Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes BAB I

advertisement
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan industri merupakan bagian dari usaha pembangunan
jangka panjang untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat. Berpijak
dari
alasan
berkembangnya
tersebut
industrialisasi
industri,
dimantapkan
sebagai penggerak
guna
mendukung
utama peningkatan
laju
pertumbuhan ekonomi dan terciptanya lapangan kerja baru.
Industri asam asetat merupakan salah satu industri kimia dasar yang
dapat mendorong perkembangan industri lainnya. Selain itu, industri asam
asetat juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena dapat
memenuhi kebutuhan hidup serta dapat menyediakan lapangan kerja yang
relatif cukup besar. Dari berbagai pustaka yang ada, didapat beberapa manfaat
dari asam asetat adalah sebagai berikut :
1. Bahan dasar pembuatan asetat anhidrit. Asetat anhidrit ini banyak
digunakan
untuk pembuatan selulose asetat (serat tekstil), pembuatan
pernis, pembuatan film dalam fotografi, kertas, dan campuran termoplastic
molding.
2. Bahan dasar pembuatan vinil asetat. Vinil asetat ini banyak digunakan
untuk pelarut pernis, pengharum (parfum) dan pembuatan polivinil asetat.
3. Solven dalam pemurnian PTA (pure terephtalic acid). PTA ini banyak
digunakan sebagai solven dalam proses pembuatan serat.
4. Dalam bidang farmasi; sebagai bahan pembuatan vitamin, antiseptik,
hormon, dan sejenisnya.
5. Bahan untuk pembuatan asam dan garam penting lainnya.
Pabrik asam asetat ini menggunakan bahan baku tetes. Tetes
merupakan salah satu dari hasil samping dari pabrik gula yang jumlahnya
cukup besar. Tetes yang dihasilkan pabrik gula biasanya berjumlah sekitar
30% dari gula yang dihasilkan. Penggunaan tetes termanfaatkan di Indonesia
masih sedikit dan harganya relatif murah.
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
1
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
Tabel I.1. Tabel Ekspor Tetes (Molasses)
Tahun
Total (ton/tahun)
2006
524895,517
2007
389392,192
2008
866714,296
2009
466403,147
2010
458767,125
2011
522487,414
sumber : BPS, 2012 (www.bps.go.id)
Salah satu inidikasi kebutuhan asam asetat dalam di Indonesia adalah
masih tingginya jumlah import asam asetat ke dalam negri yang terus
meningkat setiap tahunnya. Sementara pabrik asam asetat yang sudah ada
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik terlihat adanya peningkatan impor asam asetat seperti
yang terlihat pada table I.2.
Tabel I.2. Tabel Impor Asam Asetat
Tahun
Total (ton/tahun)
2006
91053,819
2007
81215,491
2008
82286,657
2009
91585,071
2010
104391,139
2011
101787,239
sumber : BPS, 2012 (www.bps.go.id)
Dari data import yang tersedia, dapat diintrepetasikan dalam bentuk
kurva linear guna memperoleh perkiraan kebutuhan asam asetat di tahun-tahun
berikutnya.
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
2
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
Gambar I.1. Kurva Linear Pertumbuhan Jumlah Import Asam Asetat di
Indonesia
Diperoleh persamaan linear yaiitu :
y = 0.000144x + 1,995.272862
Dari persamaan tersebut dapat diperkirakan kebutuhan industri di
Indonesia terhadap asam asetat pada tahun-tahun berikutnya seperti yang
ditunjukkan oleh table I.3.
Tabel I.3. Tabel Perkiraan Kebutuhan Asam Asetat
Tahun
Kebutuhan (Ton/tahun)
2012
116.161
2013
123.105
2014
130.050
2015
136.994
2016
143.938
2017
150.883
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
3
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
Kebutuhan akan asam asetat diperkirakankan meningkat hingga
150.883 ton/tahun pada tahun 2017 dan akan terus meningkat di tahun-tahun
berikutnya angka ini diluar dari jumlah asam asetat yang mampu diproduksi
oleh Indonesia. Berikut data persebaran pabrik asam asetat dunia serta
kapasitasnya pada tabel I.4.
