BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan media massa beberapa tahun terakhir ini sangatlah cepat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Salah satunya adalah media elektronik televisi yang sangat disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Karena media televisi menghadirkan dengan lengkap suatu peristiwa secara langsung berupa gambar (visual) dan diperkuat oleh suara (audio). Seiring dengan semakin banyak bermunculan media televisi di Indonesia (televisi nasional), maka pada setiap daerah (hampir di setiap kota) memiliki media televisi lokal. Dengan dibukanya ijin mendirikan televisi lokal semakin memperbanyak jumlah stasiun televisi yang selama ini masih berada dalam tataran televisi nasional. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan dan pendidikan. Dengan kata lain, televisi lokal menjadi mimbar perdebatan masyarakat lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang dihadapi. Selain itu televisi lokal dapat menjadi sarana pengembangan potensi daerah. Hal ini tidak terlepas dari peran televisi lokal yang juga mulai membuat berita sendiri. Walaupun jangkauan siaran media televisi lokal masih terbatas, yaitu hanya dapat dinikmati oleh masyarakat di wilayah tersebut. Selain keterbatasan jangkauan siaran, televisi lokal juga cenderung tidak memperhatikan tuntutan profesionalisme wartawan, tidak memakai standar karyawannya. kompetensi Sehingga yang mereka jelas yang dalam terkadang merekrut tidak para memiliki pengalamanpun direkrut sebagai karyawan atau bahkan pendidikan yang dimilikinya tidak berhubungan sama sekali dengan pertelevisian. Hal ini menyebabkan rendahnya pertelevisian lokal. kualitas sumber daya manusia dalam Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pertelevisian lokal memiliki korelasi positif dengan terhambatnya perkembangan pertelevisian lokal. Demikian halnya dengan Batu Televisi (Batu TV), yaitu media televisi lokal di Kota Batu Jawa Timur. Masalah sumber daya manusia dalam hal penyiaran menyebabkan kekurangan – kekurangan berkaitan dengan kualitas berita (peliputan dan penyuntingan). Salah satu penyebab adalah keterbatasan biaya sebab cakupannya lokal sehingga iklan yang masuk juga sifatnya lokal sehingga dalam hal tertentu kurang bisa bersaing. Batu TV merupakan televisi lokal pertama yang hadir di Malang Raya. Para wartawan di Batu TV dapat digolongkan sebagai jurnalis senior. Namun dalam mengkonstruksi sebuah pemberitaan, tulisan yang dibuat belum sempurna terutama alur pikir dalam membuat sebuah narasi belum dikonstruksi dengan baik. Bahkan wartawan tidak peduli dan atau tidak menyadari bahwa dalam tulisannya masih banyak kesalahan penulisan kata, frasa atau kalimat. Idealnya, meskipun bukan sebagai wartawan khusus cetak (media cetak), wartawan televisi juga dituntut untuk memiliki kompetensi menulis dan mengolah serta mengelola sebuah pemberitaan. Para wartawan televisi juga harus memahami bahwa hasil kerja mereka yaitu pemberitaan televisi dapat merubah pemikiran masyarakat atau mempengaruhi opini publik. Realitas teknis operasional di televisi lokal Batu TV menunjukkan bahwa para jurnalis dituntut untuk menghimpun berita ataupun fakta, mengkonstruksi berita tersebut kemudian membuat suatu laporan tertulis yang nantinya digunakan sebagai dubber oleh wartawan tersebut. Untuk itu, para jurnalis Batu Televisi juga dituntut dapat menulis dan merangkai kata-kata yang enak didengar dan dapat dipahami oleh masyarakat. Dalam proses konstruksi sebuah realitas, wartawan Batu TV lebih mengandalkan informasi dari sesama jurnalis yang berada di kota Malang, daripada mencari sendiri sumber dan data dukung pemberitaan. Kondisi tersebut merupakan dampak dari rendahnya kualitas kompetensi wartawan Batu Televisi. Karena perusahaan televisi lokal ini tidak 2 mempunyai kualifikasi atau standar yang menjadi acuan dalam merekrut seorang wartawan. Menurut analisa hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti, wartawan yang terdapat di Batu TV sangat minim pengalaman dan tidak mempunyai keahlian dalam meliput suatu berita. Pedoman yang dipakai para wartawan Batu TV hanya bertumpu pada peraturan pemilik televisi. Seluruh wartawan Batu televisi harus tunduk pada SOP (Standart Operating Procedure) yang ada di Batu TV. Pada kegiatan sehari-hari kelima wartawan tersebut mencari berita dengan tidak dipandu oleh redaktur. Sehingga hal seperti ini yang membuat seorang jurnalis dapat mencari berita sebebas – bebasnya dan membuat tema serta memberikan penjelasan tentang fakta seenaknya (dalam Prakoso,2009). Batu TV mempunyai satu program berita yaitu ―INFO 7 MALANG RAYA‖, yang setiap hari ditayangkan hanya dua kali, pada malam hari yaitu pada pukul 19.00 WIB, sedangkan siang hari pada pukul 12.30 WIB adalah berita ulangan dari siaran malam hari sebelumnya. Mencermati proses peliputan dan editing berita tersebut di atas, maka pada tahap penayangan berita seringkali banyak hal yang menurut peneliti sangat tidak relevan bahkan banyak yang dilebih-lebihkan dalam pembuatan berita. Demikianpun durasi pada setiap berita tidak sama antara pemberitaan yang satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya pembelian jam tayang pada program INFO 7 MALANG RAYA. Akhirnya INFO 7 MALANG RAYA hanya mengacu pada satu kelompok dan durasi didominasi oleh berita bloking time. Pada kondisi ini, profesionalisme jurnalis sudah tidak dapat dinilai karena wartawan tersebut tunduk pada aturan perusahaan dan intervensi pemilik Batu TV. Aspek komersial dapat mengalahkan aspek publik. Kinerja para jurnalis harus menjunjung kode etik jurnalis televisi di mana pada pemberitannya telah diatur pada pasal 5 poin c yang berbunyi ‖tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita‖, kemudian pada pasal 10 poin c berbunyi ‖sebisanya membedakan antara kejadian (fact) dan pendapat (opinion). 