bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan media massa beberapa tahun terakhir ini sangatlah
cepat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai media massa, baik
media cetak maupun media elektronik. Salah satunya adalah media
elektronik televisi yang sangat disukai oleh seluruh lapisan masyarakat.
Karena media televisi menghadirkan dengan lengkap suatu peristiwa
secara langsung berupa gambar (visual) dan diperkuat oleh suara (audio).
Seiring dengan semakin banyak bermunculan media televisi di Indonesia
(televisi nasional), maka pada setiap daerah (hampir di setiap kota)
memiliki media televisi lokal. Dengan dibukanya ijin mendirikan televisi
lokal semakin memperbanyak jumlah stasiun televisi yang selama ini
masih berada dalam tataran televisi nasional.
Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi
masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan dan pendidikan.
Dengan kata lain, televisi lokal menjadi mimbar perdebatan masyarakat
lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang
dihadapi. Selain itu televisi lokal dapat menjadi sarana pengembangan
potensi daerah. Hal ini tidak terlepas dari peran televisi lokal yang juga
mulai membuat berita sendiri. Walaupun jangkauan siaran media televisi
lokal masih terbatas, yaitu hanya dapat dinikmati oleh masyarakat di
wilayah tersebut. Selain keterbatasan jangkauan siaran, televisi lokal juga
cenderung tidak memperhatikan tuntutan profesionalisme wartawan, tidak
memakai
standar
karyawannya.
kompetensi
Sehingga
yang
mereka
jelas
yang
dalam
terkadang
merekrut
tidak
para
memiliki
pengalamanpun direkrut sebagai karyawan atau bahkan pendidikan yang
dimilikinya tidak berhubungan sama sekali dengan pertelevisian. Hal ini
menyebabkan
rendahnya
pertelevisian lokal.
kualitas
sumber
daya
manusia
dalam
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pertelevisian lokal
memiliki korelasi positif dengan terhambatnya perkembangan pertelevisian
lokal. Demikian halnya dengan Batu Televisi (Batu TV), yaitu media
televisi lokal di Kota Batu Jawa Timur. Masalah sumber daya manusia
dalam hal penyiaran menyebabkan kekurangan – kekurangan berkaitan
dengan kualitas berita (peliputan dan penyuntingan). Salah satu penyebab
adalah keterbatasan biaya sebab cakupannya lokal sehingga iklan yang
masuk juga sifatnya lokal sehingga dalam hal tertentu kurang bisa
bersaing.
Batu TV merupakan televisi lokal pertama yang hadir di Malang
Raya. Para wartawan di Batu TV dapat digolongkan sebagai jurnalis
senior. Namun dalam mengkonstruksi sebuah pemberitaan, tulisan yang
dibuat belum sempurna terutama alur pikir dalam membuat sebuah narasi
belum dikonstruksi dengan baik. Bahkan wartawan tidak peduli dan atau
tidak
menyadari bahwa dalam tulisannya masih banyak kesalahan
penulisan kata, frasa atau kalimat. Idealnya, meskipun bukan sebagai
wartawan khusus cetak (media cetak), wartawan televisi juga dituntut
untuk memiliki kompetensi menulis dan mengolah serta mengelola sebuah
pemberitaan. Para wartawan televisi juga harus memahami bahwa hasil
kerja mereka yaitu pemberitaan televisi dapat merubah pemikiran
masyarakat atau mempengaruhi opini publik.
Realitas teknis operasional di televisi lokal Batu TV menunjukkan
bahwa para jurnalis dituntut untuk menghimpun berita ataupun fakta,
mengkonstruksi berita tersebut kemudian membuat suatu laporan tertulis
yang nantinya digunakan sebagai dubber oleh wartawan tersebut. Untuk
itu, para jurnalis Batu Televisi juga dituntut dapat menulis dan merangkai
kata-kata yang enak didengar dan dapat dipahami oleh masyarakat.
Dalam proses konstruksi sebuah realitas, wartawan Batu TV lebih
mengandalkan informasi dari sesama jurnalis yang berada di kota Malang,
daripada mencari sendiri sumber dan data dukung pemberitaan. Kondisi
tersebut
merupakan
dampak
dari
rendahnya
kualitas kompetensi
wartawan Batu Televisi. Karena perusahaan televisi lokal ini tidak
2
mempunyai kualifikasi atau standar yang menjadi acuan dalam merekrut
seorang wartawan.
Menurut analisa hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan
peneliti, wartawan yang terdapat di Batu TV sangat minim pengalaman
dan tidak mempunyai keahlian dalam meliput suatu berita. Pedoman yang
dipakai para wartawan Batu TV hanya bertumpu pada peraturan pemilik
televisi. Seluruh wartawan Batu televisi harus tunduk pada SOP (Standart
Operating Procedure) yang ada di Batu TV. Pada kegiatan sehari-hari kelima wartawan tersebut mencari berita dengan tidak dipandu oleh
redaktur. Sehingga hal seperti ini yang membuat seorang jurnalis dapat
mencari berita sebebas – bebasnya dan membuat tema serta memberikan
penjelasan tentang fakta seenaknya (dalam Prakoso,2009). Batu TV
mempunyai satu program berita yaitu ―INFO 7 MALANG RAYA‖, yang
setiap hari ditayangkan hanya dua kali, pada malam hari yaitu pada pukul
19.00 WIB, sedangkan siang hari pada pukul 12.30 WIB adalah berita
ulangan dari siaran malam hari sebelumnya.
Mencermati proses peliputan dan editing berita tersebut di atas,
maka pada tahap penayangan berita seringkali banyak hal yang menurut
peneliti sangat tidak relevan bahkan banyak yang dilebih-lebihkan dalam
pembuatan berita. Demikianpun durasi pada setiap berita tidak sama
antara pemberitaan yang satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh
adanya pembelian jam tayang pada program INFO 7 MALANG RAYA.
Akhirnya INFO 7 MALANG RAYA hanya mengacu pada satu kelompok
dan durasi didominasi oleh berita bloking time. Pada kondisi ini,
profesionalisme jurnalis sudah tidak dapat dinilai karena wartawan
tersebut tunduk pada aturan perusahaan dan intervensi pemilik Batu TV.
Aspek komersial dapat mengalahkan aspek publik.
