1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era tekhnologi yang semakin pesat merubah wajah Indonesia menjadi lahan bisnis menggiurkan. Hal ini mendorong transaksi jual-beli dalam berbagai sektor bisnis, tidak hanya domestik namun juga dalam pasar internasional. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian tentang Pasar Modal yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Menurut Pasal 1 UUPM Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrakberjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek (Ang, 1997). Pasar modal adalah salah satu contoh dan bukti kemajuan tekhnologi yang mampu memperluas aspek bisnis suatu perusahaan, mulai dari Ilmu pengetahuan, hingga bidang ekonomoni itu sendiri, Menurut (Agus Sartono, 2010)pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau long term financial asset. Jenis surat berharga yang diperjual belikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana dari para investor untuk membiayai kegiatan operasional dan tentunya perluasan usaha. Pasar modal (capitalmarket) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjangdalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun (Anandhita Gede, 2012). Menurut Nursandari (2015) pasar modal merupakan salah satu 2 alternatif pilihan investasi jangka panjang diantara berbagai alternatif investasi lainnya bagi perusahaan. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal pada perusahaan untuk membeli barang-barang modal atau perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang atau jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Mulyadi, 2001). Instrumen investasi di pasar modal yang paling popular saat ini adalah saham (stock). Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Dalam aktivitas investasi saham di pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa dividen dan capital gain. Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara lain; perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen (Brigham dan Gapenski, 1996). Menurut (Noor Hadi,2013), Investor merupakan pihak yang rasional, sehingga pilihan investasi oleh investor akan memperhitungkan expected return yang akan diterima. Return 3 tersebut yang dimaksud adalah dividen dan capital gain. Khusus mengenai dividen, merupakan keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang bersumber dari kemampuan emiten mencetak laba bersih dari operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan bersih setelah pajak (net income after tax). Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik (Jensen et al., 1992). Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang (Sartono, 2010), dan Wiagustini (2010) mengungkapkan, kebijakan dividen menyangkut keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas dividen dan pembelian kembali saham atau laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembelanjaan investasi di masa datang. Prosentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut DividendPayout Ratio (Andriyani, 2008). Dividen Payout Ratio menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan untuk pembayaran dividen. Hal ini menjadi unik karena setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut, dan dapat membagikan dividen kepada pemegang saham, namun disisi lain kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab jika makin tinggi tingkat dividen dibayarkan, semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya akan menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya (Linda Sitompul, 2012). Manajemen lebih suka memperlakukannya sebagai laba ditahan, kecuali mengetahui bahwa dana tersebut tidak memberikan net present value (NPV) yang positif 4 pada tambahan investasi. Pembayaran Dividen menurut Noor Hadi (2013) dibagi menjadi dua jenis yakni Dividen Tunai (cash dividend), Dividen Saham (stock dividend). Dividen yang dibayarkan perseroan dalam bentuk uang tunai. Nilai dividen tunai sebesar nilai yang dibayarkan emiten atau diterima oleh pemegang saham. Bagi direksi, pembagian dividen tunai harus memperhitungkan tingkat likuiditas perusahaan, mengingat dividen ini pasti mengurangi tingkat likuiditas perseroan. Adapun informasi keuangan yang disampaikan antara lain: informasi profitabilitas, likuiditas, aktivitas. Profitabilitas merupakan salah satu indikator penting untuk menilai suatu perusahaan. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumbersumber yang dimilikinya Perusahaan yang mampu membagi dividen kas dianggap sebagai perusahaan yang liquit, hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham. Salah satu rasio yang bisa dijadikan indikator untuk melihat harga saham dan reaksi pasar terhadap perusahaan adalah price earning ratio. Price Earning Ratio adalah rasio antara harga saham dengan laba per saham, jika price earning ratio tinggi ada indikasi bahwa nilai saham perusaahan baik dan bisa menarik minat investor, Sehingga price earning ratio menjadi perhatian perusahaan dalam memustukan kebijakan dividen (Septi Rahayu,2014). Faktor lain yang diduga turut mempengaruhi kebijakan dividen tunai adalah earning Per Share. EPS dianggap memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen. Earning Per Share merupakan komponen penting pertama yang harus dianalisis perusahaan. Earning Per Share suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada para pemagang saham. Menurut 5 Tjiptono dan Hendry (2001) pemegang saham dan calon investor umumnya sangat tertarik pada Earning Per Share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek cerah di masa yang akan datang. Lubis (2009) menyatakan earning per share dari suatu perusahaan dapat dijadikan indikator untuk menilai apakah suatu perusahaan mampu meningkatkan keuntungannya yang berarti juga mampu meningkat dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Namun apa yang diutarakan Lubis bertolak belakang dengan bukti empiris dari data perusahaan property, real estate, building construction yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-2015, seperti yang bisa dilihat pada Gambar 1.1 Gambar 1.1Rata-Rata Kebijakan Dividen Tunai dan Profitabilitas Perusahaan Property and Real Estate, Building Construction Periode 2012-2015 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 1 2 Kebijakan Dividen 3 4 ROA Dari Gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa kenaikan profitabilitas tiap tahunnya tidak diikuti dengan peningkatan dividend payout ratio. Pada tahun 2014, saat proftabilitas meningkat, dividend payout ratio justru mengalami penuruan sebesar 0,24. Selain profitabilitas dan price earning ratio, nilai perusahaan juga diduga menentukan besarnya dividen tunai perusahaan. Menurut Brigham & Ghapenski (1996) dalam Darminto(2010), manajemen dalam mengelola aktiva secara efisien sebagai upaya 6 meningkatkan kinerja keuangan maupun nilai perusahaan. Tugas penting manajer antara lain adalah meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan(value ofthefirm).Nilaiperusahaan dianggap sangat penting karena mampu menunjukkan nilai berbagai aset yang dimiliki perusahaan, termasuk surat-surat berharga yang telah dikeluarkannya. Dalam penelitiannya Wijayadan Wibawa(2010), mengungkapkan nilai perusahaan dapat dihitung menggunakan Price toBook Value(PBV). Nilai pasar berbeda dari nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu yang terbentuk oleh permintaan dan penawaran saham oleh para pelaku pasar.Rasio nilai pasar memberi manajemen suatu indikasi tentang apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa depan (Nurhayati, 2013). Berdasarkan pendekatan konsep nilai pasar atau Price to Book Value tersebut,harga sahamdapatdiketahuiberada diatasatau dibawah nilaibukunya. Pada dasarnya,membelisahamberartimembeliprospek perusahaan. PBV yang tinggi akan membuat investor yakin atas prospek perusahaan di masa mendatang. Oleh karenaitu keberadaan rasio PBV sangat penting bagi para investor maupun calon investor untuk menetapkan keputusan investasi. Price to Book Value secara individual akan memengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Hasil ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa tingkat return saham yang diperoleh dari perbandingan harga pasar dan harga buku saham akan menambah pendapatan perusahaan dan menaikkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham (Abdullah,2014). Leverage diduga juga memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Leverage adalah penggunaan assets dan (beban tetap) dengan maskud agar meningkatkan 7 keuntungan potensial pemegang saham. Sebaliknya jika leverage meningkatkan risiko keuntungan, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dan menurunkan keuntungan pemegang saham (Agus Sartono, 2010). Sedangkan menurut (Sunarto,2004) leverage menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber perdanaan usaha. Besarnya leverage suatu perusahaan akan menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen tunai. Sebaliknya,pada tingkat hutang yang rendah perusahaan dapat membagikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham (Dewi, 2008). Sekarang ini di Bursa Efek Indonesia terdapat 10 sektor perusahaann (www.idx.co.id). Salah satu sektor perusahaan yang menjadi pusat perhatian penulis adalah perusahaan sektor Property and Real Estate, Building Construction. Selain dikarenakan inskosistensi rasio profitabilitas terhadap kebijakan dividen, Perusahaan property & Real Estate menjadi menarik untuk diteliti dikarenakan beberapa masalah