BAB I PENDAHULUAN

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era tekhnologi yang semakin pesat merubah wajah Indonesia menjadi lahan bisnis
menggiurkan. Hal ini mendorong transaksi jual-beli dalam berbagai sektor bisnis, tidak hanya
domestik namun juga dalam pasar internasional. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal memberikan pengertian tentang Pasar Modal yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek. Menurut Pasal 1 UUPM Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud
dengan Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrakberjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek (Ang, 1997).
Pasar modal adalah salah satu contoh dan bukti kemajuan tekhnologi yang mampu
memperluas aspek bisnis suatu perusahaan, mulai dari Ilmu pengetahuan, hingga bidang
ekonomoni itu sendiri, Menurut (Agus Sartono, 2010)pasar modal adalah tempat terjadinya
transaksi asset keuangan jangka panjang atau long term financial asset. Jenis surat berharga
yang diperjual belikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Melalui
kegiatan pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana dari para investor untuk
membiayai kegiatan operasional dan tentunya perluasan usaha.
Pasar modal (capitalmarket) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjangdalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun
(Anandhita Gede, 2012). Menurut Nursandari (2015) pasar modal merupakan salah satu
2
alternatif pilihan investasi jangka panjang diantara berbagai alternatif investasi lainnya bagi
perusahaan. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal pada
perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau perlengkapan-perlengkapan produksi
untuk menambah kemampuan memproduksi barang atau jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk
menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Mulyadi, 2001). Instrumen investasi di pasar
modal yang paling popular saat ini adalah saham (stock). Saham adalah tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji
dan Fakhruddin, 2001).
Dalam aktivitas investasi saham di pasar modal, para investor memiliki harapan dari
investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa dividen dan capital gain. Investor
mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk
mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen
(dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya
(capital gain). Hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat
meningkatkan
kepercayaan
investor
terhadap
perusahaan,
sehingga
mengurangi
ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan.
Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai
macam pertimbangan antara lain; perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang
mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat
pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan
faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen (Brigham dan Gapenski, 1996).
Menurut (Noor Hadi,2013), Investor merupakan pihak yang rasional, sehingga pilihan
investasi oleh investor akan memperhitungkan expected return yang akan diterima. Return
3
tersebut yang dimaksud adalah dividen dan capital gain. Khusus mengenai dividen,
merupakan keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang bersumber dari
kemampuan emiten mencetak laba bersih dari operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah
pendapatan bersih setelah pajak (net income after tax). Dividen adalah distribusi yang bisa
berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan kepada
pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh
pemilik (Jensen et al., 1992).
Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang (Sartono, 2010),
dan Wiagustini (2010) mengungkapkan, kebijakan dividen menyangkut keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk
kas dividen dan pembelian kembali saham atau laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk
laba ditahan guna pembelanjaan investasi di masa datang. Prosentase dari laba yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut DividendPayout Ratio
(Andriyani, 2008). Dividen Payout Ratio menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai
sumber pendanaan untuk pembayaran dividen.
Hal ini menjadi unik karena setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan
bagi perusahaan tersebut, dan dapat membagikan dividen kepada pemegang saham, namun
disisi lain kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab jika makin tinggi tingkat dividen
dibayarkan, semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya akan menghambat
tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya (Linda
Sitompul, 2012). Manajemen lebih suka memperlakukannya sebagai laba ditahan, kecuali
mengetahui bahwa dana tersebut tidak memberikan net present value (NPV) yang positif
4
pada tambahan investasi.
Pembayaran Dividen menurut Noor Hadi (2013) dibagi menjadi dua jenis yakni
Dividen Tunai (cash dividend), Dividen Saham (stock dividend). Dividen yang dibayarkan
perseroan dalam bentuk uang tunai. Nilai dividen tunai sebesar nilai yang dibayarkan emiten
atau diterima oleh pemegang saham. Bagi direksi, pembagian dividen tunai harus
memperhitungkan tingkat likuiditas perusahaan, mengingat dividen ini pasti mengurangi
tingkat likuiditas perseroan.