Tabel I.4. Daftar Nama Pabrik Penghasil Asam Asetat Dunia
Nama Pabrik, Lokasi
Kapasitas Pabrik,
Ton/tahun
Svensk Etanolkemi AB, Swedia
20.000
PT. Indo Acidatama Tbk., Jawa Tengah - Indonesia
33.000
Shaanxi Yanchang Petroleum(Group) Co. Ltd.,
200.000
Cina
Tianji Alkali plant, Cina
200.000
BP Petrochemicals, Inggris
420.000
Sterling Chemical Inc., Amerika Utara
544.312
Samsung BP Chemical, Korea Selatan
570.000
Celanese AG, Cina
600.000
Celenase AG, Amerika
1.950.000
Di Indonesia sendiri, satu-satunya pabrik asam asetat yang sudah ada
yaitu, yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah dengan kapasitas terpasang sebesar
33.000 ton/tahun. Untuk pasaran di luar negeri, Amerika memiliki andil besar
dalam pemenuhan kebutuhan asam asetat dunia.
Dengan pertimbangan yang membandingkan beberapa kapasitas
tersebut, maka dipilih kapasitas 100.000 ton/tahun sebagai kapasitas optimum
pabrik ini, dengan harapan akan mampu menutupi kebutuhan dalam negeri
sebesar 66,27%.
Dengan hadirnya pabrik asam asetat, diharapkan akan menciptakan
lapangan
kerja
baru,
menambah
pendapatan
daerah
setempat
serta
mempercepat proses alih teknologi.
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
4
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
B. TINJAUAN PUSTAKA
Asam asetat adalah senyawa berbentuk cairan tak berwarna yang
memiliki rasa sangat asam serta bersifat korosif. Asam asetat larut dalam air,
alkohol, gliserol, dan eter (Kirk-Othmer, 1978). Asam asetat dapat dibuat
dengan berbagai proses, Diantaranya:
1. Fermentasi Alkohol
Pada proses ini asam asetat diperoleh dengan cara oksidasi
bakterial dari etanol (etil alkohol). Bakteri yang digunakan adalah dari
genus Acetobacter. Bakteri ini sangat sensitif terhadap kekurangan O 2
sehingga keberhasilan dari proses ini sangat tergantung pada efisiensi
aerasi. Oksidasi ini melalui dua tahap proses:
2 C 2 H 5 OH + O 2 → 2 CH 3 CHO + 2 H 2 O
2 CH 3 CHO + O 2 → 2 CH 3 COOH + H 2 O
Keuntungan proses ini dengan proses-proses sebelumnya adalah
oksidasi alkohol menjadi asam asetat berlangsung 30 kali lebih cepat,
volume reactor yang diperlukan lebih kecil (sekitar 16% lebih kecil dari
trickle generator), efisiensi lebih besar, hasil yang diperoleh sekitar 5-8%
lebih tinggi dan konversi yang diperoleh lebih dari 90%, proses dapat
berjalan secara otomatis, serta rasio produktivitas terhadap modal capital
jauh lebih besar daripada proses sebelumnya.
2. Distilasi Kayu
Proses
ini
dilakukan
dengan
cara
destruksi
kayu
keras
(pyroligneous). Pyroligneous ini mengandung 6% asam asetat, 28%
metanol, 2% ter, 2% wood oil, dan sisanya berupa air dan senyawasenyawa lainnya. Cairan asam ligneous kemudian dipisahkan dari ter yang
ada di dalamnya dengan cara distilasi.
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
5
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
3. Proses Sintesa
a. Oksidasi Asetaldehid
Pembuatan asam asetat secara komersial dengan cara ini dilakukan
pertama kali pada tahun 1911 di Jerman. Proses ini dilakukan pada fase
cair, suhu 60-70oC, tekanan 1-6 atm dengan katalis mangan asetat 1%
(persen berat). Reaksi pembuatan asam asetat ini dijalankan dalam
stirred tank reactor yang dilengkapi dengan sparger, konversi yang
terjadi mencapai 90% dan selectivity mencapai 94%.
Reaksi yang terjadi adalah :
2 CH 3 CHO + O 2 → 2 CH 3 COOH + H 2 O
b. Oksidasi Senyawa Hidrokarbon
Proses yang biasa digunakan pada pembuatan asam asetat dengan
cara ini disebut sebagai proses Wacker. Bahan baku yang biasa
digunakan adalah n-butena dan nafta fraksi ringan. Reaksi dijalankan
pada fase cair nonkatalitik dengan suhu 160-180oC dan tekanan 55 atm.