yang dialami perusahaan property & Real Estate, Building Construction di Indonesia. Salah satunya PT. WASKITA KARYA, Tbk. Dalam keterangan tertulisnya, PT WASKITA KARYA, Tbk melaporkan perseroan membukukan laba bersih sebesar 501 milyar rupiah pada tahun 2014, laba bersih yang diperoleh meningkat sebesar 20% dari tahun 2013. Choliq selaku Direktur Utama, mengumumkan jika perusahaan akan memangkas 20% dividen tunai kepada pemegang saham di saat perusahaan berhasil meraih laba yang tinggi. Hal ini menjadi fenomena yang menarik dikarenakan apa yang terjadi di PT.WASKITA KARYA tidak selaras dengan beberapa pernyataan para ahli terkait hubungan profitabilitas terhadap kebijakan dividen, di saat laba meningkat seharusnya ada indikasi dividen yang dibagikan akan meningkat. Selain terjadi fenomena pada perusahaan Property & Real Estate, Building Construction tersebut, terdapat pula perbedaan dari berbagai penelitian terdahulu (research 8 gap). Di antara sekian banyak penelitian terdahulu mengenai rasio keuangan yang mempengaruhi kebijakan dividen tunai yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain, sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan Thalib dan Rita (2015), Wiwin (2014), dalam penelitiannya menemukan hasil jika rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen, hal ini senada dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Kartika (2005). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Tita (2009), dalam penelitiannya ditemukan hasil jika rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan Septi Rahayu,dkk (2014), dalam penelitiannya ditemukan hasil jika price earning ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen, penemuan ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Hilmi Abdullah (2014).Namun hasil berbeda diutarakan dalam penelitian Iramayana (2011) dalam penelitiannya price earning ratio tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilalukan H.Abdullah (2014) price book value berpengaruh terhadap kebijakan dividen, pernyataan ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Dwi Purwanti (2010), dalam penelitiannya ditemukan hasil jika price book value tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan Wiwin (2014) menemukan hasil jika Earning Per Share berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Suryanti (2014), dalam penelitiannya ditemukan hasil jika Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen Penelitan yang dilakukan Hilmi Abdullah (2014) didapati hasil jika nilai perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen, penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukanIndra dan Isfenti (2010). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Dwi 9 (2011) yang juga mengungkapkan jika nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Wiwin (2014) dan Thalib (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan jika kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen, namun penelitian yang dilakukan Made (2014) berpendapat leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen tunai sebuah perusahaan. Hasil ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Satmoko dan Ediningsih(2009) yang menyatakan bahwa kemungkinan perusahaan yang sedang tumbuh membutuhkan dana yang besar (didanai olehhutang). Penelitian yang dikemukaka Dian dan Ediningsih sama dengan penelitian yang dilakukan Fenty Febriana Wulan Sari (2014), dalam penelitiannya Leverage secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan Dividen. Berdasarkan adanya perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diukur dari profitabilitas, rasio pasar, nilai perusahaan, dan leverage. Alasan penulis memilih rasio-rasio tersebut dikarenakanjika perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi ada indikasi peningkatan laba per saham yang akan dibagikan juga tinggi, earning per shareyang baikdiduga mampu meningkatkan price earning ratio perusahaan, price earning ratio yang tinggi mampu meningkatkan minat investor dalam menanamkan modalnya. Semakin banyak investor menanamkan modalnya semakin baik pula nilai perusahaan, yang nantinya akan memberikan pengaruh terhadap dividen payout ratio 1.2 Rumusan Masalah Banyak penelitian yang menguji tentang rasio keuangan terhadap kebijakan dividen tunai dan memperoleh hasil yang berbeda dan suatu hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan fenomena yang terjadi di PT.WASKITA KARYA, Tbk dan data empiris juga didapati 10 permasalahan antara variabel return on asset terhadap kebijakan dividen tunai. Berdasarkan hal itu maka perlu melakukan pengujian ulang untuk mengatahui ada tidaknya pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan latar belakang dan uraian rumusan masalah penelitian diatas maka teradapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan pada perusahaan property & real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? b. Apakah price earning ratioberpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan property & real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? c. Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan property & real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? d. Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan property & real estate, building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? e. Permasalalahan diatas akan menyorot pada fenomena yang terjadi di PT WASKITA KARYA,Tbk. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap kebijakan dividen 2. Untuk menganalisis pengaruh price earning ratio terhadap kebijakan dividen 3. Untuk menganalisis pengaruh nilai perusahaan terhadap kebijakan dividen 4. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen 11 1.3.2 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, terutama mengenai pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham perusahaan Properti & Real Estate, Building Construction yang terdaftar di BEI. 2. Bermanfaat bagi calon investor, kreditur sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi. 3. Bagi emiten, sebagai sinyal bahwa laporan keuangan yang mereka publikasikan sangat berarti untuk berbagai pihak dalam memilih kondisi perusahaan 4. Sebagai tambahan referensi bagi dunia penelitian di lingkungan akademik dan profesional agar dapat memberikan kontribusi. 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Ada beberapa variabel yang dibutuhkan dalam penelitian, antara lain variabel terikat dan variabel bebas. Dalam bukunya Kerlinger mengungkapkan variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti. Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen dan merupakan variabel yang menjadi perhatian utama para peneliti (Sekaran, 2003). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR). Cara mengukur dividend payout ratio adalah dengan membandingkan dividend per share (DPS) terhadap earningshare (EPS). (Amidu dan Abor, 2006) dalam (Santoso,2012). 43 3.1.2 Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan ataumempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif (Sekaran, 2003). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Return On Asset merupakan perbandingkan antara laba bersih setelah pajak earnings after tax - EAT) dan total asset. ROA= EAT/Total Asset 2. Price Earning Ratio (PER) juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Price Earning Ratio adalah rasio antara harga saham dengan laba per saham, jika price earning ratio tinggi ada indikasi bahwa nilai saham perusaahan baik dan bisa menarik minat investor. PER = Closing price/EPS 4. Nilai Perusahaan dalam penelitian ini indikatornya adalah Price to Book Value (PBV) yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham (Ang, 1997), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan dividen yang lebih besar pula (Sartono, 2001).PBV= Closing price/ (total ekuitas/jumlah saham beredar) 44 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No. Nama Variabel Definisi Operasional Indikator 1 ROA adalah ratio adalah rasio antara laba bersih setelah paak dengan total asset ROA= Asset Return On Asset Sumber EAT/Total Prihantini (2006) Corrado dan Jodan (2000;5) (Ang, 1997 ) 2 PBV Price to Book Value (PBV) yang PBV= Penjualan merupakan perbandingan antara Bersih/Total Aktiva harga saham dengan nilai buku per lembar saham 3 DTA Total Ferry dan Jones Leverage operasi adalah pengaruh .DTA= biaya tetap operasional terhadapkemampuanperusahaan un Hutang/ Total Asset dalam (Sujianto , tuk menutup biaya tersebut. 2001). Dengan kata lain pengaruh perubahan volume penjualan (Q) terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). 4 PER Price Earning Ratio adalah rasio antara harga saham dengan laba per saham 5. Kebijakan Dividen Sumber : Dari berbagai jurnal ilmiah, 2016 PER= Closing price/eps DPR =Dividen Per Share dibagi Earning Per Share Hilmi A (2014) Sisca Christianty Dewi (2008) 45 3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sampel 3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel Obyek penelitian yang dipilih adalah perusahaan Property dan Real Estate, Building Construction terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan mengenai dipilihnya obyek penelitian ini karena seperti yang kita ketahui perusahaan Property dan Real Estate, Building Construction adalah perusahaan yang telah dipercaya oleh para pemegang saham. Peneliti tertarik untuk menganalisis besar kecilnya pembagian dividen tiap tahunnya yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian.Data kuantitatif yang diperlukan dalam pengolahan data di obyek penelitian ini adalah data sekunder. Unit sampelnya berupa laporan keuangan yang telah diaudit. 