Adapun informasi keuangan yang disampaikan antara lain: informasi profitabilitas, likuiditas,
aktivitas. Profitabilitas merupakan salah satu indikator penting untuk menilai suatu
perusahaan. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumbersumber yang dimilikinya
Perusahaan yang mampu membagi dividen kas dianggap sebagai perusahaan yang
liquit, hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham. Salah satu rasio yang bisa dijadikan
indikator untuk melihat harga saham dan reaksi pasar terhadap perusahaan adalah price
earning ratio. Price Earning Ratio adalah rasio antara harga saham dengan laba per saham,
jika price earning ratio tinggi ada indikasi bahwa nilai saham perusaahan baik dan bisa
menarik minat investor, Sehingga price earning ratio menjadi perhatian perusahaan dalam
memustukan kebijakan dividen (Septi Rahayu,2014). Faktor lain yang diduga turut
mempengaruhi kebijakan dividen tunai adalah earning Per Share. EPS dianggap memberikan
pengaruh terhadap kebijakan dividen. Earning Per Share merupakan komponen penting
pertama yang harus dianalisis perusahaan. Earning Per Share suatu perusahaan menunjukan
besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada para pemagang saham. Menurut
5
Tjiptono dan Hendry (2001) pemegang saham dan calon investor umumnya sangat tertarik
pada Earning Per Share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek cerah di masa yang akan datang.
Lubis (2009) menyatakan earning per share dari suatu perusahaan dapat dijadikan indikator
untuk menilai apakah suatu perusahaan mampu meningkatkan keuntungannya yang berarti
juga mampu meningkat dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Namun apa
yang diutarakan Lubis bertolak belakang dengan bukti empiris dari data perusahaan property,
real estate, building construction yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-2015,
seperti yang bisa dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1Rata-Rata Kebijakan Dividen Tunai dan Profitabilitas Perusahaan
Property and Real Estate, Building Construction
Periode 2012-2015
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
1
2
Kebijakan Dividen
3
4
ROA
Dari Gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa kenaikan profitabilitas tiap tahunnya tidak
diikuti dengan peningkatan dividend payout ratio. Pada tahun 2014, saat proftabilitas
meningkat, dividend payout ratio justru mengalami penuruan sebesar 0,24.
Selain profitabilitas dan price earning ratio, nilai perusahaan juga diduga menentukan
besarnya dividen tunai perusahaan. Menurut Brigham & Ghapenski (1996) dalam
Darminto(2010), manajemen dalam mengelola aktiva secara efisien sebagai upaya
6
meningkatkan kinerja keuangan maupun nilai perusahaan. Tugas penting manajer antara lain
adalah
meningkatkan
atau
memaksimalkan
nilai
perusahaan(value
ofthefirm).Nilaiperusahaan dianggap sangat penting karena mampu menunjukkan nilai
berbagai aset yang
dimiliki
perusahaan, termasuk surat-surat berharga yang telah
dikeluarkannya.
Dalam penelitiannya Wijayadan Wibawa(2010), mengungkapkan nilai perusahaan
dapat dihitung menggunakan Price toBook Value(PBV). Nilai pasar berbeda dari nilai buku.
Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar
adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu yang terbentuk oleh permintaan dan
penawaran saham oleh para pelaku pasar.Rasio nilai pasar memberi manajemen suatu
indikasi tentang apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu dan prospek
perusahaan di masa depan (Nurhayati, 2013). Berdasarkan pendekatan konsep nilai pasar
atau Price to Book Value tersebut,harga sahamdapatdiketahuiberada diatasatau dibawah
nilaibukunya. Pada dasarnya,membelisahamberartimembeliprospek perusahaan. PBV yang
tinggi akan membuat investor yakin atas prospek perusahaan di masa mendatang.
