RAHMAT HIDAYAT 3211201701 PERUBAHAN TATA RUANG RUMAH, BENTUK BANGUNAN DAN ORNAMEN RUMAH ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU AKIBAT DOMINASI ETNIS TIONGHOA DI KOTA MAKASSAR Latar Belakang Kemajemukan masyarakat di kota Makassar terlihat pada awal sejarah kedatangan para imigran ke Makassar yang terdiri dari: Pengelompokan permukiman berdasarkan rasial oleh Belanda, yaitu Pecinan, Kampung Arab dan kampung Melayu. Dari ketiga etnis tersebut, hingga sekarang Etnis Tionghoa yang masih memiliki eksistensi yang kuat di bandingkan dengan Arab dan Melayu (widodo, “Mengakibatkan dominasi etnis Tionghoa terhadap permukiman etnis Arab dan Melayu “ Rumusan Masalah & Pertanyaan Penelitian • Perubahan yang terjadi pada rumah tinggal etnis Tionghoa, etnis Arab, dan etnis Melayu terlihat setelah adanya dominasi wilayah permukiman yang terjadi dan dilakukan oleh etnis Tionghoa • Kondisi masa sekarang pada rumah etnis Tionghoa sebagai etnis yang mendominasi dan etnis Arab dan Melayu sebagai etnis yang terdominasi mengalami perubahan. • Sejauh mana perubahan ini terjadi, penting untuk diteliti karena hasil penelitian akan dapat memberikan gambaran fisik bentuk perubahan apa saja yang terjadi. Perubahan apa yang terjadi pada tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa sebagai etnis yang mendominasi, dan etnis Arab serta etnis Melayu sebagai etnis yang terdominasi? Tujuan Penelitian Untuk mendeskriptifkan perubahan yang terjadi pada tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa sebagai etnis yang mendominasi, etnis Arab serta etnis Melayu sebagai etnis yang terdominasi Lingkup Penelitian • Penelitian dilakukan pada area studi yaitu, kampung Tionghoa, Arab, dan Melayu pada masa kolonial dan pada masa sekarang setelah etnis Tionghoa mendominasi wilayah permukiman etnis Arab dan Melayu. • Pendekatan yang dilakukan adalah tinjauan unsur fisik. • Perubahan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu kondisi sekarang berbeda dengan kondisi pada masa kolonial Belanda. Manfaat Penelitian • Manfaat Teoritis: Penelitian ini memperkaya pemahaman tentang perubahan arsitektur etnik (tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen) dalam hubungan dengan dominasi etnik (Tionghoa) terhadap etnik lain (Melayu dan Arab). • Manfaat Praktis: Penelitian ini memberikan manfaat pada perancangan rumah yang berbasis budaya etnik khususnya Tionghoa, Arab, dan Melayu. Kajian Pustaka & Teori (Gartiwa, 2011 dan Brinckmann, 1966) (Vitruvius dalam Soekiman,2000). Habraken (1978) Habraken (1982) Rapoport (1969) Ching (2000) & Habraken (1978) Teori Arsitektur: 3 unsur dalam faktor Arsitektur: nyaman, kuat, dan indah Arsitektur: ruang, bentuk, dan ornemen Tata ruang rumah: Hasil intervensi dari manusia dalam kontrol bagian tempat terjadinya perubahan Tata ruang rumah: jenis dan jumlah ruang, organisasi ruang, orientasi ruang, dan pola sirkulasi Bentuk bangunan: Perubahan bentuk tidak dapat dipisahkan dari pengaruh berkembangnya fungsi, teknologi konstruksi, material serta keterkaitan dengan alam lingkungannya. Perubahan bentuk bangunan terdiri dari perubahan pada wujud (bentuk atap, dinding, lantai, struktur, bentuk pintu, jendela), dan warna. Ornamen: Soekiman (2000) Amiuza (2006) faktor yang berkaitan dengan keindahan bangunan adalah ornamen yang penggunaannya sangat berkaitan dengan unsur estetis yang dapat memperindah sekaligus menampilkan karakter suatu bangunan Ornamen pada bangunan melekat pada bangunan baik pada bagian struktural maupun non struktural dengan motif atau bentuk ornamen yang dipergunakan untuk memperindah suatu bangunan yang bersifat sebagai tambahan. Metode Penelitian Dilihat dari pendekatan penelitian Observasi Lapang Deskriptif (Noor, 2011) Wawancara Kualitatif (Creswell, 1998 & Noor, 2011) Studi literatur Variabel penelitian Tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu masa kolonial Tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu masa sekarang Aspek fisik Aspek fisik Perubahan Fisik Perubahan Fisik: 9 Perubahan tata ruang rumah: perubahan pada jenis dan jumlah ruang, organisasi ruang, orientasi ruang, dan pola sirkulasi. (Habraken, 1978) 9 Perubahan bentuk bangunan: perubahan wujud (bentuk atap, dinding, lantai, bentuk pintu, jendela, dan struktur) dan warna (Ching, 2000 dan Habraken, 1978) 9 