Kinerja para jurnalis harus menjunjung kode etik jurnalis televisi di
mana pada pemberitannya telah diatur pada pasal 5 poin c yang berbunyi
‖tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan
berita‖, kemudian pada pasal 10 poin c berbunyi ‖sebisanya membedakan
antara kejadian (fact) dan pendapat (opinion).
3
Jurnalis atau wartawan adalah sebuah profesi. Karena itu, seorang
jurnalis atau wartawan terikat oleh kaidah-kaidah profesionalisme yang
sesuai dengan bidangnya. Dengan kata lain wartawan adalah seorang
profesional dan sudah seharusnya mengikuti kaidah atau kode etik
jurnalistik. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik
dalam memperoleh informasi yang benar, jurnalis Indonesia memerlukan
landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional untuk
menjaga kepercayaan publik,menegakkan integritas dan profesionalisme.
Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan mentaati kode etik
jurnalistik demi memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan si
jurnalis bersangkutan, tetapi juga untuk melindungi atau menghindarkan
khalayak masyarakat dari kemungkinkan dampak yang merugikan dari
tindakan atau perilaku keliru dari si jurnalis.
Berdasarkan kaidah – kaidah profesionalisme wartawan, maka dalam
memberitakan suatu perisitiwa atau kejadian, pers dituntut untuk
memberitakan secara berimbang. Artinya dalam suatu pemberitaan bila
terdapat dua pihak yang saling bertentangan, pers sebagai media
komunikasi massa harus memberitakannya secara berimbang dari kedua
belah pihak sehingga pihak yang berperkara dapat saling mengungkapkan
alasan-alasan atau argumen-argumennya sehingga dirasakan adil.
Keseimbangan berita bukan berarti kedua belah pihak diberikan jumlah
kolom atau kata yang sama tetapi yang dimaksud berimbang adalah
kedua belah pihak diberitakan dalam satu kesatuan berita.
Berdasarkan realitas di atas,penulis tertarik untuk meneliti fenomena
tersebut dengan tema ―Profesionalisme Wartawan Pada Stasiun Televisi
Lokal Batu Televisi (Batu TV), pada bulan Agustus–September 2012‖.
B. RUMUSAN MASALAH
Atas dasar latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat
dirumuskan
permasalahannya
sebagai
berikut
:
Bagaimana
profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu
Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan Agustus –
September 2012?
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Mendeskripsikan profesionalisme jurnalis pada stasiun televisi lokal
Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan Agustus –
September 2012.
2. Menganalisis profesionalisme jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu
Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan Agustus –
September 2012.
D. Manfaat Penelitian
Penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi baik
secara akademis maupun praktis yaitu :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan
tambahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama
dalam studi ilmu komunikasi, khususnya studi tentang profesionalisme
jurnalis televisi lokal dan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik
berita di Batu TV, Kota Batu Jawa Timur.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi televisi lokal khususnya Batu
TV, sehingga dapat menghasilkan isi media yang profesional.
E. Kerangka Pemikiran
E.1 Profesionalisme
Ada banyak pengertian profesionalisme wartawan. Akan tetapi
sebelum mengembangkan lebih jauh, peneliti akan menjelaskan terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan profesionalisme. Profesionalisme
berasal dari kata profesi. Terence J. Johnson menyebutkan bahwa profesi
memiliki enam kriteria,
yaitu
keterampilan
yang didasarkan pada
pengetahuan teoretis, penyediaan pelatihan dan pendidikan, pengujian
kemampuan anggota, organisasi, kepatuhan kepada suatu aturan main
profesional, dan jasa pelayanan yang sifatnya altruistik1. Adapun B. Barber
1
Alex Sobur, Etika Pers, Profesionalisme Dengan Nurani, Bandung :Humaniora Utama Press,
2001, Hlm : 78
5
menyatakan bahwa profesi memiliki empat ciri, yakni pengetahuan umum
yang tinggi, lebih berorientasi kepada kepentingan umum daripada
kepentingan diri sendiri, adanya pengawasan ketat atas perilaku pribadi
melalui kode etik yang dihayati dalam proses sosialisasi pekerjaan, serta
melalui asosiasi-asosiasi sukarela yang diorganisasikan dan dijalankan
oleh para pekerja spesialis itu sendiri, dan sistem balas jasa (berupa uang
dan kehormatan) yang merupakan lambang prestasi kerja, sehingga
menjadi tujuan, bukan alat untuk mencapai tujuan kepentingan pribadi 2.
Kemudian Sumadiria (2005:48)
menulis bahwa
profesionalisme
berarti isme atau paham yang menilai tinggi keahlian profesional
khususnya atau kemampuan pribadi pada umumnya, sebagai alat utama
untuk mencapai keberhasilan. Pada umumnya ada lima hal yang menurut
para sosiolog tercakup dalam profesionalisme yang disarankan sebagai
struktur sikap yang diperlukan bagi setiap jenis profesi. Terkait hal ini,
Sobur dalam Sumadiria (2005:47) menyebutkan bahwa kelima hal tersebut
adalah:
a. Profesional menggunakan organisasi atau kelompok profesional sebagai
kelompok referensi utama. Tujuan-tujuan dan aspirasi profesional
bukanlah diperuntukkan bagi seorang majikan atau status lokal dari
masyarakat setempat, kesetiaannya adalah pada bidang tugas.
b. Profesional melayani masyarakat. Tujuannya, melayani masyarakat
dengan baik, ia altruistik, mengutamakan kepentingan umum.
c. Profesional memiliki kepedulian atau rasa terpanggil dalam bidangnya.
Komitmen ini memperteguh dan melengkapi tanggungjawabnya dalam
melayani masyarakat
d. Profesional memiliki rasa otonomi, profesional membuat keputusankeputusan dan ia bebas untuk mengorganisasikan pekerjaannya di
dalam kendala-kendala fungsional tertentu.
2
Ibid
6
e. Profesional mengatur dirinya sendiri (self regulation). Ia mengontrol
perilakunya sendiri, dalam hal kerumitan tugas dan persyaratan
ketrampilan hanya rekan-rekan sepekerjaanya yang mempunyai hak dan
wewenang untuk melakukan penilaian.