Oleh karenaitu keberadaan rasio PBV sangat penting bagi para investor maupun
calon
investor
untuk menetapkan keputusan investasi. Price to Book Value secara
individual akan memengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Hasil
ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa tingkat return saham yang diperoleh dari
perbandingan harga pasar dan harga buku saham akan menambah pendapatan perusahaan
dan menaikkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang
saham (Abdullah,2014).
Leverage diduga juga memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Leverage adalah penggunaan assets dan (beban tetap) dengan maskud agar meningkatkan
7
keuntungan potensial pemegang saham. Sebaliknya jika leverage meningkatkan risiko
keuntungan, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dan menurunkan
keuntungan pemegang saham (Agus Sartono, 2010). Sedangkan menurut (Sunarto,2004)
leverage menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan
yang digunakan sebagai sumber perdanaan usaha. Besarnya leverage suatu perusahaan akan
menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen tunai. Sebaliknya,pada
tingkat hutang yang rendah perusahaan dapat membagikan dividen yang tinggi sehingga
sebagian besar laba digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham (Dewi, 2008).
Sekarang
ini
di
Bursa
Efek
Indonesia
terdapat
10
sektor
perusahaann
(www.idx.co.id). Salah satu sektor perusahaan yang menjadi pusat perhatian penulis adalah
perusahaan sektor Property and Real Estate, Building Construction. Selain dikarenakan
inskosistensi rasio profitabilitas terhadap kebijakan dividen, Perusahaan property & Real
Estate menjadi menarik untuk diteliti dikarenakan beberapa masalah yang dialami perusahaan
property & Real Estate, Building Construction di Indonesia. Salah satunya PT. WASKITA
KARYA, Tbk. Dalam keterangan tertulisnya, PT WASKITA KARYA, Tbk melaporkan
perseroan membukukan laba bersih sebesar 501 milyar rupiah pada tahun 2014, laba bersih
yang diperoleh meningkat sebesar 20% dari tahun 2013. Choliq selaku Direktur Utama,
mengumumkan jika perusahaan akan memangkas 20% dividen tunai kepada pemegang
saham di saat perusahaan berhasil meraih laba yang tinggi. Hal ini menjadi fenomena yang
menarik dikarenakan apa yang terjadi di PT.WASKITA KARYA tidak selaras dengan
beberapa pernyataan para ahli terkait hubungan profitabilitas terhadap kebijakan dividen, di
saat laba meningkat seharusnya ada indikasi dividen yang dibagikan akan meningkat.
Selain terjadi fenomena pada perusahaan Property & Real Estate, Building
Construction tersebut, terdapat pula perbedaan dari berbagai penelitian terdahulu (research
8
gap). Di antara sekian banyak penelitian terdahulu mengenai rasio keuangan yang
mempengaruhi kebijakan dividen tunai yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
antara lain, sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan Thalib dan Rita (2015), Wiwin (2014), dalam penelitiannya
menemukan hasil jika rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen, hal ini
senada dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Kartika (2005). Namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Tita (2009), dalam penelitiannya ditemukan hasil jika rasio
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Penelitian yang dilakukan Septi Rahayu,dkk (2014), dalam penelitiannya ditemukan
hasil jika price earning ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen, penemuan ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan Hilmi Abdullah (2014).Namun hasil berbeda diutarakan
dalam penelitian Iramayana (2011) dalam penelitiannya price earning ratio tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Penelitian yang dilalukan H.Abdullah (2014) price book value berpengaruh terhadap
kebijakan dividen, pernyataan ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Dwi
Purwanti (2010), dalam penelitiannya ditemukan hasil jika price book value tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Penelitian yang dilakukan Wiwin (2014) menemukan hasil jika Earning Per Share
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Suryanti
(2014), dalam penelitiannya ditemukan hasil jika Earning Per Share tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen
Penelitan yang dilakukan Hilmi Abdullah (2014) didapati hasil jika nilai perusahaan
berpengaruh terhadap kebijakan dividen, penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukanIndra dan Isfenti (2010). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Dwi
9
(2011) yang juga mengungkapkan jika nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Wiwin (2014) dan Thalib (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan jika kebijakan
hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen, namun penelitian yang dilakukan Made
(2014) berpendapat leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen tunai
sebuah perusahaan. Hasil ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Satmoko dan
Ediningsih(2009) yang menyatakan bahwa kemungkinan perusahaan yang sedang tumbuh
membutuhkan dana yang besar (didanai olehhutang). Penelitian yang dikemukaka Dian dan
Ediningsih sama dengan penelitian yang dilakukan Fenty Febriana Wulan Sari (2014), dalam
penelitiannya Leverage secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
Dividen.