Dalam proses ini dihasilkan beberapa hasil samping, antara lain: asam
format, aseton, asetaldehid, etil asetat, dan etil metil keton.
c. Oksidasi Etanol
Proses ini dilakukan dengan cara mereaksikan uap etanol
kemurnian tinggi dengan udara pada suhu 540-550oC dan tekanan 1030 atm. Pada proses ini digunakan katalis kawat Ag.
d. Karbonilasi Metanol
Proses pembuatan asam asetat dengan cara ini menggunakan bahan
baku berupa metanol dan gas CO. Reaksi ini dapat dijalankan dalam
fase cair maupun fase gas. Proses karbonilasi metanol ini telah banyak
diterapkan secara komersial, diantaranya pada :
1. Proses BASF (Bodishe Anilin and Soda Fabric)
Pertama kali diperkenalkan oleh Du Pont di Amerika dan kemudian
oleh BASF. Proses ini menggunakan bahan baku gas CO dan
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
6
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
metanol. Gas CO didapat dari unit asetilen (oksidasi parsial
hidrokarbon atau coke oven gas). Proses ini dijalankan pada suhu
350oC dan tekanan 693 atm dengan katalis cobalt iodine.
2. Proses Mosanto
Proses ini dijalankan pada fase cair, suhu 150-200oC dan tekanan
33-65 atm dengan katalis rhodium komplek dengan fosfin.
3. Proses Sintesa Asam Asetat dari Paten Ajinomoto
Proses sintesa ini dijalankan pada fase gas dengan suhu 276oC dan
tekanan 26 atm. Katalis yang digunakan adalah rhodium 1% dalam
penyangga karbon aktif dengan aktivator katalisator metil iodida.
Perbandingan metanol dan gas CO yang digunakan adalah antara
1:1 sampai 1:3.
4. Proses Cativa dari Paten BP Chemicals
Proses ini dijalankan pada fase cair dengan suhu 150-220oC dan
tekanan 15-50 barg. Katalis yang digunakan adalah senyawa iridium
700-1500 ppm dan senyawa ruthenium sebagai promoter sebanyak
1500-2500 ppm. Reaksi dijalankan dalam reaktor gelembung,
Dengan membandingkan proses-proses yang telah diuraikan di atas,
maka proses yang dipilih adalah proses fermentasi alkohol. Bahan baku utama
yang digunakan dalam produksi ini adalah tetes yang merupakan hasil
samping produk gula, yang masih mengandung sukrosa sekitar 30%
disamping
gula
reduksi
sitar
25%
berupa
glukosa
dan
fruktosa
(Kurniawan,2004). Untuk itu maka dilakukan modifikasi dari proses yang
dipilih.
Tahap awal adalah proses fermentasi tetes dengan menggunakan
Saccharomyces Cereviseae yang mengubah molekul gula menjadi etanol dan
gas CO 2 .
C 6 H 12 O 6
yeast
2
CH 3 CH 2 OH
+
2CO 2
Reaksi yang terjadi anaerob. Etanol adalah hasil utama fermentasi
tersebut di atas, di samping asam laktat, asetaldehid, gliserol dan asam asetat.
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
7
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
Menurut Fraenkel (1982), temperature yang optimum untuk saccharomyces
seceviseae adalah 28 – 36
dan pH optimum untuk pertumbuhan sel khamir
adalah 4,5-5,5 (Moat and Foster,1988). Etanol yang diperoleh maksimal
hanya sekitar 15 %. Untuk memperoleh etanol 99 % dilakukan proses
distilasi. Etanol digunakan untuk minuman, zat pembunuh kuman, bahan
bakar dan pelarut.
Tahap berikutnya adalah proses fermentasi lanjutan etanol yang
terbentuk menjadi asam asetat dan air menggunakan bakteri yang berupa
Acetobacter Acetii. Bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai
penerima elektron, urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti pemindahan
hidrogen dari substrat etanol. Enzim etanol dehidrogenase dapat melakukan
reaksi ini karena mempunyai seistem sitokhrom yang menjadi kofaktornya.
Bakteri bakteri asam asetat, khususnya dari genus Acetobacter adalah
mikroorganisme
aerobik
yang
mempunyai
enzim
intraselular
yang
berhubungan dengan sistem bioksidasi mempergunakan sitokhrom sebagai
katalisatornya.