Menurut Sumadiria (2005:48), seseorang disebut profesional apabila:
a. Memiliki
keahlian
tertentu
yang
diperoleh
melalui
penempaan
pengalaman, pelatihan,atau pendidikan khusus di bidangnya
b. Mendapat gaji, honorarium atau imbalan materi yang layak sesuai
keahlian, tingkat pendidikan, dan pengalaman yang diperolehnya.
c. Seluruh sikap, perilaku dan aktivitas pekerjaannya dipagari dengan dan
dipengaruhi oleh keterikatan dirinya secara moral dan etika terhadap
kode etik profesi
d. Secara sukarela bersedia untuk bergabung dalam salah satu organisasi
profesi yang sesuai dengan keahliannya
e. Memiliki kecintaan dan dedikasi luar biasa terhadap bidang pekerjaan
profesi yang dipilih dan ditekuninya
f. Tidak semua orang mampu melaksanakan pekerjaan profesi tersebut
karena
untuk
bisa
menyelaminya
mensyaratkan
penguasaan
keterampilan atau keahlian tertentu.
Jika disimpulkan maka yang disebut sebagai profesi adalah sebuah
pekerjaan yang menuntut pengetahuan yang tinggi, didedikasikan pada
masyarakat umum, diwadahi dalam sebuah organisasi profesi yang bisa
mengatur kode etik profesi. Kemudian profesionalisme adalah paham yang
menilai tinggi keahlian profesional khususnya atau kemampuan pribadi
pada umumnya, sebagai alat utama untuk mencapai keberhasilan dengan
dilandasi keahlian (expertise); tanggung jawab (responsibility); dan
kesejawatan (corporateness)3.
3
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media,. 2005,hlm.48
7
E.2 Wartawan / Jurnalis
Wartawan adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan
dan tugas-tugas jurnalistik secara rutin, dan dalam definisi lain, wartawan
dapat dikatakan sebagai orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun
berita untuk dimuat di media massa, baik media cetak ataupun media
elektronik serta media online. Dalam Undang – Undang Pers No.40 Tahun
1990, Bab I Pasal I dinyatakan bahwa wartawan adalah orang yang secara
teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik4.
Dunia wartawan adalah profesi yang tugas intinya melakukan
pengabdian kepada masyarakat dalam hal layanan informasi publik.
Wartawan berkewajiban menyampaikan kebijakan, kondisi, hal – hal, dan
lain-lainnya yang perlu diketahui publik. Dalam tugasnya, wartawan
mendapatkan hak-hak istimewa yang meliputi; perlindungan dari undangundang tentang kebebasan berpendapat, berhak memakai bahan-bahan,
aneka dokumen dan pernyataan – pernyataan publik, diperbolehkan
menyentuh ranah pribadi seseorang atau public figure dalam mencari
informasi yang akurat sebagai tindakan perwakilan mata dan telinga publik,
sepanjang tidak melanggar kode etik.5
E.3 Membangun Wartawan Profesional
Wartawan yang profesional memegang teguh etika jurnalistik. Untuk
wartawan Indonesia, etika itu terangkum dalam Kode Etik Wartawan
Indonesia (KEWI) yang sudah ditetapkan Dewan Pers sebagai Kode Etik
Jurnalistik bagi para wartawan di Indonesia. Kepatuhan pada kode etik
merupakan
salah
satu
ciri
profesionalisme,
di
samping
keahlian,
keterikatan, dan kebebasan. Dengan pedoman kode etik itu, seorang
wartawan tidak akan mencampuradukkan antara fakta dan opini dalam
menulis berita; tidak akan menulis berita fitnah, sadis, dan cabul; tidak akan
―menggadaikan
kebebasannya‖
dengan
menerima
amplop;
menginformasikan yang benar atau faktual; dan sebagainya.
4
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Ciawi – Bogor: Ghalia Indonesia,. 2010, hlm. 38
5
Sumber: http://www.anneahira.com/pelanggaran-kode-etik-jurnalistik.htm
8
hanya
Oleh karena itu, Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Pusat merasa perlu menyelenggarakan kegiatan pelatihan buat sejumlah
wartawan untuk menjadi asesor, tim penilai Standar Kompetensi Wartawan
(SKW) di Bogor, 17 – 18 Juni 2011. PWI Pusat memandang perlu, setiap
wartawan
Indonesia
harus
memiliki
standar
kompetensi
sebagai
perwujudan dari aktifitas wartawan sebagai sebuah profesi, sebagaimana
profesi lain, apakah itu dokter, notaris, pengacara, atau profesi lainnya. 6
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), merumuskan prinsip-prinsip
itu dalam Sembilan Elemen Jurnalisme, yaitu7:
1) Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran
2) Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara
3) Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
4) Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya
5) Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari
kekuasaan
6) Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan
menemukan kompromi
7) Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan
relevan
8) Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional
9) Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.
Dengan
demikian,
wartawan
profesional
adalah
wartawan
yang
memahami tugasnya. Dengan kata lain wartawan profesional adalah
wartawan yang memiliki keterampilan untuk melakukan reportase dan
mengolah karya-karya jurnalistik sesuai dengan nilai yang berlaku, memiliki
independensi dari objek liputan dan kekuasaan,memiliki hati nurani dan
6
Sumber: http://www.persatuanwartawanindonesia.com/membangun-profesionalismewartawan.htm (naskah Standar Kompetensi Wartawan (SKW) terlampir)
7
Sumber: http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2009/05/sembilan-elemen-jurnalisme-pluselemen.html
9
memegang teguh kode etik jurnalistik yang diatur oleh organisasi profesi
yang diikutinya.
Ada beberapa pengertian wartawan profesional. Menurut Budiman S
Hartoyo wartawan yang profesional ialah yang memahami tugasnya, yang
memiliki skill (ketrampilan), seperti melakukan reportase, wawancara, dan
menulis berita atau feature yang bagus dan akurat, dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Adapun menurut penulis wartawan
profesional memiliki beberapa karakteristik yakni8:
Pertama, menguasai keterampilan jurnalistik. Seorang wartawan
harus memiliki keahlian (expertise) menulis berita sesuai kaidah-kaidah
jurnalistik. Ia harus menguasai teknik menulis berita, juga feature dan
artikel. Untuk itu, seorang wartawan mestilah orang yang setidaknya
pernah mengikuti pelatihan dasar jurnalistik. Ia harus terlatih dengan baik.
