struktur industri dan strategi serta interaksinya terhadap

advertisement
STRUKTUR INDUSTRI DAN STRATEGI
SERTA INTERAKSINYA TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN KECIL DI MALANG
Andarwati
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Abstact : The aim of this study is to examine and analyze the effect differences of
industrial structure to small company performance in Malang, examine and analyze
strategi effect to small company perfomance in Malang. Besides, it also examines and
analyzes interaction between industry structure and strategy effect to small company
performance in Malang. Moreover, it identifies barriers in activity small company in
Malang as well. The research use sample from small manufacturer companies in Kota
and Kabupaten Malang. The result from this interview and questionnaire has been
collecting from 60 small manufacture companies. The result of this reseach showing
performance of small manufacturer companies in Malang in early stage in evolution
industry better than small companies in maturity stage. Using focus strategy has a higher
result performance then differentiation and cost leadership. If industrial structure and
strategy have interaction then focus strategy has highest performance in early stage and
also in maturity stage in industrial evolution. The small companies have barriers and
problems in economy conditions, administration, process production technology and
punctual delivery.
Key words : industrial structure, focus strategy, differentiation strategy, cost leadership
strategy, companies performance.
PENDAHULUAN
Perekonomian Indonesia pernah
mengalami sukses di masa orde baru.
Sukses ini
diidentifikasi
dengan
pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, berkisar 6-7%. Tetapi krisis
moneter
menimpa
perekonomian
Indonesia pada pertengahan tahun 1997,
akumulasi dari krisis ini telah
mengguncang
dasar
perekonomian
nasional.
Problem-problem
itu
disebabkan penurunan aktivitas ekonomi
khususnya bank dan perusahaan skala
besar yang bergantung pada impor dan
menyebabkan gangguan pada aktivitas
produksi, distribusi dan konsumsi.
Kondisi ini menyebabkan meningkatnya
pengangguran baik di perdesaan maupun
perkotaan.
Dipihak
lain,
juga
menyebabkan kesulitan keuangan bagi
pemerintah dan sektor swasta, dimana
banyak
sektor
swasta
menutup
bisnisnya.
Krisis ekonomi memerlukan
strategi stabilisasi yang mengarahkan
pada cara bagaimana memulihkan
kepercayaan masyarakat sebagai kunci
sukses untuk keluar dari kondisi ini.
Program stabilisasi yang dilakukan
antara lain dengan memecahkan problem
ekonomi real dan problem moneter.
Sehubungan dengan kebijaksanaan
moneter dan pajak, Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara digunakan
45
untuk mendukung program jaring
pengaman sosial, yaitu program yang
diarahkan untuk membantu kelompok
masyarakat yang paling rawan terkena
krisis. Prioritas dari program jaring
pengaman sosial adalah: 1) Ketahanan
pangan, 2) Penciptaan pekerjaan, 3)
Perusahaan kecil dan menengah,
4) Perlindungan sosial.
Demokrasi
ekonomi
yang
dicanangkan pada waktu krisis menimpa
Indonesia, melibatkan keluarga atau
masyarakat kelas menengah dan bawah
dengan macamnya berupa bisnis skala
kecil (mikro) dan menengah, koperasi
dan bisnis keluarga/individu yang
bergantung pada modal sendiri dan
memiliki pelanggan dalam negeri
maupun luar negeri. Bisnis skala kecil
dan menengah semacam ini ternyata
lebih survive dalam menghadapi krisis.
Bisnis ini dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja dibandingkan perusahaan
skala besar, sebagai akibatnya dapat
mengurangi
pengangguran
yang
diakibatkan oleh krisis ekonomi yang
timbul.
Perusahaan-perusahaan tersebut
dalam operasinya dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang dapat menimbulkan
keberhasilan
maupun
tantangan.
Keberhasilan perusahaan tidak lepas dari
komitmen para pendirinya terhadap
sumber
daya
perusahaan,
mengidentifikasi pasar, menentukan
atribut-atribut produk atau jasa dan
mengorganisasi perusahaan. Sumber
daya perusahaan dicerminkan dalam
faktor-faktor antara lain lokasi fisik
perusahaan, afiliasi industri yang
mendefinisikan teknologi perusahaan,
dan strategi perusahaan (Stearns et al.,
1992). Faktor-faktor ini sangat penting
dalam mempengaruhi
keberhasilan
perusahaan kecil.
Menurut Porter (1998), struktur
industri mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menentukan aturan persaingan
selain juga strategi-strategi yang tersedia
bagi perusahaan. Lebih lanjut Porter
(1998)
mengemukakana
ada
5
komponen dalam struktur industri yang
merupakan kekuatan persaingan yaitu:
para pesaing industri, pendatang baru
potensial, produk pengganti, pemasok
dan pelanggan (pembeli). Struktur
industri dalam kajian ini akan dijelaskan
dalam tahap evolusi industri. Analisis
struktur industri memberikan kerangka
kerja untuk memahami kekuatankekuatan persaingan yang bekerja di
dalam lingkungan industri.. Porter
(1998) dalam hipotesanya menyatakan
bahwa suatu industri berkembang
melalui sejumlah tingkatan atau tahapan,
yaitu:
perkenalan,
pertumbuhan,
kedewasaan dan penurunan. Menurut
Assael (1985) ciri-ciri masing-masing
tahap sebagai berikut:
 Tahap perkenalan: pertumbuhan
penjualan lambat, karena produk
baru saja diperkenalkan pada
konsumen. Biaya sangat tinggi,
sehingga produk tidak menghasilkan
keuntungan sama sekali.
