MIKORIZA ARBUSKULA DAN KASCING: PENGARUH TERHADAP

advertisement
MIKORIZA ARBUSKULA DAN KASCING:
PENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
SARTINI
Salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan unsur hara P dalam tanah
adalah menggunakan cendawa Mikoriza
Arbuskulu (CMA). CMA ini bersimbiosis
dengan akar tanaman membentuk hifa
eksternal
mampu
meningkatkan
kemampuannya untuk menyerap unsur
hara P dalam tanah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa cenda tersebut
mampu menggunakan unsur P yang
terinfeksi oleh partikel tanah (Young et al
cit Widearti dan Kramadibrata, 1992).
Mikoriza adalah salah satu cendawa
yang bersimbiosis mutualisme dengan
perakaran
tanaman
tingkat
tinggi.
Simbiosis ini ditandai dengan adanya sifat
yang menguntungkan bagi cendawa itu
sendiri maupun bagi tanaman inangnya.
Oleh karena itu Mikoriza memegang
peranan penting dalam meningkatkan
produktivitas
lahan
bermasalahan
dengan
menginokulasikan
cendawa
tersebut ke dalam tanah.
Penyerapan unsur hara yang cukup
karena adanya simbiosis CMA dan
tanaman tinggi dan penggunaan kascing
akan
merangsang
tanaman
aktif
menghasilkan sel-sel baru pada bagian
titik tumbuh tanaman. Hal ini akan
meningkatkan laju pertumbuhan vegetatif
termasuk pertumbuhan tinggi tanaman.
Selanjutnya bila sel-sel aktif membelah,
maka akan terjadi pertumbuhan yang
dicirikan bertambah tingginya tanaman.
Hasil
penelitian
Fakura
(1988)
menunjukkan bahwa inokulan mikoriza
pada bibit Pinus merkusi
dapat
meningkatkan penambahan tinggi bibit
tanaman
sebeasr
24%,
sedangkan
Suhendi (1995) membuktikan bahwa
mikoriza pada tanaman menambah
tinggi tanaman 1123.22%.
Kasing merupakan pupuk yang
mempunyai kandungan hara N,P,K dan C
organik
yang
berfungsi
untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman
seperti yang diteliti oleh Oktanis (2000).
Bahan organik juga bertugas sebagai
pengagretan
tanah sehingga akan
memperbaiki sifat kimia dan biologi pada
tanah jenis Ultisol, juga memudahkan
penambatan dan dapat membentuk
penggabungan dengan unsur hara mikro
(Sanches, 1992).
MANFAAT PUPUK ORGANIK KASCING
Peningkatan bobot kering bagian
bawah tanaman akibat pemberian
pupuk kascing berkaitan erat dengan
adanya perbaikan sifat fisik tanah
sehingga memudahkan pertumbuhan kar
(Sarief, 1986) dan menyediakan bahan
makanan bagi jasad renik dan unsur hara
bagi tanaman. Peningkatan unsur hara
dengan adanya inokulan CMA dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman
semakin meningkat, dimana peningkatan
pertumbuhan tanaman dicirikan dengan
meningkatnya bobot kering.
Inokulan
CMA
juga mampu
menambah pertambahan jumlah dan
panjang akar tanaman, dengan demikian
unsur hara yang diserap akan semakin
meningkat.
Menurut Pan dan Cheng
(1988) dalam Muzakkir akar tanaman
yang diinokulasi dengan CMA selain
mampu meningkatkan penyerapan unsur
hara P, juga mampu meningkatkan
penyerapan unusr hara lain seperti N, K,
Mg, M, N dan Zn. Disamping itu hifa
eksternal membantu penyerapan air yang
sangat berguna dalam proses fotosintesis.
Faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan akar tanaman adalah sifat
fisik tanah. Menurut Singer (1991) kondisi
fisik tanah menentukan penetrasi akar
dalam tanah, retensi, drainase, aerasi
dan nutrisi tanaman.
Terbatasnya udara tanah akan
menghambat
pengupana
air
dan
menghambat penyerapan unsur hara
tanah, menekan aktivitas mikroorganisme
tanah, sehingga proses biologi yang
berhubungan dengan kesuburan tanah
terhambat (Singer, 1991).