Reaksi yang terjadi pada fermenter adalah :
CH 3 CH 2 OH + O 2
bakteri
CH 3 COOH + H 2 O
Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerob. Pada fermentasi pembentukan
asam asetat tersebut terjadi perubahan etanol menjadi asam asetat melalui
pembentukan asetaldehid dengan reaksi sebagai berikut :
CH 3 CH 2 OH
+
½ O2
Etanol
CH 3 CHO
CH 3 CHO
+ H2 O
asetaldehid
+
Asetaldehid
½ O2
CH 3 COOH
asam asetat
(Salle, A.J., 1974).
Pada tahun1822, Dobereiner memberikan teori proses pembuatan asam
asetat dari alkohol dan mekanisme proses tersebut terdapat pada gambar 2
(Kehrer, 1921):
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
8
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
Gambar I.2. Proses Konversi dari Alkohol menjadi Asam Asetat
Di dalam proses fermentasi, kapasitas mikroba untuk mengoksidasi
bergantung dari jumlah acceptor electron terakhir yang dapat dipakai. Sel-sel
melakukan fermentasi menggunakan enzim-enzim yang akan mengubah hasil
dari reaksi oksidasi, dalam hal ini yaitu asam menjadi senyawa yang memiliki
muatan positif,
sehingga dapat
menangkap
electron terakhir
yang
menghasilkan energy (Winarno dan Fardiaz, 1990)
Untuk memperoleh hasil produk asam asetat yang optimum perlu
diperhatikan berbagai faktor, yaitu:
1. Kualitas bahan baku
Molasses dari tebu dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu molasses
kelas 1, molasses kelas 2 dan black strap. Jenis-jenis molasses ini
didapatkan dari proses yang berbeda-beda, molasses kelas 1 didapat
dari proses pertama saat jus tebu dikristalisasi, kemudian molasses
kelas 2 didapat dari hasil pengkristalan jus tebu tahap 2 atau biasa
disebut dark, sedangkan “black strap” didapat dari pengkristalan
terakhir. Sehingga ketika memilih bahan baku perlu diperhatikan
kualitas molasses, karena kandungan glukosa nya berbeda-beda.
2. Keasaman
Kadar alkohol optimum yang dapat difermentasikan adalah 1013 %, bila kadar alkohol lebih dari 14%, maka oksidasi alkohol
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
9
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
menjadi asam asetat kurang sempurna sebab perkembangan bakteri
terhambat.
3. Oksigen
Proses fermentasi alkohol menjadi asam asetat adalah proses
oksidasi maka perlu diaerasi.
CH 3 CH 2 OH
+
O2
CH 3 COOH + H 2 O
4. Suhu
Suhu selama fermentasi mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri
asam cuka. Bila suhu:
12-15
: pertumbuhan bakteri lambat, sel selnya menjadi
gemuk, pendek.
42-45
: sel bakteri akan memanjang membentuk semacam
mycelium yang tidak bersekat.
15-34
: pertumbuhan sel normal dan cepat
Untuk itu biasanya memilih proses dengan suhu 30
agar
perkembangan bakteri baik.
5. Fermentasi oleh yeast
Sebelum fermentasi asam cuka, gula yang berasal dari bahan dasar
difermentrasikan menjadi alkohol, sehingga yeast yang dipakai harus
diseleksi, demikian juga faktor faktor yang mempengaruhi selama
fermentasi menjadi alkohol harus diperhatikan.
Pada pengolahan tetes menjadi asam asetat terdapat proses lain yang
lebih singkat. Proses satu langkah ini menggunakan bakteri Clostridium
Thermoakceticum yang dapat mengubah molekul gula secara langsung
menjadi asam asetat yang berarti dapat menekan biaya produksi sehingga
lebih efisien dibanding menggunakan Acetobacter. Namun, yang menjadi
kendala adalah bakteri ini kurang toleran terhadap asam, sehingga ketika
asam asetat mulai terbentuk maka bakteri ini akan mengalami gangguan
pertumbuhan yang menyebabkan kematian. Sehingga yield yang dihasilkan
dari proses satu langkah ini lebih rendah dari yang dihasilkan oleh
Acetobacter. Proses yang menggunakan Acetobacter menghasilkan yield 20%
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
10
Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes
sedangkan proses yang menggunakan Clostridium menghasilkan yield hanya
sekitar 18%.
Shinta Pratiwi Rahayu
Nindy Octaviana
– 08/264818/TK/33576
– 08/264855/TK/33582
11
Download