3 Jurnalis atau wartawan adalah sebuah profesi. Karena itu, seorang jurnalis atau wartawan terikat oleh kaidah-kaidah profesionalisme yang sesuai dengan bidangnya. Dengan kata lain wartawan adalah seorang profesional dan sudah seharusnya mengikuti kaidah atau kode etik jurnalistik. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik dalam memperoleh informasi yang benar, jurnalis Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional untuk menjaga kepercayaan publik,menegakkan integritas dan profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan mentaati kode etik jurnalistik demi memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan si jurnalis bersangkutan, tetapi juga untuk melindungi atau menghindarkan khalayak masyarakat dari kemungkinkan dampak yang merugikan dari tindakan atau perilaku keliru dari si jurnalis. Berdasarkan kaidah – kaidah profesionalisme wartawan, maka dalam memberitakan suatu perisitiwa atau kejadian, pers dituntut untuk memberitakan secara berimbang. Artinya dalam suatu pemberitaan bila terdapat dua pihak yang saling bertentangan, pers sebagai media komunikasi massa harus memberitakannya secara berimbang dari kedua belah pihak sehingga pihak yang berperkara dapat saling mengungkapkan alasan-alasan atau argumen-argumennya sehingga dirasakan adil. Keseimbangan berita bukan berarti kedua belah pihak diberikan jumlah kolom atau kata yang sama tetapi yang dimaksud berimbang adalah kedua belah pihak diberitakan dalam satu kesatuan berita. Berdasarkan realitas di atas,penulis tertarik untuk meneliti fenomena tersebut dengan tema ―Profesionalisme Wartawan Pada Stasiun Televisi Lokal Batu Televisi (Batu TV), pada bulan Agustus–September 2012‖. B. RUMUSAN MASALAH Atas dasar latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : Bagaimana profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan Agustus – September 2012? 4 C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan profesionalisme jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan Agustus – September 2012. 2. Menganalisis profesionalisme jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan Agustus – September 2012. D. Manfaat Penelitian Penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi baik secara akademis maupun praktis yaitu : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan tambahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam studi ilmu komunikasi, khususnya studi tentang profesionalisme jurnalis televisi lokal dan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik berita di Batu TV, Kota Batu Jawa Timur. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi televisi lokal khususnya Batu TV, sehingga dapat menghasilkan isi media yang profesional. E. Kerangka Pemikiran E.1 Profesionalisme Ada banyak pengertian profesionalisme wartawan. Akan tetapi sebelum mengembangkan lebih jauh, peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan profesionalisme. Profesionalisme berasal dari kata profesi. Terence J. Johnson menyebutkan bahwa profesi memiliki enam kriteria, yaitu keterampilan yang didasarkan pada pengetahuan teoretis, penyediaan pelatihan dan pendidikan, pengujian kemampuan anggota, organisasi, kepatuhan kepada suatu aturan main profesional, dan jasa pelayanan yang sifatnya altruistik1. Adapun B. Barber 1 Alex Sobur, Etika Pers, Profesionalisme Dengan Nurani, Bandung :Humaniora Utama Press, 2001, Hlm : 78 5 menyatakan bahwa profesi memiliki empat ciri, yakni pengetahuan umum yang tinggi, lebih berorientasi kepada kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri, adanya pengawasan ketat atas perilaku pribadi melalui kode etik yang dihayati dalam proses sosialisasi pekerjaan, serta melalui asosiasi-asosiasi sukarela yang diorganisasikan dan dijalankan oleh para pekerja spesialis itu sendiri, dan sistem balas jasa (berupa uang dan kehormatan) yang merupakan lambang prestasi kerja, sehingga menjadi tujuan, bukan alat untuk mencapai tujuan kepentingan pribadi 2. Kemudian Sumadiria (2005:48) menulis bahwa profesionalisme berarti isme atau paham yang menilai tinggi keahlian profesional khususnya atau kemampuan pribadi pada umumnya, sebagai alat utama untuk mencapai keberhasilan. Pada umumnya ada lima hal yang menurut para sosiolog tercakup dalam profesionalisme yang disarankan sebagai struktur sikap yang diperlukan bagi setiap jenis profesi. Terkait hal ini, Sobur dalam Sumadiria (2005:47) menyebutkan bahwa kelima hal tersebut adalah: a. Profesional menggunakan organisasi atau kelompok profesional sebagai kelompok referensi utama. Tujuan-tujuan dan aspirasi profesional bukanlah diperuntukkan bagi seorang majikan atau status lokal dari masyarakat setempat, kesetiaannya adalah pada bidang tugas. b. Profesional melayani masyarakat. Tujuannya, melayani masyarakat dengan baik, ia altruistik, mengutamakan kepentingan umum. c. Profesional memiliki kepedulian atau rasa terpanggil dalam bidangnya. Komitmen ini memperteguh dan melengkapi tanggungjawabnya dalam melayani masyarakat d. Profesional memiliki rasa otonomi, profesional membuat keputusankeputusan dan ia bebas untuk mengorganisasikan pekerjaannya di dalam kendala-kendala fungsional tertentu. 