1 Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS SISTEM OPERASI DAN

advertisement
Makalah Seminar Kerja Praktek
ANALISIS SISTEM OPERASI DAN PRODUKSI PADA PT. INDONESIA POWER UBP MRICA
SUB UNIT PLTA JELOK - SALATIGA
Agung Suharwanto (L2F008102)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
ABSTRAK
Salah satu kebutuhan energi yang mungkin hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia
pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Seperti diketahui untuk memperoleh energi listrik ini melalui suatu
proses yang panjang dan rumit, namun mengingat sifat dari energi listrik ini yang mudah disalurkan dan mudah
untuk dikonversikan ke dalam bentuk energi lain seperti menjadi energi cahaya, energi kalor, energi kimia, energi
mekanik, suara, gambar, dan sebagainya. Pemanfaatan energi listrik ini secara luas telah digunakan untuk
keperluan rumah tangga, komersial, instansi pemerintah, industri, dan sebagainya.
PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Jelok adalah salah satu pembangkit yang mampu
memenuhi kebutuhan energi listrik Jawa – Bali dengan sumber pembangkitan berasal dari air. Untuk memenuhi
kebutuhan listrik Jawa – Bali, setiap pembangkit akan berupaya meminimalkan kesalahan dalam setiap proses
produksinya. Salah satunya dengan cara menganalisa sistem operasi dan produksi pada setiap pembangkit, begitu
juga PLTA Jelok.
PLTA Jelok selalu menerapkan “Daily Meeting”, hal ini dilakukan untuk perencanaan sistem operasi
pembangkit agar mencapai target produksi yang ditargetkan. Selain itu, PLTA Jelok juga melakukan setiap
pekerjaannya sesuai SOP supaya tidak terjadi kecelakaan dalam setiap pekerjaannya. Dan hasil perencanaan
sistem operasi akan dibahas pada “Daily Meeting” berikutnya, untuk mengetahui masalah – masalah apa saja yang
terjadi selama pengoperasian di PLTA Jelok.
Kata kunci : Energi Listrik, PLTA Jelok, Sistem Operasi, Produksi
2. Memahami tentang masalah – masalah
yang mempengaruhi hasil produksi listrik
PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit
PLTA Jelok.
3. Memperoleh pengetahuan tentang hal – hal
yang berkaitan dengan produksi listrik pada
PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit
PLTA Jelok seperti ketenagakerjaan, sistem
pemeliharaan dan perbaikan peralatan
pembangkit dan sebagainya, terutama di
bidang ketenagaan.
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit
PLTA Jelok selama ini telah memproduksi
energi listrik untuk kebutuhan listrik Jawa - Bali.
Setiap proses produksi listrik di setiap
pembangkit pasti akan memiliki kendala
produksi. Sebagai contohnya, PLTA Jelok
memiliki perencanaan yang baik dalam
mengatasi kendala - kendala dalam proses
produksinya dengan menggunakan “Daily
Meeting” untuk merencanakan dan menganalisis
sistem operasi dan produksi. Dengan sistem ini,
PLTA Jelok dapat memperkirakan berapa besar
target produksi yang akan didapatkan perharinya.
1.3 Batasan masalah
Pada laporan kerja praktek ini, pembahasan
ditekankan pada :
• Pembahasan mengenai sistem operasi dan
analisa hasil produksi PLTA Jelok.
• Tidak
membahas
peralatan
secara
mendetail.
• Hanya membahas PLTA Jelok secara
umum.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja
Praktek ini adalah :
1. Sebagai wujud pengaktualisasi dan studi
perbandingan antara ilmu yang bersifat
teori dengan ilmu aplikasi teknologi baru.
1
pembangkitan
tenaga.
Jika
biaya
pembangunannya dapat dipikul bersama oleh
karena digunakan untuk banyak tujuan, maka
mungkin untuk memanfaatkan sumber-sumber
alam itu secara ekonomis; sebaliknya, biaya
tersebut akan menjadi mahal kalau dipergunakan
hanya untuk satu tujuan saja misalnya, untuk
pembangkitan tenaga lisrik.
