pengamatan kandungan unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, kalsium

advertisement
PENGAMATAN KANDUNGAN UNSUR HARA NITROGEN, FOSFOR,
KALIUM, KALSIUM DAN MAGNESIUM SERTA PH TANAH
PADA KEDALAMAN 60 CM
DI HUTAN SEKUNDER TUA BUKIT SOEHARTO
Oleh:
BLENDINA LUHUNG
NIM. 110500003
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARIDA
SAMARINDA
2014
PENGAMATAN KANDUNGAN UNSUR HARA NITROGEN, FOSFOR,
KALIUM, KALSIUM DAN MAGNESIUM SERTA PH TANAH
PADA KEDALAMAN 60 CM
DI HUTAN SEKUNDER TUA BUKIT SOEHARTO
Oleh:
BLENDINA LUHUNG
NIM. 110500003
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARIDA
SAMARINDA
2014
PENGAMATAN KANDUNGAN UNSUR HARA NITROGEN, FOSFOR,
KALIUM, KALSIUM DAN MAGNESIUM SERTA PH TANAH
PADA KEDALAMAN 60 CM
DI HUTAN SEKUNDER TUA BUKIT SOEHARTO
Oleh:
BLENDINA LUHUNG
NIM. 110 500 003
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Pengamatan Kandungan Unsur Hara Nitrogen, Fosfor,
Kalium, Kalsium dan Magnesium serta pH Tanah Pada
Kedalaman 60 cm di Hutan Sekunder Tua Bukit
Soeharto
Nama
: BLENDINA LUHUNG
NIM
: 110 500 003
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing
Ir. Noorhamsyah, MP
NIP. 19640523 199703 1 001
Penguji I,
Penguji II,
Ir. M. Masrudy. MP
NIP. 19600805 1 003
Meyetujui
Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP
NIP. 19610812 198803 1 003
Dyah Widyasasi, S, Hut, MP
NIP. 197103 199703 2 001
Mengesahkan
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP
NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK
BLENDINA LUHUNG Pengamatan kandungan Unsur Hara Nitrogen (N), Fosfor
(P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) serta pH Tanah Pada
Kedalaman 60 Cm di Hutan Sekunder Tua Bukit Soeharto (di bawah bimbingan
NOORHAMSYAH).
Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan kandungan unsur hara
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) serta pH
tanah di hutan sekunder tua Bukit Soeharto di daerah punggung, daerah lereng
dan daerah lembah pada kedalaman 60 Cm.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi kepada pengguna tanah hutan untuk media tanam agar dapat tepat
sasaran dalam memberikan perlakuan.
Penelitian ini dilaksanakan di hutan sekunder tua bukit soeharto di lokasi
Pusat Penelitian Hutan Tropika Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman.
Penelitian ini melakukan analisis hara makro meliputi N, P, K, Ca dan
Mg serta pH tanah. Pengambilan sampel tanah komposit diwakili oleh lima titik
sampel di lapangan. Lokasi pengambilan sampel dibedakan antara daerah
punggung, daerah lereng dan daerah lembah pada satu lereng.
Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan posisi pengambilan
sampel yaitu antara daerah punggung, daerah lereng dan daerah lembah tidak
mempunyai kecenderungan terhadap unsur hara tertentu yang tertinggi atau
yang terendah.
Nilai rataan pH tanah sebesar 4,78 yang menurut Rismunandar (1984)
dalam Marzumah 2012) termasuk klasifikasi masam sedang.
Kata kunci: Hara makro,pH ,Hutan Sekunder Tua
RIWAYAT HIDUP
BLENDINA LUHUNG lahir pada tanggal 25 Oktober
1990, di Kelurahan Datah Naha, Kabupaten Mahakam
Ulu Provinsi Kalimantan Timur.
Merupakan anak
keempat dari Bapak Yohanes Nyuk dan Ibu Martina
Pare.
Memulai Pendidikan pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 04
Long
Isun, Kecematan Long Pahangai Dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2003
melanjutkan ke sekolah Menengah Pertama YPK I Tenggarong dan
pada tahun 2006.
lulus
Kemudian pada tahun 2006 melanjutkan lagi ke sekolah
Menengah Atas Negeri 4 Sendawar dan lulus pada tahun 2009.
Tahun 2011 melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda, pada Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi
Manajemen Hutan.
Pada tanggal 03 Maret Sampai 28 April 2014 mengikuti kegiatan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT. INHUTANI I Tarakan Provinsi Kalimantan Utara.
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala Rahmat dan KaruniaNya, sehingga Karya Ilmiah ini dapat penulis
selesaikan tepat waktu. Penelitian ini telah dilakukan di Hutan Sekunder Tua
Bukit Soeharto, Kabupaten Kutai
Kartanegara dari bulan Juli 2013 sampai
dengan Juli 2014.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
Bapak Ir. Noorhamsyah, MP. Selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah.
2.
Bapak Ir. M.Fadjeri selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan.
3.
Bapak Ir. Hasanudin MP. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
4.
Bapak Ir. Wartomo MP. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
5.
Seluruh staf pengajar program studi Manajemen Hutan Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.
6.
Staf Administrasi dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Program Studi
Manajemen Hutan .
7.
Ayahanda dan Ibunda tercinta Serta kakak yang memberikan doa, materi
dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih
banyak terdapat
kekurangan, oleh karenanya segala kritik dan saran untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini, penulis harapkan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Blendina Luhung
Kampus Sei, Keledang
Juli 2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Kimia Tanah
Unsur Hara Tanaman
Unsur Hara Makro
Fungsi Unsur Hara bagi Tanaman
Kesuburan Tanah dan Usaha Peningkatannya
pH Tanah
5
6
7
13
17
18
BAB III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan Penelitian
Prosedur Penelitian
20
. 20
. 21
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
29
33
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
B.
Kesimpulan
Saran
36
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
39
DAFTAR GAMBAR
No
Tubuh Utama
Halaman
1.
Tata Letak Plot Penelitian Pengambilan Sampel Tanah…………
23
Lampiran
2.
Sketsa Lokasi Penelitian…………………………………………….
43
3.
Pengukuran Tempat Penelitian……………………………………..
46
4.
Pengukuran lereng Penelitian……………………………………….
46
5.
Pengambilan Sampel Mengguganakan Bor Tanah……………….
46
6.
Pencampuran Sampel Tanah……………………………………….
46
DAFTAR TABEL
No
Tubuh Utama
Halaman
1
Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara Makro pada Kedalaman 60
cm……………………………………………………………………………...
Lampiran
33
2
Sketsa Lokasi Penelitian…………………………………………………….
43
3
Derajat Kemasaman Maupun Kebasaan Menurut Rismunandar
1984..………………………………………………………………………….
41
Kriteria Sifat Kimia Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Tahun 2012……………………………………………………….
45
4
1
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupannya sangat tergantung pada tanah, tetapi
manusia belum tentu memahami akan tanah. Berbagai sudut pandang tentang
tanah
satu
sama
lain
cenderung
berbeda
yang
disesuaikan
dengan
kepentingannya dan tingkat keperluan manusia itu sendiri akan tanah. Sebagai
contoh untuk para pengguna tanah untuk tempat budidaya tanaman, akan
sangat berbeda pemahamannya jika dibandingkan dengan pengguna tanah
untuk kepentingan pembuatan jalan untuk kepentingan transportasi. Pengguna
tanah untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas, berkepentingan terhadap
pemahaman tanah terkait dengan kesuburan tanah. Kesuburan tanah terkait
dengan kehidupanan tanaman, meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).
Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: bahan mineral, bahan
organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusunan tanah tersebut jumlahnya
masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.
Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering
(bukan sawah) umumnya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5 % bahan
organik, 20-30% udara, 20-30% air (Hardjowigeno, 2003). Selanjutnya
dijelaskan bahwa bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batubatuan. Oleh karena itu, susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai
dengan susunan mineral batu-batuan yang dilapuk. Batuan dapat dibedakan
menjadi batuan beku/batuan vulkanik (dari gunung berapi), batuan endapan
(sedimen) dan batuan metamorfosa. Batuan vulkanik di Indonesia umumnya
terdiri dari mineral-mineral yang banyak mengandung unsur hara tanaman
2
sedangkan batuan endapan terutama endapan tua (telah diendapkan berjuta
tahun lamanya) dan metamorfosa umumnya mengandung mineral-mineral yang
rendah unsur haranya.
Bahan mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi (1) fraksi tanah
halus (fine earth fraction) yang berukuran < 2 mm, dan (2) fragmen batuan (rock
fragment) yang berukuran 2 mm sampai ukuran horisontalnya lebih kecil dari
sebuah pedon.
Bahan mineral di dalam tanah yang termasuk fraksi tanah halus terdapat
dalam berbagai ukuran yaitu: pasir 2 mm – 50µ, debu 50µ – 2µ dan liat < 2µ.
Bahan mineral yang lebih besar dari 2 mm (fragmen batuan) terdiri dari kerikil,
kerakal, atau batu.
Selain itu, mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan
mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari
batuan yang dilapuk sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru
yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung. Mineral primer
umumnya terdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu, sedangkan mineral
sekunder umunya terdapat dalam fraksi liat. Mineral yang banyak mengandung
unsur Magnesium (M) dan Besi (Fe) umumnya berwarna kelam sehingga sering
disebut mineral kelam.
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah.
Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat –
sifat tanah besar sekali.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan
organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan organik halus berasal dari
hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari
3
hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam
tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur)
berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara
yang tinggi. Tingginya daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat
tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai bebrapa
gugus yang aktif terutama karboksil.
Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka
kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan.
Sifat kimia tanah khususnya yang berhubungan dengan kandungan unsur
hara dibedakan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Para ahli tanah
telah mencontohkan beberapa unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak bagi tanaman atau yang disebut hara makro meliputi Nitrogen, Phosfor,
Kalium, Kalsium dan Magnesium. Unsur-unsur ini keberadaannya di lokasi
tanaman sangat menentukan pertumbuhan tanaman, walaupun masih ada faktor
sifat tanah yang lain yang dapat mempengaruhinya. (Hakim dkk., 1986).
Informasi awal terhadap kandungan unsur hara makro menjadi penting
untuk diketahui sebagai dasar dalam kegiatan berikutnya seperti waktu
pemupukan dan jenis pupuk yang diperlukan. Dengan menggunakan hara
tersebut tenaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak
dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman
maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau terhenti sama sekali
(Rosmarkam, 2001)
4
Kenyataan di lapangan sering ditemui penggunaan tanah di bawah
vegetasi untuk media pertumbuhan suatu tanaman baik untuk kepentingan lain
maupun untuk kepentingan penelitian. Namun seiring dengan penggunaan tanah
di bawah vegetasi tersebut sering
dijumpai bahwa tanah
tersebut tidak
diketahuinya kandungan hara makronya .
Berdasarkan gambaran di atas, penulis tertarik untuk meneliti kandungan
unsur hara makro meliputi Nitrogen (N), Phosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca)
dan Magnesium (Mg) serta pH tanah pada kedalaman 60 cm di hutan sekunder
tua Bukit Soeharto.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menerangkan kandungan unsur
hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
serta pH tanah
di hutan sekunder tua Bukit Soeharto di daerah punggung,
daerah lereng dan daerah lembah pada kedalaman 60 cm.
Hasil yang diharapkan dari
penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi kepada pengguna tanah hutan untuk media tanaman agar dapat tepat
sasaran dalam memberikan perlakuan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kimia Tanah
Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan
ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya ( Hakim dkk. 1986).
Selanjutnya dijelaskan bahwa di dalam tanah terjadinya beberapa reaksi- reaksi
kimia yang berhubungan dengan masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi
tanaman, reaksi tanah (pH tanah) serta pengelolaannya.
Walaupun tidak ada faktor tunggal yang mempengaruhi pertumbuhan
suatu tanaman, tetapi besar kecilnya kandungan unsur hara pada suatu tanah
sangat besar peranannya dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Para ahli
ilmu tanah telah membedakan unsur hara berdasarkan keperluan tanaman akan
unsur-unsur hara ke dalam dua kelompok besar yaitu unsur hara makro dan
unsur hara mikro Sutedjo dan Kartasapoetra (1989), menjelaskan unsur makro
terdiri dari zat arang, oksigen,hidrogen, nitrogen, phosfat, kalium, kalsium,
magnesium dan belerang; .
Hardjowigeno (2002), mengemukakan, bahwa pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain sinar matahari, suhu,
udara, air dan unsur-unsur hara dalam tanah seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium
dan lain-lain. Selanjutnya dikemukakan bahwa tanah merupakan perantara
penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari. Pertumbuhan tanaman
dibatasi oleh faktor yang paling jelek. Pertumbuhan tanaman tidak hanya
dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah tetapi juga faktor-faktor lain
seperti tersebut di atas sinar matahari, suhu, udara, air, dan sebagainya.
Beberapa ahli tanah membagi unsur hara ke dalam unsur hara makro dan unsur
hara mikro.
6
B. Unsur Hara Tanaman
Seperti manusia, tanaman juga memerlukan makanan yang sering
disebut hara tanaman (plant nutrients) berbeda dengan manusia yang
menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk
mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis tanaman
memerluka karbon yang ada di atmosfir yang kadar sangat rendah, ditamabah air
diubah manjadi bahan organik klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur
yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara
tanaman. magnesium pengubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau
energi disebut metabolisme (Rosmarkam, 2001). Selanjutnya dijelaskan bahwa
dengan menggunakan hara tersebut, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya.
Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain dan apabila
tidak terdapat suatu hara tanaman maka kegiatan metabolisme akan terganggu
atau terhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan
atau ketiadaaan suatu hara akan menampakkan suatu gejala pada suatu organ
tertentu yang spesifik yang bisa disebut gejala kekahatan. gejala ini hilang
apabila hara tanaman ditambahkan ke dalam tanah atau diberikan lewat daun.
Hakim, dkk. (1986), mengemukakan bahwa unsur hara yang diperlukan
tanaman adalah: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor
(P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe),
Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na),
Kobal (Co), dan silikon (Si).
Unsur Na, Si, Dan Co dianggap bukan unsur hara esensial tetapi hampir
selalu terdapat dalam tanaman. Misalnya unsur Na pada tanaman di tanah
garaman kadar relatife tinggi dan sering melebihi kadar P ( Fosfor). Si pada
7
tanaman padi dianggap penting walaupun tidak diperlukan dalam proses
metabolisme tanaman. Hal ini disebabkan jika tanaman padi mengandung cukup
Si maka tanaman lebih tegar dan tidak mudah roboh diterpa angin Yoshida
(1970), menganggap kadar SiO2 dalam tanaman padi bila kurang dari 5 %
dianggap defisien dan menyebabkan turunya produksi tanaman. Unsur Cl oleh
banyak ahli tanaman penting karena Cl berperanan dalam hal fotosintesis
(Hakim dkk. 1986).
C. Unsur Hara Makro
Mechlich (1955) dalam Noorhamsyah, dkk (2011), mengemukakan
bahwa unsur hara makro bagi tanaman dapat digolongkan menjadi unsur
pembangun/pembentuk, seperti C, H, O, N, P, S dan unsur pengatur seperti P, S,
K, Ca, Mg dan unsur hara renik.
Mehlich dan Drake (1955) dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (1989),
telah membagi unsur hara makro ke dalam dua golongan,yaitu unsur
pembangun/pembentuk seperti C, H, O, N, P, S dan unsur pengatur seperti
Fosfor (P), Belerag (S), Kalium (K),Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).
Selanjutnya masing-masing unsur tersebut secara bersama mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman.
Hakim,dkk (1986), telah menyampaikan beberapa contoh tanah pada
daerah iklim basah dan iklim kering terdapat beberapa unsur hara makro yaitu
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).