Berdasarkan adanya perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya, maka diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diukur dari profitabilitas,
rasio pasar, nilai perusahaan, dan leverage.
Alasan penulis memilih rasio-rasio tersebut dikarenakanjika perusahaan mampu
menghasilkan laba yang tinggi ada indikasi peningkatan laba per saham yang akan dibagikan
juga tinggi, earning per shareyang baikdiduga mampu meningkatkan price earning ratio
perusahaan, price earning ratio yang tinggi mampu meningkatkan minat investor dalam
menanamkan modalnya. Semakin banyak investor menanamkan modalnya semakin baik pula
nilai perusahaan, yang nantinya akan memberikan pengaruh terhadap dividen payout ratio
1.2 Rumusan Masalah
Banyak penelitian yang menguji tentang rasio keuangan terhadap kebijakan dividen tunai
dan memperoleh hasil yang berbeda dan suatu hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan
fenomena yang terjadi di PT.WASKITA KARYA, Tbk dan data empiris juga didapati
10
permasalahan antara variabel return on asset terhadap kebijakan dividen tunai. Berdasarkan
hal itu maka perlu melakukan pengujian ulang untuk mengatahui ada tidaknya pengaruh rasio
keuangan terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan latar belakang dan uraian rumusan masalah penelitian diatas maka teradapat
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan pada perusahaan
property & real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
b. Apakah price earning ratioberpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
property & real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
c. Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
property & real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
d. Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan property
& real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
e. Permasalalahan diatas akan menyorot pada fenomena yang terjadi di PT WASKITA
KARYA,Tbk.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap kebijakan dividen
2. Untuk menganalisis pengaruh price earning ratio terhadap kebijakan dividen
3. Untuk menganalisis pengaruh nilai perusahaan terhadap kebijakan dividen
4. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen
11
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain:
1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, terutama mengenai pengaruh
faktor fundamental terhadap harga saham perusahaan Properti & Real Estate, Building
Construction yang terdaftar di BEI.
2. Bermanfaat bagi calon investor, kreditur sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
investasi.
3. Bagi emiten, sebagai sinyal bahwa laporan keuangan yang mereka publikasikan sangat
berarti untuk berbagai pihak dalam memilih kondisi perusahaan
4. Sebagai tambahan referensi bagi dunia penelitian di lingkungan akademik dan profesional
agar dapat memberikan kontribusi.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1
Variabel Penelitian
Ada beberapa variabel yang dibutuhkan dalam penelitian, antara lain variabel
terikat dan variabel bebas. Dalam bukunya Kerlinger mengungkapkan variabel
merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga
disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan
diteliti. Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).
3.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen dan merupakan variabel yang menjadi perhatian utama para
peneliti (Sekaran, 2003). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen diproksikan dengan dividend payout
ratio
(DPR).
Cara
mengukur
dividend
payout
ratio
adalah
dengan
membandingkan dividend per share (DPS) terhadap earningshare (EPS). (Amidu
dan Abor, 2006) dalam (Santoso,2012).
