analisis terhadap putusan pengadilan niaga atas penolakan

advertisement
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NIAGA
ATAS PENOLAKAN PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT
YANG DIAJUKAN OLEH PT. MAGNUS INDONESIA
TERHADAP PT. GARUDA INDONESIA
Eva Yua nita
AbSlrak
This article analyees concerning the decision of Indonesian Commercial
Courl Ihat has repudiated insolvency applications towards PT Garuda
Indones ia. The courl decision is considered two facts those has signed
consultation agreement between plaintif! and defendant of insolvency which
was executed partially; and the projecl itself has not fully finished when the
conlract lerminaled. The author opinion is the liability thaI applied by Ihe
plaintif! is can not be proven in plain ways but needs truthft" reckoning.
Under Indonesian Bankruplcy Law Ihe application is nol fulfilling {he
provisions as s{ipuia{ed and Ih en resulted repudiations 10lVard PT Magnus
Indonesia submissions.
Kala kunci; hukum bisnis, kepaililan, pengadilan niaga, penolakan
pernyataan pailit
I.
Pendahuluan
International Monetery Fund (IMF) sebagai pemberi pinjaman kepada
kepada Pemerintah Republik Indones ia waktu itu berpe ndapat bahwa sa lah
satu upaya untuk mengatasi krisis ekonomi di Indo nes ia tidak terl epas dari
keharusan untuk menye lesaika n utang luar nege ri para pengusaha Indonesia
kepada para kreditur luar negeri dan upa ya menyelesa ikan kredit-kredit
macet ya ng ada di perbankan Indon esia. O leh karena itu, IMF mendesak
peme rintah Republik Indones ia segera mengganti atau mengu bah peraturan
Kepailitan yang berlaku , dengan satu ketentuan baru ya ng dapat dij adikan
dasar hukum untuk penyelesaian utang-utang pengu sa ha Indo nesia kepada
para krediturnya. ' Akibat desakan tersebut, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Penggant i Undang-undang Tentang Kepailitan yang
Jllncto
1 Sutan Remy Sjahdcini, "Hukum Kepailitan, Memahami Faillissemenlsverordering
Undang·undang No.4 Tahun \ 998", cet 2, (Jakarta: Pustaka Utama Gratit i), hal. 30.
258
J urnai Hukum dan Pembanguan Tahun Ke-36 No.3 Juli September 2006
telah menjadi Undang-undang.' Untuk men gatasi dan mernenuhi keblltuhan
akan Undang-undang Kepailitan yang lebih baik lagi, maka dilanjutkan
dengan diundangkannya Undang-undang No . 37 TallUn 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU Kepa ilitan
dan PKPU) dengan rnernberikan defi nisi tentang Kepailitan seeara jelas 3
Dengan definisi yang lebih j elas tersebut, arti kata "deb itur" adalah
orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih dimllka pengadilan. Seme ntara pengertian
"kreditur" adalah orang yang mernpunyai pilltang karen a peljanjian atall
Undang-undang dan dapat d itagih dirn llka pengadilan:' Hubun gan hukurn
antara kreditu r dan debitur terjadi karena keduanya rnen g ikatkan diri pada
suatu perjanjian.' Pad a umumnya perjanjian tidak terikat kepada be ntu k
tertentu; dapat dibllat seeara lisan.
Dalam suatu perjanjian, para pihak mengatur dengan je las hak dan
kewajiban mereka masing-masi ng, sehingga apab ila salah satu pihak, ya itu
debitur yang tidak Illelaksanakan kewaj ibannya Ill aka debitur terse but dapat
dikatakan ingkar j anji (wanprestas i). Dengan demikian, pihak yang la in yaitu
kreditur Ill en untllt pihak debitur untllk antara lain berllpa: Illelllinta ganti
rugi; ongkos, rug i dan bunga yang dideri tanya 6
Terhadap debitur yang wanprestasi tersebllt dapa t dikatakan lalai
dalam Illelllenuhi kewajibannya, sehi ngga apabila debitur tersebut tidak juga
dapat Ille lllen uhi kewajibannya maka debitllr tersebut dapat dilllohonkan
untuk dinyatakan pailit oleh krediturnya.' Dengan diajukannya Perlllohonan
2 A lau disebut dengan Perpu Kepailitan , pada 22 April 1998 dan pad a 9 September
1998 Perpu Kcpailitan tersebut tcluh ditetapkan mcnjad i Undallg-lindang No.4 Tahull 1998,
tctapi pad a pdaksanaan nya Undallg-undang No. 4 Tahull 1998 menimhulkan ban yak
kckeccwaan.
3 Kepailitan mc nurut Undang-ulldang No.37 Tahun 2004 adalah: "Kepail itan adalah
situ umum alas semua kckayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesallnya dil aku kan
oJeh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sehagaill1anan diatur dalam Undang.
undan g ini.
4
Sjahdeini, Op. Cit., haL 116.
5 Pcngertian perjanjian yang dalam Kitab Undang-undang J-Iukum Perdata disebut
sebaga i persctujuan tcrdapat pad a Pasal 1313 Kitab Undang·undang Hukum Perdata yang
bunyi nya: ··Suatu perse Luj uan adalah sualu perbuatan dengan mana I (satu) orang atau lebih
mcngikalkan dirinya terhadap I(satll) orang lain atau Icb ih."
" Unt uk menuntut gant i rugi terscbut. Undang-und ang me.ncn lu kan bahw3 debitur
hanJs talebih dahulu dinyatakan dalam keadaan la lai (ingebrekeslefling) .. Lihallbid .. hal. 19.
Peno/akan Pengadilan Alas Permohonan Pailil, Yuanda
259
Pernyataan Pailit oleh kreditur maka kreditur menghendaki agar
dilakukannya sita umum atas semua harta kekayaan debitur pailit yang
pengurusan dan pemberesannya d i1akukan oleh Kurator' dan dibawah
pengawasan Hakim Pengawas 9
Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan ke Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat pada akhir tahun 2005 lalu oleh PT. Magnus Indonesia selaku
Pemohon Pailit, terhadap Persero PT. Perusahaan Penerbangan Garuda
Indonesia ("PT. Garuda Indonesia") selaku Termohon Pai lit atas dasar bahwa
PT. Garuda Indonesia dianggap telah lalai melaksanakan kewajibannya
sebagaimana telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian yang
mereka buat; akan tetapi, Permohonan Pernyataan Pailit tersebut ditolak oleh
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pad a tahun 2006. 10
II.
Pokok Permasalahan
Yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah:
Apakah tindakan PT. Garuda Indonesia yang tidak memenuhi
kewajiban kepada PT. Magnus Indonesia sesuai dengan definisi
Kepailitan dalam Undang-undang Kepailitan yang baru?
Mengapa pembuktian pasif dengan konfirmasi negatif yang
diajukan oleh PT. Magnus Indonesia dalam memohon Pernyataan
Pailit terhadap PT. Garuda Indonesia tidak dapat diterima oleh
Pengadilan Niaga?
Apa yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan N iaga
dalam menolak Permohonan Pernyataan Pailit terhadap PT.
Penerbangan Garuda Indonesia?
I.
2.
3.
7 Lembaga Peradilan yang berwenang untuk memcriksa P~rl11ohl1nan Pernyataan
Pailit dan pcrmohonan PKPU adalah Pengadilan Niaga.