Keterampilan jurnalistik meliputi antara lain teknik pencarian berita dan
penulisannya, di samping pemahaman yang baik tentang makna sebuah
berita.
Teknik pencarian berita, berita sendiri memiliki arti sebagai sebuah
peristiwa atau fenomena sosial yang telah dikonstruksi oleh jurnalis.
Sehingga sebelum membahas lebih jauh tentang jurnalis profesional,
sangatlah penting untuk mendeskripsikan teknik mengumpulkan fakta,
yang terdiri dari empat cara, yaitu9:
a. Observasi
Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas
sosial. Ada pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung.
Seseorang
menyaksikan
disebut
sebuah
melakukan
peristiwa
pengamatan
dengan
mata
langsung
apabila
kepalanya
sendiri.
Pengamatan ini bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang.
8
http://budimanshartoyo.multiply.com/journal/item/22?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
9
Ana Nadhya ,Abrar, Penulisan Berita Edisi Kedua, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2005, hlm. 23-29
10
Pendek artinya,
setelah melihat
sebuah
peristiwa
dan mencatat
seperlunya, sesesorang meninggalkan tempat untuk menulis laporan.
Sedangkan panjang berarti seseorang berada di tempat kejadian dalam
waktu yang lama. Bahkan seorang jurnalis menulis laporan di tempat
kejadian.
Seseorang disebut melakukan pengamatan tidak langsung bila ia
tidak menyaksikan peristiwa yang terjadi, melainkan mendapat keterangan
dari orang lain yang menyaksikan peristiwa tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara seorang wartawan dengan
narasumber untuk mendapatkan data tentang sebuah fenomena (Itule dan
Anderson 1987:184). Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah :
b.1 Posisi narasumber dalam wawancara
Sebelum
melakukan
wawancara
wartawan
harus
menanyakan
keinginan narasumber. Sebelum itu, wartawan harus memperkenalkan
secara langsung jati dirinya dan untuk siapa ia bekerja kepada
narasumber.
b.2 Posisi wartawan dalam wawancara
Kedudukan wartawan adalah penjaga kepentingan umum. Para
wartawan
berhak
mengorek
informasi
yang
berkaitan
dengan
kepentingan umum dari narasumber. Mereka bebas menanyakan apa
saja kepada narasumber untuk menjaga kepentingan umum. Kendati
begitu para wartawan seperti yang dinyatakan oleh Jeffrey Olen, harus
menghormati keberadaan narasumber adalah individu yang bisa
berfikir, memiliki alasan untuk berbuat dan mempunyai keinginankeinginan (Olen,1988:59). Kalau pada satu saat narasumber keberatan
hasil wawancara disiarkan, maka wartawan harus menghormati
keinginan ini dan tidak menyiarkannya. Menurut para ahli, ada tujuh
jenis wawancara, yaitu man in the street interview, casual interview,
personal interview, news peg interview, telephone interview, question
interview dan group interview (Itule dan Anderson 1987:207-213).
11
b.3 Konferensi Pers
Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah
lembaga mengenai kegiatannya kepada para wartawan. Biasanya
menyangkut citra lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat
insidental. Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak
yang sama untuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang
memberikan konferensi pers.
b.4 Press Release
Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh suatu
lembaga, organisasi atau seorang individu kepada wartawan. tidak ada
keharusan bagi wartawan untuk memuat siaran pers ini. Dan juga tidak
ada kesempatan wartawan untuk bertanya kepada pihak yang
mengeluarkan
siaran
pers.
Inilah
yang
membedakan
dengan
konferensi pers. Lebih singkat lagi pada press release tidak ada tanya
jawab antara wartawan dengan narasumber.
E. 4 Berita
A. Pengertian Berita
Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dan realitas
sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang
beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan
merekonstruksi realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas sosial itu
sendiri. Dalam hal ini bahwa sebuah realitas memang tidak dapat dikutip
sama persis oleh seorang wartawan dikarenakan dalam melakukan
sebuah peliputan mereka menggunakan jalan pikir dan pandangan
mereka untuk mengemas sebuah peristiwa.
Hal ini juga diungkapkan M. Assegaf bahwa berita adalah laporan
tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih staf redaksi suatu media
untuk disiarkan dan menarik perhatian pembaca karena sifatnya luar
biasa, penting, humor, emosional, dan penuh ketegangan10.
10
Yunus, Op.Cit, Hlm: 47
12
B. Nilai Berita
Tidak ada aktivitas jurnalistik tanpa berita. Unsur terpenting dari
aktivitas media dan jurnalistik adalah berita. Seorang wartawan merasa
tidak berarti apabila dalam tugas jurnalistik tidak menghasilkan berita
yang layak. Sudah dirunut diatas bahwa berita adalah suatu realitas
sosial yang dikonstruksi oleh jurnalis. Dalam mengkonstruksi berita para
jurnalis hendaknya memahami kriteria peristiwa yang patut dilaporkan.
Kriterianya hanya satu , yaitu peristiwa yang memiliki nilai berita.
Nilai berita sendiri menurut Julian Harriss, Kelly Leiter dan Stanley
Johnson, mengandung delapan unsur, yaitu: konflik, kemajuan, penting,
dekat, aktual, unik, manusiawi,dan berpengaruh (Harriss, Leiter, dan
Johnson 1981:29-33)11
− Konflik adalah informasi yang menggambarkan pertentangan antar
manusia, bangsa dan negara perlu dilaporkan kepada khalayak.
Dengan begitu khalayak mudah untuk mengambil sikap.
− Kemajuan adalah informasi tentang kemajuan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi senantiasa perlu dilaporkan kepada khalayak.
Sehingga khalayak mengetahui kemajuan peradaban manusia.
− Penting memiliki arti informasi yang penting bagi khalayak dalam
rangka menjalani kehidupan mereka sehari-hari perlu segera
dilaporkan kepada khalayak.
− Dekat adalah informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak
geografis dengan khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat
satu lokasi peristiwa dengan tempat khalayak, informasinya akan
semakin disukai khalayak.
