BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang, ekuitas (saham),
instrumen derivatif maupun instrumen lainnya (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Saat ini, pasar modal yang merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan,
menjadi pasar atas dana yang penting di era kehidupan modern sebagai lembaga
investasi dan penghimpun dana.
Perkembangan pasar modal memiliki peranan yang besar dalam
meningkatkan pertumbuhan perekonomian karena pasar modal memiliki dua
fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 1994).
Dalam kaitannya dengan dana, terdapat dua kelompok utama pelaku ekonomi
yaitu penyedia dana (suppliers of funds) dan pengguna dana (users of fund).
Pelaku ekonomi yang berkedudukan sebagai penyedia dana merupakan pihakpihak yang memiliki
kelebihan dana (investor), sedangkan pengguna dana
merupakan pihak-pihak yang membutuhkan dana (emiten). Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas yang
mempertemukan dua pelaku ekonomi tersebut , yaitu pihak yang
memiliki
kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Sementara
dalam melaksanakan fungsi keuangan pasar modal menyediakan dana yang
dibutuhkan oleh pihak-pihak lainnya tanpa harus terlibat secara langsung dalam
kegiatan operasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam aktivitas pasar modal pihak yang memiliki dana (investor) dan
yang membutuhkan dana (emiten) akan memiliki kepentingan yang berbeda. Bagi
emiten, pasar modal adalah salah satu alternatif untuk mendapatkan tambahan
dana tanpa perlu menunggu hasil dari produksi perusahaan. Sedangkan bagi
investor pasar modal adalah salah satu alternatif untuk melakukan investasi dan
mendapatkan keuntungan yang optimal. Pada umumnya surat-surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat
hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan (Husnan, 1994). Surat berharga
yang bersifat hutang disebut dengan obligasi dan surat berharga yang bersifat
pemilikan disebut dengan saham.
Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroaan terbatas (Darmadji dan Fakhruddin,
2006). Setiap investor yang melakukan investasi dalam bentuk penanaman saham
selalu berharap memperoleh return saham yang besar. Return saham adalah hasil
yang diperoleh dari investasi saham. Return dapat berupa return realisasi atau
return ekspektasi. Return realisasi adalah return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dan sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa
mendatang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh
investor di masa mendatang
(Jogiyanto, 2000). Pada dasarnya, return yang
diperoleh dari pemilikan saham berupa dividen dan capital gain (loss). Dalam
berinvestasi, investor tentunya mengharapkan keuntungan yang tinggi atas modal
yang ditanamnya. Tetapi dalam melakukan investasi investor juga dihadapkan
Universitas Sumatera Utara
pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko
yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh
dari investasi, semakin besar pula risikonya. Risiko yang lebih tinggi biasanya
dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula
(high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu
harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar
yang tidak rasional. Dalam investasi saham ada dua risiko yang akan dihadapi
investor yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis
(unsystematic risk). Risiko sistematis, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan
begitu saja dengan diversifikasi, sedangkan risiko tidak sistematis dapat
dihilangkan dengan diversifikasi (Jogiyanto, 2000).
Risiko yang relevan untuk dipertimbangkan oleh investor dalam
pengambilan keputusan investasi adalah risiko sistematis atau risiko pasar
(Husnan,1994), sebab investor dapat mengeliminasi risiko tidak sistematis melalui
pembentukan portofolio investasi. Dalam literatur keuangan, risiko sistematis atau
risiko pasar sering dinayatakan dengan beta. Dengan demikian untuk kepentingan
investasi, investor harus menaksir besarnya beta saham sebagai ukuran risiko
investasi di pasar modal. Suatu investasi tentunya memiliki risiko tersendiri.
Investor tidak dapat secara pasti mengetahui risiko apa yang akan diterimanya
dalam melakukan suatu investasi. Oleh karena itu seorang investor memerlukan
analisis dalam menginvestasikan dananya dan meminimalkan risiko.