Perubahan ornamen: perubahan pada ornamen. •Jenis Data • Teknik Pengumpulan Data • Penentuan Sampel • Teknik Analisis Data Data primer: Sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian yang berkaitan dengan aspek fisik tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu akibat dominasi etnis Tionghoa. Data sekunder: Data literatur, yang merupakan hasil penelitian kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori yang relevan dengan kenyataan di lapangan dan topik penelitian mengenai perubahan tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen. • Jenis Data • Teknik Pengumpulan Data • Penentuan Sampel • Teknik Analisis Data Koleksi data primer: • Observasi lapangan, mengumpulkan data langsung di lapangan untuk memperoleh gambaran fisik tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa, Arab, dan melayu pada masa sekarang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisa hasil dokumentasi visual. • Wawancara, dilakukan pada masyarakat setempat (orang Tionghoa, Arab, dan Melayu) yang dijadikan sebagai sampel penelitian guna mencari informasi mengenai penelitian tersebut. Koleksi data sekunder: • Diperoleh melalui sumber-sumber pustaka seperti buku, jurnal, artikel ilmiah, instansi pemerintah yang dapat mendukung pembahasan untuk memperoleh gambaran fisik tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu pada masa kolonial. • Jenis Data • Teknik Pengumpulan Data •Penentuan Sampel • Teknik Analisis Data Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Sampel adalah sebagian dari seluruh jumlah populasi, yang diambil dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dianggap mewakili seluruh anggota populasi. (Soewadji, 2012). Pengambilan sampel (Noor,2011) Non probabilitas Purposive sampling Penentuan jumlah sampel pada masing-masing etnis adalah mengacu pada data inventaris dari dinas pendidikan dan kebudayaan kota Makassar tahun 2011, yaitu: • Sampel rumah etnis Arab = 2 sampel • Sampel rumah etnis Melayu = 2 sampel • Sampel rumah etnis Tionghoa = terdiri dari 34 populasi yang dibagi dalam 2 kategori yaitu rumah yang memiliki balkon dan rumah yang tidak memiliki balkon dan setiap kategori diambil masing-masing 1 sampel. Maka, sampel rumah etnis Tionghoa = 2 sampel Jumlah sampel = 6 sampel No. Kelurahan/desa 1 Ende Luas (km2) 0,16 2 Melayu beru 0,07 Etnis Melayu Cina Arab Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Makassar, (2011) Jml. Rumah (sekarang) 651 550 104 Inventaris rumah tua 2 34 2 • Jenis Data • Teknik Pengumpulan Data • Penentuan Sampel •Teknik Analisis Data Tujuan penelitian Variabel Teknik pengumpulan data Teknik analisa data Faktor fisik: Untuk memahami dan menjelaskan secara deskriptif perubahan yang terjadi pada masa sekarang terhadap tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan ornamen rumah etnis Tionghoa sebagai etnis yang mendominasi dan rumah etnis Arab serta etnis Melayu sebagai etnis yang terdominasi. Tata ruang dalam •Jenis dan jumlah ruang •Organisasi ruang •Orientasi ruang •Pola sirkulasi Bentuk bangunan •Atap, •Dinding, •Lantai •Struktur •Bentuk pintu, •Jendela, •Warna Ornamen Teknik analisa data dilakukan menjelaskan secara deskriptif perubahan tata ruang rumah, bentuk bangunan, dan Pengumpulan data: ornamen rumah etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu Data primer: pada masa sekarang akibat • Wawancara dominasi etnis Tionghoa. • Observasi Analisis terkait teori terhadap lapangan objek penelitian perihal kondisi Data sekunder: fisik perubahan tata ruang • Studi pustaka rumah, bentuk bangunan, dan (dokumen) ornamen. Setelah itu dilakukan interpretasi hasil analisa. Hingga menuju pada hasil dan kesimpulan penelitian. BAB 4 KAJIAN LOKASI PENELITIAN PERMUKIMAN ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU PADA MASA KOLONIAL KARAKTERISTIK TATA RUANG RUMAH ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU DI MAKASSAR Karakteristik TATA RUANG RUMAH etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu di Makassar Etnis Tionghoa Keterangan: 1. Teras ; area publik 2. Toko/Ruang Tamu 3. Kamar tidur 4. Courtyard 5. Kamar mandi 6. Dapur 7. Meja abu 8. Tangga. 