiliki kinerja yang lebih baik dari ADC0804 dan noise yang lebih sedikit. [5] [6] [7] 5.2 DAFTAR PUSTAKA [1] Agfianto Eko Putra, Belajar Mikrokontroller AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi), Edisi Kedua, Gava Media, Yogyakarta, 2004. [2] Andi Nalwan Paulus, Teknik Pemrograman Dan Antarmuka Mikrokontroler AT89C51, Edisi Pertama, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003. [3] Sugiarto, Tugas Akhir: “Robot Pengikut Garis Berbasis Mikrokontroler AT89S51 (Line Follower Robot)”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, 2009. [4] Tim Asisten Laboratorium Elektronika, Tutorial Praktikum [8] [9] [10] [11] [12] [13] Analog, Universitas Gunadarma, Depok, 2006. _____, Karbondioksida Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, http://www.chemistry.org/artikel_kimia/kimia_lingk ungan/karbonmonoksida-dandampaknya-terhadap kesehatan/ ( 11/08/2011) _____, LED, http://en.wikipedia.org/wiki/LED (18/09/2011). _____, Pengendalian Motor DC PWM, http://www.mikron123.com/index. php/Aplik- asiMotor/Pengendalian-Motor-DCPWM.html (27/07/2011). _____, Pulse Width Modulation, http://www.mytutorialcafe.com/mi krokontroller%20bab15%20pwm.htm (11/08/2011). _____, Seven Segment, http://en.wikipedia.org.wiki/seven segment (18/09/2011). _____, http://elib.unikom.ac.id/download.p hp?id=61257 (02/11/2011). _____, Datasheet ADC0804, http://www.datasheetcatalog.org/da tasheet/intersil/fn30- 94.pdf (27/07/2011) _____, Datasheet AT89S51, http://www.keil.com/dd/docs/datas hts/atmel/at89s51_ds-.pdf (11/08/2011). _____, Datasheet L293D, http://www.datasheetcatalog.org/da tasheet/texasinstrumen ts/l293d.pdf (02/11/2011). [14] _____, Datasheet TGS2442, http://www.datasheetarchive.com/T GS2442datasheet.ht- ml (11/08/2011). [15] _____, Datasheet 74LS47, http://www.datasheetcatalog.org/da tasheets/70/375646_D- S.pdf (06/11/2011).