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 1, April 2004: 36-38
41
HUBUNGAN TANAH DAN TANAMAN
DENGAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA)
Menurut
Sanchez
untuk
mempertahankan bahan organik di
daerah tropik basah yang tingkat
pelapukannnya
intensif,
diperlukan
produktivitas tanah dapat dipertahankan.
Penggunaan bahan organik sangat
karena dapat menyumbangkan unsur
hara
memperbaiki
sifat fisik tanah
sehubungan dengan hal ini maka
penambahan
bahan organik sangat
penting di samping pupuk buatan.
Berdasarkan struktu tubuh dan cara
infeksinya pada perakaran tanaman
inang dikenal tiga golongan besar
mikoriza yaitu Ektomikoriza mempunyai
mantel halus dan mengelilingi permukaan
akar sedangkan
ektedomikoriza tidak
memiliki mantel tetapi dapat menerobos
masuk diantara ruang sel (Setiadi, 1991;
Smith dan Read, 1997). Endomikoriza
mempunyai tiga tipe, dua diantaranya
terjadi pada ordo Eritlaes dan famili
Orchidaceae dan tipe ke tiga adalah
Phycomycetes yang disebut dengan
CMA (Fetter dan Hay, 1991).
Menurut Kabirun (1990) hubungan
simbiosis
antara
sistem
perakaran
tanaman dengan kelompok cendawa
tertentu yang saling
menguntungkan
adalah tanaman mendapatkan hara
tanaman lebih banyak, sedangkan bagi
cendawanya sendiri diuntungkan karena
mendapat fotosintat dari inangnya. Yang
paling penting dari tanaman yang
bersimbiosis dengan CMA adalah dapat
memperbaiki
pertumbuhan tanaman
dengan meningkatkan penyerapan unsur
hara P (Fitter dan Hay, 1991). Tanah-tanah
yang mempunyai kandungan unsur P
minimum merupakan faktor pembatas
bagi pertumbuhan tanaman,
tetapi
dengan menginokulasikan CMA tersebut
ke dalam tanah akan sangat membantu
dalam penyerapan unsur-unsur hara yang
diperlukan.
Ciri-ciri
CMA
adalah
adanya
arbuskula, merupakan hifa yang masuk ke
sel kortek tanaman inang kemudian hifa
ini bercabang-cabang seperti pohon
dengan cabang terkecil berdiameter 1
mikron, tetapi yang terinfeksi tidak
membesar. Salah satu genera CMA yang
umum ditemukan adalah Glomus sp.
(Kabirun dan Wdata, 1995), Gigaspora sp.
Acaulospora sp. (Gederman, 1968, dalam
Ei Farda Husin 1992).
42
Perkemabgnan CMA berkorelasi erat
dengan jumlah eksudat akar. Hal ini
disebabkan karena dari kaar dikeluarkan
eksudat yang mengandung bahanbahan organik termasuk karbohidrat dan
asam amino yang berguna bagi
perkecambahan
kapasitas mikroriza
tersebut.
Adanya
CMA
dapat
memperbaiki
dan
meningkatkkan
kapasitas serapan air. Hal ini telah diteliti
oleh Mengel tahun 1978 dalam Setiadi
(1994) pada bibit apokat yang diinokulasi
dengan CMA. Adanya asam organik dan
enzim phosphatase yang dihasilkannya
dapat meningkatkan P terlarut. Porpor
terlarut tersebut dapat masuk ke dalam
hifa eksternal CMA. Bagian yang penting
dari mikoriza adalah miselium yang
terdapat diluar akar, dimana bagian luar
hifa
tersebut
berperan
dalam
penyerapan unsur hara tanaman. Jarak
yang ditempuh oleh hara tanaman
dengan adanya mikoriza dapat di
perpendek.
Hifa dari CMA tumbuh pada
permukaan akar terlihat kuat pada
jaringan
epidermis. Hifa eksternal ini
merupakan bagian dari sistem mikoriza
yang menambah luas permukaan akar
sehingga tanaman secara tidak langsung
mampu menyerap unsur-unsur hara lebih
banyak (Gederman, 1968). Arbuskula
adalah hifa yang masuk ke sel kortek
tanaman inang, kemudian hifa ini
bercabang-cabang
seperti
pohon.