Selanjutnya dijelaskan bahwa Nitrogen dan Fosfor terdapat dalam jumlah yang
sedikit dalam tanah mineral, kedua unsur ini berada dalam bentuk senyawa tidak
larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Pada tanah yang seperti ini akan menjadi
kritis dalam jangka waktu yang lama. Kadar Kalium tanah jauh lebih banyak dari
8
Fosfor, hanya saja problem yang sering dijumpai pada Kalium ini adalah
penyediaannya. Kalsium dalam tanah umumnya dalam jumlah bervariasi, tetapi
lebih rendah dari pada Kalium. Unsur Kalsium ini sering ditambahkan pada
tanah-tanah masam dengan tujuan memperbaiki keadaan tersebut. Magnesium
disamping sebagai unsur hara, ia mempunyai fungsi lebih banyak dari Kalsium.
Pada beberapa tanah saat ini ditemui beberapa kekurangan Magnesium bila
tanah tersebut tidak dikapur. Pada tanah-tanah yang dilakukan pengapuran
maka masalah kekurangan Magnesium dapat diatasi.
Noorhamsyah, dkk (2011), telah melakukan kajian hara makro sedimen
pada waduk Benanga sebagai media tanaman cincau minyak. Hasil dari kajian
unsur hara ini diketahui bahwa kandungan Nitrogen, fosfor, Kalium dan
Magnesium pada media sedimen lebih kecil dibandingkan dengan yang
terkandung pada media substrat dan kompos.
Bentuk hara makro dalam tanah pada umumnya dijumpai sebagai
senyawa komplek yang sukar larut, bentuk sederhana, larut dalam air dan mudah
tersedia bagi tanaman. Karena adanya proses kimi dan biokimia maka
kecenderungan umum dari unsur hara makro dalam tanah adalah dari bentuk
komplek ke bentuk sederhana, walaupun demikian kebalikannya juga dapat
terjadi. Pembentukan protein dari unsur N dan P yang mudah tersedia
merupakan salah satu contoh. Bentuk yang sederhana dan larut dalam air
bertendensi hilang melalui drainase atau digunakan oleh jasad renik dan
tanaman. Oleh karena itu, sebagian besar dari bentuk ini unsur tersebut menjadi
tersedia melalui berbagai proses penyerderhanaan.
Sejumlah besar Nitrogen dalam tanah adalah berada dalam bentuk
organik. Dengan demikian dekomposisi Nitrogen merupakan sumber utama
9
Nitrogen tanah, disamping itu Nitrogen juga dapat berasal dari hujan dan irigasi
Nitrogen umumnya diserap tanaman dalm bentuk NH4+ atau NO3-, tergantung
dari keadaan tanah, macam tanaman dan stadia tumbuh. Tetapi bentuk urea
(H2NCONH2) dapat juga dimanfaatkan tanaman, kareana urea secara cepat
dapat diserap melaui epidermis daun. Bentuk NO2- terdapat dalm jumlah yang
sangat sedikit dan ariasi baik mudah dioksidasikan menjadi nitrat.
Bentuk Fosfor anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut. Walaupun
terdapat CO2 di dalam tanah tetapi mineralisasi mineral-mineral Fosfat tetap
sukar, sehingga dengan demikian P yang tersedia dalam tanah relatif rendah.
Tanaman biasanya mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer dan
sebagian kecil bentuk sekunder.
Absorpsi kedua ion tersebut oleh tanaman
sangat dipengaruhi oleh pH tanah di sekitar akar. Pada pH tanah rendah
absorpsi bentuk primer lebih dominan.
Sebagian besar dari Kalium dan Kalsium tanah adalah berada dalam
mineral. Bentuk tersebut kurang tahan terhadap pengaruh air terutama air yang
mengandung CO2. Kalium yang dibebaskan melalui reaksi diabsorpsi tanaman,
hilang bersama air drainase atau diabsorpsi oleh koloit liat sebagian kecil dari
Kalium dan sebagian besar Kalsium dalam tanah diabsorpsi pada permukaan
koloit tanah.
Ketersediaan
Magnesium
hampir
sama dengan
Kalsium, karena
peningkatannya juga sama. Disamping itu dapat juga menjadi tersedia melalui
hancuran mineral yang mengandung Magnesium. Seperti halnya Kalsium, maka
Magnesium selalu dihubungkan dengan kemasam tanah, karena ionnya dapat
mengurangi efek kemasaman tanah. Dalam hal ini Magnesium berperan dapat
menggantikan kedudukan ion hidrogen dari komplek adsorpsi. tetapi jika
10
dibandingkan dengan kalium, maka untuk menaikkan pH tanah kalsium masih
lebih banyak digunakan. hal ini disebabkan karena kalsium (kapur) adalah jauh
lebih murah harganya. sumber utama Magnesium tanah adalah hancuran
mineral-mineral primer,yang mengandung magnesium, misalnya biotit, dolomite,
ohlorit, serpentin, olivine, dan lain-lain.Kadar magnesium tanah sangat
bervareasi dan sangat tergantung dari kadar mineral primer yang mengandung
magnesium. Kadar rata-rata magnesium tanah adalah berkisar antara 1.93 –
2.1% dari total berat tanah.
Seperti juga Kalium maka Magnesium, terdapat juga pada tanah organik,
tetapi kadarnya sama dengan kadarnya pada tanah mineral. kadar magnesium
pada top soil dari tanah-tanah mineral adalah rata-rata 0,30% dari total berat.
Bentuk Magnesium di dalam tanah yang dapat diabsorpsi tanaman
adalah bentuk yang dapat dipertukarkan atau bentuk yang larut dalam air.
keadaan Magnesium ini di dalam tanah hampir sama dengan Kalium.
penyerapanya oleh tanaman sangat tergantung kepada jumlah yang tersedia dan
jumlah yang dapat dipertukarkan. Bentuk-bentuk Magnesium dalam tanah adalah
(1) larut dalam tipe 2 : 1 dan (4) dalam mineral primer.
Sama seperti Kalsium, Magnesium di dalam tanah dapat berada pada
bentuk yang agak lambat tersedianya, dimana keadaan ini dapat menjadikan
keseimbangan dengan Magnesium yang berbeda dalam larutan dan yang dapat
dipertukarkan.
Ketersediaan Magnesium dapat terjadi oleh akibat proses pelapukan dari
mineral-mineral yang mengandung Magnesium. Selanjutnya, akibat proses tadi
maka Magnesium akan terdapat bebas di dalam larutan tanah. Keadaan ini dapat
menyebabkan (a) Magnesium hilang bersama air perkolasi, (b) Magnesium
11
diserap oleh tanaman atau berbagai organisme hidup lainnya, (c) diabsorpsi oleh
partikel liat dan (d) diendapkan menjadi mineral sekunder. Ketersediaan
magnesium bagi tanaman akan berkurang pada tanah-tanah yang mempunyai
kemasaman tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya dalam jumlah yang besar
mineral liat tipe 2 : 1. Dengan adanya mineral liat ini maka Magnesium akan
terjerat diantara kisi-kisi mineral tersebut, ketika terjadi pengembangan dan
pengerutan dari kisi-kisinya.
Selajutnya ketersediaan Magnesium tanah juga akan berkurang karena
hilang dari tanah. Kehilangan Magnesium, seperti juga Kalsium adalah
disebabkan
oleh
(1)
erosi,
(2)
akibat
pencucian
dan
(3)
diangkut
tanaman/organism hidup lainnya.
Besarnya kehilangan Magnesium, baik oleh erosi, diangkut tanaman dan
oleh pencucian. Kehilangan ini semakin besar bila daerah tersebut mempunyai
curah hujan yang tinggi.
Brady (1974) dalam Noorhamsyah, dkk (2011), mengemukakan bahwa
unsur-unsur hara makro meliputi Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium
(Ca) dan Magnesium (Mg). selanjutnya dijelaskan bahwa:
Nitrogen (N), zat lemas ini berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman, menyehatkan hijau daun (khlorofil), meningkatkan kadar protein dalam
tubuh tanaman, meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tanah
yang penting bagi kelangsungan pelapukan bahan organis.