43
3.1.2
Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan ataumempengaruhi
variabel dependen, baik secara positif maupun negatif (Sekaran, 2003). Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Return On Asset merupakan perbandingkan antara laba bersih setelah pajak
earnings after tax - EAT) dan total asset.
ROA= EAT/Total Asset
2. Price Earning Ratio (PER) juga merupakan ukuran untuk menentukan
bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Price Earning
Ratio adalah rasio antara harga saham dengan laba per saham, jika price earning
ratio tinggi ada indikasi bahwa nilai saham perusaahan baik dan bisa menarik
minat investor.
PER = Closing price/EPS
4. Nilai Perusahaan dalam penelitian ini indikatornya adalah Price to Book Value
(PBV) yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per
lembar saham (Ang, 1997), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan
menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang
tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar
saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan
nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut
tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan
dividen yang lebih besar pula (Sartono, 2001).PBV= Closing price/ (total
ekuitas/jumlah saham beredar)
44
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No. Nama Variabel
Definisi Operasional
Indikator
1
ROA adalah ratio adalah rasio
antara laba bersih setelah paak
dengan total asset
ROA=
Asset
Return On Asset
Sumber
EAT/Total Prihantini (2006)
Corrado
dan
Jodan (2000;5)
(Ang, 1997 )
2
PBV
Price to Book Value (PBV) yang PBV= Penjualan
merupakan perbandingan antara Bersih/Total Aktiva
harga saham dengan nilai buku per
lembar saham
3
DTA
Total Ferry dan Jones
Leverage operasi adalah pengaruh .DTA=
biaya
tetap
operasional
terhadapkemampuanperusahaan un Hutang/ Total Asset dalam (Sujianto ,
tuk menutup biaya tersebut.
2001).
Dengan kata lain pengaruh
perubahan volume penjualan (Q)
terhadap laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT).
4
PER
Price Earning Ratio adalah rasio
antara harga saham dengan laba
per saham
5.
Kebijakan
Dividen
Sumber : Dari berbagai jurnal ilmiah, 2016
PER= Closing
price/eps
DPR =Dividen Per
Share dibagi
Earning Per Share
Hilmi A (2014)
Sisca Christianty
Dewi (2008)
45
3.2
Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sampel
3.2.1
Objek Penelitian dan Unit Sampel
Obyek penelitian yang dipilih adalah perusahaan Property dan Real
Estate, Building Construction terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan
mengenai dipilihnya obyek penelitian ini karena seperti yang kita ketahui
perusahaan Property dan Real Estate, Building Construction adalah perusahaan
yang telah dipercaya oleh para pemegang saham. Peneliti tertarik untuk
menganalisis besar kecilnya pembagian dividen tiap tahunnya yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel
untuk digunakan dalam penelitian.Data kuantitatif yang diperlukan dalam
pengolahan data di obyek penelitian ini adalah data sekunder. Unit sampelnya
berupa laporan keuangan yang telah diaudit.
3.2.2
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono,2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang masuk dalam perusahaan Property dan Real Estate,
Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian yaitu dari tahun 2012-2015. Dari populasi tersebut diambil sejumlah
sampel untuk digunakan dalam penelitian.
Sampel adalah bagian dari populasi yang harus memiliki karakteristik dan
sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan
berdasarkan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan
selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian
46
ini adalah perusahaan property and real estate, building construction yag terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 dengan kriteria sebagai berikut:
a.
Perusahaan Property dan Real Estate, Building Constructionyang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
b.
Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan lengkap.
c.
Perusahaan yang membagikan dividen tunai secara berturut-turut dalam
kurun waktu 4 tahun.