Ij Lihat Pasal
I buti r (5). Kurator adalah: "Balni Harta Peninggalan atau or~lI1g
pcrseorangan yang diangkat okh Pengadilan untuk mengllrus dan membereskan !lana Dcbitur
Pailil dibawah perusahaan pengawasan Hakim Pcngawas sesuai dengan Undang-undang ini'"
9 Lihat Pasal I butir (8). Hakim Pengawas adalah: "Hakim yang ditunjuk Pengadilan
dalam putusan pailit aWu pulllsan penundaan pembayaran utang:'
10
Putllsan Pengadilan Niaga NOlllor40/Pailit120051 PN.Ning.alJkt.PSL
260
III.
Jurnal Hukum dan Pembanguan Tahun Ke-36 No.3 Juli September 2006
Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk meneliti masalah diatas, adalah metode
yuridis normatif; yaitu mengutamakan
penelitian kepustakaan, dimana
penelitian yang dilakukan terhadap bahan-bahan kepustakaan. Bahan-bahan
tersebut merupakan data sekunder." Sementara itu, bahan hukum yang
digunakan untuk memperoleh data tersebut adalah melalui:
1.
2.
Bahan hukum primer, berupa peraturall perundang-ulldangan yang
dalam hal ini antara lain: Undang-Undang Kepailitan dan PKPU;
Undang-undang Perseroan Terbatas; Undang-undang tentang
BUMN; Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara; dan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Bahan hukum sekunder, berupa bahan-bahan hukum yang
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan
hukum sekunder terse but terdiri terdiri dari: buku Hui<um
Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia; Kompilasi
Hukum Perikatan; Aneka Perjanjian; Hukum Perusahaan;
Perseroan Terbatas; Pedoman Menangani Praktek Kepailitan;
Dimensi Hukum Kepailitan; Pedoman Menangani Praktek
Kepailitan; dan Kepailitan di Negeri Paili!.
Penelitian ini merupakan penelitian preskriPT.if, yaitu penelitian untuk
meneari dan memberikan penyelesaian suatu masalah. 12 Selanjutnya,
penelitian ini bertujuan menemukan fakta belaka (fact finding), sehingga
dapat menemukan masalah (problem finding). Dengan demikian, dapat
mengidentifikasi masalah (problem identification) dan dieari eara untuk
mengatasi masalah (problem solution) .13 Untuk menyempurnakan data
sekunder dan untuk menguji teori-teori dari Munir Fuady, PurwosutjiPT.o,
14
Aria Suyudi , Paulus E. Lotulung yang telah ada maka dilakukan anal isis
11 Soerjono Sockanto dan Sri Mamudji, "Penel itian Hukum Normat if" (Jakarta: PT.
Raja Graftndo Persada, 1994), hal. 24.
12
Soetjono Soekanto, "Pengantar Penelltian Hukum", (JakaI1a: UI Press, 1986),
hal.lO .
!3
Ibid.
14 Teori-teori mengenai Pcngertian Kepailitan, Lihat: Munir Fuady. "Hukum Pailit
Dalam Teori dan Praktek", Cet. 3. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 8: H.M.N
Purwosutjipto, "Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Perwasitan , Kepailitan dan
Penundaan Pcmbayaran", Cet 3, (Jakarta: Percetakan Anem Kosong Ancm, 1992), hal. 28:
Mcngenai Pembuktian Sederhana dalam Kepailitan, Lihae Aria Suyudi et. 01., "Kepailitan di
Penofakan Pengadi/an Atas Permohonan Pailit, Yuan ita
261
mengenai Keputusan Pengadilan Niaga Jakarta yang menolak Permohonan
Pernyataan Pail it, dengan metode anal isis data yang bersifat kualitatif dengan
hasil prespektif-analiti s.
IV.
Putusan Penolakan Permohonan Pailit oleh Pengadilan Niaga
Dalam Putusan Penolakan Permohonan Pernyataan Pailit ini han ya
terdapat satu Pemohon Pailit saja yaitu PT. Magnus Indones ia, melalui kuasa
hUkumnya," mengajukan Permohona Pail it ke Pengadilan Niaga pad a
tanggal 7 Desember 2005.
Pemohon menyatakan dalam gugatannya bahwa kasus ini bermula
dengan dibuatn ya Perjanjian , yaitu Perjanjian Kons ultas i (consultant
agreement) antara Persero PT. Penerbangan Garuda Indo nes ia (PT. Garuda
Indones ia) dengan PT. Magnus Indones ia selaku penyedia jasa ko nsultasi
pada tahun 2000. Maka, kedudukkan PT. Garuda Indonesia adalah sebagai
pengguna jasa kons ultasi (debitur) dan PT. Magnus Indones ia sebagai
penyedia jasa kon sultas i sekaligus pelaksana (kreditur). Dal am Perjanjian,
debitur diwajibkan membayar harga jasa konsultas i sebesar USD
4,348,357.00. Kreditur menjamin pelaksanaan proyek tersebut dan
menempatkan suatu Jaminan Pelaksanaan senilai USD 200,000.00 yang
ditempatkan di PT. Asurans i Jasa Indonesia. Kreditur juga memberikan
jaminan atas penerbitan Jaminan Pelaksanaan tersebut berupa deposito
berjangka di PT. Bank Pennata sebesar USD 40,000.00. Perjanjian tersebut
juga dilakukan perubahan dengan Perjanjian Tambahan I pada 15 April
2004. Setelah pekerjaan sebagaimana dimaks ud dalam Pe rjanjian terse but
dilaksanakan, kreditur me lakukan penagihan kepada debitur. N ilai tag ihan
yang harus dibayarkan debitur yaitu USD 794,939.00. Yang terdiri dari (i )
tagihan utang pokok se besar USD 612 ,806.00 (enam ratus dua be las ribu
de lapan ratlls enam Dalar Amerika Serikat) dan (ii) tagihan llan g tanpa blillga
sebesar USD 160,13 3.00 (seratus enam puluh ribu seratus ti ga puluh tiga
doIar Amerika Serikat) yang merupakan perhitungan per tanggal 16
Nopember 2005. Maka s udah menjadi kewaj iban debitur untuk me lakukan
pembayaran. Tetapi , debitur justru melakukan pengakhiran Perjanjian
Konsultas i dan Perjanjian Tambahan 1 tersebut secara sepihak pada 14
Ncgcri PailiC , eet. 2, (Jakarta : Pu sat Studi Hukul11 & Kebijakan Indont:sia). 200·t, bal. 147:
dan Mcngenai Pemeriksaan Pcrkara dan Pembuktian dalam Kepailitan yang lidak dapa!
dil akukan
secar<l
mudah,
scdahana
dan
cepnt.
Lihat:
PUlll san
Nomor
46/Pailill200 I /PN .NiagalJkl.P sl.
I~ Rahmat Dastian. Oanie:! Leonardo Lubis. Tar ipar Simanjuntnk. dan Cecep
latmika. yang bcrkantor di Firlllil Hukum BT Partnership.
262
JUI"I1al f-IUklll11 dan Pe11lbangllan Talwl1 Ke-36 No.3 Juli September 2006
Nopember 2004. Menurut kreditur, seharusnya tagihan terse but tetap har us
dibayar debitur karena te lah jatuh tempo dan wajib dibayar jauh sebel um
tanggal pengakhiran peljanjian. Tagihan tersebut sudah dikirimkan oleh
kreditur sebanyak tiga kali, '" akan tetapi pennintaan alas pembayaran telap
tidak dipenuhi.