− Aktual adalah informasi tentang peristiwa yang baru terjadi perlu
segera dilaporkan kepada khalayak. Untuk sebuah harian, ukuran
aktual biasanya sampai dua hari. Artinya, peristiwa yang terjadi dua
hari yang lalu masih aktual diberitakan sekarang.
11
Abrar ,2005, Op.Cit., hlm 30
13
− Unik memiliki arti, informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang
terjadi perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Banyak sekali
peristiwa yang unik,misalnya mobil bermain sepak bola, perkawanan
manusia dengan gorilla.
− Manusiawi adalah informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak,
seperti bisa membuat menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya,
perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak
akan bisa meningkatkan taraf kemanusiannya.
− Berpengaruh
adalah
informasi
mengenai
peristiwa
yang
berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak perlu dilaporkan
kepada khalayak. Misalnya informasi tentang operasi pasar bulog,
informasi tentang banjir, dan sebagainya.
C. Jenis – Jenis Berita
Untuk memudahkan penggolongan jenis-jenis berita berdasarkan
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, Maryono Basuki
membagi berita berdasarkan:
C.1 Sifat kejadian
Bedasarkan sifat kejadian, terdapat empat jenis berita, yaitu:
-
Berita yang sudah diduga akan terjadi.
-
Berita peristiwa yang terjadi mendadak sontak.
-
Berita tentang peristiwa yang direncanakan akan terjadi.
-
Berita tentang gabungan peristiwa terduga dan tidak terduga.
C.2 Berdasarkan masalah yang dicakup. Hal ini diartikan bahwa masalah
yang dicakup berkaitan dengan kehidupan manusia. Diantaranya
berita dalam negeri, berita luar negeri, berita hukum, berita sosial,
berita
pendidikan
lingkungan
hidup,
dan
berita
kebudayaan,
olahraga,
berita
berita
pertanian,
berita
perumahan,
berita
transmigrasi, berita kesehatan, berita ilmu pengetahuan, berita
pertahanan, berita angkatan bersenjata, berita penerangan, berita
perindustrian, berita perbankan, berita kehutanan, berita agama,
berita pertambangan, berita pangan.
14
C.3 Berdasarkan lingkup pemberitaan
Lingkup pemberitaan biasanya dibagi menjadi empat bagian, yaitu
lokal, regional, nasional dan internasional.
C.4 Berdasarkan sifat pemberitaan
Sifat berita dapat dilihat dari isinya. Ada isi berita yang memberitahu,
medidik, menghibur, memberikan
contoh,
mempengaruhi dan
sebagainya.
a. Kaidah umum penulisan berita
Struktur berita sangat ditentukan oleh format berita yang akan
ditulis. Struktur berita langsung berbeda dengan berita ringan dan
berita kisah. Tetapi, untuk berita langsung, menurut Bruce D. Itule
dan Douglas A.Anderson, struktur yang lazim hanya satu, yaitu
piramida
terbalik
(Itule
dan
Anderson
1987:62-63)12.
Bila
diskemakan :
Skema 1
Struktur Berita Langsung
headline
dateline
lead
body
Lead menunjukkan bagian permulaan berita yang paling penting.
Sedangkan piramida terbalik menunjukkan bagian yang penting
dari sebuah berita pada bagian awal dan makin ke bawah mahin
12
Ibid, hlm 7-9
15
kurang penting. Dengan kata lain, seiring dengan menyempitnya
piramida terbalik, berkurang pula arti penting beritanya. Struktur
berita seperti ini, disamping memudahkan untuk mengenali inti
berita, juga memudahkan pemotongan bagian yang tidak mungkin
termuat.
Sedangkan untuk struktur berita ringan,kemungkinanya ada dua,
yaitu :
Skema 2
Struktur Berita Ringan
headline
headline
dateline
dateline
lead
lead
body
body
(Sumber : Ditjen Pendidikan Tinggi Dep P dan K, 1978:184)13
Struktur (1) memperlihatkan bahwa semua bagian berita sama
pentingnya. Struktur ini sering menyertakan sub judul pada bagian
body. Struktur (1) juga cocok untuk menyajikan berita secara
kronologis. Sedangkan struktur ke (2) memperlihatkan body, yang
semakin kebawah semakin berkurang bobotnya.
Struktur-struktur berita di atas bisa dipandang sebagai kerangka
berita, yang akan diisi dengan fakta. Sehingga memiliki
keterkaitan antar alinea dengan alinea berikutnya. Kalau tidak ada
keterkaitan maka isi berita akan tesendat-sendat sehingga tidak
13
Ibid, hlm 9
16
dapat dinikmati oleh khalayak. Pengalaman menunjukkan, hanya
berita yang terasa mengalir saja yang disenangi oleh khalayak.
Setelah memahami teknik mengkumpulkan fakta dan jenis – jenis
berita, seorang jurnalis dituntut juga harus bisa teknik mem-framing
berita. Sesungguhnya framing berita merupakan perpanjangan dari teori
agenda setting, yaitu semacam teknik yang dipakai wartawan untuk
melahirkan wacana yang akan diterima oleh khalayak.
Secara praktis, framing bisa dilihat dari cara wartawan memilih dan
memilah bagian dari realitas dan menjadikannya bagian yang penting dari
sebuah teks berita (Scheufele, 1999:107). Dengan kata lain, framing
berita menyangkut seleksi beberapa aspek dari realitas sosial dan
menjadikannya
menonjol
dalam
sebuah
berita,
teriring
harapan
tertangkapnya wacana yang sedang diinginkan wartawan14.
E.5 Kode Etik Jurnalistik
Wartawan bekerja dalam suatu aturan tertentu yang sering disebut
dengan Kode Etik Jurnalistik. Tujuannya agar ada penghargaan terhadap
hak setiap manusia dan wartawan bekerja dalam suatu aturan yang baku.
Tetapi sebelum membahas tentang kode etik jurnalistik, kita akan
melihat beberapa kendala dalam penulisan berita terlebih dahulu. Menurut
Hikmat Kusumaningrat dalam bukunya Jurnalistik: teori dan praktik (2005 :
16)15, disebutkan ada beberapa rambu-rambu dan etika bagi wartawan
dalam penulisan berita. Memang kendala dalam menghimpun berita sering
kali datang dari ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kode Etik
Jurnalistik yang merupakan undang-undangnya profesi wartawan. Kode
Etik Jurnalistik mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan.