Fosfor (P), bagi tanaman zat ini berfungsi untuk mempercepat
pertumbuhan akar semai, memacu dan memperkuat pertumbuhan tanaman
dewasa pada umumnya, meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur hara P
merupakan bahan pembentuk inti sel dan berperan dalam pembelahan sel serta
12
bagi perkembangan jaringan
meristimatik.
Dapat membentuk ikatan fosfat
berdaya tinggi yang dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisiologis.
Zat P mudah bersenyawa dengan zat besi dan Aluminium, akan tetapi hasilnya
sukar diserap oleh tanaman.
Fosfor biasanya tidak mudah mengalami pelunturan. Zat P ini berbeda
dalam tanah sebagai fosfat mineral, kebanyakan dalam bentuk batu kapur fosfat
dan dalam bentuk sisa-sisa tanaman.
Kalium
(K),
merupakan
unsur
hara
yang
mudah
mengadakan
persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya Khlor, Magnesium.
Unsur K ini berfungsi bagi tanaman untuk mempercepat pembentukan zat
karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh tubuh tanaman, mempertinggi
resistensi terhadap serangan hama/penyakit dan kekeringan serta meningkatkan
kualitas biji.
Kalsium (Ca), berfungsi bagi tanaman untuk mengatur kemasaman tanah,
tubuh tanaman, penting bagi pertumbuhan akar
tanaman, penting bagi
pertumbuhan daun dan dapat menetralisasi akumulasi racun dalam tubuh
tanaman.
Magnesium (Mg), berfungsi bagi tanaman untuk menyehatkan
khlorofil, mengatur peredaran zat P dalam tubuh tanaman, dan mengatur
peredaran zat karbohidrat dalam tubuh tanaman.
Reisener (1976), Hardy (1967) Chapman (1964) dalam Rosmarkam
(2001). mengemukakan bahwa setiap hara tanaman diperlukan oleh suatu organ
tanaman tertentu untuk perkembangan vegetatifnya, misalnya Nitrogen, Fosfor,
Kalium, Kalsium dan Magnesium, baik untuk tanaman perkebunan seperti kopi,
jagung, kedelai, karet dan lainnya.
13
D. Fungsi Unsur Hara bagi Tanaman
Rosmarkam (2001), mengemukakan bahwa, tanaman
memerlukan
makanan untuk kelangsungan kehidupannya yang sering disebut hara tanaman
(plant nutrients).
Selanjutnya dijelaskan bahwa kalau manusia menggunakan
bahan
tetapi
organik,
tanaman
menggunakan
bahan
anorganik
untuk
mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis tanaman
mengumpulkan karbon yang ada di atmosfer yang kadarnya sangat rendah,
ditambah air diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar
matahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolism tanaman
dinamakan hara tanaman. Mekanisme pengubahan unsur hara menjadi senyawa
organik atau energi disebut metabolisme.
Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila
tidak terdapat pada suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan
terganggu atau terhenti sama sekali. Di samping itu umumnya tanaman yang
kekurangan atau ketiadaan suatu hara akan menampakkan suatu gejala pada
suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. Gejala
ini hilang apabila hara tanaman ditambahkan ke dalam tanah atau diberikan
lewat daun (Rosmarkam, 2001).
Unsur hara makro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar
dibandingkan unsur mikro. Unsur mikro ini esensial bagi tanaman walaupun
diperlukan dalam jumlah yang relatif sedikit oleh tanaman (Rosmarkam, 2001).
Dalam praktiknya sering ditemukan berbeda keperluannya tergantung jenis
tanamannya dan jenis tanah tertentu.
Fungsi Nitrogen (N) meliputi memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau
14
dan pembentukan protein. Gejala- gejala tanaman jika kekurangan N yaitu
tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas daun-daun kuning dan gugur. Dan
jika tanaman kelebihan N dapat memperlambat kematangan tanaman (terlalu
banyak pertumbuhan vegetatif), batang-batang lemah mudah roboh, dan
mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Fungsi Fosfor (P) bagi
tanaman adalah untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan
bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang/tidak
mudah roboh, perkembangan akar, memperbaiki kualitas tanaman sayur-mayur
dan makanan ternak, tahan terhadap penyakit, membentuk nucleoprotein
(sebagai penyusunan gen: RNA = Ribonucleic acid, DNA = Deoxyribonucleic
acid), Metabolisme karbohidrat dan menyimpan dan memindahkan energi
(transfer energi), misalnya ATP = Adrenosin trphosphate, ADP = Adrenosin
diphospate. Jika tanaman kekurangan P dapat dilihat dari pertumbahan
terhambat (kerdil), karena pembelahan sel terganggu, daun-daun menjadi ungu
dan coklat mulai dari ujung daun dapat terlihat jelas pada tanaman muda dan
pada jagung, tongkol jagung menjadi tidak sempurna. Fungsi kalium (K) bagi
tanaman sebagai berikut ( K tidak merupakan unsur penyusun jaringan tanaman)
sebagi pembentuk pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata (mengatur
pernafasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik
dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi daya
tahan terhadap kekeringan, penyakit dan perkembangan akar. jika tanaman
kekurangan K dapat menimbulkan gejala sebagai berikut unsur K mudah
bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gejal-gejala kekurangan K pada
daun terutama terlihat pada daun tua, karena daun-daun muda yang masih
tumbuh aktif menyedot K dari daun-daun tua tersebut, ruas pada jagung
15
memendek dan tanaman tidak tinggi serta pinggir-pinggir daun berwarna coklat,
mulai dari daun tua. Fungsi Kalsium (Ca) pada tanaman yaitu untuk penyusunan
dinding-dinding sel tanaman, untuk pembelahan sel, dan untuk tumbuh
(elongation). Jika tanaman kekuragan Ca dapat menyebabkan tunas dan akar
tidak dapat tumbuh (tidak dapat berkembang) karena pembelahan sel terhambat,
dan pada jagung terlihat pada ujung-ujung daun menjadi coklat dan melipat serta
terkulai kebawah saling melekat dengan daun di bawahnya. Fungsi Magnesium
(Mg) pada tumbuhan adalah sebagai pembentuk khlorofil, sistem enzim
(activator) dan pembentuk minyak. Dan jika tanaman kekurangan Mg dapat
menyebabkan daun menguning karena pembentuykan khlorofil terganggu, pada
jagung terlihat garis-garis kuning pada daun, dan pada daun muda keluar lender
(gel) terutama bila sudah lanjut.
Ahli tanah lain yaitu Kartasapoetra dan Sutedjo (1991) menjelaskan
fungsi unsur hara Nitrogen Fosfor, Kalium, Kalsium dan Magnesium adalah
sebagai berikut:
Nitrogen,
jika kekurangan
unsur ini
akan
terjadi
penyimpangan
pertumbuhan daun, jaringan mati, mengering. Pertumbuhan tanaman kerdil,
pemasakan buah lebih cepat. Udara merupakan sumber Nitrogen yang terbesar,
agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman harus terubah dalam bentuk amoniak
NH3 atau Nitrat.
Fosfor, bagi tanaman zat ini berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan
akar semai; memacu dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada
umumny; meningkatkan produksi biji-bijian. Menurut MehIich dan Drake (1955),
unsur hara P merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai
peranan penting bagi pembelahan selserta bagi perkembangan jaringan
16
meristematik. Dapat dapat membentuk ikatan fosfat berdaya tinggi yang
dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisiologis.
Zat P mudah bersenyawa dengan zat besi dan Alumunim, akan tetapi
hasilnya sukar diserap oleh tanaman. P biasanya tidak mudah mengalami
pelunturan. zat ini berada dalam tanah sebagai fosfat mineral, kebanyakan dalam
nentuk sisa-sisa tanaman dan lain lain-lain bahan organ. Muria fosfat, cerebon
fosfat, Aljazair fosfat merupakan bentuk-bentuk kapur fosfat.
