KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh NINIK HIMAWATI NIM 11111127 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016 2 KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh NINIK HIMAWATI NIM 11111127 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016 3 4 5 6 MOTTO إِ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْسًرا Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu Ada Kemudahan (QS. Al-Insyirah: [94]:6) Jangan berdo’a untuk mendapatkan hidup yang mudah, berdo’alah agar bisa bertahan dalam kehidupan yang sulit untuk mencapai hidup yang lebih baik (Bruce Lee) 7 PERSEMBAHAN Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku, Bapak Maftukhin dan Ibu Khumaidah yang menjadi alasan terbesar untuk terselesaikannya skripsi ini, dan yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moral, spiritual dan material yang tidak dapat tergantikan, semoga amal baik dari skripsi ini menjadi pahala untuk beliau berdua. 2. Kakakku M. Teguh Firman Syah dan Slamet Riyadi, serta adikku M. Rizqil Awwal. Terimakasih atas do‟a dan supportnya. 3. Semua Guru TK Pertiwi Tahunan, SDN Tahunan Kampus 03,04,05, MTsN Bawu Jepara, SMAN 1 Jepara, serta seluruh Dosen IAIN Salatiga, khususnya untuk pembimbingku Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag yang telah memberikan bimbingan, arahan, kesabaran dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Supriyadi dan Ibu Nanik, selaku pemilik TPQ Al-Ikhlas Tegalrejo Salatiga, yang sudah memberikan banyak bantuan, perhatian dan pengalaman. 5. Teman-teman kos HFC Yeni, Riska, Titik, Ika, Farida, Etik, Ana, Mega serta sahabatku RENIREF yang di Jepara. 6. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2011 IAIN Salatiga 8 KATA PENGANTAR Asslamu‟alaikum Wr. Wb Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Konsep Pendidikan Karakter Dalam AlQur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Misbah). Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI. 4. Ibu Tri Wahyu Hidayati M.Ag., mengarahkan, membimbing, selaku memberikan pembimbing petunjuk dan yang telah meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Eva Palupi S.Psi, selaku dosen pembimbing akademik yang membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga. 6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. 9 10 ABSTRAK Himawati, Ninik. 2016. Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Misbah). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19. Kitab Tafsir Al-Misbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 telaah atas kitab tafsir AlMisbah2. Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode analisis (content analysis). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, yaitu menjelaskan dan menguraikan makna yang terkandung dalam sumber utama yaitu kitab tafsir Al-Misbah yang menggunakan metode tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an, serta menganalisis dan menguraikan makna yang terkandung dalam sumber-sumber sekunder kemudian diperoleh suatu hasil interpretasi guna menjawab pertanyaa yang ada. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 hasil telaah kitab tafsir Al-Misbah adalah pendidikan Tauhid, Pendidikan Ibadah, Dakwah dan Pendidikan Akhlak (2) Penerapan konsep pendidikan karakter dalam AlQur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini adalah dengan cara penanaman nilai-nilai yang dilakukan setiap hari baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah, sehingga diharapkan mampu menjadikannya kebiasaan yang baik agar nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi yang kokoh dalam karakter seseorang. 11 DAFTAR ISI SAMPUL LEMBAR BERLOGO…………………………………………………………. ii HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… iii HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… iv HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN………………………………… v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………….. vi HALAMAN MOTO……………………………………………………………. vii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. viii KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ix ABSTRAK……………………………………………………………………… xi DAFTAR ISI…………………………………………………………………… xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………….......... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………....... 5 C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 5 D. Mafaat Penelitian………………………………………………. 6 E. Metode Penelitian………………………………………………. 7 F. Penegasan Istilah………………………………………………... 8 G. Sistematika Penulisan…………………………………………… 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter…………..…………...…………..14 1. Pengertian Pendidikan Karakter…………………………...14 2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter………………….15 12 3. Ciri-ciri Pendidikan Karakter………………………………16 4. Tujuan Pendidikan Karakter………………………………..17 5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter………………………. 17 6. Komponen Pendidikan Karakter……………………………19 7. Nilai-nilai Pendidikan Karakter…………………………….19 B. Mengenal KitabTafsir Al-Misbah……………………………….21 1. Biografi M. Quraish Shihab………………………………… 21 2. Metode dan Corak Kitab Tafsir Al-Misbah………………….22 3. Karakteristik Kitab Tafsir Al-Misbah………………………..24 BAB III KAJIAN TAFSIR A. Surat Luqman Ayat 12-13…………………………………….26 B. Surat Luqman Ayat 14-15…………………………………….29 C. Surat Luqman Ayat 16……………………….……………….35 D. Surat Luqman Ayat 17………………………………………..37 E. Surat Luqman Ayat 18-19…………………………………….40 BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Karakter dalam Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut Kitab Tafsir Al-Misbah ………………………… 44 1. Pendidikan Tauhid/Ketuhanan ………………………. 45 2. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua..…..…………………46 3. Bersyukur……..……………………………….………….47 4. Kejujuran………………………………………………….48 5. Ibadah…………………………………………………….50 13 6. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (Dakwah)…….…………….51 7. Sabar……………………………………………………. 52 8. Pendidikan Akhlak………………………………………53 B. Aplikasi Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Masa Kini…………………………………………………………...57 1. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga……………….……...58 2. Pendidikan Karkter Dalam Sekolah………………………...60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………68 B. Saran……………………………………………………………..69 C. Penutup…………………………………………………………...70 DAFTAR PUSTAKA 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu bangsa yang baik adalah bangsa yang memiliki akhlak yang mulia, cerdas dan bermartabat. Hal ini akan menentukan peradaban suatu bangsa. Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki karakter taat beragama, ramah, suka bergotong-royong, dan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat. Sejatinya, pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas lembaga pendidikan, tetapi selama ini kurang diperhatikan.Akibat minimnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan menyebabkan berkembangnya berbagai patologi sosial di masyarakat. Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak.Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pengarusutamaan (mainstreaming) implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, seks bebas, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap 15 yunior, fenomena supporter bonek, dan penggunaan narkoba (Tempo Interaktif, 27/08/2009). Salah satu usaha untuk meningkatkan karakter kejujuran adalah dengan adanya program kantin kejujuran yang sudah disediakan di beberapa sekolah, hal tersebut untuk melatih kejujuran dan mengukur seberapa jujur anak-anak dalam bertransaksi di kantin kejujuran tersebut. Sangat disayangkan banyak kantin kejujuran yang gagal dan bangkrut karena belum tertanam sifat jujur pada diri anak-anak. Disiplin dan tertib lalu lintas, budaya antre, budaya baca, sampai budaya hidup bersih dan sehat, keinginan menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar. Di kota-kota besar lampu merah seolah-olah tidak lagi berfungsi.Jika tidak ada petugas maka banyak yang meyerobot lampu merah, hal tersebut merupakan pemandangan sehari-hari yang sudah tidak asing (Samani, 2013: 2). Tidak luput pula kasus korupsi yang merajalela di negara ini, dimana penguasa yang seharusnya menjadi wakil rakyat justru memakan uang rakyat demi memuaskan nafsu dan egonya. Sifat arif, jujur dan amanah yang ada pada diri seorang koruptor sudah musnah dihapuskan oleh kemewahanduniawi yang semu. Memang tidak mudah menjalankan sifat jujur. Karakter yang baik haruslah ditanam sejak usia dini agar menjadi kebiasaan yang baik dalam kehidupan seseorang. Kebohongan dan kecurangan dalam ulangan atau ujian merupakan contoh kecil dan nyata yang sukar dihilangkan dari kehidupan anak. 16 Maka dari itu, pendidikan karakter sangat diperlukan untuk menghadapi dan mencegah problema-problema yang sudah ada.Pendidikan karakter sebenarnya sudah diterapkan di banyak sekolah, seperti melalui mata pelajaran PPKN, Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Seni Budaya. Namun upaya tersebut masih belum berjalan maksimal. Lembaga pendidikan tidak hanya berkewajiban meningkatkan mutu akademis, tetapi juga bertanggung jawab dalam membentuk karakter peserta didik. Mutu akademis dan pembentukan karakter yang baik merupakan dua misi integral yang harus mendapat perhatian lembaga pendidikan. Namun tuntutan ekonomi dan politik pendidikan menyebabkan penekanan pada pencapaian akademis mengalahkan idealis peran lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter. Namun demikian, banyak sekali hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan program ini. Hal ini bukan hanya karena ketidakmampuan guru dalam memahami buku panduan pendidikan karakter, tetapi juga dikarenakan buku panduan itu sendiri yang masih bersifat teoritik bukan praktis. Disamping penanaman pendidikan karakter melalui lembaga pendidikan, sebenarnya di dalam Al-Qur‟an sudah banyak dijelaskan mengenai berbagai macam pendidikan. Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad agar menjadi pedoman hidup bagi segenap manusia yang berfungsi sebagai huuda (petunjuk) dan bayyinah (penjelas) atas petunjuk yang telah diberikan, serta furqon (pembeda) antara yang haq (benar) dan yang bathil 17 (salah). Fungsi tersebut bertujuan agar manusia dapat hidup dengan berlandaskan moral dan akhlak yang mulia. Disamping mengandung nilai moral, Al-Qur‟an juga berisikan tentang asas atau fondasi kokoh bagi kelangsungan hidup manusia. Islam mengharuskan pemeluknya supaya menjadi umat yang berpendidikan. Oleh sebab itu, ilmu merupakan sarana utama untuk membangun kepribadian seorang muslim. Dalam hal ini, kita menjumpai Islam mengatur semua hal yang bisa mengantarkan umat Islam untuk belajar dan mengajar. Ayat Al-Qur‟an yang pertama kali turun adalah firman Allah SWT: Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. AlAlaq [96]: 1-2). Meskipun demikian, sudah selayaknya disampaikan bahwa dalam pandangan Islam, ilmu tidak memiliki nilai positif jika tidak bisa menunjukkan pada hakikat yang utama, yaitu ma‟rifatullah. Tidak diragukan lagi bahwa jalan untuk sampai kepada ma‟rifatullah adalah mempraktikkan akhlak, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar yang dianjurkan oleh agama Islam. Oleh karenanya, Islam mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengamalan. Pembentukan akhlak dan spiritualitas manusia, serta terjalinnya hubungan sosial kemasyarakatan di antara mereka tidak bisa dilakukan 18 hanya dengan pemberian nasehat dan hafalan.Akan tetapi, membutuhkan tindakan-tindakan yang harus dipraktikkan (Khalid, 2012: 249). Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih jauh bagaimana konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an kepada para pembaca melalui penyusunan skripsi yang berjudul “KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH)”. B. Rumusan Masalah Mengacu pada uraian di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam AlQur‟an surat Luqman ayat 12-19? 2. Bagaimanakah penerapan konsep pendidikan karakter dalam AlQur‟an surat Luqman ayat 12-19 dengan konteks pendidikan karakter masa kini? C. Tujuan Penelitian Berangkat dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 menurut kitab tafsir Al-Misbah. 19 2. Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan karakter dalam AlQur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan pengetahuan dan sumbangan pemikiran ilmu tentang pendidikan, terutama pendidikan karakter yang terkandung dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19. b. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif (memperbaiki dan mengembangkan) bagi individu agar memiliki karakter yang positif. 2. Manfaat Praktis Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut: a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi individu agar memiliki karakter yang baik dalam kehidupannya. b. Dengan adanya penelitian ini, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri agar dapat menajalankan dan menerpakan pendidikan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari. E. Metode Penelitian 20 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menjelaskan semua menggunakan yang telah pendekatan digali yang deskripstif, bersumber yaitu dari pustaka.Berkaitan dengan jenis penelitian literatur, pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan dari bukubuku yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang bersangkutan (Bekker, 1990: 63). Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a. Sumber Data Primer Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu Al – Qur‟an surat Luqman ayat 12 - 19 beserta tafsirnya, sebagai sumber utama berupa Tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. Quraisy Shihab. b. Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku pendidikan karakter, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini. c. Metode Analisis Data 21 Analisis non-statistik sesuai untuk deskriptif atau data textular. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisi semacam ini juga disebut analisis isi (content analysis) (Suryabrata, 1995: 85). Disini peneliti menggunakan metode content analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam sumber-sumber data, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan pengkajian guna menjawab dari rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis. F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain: 1. Konsep Konsep merupakan rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 558). 2. Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 263). Pendidikan dalam bahasa Inggris “Education”, berakar dari bahasa latin “educare” yang 22 dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth). Sedangkan dalam arti luas pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan, yang kemudian mendorong segala potensi yang ada di dalam diri individu (Suhartono, 2006: 79). 3. Karakter Karakter menurut Scerenko sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dan seseorang, atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain (Samani, 2013: 42). 4. Pendidikan Karakter Menurut Megawangi pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2012: 2). Sedangkan pendidikan karakter menurut Lickona didefinisikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis (Samani, 2013: 44). 5. Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 23 Menurut bahasa kata Al-Qur‟an merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama dengan kata qira‟ah yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini berasal dari fi‟il madhi qara‟a yang artinya membaca. Sedangkan menurut istilah Al-Qur‟an adalah firman Allah yang bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukilkan dengana jalan mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah (Ramli, 2002: 19). Al-Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai kesempurnaan”Al-Qur‟an mahasempurna dan Al-Kariim mahamulia”. artinya “bacaan Kemahasempurnaan yang dan kemahamuliaan “bacaan” ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunakan „sedikit‟ pikirannya (Shihab, 1994: 24). Surat Luqman tergolong surat Makkiyah, yang terdiri dari 34 ayat, diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Surat Luqman terambil dari kisah Luqman seorang ahli hikmat dan ahli didik yang bijaksana, sehingga dia mendapat gelar “Al-Hakim” Luqman Hakim atau Luqman yang bijaksana, dan Luqman bukan seorang Nabi ataupun Rasul (Tatapangarsa, 1980: 100). 6. Profil Luqman Menurut Ibnu Katsir, Luqman al-Hakim bernama Luqman bin „Anqa bin Sadwan, dan anak laki-lakinya bernama Tsaran. Luqman 24 hidup kurang lebih selama seribu tahun, dan Nabi Daud bertemu serta belajar kepadanya.Sebelum Daud menjadi Nabi, Luqman yang yang memberikan fatwa, dan ketika Daud telah menjadi Nabi maka Luqman berhenti memberi fatwa (Al Ghamidi, 2011: 23). Ibnu Katsir mengutip Qatadah, dari Abdullah bin Zubair, aku berkata kepada Jabir bin Abdullah, “apa yang kau ketahui tentang Luqman?” dia menjawab “Luqman adalah orang yang pendek tubuhnya dan rata hidungnya”. Beberapa riwayat lain mengatakan bahwa Luqman adalah orang yang berkulit hitam, tubuhnya pendek, berbibir tebal dan kakinya bengkok. Luqman adalah seorang budak atau hamba berkebangsaan Habsyi (Ethiopia) yang bekerja sebagai tukang kayu, penggembala kambing, dan tukang jahit.Keberadaanya sebagai orang berkulit hitam tidak menurunkan nilai dirinya. Karena Allah telah memberikan hikmah kepadanya, seorang yang bijaksana, memiliki keyakinan atau akidah yang benar, pemahaman agama, kemampuan akal, kebenaran ucapan, namun tidak memiliki derajat kenabian (Al Ghamidi, 2011: 48). Seperti halnya yang terkandung dalam surat Luqman ayat 1219 yang menjelaskan hikmah Luqman berupa fatwa dan nasehat kepada anaknya tentang pendidikan Tauhid (ketuhanan/larangan mempersekutukan Allah), Birrul Walidain atau berbakti kepada kedua orang tua, bersyukur, pendidikan kejujuran, pendidikan ibadah dan amar ma‟ruf nahi munkar (dakwah), serta pendidikan akhlak. 25 G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan dan penelaah yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besarsebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Pada Bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Landasan Teori. Pada Bab ini akan dikemukakan tentang konsep pendidikan karakter (pengertian pendidikan karakter, dasar pelaksanaan pendidikan karakter, ciri-ciri pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, prinsip-prinsip pendidikan karakter, komponen pendidikan karakter, dan nilai-nilai pendidikan karkter) dan mengenal lebih dekat Tafsir Al-Misbah yang menjelaskan tentang biografi M.Quraish Shihab, metode dan corak tafsir Al-Misbah, serta karakteristik kitab tafsir AlMisbah. Bab III Kajian Tafsir, berisi hasil pengkajian surat Luqman ayat 12-19 dalam kitab tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. Quraisy Shihab. Bab IV Pembahasan, berisi penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam kitab tafsir Al-Misbah dan penerapan konsep pendidikan karakter masa kini. 26 Bab V Penutup.Kesimpulan dan Saran. Bab Penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka. BAB II LANDASAN TEORI 27 A. Konsep Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Megawangi pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2012: 2). Scerenko beranggapan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi yaitu usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari (Samani, 2013: 44). Pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif, afektif, dan perilaku manusia yang lebih bermoral. Lickona menyatakan bahawa pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap yang lahir yang didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur. Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari.Dalam konsep spritualisme Islam makna 28 ini sejajar dengan ahlaqul karimah (akhlak mulia) (Endraswara, 2013: 3). Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (UU Sistem Pendidikan Nasional) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Muslich, 2011: 83). 29 3. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter Menurut Foerster, pencetus pendidikan karakter dan pedagog Jerman, ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter: a. Keteraturan interior, dimana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. b. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain, dengan tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang. c. Otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. d. Keteguhan dan Kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Kematangan keempat karakter ini, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas, “orang-orang modern sering mencampurpadukan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi 30 eksterior dan interior.”Karakter inilah yang menentukan performa seorang pribadi dalam segala tindakannya (Muslich, 2011: 127). 