Berdasarkan hal tersebut d ialas, maka berdasarkan Pasal 1238 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata debilur dinyatakan lalai. 17
Kreditur juga berusaha membukt ikan bahwa setidaknya ada 2 (dua)
atau lebih kreditur dengan cara mem inta konfinnasi terlulis dari para kreditur
lainnya, yaitu: Lufthansa Systcms As GMBH (Lufthansa). Dalam surat
lersebut diberitahukan bahwa Lufthan sa diberi waktu 8 (delapan) hari sejak
tanggal surat lersebut dibuat untuk memberi konfirmas i, telap i telah lewat
dari 8 (delapan) hari Lufthansa tidak pernah mengakui bahwa utang PT.
Garuda Indones ia maupun tagihan Lufthansa kepada PT. Garuda Indones ia.
Konfirmasi yang sama juga ditujukan pada: KLM Royal Dutch Airlincs,
PT. Multi Bintang Indonesia TBK dan PT. Pertamina. Akan tetapi te lah
lewat dari 8 (delapan) hari KLM, Mu lti Bintang dan Pertamina tidak pernah
mengakui bahwa utang PT. Garuda Indonesia maupun tagihan mereka
kepada PT. Garuda Indones ia yang terutang, jatuh waktu dan dapat ditagih
telah dibayar sepenuhnya o leh PT. Garuda Indonesia. Masih ada kreditur
lainnya, yaitu: European Export Credit Agencies, Bank Mandiri Tbk,
PT. (Perscro) Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Angkasa Pura I dan PT.
Angkasa Pu ra II.
Kreditur berusaha melakukan pembuktian lain dengan me lampirkan
laporan keuangan PT. Garuda Indonesia yang berakhir pada 31 Desember
2003 dan 2002 yang diperole h dari Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran
Perusahaan Departemen Perdagangan Republ ik Indonesia. Dalam
16 Yaitu sebagai berikUl: (i) surat dari kuasa hukum Pemohon dan Termohon dengan
Nomor BTP/MI4002/RBOI-VSAO I/8031V1II05 lerranggal 9 Agllstu s 2005 Peri hal Demand oj
Payment dan tclah diterima oleh Termohon dengan wnda terima tertanggal 10 Agustus 2005,
(ii) surat kuasa dari kuasa hukum Pemohon dan Termo hon dengan Nomor
BTPIM14002/RBO I -V SAO 1/8 171VIIIIOS tertanggal 29 Aglisllis 2005 Perihal ]"" Demand oj
Payment dan telah diterima o leh Termoho n dengan tanda tcrima tertanggal 29 Agustus 2005,
(iii) sural kuasa dari kuasa hukum Pemohon dan Termo hon dcngan Nomor
BTP/MI4002/R.BO I -V SAO 1/840/lX/05 tertanggal 13 September 2005 Perihal YOllr Leller
RelNo: 623/AR-LM//X/2005 dan te lah diterima oleh Te nnoho n dcngan tanda tcrima
tel1anggal 14 September 2005 dan me lalui faksimi li tertanggal 13 September 2005.
11 Pasal 1238 KUHPerdata, bunyinya: "Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan
surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi
perikatannya sendiri, ialah j ib in i menetapkan. bahwa si berhurang akan harus dianggap lalai
de ngan lewatnya waklu yang ditcntukan."
Penolakan Pengadilan AlaS Permohonan Pailit, Yuanita
263
gugatannya kreditur menyatakan bahwa debitur bukan merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kepentingan publik,
sehingga tidak berlaku Pasal 2 ayat (5) Undang-undang Nomor 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 18
Berdasarkan keadaan tersebut, kreditur mengajllkan Permohonan Pernyataan
Pailit terhadap debitur.
Berdasarkan fakta diatas, secara sederhana persyaratan bagi debitur
untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat I UU
KepaiJ itan dan PKPU telah terpenuhi,19 karenanya sesuai dengan ketentuan
pasal 8 ayat 4 UU Kepailitan dan PKPU,20 Pemohon seyogyanya harus
dikabulkan untuk memungkinkan kurator, dibawah pengawasan hakim
Pengawas, mulai segera melaksanakan tugas manajerial maupun operasional.
Untuk melindungi kepentingan para kreditur, Termohon pada
umumnya dan Pemohon pad a khususnya selama putusan atas permohonan
terhadap Pemohon ini belum dijatuhkan, Pemohon dapat mengajukan
permohonan pada Majelis Hakim untuk menllnjuk Kurator Sementara guna
mengawasi pengelolaan usaha Termohon secara bijaks~na,21 dan selain itu
pula untuk mengawasi segala bentuk pembayaran pad a para kreditur,
pengalihan atau penggunaan kekayaan Termohon yang mana dalam rangka
kepailitan memerlukan persetujuan Kurator serta dalam rangka menghindari
kerumitan actio pauliana maupun tindakan-tindakan yang tidak diwajibkan
18 Pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan dan PKPU bunyinya:
"Dalam hal debitur adalah Perusahaan Asuransi. Perusahaan Reasuransi , Dana
Pensiun atau Badan Umum Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan pubiik,
permohonan p¢rnyataan pail it dapat diajukan oleh Menteri Keuangan".
1<) Indonesia. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tcntang Kepailitan dan
Pellundaan Pembayaran Utang, (Bandung: Citra Umbara), 2005, hal. 6.
20
Ibid .. hal. 10.
21
Lihat Pasai 10 ayat I dan 2 UU Kepailitan dan PKPU, berbunyi:
(I) Selama putusan alas permohonan pernyataan pailit bdum diucapkan , setiap
kredilur, kejaksaan, bank Indonesia, Badan Pengawas Pasa!" Modal, at au
Menteri Keuangan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk:
a. meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atal! seluruh kekayaan
debitur; atau
b. menunjuk Kurator sementara untuk menga\\iasi:
a.
pengelolaan usaha Debitur: dan
b.
pembayaran kepada Kredilur, pengatihall. ataupenggunaan
kekayaan debitur yang dalam Kepaiiilan merupakan wewcnang
Kurator.
(2 ) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) hanya dapat dikabulkan,
apabila hal tersebul diperlukan gun a meiindungi kepentingan Kn:ditur.
264
JI/rnal Hllkllll1 dan Pembanguan Tahun Ke-36 No.3 JlIli Seplember 2006
namun berpotensi merugikan kreditur. Untuk urusan dan atau pemberesan
harta pail it, Pemohon dengan ini mengusulkan Kurator. 22
Yang berdasarkan su rat keterangannya sendiri tertanggal 6 Desember
2005 berhak dan berwenang untuk diangkat menjabat sebagai Kurator
Sementara maupun Kurator dalam Kepailitan dan tidak memiliki benturan
kepentingan jika diangkat sebagai Kurator Sementara maupun Kurator dalam
Kepailitan.
Berdasarkan a lasan-a lasan tersebut yang dikemukakan, maka
Pemohon memohon kepada Pengadilan maupun Majelis Hakim untuk
berkenan memeriksa permohonan dari Pemohon dan memberikan Putusan
sebagai berikut:
I.
2.
3.
4.
5.
6.
Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya (termasuk
tetapi tidak terbatas permohonan atas pengangkatan Kurator
Sementara).
Menyatakan Termohon pailit dengan sega la akibat hukumnya.
Mengangkat Hakim Pengawas dari susunan Hakim di Pengadilan
Niaga pad a Pengadilan Negeri Jakarta Pusa!.
Menunjuk Bapak H.Tafrizal Hasan Gewang, SH., MH, sebaga i
Kurator Sementara maupun Kurator Tetap yang akan melakukan
pen gurusan dan atau pemberesan harta paili\.
Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara ini.
Atau apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya sepanjang sesuai dengan keadilan
maupun hukum yang berlaku.