Unsur
K,
merupakan
unsur
hara
yang
mudah
mengadakan
persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya Khlor, Magnesium.
Unsur K berfungsi bagi taaman yaitu untuk mempercepat pembentukan zat
karbohidrat dalam tanaman memperkokoh pertumbuhan tanaman, mempertinggi
resistensi terhadap serangan hama/ penyakit dan kekeringan; meningkatkan
kualitas biji.
Dalam membentuk biji padi-padian, K mewrupakan unsur yang
penting, menyebabkan tandannya bernas, bagi pembentukan umbi-umbian unsur
K mutlak penting, misalnya dengan pupuk NPK maka K yang paling banyak.
Sifat-sifat K yaitu mudah larut dan terbawa hanyut dan mudah pula
difiksasikan dalam tanah.
Sumber K adalah beberapa jenis mineral, sisa
tatanaman dan jasadrenik, air irigasi, larutan dalam tanah,abu tanaman dan
pupuk anorganik.
Unsur Kalsium (Ca) berfungsi bagi tanaman untuk pengatur kemasaman
tanah, tubuh tanaman penting bagi pertumbuhan akar tanaman, penting bagi
pertumbuhan daun dan dapat menetralisasi akumulasi dalam tubuh tanaman.
Kalsium seper halnya dengan unsur K berperan mengaiur proses fisika-kimia. Ion
Ca menyebabkab dehidrasi mempengaruhi rumah tangga air tanaman yang
17
sifatnya anorganik dengan ion. Ion Ca berperan penting bagi pertumbuhan
tanaman ke arah atas dan pembentukan kuncup.
Unsur Magnesium berfungsi bagi tanaman yaitu untuk menyehatkan
khlorofil,mengatur
peredaran
zat
P
dalam
tubuh
tanaman,
dan
mengaturperedaran zat karbohidrat dalam tubuh tanaman.
E. Kesuburan Tanah dan Usaha Peningkatannya
Menurut
Buckman
dan
Brady
(1982)
dalam
Sutedjo
dan
Kartasapoetra (1986), susunan tanah yang optimal bagi pertanian adalah
susunan hawanya sebesar 25%, air sekitar 25%, mineral 45% dan bahan organik
sekitar 5%. Selanjutnya dijelaskan oleh Sutedjo dan Kartasapoetra (1989)
bahwa kesuburan tanah dinilai atas dasar tinggi rendahnya kadar mineral, mudah
atau sukarnya mineral dapat diserap oleh tanaman.
Untuk mengetahui unsur hara dalam tanah perlu dilakukan analisis tanah
dan tanaman. Masing-masing dapat berupa uji cepat (quick test) naupun analisis
laboratorium.
Uji cepat merupakan analisis kualitatif untuk mengetahui ada
tidaknya hara tanaman dan harkatnya. Informasi awalnya sangat penting untuk
diketahui (Rosmarkan, 2001).
Meningkatkan kesuburan tanah dengan cara pemberian pupuk ke dalam
tanah merupakan salah satu usaha disamping usaha-usaha lainnya seperti
inokulasi mikrobia, perbaikan penglolaan dan lain-lain. Pemakaian pupuk yang
berlebihan dikhawatirkan akan minimbulkan dampak negatif (Rosmarkam,
2001).
Pemakaian pupuk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu meningkat,
karena pemakaian pupuk secara langsung dapat menaikkan produksi tanaman.
18
Penggunaan pupuk merupakan salah satu usaha yang cukup berperanan.
Dimasa mendatang.
penggunaan pupuk pupuk akan selalu bertambah mengingat produksi pupuk
juga selalu meningkat karena banyak pabrik didirikan maupun karena
peningkatan kapasitas pabrik yang telah ada. Pabrik pupuk dalam arti sempit
merupakan pabrik pupuk anorganik (Roesmarkam, 2001).
F. pH Tanah
Menurut Tjwan (1965) dalam Marzumah (2012), pH tanah adalah salah
satu ukuran aktivitas ion Hidrogen dalam larutan air tanah dan dipakai sebagai
ukuran bagi kemasaman tanah. Harga pH adalah logaritma dari harga kebaikan
konsentrasi ion Hidrogen dinyatakan dalam rumus berikut:
pH = log { H+} atau – log {H+}., yaitu bila konsenterasi H+ = OH- maka
dikatakan pH tanah bereaksi netral dan dinyatakan sebagai pH = 7,0.
Bila
konsenterasi H+ > OH- atau pH<7 dinyatakan masam, sedangkan H+ < OHatau pH > 7 maka dinyatakan basa.
Pada materi yang sama, Hardjowigeno (2003), mengemukakan bahwa
reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lainnya ditemukan
pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbaik dengan banyaknya H+. Pada
tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada OH-, sedangkan
pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari pada H+. Bila kandungan H+
sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.
19
Rismunandar
(1984)
dalam
Marzumah
(2012),
mengemukakan
pentingnya PH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman
pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara
mudah larut dalam air. Selanjutnya dijelaskan bahwa selain mudah tidaknya
diserap tanaman, pH juga menunjukkan adanya kemungkinan unsur-unsur
beracun. Pada tanaman yang masam unsur-unsur mikro mudah larut, sehingga
pada tanah tersebut ditemukan unsur mikro dalam jumlah banyak.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di hutan sekunder tua Bukit Soeharto di lokasi
Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Fahutan Unmul, Kabupaten Kutai
Kartanegara, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013,
meliputi studi literatur, orientasi lapangan, persiapan penelitian, pengambilan
sampel tanah, analisa
kandungan unsur hara makro di laboratorium dan
penulisan karya ilmiah.
B. Alat dan Bahan penelitian
1. Alat
Alat penelitian yang digunakan di lapangan meliputi:
1. Parang, digunakan untuk membersihkan lokasi pengambilan sampel tanah.
2. Bor tanah, digunakan untuk mengambil sampel tanah komposit.
3. Ember, digunakan untuk tempat mengaduk sampel komposit.
4. Plastik gula, digunakan sebagai tempat sampel komposit untuk dianalisa di
laboratorium
5. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data atau hal penting yang berkaitan
dengan penelitian .
6. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan rangkaian kegiatan penting
selama penelitian.
Alat penelitian yang digunakan di laboratorium meliputi:
1. Neraca analitik, digunakan untuk menimbang sampel atau bahan kimia
21
2. Beaker glass 400 ml dan 600 ml/tabung digestion, digunakan untuk
melarutkan bahan yang dilarutkan
3. Kaca arloji, digunakan untuk penutup destruksi
4. Hot plate/blok digestion, digunakan untuk membakar destruksi
5. Labu 50 ml, digunakan untuk menera hasil destruksi
6. Corong glass, digunakan untuk memasukkan larutan kedalam labu ukur
7. Pipet ukur 1 ml, 5 ml dan 10 ml, digunakan untuk mengambil larutan
sampel
8. Erlenmeyer 100 ml, digunakan untuk penampungan destruksi
9. Labu destilasi 100 ml/500 ml, digunakan untuk mendestilasi sampel yang
sudah didestruksi
10. Buret 10 ml, digunakan untuk titerasi
2. Bahan
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampel tanah komposit dari tiga tempat yang berbeda yaitu berasal dari
punggung, lereng dan lembah. :
C. Prosedur Penelitian
1. Studi Literatur
Mengumpulkan beberapa referensi
yang terkait dengan lokasi
penelitian dan beberapa penelitian sejenis.
2. Persiapan Pembuatan Plot Penelitian
Meliputi kegiatan orientasi lokasi penelitian, yaitu menentukan lokasi
plot penelitian yang sesuai seperti pertimbangan panjangnya lereng agar
mewakili untuk peletakan plot berdasarkan posisinya meliputi daerah
22
punggung, daerah lereng dan daerah lembah. Pada tahap ini adalah sampai
kegiatan pembatasan wilayah plot penelitian dalam satu lereng untuk
penempatan posisi pengambilan sampel tanah yang terdiri dari daerah
punggung, daerah lereng dan daerah lembah.