9. Ruang keluarga 10. gudang Jenis dan jumlah Ruang: • Memiliki teras, toko yang biasa juga digunakan sebagai tempat menerima tamu, tempat sembahyang berupa meja abu, kamar tidur, courtyard, kamar mandi, dapur pada lantai 1 dan ruang keluarga yang juga digunakan untuk beristirahat bagi laki-laki, dan gudang pada lantai 2. (Idrus, 2004) Organisasi ruang: • Terdapat 3 organisasi ruang pada tata ruang rumah ini yaitu ruang publik (teras dan toko), ruang privat (kamar tidur pada lantai 1 dan ruang keluarga pada lantai 2) ruang servis (kamar mandi, courtyard, dan tangga pada lantai 1 dan gudang pada lantai 2). (Idrus, 2004) Orientasi ruang: • Orientasi atau posisi yang tidak turun langsung menuju ke kamar mandi dan segaris lurus dan menuju ke pintu utama. • Orientasi kamar tidur yang tidak menghadap ke jalan di depan rumah. • Letak dapur tidak boleh berada di bawah tangga dan bersebelahan dengan kamar tidur. Posisi dapur berada di sebelah kiri (dilihat dari luar rumah). • Posisi kamar mandi menghadap ke utara. Tidak berhadap dengan dapur dan kamar tidur. (Idrus, 2004) Pola sirkulasi: • Pola sirkulasi pada rumah dulu (masa kolonial) diawali dengan ruang publik, terus ruang privat, dan terakhir ruang servis. Pencapaian menuju ke ruang interior tidak diawali pada ruang servis. (Idrus,2004) Karakteristik TATA RUANG RUMAH etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu di Makassar Etnis Arab Keterangan: 1. Pekarangan/teras 2. Ruang Tamu 3. Kamar tidur tamu. 4. Kamar tidur 5. Kamar tidur. 6. Dapur 7. Ruang keluarga. 8. Taman/Courtyard 9. Kamar mandi Jenis dan jumlah Ruang: • Terdapat 8 jenis ruang yaitu teras/pekarangan, ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur, ruang keluarga, courtyard, dan kamar mandi. (Palisuri,2000) Organisasi ruang: • Terdapat 3 organisasi ruang pada tata ruang rumah ini yaitu ruang publik (teras dan ruang tamu), ruang privat (kamar tidur) ruang servis (kamar mandi, courtyard, dan).(Palisuri,2000) Orientasi ruang: • Orientasi kamar tidur tamu yang menghadap ke ruang tamu. Kamar tidur yang berada di sisi kiri dan kanan berorientasi ke arah barat dan arah timur. Orientasi dapur dan kamar mandi yang tidak terlihat dari depan. (Palisuri,2000) Pola sirkulasi: • Pola sirkulasi pada rumah dulu (masa kolonial) diawali dengan ruang publik, ruang privat, dan terakhir ruang servis. Pencapaian menuju ke ruang interior tidak diawali pada ruang servis. (Palisuri,2000) Karakteristik TATA RUANG RUMAH etnis Tionghoa, Arab, dan Melayu di Makassar Etnis Melayu Keterangan: 1. Pekarangan 2. Ruang tamu 3. Ruang keluarga 4. Ruang tidur 5. Kamar mandi 6. Dapur Jenis dan jumlah Ruang: Terdapat 7 jenis ruang pada tata ruang rumah etnis Arab yaitu pekarangan yang cukup luas, ruang untuk menerima tamu, ruang keluarga, kamar untuk tidur, kamar mandi, dapur, dan teras. (Patunru,1993) Organisasi ruang: Terdapat 3 bagian pada tata ruang rumah etnis Melayu yaitu ruang publik (pekarangan, teras, dan ruang tamu) ruang privat (kamar tidur dan ruang keluarga), dan ruang servis (dapur dan kamar mandi). (Patunru,1993) Orientasi ruang: Orientasi ruang pada tata ruang rumah etnis Melayu berawal dari arah pintu utama (ruang tamu) yang menghadap ke jalan depan rumah. Setelah itu terdapat kamar tidur yang menghadap ke ruang keluarga (baik menghadap ke timur maupun menghadap ke barat tergantung letak dari ruang keluarga). Orientasi dapur dan kamar madi yang dibuat agar tidak terlihat dari ruang paling depan rumah (teras dan ruang tamu). (Patunru,1993) Pola sirkulasi: Pola sirkulasi pada rumah etnis Melayu berawal dari ruang publik (pekarangan, teras, ruang tamu), kemudian ruang privat (ruang keluarga dan kamar tidur) dan yang paling belakang adalah ruang servis (dapur dan kamar mandi). Untuk menuju ke ruang servis, itu perantaraan dari ruang privat (ruang keluarga).(Patunru,1993) KARAKTERISTIK BENTUK BANGUNAN ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU DI MAKASSAR Karakteristik BENTUK BANGUNAN etnis Tionghoa • Rumah-rumah di kawasan Pecinan, kebanyakan memiliki atap yang sederhana yang berbentuk pelana dengan bubungan atap melengkung pada sisi kiri kanan serta diberi warna merah untuk simbol kebahagiaan (model atap ngang shan) yang ditopang oleh dinding pada tepinya (Gin,Djih Su,1964 & Khol,1984). • Warna mengandung makna dan simbolisasi dari rumah etnis Tionghoa di Makassar. Warna merah (kebahagiaan), hijau (kedamaian & keabadian), Putih (kedamaian & duka cita), warna keemasan ( lambang Kerajaan, kekukuhan, & kekayaan).