2. Dasar Teori
2.1 Prinsip Pembangkitan Tenaga Air
Pembangkitan tenaga air adalah suatu
bentuk perubahan tenaga dari tenaga air dengan
ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga
listrik, dengan menggunakan turbin air dan
generator. Daya (power) yang dihasilkan dapat
dihitung berdasarkan rumus berikut :
P=9,8 H Q (kW)
Dimana
P= Tenaga yang dikeluarkan
teoristis
H= Tinggi jatuh air efektif (m)
Q= Debit air (m3/s)
secara
Daya yang dikeluarkan dair generator
dapat dapat diperoleh dari perkalian efisiensi
turbin dan generator dan dengan daya yang
keluar secara teoritis.
Sebagaimana dapat dipahami dari rumus
tersebut diatas, daya yang dihasilkan adalah
hasil kali dari tinggi jatuh dan debit air; oleh
karena itu berhasilnya pembangkitan tenaga air
tergantung daripada usaha untuk mendapatlan
tinggi jatuh dan debut yang besar secara efektid
dan ekonomis. Pada umumnya debit yang besar
membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang
besar untuk, misalknya, bangunan ambil air
(intake), saluran air dan turbin; oleh karena itu
tinggi jatuh yang besar dengan sendirinya lebih
murah. Di hulu sungai dimana pada umumnya
kemiringan dasar sungai lebih curam akan
mudah diperoleh tinggi jatuh yang besar.
Sebaliknya disebelah hilir sungai, tinggi jatuh
renda dan debit besar. Oleh karena itu bagian
hulu sungai lebih ekonomis, sedangkan bagian
hilirnya kurang ekonomis mengingat tinggi jatuh
yang kecil dan debit yang besar tadi. Lagipula di
bagian hilir tersebut penduduknya padat,
sehingga sehingga akan timbul masalah
perpindahan penduduk, dank arena itu dalam
banyak hal tak dapat dihindari tambahnya biaya
untuk konstruksi. Akhir-akhir ini giat dilakukan
pengembangan sungai secara serba guna (multipurpose) dan serentak di daerah hilir sungai.
Bangunan-bangunan air semacam itu pada
umumnya dipergunakan untuk berbagai
kepentingan, misalnya, untuk pengaturan banjir,
perairan
kota,
industry,
perairan
dan
Gambar 1 Konsep sederhana PLTA Jelok
3. Analisis Sistem Operasi dan Produksi
3.1 Sumber Air dan Pemakaian Air PLTA
Jelok
Air berfungsi sebagai penggerak mulai
dari turbin air yang berasal dari Rawa Pening
yaitu danau alam yang merupakan penampungan
dari sungai Candi Dukuh, Sungai Prapat, dan
sungai-sungai lain disekitarnya. Keadaan sumber
air ini adalah sebagai berikut:
a. Keadaan maksimum/musim penghujan:

Tinggi permukaan dari permukaan air
laut = ±463,600 m

Luas permukaan
= ±2620 Ha

Volume Rawa Pening
= ±35,3 x 106 m3
b. Keadaan minimum/musim kemarau:
2

Tinggi permukaan dari permukaan air
laut = ± 460,50 m

Luas permukaan
= ±650 Ha

Volume Rawa Pening
= ±13 x 106 m3
Tabel 1 Total Produksi yang dapat dibangkitkan
Gambar 2 Diagram alir sumber air PLTA Jelok
B.
Musim
Musim sangat berpengaruh terhadap
proses produksi PLTA Jelok. Hal ini terbukti
pada tabel dibawah ini, karena lamanya musim
penghujan di Indonesia memiliki jadwal
tersendiri.
6 bulan penghujan : Oktober – Maret
6 bulan panas : April – September
Selain itu air yang diperoleh PLTA
Jelok tidak didapatkan secara cuma – cuma.