Pada hari sidang yang telah ditentukan Pemohon datang menghadap
dan diwakili oleh kuasanya Rahmat Bastian, SH, dkk,21 sedangkan Termohon
datang menghadap dan diwakili oleh kuasanya dan datang menghadap
kemuka persidangan.24
Sebelumnya telah diusahakan perdamaian antara kedua belah pihak
yang diajukan o leh Termohon Pailit, tetapi tidak berhasil, maka Termohon
22 Yailu bapak H.Tafrizal Hasan Gewang, yang beralamat di Scntra Menteng Blok
MN No.88M, Scktor VII Sintaro Jaya, Jakarta Sclatan.
23
Para advokat dan pengacara yang berkantor di Firma Hukum BT Partnership,
beralamat di Gedung BRI II, lantai lenderal Sudirman Nomor 45, Jakarta 10210.
24 Kuasanya Linna Simamora. SH, dkk. Para advokat dan Konsultan Hukum pacta
Kantor J-Iukum Hanafiah Penggawa & Partners. beralamat di Wisma 46-Kota BNI, lantai 41,
11. lend. Sudinnan Kav L Jakarta 10220 berdasarkan sural kuasa khusus tanggal, 22 Desember
2005.
Penolakan Pengadilan Alas Permohonan Poilit, Yuonito
265
mengajukan jawabannya tertanggal, II Januari 2006 yang isinya sebagai
berikut:
Termohon pail it menolak Permoho nan Pa il it yang diajukan oleh
Pemohon Pailit berikut dalil-dalilnya secara keseluruhan, kecuali yang
kebenarannya dengan tegas dan tertulis diakui oleh Termohon Pailit,
karena pengajuan Pennohonan Pail it cacat hukum dan Pemohon Pailit
tidak dapat membuktikan terpenuhinya 2 (dua) syarat mutlak yang
merupakan gab ungan persyaratan kumulatif yang harus d ipenuh i suatu
Permohonan Pailit untuk dapat dikabulkan oleh Pengadilan N iaga,
yailu Pasal 2 ayat ( I) dan Pasal 8 ayat (4) Undang-undang Re publik
Indonesia No. 37 Tahun 2004 tentang Kepai lilan da n Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)/5 alasan-alasan mana akan
dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:
A.
Mengenai Form alitas Pengajuan Permohonan Pailit
Permohonan Pa ilit seharusnya ditolak kare na Pemohon Pailit t idak
memenuhi persyaratan hukum fo rmal dalam mengajukan Permohonan
ra ilit tersebul, berdasarkan alasan-alasan sebaga i berikut :
I)
Surat kuasa Pemohon Pailit Cacat Hukum. Surat kuasa ya ng
diajukan o leh Pemohon Pailit cacat hllkllm, karena
Pennohonan Pailit harus ditolak, de nga n alasan-alasan
sebaga i berikut:
I . Pemberi kuasa bukan pihak yang berwenang
Na ma pribadi yang dicantumkan mewak ili remohon Pailit
pada bagian premis pad a hal ama n I surat kuasa Pe mohon
Pailit (Su rat Kuasa Pemoho n Pail it", versi Bahasa Inggri s
ada lah "Switbertus Bernardus Terpstra" sedangkan pada
kolom ya ng memu at tanda tanga n pada ha laman 3 Sural
Kuasa Pemohon Pa ilil versi Bahasa Inggris, nama pribadi
yang dicantumkan mewakili pemberi kuasa tertulis se bagai
2: 5 (i) Pasa l 8 ayat (4) UU Kepaililan dan PKPU. bcrbu nyi: "Pt:.:rmohonan pernyataan
paiJi t haru s dikabulkan apab ila lcrdapal fakra <ltatl kead aan yang tt:rbukt i secara sl!d~rhana
bahwa persyaralan untuk dinyatakan pa ilit sebagailllana dimak sud clalam pasal 2 ayal ( I) Lelah
dipenuhi".
(i i) Pasal 2 ayat (l) UU Kepaililan dan PKPU. berbunyi : "Dcbi tur yang
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidal.:. membayar lunas sedik ilnya sa Lu utang yang lelah
jaluh \VakIli dan dapal ditagi h. dinyatakan pailit dcngan Pu tusan Pengadilan. baik alas
pcrmohonannya sendiri mauplln atas permohonan atau atau kbih krcditurnya."
266
Jurnal Hukllll1 dan Pell1banguan Tail"n Ke-36 No.3 Juli September 2006
"Swibertus Bertio Terpstra". Sedangkan yang tercantum
dalam Akta No. 19 tertanggal 7 Maret 2003 dari Pemohon
Pailit, salu-satunya direktur Pemohon Pailit adalah
Swibertus Bernardus Terspstra. Dengan demik ian terdapa!:
(i) perbedaan identitas pribadi yang dieanlumkan mewakili
Pemohon Pailit pad a halaman I dan halaman 3 Sural Kuasa
Pemohon Pailit dan (ii) identitas, pribadi yang
menandatangani Surat Kuasa Pemohon Pailit yang be rbeda
dengan nama salu-satunya direktur Pemohon Paili t,
keduanya sebagaimana dimaksud
di
atas, jelas
membuktikan bahwa Surat Kuasa Pemohon Pailit tersebut
adalah eaea! hukum.
2. Cacat hukum sehubungan dengan terjemahan bahasa
Indonesia dari Surat Kuasa Pemohon Pailit
Dalam bagian tandatangan pad a halaman 5 versl
terjemahan Bahasa Indonesia dari Surat Kuasa Pemohon
Pailit tersebul, nama wakil pemberi kuasa tertulis sebaga i
"Mark A. Neporent" dengan jabatan se laku Wakil
Presiden, sementara itu halaman I dari dokumen yang
sama menyebut "Swibertus Terpstra" sebagai wakil
Pemohon Pailit dalam surat kuasa dimaksud. Versi
terjemahan Surat Kuasa Pemohon Pailit dalam Bahasa
Indonesia tersebut merupakan bukti otentik karena
dihasilkan oleh Penerjemah Resmi dan Tersumpah
berdasarkan SK.Gub KDKI No.2228/200 I sebagaimana
tercantum pad a bagian akhir halaman 5 Surat Kuasa
Pemohon Pailit versi terjemahan tersebut. Bahwa pad a
bagian akhir halaman 5 Surat Kuasa Pemohon Pailit versi
terjemahan terse but, oleh Penerjemah Resmi dan
Tersumpah, Anang Fahkerudin, dinyatakan bahwa
dokumen hasil terjemahan tersebut adalah terjemahan
sebenarnya dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
Adanya ketidaksesuaian antara halaman I dan 5 surat
kuasa Pemohon Pailit tersebut seeara sangat jelas
menunjukkan adanya caeat hukum atas dokumen Surat
Kuasa Pemohon Pailit. Dengan adanya dua versi surat
kuasa yang berbeda menimbulkan ketidakpastian hukum
seh ingga Surat Kuasa Pemohon Pi lit terbukti eaea! hukum.
3. Surat kuasa Pemohon Pailit tidak bermaterai
Surat Kuasa Pemohon Pailit menggunakan materai yang
sudah tidak berlaku. Tidak sesuai dengan Pasal 2 ayat I.a
Penolakan Pengadilan Alas Permohonan Pailit, Yuanila
267
26
Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
Dalam penjelasan Pasal 2 ayat I.a Undang-undang No. 13
Tahun 1985 te ntan g Bea Materai menyebutkan surat-surat
yang dimaksud antara lain adalah surat kuasa." Surat
KlIasa Pemohon Pailit ditanda tangani di atas matera i yang
sudah tidak berlaku seperti sebaga imana dinyatakan dalam
Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 15/PMK.03/2005 tertanggal 22 Februari 2005 yang
mulai berlaku sejak tanggal I April 2005 28
4. Itikad tidak baik Pemohon Pailit
Dalam akta No. 19 tertanggal 7 Maret 2003 hanya
mencantllmkan nama Swibertus Bernadus Terspstra
sebaga i satu-satunya Direktur Pemohon Pailit. Tetapi
dengan dicantumkannya pad a vers i terjemahan Bahasa
Indonesia dari Surat Kuasa Pemohon Pailit nama Mark A.