Dengan demikian, tegaknya professional code ini sangat mengandalkan
―kata hati‖ atau ―hati nurani‖ wartawan sendiri. Sedangkan rambu-rambu
wartawan dalam penulisan berita adalah:
14
15
Ibid, hlm. 35
Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori Dan Praktik, 2005, hlm 105 (dalam Rini Darmastuti, Media
Relation – Konsep, Strategi, Dan Aplikasi, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2012, hlm 118)
17
a. Embargo ; adalah permintaan menunda suatu berita dengan batas
waktu yang belum ditentukan oleh sumber berita.
b. Off-the-Record
Off the record adalah perjanjian antara sumber berita dengan
wartawan untuk tidak menyiarkan informasi yang diberikan oleh
sumber berita. Kedua istilah ini (embargo dan off the record) terdapat
di dalam Kode Etik Jurnalistik yang wajib dihormati oleh wartawan.
c. Menyembunyikan identitas sumber berita
Sering kali sumber berita mengatakan kepada para wartawan,
―‖Silahkansaja jika anda ingin memuat berita ini, tetapi jangan
menyebut saya sebagai sumbernya‖. Ini bisa merupakan taktik yang
digunakan oleh sumber berita untuk melepaskan diri dari tanggung
jawab dari informasi yang telah diberikan. Oleh karena itu, wartawan
harus lebih hati-hati, lebih cermat, dan teliti dalam menempatkan
sumber berita.
d. Delik Pers
Delik pers adalah semua tindak pidana atau pelanggaran yang
dilakukan melalui media massa.
e. Public Libel
Public Libel adalah pelanggaran atau kejahatan oleh pers terhadap
negara dan pejabat negara serta masyarakat. Yang termasuk dalam
public libel antara lain ―membocorkan rahasia negara, penghinaan
terhadap presiden dan wakil presiden, penghinaan terhadap kepala
negara sahabat, menodai bendera lambang negara, melanggar
kesusilaan atau pornografi‖.
f. Private Libel
Privat Libel adalah delik pers terhadap perorangan.
g. Haatzaai Artikelen
Haatzaai Artikelen berasal dari dua kata bahsa belanda. Jadi kata-kata
tersebut
merupakan
karangan
mengandung provokasi.
18
atau
artikel
atau
narasi
yang
E.6 Kode Etik Jurnalistik Televisi
Dalam latar belakang diatas disebutkan bahwa media massa
merupakan penyangga keempat dalam demokrasi. Media massa menjadi
penyeimbang yang tidak dapat dianggap remeh dari kekuasaankekuasaan lain di tataran tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Menjadi seorang wartawan merupakan tugas sebagai jurnalis yang
sangat penting dalam sebuah negara. Namun wartawan sering kali
menemukan benturan atau permasalahan dalam prakteknya.
Sering ditemui wartawan yang menyalahgunakan statusnya sebagai
jurnalis untuk kepentingan – kepentingan yang menguntungkan pribadi
atau kerap melakukan hal-hal yang menimbulkan kerugian pada orang
lain. Berangkat dari sinilah, maka lahir apa yang disebut Kode Etik
Jurnalistik.16
Sebuah kerangka hukum dan peraturan untuk memastikan bahwa
pers dapat melakukan pekerjaan tanpa ada hambatan. Menghormati hak
masyarakat untuk informasi obyektif, wartawan harus menyampaikan
informasi yang benar dan membeberkan opini yang objektif tentang isuisu tertentu. Berita itu harus didasarkan pada fakta-fakta dan informasi
dimana kebenaran dapat diperiksa.
Dimana seluruh jurnalis berpedoman pada kode etik jurnalistik baik
mereka berada di wilayahnya ataupun diluar wilayahnya. Sehingga
terdapat journalist ethic standar yang mengeluarkan aturan bagi seluruh
wartawan atau anggota pers yang berada di setiap wilayah. Tanpa
mengurangi dari isi setiap peraturan yang dibuat oleh setiap negara
ataupun media massa, peneliti beranggapan bahwa esensi kode etik
jurnalistik seluruh dunia sama. Yang juga berlaku internasional. Sebagai
pedoman peneliti menggunakan kode etik jurnalis televisi Indonesia17.
16
Anneahira, log.Cit
17
Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Jurnalis_Televisi_Indonesia (terlampir)
19
E.7 Sikap Wartawan Terhadap Sumber Berita
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wartawan,
yaitu sikap seorang wartawan terhadap sumber berita. Sikap yang
dibutuhkan oleh seorang wartawan terhadap suatu berita adalah :18
a. Santun dan tidak merendahkan sumber berita, atau sebaliknya tidak
menganggap sumber berita sebagai ―dewa‖. Men-―dewa‖kan sumber
berita akan menjadi petaka bagi seorang wartawan karena akan
membuat wartawan hanya berfokus pada sumber berita dan bukan
pada berita itu sendiri. Bahkan, kemungkinan lain yang terjadi adalah
wartawan akan diatur oleh sumber berita karena sumber berita merasa
sebagai orang yang punya ―power‖.
b. Kritis. Sikap kritis sangat dibutuhkan oleh seorang wartawan untuk
membangun kepekaan terhadap suatu permasalahan atau fenomena
yang sedang berkembang. Ibarat seorang anak kecil yang ingin
mengetahui suatu hal, seorang wartawan harus memilki sikap ingin tahu
yang kuat dan kritis terhadap hal-hal yang sedanng berkembang dan
terjadi di masyarakat.
c. Lebih mengutamakan nurani. Ketika meliput dan melaporkan sebuah
berita, seorang wartawan seharusnya lebih mengutamakan nurani
dibandingkan dengan profit bagi perusahaan maupun bagi dirinya
sendiri. Yang dimaksud dengan mengutamakan nurani di sini adalah
menggunakan kepekaan afektif dalam pemberitaan suatu hal dengan
menempatkan sisi kemanusiaan sebagai hal yang utama menjaga
nama baik orang-orang yang ada dalam suatu pemberitaan, atau orang
yang menjadi korban serta memperhatikan foto-foto yang akan dimuat
dalam
suatu
berita sesuai dengan
kode
etik jurnalistik yang
menekankan pada hati nurani.
d. Menghargai sumber berita dan keterangan yang diberikan (dengan
sikap kritis).
