I. PENDAHULUAN Mangrove adalah tumbuhan yang khas berada

advertisement
I.
PENDAHULUAN
Mangrove adalah tumbuhan yang khas berada di air payau pada tanah
lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut.
Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan
untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan
untuk tumbuh dalam perairan asin dan pasang surut.Kondisi lingkungan tersebut
menyebabkan habitat mangrove bersifat spesifik yang hanya dapat ditempati oleh
spesies tumbuhan dan fauna tertentu yang telah teradaptasi dengan lingkungan
setempat (Hogarth, 2007). Kawasan hutan mangrove berperan sebagai daerah
asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground), dan daerah
pemijahan (spawning ground) (Nybakken, 1992). Menurut Kusmana, et al. (2003)
fungsi lainnya keberadaan hutan mangrove adalah menjaga garis pantai dan tebing
sungai dari erosi agar tetap stabil. Oleh karena itu, sepanjang pantai yang
bermangrove memiliki peranan penting dalam menjaga kestabilan kondisi daratan
dan lautan (Kustanti, 2011).
Fachrul (2007) menyatakan bahwa struktur komunitas merupakan
komponen penyusun tegakan dari beberapa populasi yang saling berkaitan antara
biotik dan abiotik di suatu habitat. Sedangkan analisis struktur komunitas adalah
menganalisa pada suatu komunitas meliputi komposisi spesies, jumlah individu,
keanekaragaman spesies, dan kesamaan spesies.Struktur komunitas tidak lepas
kaitannya dengan potensi karbon tersimpan di atas tanah dengan kata lain
biomassa. Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas
permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan berat/luas (Brown,
2
1997). Sedangkan Sutaryo (2009) menyatakan biomassa adalah total berat atau
volume organisme dalam suatu area/volume tertentu.
Kawasan hutan mangrove diinformasikan dari Dirjen Pemda Depdagri dan
PKSPL-IPB (1999) bahwa tahun 1997, luas hutan mangrove di Segara Anakan
adalah 8.957 ha, yang terdiri dari 6.290 ha dalam kondisi baik, dan 2.457 ha
dalam kondisi rawan. Salah satu kawasan hutan mangrove yang mengalami
penurunan luasan dengan cepat adalah di Segara Anakan (Pemda TK II Cilacap,
1998 dalam Suryono, 2006). Penurunan luasan hutan mangrove di Segara Anakan
juga diikuti hilangnya berapa spesies vegetasi mangrove karena tingginya tingkat
aktifitas manusia di wilayah pesisir dan konversi lahan mangrove untuk
kepentingan lain. Cepatnya penurunan luasan yang diakibatkan oleh beralih
fungsinya lahan menjadi tambak dan lahan pertanian tentunya juga akan
mengubah struktur komunitas maupun pola distribusi mangrove yang ada
(Suryono, 2006).
Akibat rusaknya ekosistem mangrove terjadi perubahan struktur
komunitas mangrove dan berkurangnya kerapatan vegetasi mangrove yang dalam
jangka panjang akan menggangu keseimbangan ekosistem mangrove. Kerusakan
hutan mangrove juga menyebabkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon
menurun dimana biomassa dan senyawa organik yang tersimpan di dalam hutan
akan terlepas ke udara menjadi gas rumah kaca. Selain itu, kerusakan hutan akan
menyebabkan terbukanya permukaan tanah terhadap radiasi dan cahaya
matahari,dampak langsungnya adalah meningkatnya suhu tanah dan turunnya
kadar air tanah. Pembukaan tajuk akan mempercepat perubahan suatu spesies
yang melewati batas dari satu daerah ke daerah lain untuk spesies pionir karena
2
3
ketersediaan cahaya akan memicu perkecambahan benih yang banyak tersedia di
permukaan tanah yang secara langsung akan merubah struktur dan komposisi
hutan (Novita, 2010). Disimpulkan oleh Winarno et al., (2003) bahwa kerusakan
ekosistem hutan mangrove secara sederhana dapat diukur dari penurunan luas
hutan dan akibat kerusakan ekosistem mangrove tersebut, kondisi ini
mengkhawatirkan kawasan hutan mangrove.
Basyuni
(2002)
menyatakan
bahwa
perlu
segera
diatur
untuk
menghentikan perusakan dengan upaya pemulihan melalui restorasi hutan
mangrove yaitu menata kembali yang mengalami kerusakan. Restorasi menurut
Mish (1989) adalah tindakan untuk mengembalikan sesuatu ke kondisi semula.
Tujuannya untuk mengembalikan struktur, fungsi, keanekaragaman dan dinamika
suatu ekosistem yang dituju (Primack et al., 1998). Tujuan restorasi lainnya
adalah memperkaya keanekaragaman hayati landskap, mempertahankan suplai
produksi sumberdaya alam, terutama perikanan dan kayu, melindungi kawasan
pantai dan fungsi sosial budaya (Ronnback, 1999). Restorasi ekosistem mangrove
diharapkan dapat memulihkan kondisi lingkungan seperti semula, meskipun
harapan ini tidak selalu berhasil mengingat pada kasus tertentu kerusakan yang
timbul bersifat permanen (Setyawan et al., 2004).
Pengaruh restorasi terhadapstruktur komunitas menurut Setyawan (2004)
ditujukan
untuk
mengembalikanfungsi
ekosistem
yang
rusak,
menjaga
keanekaragaman hayati (tempat untuk berkembang biak, mencari makan dan
membesarkan anak berbagai fauna). Pengaruh restorasi lainnya secara tidak
langsung sebagai suplai kayu masyarakat, menyediakan bahan pangan, menjaga
nilai budaya, menyediakan sarana pendidikan dan wisata. Sedangkan pengaruh
3
4
restorasi terhadap biomassa untuk menjaga kestabilan serapan karbon dimana
biomassa dan senyawa organik yang tersimpan di dalam hutan mangrove
mengurangi emisi gas rumah kaca. Kegiatan restorasi pada hutan mangrove
ditujukan untuk menghadirkan kembali ekosistem mangrove yang hampir hilang.
Setyawan (2006) juga menyatakan bahwa restorasi berpotensi besar menaikkan
nilai sumber daya hayati mangrove, memberi mata pencaharian penduduk,
mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas, dan produksi perikanan.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah
1. Bagaimanakah struktur komunitas vegetasi mangrove pada area restorasi di
Segara Anakan, Cilacap,
2. Bagaimanakah biomassa vegetasi mangrove pada area restorasi di Segara
Anakan, Cilacap.
3. Bagaimanakah perbedaan struktur komunitas dan biomassa vegetasi
mangrove pada area restorasi yang berbeda di Segara Anakan, Cilacap.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui struktur komunitas vegetasi mangrove pada area restorasi di
Segara Anakan, Cilacap.
2. Mengetahui biomassa vegetasi mangrove pada area restorasi di Segara
Anakan, Cilacap.
3. Mengetahui perbedaan struktur komunitas dan biomassa vegetasi mangrove
pada area restorasi yang berbeda di Segara Anakan, Cilacap.
4
5
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah mengenai
struktur komunitas dan biomassa pada area restorasi mangrove di Segara Anakan,
Cilacap.
5
Download