Neporent sebagai Wakil Presiden Pemohon Pailit
menunjukkan adanya itikad ti dak baik dari Pemohon Pailit
dalam mengajukan susunan Direksi dan Komisaris terakhir
dari
Pemohon Pai lit.
Karenanya patut diadakan
pemeriksaan Komisaris terakhir dari Pemohon Pailit yang
sebenarnya.
2)
Permohonan Pailit juga tidak dilampiri dengan akta
pendaftaran perusahaan (tanda danar perusahaan) yang
dilegalisir o leh kantor perdagangan paling lambat I minggu
sebe lum permohonan didaftarkan. Hal ini dipersyaratkan
26 Pasal 2 ayat (I ).a Un dang-undang No. 13 Tahun 1985, bcrbu ll) i: "Dikenakan Bea
Materai atas doku men yang berbentuk : a. Sura! pe~jalljian dan sural -sura! lainnya yang dibual
dengan tlljllan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mcngenai pl!rbuatan, kcnyalaan atau
keadaan yang bers! fal perdata ",
27 Lihat penjeJusan Pasal 2 ayat (I ).3 Undang-undang No. 13 Tahun 1985, isinya:
" Pihak-pihak yang memegang sural pe~janjian alau su ral- sural lainnya lersebut, dibebani
kewaji ban untuk membayar Bea Materai alas su ral pc~janjjan aInu sural-surat yang
dipegangnya, Yang dimaksud sural-sural lainnya pada huruL.l inl anlara lain sural kuasa. sural
hibah. sural pernyataan".
28 Pasal 3 Peraturan Menter! Keuangan Republik Indonesia No. 15/PMK.03 /2005,
bun yinya: "Materai Il!mpcl yang menggu nakan desain st:suai dengan Keputusa n Menleri
Keuangan No. 323/KMK.0312002 tcntang Bentuk, Ukuran dan Warn a lknda Materai Desain
Tahun 2002, dinyatakan tidal..: herlaku",
268
Jurnoi Hukum dan PembanK'lGn To"ul1 Ke-36 NO.3 Juli September 2006
dalam check lisl Permohonan Pcrnyataan Kepailitan Dan
Penundaan Pembayaran dan setiap pengajuan Permohonan
Pernyataan Kepailitan harus dilengkapi dengan Akta
Pendaftaran Perusahaan. Maka berdasarkan hal-hal yang
tersebut diatas, terbukti menurut hukum bahwa pengajuan
Permohonan Pailit oleh Pemohon Pailit cacat formal dan
oleh karenanya harus ditolak.
B.
Mengenai Materi Pengajuan Pcrmohonan Pailit
Dalam materi pengajuan Permohonan Pailit, Termohon pailit
merasa perlu untuk menegaskan bahwa Perjanjian antara Pemohon
Pailit dan Termohon Pailit merupakan Perjanjian tilllbal balik dimana
Pemohon Pailit diwajibkan untuk menyelesaikan dan menyerahkan
pekerjaan sesuai Perjanjian agar Terlllohon Pailit dapat melakukan
pembayaran sesuai Perjanjian.
Bahwa dengan demikian, dalam menentukan timbulnya kewajiban
Termohon Pailit sangat digantungkan pada:
I)
2)
Unsur penyelesa ian dan penyerahan pekerjaan oleh Pelllohon
Pailit sesuai dengan ketentuan-ketentuan Perjanjian; dan.
Ada tidaknya unsur cidera janji dari Pelllohon Pailit yang
dapat Illenyebabkan pelllbatalan kewajiban Termohon Pailit.
Dengan demikian Perlllohonan Pail it harus ditolak karena
Permohonan Pailit tidak memenuhi 2(dua) syarat mutlak yang
merupakan gabungan persyaratan kumulatifyang harus dipenuhi s uatu
Permohonan Pailit untuk dapat dikabulkan oleh Pengadilan Niaga,
yaitu Pasal 2 ayat (I) dan Pasal 8 ayat (4) Undang-undang Republik
Indonesia No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Dengan tidak dipenuhinya
pasal 2 ayat (I) UU Kepailitan dan PKPU yang mengharuskan
Tennohon Pail it adalah debitur yang mempunyai 2(dua) atau lebih
kreditur dan Termohon pailit tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, maka dengan
demikian Pemohon Pailit tidak dapat Illembuktikan bahwa Terll1ohon
adalah debitur yang mempunyai 2(dua) atau lebih kreditur.
I)
Permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit tidak
memenuhi persyaratan dalam Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan
dan PKPU
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Perjanjian Konsultasi
dan Perjanjian Tambahan merupakan Perjanjian timbal balik,
Penolakan Pengadi/an Alas Permohonan Pailil, Yuan ita
269
hal mana, dengan memllljam pendapat dari Prof. DR.
Paulus E. Lotulung, SH,'9 sebagaimana dikutip dalam
Putusan
NomoI'
46/Pailit/2001/PN.Niaga/JKT.PST
menyebabkan pemeriksaan perkara dan pembuktiannya tidak
dapat dilakukan secara mudah, sederhana dan cepat. Pasal I
ayat (I) jo Pasal 6 ayat (3) UU Kepailitan mensyaratkan
pembuktian sederhana dalam menentukan dikabulkan atau
tidaknya suatu Permohonan Kepailitan. Tetapi UU
Kepailitan tidak memberikan penjelasan yang rinci mengenai
pembuktian sederhana ini dilakukan dalam memeriksa
Permohonan Pailit. Seandainya kata "sederhana" merupakan
lawan dari "tidak sederhana" maka UU Kepailitan tidak
menjawab sejauh mana batasan pembuktian sederhana dan
tidak tersebut 30
Makamah Agung berusaha memberikan batasan pembuktian
sederhana In! pad a Rakernas yang diadakan pad a
SePT.ember 2002. Komisi yang membahas permasalahan
Kepailitan berpendapat bahwa pemeriksaan
perkara
permohonan tidak mengenal adanya eksepsi, jawaban, replik,
duplik dan kesimpulan seperti halnya dalam perkara gugatan
yang bersifat partai . Kewajiban pemanggilan pada pasal 6
ayat (I) UU Kepailitan bukan berat1i "memanggil" debitur
untuk mengajukan jawaban, duplik dan kesimpulan . Majelis
Hakim memanggil debitur agar debitur mendengar dalil
Pemohon (kreditur). Sehingga acara pemeriksaan dengan
eksepsi, jawaban, duplik dan kesimpulan seperti pad a proses
Peradilan Umum tidak berlaku dalam proses Kepailitan. 31
Pada dasarnya, jenis Penyelesaian Perkara Kepailitan adalah
Permohonan dan pemeriksaannya bersi fat sepi hak. Seperti
layaknya pemeriksaan Permohonan pada umumnya. Majel is
Hakim hanya bertugas memeriksa kelengkapan dokumen
persyaratan untuk dikabulkannya suatu Permohonan dengan
melakukan cross check dengan Pemohon atau pihak terkait.