Plot penelitian dibedakan atas dasar posisinya yaitu daerah
punggung, daerah lereng dan daerah lembah, dimana masing-masing plot
diwakili sebanyak 5 titik pewakil untuk diambil sampel tanah secara
komposit.
3. Pembuatan Plot Penelitian
Plot penelitian berupa titik pengeboran sampel tanah dibedakan atas
dasar posisinya yaitu daerah punggung, daerah lereng dan daerah lembah,
dimana masing-masing plot diwakili sebanyak 5 titik pewakil untuk diambil
sampel tanah secara komposit. Lima (5) titik pewakil diletakkan dengan cara
menarik garis lurus antara batas plot penelitian sebelah kiri dan batas plot
sebelah kanan, dan pada garis tersebut dengan jarak antar titik 4 M
diperoleh sebanyak 5 titik pengeboran untuk setiap daerah pengamatan (
daerah punggung, daerah lereng dan daerah lembah).
Sehingga jumlah
sampel tanah komposit yang dianalisa di laboratorium sebanyak 3 buah,
masing-masing satu (1) buah
lereng dan daerah lembah.
untuk mewakili daerah punggung, daerah
23
Tata Letak Plot Penelitian Pengambilan Sampel Tanah di lapangan adalah
sebagai
berikut:
Punggung
4m
4m
Lereng
4m
4m
4m
lembah
4m
4m
4m
20 Meter
4cm
4cm
4m
20 Meter
Gambar 1. Tata Letak Plot Penelitian Pengambil Sampel Tanah
4. Pengambilan sampel tanah komposit
Cara pengambilan sampel tanah komposit pada masing-masing
daerah punggung, daerah lereng dan daerah lembah adalah sama, yaitu:
a. Pada
kelima titik pewakil dilakukan pengeboran sedalam 60 cm, lalu
sampel tanah diambil secukupnya, kemudian digabungkan dalam satu
wadah berupa ember, kemudian diaduk sampai merata.
24
b. Setelah sampel tanah gabungan (sampel komposit) merata, maka diambil
sebanyak kurang lebih satu (1) kg dimasukkan pada plastik gula putih.
Selanjutnya dibawa ke laboratorium.
5. Analisa di Laboratorium
Kegiatan
analisa
sampel
tanah
komposit
dilaksanakan
oleh
Laboratorium Tanah dan Air Poltanesa meliputi pH dan Unsur Nitrogen,
Phosfor, Kalium, Kalsium dan Magnesium dari ketiga lokasi yang berbeda
(daerah punggung, daerah lereng dan daerah lembah). Prosedur analisa
unsur Nitrogen, Phosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium dan pH adalah
sebagai berikut:
a. Prosedur analisa Nitrogen (N) di laboratorium adalah sebagai berikut:
1). Dasar penetapan
Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam
sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4.
kadar ammonium dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara
destilasi
atau
spectrofotometri.
pada
cara
destrilasi,
ekstrak
dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3
yang dibebaskan diikat oleh asam borat dan dititer dengan larutan
baku H2SO4 menggunakan petunjuk Conway. Cara spectrofotometri
menggunakan metode pembangkit warna indofenol biru.
2). Reagen yang digunakan adalah sebagai berikut;
a. Campuran selen p.a (tersedia di pasaran)
b. Asam sulfat pekat (95-97)%
c. Asam borat 1 %
d. Aquades
25
e. Larutan NaOH 40%
f. Larutan baku asam sulfat 0,05 N
3). Cara kerja
Destruksi contoh Timbang 0,5 g contoh tanah ukuran <0,5 mm
(0,25 g untuk tanah organik), dimasukkan kedalam beaker glass.
ditambahkan 1 g campuran selen dan 3 ml asam sulfat pekat (2,5 ml
untuk tanak organik dan diperarang semalam), didestruksi hingga
temperature 350 0c selama 3-4 jam. Destruksi selesai bila keluar
asap putih dan didapat ekstrak jernih (kuning sampai kehijauan).
Tabung diangkat, didingikan dan kemudian ekstrak dipindahkan
secara kuantitatif kedalam labu dengan corong dan aquades, tera
sampai tepat tanda 50 ml. kocok sampai homogen, ekstrak
digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi.
4). Pengukuran N
Pengukuran N dengan cara destilasi adalah sebagai berikut;
Pipet ekstrak contoh sebanyak 10 ml masukkan ke dalam labu
destilasi. Disiapkan penampung untuk NH3 yang dibebaskan yaitu
Erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% yang ditambah 3 tetes
indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat
destilasi. Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml
yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. Didestilasi hingga volume
penampung mencapai 50-75% (berwarna hijau). destilat dititrasi
dengan H2SO4 0,05 N hingga warna merah muda. Catat titer contoh
(Vc) dalam blanko (Vb).
26
5). Perhitungan
Kadar Nitrogen (%) = (Vc - Vb) x N x bst N x 100/mg contoh x 50
ml/10ml x fk
= (Vc – Vb) x N x 14 x 100/500 x 50/10 x fk
= (Vc – Vb) x 0,05 x 14 x fk
Keterangan :
Vc,b = ml titer contoh dan blanko
N
= normalitas larutan baku H2SO4
14
= bobot setara Nitrogen
100 = konversi ke %
Fk
= factor koreksi kadar air = 100/(100-% kadar air)
b. Prosedur analisa P dan K di laboratorium adalah sebagai berikut;
1). Dasar penetapan
Unsur makro dan mikro total dalam tanah dapat diekstrak
dengan cara pengabuan basah menggunakan campuran asam pekat
HNO3 dan HClO4. kadar makro dan mikro dalam ekstrak diukur
menggunakan AAS, dan spektrofotometri.
2). Reagen yang digunakan adalah sebagai berikut;
a) HNO3 p.a.
b) HClO4 p.a.
c) Aquades
d) Pereaksi standar P
e) Larutan standar P 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 ppm
f)
Larutan standar K 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 ppm
27
3). Cara kerja
Timbang 0,5 g contoh tanah 0,5 mm masukkan ke dalam
beaker glass. Tambahkan 5 ml HNO3 p.a. dan 0,5 ml HClO4 p.a. dan
biarkan satu malam. Besoknya dipanaskan pada hot plate dengan
suhu 100 0C selama 1 jam, kemudian suhu dinaikan menjadi 150 0C.
setelah uap kuning habis suhu ditingkatkan menjadi 200
0
C.
Destruksi selesai setelah keluar asap putih dan sisa ekstrak kurang
lebih 0,5 ml. Beaker diangkat dan dibiarkan dingin. Seluruh isi beaker
pindahkan secara kuantitatif kedalam labu dengan corong dan
Aquades bebas ion, tera tepat pada tanda 50 ml kocok hingga
homogen.
Ekstrak ini dibiarkan mengendap semalam, ekstrak jernih
untuk penentuan unsur makro P, K, Ca, Mg, Na, S dan Unsur mikro
Fe, Al, Mn, Cu, Zn dan B.
Pengukuran P dan K adalah sebagai berikut;
a) Pengukuran P
Pipet masing-masing 1 ml ekstrak contoh dan deret
standar P ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 9 ml air bebas ion
dan kocok (pengenceran 10 x). Pipet masing-masing 2 ml ekstrak
encer contoh dan deret standar ke dalam tabung rekasi.
Ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna P. Kocok dengan pengocok
sampai homogen dan biarkan 30 menit. P dalam larutan diukur
dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.
28
b) Pengukuran K
Pipet 1 ml ekstrak dan deret standar masing-masing ke
dalam tabung reaksi/labu dan ditambahkan 9 ml larutan La 0,25%.