 Tahap pertumbuhan: pasar dengan
cepat menerima produk baru
sehingga penjualan melonjak dan
menghasilkan keuntungan yang
besar.
 Tahap kedewasaan: periode dimana
pertumbuhan
penjualan
mulai
menurun karena produk sudah bisa
diterima oleh sebagian besar pembeli
potensial.
Jumlah
keuntungan
mantap, stabil atau menurun yang
disebabkan oleh meningkatnya biaya
pemasaran
untuk
melawan
persaingan yang ketat.
 Tahap kejenuhan: dalam periode ini
penjualan menurun dengan tajam
46
diikuti
dengan
menyusutkan
keuntungan.
Tahap perkenalan, pertumbuhan
dapat disebut tahap awal evolusi,
sedangkan tahap kedewasaan dan
penurunan dapat disebut tahap akhir
evolusi. Siklus hidup produk digunakan
sebagai alat penduga evolusi industri,
karena siklus tersebut menggambarkan
sebuah pola evolusi yang akan selalu
terjadi.
Henry Fayol dalam Stoner et al.,
(1996) mengemukakan bahwa semua
kegiatan industrial dapat dibagi menjadi
6 kelompok, yaitu:
- Kegiatan-kegiatan teknikal (membuat
produk)
- Kegiatan-kegiatan
komersial
(pembelian, penjualan, pertukaran)
- Kegiatan-kegiatan
keuangan
(memperoleh dan menggunakan
modal)
- Kegiatan-kegiatan
kemanan
(perlindungan terhadap kekayaan dan
personalia organisasi)
- Kegiatan-kegiatan
akuntansi
(penentuan
persediaan,
biaya,
penyusunan neraca dan laporan labarugi)
- Kegiatan-kegiatan
manajerial
(perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian dan pengawasan)
Glueck dan Jauch (1988)
mendefinisikan, strategi adalah rencana
yang disatukan, luas dan terintegrasi
yang
menghubungkan
keunggulan
strategi perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan itu dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Sedangkan Wheelen dan Hunger (2004)
mendefinisikan sebagai serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang. Dari kedua definisi ini
dapat disimpulkan bahwa strategi
merupakan keputusan dan tindakan yang
diambil
dari
analisa
lingkungan
dicocokkan
dengan
kapabilitas
perusahaan guna mencapai tujuan atau
kinerjanya yang tinggi dalam jangka
panjang.
Abell
(1980;
174-175)
mengemukakan bahwa difinisi bisnis
adalah titik awal dari perencanaan
strategis. Ia beranggapan seharusnya
skope dan deferensiasi ditinjau dalam 3
dimensi yaitu:



Group pelanggan yang dilayani
Fungsi pelanggan yang dilayani
Teknologi yang digunakan
Tiga alternatif strategi untuk
mendefinisikan bisnis adalah: a. Strategi
terfokus
Suatu
bisnis
mungkin
difokuskan pada group pelanggan,
fungsi pelanggan atau segmen teknologi
tertentu.. Strategi terfokus mengandung
beberapa keterbatasan dalam mencapai
bagian pasar secara keseluruhan.
Strategi ini perlu memilih antara
kemampuan laba dengan volume
penjualan, b. Strategi diferensiasi, suatu
bisnis yang memiliki skope dengan
deferensiasi terhadap group pelanggan,
fungsi pelanggan dan segmen teknologi,
disebut
strategi
dideferensiasi.
Deferensiasi
ini
jika
tercapai,
merupakan strategi yang baik untuk
menghasilkan laba di atas rata-rata
dalam suatu industri, karena strategi ini
menciptakan posisi yang aman untuk
mengatasi kelima kekuatan persaingan
karena adanya loyalitas merek dari
pelanggan
dan
mengakibatkan
berkurangnya kepekaan terhadap harga,
yang mana akan menciptakan hambatan
masuk. c. Strategi tidak dideferensiasi,
suatu bisnis yang mengkombinasikan
skope luas dengan pendekatan tidak di
diferensiasi terhadap group pelanggan,
fungsi pelangan atau segmen teknologi,
47
disebut mengikuti strategi tidak
dideferensiasi.