Fakta atau kenyataan yang didalilkan dalam Permohonan
Pailit sebagai pemenuhan persyaratan Pasal 2 ayat (I) UU
29 Hakim pada Pengadilan Niaga Jakarta yang membcrikan Putusan dalam Perkara
Kepailitan sebagaimana dikutip dalam Putusan Nomor 46/PaiJit/2001 /PN.NiagalJKT.PST.
30
Aria Suyudi, el. al.. Op. Cit .. hal. J48.
JI
Ibid.
270
Jurnal
fllIkllm
dan Pembanguan Tahun Ke-36 No.3 Juli September 2006
Kepalitan dan PKPU, tidak dapat dibuktikan seeara
sederhana. Berdasarkan hal-hal terse but di atas, terbllkti
menurut hukum bahwa Permohonan Pailit yang diajukan
oleh
Pemohon
Pailit tidak memenuhi
persyaratan
pembuktian sederhana dalam Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan
dan PKPU.
2)
3)
Bahwa Mengingat Bahwa Permohonan Kepailitan, Apabila
Dikabulkan, akan membawa akibat yang sangat substansial
bagi Termohon Pailit beserta pihak-pihak terkait dengan
Tenllohon Pailit dan bahwa Termohon pailit Illerupakan (A)
Perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia dalam banyak
hal , (B) Perusahaan penerbangan yang seratus persen
dimiliki oleh Negara Indonesia, dan (e) Berfungsi sebagai
pembawa nama dan bendera Indonesia yang menjalankan
kepen tingan UIllUIll dan Nasional, maka pemeriksaan atas
perkara ini secara menyeluruh (Komprehe nsif), tidak s umir
dan ekstra hati-hati sangat diperlukan.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, telah terbukti
menurut hukulll bahwa Permohonan Pailit haruslah ditolak
karena pengajuannya cacat hukum dan Pemohon Pailit tidak
dapat membuktikan terpenuhinya 2 (dua) syarat mutlak yang
merupakan gabungan persyaratan kUlllulatif yang harus
dipenuhi suatu Permohonan Pailit untuk dapat dikabulkan
oleh Pengadilan Niaga, yaitu Pasal 2 ayat (I) dan Pasal 8
ayat (4) Undang-undang Republik Indonesia No. 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU).
Maka,
berdasarkan
alasan-alasan
bukti-bukti
dan
sebagaimana dijelaskan tersebllt di atas, dengan ini Termohon
Pailit memohon agar Majelis Hakim yang Terhormat berkenan
Illemutuskan sebagai berikut:
I.
Menolak atau setidak-tidaknya menyatakan tidak menerima
Permohonan Pailit dari Pemohon Pailit; dan
2.
Menghukum Pemohon Pailit untuk membayar biaya
perkara.
Berdasarkan uraian diatas, uralan pertimbangan hukumnya
adalah sebagai berikut:
Peno/alean Pengadilan Alas Permohonan Pailil, Yuanila
27 J
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan
Pemohon Pailit adalah sebagaimana disebutkan diatas, pad a
pokoknya menyatakan:
I. bahwa antara Pemohon sebagai konsultan dan Termohon
sebaga i penerima jasa konsliitasi telah disepakati Perjanjian
Konsultasi Nomor DS/PERJ/DZ-334512000 pad a tahun
2000 yang berakhir pada tanggal 31 Desember 200 I,
kemudian
diadakan
Perjanjian
Tambahan
Nomor
DS/PERJ/AMAND.I/DZ-3345/2000/2004 tertanggal 15
April 2004 mengenai jenis pekerjaan yang harus dikerjakan
Pemohon dengan sejum lah pembayaran dari Termohon.
2. bahwa setelah Pemohon melaksanakan pekerjaan/proyek
seharllsnya Termohon sudah harus membayar kepada
Pemohon hingga tanggal 16 Nopember 2005 sejumlah: (i).
utang pokok sebesar USD 612,806.00 (enam ratus dua belas
ribu delapan ratus enam dollar Amerika Serikat) dan ( i i).
Bunga sebesar USD 160,133.00 (seratus enam puluh ribu
seratus tiga puluh tiga Dollar Amerika Se rikat), berikut
biaya hukum sebesar USD 22,000.00 (dua puluh ribu Dollar
Amerika Serikat), sehingga seluruh kewajiban Termohon
berjumlah USD 794,939.00 (tujuh ratus sembi Ian pullih
empat ribu sembi Ian ratus tiga puluh sembi Ian Dollar
Amerika Serikat);
3. bahwa selain Pemohon, Termohon memiliki kreditur lain.
Menimbang, bahwa atas Permohonan Pernyataan Pailit
terse but, Termohon membantah pada pokoknya sebagai berikut:
I. bahwa Surat Kuasa Pemohon tidak sah;
2. surat Permohonan tidak memenuhi syarat formal;
3. bahwa Pe'janjian antara Pemohon dan Termohon bersifat
timbal balik, dimana Pemohon diwajibkan lllelaksanakan
penyelesaian
serta
menyerahkan
peke'jaan
kepada
Tennohon, setelah itu Terlllohon dapat melakukan
kewajibannya melakukan pembayaran;
4. bahwa Termohon telah lllelakukan pembayaran sesuai
dengan peke,jaan yang dilakukan oleh Pemohon seh ingga
Terlllohon tidak mempunyai utang kepada Pemohon:
5. Termohon tidak memenuhi jadwal waktu yang diperjanjikan.
Menilllbang, bahwa untuk menguatkan dalilnya Pemohon
dipersidangan mengajukan bukti-bukti surat.
Menimbang, bahwa sesuai pasal 2 ayat (I) UU Kepail itan
dan PKPU, debitur dinyatakan pailit apabila:
272
.lurnal Hukllm dall Pemballgual1 Tahul1 Ke-36 No.3 .fuJi September 2006
I.
2.
mempunyai 2 (dua) atau leb ih kreditur;
tidak membayar lun as sedikitnya satu utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih.
Menimbang, bahwa pertama sekali akan dipertimbangkan
ada lah kedudukkan hukum antara Pemohon sebaga i kreditur dan
Termohon sebagai debitur, apakah Termohon mempunyai utang
yang telahjatuh waklu dan dapat ditagih kepada Pemohon.
Menimbang, bahwa karena diaklli setidaknya tidak dibantah
Termohon maka dianggap terbukti hal-hal sebaga i berikut:
I. bahwa antara Pemohon dan Termohon terjadi Perjanj ian
Konsultasi ,
Pemohon
sebagai
konsultan
harus
menyelesaikan pekerjaan tertentu serta menyerahkan kepada
Termohon , setelah ada penyerahan peke .jaan yang di landai
persetujuan dari Termohon, se lanjutnya Termohon wajib
melakukan pembayaran sebagaiman a ditllangkan da lam
Perjanjian Konsultasi.
2. bahwa utang yang didalilkan Pemohon timbul dari
pelaksanaan perjanj ian tersebut.
Menimbang bahwa Pemohon dalam dalil permohonannya
secara tidakjelas apakah seluruh isi Pe.janjian Konsultasi tersebut
sudah terlaksana dengan baik atau tidak, namun dari dal il
bertikutnya yang antara lain menyatakan bahwa Tennohon pad a
tanggal 14 Nopember 2004 secara sepi hak melakukan
pengakhiran
perjanjian konsultasi, sebaliknya Termohon
mengakui telah melakukan beberapa kali pembayaran at as
pekerjaan yang telah dilaksanakan Pemohon se bagaimana terbukti
dari beberapa pembayaran. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan
bahwa Perjanjian Konsultasi sudah terlaksana sebagian, namun
belum selesai secara sempurna sudah terjadi pengakhiran.