(Gih Djin Su, 1964). • Penggunaan material pada rumah etnis Tionghoa, material dinding (batu bata pada tingkat pertama dan material kayu pada tingkat kedua). Material lantai (ubin pada lantai satu & papan pada lantai dua). Sistem struktur (sistem struktur beton). • Bentuk pintu pada rumah etnis Tionghoa terbagi atas dua yaitu pintu utama dengan dua daun pintu (double dor swing) dan satu daun pintu (single dor swing). Sedangkan bentukan jendela yang terdiri dari dua daun jendela dengan penutup terali besi. Karakteristik BENTUK BANGUNAN etnis Arab • Tidak membawa bentuk-bentuk arsitektur Arab, menyesuaikan diri dengan keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis. • Bentuk atap model pelana dengan material genteng. Susunan massa yang terbentuk, terlihat pada susunan atap yang makin meninggi ke belakang. Hal ini dimaksudkan semakin tinggi bangunan semakin tinggi artinya dan berfungsi sebagai bangunan utama • Bentuk pintu utama terdiri dari 4 buah daun pintu (pintu rangkap/dua lapis) dan bentuk pada jendela menggunakan jenis jendela rangkap. • Material dinding menggunakan batu bata dan lantai menggunakan material ubin. • Sistem struktur menggunakan sistem struktur beton. • Identitas warna dengan mengadopsi dari Islam yaitu putih (kesucian) dan hijau (ketenteraman dan kesejukan) Karakteristik BENTUK BANGUNAN etnis Melayu • Rumah panggung dengan bentuk atap berbentuk limas yang terpotong atau biasa disebut dengan atap limas potong. • Sisi depan rumah Melayu terdapat balkon/teras setinggi 1 – 1,5 meter dari permukaan tanah yang dihubungkan dengan tangga. • Dinding rumah dibuat dari susunan papan warna cokelat, sementara atapnya berupa seng warna merah. Kusen pintu, jendela, dan pilar anjungan depan rumah dicat minyak warna putih. • (Daeng Patunru (1993) KARAKTERISTIK ORNAMEN ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU DI MAKASSAR KARAKTERISTIK ORNAMEN ETNIS TIONGHOA Gunungan atap rumah etnis Tionghoa dibuat lebih tinggi, melebihi lengkungan atap, dan memiliki ornamen yang penuh baik berupa lukisan ataupun ukiran yang biasa disebut matou qiang atau dinding kepala kuda. Ornamen gunungan yang paling sering ditemui adalah motif geometris atau bunga. KARAKTERISTIK ORNAMEN ETNIS ARAB • Islam mengharamkan patung karena sangat tegas memberantas segala kemusyrikan orang-orang Arab dan lainlain pada masa itu. Sebagian besar berhala adalah patungpatung. • Pada rumah Arab di Makassar, menurut Sukawi (2010), banyak menggunakan motif corak geometris tidak figuratif dan corak flora. KARAKTERISTIK ORNAMEN ETNIS MELAYU • Corak yang bersumber dari bentuk-bentuk geometri seperti wajik (belah ketupat), lingkaran, kubus, segi tiga, segi empat, dan lain-lain. • Hiasan pada pintu dan jendela pada bagian atas pintu dan jendela terdapat hiasan yang disebut dengan ”lambai-lambai”, yang melambangkan sikap ramah-tamah. Arsitektur (Gartiwa,2011 & Brinckmann,1966) Tata Ruang Rumah (Habraken,1978) • • • • Jenis dan jumlah ruang Organisasi ruang Orientasi ruang Pola sirkulasi BAB 5 PERUBAHAN TATA RUANG RUMAH, BENTUK BANGUNAN, DAN ORNAMEN RUMAH ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU AKIBAT DOMINASI ETNIS TIONGHOA Bentuk Bangunan Ornamen (Ching,2000 & Habraken,1978) (Amiuza,2006 & Soekiman,2000) • Wujud: 9 Atap 9 Dinding 9 Lantai 9 Bentuk pintu dan Jendela 9 Struktur • Warna ANALISA PERUBAHAN TATA RUANG RUMAH ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU DI MAKASSAR Perubahan Tata Ruang Rumah ETNIS TIONGHOA Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 (rumah memiliki balkon) Sampel 2 (tidak memiliki balkon) Membandingkan masa sekarang Tinjauan Etnis Tionghoa Sampel 1 Sampel 2 Jenis dan jumlah ruang Berubah (Pada lantai 1, terjadi pengurangan kamar tidur dan Organisasi ruang Berubah (Perubahan pengurangan organisasi ruang pada lantai 1 Orientasi ruang Berubah (Perubahan orientasi kamar mandi yang menghadap ke Berubah (Perubahan orientasi pada kamar mandi yang Pola sirkulasi couryard dan pada lantai 2 ada penambahan 2 ruang yaitu kamar tidur dan balkon dan 1 pengurangan ruang yaitu gudang) yaitu tidak ada lagi ruang privat (kamar tidur). sedangkan lantai 2, ruang servis (gudang) diubah menjadi ruang privat (kamar tidur). Berubah (Pada lantai 1, terjadi pengurangan yaitu kamar tidur dan courtyard dan pada lantai 