bab i pendahuluan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara
menyeluruh, terpadu, berwawasan lingkungan dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara optimal, meliputi air permukaan (air
sungai dan air danau), air tanah dan mata air. Menurut PP No.35 Tahun 1991 (Pasal
7) sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumberdaya
alam yang
mempunyai fungsi multi dimensi bagi kehidupan dan penghidupan manusia, salah
satunya adalah penyedia air untuk pengairan/ irigasi. Pengelolaan penggunaan
sumberdaya air salah satunya air permukaan (air sungai) dengan cara yang efektif
merupakan kunci penentu untuk memperkecil kekurangan ketersediaan air di Bali.
Jumlah sungai di Bali termasuk anak sungai sebanyak 239 buah dengan
panjang total 1.894,98 kilometer, dimana salah satunya adalah wilayah Sungai/Tukad
Yeh Ho yang telah dimanfaatkan untuk mengairi sawah yang berada di bagian
Selatan Kabupaten Tabanan. Daerah aliran wilayah Sungai/ Tukad Yeh Ho termasuk
dalam Sub Wilayah Sungai dengan kode 03.01.02 yang luasnya 10.59% dari luas
Pulau Bali, didominasi oleh daerah aliran sungai (DAS) Tukad Yeh Ho. Tukad Yeh
Ho memiliki panjang sungai 45,15 km dan luas DAS 162,60 km2. Tukad Yeh Ho
merupakan jenis sungai kontinyu dengan karakteristik mampu mengalirkan air
sepanjang tahun sehingga tingkat penggunaan lahan pada daerah aliran wilayah
Sungai/ Tukad Yeh Ho merupakan areal pertanian yang sebagian besar didominasi
oleh usahatani pertanian lahan basah.
2
Secara administratif DAS Yeh Ho memiliki luas wilayah sebesar 19.369 Ha
meliputi 29 desa di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Penebel (14 desa), Kecamatan
Kerambitan (6 desa) dan Kecamatan Selemadeg Timur (9 desa). DAS Yeh Ho dibagi
menjadi 16 Daerah Irigasi (DI) dengan luas lahan sawah sebesar 6.490 ha. Dari 16
Daerah Irigasi (DI) tersebut 2 DI dengan luas diatas 1000 Ha dan 14 DI dengan luas
dibawah 1000 Ha.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 2006
khususnya pada Bab IV pasal 16, 17 dan 18 menjelaskan tentang kewenangan dan
tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan ketentuan: Daerah Irigasi
(DI) dengan luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah
Pusat, Daerah Irigasi (DI) antara 1000 ha - 3000 ha kewenangan Pemerintah Provinsi
dan Daerah Irigasi (DI) lebih kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadi kewenangan
dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten, sedangkan jika berada pada lintas
kabupaten maka menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi. Jaringan tersier
sepenuhnya merupakan tanggungjawab organisasi petani (P3A) dalam hal ini adalah
masyarakat petani (Subak). Pembagian kewenangan ini pada dasarnya merupakan
upaya untuk mendelegasikan otoritas dengan tidak mengingkari konsep manajemen
pengelolaan air pada wadah Daerah Aliran Sungai atau sub-WS sehingga konflikkonflik dalam pemenuhan air irigasi dapat diminimalisir.
Untuk peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, pada dasarnya
dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan antara lain ekstensifikasi, intensifikasi
dan rehabilitasi, namun upaya tersebut memerlukan waktu yang panjang. Dalam
jangka pendek pilihan yang layak untuk meningkatkan produktivitas usahatani
adalah melalui intensifikasi dengan meningkatkan optimalisasi pemanfaatan
3
sumberdaya yang dapat dilakukan salah satunya melalui alokasi air irigasi secara
efektif dan efisien dan faktor penentu keberhasilan usahatani padi di lahan sawah
adalah adanya fungsi jaringan irigasi yang efisien dan efektif (Saptana. dkk, 2001).
Perlunya alokasi sumberdaya air (irigasi) pada lahan sawah terkait dengan kinerja
pengelolaan air irigasi pada level usahatani yang masih jauh dari optimal, bahkan
cenderung masih boros, sementara itu kehilangan air yang terjadi di saluran irigasi
juga sulit ditekan. Pentingnya jaringan irigasi ini ditunjukkan pula dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 2006 tentang Irigasi.
Permasalahan keterbatasan kemampuan dalam penyediaan air irigasi
diakibatkan oleh penurunan fungsi jaringan irigasi dan keterbatasan pembangunan
jaringan irigasi yang baru, dan juga akibat banyaknya kerusakan pada bangunan dan
jaringan irigasi yang tidak tertangani sehingga tidak dapat menyalurkan dan
membagi air dengan baik sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan air per ha,
disamping itu juga kurangnya peran serta atau rasa memiliki dari masyarakat petani
terhadap bangunan dan jaringan irigasi tersebut. Disamping permasalahan tersebut
juga diakibatkan oleh pola perilaku petani daerah hulu yang “menimbun” air.