Porter (1998) juga
mengemukakan
pendekatan strategi generik untuk
menanggulangi kekuatan persaingan,
ada tiga pendekatan strategis generik
yang secara potensial akan berhasil
untuk mengungguli perusahaan lain
dalam suatu industri:
Keunggulan biaya menyeluruh
Keungulan
biaya
memerlukan
konstruksi agresif dari fasilitas skala
yang efisien, usaha yang giat untuk
mencapai penurunan biaya karena
pengalaman, pengendalian biaya dan
overhead yang ketat, penghindaran
pelanggan marjinal, serta meminimalkan
biaya dalam bidang-bidang seperti
litbang, pelayanan, armada penjualan,
periklanan dan lain-lain. Perhatian
manajerial
yang
besar
terhadap
pengendalian biaya diperlukan untuk
mencapai tujuan ini. Dengan memiliki
posisi biaya rendah akan membuat
perusahaan mendapatkan hasil laba di
atas
rata-rata
dalam
industrinya
meskipun ada kekuatan persaingan yang
besar. Posisi biayanya memberikan
kepada perusahaan tersebut ketahanan
terhadap rivalitas dari para pesaing,
karena biayanya yang lebih rendah
memungkin
untuk
tetap
dapat
menghasilkan
laba
setelah
para
pesaingnya mengorbankan laba mereka
demi persaingan. Posisi biaya rendah
melindungi perusahaan dari pembeli
yang kuat karena pembeli hanya dapat
menggunakan
kekuatannya
untuk
menekan harga sampai ke tingkat harga
dari pesaing paling efisien berikutnya.
Biaya rendah memberikan perlindungan
terhadap pemasok yang kuat yang
menyediakan fleksibilitas yang lebih
besar untuk menanggulangi kenaikan
biaya masukan. Faktor-faktor yang
membawa kepada posisi biaya rendah
biasanya juga menimbulkan hambatan
masuk yang cukup berarti dalam bentuk
skala ekonomis atau keunggulan biaya.
Akhirnya, posisi biaya rendah biasanya
menempatkan perusahaan pada posisi
yang menguntungkan dalam menghadapi
produk pengganti relatif terhadap posisi
para pesaingnya dalam industri.
Diferensiasi
Suatu bisnis yang memiliki skope
luas dengan diferensiasi terhadap group
pelanggan, fungsi pelanggan dan
segmen teknologi, disebut strategi
diferensiasi.
Pendekatan
untuk
melakukan
diferensiasi
dapat
bermacam-macam bentuknya, yaitu:
citra rancangan atau merek, teknologi,
pelayanan pelanggan, jaringan penyalur
atau dimensi-dimensi lain.
Diferensiasi ini jika tercapai,
merupakan strategi yang baik untuk
menghasilkan laba di atas rata-rata
dalam suatu industri, karena strategi ini
menciptakan posisi yang aman untuk
mengatasi
kelima
kekuatan
persaingan.Diferensiasi
menyediakan
penyekat terhadap persaingan karena
adanya loyalitas merek dari pelanggan
dan
mengakibatkan
berkurangnya
kepekaan terhadap harga yang mana
akan menciptakan hambatan masuk.
Perusahaan yang telah melakukan
diferensiasi
untuk
mendapatkan
kesetiaan pelanggan akan berada pada
posisi yang lebih baik dari pada
pesaingnya.
Namun
demikian,
diferensiasi kadang-kadang menghambat
pencapaian bagian pasar (market share)
yang tinggi dan umumnya untuk
mencapai diferensiasi dibutuhkan biaya
yang tinggi, karena adanya kegiatan riset
yang ekstensif, desain produk, mutu
bahan yang tinggi, atau dukungan
pelanggan intensif.
48
Fokus
Suatu bisnis mungkin difokuskan
pada group pelanggan, fungsi pelanggan
atau segmen teknologi tertentu. Strategi
terfokus dibangun untuk melayani target
industri tertentu secara baik. Strategi
fokus selalu mengandung beberapa
keterbatasan dalam mencapai bagian
pasar secara keseluruhan. Strategi ini
perlu memilih antara kemampuan laba
dengan volume penjualan.
Indikator
strategi
yang akan
digunakan
dalam
penelitian
ini
merupakan gabungan dari Porter (1998)
dan Vesper (1990), antara lain:
competitive substrategy berupa biaya,
harga, keunggulan produk, segmen
pasar, dan pemasaran.
Aspek-aspek penting yang perlu
diperhatikan
bagi
keberhasilan
perusahaan kecil adalah: inovasi,
pengetahuan,
pengambilan
risiko,
keberanian dan pemikiran yang tidak
konvensional. Keberhasilan perusahaan
ini diukur berdasarkan kinerjanya. Untuk
menilai kinerja dan kondisi keuangan
suatu perusahaan Mac Millan et al.
(1985) mengemukakan beberapa cara :
- Penjualan
- Pangsa pasar
- Biaya
- Laba
- Return on Assets (ROA), yang
didefinisikan sebagai pengembalian
total assets atau rasio yang
menghubungkan pendapatan setelah
pajak terhadap total assets.
Dari kelima unsur tersebut, prosentase
pembanding antara laba bersih dan
penjualan yang disebut net profit margin
(Van Horne, 2008) akan digunakan
sebagai ukuran kinerja perusahaan kecil
dalam penelitian ini.
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah : (1) Struktur
industri (siklus hidup produk pada tahap
awal dan akhir) berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan, (2) Tidak terdapat
perbedaan kinerja pada perusahaan yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh, deferensiasi dan fokus, (3)
Interaksi antara struktur industri dan
strategi berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan kecil di Malang. Sedangkan
untuk menjawab kendala-kendala yang
mempengaruhi aktivitas perusahaan
akan dijelaskan secara deskriptif.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan pada
perusahaan yang tergolong skala kecil
dan di kota dan kabupaten Malang.
Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer antara
lain struktur industri, strategi dan kinerja
perusahaan
dengan
menyebarkan
kuesioner kepada enam puluh (60)
perusahaan kecil dan mikro di Malang.
Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan
sampel
dalam
penelitian ini dilakukan dengan melihat
klasifikasi populasi industri kecil yang
diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten dan Kota
Malang. Kemudian melihat pada sub
populasi
jenis industri manufaktur.
Sampel kemudian dipilih
dari sub
populasi ini dengan metode acak
sederhana, sehingga penarikan sampel
ini disebut stratified random sampling
(Indriantoro dan Supomo, 1999). Sampel
yang digunakan
berjumlah 60
perusahaan (n = 60), yang mana telah
sesuai dengan tujuan analisis dalam
penelitian ini.
49
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Variabel Bebas:
Variabel ini tediri dari 2 macam,
antara lain : Struktur industri dan stategi
bisnis
Struktur industri
Lingkungan dimana perusahaan ini
berada,
dalam
penelitian
ini
didefinisikan sebagai sektor ekonomi
dan tahap evolusi industri. Sektor
ekonominya
adalah
perusahaan
manufaktur, sedangkan tahap evolusi
industri sama dengan siklus hidup
produk, yaitu :
a) Perkenalan
b) Pertumbuhan
c) Kedewasaan
d) Kejenuhan (penurunan)
Indikator yang digunakan adalah
a) Penjualan produk
b) Biayaproduksi
c) Biaya pemasaran
d) Laba perusahaan
e) Penerimaan pasar
2. Strategi bisnis
Indikator-indikator yang digunakan
untuk menjelaskan strategi bisnis :
- Biaya produksi
- Kualitas
- Pelayanan pelanggan
- Harga produk jadi
- Kelompok pembeli
Variabel Terikat (Tidak Bebas)
Kinerja perusahaan adalah hasil yang
dicapai dari operasi perusahaan,
diukur dengan menggunakan Net
Profit Margin (NPM). Indikator yang
digunakan adalah :
- Penjualan bersih
- Laba bersih
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan
uji t (t-test) (Djarwanto, 2001)
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
HASIL
Perusahaan yang dijadikan obyek
sampel diklasifikasikan berdasarkan
struktur industri, strategi bisnis, dan
posisi struktur industri dan strategi yang
diterapkan dalam diskripsi ini dapat
dilihat pada lampiran 1.
Kinerja Perusahaan Kecil Ditinjau
dari Struktur Industri
Perusahaan kecil manufaktur yang
termasuk dalam tahap evolusi industri
awal sebanyak 20 perusahaan dengan
nilai tengah 32% dan standard deviasi
sebesar 12,724%. Sedangkan perusahaan
kecil manufaktur yang termasuk dalam
tahap evolusi industri akhir sebanyak 40
perusahaan dengan nilai tengah sebesar
20,03% dan standar deviasi 7,645%.
Dari hasil uji t equal varians not
assumed, menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 
(0,05). Dengan menggunakan level
signifikansi sebesar 5% ( = 0,05) hasil
uji t menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0,000. Ini berarti nilai
probabilitas lebih kecil dari  = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kinerja perusahaan kecil
manufaktur pada tahap awal dan tahap
akhir.
Jika dilihat dari mean (rata-rata)
dalam uji statistik maka kinerja
perusahaan kecil berupa Net Profit
Margin pada tahap awal industri lebih
besar, yaitu 32%, dibandingkan pada
kinerja tahap akhir, yaitu sebesar 20%.
Dengan demikian kinerja perusahaan
kecil pada tahap awal dalam evolusi
industri lebih tinggi dibandingkan
50
dengan kinerja perusahaan kecil pada
tahap akhir dalam evolusi industri.
Kinerja Perusahaan Kecil Ditinjau
dari Strategi Bisnis
Dari 60 sampel Perusahaan kecil
manufaktur
yang
diambil,
yang
menggunakan strategi fokus sebanyak 19
perusahaan dengan nilai tengah 31,89%
dan standar deviasi sebesar 11,411%.
Sedangkan perusahaan kecil manufaktur
yang menggunakan strategi diferensiasi
sebanyak 23 perusahaan dengan nilai
tengah sebesar 23,30% dan standar
deviasi 9,532%. Dengan menggunakan
level signifikansi sebesar 5% ( = 0,05)
hasil uji t menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0,011. Ini berarti nilai
probabilitas lebih kecil dari  = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kinerja perusahaan kecil
manufaktur yang menggunakan strategi
fokus dan strategi diferensiasi.
Hasil uji ini menunjukkan bahwa
mean (rata-rata) kinerja perusahaan kecil
yang menggunakan strategi fokus lebih
besar yaitu 31,89% dari pada kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi diferensiasi yaitu sebesar
23,30%. Dengan demikian kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi fokus lebih tinggi dari pada
strategi
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi diferensiasi.