2 ada penambahan 2 kamar tidur) Berubah (Perubahan pengurangan organisasi ruang pada lantai 1 yaitu ruang privat (kamar tidur) yang dihilangkan. Sedangkan pada lantai 2, perubahan penambahan ruang privat (kamar tidur pada bagian depan dan belakang) dan ruang servis (gudang) sudah tidak ada lagi. arah dapur. Orientasi kamar tidur, tangga, dan dapur tidak mengalami perubahan (tetap) menghadap ke arah dapur dan kamar tidur yang menghadap ke jalan depan rumah. Selain itu tidak mengalami perubahan.) Berubah (Pola sirkulasi mengalami perubahan. Perubahan yang Berubah (Perubahan pola sirkulasi yang diawali dari ruang terjadi berawal dari ruang publik (toko) dan langsung ke ruang servis (dapur, kamar mandi, dan tangga). publik (toko) dan langsung ke ruang servis (tangga, dapur, dan kamar mandi) Perubahan Tata Ruang Rumah ETNIS ARAB Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 Sampel 2 Membandingkan masa sekarang Etnis Arab Tinjauan Sampel 1 Sampel 2 Berubah (penambahan 2 lantai Jenis dan jumlah ruang Organisasi ruang Berubah (Perubahan terjadi pada penambahan gudang dan ruang untuk sembahyang (meja abu) dan pengurangan pada ruang kamar tidur untuk tamu) Berubah (Perubahan organisasi mengalami sedikit perubahan ruang. Berawal dari ruang publik terdapat ruang servis dari ruang publik yaitu gudang. Setelah itu ruang privat yang terbagi yaitu di bagian depan, atas, dan kiri dan ruang servis) menjadikan penambahan fungsi. Pada lantai 1, perubahan pengurangan ruang keluarga dan courtyard. Penambahan fungsi dengan adanya penambahan lantai 2 dan 3. Pada lantai 2, bertambah 2 jenis ruang yaitu ruang untuk sembahyang (meja abu), balkon, dan ruang keluarga. Lantai 3, penambahan 1 jenis ruang yaitu gudang) Berubah (Perubahan organisasi ruang privat yang berada di sebelah kanan dan di bagian tengah sudah tidak ada lagi ruang privat yang dipindahkan ke lantai dua sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan) Orientasi ruang Berubah (Perubahan orientasi kamar tidur yang Berubah (Perubahan orientasi kamar tidur ke arah barat dan arah menghadap ke utara dan menghadap ke selatan. Selain itu, tidak mengalami perubahan orientasi ruang) utara (lantai 1). Pada lantai 2 dan 3 merupakan penambahan fungsi ruang baru) Pola sirkulasi Tidak berubah (Pola sirkulasi cenderung tidak berubah). Berubah (Perubahan pola sirkulasi yang terjadi pada ruang publik (ruang tamu) yang bersebelahan dengan ruang servis (dapur). Selain itu tidak mengalami perubahan) Perubahan Tata Ruang Rumah ETNIS MELAYU Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 Sampel 2 Membandingkan masa sekarang Etnis Melayu Tinjauan Sampel 1 Berubah (Terjadi penambahan 1 lantai pada rumah tersebut. Pada lantai 1, Sampel 2 Berubah (Perubahan yang terjadi pada tata Jenis dan jumlah ruang terjadi pengurangan dan penambahan jenis ruang. Pengurangan ruang keluarga yang dipindahkan ke lantai 2. Perubahan penambahan ruang untuk sembahyang (meja abu) karena penghuni rumah adalah orang dari Tionghoa. penambahan gudang. Lantai 2 merupakan penambahan fungsi baru terdiri dari 2 kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, meja abu, dan balkon). Organisasi ruang Orientasi ruang Berubah (Terjadi perubahan organisasi ruang pada kelompok ruang publik Tidak Berubah (Kondisi masa sekarang (ruang tamu). cenderung tidak mengalami perubahan) Berubah (Perubahan orientasi ruang terjadi pada dapur yang dibuat Tidak Berubah (Orientasi ruang cenderung terbuka) tidak mengalami perubahan) Pola sirkulasi Berubah (Perubahan pola sirkulasi terjadi pada ruang publik dan ruang Tidak Berubah (Pola sirkulasi cenderung servis tanpa ada ruang privat sebagai perantara) tidak mengalami perubahan) ruang rumah ini tidak banyak mengalami perubahan. Hanya terjadi penambahan 1 gudang yang berada pada sisi kanan rumah) ANALISA PERUBAHAN BENTUK BANGUNAN ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU DI MAKASSAR Perubahan Bentuk Bangunan ETNIS TIONGHOA Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 (rumah memiliki balkon) Sampel 2 (tidak memiliki balkon) Membandingkan masa sekarang Etnis Tionghoa Teori Atap Sampel 1 Sampel 2 Berubah (Bentuk atap pelana tanpa bubungan atap melengkung Berubah (Bentuk atap pelana tanpa bubungan atap dan tidak ditopang dinding pada tepinya) melengkung dan tidak ditopang dinding pada