3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam perusahaan Property dan Real Estate, Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu dari tahun 2012-2015. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi yang harus memiliki karakteristik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian 46 ini adalah perusahaan property and real estate, building construction yag terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 dengan kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan Property dan Real Estate, Building Constructionyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. b. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan lengkap. c. Perusahaan yang membagikan dividen tunai secara berturut-turut dalam kurun waktu 4 tahun. Sehingga dari kriteria tersebut peneliti memperoleh sampel sebanyak perusahaan, yaitu : No. Kode Nama 1 ADHI ADHI KARYA,Tbk 2 APLN Agung Podomoro Land Tbk 3 ASRI Alam Sutera Reality Tbk 4 CTRA Ciputra Development Tbk 5 CTRS Ciputra Surya Tbk 6 JRPT Jaya Real Properti Tbk 7 LPKR lippo Karawaci Tbk 8 MTLA Metropolitan land Tbk 9 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 10 PUDP Pudjiati Prestige Tbk 11 SMRA Summarecon Agung Tbk 12 TOTL Total Bangunan, Tbk 13 WIKA Wijaya Karya, Tbk 13 47 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua (2) yakni berupa data primer yang diperoleh dari hasil wawacara, yang kedua merupakan data sekunder yang berupa laporan keuangan setiap perusahaan sampel yang dilaporkan ke BEI dari tahun 2012-2015. Sumber yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sampel yang terdapat pada ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan website Indonesia Stock Exchage (www.idx.co.id) selama periode tahun 2012-2015. Selain data sekunder, ada pula data primer untuk analisis deskriptif kasus yang membahas fenomena PT WASKITA KARYA,Tbk untuk tahun buku tahun 2014. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi pustaka. Dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan data yang tersedia pada obyek penelitian, dalam hal ini adalah dokumen laporan keuangan perusahaan property dan real estate, Building Construction di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Sedangkan studi pustaka yaitu berasal dari literaturliteratur yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan penelitian. 3.5 Metode Analisis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan selain analisis regresi linier berganda, peneliti juga menggunakan analisis deskriptif kasus sebagai penunjang penelitian analisis regresi berganda. Menurut Nazir (1998) dalam bukunya contoh metode penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi atau suatu sistem pemikiran pada masa sekaang. Tujuan dari penelitian deskriptif 48 ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifaat serta hubungan antara fenomena yang tengah diselidiki. 3.5.2. Analisa Data Penelitian ini menggunakan anlisis linier berganda yang digunakan untuk menganalisis uji hipotesis penelitian. Analisis dan pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, free cash flow, dan investment opportunity set terhadap dividend payout ratio. Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut : Y=a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e.............................................................................(5) Dimana : (Y) adalah dividend payout ratio (DPR) (a) adalah konstanta (X1) adalah profitabilitas (X1) adalah free cash flow (X1) adalah investment opportunity set (b1-4) adalah koefisien regresi (e) adalah error of term (variabel pengganggu) 3.5.1. Statistik deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan wekness (kemencengan distribusi). Untuk memberikan gambaran analisis deskriptif (Ghozali, 2012:19). Pengujian ini dilakukan untuk 49 mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. 3.5.2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepata dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Uji asumsiklasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikoleniaritas, uji heterokidastitas, uji autokorelasi. 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujian untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2012:160). Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan uji statistik non parametik One Kolmogorov Smirnov. Pedoman untuk pengambilan keputusan didasarkan pada : 1. Apabila nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data normal. 2. Apabila nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data tidak normal. 