2 Ibid 6 e. Profesional mengatur dirinya sendiri (self regulation). Ia mengontrol perilakunya sendiri, dalam hal kerumitan tugas dan persyaratan ketrampilan hanya rekan-rekan sepekerjaanya yang mempunyai hak dan wewenang untuk melakukan penilaian. Menurut Sumadiria (2005:48), seseorang disebut profesional apabila: a. Memiliki keahlian tertentu yang diperoleh melalui penempaan pengalaman, pelatihan,atau pendidikan khusus di bidangnya b. Mendapat gaji, honorarium atau imbalan materi yang layak sesuai keahlian, tingkat pendidikan, dan pengalaman yang diperolehnya. c. Seluruh sikap, perilaku dan aktivitas pekerjaannya dipagari dengan dan dipengaruhi oleh keterikatan dirinya secara moral dan etika terhadap kode etik profesi d. Secara sukarela bersedia untuk bergabung dalam salah satu organisasi profesi yang sesuai dengan keahliannya e. Memiliki kecintaan dan dedikasi luar biasa terhadap bidang pekerjaan profesi yang dipilih dan ditekuninya f. Tidak semua orang mampu melaksanakan pekerjaan profesi tersebut karena untuk bisa menyelaminya mensyaratkan penguasaan keterampilan atau keahlian tertentu. Jika disimpulkan maka yang disebut sebagai profesi adalah sebuah pekerjaan yang menuntut pengetahuan yang tinggi, didedikasikan pada masyarakat umum, diwadahi dalam sebuah organisasi profesi yang bisa mengatur kode etik profesi. Kemudian profesionalisme adalah paham yang menilai tinggi keahlian profesional khususnya atau kemampuan pribadi pada umumnya, sebagai alat utama untuk mencapai keberhasilan dengan dilandasi keahlian (expertise); tanggung jawab (responsibility); dan kesejawatan (corporateness)3. 3 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Bandung: Simbiosa Rekatama Media,. 2005,hlm.48 7 E.2 Wartawan / Jurnalis Wartawan adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan dan tugas-tugas jurnalistik secara rutin, dan dalam definisi lain, wartawan dapat dikatakan sebagai orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat di media massa, baik media cetak ataupun media elektronik serta media online. Dalam Undang – Undang Pers No.40 Tahun 1990, Bab I Pasal I dinyatakan bahwa wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik4. Dunia wartawan adalah profesi yang tugas intinya melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam hal layanan informasi publik. Wartawan berkewajiban menyampaikan kebijakan, kondisi, hal – hal, dan lain-lainnya yang perlu diketahui publik. Dalam tugasnya, wartawan mendapatkan hak-hak istimewa yang meliputi; perlindungan dari undangundang tentang kebebasan berpendapat, berhak memakai bahan-bahan, aneka dokumen dan pernyataan – pernyataan publik, diperbolehkan menyentuh ranah pribadi seseorang atau public figure dalam mencari informasi yang akurat sebagai tindakan perwakilan mata dan telinga publik, sepanjang tidak melanggar kode etik.5 E.3 Membangun Wartawan Profesional Wartawan yang profesional memegang teguh etika jurnalistik. Untuk wartawan Indonesia, etika itu terangkum dalam Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang sudah ditetapkan Dewan Pers sebagai Kode Etik Jurnalistik bagi para wartawan di Indonesia. Kepatuhan pada kode etik merupakan salah satu ciri profesionalisme, di samping keahlian, keterikatan, dan kebebasan. Dengan pedoman kode etik itu, seorang wartawan tidak akan mencampuradukkan antara fakta dan opini dalam menulis berita; tidak akan menulis berita fitnah, sadis, dan cabul; tidak akan ―menggadaikan kebebasannya‖ dengan menerima amplop; menginformasikan yang benar atau faktual; dan sebagainya. 4 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Ciawi – Bogor: Ghalia Indonesia,. 2010, hlm. 38 5 Sumber: http://www.anneahira.com/pelanggaran-kode-etik-jurnalistik.htm 8 hanya Oleh karena itu, Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat merasa perlu menyelenggarakan kegiatan pelatihan buat sejumlah wartawan untuk menjadi asesor, tim penilai Standar Kompetensi Wartawan (SKW) di Bogor, 17 – 18 Juni 2011. PWI Pusat memandang perlu, setiap wartawan Indonesia harus memiliki standar kompetensi sebagai perwujudan dari aktifitas wartawan sebagai sebuah profesi, sebagaimana profesi lain, apakah itu dokter, notaris, pengacara, atau profesi lainnya. 6 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), merumuskan prinsip-prinsip itu dalam Sembilan Elemen Jurnalisme, yaitu7: 1) Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran 2) Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara 3) Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi 4) Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya 5) Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan 6) Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi 7) Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan 8) Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional 9) Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya. Dengan demikian, wartawan profesional adalah wartawan yang memahami tugasnya. Dengan kata lain wartawan profesional adalah wartawan yang memiliki keterampilan untuk melakukan reportase dan mengolah karya-karya jurnalistik sesuai dengan nilai yang berlaku, memiliki independensi dari objek liputan dan kekuasaan,memiliki hati nurani dan 6 Sumber: http://www.persatuanwartawanindonesia.com/membangun-profesionalismewartawan.htm (naskah Standar Kompetensi Wartawan (SKW) terlampir) 7 Sumber: http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2009/05/sembilan-elemen-jurnalisme-pluselemen.html 9 memegang teguh kode etik jurnalistik yang diatur oleh organisasi profesi yang diikutinya. Ada beberapa pengertian wartawan profesional. Menurut Budiman S Hartoyo wartawan yang profesional ialah yang memahami tugasnya, yang memiliki skill (ketrampilan), seperti melakukan reportase, wawancara, dan menulis berita atau feature yang bagus dan akurat, dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adapun menurut penulis wartawan profesional memiliki beberapa karakteristik yakni8: Pertama, menguasai keterampilan jurnalistik. Seorang wartawan