Berbagai penelitian mengenai pengaruh beta terhadap return saham telah
banyak dilakukan. Rachmatika (2006) menunjukkan bahwa beta berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
secara signifikan terhadap return saham. Sementara Suharli (2005) menunjukkan
bahwa beta tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Ang (1997) mengelompokkan rasio keuangan ke dalam lima rasio yaitu
rasio likuiditas, solvabilitas (leverage), rentabilitas (profitabilitas), aktivitas, dan
rasio pasar (market ratios). Rasio-rasio keuangan tersebut digunakan untuk
menjelaskan kekuatan dan kelemahan kondisi keuangan perusahaan serta untuk
memprediksi return saham di pasar modal. Semakin baik kinerja keuangan
perusahaan yang tercermin dari rasio-rasionya maka semakin tinggi return saham
perusahaan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current
Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TAT) dan Equity
Per Share (EqPS).
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukkan besarnya kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja
yang sangat penting untuk menjaga performance kinerja perusahaan yang pada
akhirnya mempengaruhi harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan
kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat
meningkatkan return saham.
Penelitian mengenai current ratio pernah dilakukan oleh Astuti (2006),
Ulupui (2006) dan Prihantini (2009) yang menunjukkan hasil yang sama bahwa
current ratio berpengaruh terhadap return saham. Sementara penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Hernendiastoro (2005) menunjukkan bahwa current ratio tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Debt to equity ratio merupakan rasio solvabilitas yang mengukur
kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya
dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya (Ang,
1997). Penelitian terdahulu yang menguji pengaruh antara debt to equity ratio
terhadap return saham antara lain dilakukan oleh Rachmatika (2006) dan
Prihantini (2009) yang menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh
terhadap
return
saham.
Hasil
penelitian
tersebut
bertentangan
dengan
Hernendiastoro (2005), Suharli (2005), Astuti (2006) dan Ulupui (2006) yang
menyatakan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap return saham.
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
efektif perusahaan dalam mengelola aktivanya. Jika perusahaan memiliki terlalu
banyak aktiva maka perusahaan akan membutuhkan biaya modal yang tinggi pula,
hingga akhirnya menyebabkan laba menurun (Brigham, 2001). Rasio aktivitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover. Rasio ini
digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Astuti (2006) menunjukkan bahwa total asset turnover
berpengaruh terhadap return saham. Sementara Ulupui (2006) menunjukkan
bahwa total asset turnover tidak berpengaruh terhadap return saham.
Equity Per Share adalah total ekuitas dibagai dengan jumlah saham yang
beredar (Jogiyanto, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Maslutfiyah (2010)
menunjukkan bahwa equity per share berpengaruh secara signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
return saham. Sementara Wijaya (2008) menunjukkan bahwa equity per share
tidak berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Pengaruh Beta dan Rasio
Keuangan Terhadap Return Saham Indeks Kompas 100 ”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas , maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Apakah beta berpengaruh terhadap return saham?
2.
Apakah current ratio berpengaruh terhadap return saham?
3.
Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap return saham?
4.
Apakah total asset turnover berpengaruh terhadap return saham?
5.
Apakah equity per share berpengaruh terhadap return saham?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.
Menganalisis pengaruh beta terhadap return saham.
2.
Menganalisis pengaruh current ratio terhadap return saham.
3.
Menganalisis pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham.
4.
Menganalisis pengaruh total asset turnover terhadap return saham.
5.
Menganalisis pengaruh equity per share terhadap return saham.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi peneliti, sebagai wahana pengaplikasian ilmu yang telah peneliti
peroleh di bangku kuliah dan menambah wawasan dalam bidang pasar
modal khususnya mengenai return saham.
2.
Bagi investor, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi return saham sehingga investor dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan investasi dan mencapai
return yang optimal.
3.
Bagi emiten, diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan guna meningkatkan kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Download