PLTA Jelok harus membayar per kWH yang
dibangkitkan sebesar Rp 5,-
3.2 Perencanaan Sistem Operasi
Perancangan pengendalian suhu ini
Perencanaan sistem operasi adalah suatu upaya
untuk merencanakan kinerja suatu sistem
sehingga sistem tersebut bekerja sesuai apa yang
telah direncanakan untuk mencapai suatu hasil
yang telah ditargetkan.
Pada dasarnya, suatu kegiatan produksi
memiliki perencanaan sistem. Begitu juga
dengan PLTA Jelok yang selalu merencanakan
sistem operasinya untuk mendapatkan hasil
produksi sesuai dengan target yang diinginkan.
Tabel 2 Target dan Realisasi Produksi PLTA Jelok
3.2.1 Target Produksi
Setiap pembangkit di Indonesia pasti
memiliki target produksi, seperti halnya di
PLTA Jelok. Target produksi ini dibuat untuk
mengetahui batas minimal produksi tiap harinya.
Hal ini sangat penting, karena setiap pembangkit
dapat menargetkan berapa daya maksimal yang
dapat dihasilkan oleh pembangkit tersebut.
Selain itu, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi target produksi. Berikut ini
adalah hal – hal yang mempengaruhi target
produksi :
 Kapasitas mesin
 Musim
 Rata – rata produksi 5 – 10 tahun
sebelumnya
A.
Kapasitas Mesin
Power set 1 unit = 3,875 MW
4 unit = 3,875 x 4 = 15,5 MW
kWH = MW x h
= 15,5 x 24(jam) x 30(hari)
= 11.160 MWH
=11.160.000 kWH
3
Tabel 3 Target dan Realisasi Pemakaian PLTA Jelok
Gambar 3 Data Daily Meeting PLTA Jelok
Data tersebut diambil pada tanggal 17
Juli 2011 dan dibahas pada tanggal 18 Juli 2011.
Hal ini bertujuan untuk menganalisa hasil
produksi pada tanggal 17 Juli 2011 dan
selanjutnya membahasnya dengan tujuan
memaksimalkan produksi dan meminimalkan
gangguan untuk produksi tanggal 18 Juli 2011.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
PLTA Jelok mempunyai target dalam proses
produksinya sendiri. Selain itu, kinerja PLTA
Jelok cukup memuaskan karena rata-rata
produksi per bulannya selalu mengalami
kelebihan produksi.
3.2.2 Sistem Operasi PLTA Jelok
Di PLTA Jelok memiliki perencanaan
sendiri untuk proses produksinya. Berikut adalah
beberapa perncanaan yang ada di PLTA Jelok :
A. Daily Meeting
PLTA Jelok setiap harinya mengadakan
rapat (meeting) untuk menganalisa hasil
produksi di hari sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk mengatasi terjadinya gangguan hasil
produksi yang disebabkan oleh kesalahan alat
atau kerusakan alat. Tidak hanya gangguan dari
dalam, tetapi gangguan dari luar juga selalu
dibahas dalam rapat tersebut. Berikut contoh
pengambilan data operasinya :
Gambar 4 Hasil Produksi dalam 24 jam
Dari gambar di atas terlihat hasil
produksi selama 24 jam pada tanggal 17 Juli
2011. Hasil produksinya sebesar 371.756 kWH
dan ROH sebesar 15 MW.
4
B. Perencanaan Kinerja Peralatan
Jumlah pembangkit di PLTA Jelok ada
4 unit, dimana umur tiap unitnya berbeda-beda.
Untuk menjaga proses produksi tetap stabil,
maka
dilakukakanlah pemeliharaan
dan
perbaikan. Sehingga mesin dapat bekerja
optimal untuk mencapai target produksi yang
ditargetkan. Selain itu di PLTA Jelok juga
memiliki jadwal pemeliharaan yang rutin dan
perbaikan seperti AI (Annual Inspection) dan GI
(General Inspection).