harus memiliki keahlian (expertise) menulis berita sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Ia harus menguasai teknik menulis berita, juga feature dan artikel. Untuk itu, seorang wartawan mestilah orang yang setidaknya pernah mengikuti pelatihan dasar jurnalistik. Ia harus terlatih dengan baik. Keterampilan jurnalistik meliputi antara lain teknik pencarian berita dan penulisannya, di samping pemahaman yang baik tentang makna sebuah berita. Teknik pencarian berita, berita sendiri memiliki arti sebagai sebuah peristiwa atau fenomena sosial yang telah dikonstruksi oleh jurnalis. Sehingga sebelum membahas lebih jauh tentang jurnalis profesional, sangatlah penting untuk mendeskripsikan teknik mengumpulkan fakta, yang terdiri dari empat cara, yaitu9: a. Observasi Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas sosial. Ada pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung. Seseorang menyaksikan disebut sebuah melakukan peristiwa pengamatan dengan mata langsung apabila kepalanya sendiri. Pengamatan ini bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang. 8 http://budimanshartoyo.multiply.com/journal/item/22?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem 9 Ana Nadhya ,Abrar, Penulisan Berita Edisi Kedua, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2005, hlm. 23-29 10 Pendek artinya, setelah melihat sebuah peristiwa dan mencatat seperlunya, sesesorang meninggalkan tempat untuk menulis laporan. Sedangkan panjang berarti seseorang berada di tempat kejadian dalam waktu yang lama. Bahkan seorang jurnalis menulis laporan di tempat kejadian. Seseorang disebut melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak menyaksikan peristiwa yang terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang lain yang menyaksikan peristiwa tersebut. b. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab antara seorang wartawan dengan narasumber untuk mendapatkan data tentang sebuah fenomena (Itule dan Anderson 1987:184). Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah : b.1 Posisi narasumber dalam wawancara Sebelum melakukan wawancara wartawan harus menanyakan keinginan narasumber. Sebelum itu, wartawan harus memperkenalkan secara langsung jati dirinya dan untuk siapa ia bekerja kepada narasumber. b.2 Posisi wartawan dalam wawancara Kedudukan wartawan adalah penjaga kepentingan umum. Para wartawan berhak mengorek informasi yang berkaitan dengan kepentingan umum dari narasumber. Mereka bebas menanyakan apa saja kepada narasumber untuk menjaga kepentingan umum. Kendati begitu para wartawan seperti yang dinyatakan oleh Jeffrey Olen, harus menghormati keberadaan narasumber adalah individu yang bisa berfikir, memiliki alasan untuk berbuat dan mempunyai keinginankeinginan (Olen,1988:59). Kalau pada satu saat narasumber keberatan hasil wawancara disiarkan, maka wartawan harus menghormati keinginan ini dan tidak menyiarkannya. Menurut para ahli, ada tujuh jenis wawancara, yaitu man in the street interview, casual interview, personal interview, news peg interview, telephone interview, question interview dan group interview (Itule dan Anderson 1987:207-213). 11 b.3 Konferensi Pers Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah lembaga mengenai kegiatannya kepada para wartawan. Biasanya menyangkut citra lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat insidental. Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak yang sama untuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang memberikan konferensi pers. b.4 Press Release Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh suatu lembaga, organisasi atau seorang individu kepada wartawan. tidak ada keharusan bagi wartawan untuk memuat siaran pers ini. Dan juga tidak ada kesempatan wartawan untuk bertanya kepada pihak yang mengeluarkan siaran pers. Inilah yang membedakan dengan konferensi pers. Lebih singkat lagi pada press release tidak ada tanya jawab antara wartawan dengan narasumber. E. 4 Berita A. Pengertian Berita Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dan realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksi realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas sosial itu sendiri. Dalam hal ini bahwa sebuah realitas memang tidak dapat dikutip sama persis oleh seorang wartawan dikarenakan dalam melakukan sebuah peliputan mereka menggunakan jalan pikir dan pandangan mereka untuk mengemas sebuah peristiwa. Hal ini juga diungkapkan M. Assegaf bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih staf redaksi suatu media untuk disiarkan dan menarik perhatian pembaca karena sifatnya luar biasa, penting, humor, emosional, dan penuh ketegangan10. 10 Yunus, Op.Cit, Hlm: 47 12 B. Nilai Berita Tidak ada aktivitas jurnalistik tanpa berita. Unsur terpenting dari aktivitas media dan jurnalistik adalah berita. Seorang wartawan merasa tidak berarti apabila dalam tugas jurnalistik tidak menghasilkan berita yang layak. Sudah dirunut diatas bahwa berita adalah suatu realitas sosial yang dikonstruksi oleh jurnalis. Dalam mengkonstruksi berita para jurnalis hendaknya memahami kriteria peristiwa yang patut dilaporkan. Kriterianya hanya satu , yaitu peristiwa yang memiliki nilai berita. Nilai berita sendiri menurut Julian Harriss, Kelly Leiter dan Stanley Johnson, mengandung delapan unsur, yaitu: konflik, kemajuan, penting, dekat, aktual, unik, manusiawi,dan berpengaruh (Harriss, Leiter, dan Johnson 1981:29-33)11 − Konflik adalah informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa dan negara perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak mudah untuk mengambil sikap. − Kemajuan adalah informasi tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi senantiasa perlu dilaporkan kepada khalayak. Sehingga khalayak mengetahui kemajuan peradaban manusia. − Penting memiliki arti informasi yang penting bagi khalayak dalam rangka menjalani kehidupan mereka sehari-hari perlu segera dilaporkan kepada khalayak. − Dekat adalah informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak geografis dengan khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu lokasi peristiwa dengan tempat khalayak, informasinya akan semakin disukai khalayak. − Aktual adalah informasi tentang peristiwa yang baru terjadi perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Untuk sebuah harian, ukuran aktual biasanya sampai dua hari. Artinya, peristiwa yang terjadi dua hari yang lalu masih aktual diberitakan sekarang. 