Sehingga dari kriteria tersebut peneliti memperoleh sampel sebanyak
perusahaan, yaitu :
No. Kode
Nama
1
ADHI
ADHI KARYA,Tbk
2
APLN
Agung Podomoro Land Tbk
3
ASRI
Alam Sutera Reality Tbk
4
CTRA
Ciputra Development Tbk
5
CTRS
Ciputra Surya Tbk
6
JRPT
Jaya Real Properti Tbk
7
LPKR
lippo Karawaci Tbk
8
MTLA
Metropolitan land Tbk
9
PLIN
Plaza Indonesia Realty Tbk
10
PUDP
Pudjiati Prestige Tbk
11
SMRA Summarecon Agung Tbk
12
TOTL
Total Bangunan, Tbk
13
WIKA
Wijaya Karya, Tbk
13
47
3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua (2) yakni berupa data
primer yang diperoleh dari hasil wawacara, yang kedua merupakan data sekunder
yang berupa laporan keuangan setiap perusahaan sampel yang dilaporkan ke BEI
dari tahun 2012-2015. Sumber yang digunakan adalah laporan keuangan
perusahaan sampel yang terdapat pada ICMD (Indonesian Capital Market
Directory) dan website Indonesia Stock Exchage (www.idx.co.id) selama periode
tahun 2012-2015. Selain data sekunder, ada pula data primer untuk analisis
deskriptif kasus yang membahas fenomena PT WASKITA KARYA,Tbk untuk
tahun buku tahun 2014.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan
studi pustaka. Dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan data yang tersedia
pada obyek penelitian, dalam hal ini adalah dokumen laporan keuangan
perusahaan property dan real estate, Building Construction di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2015. Sedangkan studi pustaka yaitu berasal dari literaturliteratur yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan penelitian.
3.5
Metode Analisis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan selain analisis
regresi linier berganda, peneliti juga menggunakan analisis deskriptif kasus
sebagai penunjang penelitian analisis regresi berganda. Menurut Nazir (1998)
dalam bukunya contoh metode penelitian, metode deskriptif merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi
atau suatu sistem pemikiran pada masa sekaang. Tujuan dari penelitian deskriptif
48
ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifaat serta hubungan antara
fenomena yang tengah diselidiki.
3.5.2. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan anlisis linier berganda yang digunakan untuk
menganalisis uji hipotesis penelitian. Analisis dan pengujian dilakukan untuk
mengetahui pengaruh profitabilitas, free cash flow, dan investment opportunity set
terhadap dividend payout ratio. Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Y=a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e.............................................................................(5)
Dimana :
(Y)
adalah dividend payout ratio (DPR)
(a)
adalah konstanta
(X1)
adalah profitabilitas
(X1)
adalah free cash flow
(X1)
adalah investment opportunity set
(b1-4) adalah koefisien regresi
(e)
adalah error of term (variabel pengganggu)
3.5.1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan wekness (kemencengan distribusi). Untuk memberikan
gambaran analisis deskriptif (Ghozali, 2012:19). Pengujian ini dilakukan untuk
49
mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan
regresi yang didapatkan memiliki ketepata dalam estimasi, tidak bias dan
konsisten. Uji asumsiklasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji
normalitas, uji multikoleniaritas, uji heterokidastitas, uji autokorelasi.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujian untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji
t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil (Ghozali, 2012:160). Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan
dengan uji statistik non parametik One Kolmogorov Smirnov. Pedoman untuk
pengambilan keputusan didasarkan pada :
1.
Apabila nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data normal.
2.
Apabila nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data tidak
normal.
3.5.2. Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2012:105-106) menyatakan bahwa tujuan uji multikolonieritas
adalah untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
50
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi
adalah sebagai berikut :
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih
yang tidak dijelaskan oleh varibel independen lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerace).
Nilai
cutoff
yang
umum
dipakai
untuk
menunjukan
adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF
>10.
51
3.5.2.2. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t – 1 (sebelumnya) (Ghozali, 2012:110).