18
Darmastuti, Op.Cit, hlm. 112-113
20
E.8 Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini dibuat konsep sebagai berikut:
- Ketrampilan teknis dengan indikator ;
1. Analisis Berita :
a. Cara – cara penyiaran berita
b. Pengaturan tayangan berita
c. Analisis kebenaran berita
2. Menulis pendapat dan komentar :
a. Penelusuran dari pelaku
b. Penggalian pendapat dan komentar dari para ahli
- Kepatuhan etis dengan indikator :
1. Melindungi dan menghormati serta menghargai harkat dan
martabat sumber berita :
a. Sensor terhadap nama pelaku serta korban yang tidak ingin
disebutkan.
b. Harus mensensor visual yang menjadi korban tindak asusila.
c. Memberikan nama serta identitas yang jelas bila sumber berita
menghendaki
2. Pedoman perilaku etis :
a. Kebebasan wartawan dalam meliput sebuah berita.
b. Kepatuhan wartawan terhadap KEJ.
c. Nada
dan
gaya
tulisan
tidak
menggunakan
kata-kata
mengandung opini.
3. Menjaga kebenaran berita :
a. Keseimbangan wartawan dalam pemberitaan.
Indikator – indikator tersebut, didukung oleh data seperti berikut ini :
21
Tabel 1. KONSEP PENELITIAN
Konsep
Indikator
Pertanyaan
A. Ketrampilan Teknis 1. Pencarian berita : 1. Berita apa saja yang sebagai prioritas?
a. Jenis Berita
2. Klasifikasi sesuai jenis berita, apa saja?
3. Mengapa harus ada prioritas dan jenis
berita tersebut ?
4. Kriteria apa saja untuk pencarian berita ?
b. Motivasi
Berita
1. Apa yang mendorong dalam hal membuat
klasifikasi jenis berita ?
2. Apa motivasi dalam pencarian berita ?
3. Apa alasan pencarian berita ?
4. Apa indikator dalam pencarian berita ?
c. Kriteria Berita 1. Kriteria berita apa saja yang ada dalam
program berita di Batu TV ?
2. Bagaimana cara membedakan dalam
pengkriteriaan tersebut ?
3. Siapakah yang bertugas menentukan
kriteria berita ?
2. Analisis Berita
a. Cara – cara 1. Seperti apa kriterianya dalam penyiaran
penyiaran
berita ?
berita
2. Bagaimana cara – cara yang dipakai dalam
penyiaran berita ?
3. Siapa saja atau tugas siapa saja yang
melaksanakan analisis suatu berita ?
4. Latar belakang apa saja yang harus
dipunyai untuk ketrampilan tersebut ?
b. Pengaturan
tayangan
1. Apa yang dimaksud dengan pengaturan
berita
tayangan ?
2. Syarat – syarat apa saja yang dipakai untuk
tayangan ?
3. Siapa saja yang punya kewenangan dalam
pengaturan tayangan berita ?
4. Tayangan – tayangan apa saja yang perlu
mendapat perhatian lebih banyak ?
c. Analisis
1. Siapa saja yang memiliki wewenang untuk
kebenaran
menilai kebenaran berita ?
berita
2. Bagaimana caranya menilai suatu berita itu
benar dan layak tayang ?
3. Analisis kebenaran berita itu berfungsi untuk
apa ?
22
4. Berita – berita apa saja yang memerlukan
analisis kebenaran berita ?
3. Menulis
Pendapat
a. Penelusuran
dari pelaku
B. Kepatuhan Etis
1. Bagaimana
penelusuran
berita
dari
pelakunya ?
2. Kesulitan – kesulitan apa saja yang dihadapi
wartawan dalam penelusuran tersebut?
3. Apa yang dimaksud dengan penelusuran
berita dari pelakunya ?
4. Berita – berita apa saja yang perlu
penelusuran kepada pelakunya?
b. Penggalian
pendapat dan 1. Suatu berita, apa diperlukan komentar dan
komentar dari
pendapat dari ahlinya ?
para ahli
2. Mengapa hal tersebut dibutuhkan ?
3. Bagaimana mencari ahli – ahli tersebut
untuk memberikan komentar dan pendapat
tentang sesuatu yang diperlukan untuk
mendukung berita ?
4. Menggunakan kriteria apa saja yang dipakai
sebagai standarnya ?
1. Melindungi
Sumber Berita
1. Bagaimana cara wartawan di Batu TV
mencari sumber berita yang dianggap
berkualitas sebagai penunjang kekuatan
sebuah pemberitaan?
2. Apabila ada sumber berita yang tidak
menginginkan namanya dicantumkan dalam
pemberitaan, dengan cara apa para
wartawan mengganti sebuah identitas
2. Menghormati hak
sumber berita?
sumber berita
1. Apakah anda sebagai wartawan punya
kekuatan terhadap sebuah berita?
2. Bagaimana langkah yang harus ditempuh
apabila dalam sebuah isi berita terdapat
gambar yang boleh dan tidak boleh
diambil? Apakah anda akan menanyakan
secara jelas mengapa tidak boleh diambil?
3. Berpedoman
1. Apakah dalam melaksanakan tugas
pada perilaku etis
sebagai wartawan, anda dibatasi oleh
etika?
2. Etika seperti apa yang anda gunakan
sebagai pedoman bekerja?
23
3. Bagaimana
pendapat
anda
tentang
wartawan yang sering menggunakan
opininya sendiri dalam membuat berita?
4. Seberapa sering anda sebagai wartawan,
membuat pemberitaan melalui opini anda
sendiri atau teman anda?
4. Menjaga
keberimbangan
berita
1. Dalam berita pesanan yang ada di Batu TV
atau yg disebut blocking time, maka anda
mempunyai tanggung jawab besar di lokasi
dalam meliput sebuah agenda acara?
2. Bagaimana cara anda mengemas sebuah
blocking time?
3. Bagaimana cara membedakan antara
berita murni yang terjadi dengan berita
blocking time di Batu TV?
F. METODOLOGI PENELITIAN
F.1 Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif berhubungan erat dengan prosedur,
teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian
harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Maka peneliti
menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif memiliki arti yang
bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.