4. Tujuan Pendidikan Karakter Secara umum pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut; a. Mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter, dengan kata lain sebagai tujuan perantara untuk terwujudnya suatu karakter. b. Mengkoreksi perilaku yang tidak bersesuaian dengan nilai dan moral yang telah ada di sekolah dan masyarakat. Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku individu yang negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak atau individu, kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat (Kesuma, 2012: 3). 5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter Agarpelaksanaan pendidikan karakter berjalan efektif Lickona, Schaps dan Lewis (2010) telah mengembangkan 11 prinsip 31 untuk pendidikan karakter yang efektif. Schwartz (2008) menguraikan kesebelas prinsip tersebut sebagai berikut, a. Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai etik inti (ethical core values) sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik. b. Karakter harus dipahami secara komprehensiftermasuk dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku. c. Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan nilai-nilai inti pada semua fase kehidupan sekolah. d. Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli. e. Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan bermoral. f. Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan kurikulum akademis yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua pembelajar dan membantu mereka untuk mencapai sukses. g. Pendidikan karakter harus secara nyata berupaya mengembangkan motivasi pribadi siswa. h. Seluruh staf sekolah harus menjadi komunitas belajar dan komunitas moral yang semuanya saling berbagi tanggung jawab bagi berlangsungnya pendidikan 32 karakter, dan berupaya untukmengembangkan nilai-nilai inti yang sama menjadi panduan pendidikan karakter bagi para siswa. i. Implementasi pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan moral yang diperlukan bagi staf sekolah maupun para siswa. j. Sekolah harus merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai partner penuh dalam upaya pembangunan karakter. k. Evaluasi terhadap pendidikan karakter harus juga menilai karakter sekolah, menilai fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, sampai pada penilaian terhadap bagaimana cara para siswa memanifestasikan karakter yang baik (Samani, 2013: 168). 6. Komponen Pendidikan Karakter Menurut Hurlock komponen-komponen yang harus ada dalam diri seseorang agar terbentuk karakter yang baik mencakup hal-hal di bawah ini (kesuma, 2012: 22): 1. Aspek kepribadian 2. Standar moral dan ajaran moral 3. Pertimbangan nilai 4. Upaya dan keinginan individu 5. Hati nurani 6. Pola-pola kelompok 7. Tingkah laku individu dan kelompok 7. Nilai-Nilai Pendidikan Krakter 33 Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan kepada individu. Nilai-nilai yang dikembangkan tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir tentang tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat (Damayanti, 2014: 42). Dengan membiasakan berbuat sesuatu sesuai dengan tata nilai atau norma moral yang ada dan telah disepakati, maka nilai-nilai tersebut lama kelamaan akan menjadi bagian dari individu. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter secara umum adalah sebgai berikut: a. Nilai Keagamaan / Religius Nilai yang berakar pada agama dan kepercayaan seseorang. Nilai yang paling fundamental dalam penghayatan kehidupan manusia di hadapan sang Pencipta. b. Nilai Dasar Nilai yang terkandung dalam dasar falsafah Negara, Pancasila dan UUD 1945.Sikap, perilaku, dan tindakan peserta didik dijiwai oleh nilai-nilai yang terdapat pada sila-sila dalam Pancasila dan UUD1945. c. Nilai Kemasyarakatan Nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku dalam masyarakat setempat. Bila nilai-nilai masayarakat ini telah terinternalisasi dalam 34 diri anak, mereka akan memilih adab, budaya, dan susila yang baik sebagai anak yang berkepribadian luhur. d. Nilai Kenegaraan Nilai yang menyangkut kecintaan terhadap tanah air dan bangsanya. Nilai-nilai ini dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang mampu menggugah rasa kebangsaan dan nasionalisme pada diri seseorang, sehingga tumbuh kebanggaan, mencintai, dan menghargai tanah air dan budaya bangsanya, tanpa meremehkan budaya bangsa lain. B. Mengenal Kitab Tafsir Al-Misbah 1. Biografi M. Quraish Shihab Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rapang Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944, beliau adalah putra keempat dari ulama besar almarhum Prof. H. Abd Rahman Shihab, guru besar ilmu tafsir dan mantan rektor UMI (Universitas Muslim Indonesia) dan IAIN Alaudin Ujung Pandang, bahkan sebagai pendiri kedua Perguruan Tinggi tersebut. Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang sambil nyantri di pesantren Dar al-Hadist alFiqhiyah pada 1958. Selanjutnya beliau berangkat ke Kairo Mesir dan Meraih gelar Lc (S1) pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadist Universitas al-Azhar. Kemudian melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) di fakultas yang sama dan meraih gelar M.A pada tahun 1969 untuk spesialis bidang tafsir Al-Qur‟an. 35 Sekembalinya ke Ujung Pandang Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat wakil Rektor bidak Akademik Kemahasiswaan pada IAIN Alaudin. Tahun 1984 merupakan babak baru karir Quraish Shihab dimulai, saat pindah tugas dari Ujung Pandang ke IAIN Jakarta, beliau aktif mengajar bidang tafsir dan „Ulumul Qur‟an di program S1,S2, dan S3 sampai tahun 1998. Selain menjadi Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998), beliau juga dipercaya menjadi Menteri Agama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998 pada kabinet terakhir pemerintahan Soeharto. Sejak tahun 1999 beliau diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Negara Republik Arab Mesir dan merangkap Negara Djibauti berkedudukan di Kairo sampai tahun 2002. Sejak itu beliau kembali ke tanah air, dan konsen menyelesaikan karya tafsir 30 juz “Tafsir Al- Misbah” yang terdiri dari 15 volume buku, kitab tafsir Al-Misbah merupakan tafsir Al-Qur‟an terlengkap pertama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir http://theprotectorofislam.blogspot.co.id/ (senin, 29 Februari 2016, 15:00). 2. Metode dan Corak Kitab Tafsir Al-Misbah a. Metode Kitab Tafsir Al-Misbah Dalam tafsirnya M. Quraish Shihab menggunakan metode tahlili, sebuah bentuk karya tafsir yang berusaha mengungkap suatu kandungan Al-Qur‟an dari berbagai aspeknya.Dari segi teknis kitab tafsir Al-Misbah disusun berdasarkan urutan ayat-ayat di dalam Al-Qur‟an.Selanjutnya memberikan penjelasan-penjelasan tentang kosa kata makna global ayat 36 dan korelasi Asbab al-nuzul serta hal-hal lain yang dianggap dapat membantu untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‟an. Pemilihan metode tahlili yang digunakan dalam tafsir Al-Misbah didasarkan pada kesadaran M.Quraish Shihab bahwa metode maudhu‟i yang sering digunakan pada karyanya yang berjudul “Membumikan AlQur‟an” dan “Wawasan Al-Qur‟an” selain mempunyai keunggulan dalam memperkenalkan konsep Al-Qur‟an tentang tema-tema yang tidak terbatas. Jadi dengan ditetapkan judul pembahsan yang akan dikaji hanya satu sudut dari permasalahan tersebut. Dengan demikian kendala untuk memahami Al-Qur‟an secara lebih komprehensif tetap masih ada http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html (Senin, 29 Februari, 15:00). b. Corak Tafsir Al-Misbah Tafsir Al-Misbah cenderung bercorak sastra budaya dan kemasyarakatan “adabi al-ijtima‟i” yaitu corak tafsir Al-Qur‟an yang berusaha memahami nash-nash Al-Qur‟an dengan cara mengemukakan ungkapan-ungkapan Al-Qur‟an secara teliti. Kemudian menjelaskan makna-makna yang dimaksud Al-Qur‟an tersebut dengan bahasa yang indah dan menarik, dan seorang mufassir berusaha menghubungkan nash-nash Al-Qur‟an yang dikaji dengan kenyataan sosial dengan sistem budaya yang ada. Corak tafsir penafsiran kitab Al-Misbah ini ditekankan bukan hanya kepada tafsir lughawi, tafsir fiqh, tafsir ilmi dan tafsir isy‟ari. Akan 37 tetapi arah penafsirannya ditekankan pada kebutuhan masyarakat yang kemudian disebut corak tafsir Adabi al-Ijtima‟i. Corak tafsir Al-Misbah merupakan salah satu yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur‟an serta memotivasi untuk menggali maknamakna dan rahasia-rahasia Al-Qur‟an http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html (Senin, 29 Februari, 15:00). 3. Karakter Kitab Tafsir Al-Misbah Ada tiga karakter yang harus dimiliki oleh sebuah karya tafsir bercorak sastra budaya dan kemsyarakatan. Pertama menjelaskan petunjuk ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa Al-Qur‟an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman. Kedua penjelasan-penjelasannya lebih tertuju pada penanggulangan penyakit dan masalah-masalah yang sedang mengemuka dalam masyarakat, dan ketiga disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami dan indah didengar. Tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab memenuhi ketiga persyaratan tersebut. Kaitannya dengan karakter yang pertama, tafsir AlMisbah selalu menghadirkan penjelasan akan petunjuk dengan menghubungkan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa Al-Qur‟an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman. Kemudian karakter yang kedua, Quraish Shihab selalu mengakomodasi hal-hal yang dianggap sebagai problem di dalam masyarakat.Kemudian yang ketiga dalam penyajiannya 38 beliau menggunakan bahasa yang membumi.M.Quraish Shihab lebih mengedepankan kemudahan pembaca yang tingkat intelektualitasnya relative lebih beragam. Hal ini dapat dilihat pada karya-karyanya yang mudah dicerna dan dimengerti oleh semua lapisan khususnya di Indonesia, sehingga jika dibandingkan denga tulisan-tulisan cendikiawan muslim Indonesia lainnya, karya-karya M. Quraish Shihab pada umumnya dan kitab tafsir Al-Misbah pada khususnya tampil sebagai karya tulis yang khas dan mudah dipahami http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan- coraktafsir-al-misbah.html(Senin, 29 Februari, 15:00). 