Perusahaan kecil manufaktur yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh sebanyak 18 perusahaan
dengan nilai tengah 17,28% dan standar
deviasi sebesar 7,925%. Dengan
menggunakan level signifikansi sebesar
5% ( = 0,05) hasil uji t menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,000. Ini
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari
 = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kinerja perusahaan
kecil manufaktur yang menggunakan
strategi fokus dan strategi keunggulan
biaya menyeluruh. Hasil uji ini
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
kinerja perusahaan kecil
yang
menggunakan strategi fokus lebih besar
yaitu 31,89% dari pada kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi keunggulan biaya yaitu sebesar
17,28%. Dengan demikian kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi fokus lebih tinggi dari pada
strategi
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi keunggulan biaya.
Untuk menguji strategi fokus pada
penelitian
ini
digunakan
level
signifikansi sebesar 5% ( = 0,05) hasil
uji t menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0,037. Ini berarti nilai
probabilitas lebih kecil dari  = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kinerja perusahaan kecil
manufaktur yang menggunakan strategi
diferensiasi dan strategi keungulan biaya
menyeluruh. Hasil uji ini menunjukkan
bahwa
mean
(rata-rata)
kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi dideferensiasi lebih besar yaitu
23,30% dari pada kinerja perusahaan
kecil yang menggunakan strategi
keunggulan biaya yaitu sebesar 17,28%.
Dengan demikian kinerja perusahaan
kecil yang menggunakan strategi
dideferensiasi lebih tinggi dari pada
strategi
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh. Menurut Porter (1985)
keunggulan dari strategi diferensiasi
karena kompetensi yang berbeda dan
keunikan di dalam skopenya. Riset yang
dilakukan Yip (1982) menghasilkan
temuan bahwa suatu kombinasi dari
faktor-faktor ini seharusnya menjadi
hambatan masuk untuk pesaing dan
mengurangi pembalasan oleh pesaing.
51
Penggunaan Strategi Bisnis dalam
Menentukan Kinerja Perusahaan
Kecil Ditinjau dari Tahap Evolusi
Industri
Perusahaan yang menggunakan
strategi diferensiasi pada tahap awal
evolusi industri sebanyak 6 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 32,83% dan
standar deviasi 10,30%. Sedangkan
perusahaan yang menggunakan strategi
diferensiasi pada tahap akhir evolusi
industri sebanyak 17 perusahaan dengan
nilai tengah sebesar 19,94% dan standar
deviasi 6,759%. Untuk menguji strategi
bisnis dan kinerja pada penelitian ini
digunakan uji t, dengan level signifikansi
sebesar 5% ( = 0,05) hasil uji t
menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,002. Ini berarti nilai probabilitas lebih
kecil dari  = 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kinerja
perusahaan kecil manufaktur yang
menggunakan strategi diferensiasi pada
tahap evolusi awal dan tahap evolusi
akhir. Hasil uji ini menunjukkan bahwa
mean (rata-rata) kinerja perusahaan kecil
yang menggunakan strategi diferensiasi
pada tahap awal industri lebih besar
yaitu 32,83% dari pada kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi diferensiasi pada tahap akhir
yaitu sebesar 19.94%. Dengan demikian
kinerja
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi dideferensiasi
pada tahap awal evolusi industri lebih
tinggi dari pada strategi perusahaan kecil
yang menggunakan strategi diferensiasi
pada tahap akhir evolusi industri.
Perusahaan yang menggunakan
strategi keunggulan biaya menyeluruh
pada tahap awal evolusi industri
sebanyak tujuh perusahaan dengan nilai
tengah sebesar 21,57% dan standar
deviasi 8,791%. Sedangkan perusahaan
yang menggunakan strategi keunggulan
biaya menyeluruh pada evolusi industri
tahap akhir sebanyak 11 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 14,55% dan
standar deviasi 6,267%. Untuk menguji
kinerja perusahaan kecil manufaktur
pada penelitian ini digunakan uji t equal
varians assumed, karena levene’s test
untuk menguji kesamaan varians
menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,121 yang lebih besar dari  (0,05).
Dengan menggunakan level signifikansi
sebesar 5% ( = 0,05) hasil uji t
menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,064. Ini berarti nilai probabilitas lebih
besar dari  = 0,05. Hal ini
menunjukkan
bahwa
tidak
ada
perbedaan kinerja perusahaan kecil
manufaktur yang menggunakan strategi
keunggulan biaya menyeluruh pada
tahap evolusi awal dan tahap akhir
evolusi
industri.
Hasil
uji
ini
menunjukkan bahwa meminimalkan
biaya dalam strategi keunggulan biaya
menyeluruh mampu membuat daya saing
yang sama antara tahap awal dan tahap
akhir dalam evolusi industri.