tepinya) Dinding Berubah (material dinding kayu diganti material batu bata pada lantai Lantai Struktur Pintu Berubah (ubin diganti material keramik) Tidak Berubah Berubah (jenis pintu double dor swing diganti menjadi double dor Tidak Berubah Tidak Berubah Tidak Berubah (tetap menggunakan pintu double dor folding) swings) Jendela Berubah (jendela pada lantai 1 telah dihilangkan menjadi bukaan Warna 2) pintu). Berubah (hanya warna merah dan putih) Tidak Berubah Tidak Berubah Berubah (hanya warna hijau dan putih) Perubahan Bentuk Bangunan ETNIS ARAB Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 Sampel 2 Membandingkan masa sekarang Teori Etnis Arab Sampel 1 Sampel 2 Berubah (Bentuk atap limasan yang telah berbeda dengan kondisi awalnya yaitu bentuk atap pelana dengan susunan massa yang terbentuk) Tidak Berubah (Bentuk atap pelana dengan susunan Dinding Tidak Berubah (material dinding batu bata) Tidak Berubah (material dinding batu bata) Lantai Struktur Berubah (ubin diganti material keramik) Tidak Berubah (tetap struktur beton) Berubah (Bentuk pintu utama terdiri dari 4 buah daun pintu Berubah (ubin diganti material keramik) Tidak Berubah (tetap struktur beton) Tidak Berubah (Bentuk pintu utama terdiri dari 4 buah (pintu rangkap/dua lapis) diganti menjadi single dor swing) daun pintu (pintu rangkap/dua lapis) Atap Pintu Jendela Warna Berubah (Sebelumnya bentuk jendela yang digunakan adalah jendela rangkap dan telah diganti menjadi satu daun jendela dengan penutup reling besi). Berubah (warna hijau dan putih tidak digunakan lagi) massa yang terbentuk yang berarti berfungsi sebagai bangunan utama) Tidak Berubah (tetap menggunakan jenis jendela rangkap) Tidak Berubah (tetap mengacu warna hijau dan putih) Perubahan Bentuk Bangunan ETNIS MELAYU Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 Sampel 2 Membandingkan masa sekarang Etnis Melayu Teori Atap Dinding Lantai Struktur Pintu Jendela Warna Sampel 1 Sampel 2 Berubah (Bentuk atap limasan yang telah berbeda dengan kondisi awalnya yaitu bentuk atap limasan potong) Berubah (Bentuk atap pelana yang telah berbeda dengan kondisi awalnya yaitu bentuk atap limasan potong) Berubah (material dinding menggunakan dinding batu bata yang Tidak Berubah (Dinding rumah masih menggunakan sebelumnya merupakan dinding dari susunan papan) dinding papan sama dengan kondisi sebelumnya) Berubah (lantai papan diganti material keramik) Berubah (struktur kayu diganti menjadi struktur beton) Berubah (bentuk pintu utama menggunakan jenis pintu rangkap/dua lapis. Pintu toko (sisi kanan rumah) dengan 6 daun pintu besi (lantai 1). Pintu lantai 2 dengan jenis pintu rangkap/dua lapis dari kayu). Berubah (Jenis jendela kaca yang memiliki 1 dan 2 daun jendela baik pada lantai 1 maupun pada lantai 2. Jendela pada lantai 1 dan 2 sudahh tidak memilki kisi-kisi/lambai-lambai) Berubah (hanya warna atap (merah) yang masih sesuai dengan Tidak Berubah (lantai material papan diganti material ubin) Tidak Berubah (struktur kayu) Berubah (Bentuk pintu utama menggunakan jenis pintu dua bukaan dan dua daun pintu (double dor swing) tanpa kisi-kisi) Berubah (Jenis jendela yang digunakan adalah jendela dengan satu daun jendela tanpa kisi-kisi/lambai-lambai) Berubah (tidak ada lagi warna yang dipertahankan) ANALISA PERUBAHAN ORNAMEN ETNIS TIONGHOA, ARAB, DAN MELAYU DI MAKASSAR Perubahan Ornamen ETNIS TIONGHOA Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 Sampel 2 Membandingkan masa sekarang Ornamen pada rumah etnis Tionghoa terletak pada atapnya. Gunungan atap rumah etnis Tionghoa pada umumnya dibuat lebih tinggi, melebihi lengkungan atap, dan memiliki ornamen. Ornamen gunungan yang paling sering ditemui adalah motif geometris atau bunga.