11 Abrar ,2005, Op.Cit., hlm 30 13 − Unik memiliki arti, informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang terjadi perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Banyak sekali peristiwa yang unik,misalnya mobil bermain sepak bola, perkawanan manusia dengan gorilla. − Manusiawi adalah informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti bisa membuat menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak akan bisa meningkatkan taraf kemanusiannya. − Berpengaruh adalah informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak perlu dilaporkan kepada khalayak. Misalnya informasi tentang operasi pasar bulog, informasi tentang banjir, dan sebagainya. C. Jenis – Jenis Berita Untuk memudahkan penggolongan jenis-jenis berita berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, Maryono Basuki membagi berita berdasarkan: C.1 Sifat kejadian Bedasarkan sifat kejadian, terdapat empat jenis berita, yaitu: - Berita yang sudah diduga akan terjadi. - Berita peristiwa yang terjadi mendadak sontak. - Berita tentang peristiwa yang direncanakan akan terjadi. - Berita tentang gabungan peristiwa terduga dan tidak terduga. C.2 Berdasarkan masalah yang dicakup. Hal ini diartikan bahwa masalah yang dicakup berkaitan dengan kehidupan manusia. Diantaranya berita dalam negeri, berita luar negeri, berita hukum, berita sosial, berita pendidikan lingkungan hidup, dan berita kebudayaan, olahraga, berita berita pertanian, berita perumahan, berita transmigrasi, berita kesehatan, berita ilmu pengetahuan, berita pertahanan, berita angkatan bersenjata, berita penerangan, berita perindustrian, berita perbankan, berita kehutanan, berita agama, berita pertambangan, berita pangan. 14 C.3 Berdasarkan lingkup pemberitaan Lingkup pemberitaan biasanya dibagi menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional dan internasional. C.4 Berdasarkan sifat pemberitaan Sifat berita dapat dilihat dari isinya. Ada isi berita yang memberitahu, medidik, menghibur, memberikan contoh, mempengaruhi dan sebagainya. a. Kaidah umum penulisan berita Struktur berita sangat ditentukan oleh format berita yang akan ditulis. Struktur berita langsung berbeda dengan berita ringan dan berita kisah. Tetapi, untuk berita langsung, menurut Bruce D. Itule dan Douglas A.Anderson, struktur yang lazim hanya satu, yaitu piramida terbalik (Itule dan Anderson 1987:62-63)12. Bila diskemakan : Skema 1 Struktur Berita Langsung headline dateline lead body Lead menunjukkan bagian permulaan berita yang paling penting. Sedangkan piramida terbalik menunjukkan bagian yang penting dari sebuah berita pada bagian awal dan makin ke bawah mahin 12 Ibid, hlm 7-9 15 kurang penting. Dengan kata lain, seiring dengan menyempitnya piramida terbalik, berkurang pula arti penting beritanya. Struktur berita seperti ini, disamping memudahkan untuk mengenali inti berita, juga memudahkan pemotongan bagian yang tidak mungkin termuat. Sedangkan untuk struktur berita ringan,kemungkinanya ada dua, yaitu : Skema 2 Struktur Berita Ringan headline headline dateline dateline lead lead body body (Sumber : Ditjen Pendidikan Tinggi Dep P dan K, 1978:184)13 Struktur (1) memperlihatkan bahwa semua bagian berita sama pentingnya. Struktur ini sering menyertakan sub judul pada bagian body. Struktur (1) juga cocok untuk menyajikan berita secara kronologis. Sedangkan struktur ke (2) memperlihatkan body, yang semakin kebawah semakin berkurang bobotnya. Struktur-struktur berita di atas bisa dipandang sebagai kerangka berita, yang akan diisi dengan fakta. Sehingga memiliki keterkaitan antar alinea dengan alinea berikutnya. Kalau tidak ada keterkaitan maka isi berita akan tesendat-sendat sehingga tidak 13 Ibid, hlm 9 16 dapat dinikmati oleh khalayak. Pengalaman menunjukkan, hanya berita yang terasa mengalir saja yang disenangi oleh khalayak. Setelah memahami teknik mengkumpulkan fakta dan jenis – jenis berita, seorang jurnalis dituntut juga harus bisa teknik mem-framing berita. Sesungguhnya framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu semacam teknik yang dipakai wartawan untuk melahirkan wacana yang akan diterima oleh khalayak. Secara praktis, framing bisa dilihat dari cara wartawan memilih dan memilah bagian dari realitas dan menjadikannya bagian yang penting dari sebuah teks berita (Scheufele, 1999:107). Dengan kata lain, framing berita menyangkut seleksi beberapa aspek dari realitas sosial dan menjadikannya menonjol dalam sebuah berita, teriring harapan tertangkapnya wacana yang sedang diinginkan wartawan14. E.5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan bekerja dalam suatu aturan tertentu yang sering disebut dengan Kode Etik Jurnalistik. Tujuannya agar ada penghargaan terhadap hak setiap manusia dan wartawan bekerja dalam suatu aturan yang baku. Tetapi sebelum membahas tentang kode etik jurnalistik, kita akan melihat beberapa kendala dalam penulisan berita terlebih