Kocok sampai homogen, ukur dengan flamefotometer atau AAS
dengan deret standar sebagai pembanding.
c) Pengukuran K, Ca, Na, dan Mg
Pipet 1 ml ekstrak dan deret standar masing-masing ke
dalam tabung reaksi dan tambahkan 9 ml larutan La 0,25%. Kocok
sampai homogeny. Ukur dengan AAS dengan deret standar
sebagai pembanding.
4). Perhitungan
Kadar P,K (%)
= ppm kurva x ml ekstrak/1000ml x 100/mg contoh x fp x fk
= ppm kurva x 50/1000 x 100/500 x 10 x fk
= ppm kurva x 0,1 x fk
Kadar K, Ca, Na dan Mg (%)
= ppm kurva x ml ekstrak/1000ml x 100/mg contoh x fp x fk
= ppm kurva x 50/1000 x 100/500 x 10 x fk
= ppm kurva x 0,1 x fk
5). Pengolahan dan analisis data
Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan unsur hara makro
masing-masing daerah punggung, daerah lereng dan daerah lembah
diperbandingkan satu sama lain secara deskriptif.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Secara umum lokasi penelitian seperti halnya di lokasi lain dalam
kawasan hutan lindung Bukit Soeharto sebelum dikelola oleh Fakultas
Kehutanan Universitas Mulawarman adalah lokasi bekas pengusahaan hutan
perusahaan PT ITCI Kenangan Balikpapan/ dahulu PT.Weyer Houser
perusahaan perkayuan dari Amerika. Pada era tahun 1970-an perusahaan
perkayuan yang berada di Kalimantan Timur dan sekitarnya melakukan
kegiatan pembalakan di daerah ini, Fakultas Kehutanan Universitas
Mulawarman dalam mengelola hutan tropis di kawasan hutan lindung Bukit
Soeharto melalui kegiatan penelitian dosen dan mahasiswa, telah mendapat
bantuan dari Negara Jepang sekitar tahun 1975 melalui program internasional
yang bernama Jika. Program bantuan Jika ini telah mewariskan bangunan
permanen di Km. 54 jalan raya Soekarno Hatta arah Balikpapan Samarinda
dan sampai sekarang masih digunakan untuk kegiatan mahasiswa kehutanan
melaksanakan pendidikan di lapangan.
Sekitar tahun 1980-an pemerintah
Jerman melanjutkan bantuan untuk penelitian pada kawasan ini dengan nama
program GTZ. Bantuan pemerintah Jerman ini tidak meninggalkan bangunan
fisik, tetapi hanya mendanai penelitian dosen dan mahasiswa khususnya di
lingkungan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman.
Sejak adanya bantuan dana dari pemerintah Jepang dan Jerman
sampai sekarang ini tidak terlihat adanya kegiatan fisik seperti reboisasi dalam
30
skala besar,hanya terdapat beberapa tanaman pengayaan yang ditanam di
pinggiran jalan saja.
Perkembangan hutan di lokasi penelitian sejak kurang lebih 40 tahun
yang lalu Nampak hanya diserahkan kepada alam yaitu dari
areal bekas
penebangan mengalami suksesi alami sampai menjadi hutan sekunder tua.
Perkembangan fisik,baik iklim dan tanah yang terdapat di lokasi
penelitian lebih dipengaruhi oleh factor perkembangan atau suksesi hutan dari
bekas penebangan sampai menjadi hutan sekunder tua.
Pada plot penelitian, termasuk hutan sekunder tua, yaitu keadaan
hutan yang mengalami perkembangan dari kondisi bekas ditebang, lalu
mengalami perkembangan atau suksesi selama kurang lebih 40 tahun.
Pohon-pohon yang tumbuh di lokasi penelitian, baik pada daerah punggung,
daerah lereng dan plot
lahan yang
(Macaranga
daerah lembah di sekitarnya terdapat penutupan
relatif homogen berupa pohon Palm, pohon Makaranga
gigantea),
Ketapang
(Terminalia
catappa),
Anakan
Ulin
(Eusideroxylon zwageri), Keruing (Shorea sp), Meranti (Shorea sp), keluwak
dan semak belukar. Sehingga yang berbeda antara daerah punggung, daerah
lereng dan daerah lembah adalah posisinya saja.
2. Hasil Analisa Unsur Hara Makro
Berdasarkan hasil analisa sampel tanah di Laboratorium Tanah, Air
dan Udara Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terhadap
kandungan
Unsur hara makro pada kedalaman 60 cm pada berbagai lokasi yang berbeda
tetapi pada satu lereng, ditampilkan pada Tabel 1 berikut:
31
Tabel 1. Hasil Analisa Kandungan Unsur Hara Makro pada Kedalaman 60 Cm.
pH
Lokasi
Ca
NO
Sampel
H2O
%
1
2
3
K
Mg
P
N
Total
Total
Total
%
%
%
KCl
%
Punggung
0,178
0,028
4,56
3,53
0,102
0,071
0,017
Lereng
0,551
0,027
5,17
4,09
0,060
0,063
0,017
Lembah
0,478
0,033
4,61
3,72
0,068
0,085
0,014
0,402
0,029
4,78
3,78
0,076
0,073
0, 016
Rata-rata
1. Analisa Nitrogen (N)
Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa kandungan ratarata unsur Nitrogen (N) yang diwakili oleh daerah punggung, daerah lereng
dan daerah lembah adalah sebesar 0,016% atau berkisar dari 0,0140,017%. Kandungan Nitrogen yang tertinggi adalah yang berasal dari daerah
punggung dan lereng, diikuti daerah lembah.
2. Analisa Fosfor (P)
Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa kandungan ratarata unsur Fosfor (P) yang diwakili oleh daerah punggung, daerah lereng dan
daerah lembah adalah sebesar 0,073% atau berkisar dari 0,063-0,085%.
Kandungan Fosfor (P) yang tertinggi adalah yang berasal dari daerah
lembah, diikuti daerah punggung dan daerah lereng.
3. Analisa Kalium (K)
Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa kandungan ratarata unsur Kalium (K) yang diwakili oleh daerah punggung, daerah lereng
dan daerah lembah adalah sebesar 0,076% atau berkisar dari 0,060-
32
0,102%. Kandungan Kalium (K) yang tertinggi adalah yang berasal dari
daerah punggung. diikuti daerah lembah dan daerah lereng.
4. Analisa Kalsium (Ca)
Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa kandungan ratarata unsur Kalsium ( Ca) yang diwakili oleh daerah punggung, daerah lereng
dan daerah lembah adalah sebesar 0,402% atau berkisar dari 0,1780,551%. Kandungan Kalsium (Ca) yang tertinggi adalah yang berasal dari
daerah lereng diikuti daerah lembah dan daerah punggung.
5. Analisa Magnesium ( Mg)
Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa kandungan ratarata unsur Magnesium (Mg) yang diwakili oleh daerah punggung, daerah
lereng dan daerah lembah adalah sebesar 0,029% atau berkisar dari 0,0270,033%. Kandungan Magnesium (Mg) yang tertinggi adalah yang berasal
dari daerah lembah, dikuti daerah punggung dan daerah lereng.
6. Analisa pH H2O
Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa nilai rata-rata pH
sampel tanah yang diwakili oleh daerah punggung, daerah lereng dan
daerah lembah adalah sebesar 4,78 atau berkisar dari 4,56-5,17. Nilai pH
tanah tertinggi adalah yang berasal dari daerah lereng, dikuti daerah lembah
dan punggung.
33
B. Pembahasan
1. Nitrogen (N)
Berdasarkan analisa laboratorium terhadap sampel tanah pada
kedalaman 60 cm., menunjukkan, bahwa
kandungan rata-`rata unsur
Nitrogen (N) yang tertinggi adalah pada daerah punggung dan daerah lereng
dan yang terendah kandungan Nitrogen (N) adalah pada daerah lembah. Hal
ini dapat dikatakan bahwa kandungan Nitrogen (N) lebih banyak pada daerah
yang lebih di atas. Hal ini disebabkan karena pada kedalaman 60 cm
pengaruh kelerengan tidak ada.