Perusahaan yang menggunakan
strategi fokus pada tahap evolusi industri
awal sebanyak 8 perusahaan dengan
nilai tengah sebesar 40,50% dan standar
deviasi 11,389%. Sedangkan perusahaan
yang menggunakan strategi diferensiasi
pada tahap evolusi industri akhir
sebanyak 11 perusahaan dengan nilai
tengah sebesar 25,64% dan standar
deviasi 6,485%. Untuk menguji kinerja
dan strategi fokus pada penelitian ini
digunakan uji t equal varians not
assumed, karena levene’s test untuk
menguji kesamaan varians menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0,038 yang
lebih kecil dari  (0,05).. Dengan
menggunakan level signifikansi sebesar
5% ( = 0,05) hasil uji t menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,007. Ini
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari
 = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
52
terdapat perbedaan kinerja perusahaan
kecil manufaktur yang menggunakan
strategi fokus pada tahap evolusi awal
dan tahap evolusi akhir. Hasil uji ini
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
kinerja perusahaan kecil
yang
menggunakan strategi fokus pada tahap
awal evolusi industri lebih besar yaitu
40,50% dari pada kinerja perusahaan
kecil yang menggunakan strategi fokus
pada tahap akhir evolusi industri yaitu
sebesar 25,64%. Dengan demikian
kinerja
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi fokus pada tahap
awal evolusi industri lebih tinggi dari
pada kinerja perusahaan kecil yang
menggunakan strategi fokus pada tahap
akhir evolusi industri.
Kinerja Perusahaan Kecil pada
Tahap Awal Evolusi Industri Ditinjau
dari Strategi Bisnis
Perusahaan kecil manufaktur pada
tahap awal evolusi industri yang
menggunakan
strategi
diferensiasi
sebanyak 6 perusahaan dengan nilai
tengah sebesar 33,67% dan standar
deviasi 8,641%. Sedangkan perusahaan
yang menggunakan strategi terfokus
sebanyak 8 perusahaan dengan nilai
tengah sebesar 39,88% dan standar
deviasi 12,688%. Untuk menguji kinerja
pada tahap awal evolusi dan pemilihan
strategi pada penelitian ini digunakan uji
t equal varians assumed, menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0,297 yang
lebih besar dari  (0,05). Dengan
menggunakan level signifikansi sebesar
5% ( = 0,05) hasil uji t menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,324. Ini
berarti nilai probabilitas lebih besar dari
 = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan kinerja
perusahaan kecil manufaktur pada tahap
awal evolusi industri yang menggunakan
strategi diferensiasi dan strategi fokus.
Perusahaan kecil manufaktur pada
tahap awal evolusi industri yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh sebanyak 7 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 21,57% dan
standar deviasi 8,791%. Sedangkan
perusahaan yang menggunakan strategi
terfokus sebanyak 8 perusahaan dengan
nilai tengah sebesar 39,88% dan standar
deviasi 12,688%. Untuk menguji kinerja
pada tahap awal dan strategi keungulan
biaya pada penelitian ini digunakan uji t
dengan menggunakan level signifikansi
sebesar 5% ( = 0,05) hasil uji t
menunjukkan nilai probabilitas sebesar
0,007. Ini berarti nilai probabilitas lebih
kecil dari  = 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kinerja
perusahaan kecil manufaktur pada tahap
awal evolusi industri yang menggunakan
strategi keunggulan biaya menyeluruh
dan strategi fokus. Hasil uji ini
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
kinerja
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi fokus pada tahap
awal evolusi lebih besar yaitu 39,88%
dari pada kinerja perusahaan kecil yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh pada tahap awal evolusi
industri yaitu sebesar 21,57%. Dengan
demikian kinerja perusahaan kecil yang
menggunakan strategi fokus pada tahap
awal evolusi industri lebih tinggi dari
pada kinerja perusahaan kecil yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh pada tahap awal evolusi
industri.
Perusahaan kecil manufaktur
pada tahap awal evolusi industri yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh sebanyak 7 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 21,57% dan
standar deviasi 8,791%. Sedangkan
perusahaan yang menggunakan strategi
diferensiasi sebanyak 6 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 33,67% dan
53
standar deviasi 8,641%. Untuk menguji
perbedaan kinerja perusahaan yang
mengunakan strategi keunggulan biaya
dan diferensiasi pada penelitian ini
digunakan uji t dengan menggunakan
level signifikansi sebesar 5% ( = 0,05)
hasil uji t menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0,030. Ini berarti nilai
probabilitas lebih kecil dari  = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kinerja perusahaan kecil
manufaktur pada tahap awal evolusi
industri yang menggunakan strategi
keunggulan biaya menyeluruh dan
strategi diferensiasi. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
kinerja
perusahaan kecil yang
menggunakan strategi diferensiasi pada
tahap awal evolusi industri sebesar
33,67%, jadi lebih besar dari pada
kinerja
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh pada tahap awal evolusi
industri yaitu 21,57%. Dengan demikian
kinerja
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi diferensiasi pada
tahap awal evolusi industri lebih tinggi
dari pada strategi perusahaan kecil yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh pada tahap awal evolusi
industri.
Kinerja Perusahaan Kecil pada
Tahap Akhir
Evolusi
Industri
Ditinjau dari Strategi Industri
Perusahaan kecil manufaktur pada tahap
akhir
evolusi
industri
yang
menggunakan
strategi
diferensiasi
sebanyak 17 perusahaan dengan nilai
tengah sebesar 19,94% dan standar
deviasi 6,759%. Sedangkan perusahaan
yang menggunakan strategi terfokus
sebanyak 11 perusahaan dengan nilai
tengah sebesar 25,64% dan standar
deviasi
6,485%.