39 BAB III KAJIAN TAFSIR A. Surat Luqman Ayat 12-13 Artinya:Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"(QS. Luqman [31]:12). Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar"(QS. Luqman [31]:13). Ayat 12 menguraikan tentang salah seorang yang bernama Luqman yang dianugerahkan oleh Allah berupa hikmah, sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yang pernah beliau sampaikan kepada anaknya. Menurut Imam Al-Ghazali memahami kata hikmah dalam arti 40 pengetahuan tentang sesuatu yang utama – ilmu yang paling utama dan wujud yang paling agung – yakni Allah SWT (Shihab, 2002: 120). Hikmah berarti “Mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan, maupun perbuatan. Hikmah adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah, dengan maksud ilmu yang didukung oleh amal, dan amal yang tepat dan didukung oleh ilmu. Bahwa hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur seseorang lebih mengenal Allah dan anugerah-Nya. Kata hikmah ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali. Kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun, dinamai hikmah dan pelakunya dinamai hakim. Adapun hikmah yang diberikan oleh Allah kepada Luqman al-Hakim meliputi keahlian dalam mengontrol pandangan, menjaga lidah, menjaga kesucian makanan, memelihara kemaluan, berkata jujur, memenuhi janji, menghormati tamu, memelihara hubungan baik dan meninggalkan perkara yang tidak baik (Ar-Rifa‟i, 2000: 788). Kata غينGhaniyyun/Maha Kaya terambil dari huruf-huruf )(غ ghain, ) (نnun, ( (يya‟ yang merupakan maknanya berkisar pada dua hal, yaitu kecukupan, baik yang menyangkut harta maupun selainnya. Dari sini lahir kata ghaniyyah, yaitu wanita yang tidak kawin dan merasa 41 berkecukupan hidup di rumah orang tuanya, atau merasa cukup hidup sendirian tanpa suami (Shihab, 2002: 123). Kata ( )محيدhamid/maha terpuji, terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf ()حhaa‟, ( )مmiim, ( )دdal yang bermakna pujian, yang digunakan untuk memuji yang diperoleh seseorang. Kata Ghaniyy yang merupakan sifat Allah pada umumnya – di dalam Al Qur‟an – dirangkaikan dengan kata Hamid, ini untuk mengisyaratkan bahwa bukan apa saja pada sifat-Nya yang terpuji, tetapi juga jenis dan kadar bantuan/anugerah kekayaan-Nya (Shihab, 2002: 124). Luqman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah. larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan ke-Esaan Tuhan. Bahwa redaksinya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Kata ( )يعظهya‟izhuhuu terambil dari kata ()وعظwa‟zh yaitu nasihatmenyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Adapun juga yang mengartikan sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya dari saat ke saat, 42 sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan yang akan datang. Kata () ين ّ bunayya adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Berasal dari kata ( )ا ينibny, dari kata ( )ا نibn yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dengan kata lain kata tersebut memberi isyarat bahwa mendidik anak hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik (Shihab, 2002: 125). Jadi pada ayat ke 12 menjelaskan tentang hikmah Luqman yang diberikan oleh Allah SWT, dan dalam ayat 13 menjelaskan tentang larangan mempersekutukan Allah. B. Surat Luqman Ayat 14-15 Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Luqman [31]: 14). 43 “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Luqman [31]: 15). 1. Asbab an Nuzul Asbabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur‟an. Ilmu ini sangat bermanfaat dalam memahami ayat. Itulah sebabnya banyak ulama yang sangat memperhatikan ilmu asbabun nuzul. Bahkan, ada sebagian ulama yang menyususnnya secara khusus. Mereka adalah Ali Ibnu Al-Madini, guru Imam Bukhari serta ulama-ulama lain (Ashshabuni, 1999: 39). Ada banyak manfaat yang dapat diraih dari pengetahuan tentang asbabun nuzul, diantaranya adalah (Al-Hasni, 1999: 27): a. Mengetahui hikmah yang menjadi dasar penetapan hukum-hukum syara‟. b. Asbabun nuzul merupakan cara yang paling kuat untuk memahami makna-makna al-Qur‟an. Dalam hal ini At-Thabari menyatakan bahwa pada ayat 14 dan 15 diturunkan dalam kasus Sa‟ad bin Abi Waqas ketika dia masuk Islam. Ibunya tidak rela dengan keislaman Sa‟ad dan bersumpah untuk tidak makan dan tidak minum sampai mati atau jika dia menghendaki ibunya tidak mati, maka dia harus meninggalkan Islam.Sa‟ad mengabaikan perlawanan ibunya yang terus 44 demikian, bahkan ketika Sa‟ad mengunjungi dan memberinya minum. Ketika ibunya meninggal , turunlah kedua ayat ini (Al Ghamidi,2011: 118). 2. Kajian Tafsir Pesan pada ayat 14 disebabkan karena seorang ibu telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas kelemahan, yakni kelemahan berganda dan dari saat ke saat bertambah-tambah. Lalu dia melahirkannya dengan susah payah, kemudian memelihara dan menyusukannya setiap saat, bahkan di tengah malam, ketika saat manusia lain tertidur nyenyak. Demikian hingga tiba masa penyapiannya di dalam dua tahun terhitung sejak kelahiran sang anak. Kata ( )وهناwahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud di sini kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Patronkata yang digunakan ayat inilah yang mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya (Shihab, 2002: 130). Al-Qur‟an hampir tidak berpesan kepada ibu bapaknya untuk berbuat baik kepada anaknya kecuali sangat terbatas, yaitu pada larangan membunuh anak.Ini karena seperti riwayat yang dinisbahkan Ibn Asyur kepada Luqman diatas, Allah telah menjadikan orang tua secara naluriah rela kepada anaknya. Kedua orang tua bersedia mengorbankan apa saja demi anaknya tanpa keluhan. Bahkan mereka “memberi kepada anak” 45 namun dalam pemberian itu sang ayah dan ibu justru merasa “menerima dari anaknya”. Ini berbeda dengan anak, yang tidak jarang melupakan sedikit atau banyak jasa-jasa bapaknya. Terkadang manusia melupakan sebagian nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya atau pura-pura lupa. Maka, Al-Qur‟an mengingatkan manusia dengan sesuatu yang tidak mungkin dibantah oleh manusia betapa pun ia sangat jauh tersesat atau terlena. Ibunya telah mengandung, melahirkan dan menyusuinya dalam kondisi yang lemah. Kenyataan ini semakin menegaskan betapa pun lemahnya kondisi ibu, dia rela berkorban dan menanggung penderitaan saat mengandung. Oleh karena itu, ia layak mendapatkan penghormatan, balasan, dan rasa syukur. Selanjutnya, Al-Qur‟an membahas kelemahan manusia ini di mana sering kali mereka lupa bahwa dia dalam keadaan lemah yang dikarenakan sifat sombongnya di masa lalu. Oleh karena itu, Al-Qur‟an mengingatkan bahwa sebelum menjadi kuat sesungguhnya manusia lemah. Setelah kuat, ia akan kembali menjadi lemah. Manusia hendaknya mengingat hakikat ini karena suatu saat ia juga akan menjadi orang tua yang lemah (Al-Ghamidi, 2011: 147). Pesan pada ayat ke 15 menegaskan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak diisyaratkan dengan kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagai balas jasa atas jerih payah dalam mendidiknya semenjak dalam kandungan. Maka kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian menaati perintah kedua orang tua, 46 sekaligus menggaris bawahi wasiatLuqman kepada anaknya tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan dimana pun. Ayat di atas menyatakan: Dan jika keduanya – apalagi kalau hanya salah satunya, lebih – lebih kalau orang lain – bersungguh – sungguh memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, apalagi setelah aku dan rasul-rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan nalarmu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian jangan memutuskan hubungan denganya atau tidak menghormatinya. Tetapi tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan pergaulilah keduanya di dunia yakni selama mereka hidup dan dalam urusan keduniaan – bukan aqidah – dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip agamamu, karena itu perhatikan tuntunan agama dan ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-Ku dalam segala urusanmu, karena semua urusan dunia kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah juga di akhirat nanti – bukan kepada siapa pun selain-Ku – kembali kamu semua, maka Ku beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan dari kebaikan dan keburukan, lalu masing-masing Ku beri balasan dan ganjaran(Shihab, 2002: 129). Kata ( )جاهداكjaahadaaka terambil dari kata ( )جهدjuhd yakni kemampuan. Patron kata yang digunakan ayat ini menggambarkan adanya 47 upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh pun dilarangnya, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk ancaman, maka tentu lebih-lebih lagi bila sekedar himbauanatau peringatan (Shihab, 2002: 132). Yang dimaksud dengan ( )ما ليس لك ه علمmaa laisa laka bihi „ilm adalah tidak ada pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya. Tiadanya pengetahuan berarti tidak adanya obyek yang diketahui. Ini berarti tidak wujudnya sesuatu yang dapat dipersekutukan oleh Allah SWT. Di sisi lain, kalau sesuatu yang tidak diketahui duduk soalnya–bolehatau tidak – telah dilarang, maka tentu lebih terlarang lagi apabila telah terbukti adanya larangan atasnya. Bukti-bukti tentang ke-Esaan Allah dan tiadanya sekutu bagi-Nya terlalu banyak, sehingga penggalan ayat ini merupakan penegasan tentang larangan mengikuti siapa pun–walaukedua orang tua – dan walau dengan memaksa anaknya mempersekutukan Allah (Shihab, 2002: 132). Kata ( )معروفاma‟rufan mencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat baik, selama tidak bertentangan dengan akidah Islamiah. Dalam konteks ini diriwayatkan bahwa Asma‟ putri Sayyidina Abu Bakar ra pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah. Asma‟ bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka Rasulullah menjawab untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta tetap kunjungannya (Shihab, 2002: 132). 