3.5.2. Uji Multikolonieritas Menurut Ghozali (2012:105-106) menyatakan bahwa tujuan uji multikolonieritas adalah untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka 50 variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut : a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh varibel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerace). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10. 51 3.5.2.2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 (sebelumnya) (Ghozali, 2012:110). Menurut Ghozali (2012:111-120) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan beberapa cara, yaitu: a. Uji Durbin-Waston (DW test) Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤d ≤du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative No decision 4-du ≤d ≤4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau negative Terima du < d < 4-du Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intecept (konstanta) dala model regresi dan tidak ada variabel lagi dianta varibel independen. Pengambilan keputusa ada tidaknya autokorelasi: 3.5.2.3. Uji Heterokedastisitas Ghozali (2012:139-143) menyatakan bahwa uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengmatan yang lain. Analisis yang dilakukan yaitu dengan 52 melihat signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya jika diatas 5% atau diatas 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. 3.5.3. Pengujian Hipotesis Pada penelitian ini adanya pengujian hipotesa dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari variabel independen yakni return of asset, price earning ratio, earning per share, price book value terhadap dividend payout ratio. 3.5.3.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali, 2009:87). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87). 3.5.3.2. Uji Statistik t 0 Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88). 53 3.5.3.3. Uji Statistik F Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2009:88). Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88). 3.5.1. Analisis Deskriptif Kasus Studi Kasus Studi kasus adalah penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat maupun karakter yang khas dari suatu kasus. Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat Whitney (1960) dalam Asri Hittah (2014). Menurut Sugiyono (2005) metode diskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan, meliputi : - Metode Survei Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh faktafakta tentang orang, lembaga atau organisasi. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan. - Wawancara 54 Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang dilakukan terhadap narasumber dari instansi terkait. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan narasumber terhadap kebijakan dividen tunai yang dilakukan perusahaan PT. WASKITA KARYA di tahun buku 2014. Pemelihan PT.WASKITA KARYA dikarenakan adanya ketimpangan yang terjadi antara rasio profitabilitas dan nilai perusahaan dengan dividend payout ratio. Seperti yang disajikan dalam tabel dibawah ini Tabel 1.1 Perhitungan PBV, ROA dan DPR PT WASKITA KARYA 2012-2014 PT WASKITA KARYA ROA 2012 2013 2014 DPR 0,030 0,042 0,045 PT WASKITA KARYA pbv 2012 2013 2014 0,1 0,3 0,2 DPR 1,644 5,019 6,329 0,1 0,3 0,2 Dari tabel 1.1 diatas terlihat pada tahun 2014 disaat ROA meningkat sebesar 0,3 rata-rata dividend payout ratio PT WASKITA KARYA justru mengalami penurunan 0,1. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan beberapa ahli dan artikel penelitian yang mengungkapkan jika ROA perusahaan meningkat, maka ada indikasi dividend payout rationya juga akan meningkat, namun hal ini tidak selaras dengan apa yang terjadi di PT WASKITA KARYA. Peningkatan nilai perusahaan yang cukup drastis di tahun 2014 sebesar 1,22 rupanya juga tidak mempengaruhi perusahaan dalam memutuskan besaran dividend payout ratio. Hal ini dapat dibuktikan dengan rata-rata dividend payout ratio yang justru menurun 55 ditahun 2014 sebesar 0,1. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui alasan mengapa tingginya ROA dan nilai perusahaan tidak mempengaruhi besaran dividen tunai di PT.WASKITA KARYA. - Pemilihan Informan Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa narasumber yang disebut sebagai informan. Menurut Moleong (2004:90), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut Sanafiah Faisal (1990) dengan mengutip pendapat Spradley (dalam Sugiyono, 2012:56-57): 1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya. 2. Mereka yang tergolong masing sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. 3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. 4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri. 5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.