Untuk
menguji
perbedaan kinerja pada strategi dalam
penelitian ini digunakan uji t equal
varians assumed, menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,754 yang lebih
besar
dari

(0,05).
Dengan
menggunakan level signifikansi sebesar
5% ( = 0,05) hasil uji t menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,036. Ini
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari
 = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kinerja perusahaan
kecil manufaktur pada tahap akhir
evolusi industri yang menggunakan
strategi diferensiasi dan strategi fokus.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
mean (rata-rata) kinerja perusahaan kecil
yang menggunakan strategi fokus pada
tahap akhir evolusi industri lebih besar
yaitu 25,64% dari pada kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi dideferensiasi pada tahap akhir
evolusi industri yaitu sebesar 19,94%.
Dengan demikian kinerja perusahaan
kecil yang menggunakan strategi fokus
pada tahap akhir evolusi industri lebih
tinggi dari pada kinerja perusahaan kecil
yang menggunakan strategi diferensiasi
pada tahap akhir evolusi industri.
Perusahaan kecil manufaktur pada
tahap akhir evolusi industri yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh sebanyak 11 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 14,55% dan
standar deviasi 6,267%. Sedangkan
perusahaan yang menggunakan strategi
terfokus sebanyak 11 perusahaan dengan
nilai tengah sebesar 25,64% dan standar
deviasi
6,485%.
Untuk
menguji
perbedaan kinerja pada strategi pada
penelitian ini digunakan uji t equal
varians assumed menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,607 yang lebih
besar
dari

(0,05).
Dengan
menggunakan level signifikansi sebesar
5% ( = 0,05) hasil uji t menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,001. Ini
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari
54
 = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kinerja perusahaan
kecil manufaktur pada tahap akhir
evolusi industri yang menggunakan
strategi keunggulan biaya menyeluruh
dan strategi fokus. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
kinerja
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi fokus pada tahap
akhir evolusi industri lebih besar yaitu
25,64% dari pada kinerja perusahaan
kecil yang menggunakan strategi
keunggulan biaya menyeluruh pada
tahap akhir evolusi industri yaitu sebesar
14,55%. Dengan demikian kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi terfokus pada tahap akhir evolusi
industri lebih tinggi dari pada
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi keunggulan biaya menyeluruh
pada tahap akhir evolusi industri.
Perusahaan kecil manufaktur pada
tahap akhir evolusi industri yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh sebanyak 11 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 14,55% dan
standar deviasi 6,267%. Sedangkan
perusahaan yang menggunakan strategi
diferensiasi sebanyak 17 perusahaan
dengan nilai tengah sebesar 19,94% dan
standar deviasi 6,759%. Untuk menguji
perbedaan kinerja dan strategi dalam
penelitian ini digunakan uji t dengan
menggunakan level signifikansi sebesar
5% ( = 0,05) hasil uji t menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,044. Ini
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari
 = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kinerja perusahaan
kecil manufaktur pada tahap akhir
evolusi industri yang menggunakan
strategi keunggulan biaya menyeluruh
dan strategi diferensiasi. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa mean (ratarata) kinerja perusahaan kecil yang
menggunakan strategi diferensiasi pada
tahap akhir evolusi industri lebih besar
yaitu 19,94% dari pada kinerja
perusahaan kecil yang menggunakan
strategi keunggulan biaya menyeluruh
pada tahap akhir evolusi industri yaitu
sebesar 14,55%. Dengan demikian
kinerja
perusahaan
kecil
yang
menggunakan strategi diferensiasi pada
tahap akhir evolusi industri lebih tinggi
dari pada kinerja perusahaan kecil yang
menggunakan strategi keunggulan biaya
menyeluruh pada tahap akhir evolusi
industri.
Kendala-kendala yang Ditemukan
Dari
hasil
penelitian
pada
Perusahaan Kecil Manufaktur di wilayah
Kota dan Kabupaten Malang ditemukan
kendala-kendala baik yang bersifat
eksternal dan internal. Kendala yang
bersifat eksternal adalah kondisi
ekonomi berupa meningkatnya harga
bahan-bahan terutama yang bergantung
pada agrikultur karena cuaca yang
ekstrim, sangat menghambat operasional
perusahaan. Sedangkan Kendala yang
sifatnya internal adalah keterbatasan
dalam bidang : pengadministrasian,
teknologi yang dimiliki, produksi, dan
ketepatan waktu penyerahan produk.
Kesimpulan
1. Sepertiga
dari
jumlah
keseluruhan sampel perusahaan
kecil manufaktur di wilayah
Malang, dilihat dari sudut
struktur industri yang produk
perusahaannya
berada pada
tahap awal dalam siklus hidup
produk, mempunyai kinerja lebih
tinggi dari pada perusahaan yang
produknya berada pada tahap
akhir dalam siklus hidup produk
dari evolusi industri. Ditinjau
dari struktur industri, tahap awal
produk yang berupa tahap
perkenalan dan pertumbuhan
55
2.
3.
4.
5.
mempunyai kemampuan yang
sangat tinggi sebagai komponen
daya saing disamping atributatribut lain yang dimiliki oleh
sumber-sumber perusahaan.