2. Fosfor (P)
Berdasarkan analisa laboratorium terhadap sampel tanah pada
kedalaman 60 cm., menunjukkan, bahwa kandungan rata-rata unsur Fosfor
(P) yang tertinggi adalah pada daerah punggung, diikuti pada daerah lereng
dan daerah lembah. Hal ini dapat dikatakan bahwa kandungan Fosfor (P)
lebih banyak pada daerah yang lebih di atas. Hal ini disebabkan karena pada
kedalaman 60 cm pengaruh kelerengan tidak ada.
3. Kalium (K)
Berdasarkan analisa laboratorium terhadap sampel tanah pada
kedalaman 60 cm., menunjukkan, bahwa kandungan rata-rata unsur Kalium
(K) yang tertinggi adalah pada daerah punggung, diikuti pada daerah lembah
dan yang terendah adalah pada daerah lereng. Hal ini dapat dikatakan bahwa
kandungan Kalium (K) tidak memiliki kecenderungan tertentu dalam hal
terbanyaknya unsur hara pada kedalaman 60 cm antara daerah yang lebih di
atas dengan daerah yang lebih di bawah. Hal ini disebabkan karena pada
kedalaman 60 cm pengaruh kelerengan tidak ada.
34
4. Kalsium (Ca)
Berdasarkan analisa laboratorium terhadap sampel tanah pada
kedalaman 60 cm., menunjukkan, bahwa kandungan rata-rata unsur Kalsium
(Ca) yang tertinggi adalah pada daerah lembah, diikuti pada daerah lereng
dan yang terendah adalah pada daerah punggung. Hal ini dapat dikatakan
bahwa kandungan Kalsium (Ca) memiliki kecenderungan tertentu dalam hal
terbanyaknya
unsur hara pada kedalaman 60 cm yaitu mempunyai
kandungan yang lebih banyak pada daerah yang di bawah dibandingkan
dengan daerah yang lebih di atas.
5. Magnesium ( Mg)
Berdasarkan analisa laboratorium terhadap sampel tanah pada
kedalaman 60 cm.,
menunjukkan, bahwa
kandungan rata-rata unsur
Magnesium (Mg) yang tertinggi adalah pada daerah lembah, diikuti pada
daerah punggung dan yang terendah adalah pada daerah lereng. Hal ini
dapat dikatakan bahwa kandungan Kalium (K) tidak memiliki kecenderungan
tertentu dalam hal terbanyaknya unsur hara pada daerah yang lebih di atas
dengan daerah yang lebih bawah.
6. pH H2O Tanah
Berdasarkan Tabel 1. di atas menunjukkan, bahwa nilai rata-rata pH
sampel tanah yang diwakili oleh daerah punggung, daerah lereng dan daerah
lembah adalah sebesar 4,78 atau berkisar dari 4,56-5,17.
Nilai pH tanah
tertinggi adalah yang berasal dari daerah lereng, dikuti daerah lembah dan
punggung. Nilai pH tanah pada daerah punggung, daerah lereng dan daerah
lembah, menurut Rismunandar (1984) tergolong masam sedang.
35
Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan posisi pengambilan
sampel yaitu antara daerah punggung, daerah lereng dan daerah lembah
tidak mempunyai kecenderungan terhadap unsur hara tertentu yang tertinggi
atau yang terendah
.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Kandungan unsur hara Nitrogen (N) pada lokasi penelitian tertinggi pada daerah
punggung dan lereng, dan terendah pada daerah lembah.
2.
Kandungan unsur hara Fosfor (F) pada lokasi penelitian tertinggi pada daerah
lembah, diikuti oleh daerah punggung dan terendah pada daerah lereng.
3.
Kandungan unsur hara Kalium (K) pada lokasi penelitian tertinggi pada daerah
punggung,dikuti daerah lembah dan terendah pada daerah lereng.
4.
Kandungan unsur hara Kalsium (Ca) pada lokasi penelitian tertinggi pada
daerah lereng, diikuti daerah lembah dan terendah pada daerah punggung.
5.
Kandungan unsur hara Magnesium (Mg) pada lokasi penelitian tertinggi pada
daerah lembah, diikuti punggung dan terendah pada daerah lereng.
6.
Nilai pH tanah pada lokasi penelitian tertinggi pada daerah lereng (5,17), diikuti
daerah lembah (4,61) dan terendah pada daerah punggung (4,56).
B. Saran
1. Dalam penelitian ini pada kedalaman sampel 60 cm, untuk menambah informasi
agar dilakukan penelitian pada kedalaman yang berbeda misalnya 0-30 cm dan
sebagainya..
37
2. pH di lokasi penelitian tergolong masam sedang, jika akan digunakan untuk
media tanam perlu dilakukan pengapuran untuk perbaikan pH tanahnya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1990. Sifat-sifat Kimia Tanah LPT Bogor.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung.
Hakim, N, dkk, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah Penerbit Universitas Lampung.
Hamzah, Z, 1982. Ilmu Tanah Hutan, Diktat Kuliah Fakultas Kehutanan Unmul
Samarinda
Rismunandar, 1984. Tanah Seluk Beluknya Bagi Pertanian, Penerbit Sinar
Baru. Bandung.
Rosmarkam (2001), Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian. Yogyakarta
UGM.
Sutedjo, M.M dan Kartasapoetra, AG. 1989. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Suryatna, 1982. Analisa Tanah, Air dan Jaringan Tanaman, Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Sutedjo dan Kartasapoetra 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakrta.
Sutedjo dan Kartasapoetra , 1991). Pengatur Ilmu Tanah. Jakarta.
Tjwan, K, B, 1965. Pengatur Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Rineka Cipta. Jakarta.
40
Gambar 2. Sketsa Lokasi Penelitian
41
Lampiran 2. Derajat, Kemasaman maupun kebasaan Menurut Rismunandar (1984)
pH
10-9
8
7
6
5
4
3
Derajat kemasaman/ kebasaan
Sangat Basa/alkalis
alkalis
netral
sedikit masam
masam sedang
masam benar
sangat masam
42
Lampiran 3. Kriteria Sifat Kimia Tanah (Badan Pengembangan dan Penelitian Pertanian
2012)
Keterangan
Nilai
Rendah
Sedang
Tinggi
%
Sangat
rendah
<1
Bahan
organik N
N
P2O3
Sangat
tinggi
>5
1-2
2-3
3-5
%
Ppm
<0,1
<100
0,1-02
100-200
0,21-0,5
250-1000
>0,75
>2000
K2
Ca
Mg
K
Na
Kejenuhan
Bahasa
Kejenuhan
AI
Pori makro
Pori mikro
Air tersedia
pH
Ppm
Me/100g
Me/100g
Me/100g
%
%
<100
<2,0
<0,4
<0,1
<0,1
<20
100-200
2-5
0,4-1,0
0,1-0,3
0,1-0,3
21-35
200-500
5-10
1,1-2,0
0,4-0,7
0,4-0,5
36-50
0,51-0,75
10002000
11-20
2,1-8,0
0,5-1,0
0,6-1,0
50-70
31-60
%
<5
6-20
21-30
>15
-
%
%
1/m3
-
<5
<5
<60
<4,5<Sangat
masam
5-10
5-10
60-120
4,5-5,5
masam
15-20
16-20
181-240
6,6-7,5
netral
Bahan
Organik
Total
Bahan
Organik C
C/N
KTK
%
1
1-2
11-15
11-15
121-180
5,6-6,5
agak
masam
201-3
3,01-5
>20
>20
>240
76-80
agak
alkalis
>5
%
1
1-2
201-3
3,01-5
>5
-
5
6
5-10
6-16
11-15
17-24
16-25
25-40
>25
>40
>20
>8,0
>1,0
>1,0
>70
>60
43
Gambar Lampiran 3. Lokasi Plot Penelitian
Gambar 2. Pengukuran Plot Penelitian
Gambar 4. Pengambilan Sampel Tanah
Menggunakan BorTanah
Gambar 3. Pengukuran Lereng Penelitian
Gambar 5. Pencampuran Sampel Tanah
komposit
Download