Menurut Ghozali (2012:111-120) untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:
a. Uji Durbin-Waston (DW test)
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤d ≤du
Tidak ada autokorelasi
negative
Tolak
4-dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi
negative
No decision
4-du ≤d ≤4-dl
Tidak ada autokorelasi positif
atau negative
Terima
du < d < 4-du
Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intecept (konstanta) dala model regresi
dan tidak ada variabel lagi dianta varibel independen. Pengambilan keputusa ada
tidaknya autokorelasi:
3.5.2.3. Uji Heterokedastisitas
Ghozali (2012:139-143) menyatakan bahwa uji heterokedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengmatan yang lain. Analisis yang dilakukan yaitu dengan
52
melihat signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen. Jika variabel
independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada
indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas
signifikansinya jika diatas 5% atau diatas 0,05, maka dapat disimpulkan model
regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas.
3.5.3. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini adanya pengujian hipotesa dimaksudkan untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh dari variabel independen yakni return of asset, price
earning ratio, earning per share, price book value terhadap dividend payout ratio.
3.5.3.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali, 2009:87). Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai (R2) yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87).
3.5.3.2. Uji Statistik t
0
Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88).
53
3.5.3.3. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2009:88). Uji statistik F digunakan untuk
mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukan dalam model
regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88).
3.5.1. Analisis Deskriptif Kasus
Studi Kasus
Studi kasus adalah penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat maupun karakter yang khas dari suatu
kasus. Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini
adalah metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat
Whitney (1960) dalam Asri Hittah (2014). Menurut Sugiyono (2005) metode
diskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat
kesimpulan yang lebih luas. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan, meliputi :
-
Metode Survei
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh faktafakta tentang orang, lembaga atau organisasi. Dalam metode survei juga
dikerjakan evaluasi serta perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan.
-
Wawancara
54
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang
dilakukan terhadap narasumber dari instansi terkait. Wawancara ini dilakukan
untuk mengetahui tanggapan narasumber terhadap kebijakan dividen tunai yang
dilakukan perusahaan PT. WASKITA KARYA di tahun buku 2014. Pemelihan
PT.WASKITA KARYA dikarenakan adanya ketimpangan yang terjadi antara
rasio profitabilitas dan nilai perusahaan dengan dividend payout ratio. Seperti
yang disajikan dalam tabel dibawah ini
Tabel 1.1
Perhitungan PBV, ROA dan DPR PT WASKITA KARYA 2012-2014
PT WASKITA KARYA
ROA
2012
2013
2014
DPR
0,030
0,042
0,045
PT WASKITA KARYA
pbv
2012
2013
2014
0,1
0,3
0,2
DPR
1,644
5,019
6,329
0,1
0,3
0,2
Dari tabel 1.1 diatas terlihat pada tahun 2014 disaat ROA meningkat sebesar 0,3
rata-rata dividend payout ratio PT WASKITA KARYA justru mengalami
penurunan 0,1. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan beberapa ahli dan
artikel penelitian yang mengungkapkan jika ROA perusahaan meningkat, maka
ada indikasi dividend payout rationya juga akan meningkat, namun hal ini tidak
selaras dengan apa yang terjadi di PT WASKITA KARYA. Peningkatan nilai
perusahaan yang cukup drastis di tahun 2014 sebesar 1,22 rupanya juga tidak
mempengaruhi perusahaan dalam memutuskan besaran dividend payout ratio. Hal
ini dapat dibuktikan dengan rata-rata dividend payout ratio yang justru menurun
55
ditahun 2014 sebesar 0,1. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti
melakukan wawancara untuk mengetahui alasan mengapa tingginya ROA dan
nilai perusahaan tidak mempengaruhi besaran dividen tunai di PT.WASKITA
KARYA.
-
Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa narasumber yang disebut
sebagai informan. Menurut Moleong (2004:90), informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut Sanafiah
Faisal (1990) dengan mengutip pendapat Spradley (dalam Sugiyono, 2012:56-57):
1.
Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2.
Mereka yang tergolong masing sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3.
Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4.
Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
5.
Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga
lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Download