Penggunaan strategi bisnis fokus
oleh
perusahaan
kecil
manufaktur di wilayah Malang
memberikan kinerja tertinggi
dibandingkan
dengan
penggunaan dua strategi bisnis
yang lain, yaitu diferensiasi dan
keunggulan biaya menyeluruh.
Namun
perusahaan
yang
menggunakan
strategi
diferensiasi masih lebih tinggi
kinerjanya
dibandingkan
keunggulan biaya menyeluruh.
Interaksi antara dua tahap
struktur industri (tahap awal dan
tahap akhir) dan masing-masing
dari ketiga strategi bisnis pada
perusahaan kecil manufaktur di
Malang menghasilkan mean
(rata-rata) kinerja yang tertinggi
ketika perusahaan produknya
berada pada tahap awal dengan
menggunakan strategi fokus.
Interaksi antara tahap akhir
dalam struktur industri dan
masing-masing
dari
ketiga
strategi bisnis pada perusahaan
kecil, menghasilkan mean (ratarata) kinerja tertinggi ketika
perusahaan
menggunakan
strategi fokus.
Kendala-kendala yang masih ada
adalah
kondisi
ekonomi,
administrasi, teknologi, produksi
dan ketepatan waktu penyerahan.
Saran
1. Perusahaan
kecil
seharusnya
memfokuskan perhatian pada tahap
awal evolusi industri yang memiliki
kompetisi tidak terlalu ketat yang
akan memberikan pengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan
2. Perusahaan
kecil
hendaknya
mengembangkan usahanya dengan
menggunakan strategi fokus dan
diferensiasi
dengan
melakukan
penanganan produk yang spesifik,
unik, mutu yang tinggi dan berdaya
guna tinggi agar dapat bersaing.
3. Riset yang akan datang seharusnya
dilakukan dengan menambah jumlah
sampel, selain itu variabel yang
dianalisis diperbanyak dan diambil
dari industri yang berbeda, demikian
juga dengan indikator untuk kinerja
bisa lebih bervariasi lagi, sehingga
dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas mengenai
kinerja
perusahaan kecil di Malang.
4. Para pemilik perusahaan kecil
hendaknya membuat jaringan kerja
lebih
aktif,
sehingga
dapat
mengurangi kendala-kendala yang
sekarang masih dialami oleh usaha
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Abell, Derek F.,1980, Defining The
Business : The Starting Point of
Strategic Planning, Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice Hall,
Inc.
Assael,
Henry. 1985. Marketing
Management,
Strategy
And
Action. Massachussetts: Kent
Publishing Company.
Djarwanto. 2001. Mengenal Beberapa
Uji Statistik dalam Penelitian.
Yogyakarta: Liberty.
56
Glueck, Williams F., and Lawrence R.
Jauch. 1988. Business Policy and
Strategic
Management.
4th
edition. Singapore: Mc. GrawHill Int. Book Co.
Stoner, James A.F., R. Edward Freeman
and Daniel R. Gilbert. 1996.
Manajemen.
Alih
Bahasa
Alexander Sindoro, Jakarta: PT.
Prenhallindo.
MacMillan, I.C., R. Siegel, and Subba
Narasimha. 1985. Criteria Used
by Venture Capitalist to Evaluate
New Venture Proposals. Journal
of Business Ventring. p. 119-128,
P.N. Winter.
Tate, Curtis E., James F. Humprey,
Roger W.Lindell and Williams
Austin.
1992. Small Business
Management
and
Enterpreneurship, Boston: PWSKENT Publishing Company.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo.
1999. Metodologi Penelitian
Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Vesper, Karl H.,1990, New Ventures
Strategies, Englewood Cliffs,
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Porter, Michael E. 1998. Competitive
Advantage:
Creating
an
Sustaining
Superior
Performance. New York: The
Free Press.
Sandberg, William R., and Charles W.
Hoffer, 1987. Improving New
Venture Performance: The Role
of Strategy, Industry Structure,
and The Enterpreneur, Journal of
Business Venturing Vol.2: 5-28.
Stearns, Timothy M., Nancy M. Carter,
and Paul D. Reynolds. 1992.
Heterogenety
In
Core
Technology:
Variation
In
Environment-Success
Models
Across Industry and Strategy for
New Firms. In S. Nirley and I.
MacMillan,
eds.
Entrepreneurship
Research:
Global Perspective. Amsterdam:
Elsevier, 1993: 481 – 512.
Van Horne, James C and John M.
Wachowicz,2008, Fundamentals
of
Financial
Management,
Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Walpole,
R.E,
1995.
Pengantar
Statistika. Edisi 3. Alih Bahasa:
Sumantri B.
PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wheelen, Thomas L. and J. David
Hunger.
2004.
Strategic
Management
and
Business
Policy. 5th ed., Massachusetts:
Addison-Wesley
Publishing
Company.
Yip, G. S. 1982. Barriers to Entry: A
Corporate Strategy Perspective.
Lexington : Lexington Books.
Stearns, Timothy M., Nancy M. Carter,
Paul D. Reynolds and Mary L.
Williams, 1995. New Firm
Survival : Industry, Strategy,
And Location., Journal of
Business Venturing, Vol. 10: 23
–42.
57
Download