Masing-masing
cabang
arbuskula
dikelilingi oleh plasmalemma sel korteks
pada akar. Di duga melalui arbuskula ini
terjadi pertukaran hara antara tanaman
inang dengan CMA. CMA mempunyai
bangunan seperti vesikel, semacam
kantong karena terjadi pembengkakan
pada
ujung
hifanya.
Vesikula
ini
mengandung
lemak
dan
berfungsi
sebagai organ menyimpan makanan
cadangan bagi mikoriza (Mosse, 1981).
Tanaman yang ber CMA biasanya
lebih tahan terhadap cekaman air
dibandingkan dengan yang tidak. Bibit
tanaman kelapa sawit yang terinfeksi
CMA akan lebih resisten terhadap
kekerinan dan kelayuan serta tumbuh
lebih cepat dibanding dengan tanaman
yang tidak ber CMA. Selain itu bibit yang
ber CMA akan tumbuh dan berkembang
lebih intensif dengan penampakan yang
segar dengan perbandingan pucukpucuk yang serasim (Setyadi, 1990). Telah
diketahui bahwa terdapat asosiasi antara
cendawa dengan tanaman perkebunan
tropis,
terutama
adalah
terjadinya
Mikoriza Arbuskula dan Kascing: Pengaruh terhadap Pertumbuhan Tanaman
(Sartini)
perbaikan serapan unsur hara serta
terpenuhinya kebutuhan hasil fotosintesis
untuk mikoriza itu sendiri. Bagi tanaman
sendiri pengaruh adanya CMA sangat
menguntungkan
kepada
terjadinya
pemindahan unsur hara dari mikoriza ke
tanaman inang.
DAFTAR PUSTAKA
Eti, Farda Husin, 1992. Pemanfaatan Jamur
Pelarut
fosfat
dan
mikoriza
vesikuler arbuskula dengan S.
rotrasta
untuk
peningkatan
produktifitas lahan transmigrasi di
Sumatera Lapo. Penelitian Hibah
bersama
II/2/PT/TA.94/95.
Direktorat Pembinaan Penelitian
dan
Pengabdian
Masyarakat.
Depdiknas Fak Pertanian UNAND
Padang Hal : 1 –3.
Fitter, AH, Dan R.K.M. Hay 1991.
Environmental Phsiology if Plant.
Terjemahan sri Handayani, E.D.
Purbayanti dan B. Sri Sandono.
Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Gadjah Mada University.
distribution of ATP aces of Fungal
and Plant membranes. Biotrop
Special Publication no. 56 p.93.
Smith, S.E dan D.J. Read. 1997. Mycorhizae
Simbiosis.
Second
edition.
Academic
Press
Ammoccout
brace and Company Publisher
New York, pp : 120 – 160.
Suhendi, D dan B. Purwadi 1995.
Pelestarian plasma nutfah lamtoro
dan
pemanfaatannya.
Warta
Puslit. Kopi dan Kokoa 11 (1) : 1-16.
Oktanis Emalinda. 2000. Kandungan hara
cacing tanah dengan kandungan
hara berbeda serta pengaruhnya
terhadap beberapa sifat kimia
dan biologi Ultisol.
Sanches, P.A 1992. Properties and
management of soil in the Tropics.
Diterjemahkan menjadi sifat dan
Pengolahan
Tropik
oleh
J.T.
Jayadinata. ITB Bandung, Hal : 115125.
Saref, E. Saifuddin. 1985. Kesuburan dan
pemupukan
tanah
pertanian.
Pustaka Buana Bandung. 154. hal.
Setiadi,
Y.
1999.
Pemanfaatan
Mikroorganisme
dengan
kehutanan Dept. P dan K Dirjen
DIKTI PAV Bioteknologi IPB Bogor.
Singer, M.J dan D.N Munns. 1991 solisan
introduction.
Second
Edition.
Macmillan Publishing company,.
New York.
Smith , S.E dan R. Nutrient transport in
vesikuler
arbuskula
micorriza.
Model New Basses on the
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 2, Nomor 1, April 2004: 36-38
43
Download