C. Analisa Sistem Operasi
Gambar 6 Grafik Flow Penstock
Sistem produksi yang digunakan PLTA
Jelok adalah dengan mendata hasil kinerja 4
unitnya yang sedang beroperasi, kemudian
menganalisanya melalui ruang operator. Setelah
data sampai ruang operator, kemudian didata
dan dianalisa dibagian pemeliharaan supaya
terlihat jika ada masalah dari hasil produksinya
atau keempat unitnya yang bekerja.
Dari grafik diatas dapat bahwa kapasitas
air yang masuk melalui 2 pipa pesat PLTA Jelok
mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan
oleh kinerja mesin yang tidak maksimal karena
mengalami
penurunan
sampai
2
unit
pembangkit.
Gambar 7 Grafik Elevasi DAM Tuntang
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa
grafik elevasi DAM Tuntang masih dalam
standar aman dengan batas maksimal 463 dan
batas minimal 460,50.
Gambar 5 Ruang Operator PLTA Jelok
D. Hasil Produksi
Dalam analisa hasil produksi, banyak
hal yang mempengaruhinya. Seperti kinerja
mesin dan musim. Berikut adalah data - data saat
“Daily Meeting” dan beberapa penjelasan
tentang hasil produksi.
5
Pada gambar di atas dapat dilihat
besarnya suhu pada bantalan turbin. Dari 4 unit
yang bekerja, dapat dilihat suhu tiap unitnya
masih dalam suhu standar.
Tabel 4 Total Produksi selama Kerja Praktek
Gambar 8 Grafik Buangan DAM Tuntang
Dari gambar diatas dapat dilihat
besarnya buangan air dari DAM Tuntang yang
masuk ke Jelok. Buangan air dari PLTA Jelok
akan ditampung di Kolam Tandon Harian
(KTH) yang selanjutnya akan berguna untuk
pembangkitan di PLTA Timo.
Gambar 9 Grafik Temperatur Trafo Eksitasi
Dari gambar diatas dapat dilihat besarnya
suhu eksitasi trafo pada setiap unitnya.
Pada gambar di atas dapat dilihat total
produksi selama saya menjalankan Kerja
Praktek. Dari gambar terlihat total produksi perharinya mengalami penurunan, hal ini
dikarenakan jumlah unit yang bekerja menurun
sampai 2 unit. Dan semakin lama semakin
berkurang dikarenakan adanya masalah didalam
generatornya sehingga diadakan pekerjaan AI
(Annual Inspection) dan GI (General
Inspection). Sehingga sangat berpengaruh
terhadap hasil produksi PLTA Jelok.
Gambar 10 Grafik Temperatur Bantalan Turbin
6
Gambar 11 Grafik Operasi Unit
Gambar 13 Grafik Flow Penstock
Dari grafik di atas dapat dilihat total
produksi dari beberapa unit yang bekerja selama
1 jam. Dari grafik di atas terlihat menurun
karena unit yang bekerja menurun sampai 2 unit.
Dan semakin lama produksinya semakin
berkurang dikarenakan adanya masalah didalam
generatornya sehingga diadakan pekerjaan AI
(Annual Inspection) dan GI (General
Inspection). Sehingga sangat berpengaruh
terhadap hasil produksi PLTA Jelok.
Dari grafik di atas dapat dilihat total
produksi dari beberapa unit yang bekerja selama
1 bulan saya Kerja Praktek di PLTA Jelok. Dari
grafik di atas terlihat menurun karena unit yang
bekerja menurun sampai 2 unit. Dan semakin
lama
produksinya
semakin
berkurang
dikarenakan
adanya
masalah
didalam
generatornya sehingga diadakan pekerjaan AI
(Annual Inspection) dan GI (General
Inspection). Sehingga sangat berpengaruh
terhadap hasil produksi PLTA Jelok.
4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang
telah penulis laksanakan maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Faktor penting untuk operasional PLTA
adalah air.
