pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tingginya laju urbanisasi ke kota menambah jumlah penduduk secara
mendadak. Peningkatan penduduk dan perkembangan kawasan menyebabkan
permasalahan lingkungan (Pavita dkk, 2014). Salah satu permasalahan lingkungan
adalah pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran sungai oleh bahan
pencemar, baik dari domestik ataupun industri akibat dari meningkatnya jumlah
penduduk, industrialisasi, urbanisasi, dan pembangunan (Dewa dkk, 2015;
Effendi, 2016). Perairan merupakan satu kesatuan antara komponen-komponen
fisika, kimia dan biologi dalam suatu badan air pada wilayah tertentu (Rudiyanti,
2009). Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada
salah satu komponen maka akan berpengaruh pula terhadap komponen yang
lainnya.
Sungai merupakan salah satu tipe ekosistem perairan yang berperan
penting bagi kehidupan biota air dan juga kebutuhan hidup manusia. Sungai
mengalir dari hulu ke hilir dan akan mengalami degradasi karena melewati
kawasan pertanian, permukiman, dan industri rumah tangga. Degradasi kualitas
air terjadi akibat adanya nilai parameter kualitas air yang melebihi baku mutu.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan limbah,
baik limbah pabrik atau industri, pertanian, maupun limbah domestik dari suatu
pemukiman penduduk ke sungai.
1
Sungai Winongo merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota
Yogyakarta, yang berhulu di Sleman dan bermuara di Bantul. Dalam
keberadaannya sehari-hari, Sungai Winongo menerima limbah baik dari kegiatan
rumah tangga maupun dari kegiatan industri di sekitarnya. Banyaknya aktivitas
antropogenik ini, secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan
dampak negatif terhadap kualitas air sungai. Apabila dibiarkan dalam jangka
waktu yang lama dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan. Selain itu,
belum adanya batas yang jelas daerah sempadan sungai di sepanjang Sungai
Winongo, mengakibatkan meningkatnya permukiman penduduk di sekitar sungai.
Menurut Maryono (2004) perubahan sempadan sungai menjadi permukiman yang
padat maka sungai akan menjadi sempit dan berbahaya. Dengan demikian sungai
harus dijaga kelestariannya, dimanfaatkan fungsinya, dan dikendalikan dampak
negatif terhadap lingkungannya.
Bertambahnya permukiman di Kota Yogyakarta, mempengaruhi jumlah
buangan limbah cair yang dikeluarkan oleh aktivitas dalam rumah tangga maupun
industri. Pencemaran air sungai meningkat, khususnya pada sungai yang melintasi
permukiman yang padat. Walaupun pengelolaan limbah industri telah diatur
dalam regulasi yang diatur dalam proses perijinannya. Akan tetapi dalam keadaan
sebenarnya masih ada pihak-pihak yang melanggar aturan. Begitu halnya dengan
limbah domestik, yang menyangkut rendahnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga lingkungan. Contohnya, pembangunan saluran instalasi pembuangan air
limbah (IPAL) di kota-kota saat ini belum menyeluruh sehingga tidak sebanding
dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Penduduk lebih cenderung membuang
langsung limbah cair ke sungai melalui pipa-pipa di pinggir sungai.
2
1.2.
Perumusan Masalah
Permasalahan lingkungan perkotaan di Yogyakarta yang dominan saat ini
adalah kepadatan penduduk yang terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik
DIY menunjukkan tahun 2011 ada 11.958 jiwa/km2 dan meningkat di tahun
2013 ada 12.391 jiwa/km2 (BPS D.I. Yogyakarta, 2014). Jumlah penduduk yang
semakin meningkat merupakan permasalahan lingkungan perkotaan. Mulai dari
kemacetan lalu lintas, pergeseran fungsi lahan, dan masukan limbah padat
maupun cair ke badan sungai. Penduduk yang terus meningkat dari tahun ke
tahun, menyebabkan semakin banyak limbah cair yang harus dikelola tiap hari.
Hal tersebut bertambah sulit karena pengelolaan unit pengolahan limbah cair
belum dikelola dengan baik. Selain itu juga, masalah sanitasi kota yang menjadi
kompleks dan kualitas air sungai yang turun.
Pertambahan penduduk yang sangat tinggi di Kota Yogyakarta dapat
melampaui kemampuan daya dukung lingkungan, sehingga mengakibatkan
kualitas hidup manusia menjadi rendah. Banyaknya masyarakat yang masih
membuang limbah ke sungai dapat menimbulkan permasalahan lingkungan di
Kota Yogyakarta. Selain itu, sistem pengolahan dan pembuangan limbah rumah
tangga yang masih menggunakan cara tradisional, yaitu mengalirkan limbah
secara langsung melalui saluran pembuangan menuju sungai menimbulkan
berbagai persoalan yang serius. Adanya limbah di sungai menyebabkan rusaknya
ekosistem sungai akibat zat-zat berbahaya yang terkandung dalam limbah.