dahulu. Menurut Hikmat Kusumaningrat dalam bukunya Jurnalistik: teori dan praktik (2005 : 16)15, disebutkan ada beberapa rambu-rambu dan etika bagi wartawan dalam penulisan berita. Memang kendala dalam menghimpun berita sering kali datang dari ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik yang merupakan undang-undangnya profesi wartawan. Kode Etik Jurnalistik mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Dengan demikian, tegaknya professional code ini sangat mengandalkan ―kata hati‖ atau ―hati nurani‖ wartawan sendiri. Sedangkan rambu-rambu wartawan dalam penulisan berita adalah: 14 15 Ibid, hlm. 35 Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori Dan Praktik, 2005, hlm 105 (dalam Rini Darmastuti, Media Relation – Konsep, Strategi, Dan Aplikasi, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2012, hlm 118) 17 a. Embargo ; adalah permintaan menunda suatu berita dengan batas waktu yang belum ditentukan oleh sumber berita. b. Off-the-Record Off the record adalah perjanjian antara sumber berita dengan wartawan untuk tidak menyiarkan informasi yang diberikan oleh sumber berita. Kedua istilah ini (embargo dan off the record) terdapat di dalam Kode Etik Jurnalistik yang wajib dihormati oleh wartawan. c. Menyembunyikan identitas sumber berita Sering kali sumber berita mengatakan kepada para wartawan, ―‖Silahkansaja jika anda ingin memuat berita ini, tetapi jangan menyebut saya sebagai sumbernya‖. Ini bisa merupakan taktik yang digunakan oleh sumber berita untuk melepaskan diri dari tanggung jawab dari informasi yang telah diberikan. Oleh karena itu, wartawan harus lebih hati-hati, lebih cermat, dan teliti dalam menempatkan sumber berita. d. Delik Pers Delik pers adalah semua tindak pidana atau pelanggaran yang dilakukan melalui media massa. e. Public Libel Public Libel adalah pelanggaran atau kejahatan oleh pers terhadap negara dan pejabat negara serta masyarakat. Yang termasuk dalam public libel antara lain ―membocorkan rahasia negara, penghinaan terhadap presiden dan wakil presiden, penghinaan terhadap kepala negara sahabat, menodai bendera lambang negara, melanggar kesusilaan atau pornografi‖. f. Private Libel Privat Libel adalah delik pers terhadap perorangan. g. Haatzaai Artikelen Haatzaai Artikelen berasal dari dua kata bahsa belanda. Jadi kata-kata tersebut merupakan karangan mengandung provokasi. 18 atau artikel atau narasi yang E.6 Kode Etik Jurnalistik Televisi Dalam latar belakang diatas disebutkan bahwa media massa merupakan penyangga keempat dalam demokrasi. Media massa menjadi penyeimbang yang tidak dapat dianggap remeh dari kekuasaankekuasaan lain di tataran tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Menjadi seorang wartawan merupakan tugas sebagai jurnalis yang sangat penting dalam sebuah negara. Namun wartawan sering kali menemukan benturan atau permasalahan dalam prakteknya. Sering ditemui wartawan yang menyalahgunakan statusnya sebagai jurnalis untuk kepentingan – kepentingan yang menguntungkan pribadi atau kerap melakukan hal-hal yang menimbulkan kerugian pada orang lain. Berangkat dari sinilah, maka lahir apa yang disebut Kode Etik Jurnalistik.16 Sebuah kerangka hukum dan peraturan untuk memastikan bahwa pers dapat melakukan pekerjaan tanpa ada hambatan. Menghormati hak masyarakat untuk informasi obyektif, wartawan harus menyampaikan informasi yang benar dan membeberkan opini yang objektif tentang isuisu tertentu. Berita itu harus didasarkan pada fakta-fakta dan informasi dimana kebenaran dapat diperiksa. Dimana seluruh jurnalis berpedoman pada kode etik jurnalistik baik mereka berada di wilayahnya ataupun diluar wilayahnya. Sehingga terdapat journalist ethic standar yang mengeluarkan aturan bagi seluruh wartawan atau anggota pers yang berada di setiap wilayah. Tanpa mengurangi dari isi setiap peraturan yang dibuat oleh setiap negara ataupun media massa, peneliti beranggapan bahwa esensi kode etik jurnalistik seluruh dunia sama. Yang juga berlaku internasional. Sebagai pedoman peneliti menggunakan kode etik jurnalis televisi Indonesia17. 16 Anneahira, log.Cit 17 Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Jurnalis_Televisi_Indonesia (terlampir) 19 E.7 Sikap Wartawan Terhadap Sumber Berita Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wartawan, yaitu sikap seorang wartawan terhadap sumber berita. Sikap yang dibutuhkan oleh seorang wartawan terhadap suatu berita adalah :18 a. Santun dan tidak merendahkan sumber berita, atau sebaliknya tidak menganggap sumber berita sebagai ―dewa‖. Men-―dewa‖kan sumber berita akan menjadi petaka bagi seorang wartawan karena akan membuat wartawan hanya berfokus pada sumber berita dan bukan pada berita itu sendiri. Bahkan, kemungkinan lain yang terjadi adalah wartawan akan diatur oleh sumber berita karena sumber berita merasa sebagai orang yang punya ―power‖. b. Kritis. Sikap kritis sangat dibutuhkan oleh seorang wartawan untuk membangun kepekaan terhadap suatu permasalahan atau fenomena yang sedang berkembang. Ibarat seorang anak kecil yang ingin mengetahui suatu hal, seorang wartawan harus memilki sikap ingin tahu yang kuat dan kritis terhadap hal-hal yang sedanng berkembang dan terjadi di masyarakat. c. Lebih mengutamakan nurani. Ketika meliput dan melaporkan sebuah berita, seorang wartawan seharusnya lebih mengutamakan nurani dibandingkan dengan profit bagi perusahaan maupun bagi dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan mengutamakan nurani di sini adalah menggunakan kepekaan afektif dalam pemberitaan suatu hal dengan menempatkan sisi kemanusiaan sebagai hal yang utama menjaga nama baik orang-orang yang ada dalam suatu pemberitaan, atau orang yang menjadi korban serta memperhatikan foto-foto yang akan dimuat dalam suatu berita sesuai dengan kode etik jurnalistik yang menekankan pada hati nurani. d. Menghargai sumber berita dan keterangan yang diberikan (dengan sikap kritis). 