(Gih Djin Su, 1964). Tinjauan Ornamen Etnis Tionghoa Sampel 1 Berubah (gunungan atap yang tidak memiliki motif ornamen) Sampel 2 Berubah (gunungan atap yang tidak memiliki motif ornamen) Perubahan Ornamen ETNIS ARAB Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 Sampel 2 Membandingkan masa sekarang Menurut Sukawi (2010), rumah etnis Arab banyak menggunakan motif corak geometris tidak figuratif dan corak flora. Bentuk geometris adalah garis, bidang, lengkung segi tiga hingga segi banyak dan lain-lain ada dalam ilmu ukur, bagian-bagiannya termasuk sudut dan luasnya dapat diukur. Sedangkan corak flora adalah ragam hias bermotif tumbuh-tumbuhan baik diabstraksikan total, sebagian ataupun dalam bentuk nyata menjadi pola lengkung-lengkung dari tanaman batang, daun, dan bunga. Etnis Arab Tinjauan Ornamen Sampel 1 Berubah (Tidak ada ornamen yang tampak pada rumah tersebut) Sampel 2 Tidak Berubah (ornamen geometri yang nampak pada rumah tersebut pada ornemen berbentuk persegi, lengkung, dll.) Perubahan Ornamen ETNIS MELAYU Kondisi masa kolonial (mengacu pada studi pustaka) Sampel 1 Sampel 2 Membandingkan masa sekarang corak yang bersumber dari bentuk-bentuk tertentu yakni wajik (belah ketupat), lingkaran, kubus, segi tiga, segi empat, dan lain-lain. Pengembangan corak-corak dasar itu, di satu sisi memperkaya bentuk hiasan Tinjauan Etnis Arab Sampel 1 Sampel 2 Tidak Berubah • Ornamen dengan corak wajik (belah ketupat) yang nampak pada pintu dengan material dari besi. Ornamen Berubah Sampel 1 mengalami perubahan (tidak ada lagi ornamen baik bentuk geometri maupun bentuk flora). • Penambahan garis-garis sehingga membentuk sebuah persegi empat pada jendela merupakan salah satu bentuk ekspresi terhadap ornamen rumah tersebut. • Pada reling balkon di lantai dua terlihat bentuk atau corak hewan (fauna) ikan dan anjing laut sebagai bentuk dari ornamen rumah tersebut BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Perubahan tata ruang rumah • Unsur-unsur tata ruang rumah yang paling berubah terjadi pada jenis dan jumlah ruang dan diikuti oleh organisasi ruang, orientasi ruang, dan pola sirkulasi. Dalam hal orientasi ruang, meskipun pada beberapa ruang terjadi perubahan, namun hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa orientasi ruang tamu, baik pada rumah etnis Tionghoa sebagai etnis yang mendominasi maupun rumah etnis Arab dan Melayu sebagai etnis yang terdominasi tidak mengalami perubahan Perubahan bentuk bangunan • Unsur-unsur bentuk bangunan yang berubah pada rumah etnis Tionghoa sebagai etnis yang mendominasi terjadi pada atap dan warna, yang tidak mengalami perubahan adalah pada struktur, dan pada dinding, lantai, jendela, pintu, dan warna yang paling sedikit mengalami perubahan. Pada rumah etnis Arab, yang paling banyak berubah adalah pada lantai, dan yang tidak mengalami perubahan adalah pada dinding dan struktur. Unsur-unsur bentuk bangunan pada rumah etnis Melayu yang tidak mengalami perubahan ada pada atap, pintu, jendela, dan warna dan yang paling sedikit mengalami perubahan ada pada dinding, lantai, dan struktur. Perubahan ornamen • Perubahan yang terjadi pada ornamen baik pada sampel rumah etnis Tionghoa, Arab, maupun Melayu semuanya mengalami perubahan kecuali ada satu sampel yang tidak mengalami perubahan yaitu pada sampel 2 rumah etnis Arab. Banyaknya bentuk ornamen yang tidak ada lagi pada ketiga rumah etnis tersebut baik ornamen geometrik, flora, maupun fauna BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini perlu dilanjutkan, untuk mengetahui lebih jauh mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan nonfisik yang mempengaruhinya yang dikaitkan dengan teori transformasi yang menjelaskan suatu proses sebab akibat dari kondisi masa kolonial hingga masa sekarang. DAFTAR PUSTAKA Akil, Arifudin. (2002). Perubahan Tata Ruang Rumah Pada Perumahan. Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik. Unhas. Makassar. Akil. Arifuddin. (2011). Peranan Nilai-Nilai sosiokultural Dalam Pembentukan Kota Dengan Referensi Masyarakat Bugis Kota Makassar. Disertasi Doktor. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Altman, Irwin. (1980). “Culture and Environment”. Monterey. Ca. Brooks/Cole Altman. I., Chemers, M. (1984). Culture and Environment. Brooks/Cole Publisher Company, First Published by Canbridge University Press. Amiuza, C. 2006. Tipologi Rumah Tinggal Administratur P.G. Kebon Agung di Kabupaten Malang. Jurnal RUAS. IV (1): 1-22 Ariestadi, Dian. (1995). Kajian Pola Spasial Dan Arsitektural Kampung Arab, Gresik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. (2012). Makassar dalam Angka Tahun 2012. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2012 dari http:\\www.