Perilaku petani tersebut mengakibatkan petani di daerah hilir mengalami kekurangan
air sehingga pembagian air di daerah hulu dan hilir tidak merata terutama di musim
kemarau.
Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan sebenarnya merupakan kegiatan yang
menentukan pencapaian tujuan pembangunan. Penilaian keberhasilan suatu
pembangunan prasarana bukan ditentukan dengan terbangunnya prasarana tersebut,
tetapi sangat tergantung pada fungsi atau layanan dari prasarana tersebut.
4
Pada pengelolaan irigasi di aliran Tukad Yeh Ho saat ini sudah ada “Subak
Agung Yeh Ho”. Subak Agung Yeh Ho, yaitu wadah koordinasi antar Subak pada
satu kesatuan aliran Tukad Yeh Ho. Subak Agung Yeh Ho tersebut merupakan
gabungan Subak-Subak di sepanjang Aliran Tukad Yeh Ho dalam rangka
memudahkan koordinasi tanpa menghilangkan kemandirian dari masing-masing
subak yang bersangkutan. Subak Agung Yeh Ho adalah kelembagaan masyarakat
yang muncul dari bawah (bottom-up) sesuai dengan sosial budaya setempat. Guna
mencapai tujuan dari pengelolaan Aliran Tukad Yeh Ho seperti yang disebutkan di
atas, maka perlu kelembagaan yang mengelola Aliran Tukad Yeh Ho secara
tersendiri dalam rangka pengelolaan aliran sungai secara terpadu (one river one
management).
Daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk merupakan
daerah irigasi kewenangan provinsi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri PU No.
390/2009 dengan luas diatas 1000 Ha. Oleh karena itu jaringan atau ruas primer dan
sekunder yang terdapat pada daerah irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan
Lambuk merupakan tanggung jawab pemerintah provinsi terutama untuk operasional
dan pemeliharaan ruas primer dan sekunder. Subak gede sesuai dengan
kewenangannya juga bertanggung jawab terhadap ruas primer dan skunder dengan
berkoordinasi dengan Subak agung. Pemerintah provinsi dan subak gede merupakan
dua institusi yang memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan daerah irigasi
Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti
tingkat efektivitas pengelolaan jaringan irigasi Tukad Yeh Ho khususnya daerah
irigasi Caguh dan daerah irigasi Gadungan Lambuk yang dilakukan oleh pemerintah,
subak gede dan subak agung.
5
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana efektivitas pengelolaan Jaringan Irigasi yang dikelola oleh
Pemerintah Provinsi pada ruas primer dan sekunder pada Daerah Irigasi di
aliran Tukad Yeh Ho khususnya pada DI Caguh dan DI Gadungan
Lambuk?.
b. Apakah pengelolaan jaringan irigasi yang ada di aliran Tukad Yeh Ho
sudah efektif untuk memenuhi kebutuhan air irigasi khususnya pada DI
Caguh dan DI Gadungan Lambuk?.
c. Apakah kelembagaan “ Subak Agung Yeh Ho” sudah berjalan efektif
dalam mengelola pembagian air irigasi yang ada di Tukad Yeh Ho
khususnya pada DI Caguh dan DI Gadungan Lambuk?.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang disajikan diatas maka dapat dirumuskan
beberapa tujuan penelitian efektivitas pengelolaan jaringan pada Tukad Yeh Ho
khususnya pada daerah irigasi Caguh dan Gadungan Lambuk adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui tingkat efektivitas pengelolaan Jaringan Irigasi yang dikelola
oleh Pemerintah Provinsi pada ruas primer dan sekunder pada DI Caguh
dan DI Gadungan Lambuk.
6
b. Mengetahui dan merumuskan tingkat efektivitas pengelolaan jaringan
irigasi dalam memenuhi kebutuhan air bagi Daerah Irigasi Caguh dan
Daerah Irigasi Gadungan Lambuk.
c. Mengetahui tingkat efektivitas pembagian air irigasi yang dilakukan oleh
kelembagaan “ Subak Agung Yeh Ho”.
1.4
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam kajian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan responden hanya berdasarkan wilayah aliran Tukad Yeh Ho,
sesuai dengan Daerah Irigasi yang secara langsung memanfaatkan air
Tukad Yeh Ho untuk kepentingan air irigasi.
1.5
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Memberikan informasi kondisi pengelolaan jaringan irigasi dalam
memenuhi kebutuhan air irigasi.
b. Mengetahui efektivitas kelembagaan Subak Agung dalam pembagian air
irigasi.
c. Sebagai refrensi bagi instansi terkait yang menangani pengelolaan sumber
daya air dan pengembangan irigasi di Kabupaten Tabanan.
Download