Menimbang, bahwa invoice at au surat tagihan dari Pemohon
kepada Termohon dalam surat mana tidak secara jelas dasar
penagihan berupa penyelesaian pekerjaan , sebab sebagaimana
dalam surat perjanjian penyerahan pekerjaan yang sudah selesai
harus memperoleh persetujuan dari Termohon hal mana tidak
terlihat jelas dalam surat tagihan dimaksud.
Menimbang, bahwa Termohon dalam jawabannya se lain
mengakui adanya Pe.janj ian Konsultasi sekaligus mendal i Ikan
bahwa seluruhnya menerima dengan baik pekerjaan yang telah
diselesaikan Pemohon dengan alasan yang tidak sesuai dengan
yang diperjanjikan, o leh karenanya tidak menandatangani
penyerahan pekerjaan yang di laku kan oleh Pemohon.
Penolakan Pengadilan Alas Permohonan Pailit, Yuanita
273
Menimbang,
bahwa
dari
keadaan
yang
telah
dipertimbangkan diatas, pelaksanaan Perjanjian Kons ultasi yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak
khususnya
tagihan
pembayaran
hasil
pekerjaan
masih
membutuhkan penilaian yang lebih akurat terhadap nilai pekeljaan
yang telah dilakukan Pemohon, masih terjadi perseli s ihan tentang
kwalitas dan kwantitas pekerjaan yang membutuhkan pembuktian
yang tidak sederhana, dengan kata lain utang yang didalilkan
Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sederhana, untuk itu dapat
dilakukan dengan gugatan perdata biasa;
Menimbang, bahwa karena utang yang didali lkan Pemohon
tidak dapat terbukt i secara sederhana, maka Permohonan ini tidak
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
Undang-undang
Kepai litan karenanya dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa karena Permohonan ditolak , maka
Pemohon d ihukum untuk membayar biaya yang timbld dalam
perkara ini;
Mengingat dan memperhatikan Pasal 2, Pasal 8 dari Undang
Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan PKPU,
sena ketentuan hukum lain yang berhubungan dengan perkara ini;
MENGADILI
I.
2.
Meno lak Permohonan Pernyataan Pailit dari Pemohon;
Menghukum Pemohon membaya r biaya perkara yang timbld
dalam perkara ini sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
Demikian dipuluskan dalam musyawarah Majelis pada hari
Sen in, tanggal 30 Januari 2006, oleh: BINSAR SIREGAR,
SH.M.Hum., sebagai Hakim Kelua Majelis, SUDRAJAD
DIMY ATl, SH., dan AGUS SUBROTO, SH.M.Hum., masingmas ing sebagai Hakim Anggota, Putusan diucapkan dalam
Pers idangan yang Terbuka unluk umum pada hari Rabu, tanggal 1
Pebruari 2006 oleh Hakim Ketua Majeli s tersebut didampingi
Hakim-hakim Anggota, dibantu BAMBANG SUGIANTO ,S.H.,
Panitera Pengga nti, dengan dihadiri kuasa Pemohon dan kuasa
Termohon.
Jllrnal HukulJI dOI1 Pembang lfan Tahun Ke-36 No.3 JlIli Septe mber 2006
2 7-1
V.
Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Niaga Atas Penolal,an
Pel'mohonan Pernyataan Pailit Yang Diajukan Oleh PT. Magnus
Indonesia Terhadap Persero PT. Perusahaan Penerbangan
Garuda Indonesia
I.
Bahwa dengan membuklikan bahwa PT. Garuda Indonesia
sebagai debillir yang lidak me lakukan kewajiban lidak clikup
menjadi alasan bagi Pengadilan Niaga lInluk menenma
Permohonan Pernyalaan Pailit PT. Magnus Indonesia
Bcrdasarkan uraian sebclumnya dialas, dapat dikelahui
bahwa PT. Garuda Indonesia da lam PCljanjian Konsullasi Icrsebul
lidak dapal dikalakan lalai alau cidera janji karena lidak
melakukan kewajibannya sebagai debilur. Dalam hal illl
Termohon Pailit lidak mcmpunyai kewajiban pembayaran apapun
alau utang kepada Pemohon Pailil, karena Termohon Pailil lelah
melaksanakan sem ua kewaj iban pembayaran berdasarkan
Perjanjian Konsullasi dan Perjanjian Tambahan.
Kewaj iban Tcrmohon Pailit melakukan pembayaran hanya
timbld setelah pemenuhan preslasi yang terkait dengan
pembayaran berupa penye rahan pekerjaan
sesuai dengan
perjanjian. Telapi kewajiban ini menjadi balal , karena ada nya
cidera janji yang dilakukan Pemohon Pailit. Berdasarkan
Perjanjian Tambahan, Pemohon Pailil wajib menyelesaikan dan
menyerahkan seluruh fase pekerjaan yang belum diselesaikan
untuk proyek (i) GMF AeroAs ia (Gem dan GMF) serta (ii) Cargo
sebagai berikul ("Pekerja"):
I. Penyelesaian Daftar Issue GMF (GMF Completion of
issue list).
2.
Rencana
Proyek yang diselujui
(Approved Project
Plans).
3.
Daftar yang diselujui dengan Perminlaan Perubahan
(Approved List With Change Requests) ;
4. d.Desain konsep yang d iselujui (Approved ConcePTual
Designs).
5. Protolipe Skcnar io bisnis yang d iselujui (Approved
business scenario proroypes) ;
6. Program specs yang diselujui (Approved program
specs).
7. Skenario bisnis yang dilerima pemakai (User accpeted
business scenario ·s) ; dan
,.Penolakan Pengadilan Alas Pennohonan Pailit, Yuan ita
8.
2 75
Sertifikat penerimaan-penerimaan akhir (Certificate of
final Acceptances).
Bahwa berdasarkan Perjanjian Tambahan , Pemohon Pai lit
dan Termohon Pai li t sepakat bahwa jadwal penyerahan masm gmasing pekeljaan Proyek adalah sebaga i berikut :
Untuk GMF Aciomsia
GMF
ladwal
Penyerahan
Mei 2004
lenis Penyerahan
Akhir pekerjaan
(FINAL
DELIVERABLES)
Penyelesaian daftar issue
GMF (GMF ; Completion
of Issue List)
Status
Telah selesai
diserahkan oleh
Pemohon Paili! dan
dibayar lunas o leh
Pemobon Paili! sebesar
USD 20.000
GEM +GMF
ladwal
Penyerahan
Mei 2004
luni2004
luli 2004
Jenis Penyerahan
Akhir pekerjaan
(FINAL DELIVERABLES)
Penyerahan rencana proyek
yang disetujui (Approved
Projects 1011s)
Penyerahan
daftar
yang
d isetuj ui dengan perm intaan
peruball3n (Approved /ist
with chanste requests)
Penyerahan desain Terpadu
yang disetujui (Approved
ConcePT uol Designs)
Status
Te lah selesai
diserahkan oleh
Perno hon Pailit dan
dibayar lunas oleh
Tennohon Pailit
sebesar USD 40.000
Belum diterima oleb
Termohon Pailit sesuai
krite ri a penerimaall
yan o berlaku
Belum diterima o leh
Termohon Pail it sesliai
kriteria penerimaan
yang berlaku
Agustus 2004
Prototipe
Bclum diterima oleh
Skenari o
bisnis
yang
disetujui (Approved bllsiness
Termohon Pailit sesuai
kriteria penerim aan
276
./ur/wl HukufIl
dUI1
Pefllbanguan Tohun Ke-36 No.3 JlIli September 2006
scenurio prolotypes)
Oktober 2004
Program
Disctujui
yan o ber laku .