18 Darmastuti, Op.Cit, hlm. 112-113 20 E.8 Konsep Penelitian Dalam penelitian ini dibuat konsep sebagai berikut: - Ketrampilan teknis dengan indikator ; 1. Analisis Berita : a. Cara – cara penyiaran berita b. Pengaturan tayangan berita c. Analisis kebenaran berita 2. Menulis pendapat dan komentar : a. Penelusuran dari pelaku b. Penggalian pendapat dan komentar dari para ahli - Kepatuhan etis dengan indikator : 1. Melindungi dan menghormati serta menghargai harkat dan martabat sumber berita : a. Sensor terhadap nama pelaku serta korban yang tidak ingin disebutkan. b. Harus mensensor visual yang menjadi korban tindak asusila. c. Memberikan nama serta identitas yang jelas bila sumber berita menghendaki 2. Pedoman perilaku etis : a. Kebebasan wartawan dalam meliput sebuah berita. b. Kepatuhan wartawan terhadap KEJ. c. Nada dan gaya tulisan tidak menggunakan kata-kata mengandung opini. 3. Menjaga kebenaran berita : a. Keseimbangan wartawan dalam pemberitaan. Indikator – indikator tersebut, didukung oleh data seperti berikut ini : 21 Tabel 1. KONSEP PENELITIAN Konsep Indikator Pertanyaan A. Ketrampilan Teknis 1. Pencarian berita : 1. Berita apa saja yang sebagai prioritas? a. Jenis Berita 2. Klasifikasi sesuai jenis berita, apa saja? 3. Mengapa harus ada prioritas dan jenis berita tersebut ? 4. Kriteria apa saja untuk pencarian berita ? b. Motivasi Berita 1. Apa yang mendorong dalam hal membuat klasifikasi jenis berita ? 2. Apa motivasi dalam pencarian berita ? 3. Apa alasan pencarian berita ? 4. Apa indikator dalam pencarian berita ? c. Kriteria Berita 1. Kriteria berita apa saja yang ada dalam program berita di Batu TV ? 2. Bagaimana cara membedakan dalam pengkriteriaan tersebut ? 3. Siapakah yang bertugas menentukan kriteria berita ? 2. Analisis Berita a. Cara – cara 1. Seperti apa kriterianya dalam penyiaran penyiaran berita ? berita 2. Bagaimana cara – cara yang dipakai dalam penyiaran berita ? 3. Siapa saja atau tugas siapa saja yang melaksanakan analisis suatu berita ? 4. Latar belakang apa saja yang harus dipunyai untuk ketrampilan tersebut ? b. Pengaturan tayangan 1. Apa yang dimaksud dengan pengaturan berita tayangan ? 2. Syarat – syarat apa saja yang dipakai untuk tayangan ? 3. Siapa saja yang punya kewenangan dalam pengaturan tayangan berita ? 4. Tayangan – tayangan apa saja yang perlu mendapat perhatian lebih banyak ? c. Analisis 1. Siapa saja yang memiliki wewenang untuk kebenaran menilai kebenaran berita ? berita 2. Bagaimana caranya menilai suatu berita itu benar dan layak tayang ? 3. Analisis kebenaran berita itu berfungsi untuk apa ? 22 4. Berita – berita apa saja yang memerlukan analisis kebenaran berita ? 3. Menulis Pendapat a. Penelusuran dari pelaku B. Kepatuhan Etis 1. Bagaimana penelusuran berita dari pelakunya ? 2. Kesulitan – kesulitan apa saja yang dihadapi wartawan dalam penelusuran tersebut? 3. Apa yang dimaksud dengan penelusuran berita dari pelakunya ? 4. Berita – berita apa saja yang perlu penelusuran kepada pelakunya? b. Penggalian pendapat dan 1. Suatu berita, apa diperlukan komentar dan komentar dari pendapat dari ahlinya ? para ahli 2. Mengapa hal tersebut dibutuhkan ? 3. Bagaimana mencari ahli – ahli tersebut untuk memberikan komentar dan pendapat tentang sesuatu yang diperlukan untuk mendukung berita ? 4. Menggunakan kriteria apa saja yang dipakai sebagai standarnya ? 1. Melindungi Sumber Berita 1. Bagaimana cara wartawan di Batu TV mencari sumber berita yang dianggap berkualitas sebagai penunjang kekuatan sebuah pemberitaan? 2. Apabila ada sumber berita yang tidak menginginkan namanya dicantumkan dalam pemberitaan, dengan cara apa para wartawan mengganti sebuah identitas 2. Menghormati hak sumber berita? sumber berita 1. Apakah anda sebagai wartawan punya kekuatan terhadap sebuah berita? 2. Bagaimana langkah yang harus ditempuh apabila dalam sebuah isi berita terdapat gambar yang boleh dan tidak boleh diambil? Apakah anda akan menanyakan secara jelas mengapa tidak boleh diambil? 3. Berpedoman 1. Apakah dalam melaksanakan tugas pada perilaku etis sebagai wartawan, anda dibatasi oleh etika? 2. Etika seperti apa yang anda gunakan sebagai pedoman bekerja? 23 3. Bagaimana pendapat anda tentang wartawan yang sering menggunakan opininya sendiri dalam membuat berita? 4. Seberapa sering anda sebagai wartawan, membuat pemberitaan melalui opini anda sendiri atau teman anda? 4. Menjaga keberimbangan berita 1. Dalam berita pesanan yang ada di Batu TV atau yg disebut blocking time, maka anda mempunyai tanggung jawab besar di lokasi dalam meliput sebuah agenda acara? 2. Bagaimana cara anda mengemas sebuah blocking time? 3. Bagaimana cara membedakan antara berita murni yang terjadi dengan berita blocking time di Batu TV? F. METODOLOGI PENELITIAN F.1 Metode Penelitian Metode penelitian kualitatif berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Maka peneliti menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif memiliki arti yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. F.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang dideskripsikan dari hasil wawancara dengan informan dan disandikan oleh penulis. Penelitian deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematik fakta atau karakteristik tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisa deskriptif terhadap profesionalisme jurnalis televisi lokal, yang dalam hal ini Batu TV sebagai obyek penelitian, dimana masalah profesionalisme jurnalis TV lokal ini merupakan sebuah fenomena dan realitas sosial yang terjadi yang dapat berimbal balik pada kemajuan dan perkembangan TV lokal tersebut. 