Menurut Baker (2009) aktivitas pembuangan limbah di sungai dapat menambah
masukan senyawa organik, senyawa anorganik, maupun polutan lainnya di sungai.
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kondisi alami sungai maupun kegiatan
3
manusia. Perubahan kondisi kualitas air disebabkan oleh penggunaan lahan,
litologi, waktu, curah hujan, dan aktivitas manusia yang mengakibatkan
pencemaran air sungai, baik fisik, kimia, maupun biologi. Menurut Permana dan
Widyastuti (2013) Sungai Winongo menjadi tempat pembuangan limbah yang
berasal dari rumah tangga, aktivitas perkotaan, industri, maupun pertanian.
Pencemaran terjadi apabila kadar parameter melampaui baku mutu yang
dipersyaratkan. Pencemaran air oleh aktivitas manusia lebih besar dampak
negatifnya karena terjadi setiap hari dan meningkat sebanding dengan
bertambahnya penduduk.
Masyarakat yang bertempat tinggal di sempadan Sungai Winongo
dengan radius tertentu dari bibir sungai, lebih banyak penduduk pendatang
(bukan penduduk asli) ataupun masyarakat menengah ke bawah. Komunitas ini
menempati tanah tersebut secara liar, sehingga kondisi tata komunitasnya relatif
belum teratur (Suminar dkk, 2011). Masyarakat dengan lingkungan akan
menciptakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Berkembangnya kegiatan masyarakat di sempadan Sungai Winongo, seperti
bertambahnya permukiman penduduk, kegiatan industri rumah tangga, dan
kegiatan pertanian, dapat berpengaruh terhadap kualitas airnya. Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut dibuang langsung ke sungai. Adanya masukan
bahan-bahan terlarut yang dihasilkan oleh kegiatan penduduk di sekitar sempadan
Sungai Winongo sampai batas-batas tertentu dapat menurunkan kualitas air
sungai. Menurut Wicaksono (2014) tingkat pencemaran air di empat wilayah
sungai Kota Yogyakarta meningkat melebihi ambang batas baku mutu yang
ditetapkan. Empat sungai itu yakni Sungai Code, Winongo, Gajah Wong, dan
4
Manunggal. Pencemaran meningkat akibat pengaruh limbah domestik yang tidak
terkontrol.
Peningkatan
pencemaran
sungai
berbanding
lurus
dengan
meningkatnya pembuangan limbah domestik yang memanfaatkan saluran air
hujan. Saluran air hujan permukiman ini langsung tersalurkan ke sungai dan tidak
terbendung jumlahnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian berikut ini.
(1) Apakah jenis- jenis kerusakan lingkungan perairan Sungai Winongo di Kota
Yogyakarta akibat limbah cair?
(2) Berapakah tingkat kerusakan lingkungan perairan Sungai Winongo di Kota
Yogyakarta akibat limbah cair?
(3) Bagaimanakah strategi pengelolaan lingkungan di sepanjang Sungai Winongo
di Kota Yogyakarta?
Berdasarkan rumusan permasalahan seperti telah dirumuskan, maka perlu
dilakukan penelitian dengan judul “Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan
Sungai Winongo Akibat Pembuangan Limbah Cair di Kota Yogyakarta”.
Lokasi penelitian mencakup daerah sekitar sempadan Sungai Winongo di Kota
Yogyakarta.
1.3.
Keaslian dan Batasan Penelitian
Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus
sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam
Tabel 1.
5
Tabel 1. Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan
No
1
2
3
Peneliti, Tahun, Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Kusumawati, 2009
Pencemaran Air Sungai
Juwana Akibat Aktivitas
Sosial Ekonomi dan
Persepsi Penduduknya di
Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati
Mengetahui aspek fisik,
kimia dan biologi air dan
mengetahui kondisi sosial
ekonomi dan tingkat
pengetahuan penduduk
terhadap kondisi Sungai
Juwana
Metode survei dan
cara stratified
random sampling
Ambarsari, 2011
Kajian Pencemaran
Lingkungan Sungai Ancar
Akibat Limbah Cair Tahu
Industri Rumah Tangga
Kekalik Jaya di Kota
Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat
Mengkaji aktivitas proses
pembuatan tahu terhadap
pencemaran lingkungan
sungai dan merumuskan
strategi pengelolaan
lingkungan
Data primer berupa
identifikasi
pencemaran hasil
pengamatan dan
data sekunder dari
instansi terkait
Abdi, 2011
Kajian Daya Tampung
Beban Pencemaran Sungai
Batanghari pada Penggal
Gasiang-Sungai Langkok
Provinsi Sumatera Barat
Mengidentifikasi lokasi
sumber-sumber pencemar
dan menghitung beban
pencemaran daya
tampung sungai
Metode QUAL2Kw
6
Hasil pengukuran suhu, pH,
Nitrat, Amoniak dan Coliform
masih dibawah ambang Baku
Mutu, sedangkan untuk
parameter TDS, sebagian TSS,
BOD, COD, Nitrit dan minyak
lemak di atas ambang Baku
Mutu.