F.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang
dideskripsikan dari hasil wawancara dengan informan dan disandikan oleh
penulis. Penelitian deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematik fakta
atau karakteristik tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisa deskriptif terhadap
profesionalisme jurnalis televisi lokal, yang dalam hal ini Batu TV sebagai
obyek penelitian, dimana masalah profesionalisme jurnalis TV lokal ini
merupakan sebuah fenomena dan realitas sosial yang terjadi yang dapat
berimbal balik pada kemajuan dan perkembangan TV lokal tersebut.
24
F.3 Informan
Sesuai dengan topik dan fokus penelitian ini, maka informannya terdiri
atas 2 orang wartawan Batu Televisi dan pemilik Batu Televisi.
F.4 Fokus Penelitian
Dalam sebuah penelitian, perlu adanya batasan masalah, yang
kemudian disebut fokus penelitian. Fokus penelitian lebih didasarkan pada
urgensi masalah yang akan dipecahkan juga memperhatikan keterbatasan
tenaga, waktu dan dana. Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan
profesionalisme, peneliti menetapkan fokus penelitian, yaitu:
4.a Keterampilan Teknis, meliputi:
1. Pencarian Fakta
2. Analisis Media
3. Menulis Pendapat
4. Komentar
4.b Kepatuhan Etis
1. Melindungi Sumber Berita
2. Menghormati Hak Sumber Berita
3. Berpedoman pada Perilaku Etis
4. Menjaga Kebenaran Berita
5. Menghargai Harkat dan Martabat Sumber Berita
F.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mengetahui
lebih jelas tentang berbagai hal secara langsung dari sumber-sumber
yang berkepentingan dan berkompeten serta untuk merekonstruksi
mengenai orang, kegiatan, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Jenis wawancara yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur. Dalam wawancara
ini informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena
sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan
25
mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang
diperlukan.19 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan para
wartawan.
b. Observasi
Yakni peneliti terjun langsung pada objek penelitian agar dapat
memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan, dalam hal ini
peneliti mengadakan pengamatan atau pencatatan secara
sistematis
terhadap gejala, peristiwa ataupun perilaku obyek yang diteliti pada
perusahaan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya dan data dikumpulkan untuk dicocokkan dengan hasil
wawancara.
c. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data arsip-arsip
tertulis berupa profil perusahaan, kepemilikan dan badan hukum, struktur
organisasi. Teknik ini untuk mengumpulkan data sekunder yang
mendukung perolehan data wawancara.
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan
dengan perolehan data yang non-insani berupa dokumen-dokumen
tertulis. Penggunaan teknik pengumpulan data ini tidak lain untuk
melengkapi teknik wawancara dan observasi karena pada dasarnya
teknik pengumpulan data tersebut adalah saling melengkapi. Artinya,
data yang diperoleh melalui wawancara dapat dilengkapi dengan data
observasi dan dilengkapi pula dengan data hasil studi dokumentasi.
F.6 Teknik Analisa Data
Dalam suatu penelitian setelah proses pengumpulan data selesai
dilakukan, maka data-data yang telah diperoleh disusun, diolah, dianalisa,
dan disajikan untuk diinterpretasikan. Peneliti menggunakan analisa data
kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat
19
Lexi J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Ed. Revisi, , Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Moleong, 2005 : 135-139
26
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.20
Proses analisis data yang dilakukan berjalan sebagai berikut :21
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeknya.
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan
membuat temuan-temuan umum.
Sedangkan tahap analisis data kualitatif adalah sebagai berikut :22
a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data.
b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema
yang berasal dari data.
c. Menuliskan model yang ditemukan.
F.7 Sistematika Tesis
Tesis ini terdiri dari lima bab , yaitu:
Bab I, membahas kerangka besar penelitian yang terdiri atas latar
belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
objek penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan. Bab ini disajikan guna mengetahui mengapa penelitian ini
dilakukan, dan objek penelitian yang dipilih serta bagaimana penelitian ini
dilakukan.
Bab II, membahas tentang bagaimana kegiatan para wartawan Batu
Televisi (Batu TV) dalam menjalankan profesionalisme peliputan berita
ditinjau dalam dua aspek, yaitu aspek teknis dan aspek etis.
20
Ibid,: 248
21
Ibid
22
Ibid
27
Bab III, menyajikan realitas faktual keahlian yang dimiliki wartawan di
Batu Televisi (Batu TV) serta memaparkan sejauh mana wartawan dapat
mematuhi kode etik yang digunakan baik dalam mencari fakta maupun
melindungi sumber berita.
Bab IV, melakukan analisis terhadap sebuah tindakan profesional
dalam membuat berita Batu Televisi. Pada poin inilah telaah kritis atas
data – data mentah yang disajikan dalam bab sebelumnya mulai
dilakukan.
Bab V, merupakan sebuah bagian akhir dalam sebuah penelitian
yang disebut sebagai penutup. Bagian ini terdiri dari kesimpulan atau
penegasan hasil penelitian, dan saran – saran demi kesempurnaan
penelitian ini.
G. Limitasi Penelitian
Penelitian ini tidak membahas semua dimensi dalam Profesionalisme
Wartawan Televisi, melainkan hanya dibatasi pada beberapa dimensi:
pertama, difokuskan pada Keterampilan Teknis, meliputi; 1) Pencarian
Fakta, 2) Analisis Media, 3) Menulis Pendapat , 4) Komentar
Kedua, membahas tentang Kepatuhan Etis, meliputi ; 1) Melindungi
Sumber Berita, 2) Menghormati Hak Sumber Berita, 3) Berpedoman pada
Perilaku Etis, 4) Menjaga Kebenaran Berita, 5) Menghargai Harkat dan
Martabat Sumber Berita. Ketiga, data hasil penelitian ini dikaji dengan
menggunakan konsep Kode Etik Jurnalistik (pasal 1 s.d pasal 11)
Dengan demikian, selain tiga dimensi tersebut di atas bukan menjadi
wilayah dan perhatian penelitian ini. Namun pembatasan tersebut, tidak
bermaksud menyajikan analisis hasil penelitian secara kaku melainkan
juga menggunakan beberapa konsep teoritis untuk memperkaya jalannya
analisis data untuk menemukan kesimpulan.
28
Download