BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah telah membuat sebuah sistem yaitu sistem otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Otonomi daerah merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Dengan sistem desentralisasi tersebut, setiap pemerintah daerah berkewajiban untuk mengatur dan mengurus pengelolaan keuangan daerahnya sendiri. Dan membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah dilakukan. Seiring dengan perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia maka kebutuhan atas akuntabilitas sebagai wujud pertanggung jawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang umum. Menguatnya tuntutan tersebut mengharuskan pemerintah memberikan informasi atas aktifitas dan kinerjanya kepada masyarakat. Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen (Mardiasmo, 2009). Sektor publik sering diartikan sebagai organisasi yang berorientasi pada kepentingan publik, oleh karena itu biasaya sektor publik tidak berorientasi pada laba sebagai tujuan akhirnya, namun seperti halnya sektor swasta, sektor publik juga dituntut untuk dapat membuat laporan 1 2 keuangan formal seperti Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional, Laporan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas laporan keuangan. Kemampuan dituangkan dalam mencerminkan pemerintah APBD kemampuan yang daerah dalam langsung pemerintah mengelola maupun daerah tidak dalam keuangan langsung membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat, sehingga pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan APBD kepada masyarakat berupa laporan keuangan sebagai wujud akuntabilitas kepada publik. Pemerintah tidak hanya mempertanggungjawabkan uang yang dipungut dari rakyat, tapi juga dituntut untuk mempertanggungjawabkan atas hasil-hasil yang dicapainya. Pemerintah berkewajiban untuk membuat laporan keuangan sebagai alat pengendalian, evaluasi kerja, sebagai salah satu pertanggungjawaban dan sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan membuat laporan keuangan yang berkualitas agar para pemakai laporan keuangan (stakeholder) dapat memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut. Karena jika laporan keuangan pemerintah buruk dapat menimbulkan implikasi yang negatif, salah satunya yaitu menurunkan kepercayaan masyarakat dalam pengelolaan dana publik (pemerintah) dan kualitas keputusan menjadi buruk. Kualitas dapat diartikan sebagai sesuaian dengan standar, diukur berbasis kadar ketidaksesuaian serta dicapai melalui pemeriksaan. Laporan keuangan sektor publik hakekatnya merupakan suatu 3 bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik dari pajak, retribusi atau transaksi lainnya. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam peraturan pemerintah No 71 tahun 2010. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang kemudian dijadikan dasar dalam membuat laporan keuangan Pemerintah. Tujuan umum laporan keuangan sektor publik menurut Mardiasmo (2009:161) adalah kepatuhan dan pengelolaan, akuntabilitas dan pelaporan retrospektif, perencanaan dan informasi otorisasi, kelangsungan organisasi, hubungan masyarakat dan gambaran. Laporan keuangan yang berkualitas menunjukkan bahwa kepala daerah bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan kepadanya dalam pelaksanaan tanggungjawab pengelola organisasi. Laporan keuangan pemerintah yang baik menurut Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 harus mencakup empat karakteristik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pengelolaan sumber daya ekonomi yang digunakan oleh pemerintah selama satu periode. Laporan keuangan pemerintah daerah diwajibkan mengikuti standar akuntansi pemerintahan sesuai peraturan pemerintah no.71 tahun 2010. Namun pada kenyataannya masih banyak oraganisasi di Indonesia yang memiliki kualitas 4 informasi akuntansi yang masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih sedikitnya pemerintah daerah yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari hasil audit atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) yang dilakukan oleh BPK masih relatif sedikit. Hal tersebut dapat dilihat dari ikhtisar hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh BPK pada bulan september 2015 yang memberikan informasi bahwa LKPD yang diaudit oleh BPK yang memperoleh opini WTP hanya 26% (105) dari 398 kabupaten dan 38% (35) dari 93 kota. BPKP menyatakan bahwa tidak diperolehnya opini WTP disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem penyusunan laporan keuangan, dan kurang memadainya kompetensi sumber daya manusia pengelola keuangan pada pemerintah daerah. Menurut Mohamad (2014) untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas faktor yang harus menjadi dasar pertimbangan adalah kualitas sumber daya manusia dan penerapan teknologi sistem informasi. Hampir semua tenaga atau birokrat yang bertanggungjawab pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tidak memahami akuntansi. Karena disebabkan kebanyakan bukan berlatar belakang pendidikan akuntansi. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang cepat, tepat, dan akurat, Pemerintah Daerah memerlukan adanya implementasi sebuah sistem aplikasi dalam pembuatan laporan keuangan. Menurut Usman (2002:70) implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau 5 adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah mengembangkan sistem aplikasi komputer yang dapat mengolah data transaksi keuangan menjadi laporan keuangan yang dapat dimanfaatkan, yaitu Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) sebuah sistem berbasis aplikasi teknologi yang dikembangkan untuk mendukung tercapainya akuntabilitas bagi pemerintah daerah baik ditingkat pelaporan (SKPKD) ataupun ditingkat akuntansi (SKPD). Aplikasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran, serta pelaksanaan dan penatausahaan APBD dan pertanggungjawaban APBD. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) mulai diperkenalkan pada tanggal 29 Agustus 2006. Program aplikasi ini dikembangkan oleh BPKP guna membantu pengelolaan keuangan daerah ditingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan) maupun ditingkat SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih kepada Pemda dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Aplikasi SIMDA dapat diimplementasikan untuk pengelolaan keuangan daerah secara terintegrasi, menggunakan teknologi multi user dan teknologi client,server, dari penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban keuangan. Namun menurut Devi (2013) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa SIMDA belum sepenuhnya digunakan secara optimal, yang menyebabkan penerapan SIMDA 6 oleh SKPD belum dapat membantu mencapai tujuan organisasi pemda secara maksimal. Untuk menghasilkan laporan keuangan daerah yang berkualitas selain dibutuhkanya aplikasi sistem yang mempermudah dalam pembuatan lapooran keuangan juga dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam pembuatan laporan keuangan. Karena sumber daya manusia manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi. Kompetensi yang diperlukan dalam pembuatan laporan keuangan pemerintah daerah antara lain pemahaman dalam akuntansi pemerintah dan penguasaan penggunaan aplikasi yang ada. Hal yang paling mendasar dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah diharapkan selalu berpedoman pada standar yang telah ditentukan. Mengacu dengan amanat UU no.17 tahun 2003 tentang keuangan negara, pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 2005 yang kemudian digantikan dengan peraturan pemerintah nomor 71 Tahun 2010 mengenai standar akuntansi pemerintah (SAP). Dalam SAP mengatur prinsip-prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat/daerah. PP no.71 tahun 2010 merupakan pedoman dalam proses penyusunan dan menyajikan laporan keuangan pemerintah dan 7 merupakan syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman dalam penyusunan agar kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia dapat ditingkatkan. Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Beberapa peneliti yang pernah meneliti tentang faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan yaitu Tegela (2014), Surastiani (2015), Sukmaningrum (2012), Wati (2014), Nurlaila (2014),Kusumah (2012), Alfian (2015), Rama (2014) dan Mohamad (2014). Atas dasar tidak konsistennya hasil temuan beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali yang direplikasi dari Tegela (2014) yang berjudul implementasi sistem informasi manajemen daerah (SIMDA) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Peneliti menambahkan dua variabel yaitu kualitas sumber daya manusia yang diambil dari penelitian Sukmaningrum (2012), Alfian (2015), dan Rama (2014) sedangkan penerapan standar akuntansi pemerintah yang diambil dari penelitian Kusumah (2012) dan Wati (2015). Motivasi yang mendorong penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi penelitian dari Tegela (2014) dan untuk mengetahui pengaruh dari kualitas sumber daya manusia dan penerapan standar akuntansi pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KUALITAS MANAJEMEN SUMBER KEUANGAN DAYA MANUSIA, DAERAH (SIMDA), DAN STANDAR 8 AKUNTANSI PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah implementasi SIMDA berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPD? 2. Apakahkualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPD? 3. Apakah penerapan SAP berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPD? C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka penulis membatasi objek penelitian yang digunakan adalah koresponden yang merupakan staf bagian keuangan atau akuntansi yang bekerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tegal yang menggunakan aplikasi SIMDA dalam penyusunan laporan keuangannya. 9 D. Tujuan Penelitian Sesuai permasalahan yang dihadapi, tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui analisispengaruh implementasi SIMDA terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPD. 2. Untuk mengetahui analisispengaruhkualitassumberdayamanusiaterhadap kualitas laporan keuangan pada SKPD. 3. Untuk mengetahui analisis pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan pada SKPD E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk akademisi dan juga profesi dalam rangka mengakaji serta mengembangkannya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini dapat memberikan gagasan tentang kualitas sumber daya manusia, implementasi sistem informasi manajemen keuangan daerah, dan penerapan standar akuntansi pemerintah sebagai langkah perbaikan bagi pemerintahan di masing-masing dalam kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. 10 b. Bagi Masyarakat Umum Penelitian ini dapat memberikan informasi yang akan digunakan sebagai penilaian terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh Pemerintah Daerah. c. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dalam melaksanakan penelitian berikutnya dan dapat melengkapi penelitianpenelitian yang sebelumnya. d. Bagi Penulis Penelitian ini sebagai bahan pembelajaran bagi penulis untuk menambah wawasan keilmuan dan mengembangkan potensi riset yang berkaitan dengan pemerintah daerah. F. Sistematika Penulisan Pembahasan ini terdiri dari lima bab yang garis besarnya adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang melandasi pemilihan judul, perumusan masalah, pembatan masalah, tujuan penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mebahas tentang pengertian laporan keuangan pemerintah daerah, pengertian implementasi sistem informasi manajemen 11 keuangan daerah (SIMDA). Sumber daya manusia, dan standar akuntansi pemerintah (SAP) serta kerangka pemikiran dan tinjauan penelitian terdahulu. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang jenis penelitian, populasi dan sample, data dan sumber data, teknik pengambilan data dan secara analisis data. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, gambaran data yang terkumpul, pengujian data, dan analisis data penelitian. BAB V : PENUTUP Dalam bab terakhir ini akan dibahas mengenai kesimpulan akhir, serta sasaran-sasaran yang diperlukan.