Kondisi Sungai Ancar
mengalami tingkat pencemaran
sedang pada titik 2, 3,4 dan 5
memiliki nilai indeks
pencemaran berturut-turut 5,22,
5,39, 5,34 dan 5,37. Secara
keseluruhan aktivitas dan
perilaku pengrajin tahu belum
dikelola dengan baik
Berdasarkan hasil penelitian,
total beban pencemaran BOD,
COD dan TSS berturut-turut
sebesar 14,463; 43,363; 14,658
Ton/jam dengan daya tampung
beban pencemaran berturutturut sebesar 22,956; 108,6;
33,2 Ton/jam. Secara total daya
tampung beban pencemaran
belum terlampaui
Persamaan
Penelitian yang akan dilakukan
Metode yang digunakan
(metode indeks
pencemaran) dan tujuan
untuk merumuskan
strategi pengelolaan
lingkungan
Metode survei,
tujuannya untuk
mengetahui aspek fisik,
kimia dan biologi air dan
mengetahui kondisi
sosial
Lokasi peneliian
Tujuannya
mengidentifikasi sumber
pencemar dan
Merumuskan strategi
pengelolaan lingkungan
Metode yang digunakan
(metode indeks
pencemaran)
Tujuannya
mengidentifikasi sumber
pencemar
Lanjutan Tabel 1.1. Ringkasan Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan
No
4.
5.
6.
7.
Peneliti, Tahun, Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Persamaan
Penelitian yang akan dilakukan
Meidiansyah, 2014
Kajian Penyebaran Aliran
Polutan Sungai Code
Menganalisis gambaran
penyebaran aliran polutan
dalam sungai.
simulasi numeris
transpor polutan
menggunakan
software HEC-RAS
versi 4.1.
Sumber polutan terbesar berasal
dari daerah pemukiman dan
pariwisata sepanjang titik RS 5345 atau pada jarak antara 5,164,48 km dari hilir, yakni polutan
yang bersumber dari drainasi.
Metode yang
digunakan (metode
indeks pencemaran)
Objek kajian sumber
polutan dari daerah
permukiman
Imamuddin, 2010
Studi Bakteri Heterotropik
Sebagai Indikator
Pencemaran di Perairan
Sungai Brantas
Untuk mengetahui
kemungkinan penggunaan
biota air sebagai indikator
pencemaran di perairan
Isolasi dan
perhitungan bakteri
heterotropik
Kemelimpahan bakteri
heterotropik yang cukup tinggi,
umumnya ditemukan pada stasiun
pengamatan yang memiliki tingkat
pencemaran relatif rendah.
Metode yang
digunakan (metode
indeks pencemaran)
Objek kajian
pencemaran lingkungan
perairan
Handayani dkk, 2001
Penentuan Status Kualitas
Perairan Sungai Brantas
Hulu dengan Biomonitoring
Makrozoobentos: Tinjauan
dari Pencemaran Bahan
Organik
Untuk membuat klasifikasi
Sungai Brantas bagian
hulu berdasarkan
komunitas
makrozoobentos serta
menentukan kualitas
perairan sungai di bagian
hulu
Metode deskriptif,
Twinspan, dan
Indeks BMWP
Tujuannya untuk
Menganalisis jenisjenis, menentukan
tingkat kerusakan
lingkungan perairan
dan menyusun strategi
pengelolaan
Menentukan kualitas
perairan sungai
Mbuligwe , Stephen E and
Mengiseny E. Kaseva,
2005
Pollution and Self Cleansing
of an Urban River in a
Developing Country: A Case
Study in Dar es Salaam,
Tanzania
Untuk mengetahui kualitas
air sungai Msimbazi
Pengukuran debit
dengan Areavelocity method,
Metode Survei dan
In Situ
Measurements,
Analisis Indikator
biologi dan kimia air
Ditemukannya makrozoobentos
dari famili Hydropsychidae,
Chironomidae, dan Lumbricullidae.
Status perairan sungai Brantas
bagian hulu pada site of group
A,B, C,D, F, I dan J mempunyai
status perairan kotor sedang,
untuk site of group E,G, dan H
mempunyai status perairan kotor
berat.
Sungai tercemar karena memiliki
konsentrasi organik dan nutrisi
tinggi, oksigen terlarut yang
rendah. Konsentrasi kebutuhan
oksigen (BOD5) berkisar 27- 340
mg / L. Oksigen terlarut berkisar
0,9 mg O2 / L. Pencemaran
bakteriologis semakin ke hilir
sungai semakin meningkat.