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. (2012). Kecamatan Makassar dalam Angka 2012. Diakses pada tanggal 10 Juli 2012 dari http:\\www.bps.go.id. Baidlowi, H.E. Daniyanto. (2003). Arsitektur Permukaan. Surabaya: Karya Harapan Broadbent, Geoffrey, (1980), “The Depp Structures of Architecture”, dalam Sign, Symbols, and Architecture, eds. Broadbent, G., Bunt, R. dan Llorens, T, John Wiley & Sons Ltd. Ching, DK, Francis, (2000), “ Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, edisi ke-2”, Erlangga, Jakarta. Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design : choosing among five tradition. Sage Publication. London. Daeng, H.J. (2008). Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan. Tinjauan Antropologis. Pustaka Belajar. Tinjauan Antropologi. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Daeng Patunru, Abdurrazak. (1993). Bingkisan patunru. Sejarah Lokal Sulawesi Selatan. Ininnawa .Makassar. Gartiwa, Marcus. (2011). Morfologi Bangunan dalam Konteks Kebudayaan. Muara Indah. Bandung. Gih Djin Su, 1964, Chinese Architecture Post and Contemporary, boekhandel Ho Kim Yoe, Semarang. Habraken, NJ. (1978), The Systematic Design of Support, Lab of Arch and Planning at MIT, Cambridge Mass. Habraken, NJ, (1982), Transformation Of The Site, Cambridge, Massachusetts Summer. Idrus, Rinawati. (2005). Budaya etnis Tionghoa di Makassar (studi kasus Ornamentasi pada kelenteng ibu agung bahari). Inninawa. Makassar. Karsono, Danarti. (1996). Kajian Perubahan Bentuk Tata Ruang Lingkungan Permukiman Di Kauman Surakarta.Tesis M.T. Universitas Diponegoro. Semarang. Khol, David G. (1984), Chinese Architecture in The Straits Settlements and Western Malaya: Temples Kongsis and Houses, Heineman Asia, Kuala Lumpur. Koentjaraningrat. (1971). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. Lang, John, (1987), Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold Company, New York. Laseau, Paul. (1980). Architectural drawing; Communications in architectural design; Architecture; Graphic arts; Sketch-books. Van Nostrand Reinhold Company. New York Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian:skripsi,Tesis,Disertasi,dan Karya Ilmiah. Kencana. Jakarta. Mousavvi. F., Kubo, Michael. (2007). The function of ornament., posted by Robert Blinn. Palisuri. Udhin. (2000). Makassar Doloe, Makassar Kini, Makassar Nanti.Yayasan Losari Makassar. Poespowardojo, Soerjanto. (1993). Strategi Kebudayaan, suatu pendekatan Filosofis, PT. Gramedia Pustaka Utama dan LPSP. Jakarta. Putra. B.A. (2006), Pola Permukiman Melayu Jambi (Studi Kasus Kawasan Tanjung Pasir Sekoja), Tesis M.T.. Universitas Diponegoro, Semarang Rapoport, Amos. (1969). House, Form and Culture. Prientce – Hall, Englewood, Cliffs. Rapoport, Amos. (1977). Human Aspects To Urban Form, Toward a Man Environment approach to urban Form and Design. Pergamon Press, New York. Rapoport, Amos, (1983), Environmental Quality, Metropolitan Areas and Traditional Settlements, Pergamon Press Ltd, Great Britain. Rapoport, Amos. (2005). Culture, Architecture, and Design. Locke science Publishing Company. Inc. Rengkung, J. (1998). Keragaman Perubahan Denah Rumah Tinggal Pada Perumahan Karyawan Kantor Gubernur dan Winangun Manado. Tesis. Program Pascasarjana. UGM. Ronald, Arya. (2005). Nilai - Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Santosa, I.,Wulandanu, Beni G.W. (2011). Studi Pengamatan Tipologi pada Kawasan Kauman Kota Malang. Jurnal.Local Wisdom.Vol.III, nomor 2. Sarlito. WS. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Silas, Johan, (1993), Housing Beyond Home, Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknik Arsitektur FTSP ITS Surabaya. Soekiman, D. 2000. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakt Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII-Medio Abad XX). Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Sukawi. (2010). “Wujud Arsitektur Islam Pada Rumah Tradisional Kampung Kulitan Semarang”. Seminar Nasional Arsitektur Nusantara. Universitas Khairun Ternate. Ternate. Toekio, Soegeng M., 1987, Mengenal Ragam Hias Indonesia, Angkasa. Bandung Turner, J.F.C., (1982), Housing By People : Toward Autonomy in Building Environments, London : Marios Boyars Publishers Ltd. Tutoko. 2003. Rumah Hunian dan Agenda 21. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Teknik,volume XIII Nomor 2 (12-25). Widodo. Johannes. (2004). The Boat and the City, Chinese Diaspora and The Southeast Asian Coastal City. Marshal Cavendish Academic. Singapore TERIMA KASIH