48 mengunjungi dan menyambut Jadi, ayat 14 menjelaskan tentang perintah berbakti dan bersyukur kepada ibu dan bapak, mengenai perjuangan ibu ketika mengandung dan memelihara menyusui anak, serta bersyukur kepada Allah. dan ayat ke 15 menjelaskan tentang tidak ada ketaatan kepada syirik, perintah untuk mengikuti jalan orang yang rujuk kembali kepada Allah, dan peringatan bahwa manusia akan kembali kepada Allah. C. Surat Luqman Ayat 16 Artinya: (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman [31]: 16) Ketika menafsirkan kata ( )خردلkhardal pada QS. Al – Anbiya‟ [21]:47, mengutip penjelasan Tafsir Al – Muntakhab menyatakan bahwa satu kilogram biji khirdal/moster terdiri atas 913.000 butir. Dengan demikian, berat sebutir biji moster hanya sekitar satu per seribu gram, atau kurang lebih 1mg, dan merupakan biji-bijian teringan yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena itu, biji ini sering digunakan oleh Al-Qur‟an untuk menunjuk sesuatu yang sangat kecil dan halus (Shihab, 2002: 134). 49 Kata ( )لطيفlathif terambil dari kata ( )لطفlathafa yang hurufhurufnya terdiri dari ( )لlam, ( )طtha, ( )فfa. Kata ini mengandung makna lembut, halus atau kecil. Dari makna ini kemudian lahir makna ketersembunyian dan ketelitian (Shihab, 2002: 134). Imam Al – Ghazali menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini adalah yang mengetahui perincian kemashlahatan dan seluk beluk rahasianya, yang kecil dan yang halus, kemudian menempuh jalan untuk menyampaikannya kepada yang berhak secara lemah lembut bukan kekerasan (Shihab, 2002: 134). Wasiat Luqman pada ayat 16 ini adalah berkaitan dengan masalah akhirat, dimana di dalamnya terdapat pahala yang adil dan perhitungan yang cermat atas amal perbuatan manusia yang digambarkan oleh AlQur‟an dengan kata-kata indah dan menyentuh, yang membangkitkan semangat, suatu gambaranyang menunjukkan atas ilmu Allah yang meliput, yang tidak sebiji sawi pun yang luput dari pengetahuan-Nya, walaupun biji itu tersembunyi di dalam perut bumi, di dalam batu yang keras, atau di atas langit Allah yang luas, apalagi amal perbuatan manusia mudah sekali diketahui-Nya. Karena pengetahuan Allah meliputi seluruh langit dan bumi (Ash-Shabuni, 2002: 391). Jadi, ayat ke 16 menegaskan tentang semua perkara diketahui dan akan dibalas oleh Allah yang Maha Halus Pengetahuan-Nya, dan secara 50 tidak langsung menjelaskan tentang nasehat untuk berperilaku jujur dalam segala hal. D. Surat Luqman Ayat 17 Artinya: Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (QS. Luqman [31]: 17). Nasehat Luqman pada ayat 17 berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma‟ruf dan nahi munkar, juga nasehat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan ma‟ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma‟ruf dan menjauhi munkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntuan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial (Shihab, 2002: 137). 51 Kata ( )صربshabr terambil dari akar kata yang terdiri dari hurufhuruf ( )صshaad, ( )بbaa‟, ( )رraa‟. Maknanya berkisar pada tiga hal: 1) menahan, 2) ketinggian sesuatu dan 3) sejenis batu. Dari makna menahan, lahir makna konsisten / bertahan, karena yang bersbar bertahan menahan diri pada satu sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai bersabar. Dari makna kedua, lahir kata shubr yang berarti puncak sesuatu. Dan dari makna ketiga, muncul kata ash-shubrah, yakni batu yang kukuh lagi kasar, atau potongan besi (Shihab, 2002: 137). Ketiga makna tersebut dapat kait-berkait, apalagi pelakunya mansuia. Seorang yang sabar, akan menhan diri, dan untuk itu ia memerlukan kekukuhan jiwa, dan mental baja, agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau yang tebaik. Kata („ )عزمazm dari bahasa berarti keteguhan hati dan tekad untuk melakukan sesuatu. Kata ini berpatron mashdar, tetapi maksudnya adalah objek sehingga makna penggalan ayat itu adalah shalat, amar ma‟ruf dan nahi munkar – serta kesabaran – merupakan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia(Shihab, 2002: 138). Shalat hukumya wajib bagi setiap mukallaf, kewajiban untuk shalat sudah terurai dalam firman Allah sebagai berikut, 52 Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus(QS. Al-Bayyinah [98]:5). Ketika mendirikan shalat terdapat tindakan penegakan yang sesungguhnya, dengan melakukan penolakan secara eksternal, menjaga diri untuk mewujudkan nilai-nilainya, melakukan kebaikan, menjauhi keburukan dan kemunkaran, melawan segala kecemasan bila datang bencana, dan ridla, serta tenang hati menerima ketentuan Allah. Shalat menanamkan rasa dalam hati selalu diawasi oleh Allah dan menaati batas-batas yang ditetapkan Allah dalam segala urusan hidup. Seperti halnya ia menanamkan semangat untuk menjaga waktu, mengesampingkan godaan bersikap malas dan mengikuti hawa nafsu, dan aspek-aspek buruk lainnya (Al-Ghamidi,2011: 193). Jadi, ayat ke 17 membahas tentang mendirikan sholat, perintah berbuat kebaikan dan larangan berbuat jahat (dakwah), dan bersabar. E. Surat Luqman Ayat 18 dan 19 53 Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. Luqman menasihati anaknya dengan berkata janganlah engkau berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia – siapa pun dia – didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Tetapi tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayangNya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan ajangan juga merunduk bagaikan orang sakit, jangan berlari tergesa-gesa dan jangan sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai 54 karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk (Shihab, 2002: 139). Kata (تصعر ّ ( ash-sha‟ar yaitu ّ ) thusha‟ir terambil dari kata )الصعر penyakit yang menimpa unta dan menjadikan lehernya kesleo, sehingga ia memaksakan dia dan berupaya keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah ayat diatas menggambarkan upaya keras dari seseorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain. Memang sering kali penghinaan tercermin pada keengganan melihat siapa yang dihina (Shihab, 2002: 139). Kata ( )ىف اآلرضfi al-ardh/di bumi disebut oleh ayat di atas, untuk mengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia dari tanah, sehingga dia hendaknya jangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh di tempat itu. Demikian kesan Al-Biqa‟i sedang Ibn„Asyur memperoleh kesan bahwa bumi adalah tempat berjalan semua orang, yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan yang miskin, pengusaha dan rakyat jelata. Mereka semua sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama, menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain (Shihab, 2002: 139). Kata ( )خمتاالmukhtaalan terambil dari akar kata yang sama dengan()خلياkhayaala/khayal. Karenanya kaya ini pada mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya, bukan oleh 55 kenyataan yang ada pada dirinya. Biasanya orang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan dibanding dengan orang lain. Dengan demikian, keangkuhan tampak secara nyata dalam kesehariannya(Shihab, 2002: 140). Kuda dinamai ( )خيلkhail karena cara jalannya mengesankan keangkuhan. Seorang yang mukhtaal membanggakan apa yang dimilikinya, bahkan tidak jarang membanggakan apa yang pada hakikatnya tidak ia miliki. Dan ini lah yang ditunjukkan oleh kata ()فخورا fakhuuran, yakni seringkali membanggakan diri. Memang kedua kata ini mukhtaal dan fakhuur mengandung makna kesombongan, kata yang pertama bermakna kesombongan yang terlihat dalam tingkah laku, sedang yang kedua adalah kesombongan yang terdengar dari ucapan-ucapan (Shihab, 2002: 140). Kata ( )اغضضughdhudh termabil dari kata (غض ّ )ghadhdh dalam arti penggunaan sesuatu tidak dalam potensinya yang sempurna. Mata dapat memandang ke kiri dan ke kanan secara bebass. Perintah ghadhdh jika ditujukkan kepada mata maka kemampuan itu hendaknya dibatasi dantidak digunakan secara maksimal. Demikian juga suara. Dengan perintah di atas seseorang diminta untuk tidak berteriak sekuat kemampuannya, tetapi dengan suara perlahan namun tidak harus berbisik (Shihab, 2002: 140). 56 Mengenai akhlakul karimah yang patut dijadikan suri tauladan adalah Nabi Muhammad saw, perintah untuk memiliki ahlak yang mulia selain dalam Al – Qur‟an juga seperti yang sudah dijelaskan dalam hadist riwayat Abu Hurairah sebagai berikut, َِّ تَ ْقو: سئِل رسو ُل اّلل عن آ ْكث ِر ما ي ْد ِخل النَّا س ا ْْلنَّ َة فَ َقل ِ ُاخلُل ْ اّلل َو ُ ْس ُن َ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ّ ُْ َ َ ُ Rasulullah saw ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. Beliau menjawab, „ketakwaan kepada Allah dan ahlak yang mulia‟. Beliau ditanya tentang amal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. Maka beliau menjawab, „yaitu dua lubang; mulut dan kemaluan‟ - HR. Abu Hurairah (Ar - Rifa‟i, 2000: 797). Jadi, ayat ke 18 dan 19 menjelaskan tentang pendidikan akhlak, berperilaku santun, dan tidak berbuat sombong (hidup sederhana).Demikian Luqman al-Hakim mengakhiri nasehat yang mencakup pokok-pokok tuntunan agama. Di sana ada akidah, syariat dan akhlak (tiga unsur ajaran Al-Qur‟an). Memuat akhlak kepada Allah, kepada pihak lain dan kepada diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan ciri dari segala macam kebijakan, serta perintah bersabar, yang merupakan syarat mutlak meraih sukses, duniawi dan ukhrawi. Demikian Luqman al-Hakim mendidik anaknya, bahkan memberi tuntunan kepada siapa pun yang ingin menulusuri jalan kebajikan. BAB IV PEMBAHASAN 57 A. Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut Kitab Tafsir Al-Misbah Al-Qur‟an memberi pengaruh yang cukup besar bagi kejiwaan manusia secara umum.Al-Qur‟an dapat menyentuh, menarik dan menggetarkan jiwa.Semakin dalam tingkat kebersihan jiwa, maka semakin besar peluang untuk menerima ajaran-ajaran Al-Qur‟an.Anak masih memiliki jiwa yang bersih serta fitrah yang dibawanya sejak lahir masih belum tercemar oleh apapun. Pembentukan kepribadian Islami adalah menjadikan anak memiliki kemampuan berpikir, bertutur kata, bertindak, berakhlak, dan berperangai layaknya seorang muslim. Selain itu anak juga memiliki semangat juang yang tinggi dalam menyebarkan ajaran Islam, membela kebenaran, menumpas kebatilan, serta berpegang pada nilai-nilai ajaran agama Islam dan memiliki jiwa yang shalih serta memberi manfaat bagi sesama (Khalid, 2012: 66). Adapun pendidikan karakter oleh Luqman yang diajarkan dalam Al-Qur‟an Surat Luqman ayat 12-19 tersebut meliputi; 1. Pendidikan Tauhid (Ketuhanan/Larangan Mempersekutukan Allah) Syirik memiliki berbagai macam bentuk yang bertentangan dengan akal dan merusak kehidupan. Syirik adalah kedzaliman karena menyembah sesuatu lain yang hina, yakni selain kepada Allah, dan 58 atau meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, bahkan seolah menyamakan antara sesuatu yang tidak bisa memberi nikmat kepada manusia dengan Dzat yang menjadi satu-satunya sumber nikmat. Islam diturunkan untuk memerangi segala bentuk kesyirikan. Seperti yang dikemukakan oleh Syekh Muhammad Abduh bahwa syirik adalah keyakinan bahwa ada sesuatu selain Allah yang memiliki pengaruh di atas sebab-sebab nyata yang ditetapkan oleh Allah dan segala sesuatu ada penguasanya yang memiiki kekuatan di atas kekuatan mahluk (Al-Ghamidi: 115). Allah pun telah memberi ancaman dalam firman-Nya: ِ ِ ِ ك لِ َم ْن يَ َشاءُ َوَم ْن يُ ْش ِرْك َّ إِ َّن َ اّللَ ال يَ ْغف ُر أَ ْن يُ ْشَرَك ِِه َويَ ْغف ُر َما ُدو َن ذَل َِّ ِِب ّلل فَ َق ِد افْ تَ َر إِْْثًا َع ِظ ًيما Artinya, “sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An – Nisa: 48). Dalam hal ini, Luqman mengajarkan kepada anaknya berupa nasehat dan peringatan disertai konsekuensinya.Nasehat serta kasih sayang dengan mendorong kepada semangat, motivasi, dan dorongan untuk melakukan kebaikan, sementara penyebutan tentang konsekuensi itu menunjukkan peringatan sebuah akibat buruk. Ibnu Sayidah juga mengungkapkan bahwa al – wa‟dzu adalah peringatan kepada manusia tentang pahala dan siksa. 2. Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua) 59 Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi penghormatan dan pemuliaan kepada kedua orang tua. Apapun bentuk pelecehan dan sikap merendahkan orang tua, maka Islam lewat pesanpesan moralnya telah melarang dan mengharamkannya. Bahkan durhaka kepada kedua orang tua termasuk diantara dosa-dosa besar yang dilarang keras. Berbuat baik kepada kedua orang tua dan menaati keduanya selain dalam kemaksiatan kepada Allah termasuk hal-hal yang dituntunkan syariah. Dalam hal ini Luqman memerintah dan mengajarkan untuk berbakti dan bersyukur kepada ibu dan bapak, mengenai perjuangan ibu ketika mengandung dan memelihara menyusui anak, serta segala bentuk perjuangan dan pengorbanan kepada anaknya yang secara tulus dan ikhlas. Hal tersebut senada dengan firman Allah dalam QS. AlAnkabuut ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut: ِ ِ ِ ك ِِه َّ َوَو َ َاه َد َاك لتُ ْش ِرَك ِِب َما لَْي َسل َ صْي نَا اإلنْ َسا َن َِوال َديْه ُ ْسنًا َوإِ ْن َج ِع ْل ٌمم فَ تُ ِط ْع ُه َما إِ َ َّ َم ْرِجعُ ُ ْم فَ ُنَِّئُ ُ ْم ِ َا ُكْن تُ ْم تَ ْع َملُو َن Artinya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan(QS. AlAnkabuut: [29]:8). Ketaatan seorang hamba kepada Allah adalah ketaatan mutlak, tanpa pengecualian.Sementara ketaatan kepada kedua orang tua dengan pengecualian, selama keduanya tidak meminta untuk 60 mempersekutukan Allah.Dan tetap memuliakan serta melakukan hubungan baik terhadap keduanya. 3. Bersyukur Bersyukur merupakan suatu perbuatan, ucapan dan sikap terimakasih kepada Allah dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan kurnia yang diberikan-Nya. Bersyukur merupakan kewajiban bagi manusia, dimana apabila manusia bersyukur maka Allah akan menambah kenikmatan kepada hamba-Nya yang mau bersyukur. Perintah bersyukur salah satunya terdapat dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 152 yang berbunyi: ِ فَاذْ ُكر ِوو أَذْ ُكرُكم وا ْا ُ روا ِ وال تَ ْ ُفر ون َ ُ َْْ ُ ُ Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. Dalam kaitan ini, M. Quarais Shihab mengatakan bahwa syukur mencakup tiga sisi sebagai berikut: a. Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah dan tiada seseorang pun selain Allah yang dapat memberikan nikmat itu. b. Bersyukur dengan lidah. Yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). c. Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal-hal yang baik dan memanfaatkan nikmat itu sesuai 61 dengan ajaran agama. Yang dimaksud mengamalkan anggota tubuh itu untuk melakukan hal-hal yang positif dan diridlai Allah, sebagai wujud rasa syukur. Luqman mengajarkan kepada anaknya tentang bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua-Nya. Di mana rasa syukur tersebut akan dibalas dan dilipatgandakan oleh Allah, bersyukur kepada Allah maka Allah akan memberikan rahmat yang lebih kepada hamba-Nya yang mau bersyukur, dan memberikan nikmat dan anugerah kepada orang tuanya. 4. Kejujuran Sifat jujur merupakan fondasi akhlak yang penting dalam Islam.Butuh upaya keras untuk menanamkan dan membentuk sifat ini.Rasulullah menekankan arti pentingnya penanaman sifat jujur dalam diri anak, maksudnya adalah agar orang tua tidak terjebak dalam kehinaan, karena berdusta kepada anak. Beliau juga menetapkan aturan umum bahwasannya anak merupkan manusia yang memiliki hak dalam berinteraksi dengan sesama. Oleh sebab itu, orang tua tidak diperbolehkan memperdayai anak dengan cara apapun, maupun bersikap acuh tak acuh ketika berinteraksi dengan anak (Khalid, 2012: 209). Seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka nasehat Luqman mengenai pendidikan kejujuran tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang tua. Sebesar dan sekecil apapun hal yang kita perbuat dan 62 yang kita sembunyikan, baik dan buruknya di ketahui oleh Allah dan akan diganjar dengan balasan yang setimpal. Setelah menyerukan ajaran untuk senantiasa bersikap jujur dalam segala hal dan tindakan, Islam mengecam sikap bohong. Kebohongan merupakan sifat yang hina yang memiliki banyak mudharat dan akibat negatif bagi kehidupan masyarakat. Sayyidah Aisyah Ra berkata, “Tidak ada akhlak yang paling dibenci Rasulullah Saw, melibihi kebencian beliau terhadap sikap bohong” (HR. Tirmidzi). ِ ورُه ْم َوَما يُ ْعلِنُو َن َ َوَرُّب ُ ك يَ ْعلَ ُم َما تُ ُّبن ُ ص ُد Artinya: Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan (QS. AlQashash: 69). Selain hadist, ayat di atas secara eksplisit menjelaskan ke – Maha Kuasa – an Allah. Allah maha mengetahui, baik yang terang maupun yang tersembunyi. Dan ajaran untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, “amar ma‟ruf nahi mungkar” dan memperbaiki hubungan dengan sesama dan alam, serta tidak menyekutukan Allah juga tidak berpaling dari Allah, karena Allah maha mengetahui segala apa yang kita perbuat dan kita ucapkan baik terang maupun tersembunyi (Syaifullah, 2010: 26). 5. Pendidikan Ibadah Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah shalat dan memerintahkan agar pemeluknya sungguh- 63 sungguh mendirikannya. Sebaliknya, Islam memberikan peringatan keras kepada mereka yang meninggalkan shalat. Demikian tegasnya perintah ini, karena shalat memiliki urgensi yang sangat tinggi dan mulia karena ia adalah rukun Islam setelah Syahadat. Setalah Luqman memerintahkan anaknya mengesakan Allah, yang juga mengandung larangan berbuat syirik dan mengingatkan akan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan Allah, dimana tiada sesuatu pun di dunia ini yang tersembunyi bagi-Nya, kemudian Luqman memerintahkan anaknya agar mendirikan shalat sebagai ibadah yang paling sempurna (Al-Ghamidi, 2011: 211). Sesungguhnya semua riwayat langit menetapkan kewajiban shalat sejak awal mula rasul dan nabi. Nabi Ibrahim sebagaimana disebutkan dalam suratIbrahim ayat 40 sebagai berikut: الص ِة َوِم ْن ذُِّريَِّ َرَّنَا َوتَ َقَّ ْل ُد َع ِاء َّ اج َعلْ ِين ُم ِق َيم ْ ب ِّ َر Artinya: Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku (QS. Ibrahim [14]: 40). 6. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (Dakwah) Amar Ma‟ruf adalah pernyataan yang menuntut seseorang agar meninggalkan sesuatu perbuatan, yang mencakup semua bentuk ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah dan memberikan kebaikan kepada sesama manusia. Sedangkan Nahi Munkar adalah pernyataan yang menuntut seseorang agar meninggalkan semua yang dipandang buruk oleh syara‟, diharamkan, atau dimakruhkan. 64 Dalam hal ini Luqman memberi ajaran kepada anaknya, berupa hikmah bukan dengan kekerasan, yakni dengan cara ajakan atau berupa dakwah dengan mau‟idzah hasanah (melalui cara yang dapat menaklukan hati) dan mujadalah yang dapat mencerahkan akal.Sedangkan, cara nahi munkar seperti yang ditetapkan Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Sa‟id, ia berkata “Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman” (Al-Ghamidi, 2011: 216) Menurut ajaran agama, menuntut agar nahi munkar lebih didahulukan karena kemunkaran menyebabkan kerusakan dan kebaikan membawa kemashlahatan.Menghindari dan melawan kerusakan itu lebih baik didahulukan daripada mendapatkan manfaat(Al-Ghamidi, 2011: 226). 7. Sabar Kata sabar diartikan mencegah, dan diindikasikan pada ketahanan yang didasarkan pada dinamika jiwa. Dinamika tersebut mengacu pada dua hal; yaitu untuk berbuat yang menuju kepada sesuatu yang positif, dan untuk menahan dari sesuatu yang negatif (Munir, 2008: 210). 65 Sabar mencakup menahan diri, lisan dan anggota badan. Menahan diri berarti menahan dari keputusasaan dan kemarahan.Menahan lisan berarti menahan dari mengeluh dan menggerutu. Menahan anggota badan adalah menahan dari sikap menggoda atau mengganggu (Al-Ghamidi, 2011: 234). Luqman menasehati dan memerintah anaknya untukbersabarterhadap apa yang menimpanya, karena sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Dalam hal ini, manusia hendaknya bersabar terhadap cobaan dan rasa berat dalam melaksanakan apa yang diperintahkan, khususnya dalam mendirikan shalat dan berbuat amar ma‟ruf nahi munkar (Al – Ghamidi: 2011, 249). Senada dengan hal tersebut, berikut firman Allah yang mengingatkan dan memerintahkan untuk bersabar jugaterdapat dalam QS. Al-Mudatsir ayat 7 yang berbunyi sebagai berikut: ِ اصِ ْرب َ َِّولَر ْ َك ف Artinya:Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah Ayat ini secara global adalah perintah untuk bersabar dalam memenuhi perintah Allah SWT, seperti shalat, puasa, zakat, berhaji, amar ma‟ruf dan nahi munkar. Karena setiap perintah Allah erat dengan rintangan – rintangan yang menghadang (Syaifullah, 2010: 155). 