Lokasi penelitian
Menentukan kualitas
perairan sungai,
dilakukan pengukuran
debit dengan Areavelocity method, Metode
Survei
7
Lanjutan Tabel 1.1. Ringkasan Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan
No
Peneliti, Tahun, Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Persamaan
Penelitian yang akan dilakukan
8.
Effendi, Hefni, Romantob,
Yusli Wardiatnob. 2015
Water quality status of
Ciambulawung River,
Banten Province,
based on pollution index
and NSF-WQI
Untuk mengetahui Status
mutu kualitas air Sungai
Ciambulawung
Pollution Index and
National Sanitation
Foundation Water
Quality Index
Index pencemaran di tiga stasiun
dapat dikategorikan baik dengan
kisaran 0,56-0,78. Kisaran nilai
NSF-WQI 87 – 88 dari semua titik
sampling. Kualitas air sungai
dalam keadaan baik
Menggunakan standar
baku mutu dari
peraturan gubernur
Metode yang digunakan
(metode indeks
pencemaran)
9.
Perrin, J.L., N. Raïs , N.
Chahinian, P. Moulin, M.
Ijjaali. 2014
Water quality assessment of
highly polluted rivers in a
semi-arid Mediterranean
zone Oued Fez and Sebou
River (Morocco)
Farkhah, Y. 2016 Kajian
kerusakan lingkungan
perairan Sungai Winongo
akibat pembuangan limbah
cair di Kota Yogyakarta
Mempelajari dan
mengetahui dampak dari
kurangnya instalansi
pengolahan air limbah di
daerah Mediterania iklim
kering pada Sungai Oued
Fez dan Sungai Sebou
(Morocco)
Menganalisis jenis-jenis,
menentukan tingkat
kerusakan lingkungan
perairan Sungai Winongo
dan menyusun strategi
pengelolaan
lingkungannya di Kota
Yogyakarta
Study site,
Observation
networks, dan
Measurement and
sampling protocols
Beban polutan yang tinggi di
Sungai Sebou yang dapat
mencemari sungai saja untuk
beberapa kilometer dan sebagian
irigasi sehingga menimbulkan
masalah kesehatan lingkungan
yang serius.
Tujuannya untuk
Menganalisis jenisjenis, menentukan
tingkat kerusakan
lingkungan perairan
dan menyusun strategi
pengelolaan
Metode yang digunakan
adalah metode survei
dan objek kajian berupa
polutan
Metode survei ,
Metode Index
Pencemaran dan
Tabel Matriks
Jenis-jenis kerusakan lingkungan
perairan Sungai Winongo ditinjau
dari aspek abiotik nilai TSS dan
fosfat melebihi baku mutu air kelas
II, dari aspek biologi nilai total
coliform dibawah baku mutu,
kedua aspek tersebut sangat
mempengaruhi aspek sosial.
Sungai Winongo di Kota
Yogyakarta termasuk dalam
kategori cemar ringan hingga
sedang. Pembuatan IPAL komunal
dan penyuluhan tentang
kebersihan sungai menjadi
rekomendasi.
Lokasi penelitian di
Sungai Winongo
Tujuannya untuk
Menganalisis jenis-jenis,
menentukan tingkat
kerusakan lingkungan
perairan dan menyusun
strategi pengelolaan dan
metode yang digunakan
adalah survei, Index
Pencemaran.
10.
8
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan lingkup kajian, maka tujuan penelitian ini
adalah:
(1) menginventarisasi jenis-jenis kerusakan lingkungan perairan Sungai Winongo
di Kota Yogyakarta akibat pembuangan limbah cair
(2) menentukan tingkat kerusakan lingkungan perairan Sungai Winongo di Kota
Yogyakarta akibat pembuangan limbah cair; dan
(3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan perairan akibat pembuangan
limbah cair terhadap pelestarian Sungai Winongo di Kota Yogyakarta.
1.5.
Manfaat Penelitian
Sasaran utama penelitian ini mengarah kepada manfaat secara akademik dan
praktis, seperti diuraikan berikut ini.
(1) Sebagai bahan informasi bagi masyarakat sekitar dan instansi terkait tentang
kualitas buangan limbah cair ditinjau dari berbagai parameter yang
dipersyaratkan.
(2) Untuk mengetahui pengaruh buangan limbah cair terhadap kualitas perairan
Sungai Winongo ditinjau dari komponen abiotik, biotik, dan kultural.
(3) Untuk pengembangan metode penelitian kajian kerusakan lingkungan
perairan.
(4) Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penetapan
kebijaksanaan terhadap kemungkinan masalah pencemaran lingkungan
perairan Sungai Winongo oleh kegiatan masyarakat.
9
Download