2. Efektifitas
musim
penghujan
berpengaruh penting dalam proses
produksi listrik PLTA Jelok.
3. Perencanaan sistem operasi sangat
penting karena berpengaruh dengan
kinerja suatu sistem sehingga sistem
tersebut bekerja sesuai apa yang telah
direncanakan untuk mencapai suatu
hasil yang telah ditargetkan.
4. “Daily Meeting” sangat penting untuk
membahas masalah dan hasil produksi.
5. Program pemeliharaan sangat penting
karena bertujuan untuk mempertahankan
suatu peralatan listrik agar tetap bekerja
dengan baik dan sesuai dengan
fungsinya sehingga dapat mencegah
terjadinya gangguan yang dapat
Gambar 12 Grafik Flow Penstock
Dari grafik di atas dapat dilihat total
produksi dari beberapa unit yang bekerja selama
24 jam. Dari grafik di atas terlihat menurun
karena unit yang bekerja menurun sampai 2 unit.
Dan semakin lama produksinya semakin
berkurang dikarenakan adanya masalah didalam
generatornya sehingga diadakan pekerjaan AI
(Annual Inspection) dan GI (General
Inspection). Sehingga sangat berpengaruh
terhadap hasil produksi PLTA Jelok.
7
menyebabkan terjadinya kegagalan
peralatan.
6. Hal-hal yang mempengaruhi target
produksi ada 3, yaitu sumber daya alam
(SDA), kinerja pembangkit, dan sumber
daya manusia (SDM).
[3]
[4]
[5]
4.2 Saran
1. Sering diadakan pelatihan-pelatihan agar
kualitas dan skill SDM di PLTA Jelok
semakin meningkat.
2. Pemancing di DAM Tuntang harap
diberi penyuluhan tentang bahaya
memancing di daerah DAM Tuntang.
3. Sistem back-up untuk proses produksi
tenaga listrik harus lebih ready (siap)
dalam kondisi apapun agar apabila
terjadi gangguan pada suatu unit atau
proses produksi tenaga listrik akan dapat
segera teratasi.
4. Perawatan terhadap alat-alat proses
produksi tenaga listrik sudah baik, harus
dipertahankan dan ditingkatkan.
5. Perbaikan terhadap alat-alat proses
produksi tenaga listrik yang sudah rusak
atau sudah tidak layak pakai harus
segera diperbaiki agar proses produksi
tenaga listrik tidak berkurang atau
terhambat.
6. Diadakan
penyuluhan-penyuluhan
tentang tenaga listrik dan pemakaian
energi listrik yang bijak kepada seluruh
masyarakat Kota
Semarang dan
sekitarnya.
7. Kepercayaan masyarakat terhadap PT.
Indonesia Power khususnya UBP
Semarang harus selalu dipertahankan
dan ditingkatkan.
[6]
Wildi, Theodore. 1997. Electrical
Machines, Drives, and Power System.
London : Prentice – Hall International
Kompas.com “PLTA Jelok Sulit
Tingkatkan Produksi” diunduh tanggal 6
Oktober 2011
Wikipedia.org “Daftar Pembangkit
Listrik di Indonesia” diunduh tanggal 6
Oktober 2011
Marsudi, Ir. Djiteng, “Pembangkitan
Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005
BIOGRAFI PENULIS
Agung
Suharwanto,
dilahirkan di Semarang 07
Agustus 1990, menempuh
pendidikan dasar di SDN
Prumnas
Krapyak
01
kemudian dilanjutkan di
SMPN 18 Semarang. Lulus
pada tahun 2005, lalu
dilanjutkan di SMAN 6 Semarang. Saat ini
sedang menempuh pendidikan Strata-1 di
Universitas
Diponegoro
Konsentrasi
Ketenagaan.
Semarang, November 2011
Mengetahui
Dosen Pembimbing
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar Teknik
Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Tobing, Bonggas L. 2003. Peralatan
Tegangan Tinggi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Karnoto, ST, MT
NIP. 132 086 662
8
9
Download