24 F.3 Informan Sesuai dengan topik dan fokus penelitian ini, maka informannya terdiri atas 2 orang wartawan Batu Televisi dan pemilik Batu Televisi. F.4 Fokus Penelitian Dalam sebuah penelitian, perlu adanya batasan masalah, yang kemudian disebut fokus penelitian. Fokus penelitian lebih didasarkan pada urgensi masalah yang akan dipecahkan juga memperhatikan keterbatasan tenaga, waktu dan dana. Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan profesionalisme, peneliti menetapkan fokus penelitian, yaitu: 4.a Keterampilan Teknis, meliputi: 1. Pencarian Fakta 2. Analisis Media 3. Menulis Pendapat 4. Komentar 4.b Kepatuhan Etis 1. Melindungi Sumber Berita 2. Menghormati Hak Sumber Berita 3. Berpedoman pada Perilaku Etis 4. Menjaga Kebenaran Berita 5. Menghargai Harkat dan Martabat Sumber Berita F.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mengetahui lebih jelas tentang berbagai hal secara langsung dari sumber-sumber yang berkepentingan dan berkompeten serta untuk merekonstruksi mengenai orang, kegiatan, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Jenis wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur. Dalam wawancara ini informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan 25 mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan.19 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan para wartawan. b. Observasi Yakni peneliti terjun langsung pada objek penelitian agar dapat memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan, dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap gejala, peristiwa ataupun perilaku obyek yang diteliti pada perusahaan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan data dikumpulkan untuk dicocokkan dengan hasil wawancara. c. Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data arsip-arsip tertulis berupa profil perusahaan, kepemilikan dan badan hukum, struktur organisasi. Teknik ini untuk mengumpulkan data sekunder yang mendukung perolehan data wawancara. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan perolehan data yang non-insani berupa dokumen-dokumen tertulis. Penggunaan teknik pengumpulan data ini tidak lain untuk melengkapi teknik wawancara dan observasi karena pada dasarnya teknik pengumpulan data tersebut adalah saling melengkapi. Artinya, data yang diperoleh melalui wawancara dapat dilengkapi dengan data observasi dan dilengkapi pula dengan data hasil studi dokumentasi. F.6 Teknik Analisa Data Dalam suatu penelitian setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan, maka data-data yang telah diperoleh disusun, diolah, dianalisa, dan disajikan untuk diinterpretasikan. Peneliti menggunakan analisa data kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat 19 Lexi J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Ed. Revisi, , Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Moleong, 2005 : 135-139 26 dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.20 Proses analisis data yang dilakukan berjalan sebagai berikut :21 a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeknya. c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum. Sedangkan tahap analisis data kualitatif adalah sebagai berikut :22 a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data. b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. c. Menuliskan model yang ditemukan. F.7 Sistematika Tesis Tesis ini terdiri dari lima bab , yaitu: Bab I, membahas kerangka besar penelitian yang terdiri atas latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, objek penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini disajikan guna mengetahui mengapa penelitian ini dilakukan, dan objek penelitian yang dipilih serta bagaimana penelitian ini dilakukan. Bab II, membahas tentang bagaimana kegiatan para wartawan Batu Televisi (Batu TV) dalam menjalankan profesionalisme peliputan berita ditinjau dalam dua aspek, yaitu aspek teknis dan aspek etis. 20 Ibid,: 248 21 Ibid 22 Ibid 27 Bab III, menyajikan realitas faktual keahlian yang dimiliki wartawan di Batu Televisi (Batu TV) serta memaparkan sejauh mana wartawan dapat mematuhi kode etik yang digunakan baik dalam mencari fakta maupun melindungi sumber berita. Bab IV, melakukan analisis terhadap sebuah tindakan profesional dalam membuat berita Batu Televisi. Pada poin inilah telaah kritis atas data – data mentah yang disajikan dalam bab sebelumnya mulai dilakukan. Bab V, merupakan sebuah bagian akhir dalam sebuah penelitian yang disebut sebagai penutup. Bagian ini terdiri dari kesimpulan atau penegasan hasil penelitian, dan saran – saran demi kesempurnaan penelitian ini. G. Limitasi Penelitian Penelitian ini tidak membahas semua dimensi dalam Profesionalisme Wartawan Televisi, melainkan hanya dibatasi pada beberapa dimensi: pertama, difokuskan pada Keterampilan Teknis, meliputi; 1) Pencarian Fakta, 2) Analisis Media, 3) Menulis Pendapat , 4) Komentar Kedua, membahas tentang Kepatuhan Etis, meliputi ; 1) Melindungi Sumber Berita, 2) Menghormati Hak Sumber Berita, 3) Berpedoman pada Perilaku Etis, 4) Menjaga Kebenaran Berita, 5) Menghargai Harkat dan Martabat Sumber Berita. Ketiga, data hasil penelitian ini dikaji dengan menggunakan konsep Kode Etik Jurnalistik (pasal 1 s.d pasal 11) Dengan demikian, selain tiga dimensi tersebut di atas bukan menjadi wilayah dan perhatian penelitian ini. Namun pembatasan tersebut, tidak bermaksud menyajikan analisis hasil penelitian secara kaku melainkan juga menggunakan beberapa konsep teoritis untuk memperkaya jalannya analisis data untuk menemukan kesimpulan. 28