8. Pendidikan Akhlak 66 Pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai anak menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Anak tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat iman dan takwanya. Islam datang untuk memberi kebahagiaan kepada manusia selama berpegang dan mengikuti ajaran-ajaran dan tuntutan-Nya, serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Diantara ajaran Islam adalah akhlak yang mulia yang mengandung manfaat dan kemuliaan yang agung.Islam tidak hanya menganjurkan pada akhlak mulia, tetapi juga melarang akhlak yang tercela, memperingatkan jangan sampai terjerumus ke dalamnya dan memerintahkan menjauhinya. Dalam hal ini, Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk tidak sombong, angkuh, membanggakan diri, takabbur dan merendahkan hamba Allah lain, serta larangan bahagia yang sangat berlebihan. Luqman juga mengajarkan pendidikan akhlak tentang untuk hidup sederhana, ramah, tidak kikir, lurus dan istiqamah dalam menjalan hidup sesuai syariat yang benar, serta peringatan dan nasehat untuk dapat mengendalikan keseimbangan emosional dan rasional.Seperti larangan untuk merendahkan suara. Dari penjelasan penerapan pendidikan karakter dalam AlQur‟an surat Luqman ayat 12-19 menurut kitab tafsir Al-Misbah, 67 maka dapat dapat dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang disusun Diknasmulai tahun 2011 yang mana seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter dalam proses pendidikan, adapun 18 nilai tersebut adalah sebagai berikut: Table 4.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter No. 1. Nilai Religius Deskripsi Sikap dan perilaku melaksanakan ajaran yang patuh agama Islam dalam dan toleransi terhadap agama lain (larangan mempersekutukan Allah/ibadah). 2. Semangat Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (karakter/akhlak). 3. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan (karakter/akhlak/ibadah) 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan (Amar Ma‟ruf Nahi Munkar). 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi dan menyelesaikan tugas (usaha untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik yaitu sukses dunia maupun akhirat/ibadah). 6. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak bergantung 68 pada orang lain (pertanggung jawaban atas apa yang diperbuat/karakter/akhlak/ibadah). 7. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak dalam menilai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain (karakter/akhlak) 8. Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk Jawab melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya (tanggung jawab kepada diri sendiri, orang lain dan Allah). 9. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai orang lain dan perbedaan yang ada (karakter/akhlak) 10. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang bergaul dan bekerjasama dengan orang lain (karakter/akhlak) 11. Cinta Damai Sikap dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya (karakter/akhlak) 12. Peduli Sikap dan tindakan berupaya mencegah Lingkungan kerusakan lingkungan alam skitarnya dan menjaga kelestarian alam (ibadah) 13. Peduli Sosial Sikap dan tidakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada lingkungan sekitar dan orang lain (karakter/akhlak/ibadah) 14. Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk Membaca membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (belajar/ibadah). 15. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki (belajar/ibadah). 16. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya 69 untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (belajar/ibadah). 17. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya Prestasi untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, menghormati dan mengakui serta keberhasilan orang lain (belajar/ibadah/karakter/akhlak). 18. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (karakter/akhlak). B. Aplikasi Konsep Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Masa Kini Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik, dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan karakter disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. 70 Oleh sebab itu, penanaman karakter yang baik harus dilaksanakan sedini mungkin. Diantaranya melalui pendidikan karakter dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembentukan karakter, namun faktor keluarga dan sekolah merupakan faktor terpenting dalam pembetukan karakter, yang berupa internalisasi nilai-nilai dan moral dalam diri seorang individu. Sedangkan lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi suatu karakter seseorang. Di mana lingkungan bisa menjadikan seseorang baik atau buruk, tergantung seberapa besar nilai mana yang ada dalam diri individu tersebut. Secara lebih jelasnya,mengenai penerapan pendidikan karakter dalam keluarga dan di sekolah akan di bahas lebih jelas sebagai berikut: 1. Pendidikan Karakter dalam Keluarga Al-Qur‟an melalui salah satu ayatnya menegaskan bahwa, pendidikan yang dijadikan sebagai proses penyemaian nilai-nilai dalam diri manusia harus diawali dari lembaga yang terkecil. Mulai dari diri sendiri, berkembang kepada keluarga dan baru kepada masyarakat secara luas. ِ ِ َّ ْ َّاس َو ُاْلِ َج َارة ُ ُين َآمنُوا قُوا أَنْ ُف َس ُ ْم َوأ َْهلي ُ ْم ََن ًرا َوق َ ََي أَيُّب َها الذ ُ ود َها الن ِ علَي ها م الِ َ ةٌم ِغ ٌم اّللَ َما أ ََمَرُه ْم َويَ ْف َعلُو َن َما يُ ْ َم ُرو َن َّ صو َن ُ ظ ا َد ٌماد ال يَ ْع َ َْ َ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- 71 Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-Tahriim: 6). Rumah adalah tempat belajar pertama bagi anak- anak.Sementara ibu adalah guru pertama dan guru terbaik.Di tempat tersebut, anak akanbelajar apapun dari personil yang ada di rumah, entah itu ayah, ibu, kakek, nenek, kakak, adik dan para tetangganya. Pendidikan anak dalam keluarga untuk mengajarkan kasih sayang, pengertian, komunikasi, rasa percaya diri, dan lain sebagainya harus diajarkan oleh orang tua melalui contoh perilaku kehidupannya. Baik dan buruk perilaku anak merupakan hasil contoh dan didikan dari orang tuanya.Otak anak ibarat spon yang memiliki daya serap yang tinggi. Dia bisa menyerap semua informasi yang didapatkan melalui apa yang dia lihat, dia dengar, dan dia rasakan saat di rumah (Damayanti, 2014: 167). Masalah degradasi moral dalam keluarga perlu segera mendapat penanganan khusus.Hal ini berhubungan dengan masalah kesiapan kita dalam menyongsong era globalisasi.Salah satu upaya penanganan khusus tersebut melalui pendidikan budi pekerti.Karena pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nilai, pihak pertama yang paling cocok memberikan budi pekerti adalah keluaga (Muslich, 2011: 92). Terkait dengan itu, setidaknya ada empat nilai yang dapat ditanamkan dalam keluarga: a. Nilai Kerukunan 72 Kerukunan merupakan salah satu perwujudan budi pekerti.Orang yang memiliki budi pekerti luhur tentu lebih menghargai kerukunan dan kebersamaan daripada perpecahan. Jika dalam keluarga sudah sejak dini ditanamkan nilai – nilai kerukunan itu dan anak dibiasakan menyelesaikan masalah dengan musyawarah maka dalam kehidupan di luar keluarga mereka juga akan terbiasa menyelesaikan masalah berdasarkan musyawarah. b. Nilai Ketakwaan dan Keimanan Ketakwaan dan keimanan merupakan pengendali utama budi pekerti. Seseorang meiliki ketakwaan dan keimanan yang benar dan mendasar terlepas dari apa agamanya tentu akan mewujudkannya dalam perilaku dirinya. Dengan demikian sangat tidak mungkin jika seseorang memiliki kadar ketakwaan dan keimanan yang mendalam melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya itu memiliki budi pekerti yang sangat hina. c. Nilai Toleransi Yang dimaksud toleransi disini terutama adalah mau memperhatikan sesamanya. Dalam keluarga nilai toleransi ini dapat ditanamkan melalui proses saling memperhatikan dan saling memahami antar anggota keluarga. Jika berhasil, tentu itu akan terbawa dalam pergaulannya. d. Nilai Kebiasaan Sehat 73 Yang dimaksud kebiasaan sehat di sini adalah kebiasaankebiasaan hidup yang sehat dan mengarah pada pembangun diri lebih baik dari sekarang. Penanaman kebiasaan pergaulan sehat ini tentu saja akan memberikan dasar yang kuat bagi anak dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya. 2. Pendidikan Karakter di Sekolah Menurut UU NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Ayat 13 dan ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan (Muslich, 2011: 85). a. Bentuk Pembelajaran Dalam Pendidikan Karakter Pusat pengkajian pedagogik UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) mengembangkan teori dan praktik pendidikan menuju pendidikan yang lebih baik yang mengarah pada pendidikan karakter. Dengan dua bentuk pembelajaran ini dapat dibedakan apakah suatu pembelajaran dikategorikan sebagai pendidikan karakter atau pengajaran semata. Dua bentuk yang dimaksud adalah Pembelajaran Substantif dan Pembelajaran Reflektif. Harus diakui bahwa pendidikan karakter bukan semata-mata tugas dari guru agama, PKn, atau guru BP semata, tetapi tanggung jawab 74 semua guru, bahkan kepala sekolah, semua warga sekolah dan orang tua, serta masyarakat. Pertama, pembelajaran substantif. Pembelajaran substantif adalah pembelajaran yang substansi materinya terkait langsung dengan suatu nilai. Seperti pada mata pelajaran agama dan PKn. Proses pembelajaran substantif dilakukan dengan mengkaji suatu nilai yang dibahas, mengkaitkannya dengan kemaslahatan (untuk kebaikan) kehidupan anak dan kehidupan manusia, baik di dunia (saat ini) maupun di akhirat (setelah meninggal). Kedua, pembelajaran reflektif.Pembelajaran reflektif adalah pendidikan karakter yang terintegrasi/melekat pada semua mata pelajaran/bidang studi di semua jenjang dan jenis pendidikan. Proses pembelajaran dilakukan oleh semua guru mata pelajaran/bidang studi, seperti guru Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan mata pelajaran lainnya. Proses pembelajaran reflektif dilakukan melalui pengaitan lainnya. Proses pembelajaran reflektif dilakukan melalui pengaitan materi – materi yang dibahas dalam pembelajaran dengan makna di belakang materi tersebut. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran guru menjawab pertanyaan mengapa suatu materi itu ada dan dibuthkan dalam kehidupan (Kesuma, 2012: 28). b. Tiga Basis Desain Pendidikan Karakter 75 Jika ingin efektif dan utuh, pendidikan karakter mesti menyertakan tiga basis desain dalam pemogramannya. Tanpa tiga basis itu, program pendidikan karakter di sekolah hanya menjadi wacana semata. Adapun tiga desain basis pendidikan karakter secara jelasnya sebagai berikut: Pertama, desain pendidikan karakter berbasis kelas.Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas. Konteks pendidikan karakter adalah proses relasional komuntias kelas dalam konteks pembelajaran. Relasi guru – pembelajar bukan monolog. Melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari guru dan siswa yang sam-sama berinteraksi dengan materi. Memberikan pemahaman dan pengertian akan keutamaan yang benar terjadi dalam konteks pengajaran ini, termasuk didalamnya pula adalah ranah non instruksional, seperti menejemen kelas, konsensus kelas, dan lain-lain, yang membantu terciptanya suasana belajar yang nyaman. Kedua, desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa. Untuk menanamkan nilai kejujuran tidak cukup hanya dengan memberikan pesan-pesan moral kepada anak didik. Pesan 76 moral ini mesti di perkuat dengan penciptaan kultur kejujuran melalui pembuatan tata peraturan sekolah yang tegas dan konsisten terhadap setiap perilaku ketidakjujuran. Ketiga, desain karakter berbasis komunitas.Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian.Masyarakat diluar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka.Ketika lembaga negara lemah dalam penegakan hukum, ketika mereka yang bersalah tidak pernah mendapatkan sanksi yang setimpal, Negara telah mendidik masyarakatnya untuk menjadi manusia yang tidak menghargai makna tatanan sosial bersama. Pendidikan karakter hanya akan bisa efektif jika tiga desain pendidikan karakter ini dilaksnakan secara simultan dan sinergis. Mengabaikan ketiga desain tersebut, pendidikan kita hanya akan bersifat parsial, inkonsisten, dan tidak efektif (Muslich, 2011: 160). c. Strategi Pengintegrasian Pendidikan Karakter Penerapan pendidikan budi pekerti dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian.Strategi yang dapat dilakukan adalah (1) pengintegrasian dalam kegiatan sehari – hari, dan (2) pengintegrasian dalam kegiatan yang di programkan (Muslich, 2011: 175). 77 1) Pengintegrasian Dalam Kegiatan Sehari-hari Pelaksanaan strategi ini dapat dilakukan melalui cara berikut: a) Keteladanan/Contoh Kegiatan pemberian contoh/teladan ini bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf adminstrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik. b) Kegiatan Spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding. c) Teguran Guru perlu mengatur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka. d) Pengkondisian Lingkungan Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana fisik. Contoh: penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, aturan/tata tertib 78 sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap peserta didik mudah membacanya. e) Kegiatan Rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, membersihkan kelas/belajar. 2) Pengintegrasian Dalam Kegiatan yang Diprogramkan Strategi ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu guru membuai perencanaan atas nilai-nilai yang akan diintegrasikan dalam kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan pemahaman atau prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Lebih jelasnya, berikut bentuk pengintegrasian nilai yang dapat dilakukan dengaan cara sebagai berikut: Table 4.2 Nilai-nilai yang Diprogramkan Nilai yang Diintegrasikan Taat kepada ajaran agama Kegiatan Sasaran Integrasi Diintegrasikan kepada kegiatan peringatan sehari-hari besar keagamaan Toleransi Diintegrasikan pada saat kegiatan yang menggunakan 79 metode tanya jawab, diskusi kelompok. Disiplin Diintegrasikan pada saat kegiatan olah raga, upacara bendera, dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tanggung jawab Diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihankelas dan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Kasih sayang Diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan sosial dan kegiatan melestarikan lingkungan. Gotong royong Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita/diskusi tentang gotong royong, menyelesaikan tugas-tugas keterampilan. Kesetiakawanan Diintegrasikan pada bercerita/diskusi kegiatan saat kegiatan misalnya koperasi, mengenai pemberian sumbangan. Hormat-menghormati Diintegrasikan pada saat menyanyikan lagu-lagu tentang hormat-menghormati, saat kegiatan bermain drama Sopan santun Diintegrasikan pada kegiatan bermain drama, berlatih membuat surat. Jujur Diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, bertanding. 80 menghitung, bermain, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penlitian, pengkajian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep Pendidikan Karakter di dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 menurut kitab tafsir Al-Misbah secara garis besar meliputi pendidikan Tuahid/Ketuhanan, pendidikan Ibadah, Dakwah dan pendidikan akhlak/karakter. Dan secara khusus meliputi pendidikan Ketuhanan/Larangan mempersekutukan Allah, berbakti kepada orang tua, bersyukur, kejujuran, pendidikan ibadah, amar ma‟ruf nahi munkar (dakwah), sabar, dan pendidikan akhlak/karakter. Pendidikan 81 karakter dilakukan dengan cara penanama nilai-nilai secara halus, penuh kasih sayang layaknya orang tua terhadap anak, dan dengan cara yang dapat menaklukan hati,bukan dengan kekerasan dan karena Islam adalah agama yang indah dan damai. 2. Pengaplikasian pendidikan karakter dalam pendidikan karakter masa kini (keluarga dan sekolah) dilakukan dengan cara penanaman nilainilai yang dilakukan setiap hari, sehingga diharapkan mampu menjadikannya kebiasaan yang baik, agar nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi yang kokoh dalam karakter seseorang. Di lingkungan keluarga, dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai kerukunan, ketakwaan, keimanan, toleransi, dan pola hidup sehat. Sedangkan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengintegrasian nilai dalam kegiatan sehari-hari meliputi keteladanan, kegiatan spontan, teguran, pengondisian lingkungan dan kegiatan rutin. Dan yang kedua adalah dengan pengintegrasian nilai-nilai yang diprogramkan, maksudnya adalah guru menyusun dan menerapkan nilai-nilai positif yang dianggap penting dalam aspek kehidupan di sekolah yang mampu meningkatkan budi perkerti yang luhur ke dalam diri siswa. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain 82 Penanaman nilai-nilai yang baik harus dimulai dari sendiri, dan tidak mengabaikan hal-hal yang kecil, karena setiap hal besar dimulai dari hal-hal kecil yang disepelekan. Setiap individu diharapkan bisa menjalankan amar ma‟ruf nahi munkar, dimana pelaksanannya menjalankan nahi munkar terlebih dahulu. Dengan cara membentengi diri dari segala sifat buruk yang dapat meruntuhkan pondasi karakter yang baik, supaya bisa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan Islami. 2. Untuk Orang Tua dan Guru Hendaknya orang tua menjadi suri tauladan yang baik, dan guru dapat mengayomi dan memberikan rasa aman terhadap siswa agar proses pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter berjalan secara efektif 3. Untuk Pemerintah Pemerintah harus selalu memantau dunia pendidikan, agar pendidikan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawabyang dapat merusak karakter siswa, serta dapat menindaklanjutinya sesuai kebutuhan. Dan pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian ekstra kepada masyarakat yang kurang mampu, dan memberikan bantuan agar masyarakat tersebut mendapatkan hak pendidikannya dan mengejar ketertinggalan pendidikan. 83 C. Penutup Demikianlah skripsi yang dapat penulis sampaikan.Tentunya skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan dalam penyampaian maupun penulisan skripsi ini.Penulis juga menerima kritik dan saran dari pembaca sehingga skripsi ini menjadi lebih baik dan mendekati kebenaran sebuah karya ilmiah.Semoga dengan adanya skripsi ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. 84 DAFTAR PUSTAKA Al-Ghamidi, Abdullah.2011. Cara MengajarAnak/MuridalaLuqman alHakim. Yogyakarta: Sabil. Al-Hasni, Muhammad bin Alawi al-Maliki. 1999. MutiaraIlmu-ilmu AlQur‟an. Bandung: CV. PustakaSetia. Al-Qur‟an dan Kumpulan Hadist Digital Ar-Rifa‟I, Muhammad Nasib.2000. Kemudahan Dari Allah RingkasanTafsirIbnuKatsirJilid 3. Jakarta: GemaInsani. Ash-Shaabuuniy, Muhammad Ali. 1999. StudiIlmu Al-Qur‟an. Bandung: CV. PustakaSetia. Bekker, Anton. 1990. MetodologiPenelitianfilsafat. Yogyakarta: Kanisius Damayanti, Dewi. 2014. PanduanImplementasiPendidikanKarakter di SekolahTeoridanPrkatisInternasional. Yogyakarta: Araska. Endraswara, Suwardi. 2013. PendidikanKarakterDalamFoklorKonsep, Bentukdan Model. Yogyakarta: PustakaRumahSuluh. KamusBesarBahasa Indonesia.2007. DepartemenPendidikanNasional.BalaiPustaka. Kesuma, Dharma. CepiTriatna, JoharPermana. 2012. PendidikanKarakter, KajianTeoridanPraktik di Sekolah. Bandung: PT. RemajaRosdakarya. Khalid, Syekh. 2012. KitabFiqhMendidikAnak. Yogyakarta: Diva Press. Maslikhah, 2013.MelejitkanKemahiranMenulisKaryaIlmiahbagiMahasisw a.Yogyakarta: Trust Media Munir, Ahmad. 2008. TafsirTarbawiMengungkapPesan TentangPendidikan. Yogyakarta: Teras. Al-Qur‟an Muslich, Masnur. 2011. Pendidikankaraktermenjawabtantangankrisis multidimensional. Jakarta: BumiAksara. PedomanPenulisanSkripsidanTugasAkhir STAIN. 2008. Ramli, Abdul Wahid. 2002. GrafindoPersada. Ulumul Qur‟an. Jakarta: Raja Samani, Muchlas. Hariyanto. 2013. Konsep& Model PendidikanKarakter. Bandung: PT. RemajaRosdakarya. 85 Shihab, M. Quraish. 1994. KisahdanHikmahKehidupanLenteraHati. Bandung: Mizan. Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-MisbahPesan, KesandanKeserasian Al-Qur‟an. Jakarta: LenteraHati. Suhartono, Suparlan. 2006. FilsafatPendidikan. Yogyakarta: ArRuzz. Suryabrata, Sumadi. 1995. MetodePenelitian. Jakarta: Raja Grafindo. Syaifullah, Achmad. 2010. Ayat-ayatMotivasiBerdayaLedakan Super Dahsyat. Yogyakarta: Diva press. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Ahlak Yang Mulia. Surabaya: PT. BinaIlmu. UU RI No. 20 Tahun 2003, 2009. Jakarta: SinarGrafika. http://theprotectorofislam.blogspot.co.id (Senin, 29 Februari 2016, 15:00) http://www.rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-corak-tafsir-almisbah.html (Senin, 29 Februari 2016, 15:00) 86 87 88 89 90 91 92 93