Specs
Yang
(A pproved Program Specs)
Deseillber 2004
(i)
Skenario
yang
bisnis
diterima
( User
peillakai
accepled
business
scenario's) dan
(i i)
Belum diterima o leh
Term ohon Pailit sesllai
kriteria pellerimaan
ya n o berlakll
Seluruhnya belulll
diterima oleh
Termohon Pailit sesllai
kriteria penerimaan
yang berlaku .
Sertifikat penerimapellerima
akhir
(Cerlijicale of Final
Acceplances)
Untuk Cargo
1adwal
Penyerahan
Mei 2004
Status
Jen is Penyerahan
Akhir pekerjaan
(FINAL DELIVERABLES)
Penyerahan rencana proyek
yang disetujui (Approved
pro)eci plans)
1uni2004
(i)
Penyerahan daftar
disetujui
yang
dengan permintaan
perubahan
(Approved lisl lVilh
change Requesls)
( ii)
Penyerahan Desain
konsep
disetujui
yang
(Apseproved
Conceplual
Designs) dan
(i ii)
Prototipe skenario
bisnis ya ng
disetujui
(Approved
business scenario
prolotypes)
Telah selesai
diserahkan o leh
Pemohon Pailit dan
dibayar lunas oleh
Pemohon Pailit sebesar
USD 40.000
Seluruh belum
diterima oleh
Termohon Pailit sesuai
kriteria penerimaan
yang berlaku.
Penolakan Pengadilon Alas Permohonan Poilil, Yuanilo
Juli 2004
Program specs yang
disetujui (Approved
program 'pee,)
Oktober 2004
(i)
Skenaria
ya ng
(i i)
bi snis
diterima
277
Belum diterima oleh
Termoholl Pailit seslIai
kriteria penerimaan
yang berlaku
Seluruhnya belum
diterima aleh
(U,er
pemakai
accepted Business
Termohon Pailit sesuai
kriteria penerimaan
Scenario's) dan
yang berlaku.
Sertifikat
penerimaanpenenmaan
akhir
(Certificate offinal
acceptances)
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terbukti menurut hukum
bahwa Pemohon Pailit telah cidera janj i atas Perjanj ian Konsultasi
dan Perjanjian Tambahan. Meskipun Termohon Pailit telah
memberikan kesempatan lagi kepada Pemohon Pailit untuk
memperbaiki cidera janji tersebut, tetapi Pemohon Pailit kembali
tidak memenuhi kewajibannya sampai dengan lewatnya jangka
waktu yang disepakati , dan atas cidera janji tersebut, Tennohon
Pailit se lanjutnya berulangkali mengingatkan Pemohon Pailit
untuk memenuhi kewajibannya tersebut dalam:
I. Surat Termohon Pailit kepada Pemohon Pailit No.
GARUDA/PC-2007/04 tertanggal 13 Juli 2004 dimana
Termohon Pailit telah l11eminta kepada Pel11ohon Pailit untuk
l11el11enuhi
kewaj iban
pe nyelesaian
dan
penyerahan
pekerjaan kepada Termohon Pailil.
2. Surat Tennohon Pailit kepada Pemohon Pailit No.
GARUDA/PC-2009/04 tertanggal 5 Agustus 2004 dimana
Termohon Pailit juga memberikan penundaan penyerahan
peke rjaan [ (satu) minggu sejak tanggal 5 Agustus 2004.
Pad a kenyataannya, walaupun Termohon Pailit telah kembali
me mberikan perpanjangan jangka waktu bagi Pemohon
Pailit untuk penyerahan pekerjaan kepada Termohon Pailit,
namun ternyata Pemohon Pailit tetap tidak memenuhi
kewajibannya tersebut.
Be rdasarkan hal-hal tersebut di atas, terbukti menurut hukum
bahwa Pemohon Pailit telah ciderajanji atas Perjanjian Konsultasi
dan Perjanjian Tambahan. Pemohon Pailit juga tidak
278
Jurnai Hukum dan Pembanguan Tahun Ke-36 No.3 .fuli September 2006
2.
3l
33
menyerahkan
pekerjaan yang memenllhi
kriteria yang
diperjanjikan untuk dapat diterima Termohon Pailit. Kriteria
terse but mengharuskan farm-farm
penyerahan
pekerjaan
ditandatangani oleh Manager Proyek Termohon Pailit, atall dalam
hal adanya perubahan, fonnu lir pennintaan perubahan, formulir
permintaan perllbahan (change request) telah turut ditandatangani
oleh Steering cammillee dari Termohon Pailit. Dalam
kenyataannya, tanda tangan tanda dengan terse but tidak pernah
ada.
Selain itu, Pemohon Pailit telah melakukan penggantian
konsultan tanpa persetujuan dari Termohon Pai lit dan tidak
menyediakan konsultan yang memenuhi kualitas dan kualifikasi
yang disepakati dan diperluka.i dalam pelaksanaan Proyek tanpa
persetujuan terlebih dahulu dari Termohon Pail it dimana Hendra
Suryakusumah telah digantikan dengan Carlou Joseph M.
Torres.
Berdasarkan hal tersebut di atas, terbukti menurllt hukum
bahwa Pemohon Pailit telah melakukan cidera janji terhadap
kesepakatan Termohon Pailit dan Pemohon Pailit. Dengan
demikian Perjanjian tersebut menjadi batal , hal ini sekaligus
membuktikan bahwa sudah tidak ada hubungan hukum lagi
an tara Pemohon dan Termohon, sehingga Pemohon paili!.
bllkanlah kreditur dan Termohon pailit bukanlah debitur.
Bahwa Pembuktian Pasif dengan Konfirmasi Negatif tidak dapat
menjadi bukti dalam Kepailitan
Alat bukti yang digunakan dalam persidangan adalah: surat,
saksi, persangkaan, pengakuan serta sumpah." Pada dasarnya,"alat
bukti dibagi menjadi alat bukti tertulis (akta) dan alat bukti tidak
tertulis (surat bukan akta). Yang menjadi prioritas adalah alat
bukti tertulis yang dapat berupa akta (otentik maupun dibawah
tangan). Menurut Sudikno Mertokusumo, akta ada lah surat yang
diberi tanda tangan , yang memllat peristiwa-peristiwa yang
menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan, yang dibuat
sejak semula untuk pembuktian. 33
Untuk alat bukti surat, umumnya yang dipakai dalam
pembllktian (yang menyangkut Pasall ayat (I) UU Kepailitan dan
Pasal 164 HIR.
Sudikno Mertokusulllo. "Hukum Acarn P~n..lata Indonesia", (Dandung: Alumni.
1992). hal. 36.
Penolakan Pengadilan Alas Permohonan Pailil, Yuanita
279
PKPU) pad a perkara Kepailitan adalah dokumen perjanjian yang
mendasari hubungan perutangan, laporan keuangan tahunan ,
daftar tagihan sua!u perusahaan, surat dari Bank Indonesia,
fotokopi artikel koran bahkan putusan Makamah Agung dimana
Termohon Pailit atau debitur juga menjadi debitur atau Termohon
Pailit pad a kasus lain."
Dengan demikian, metode pembuk!ian pasif yaitu dengan
konfirmasi negatif yang digunakan oleh Pemohon Pailit, tidak
dapat digunakan dan tidak dapat diterima secara hukum scbagai
bukti adanya tagihan atau utang dan tidak dapat membuktikan
adanya kreditur lain dari Termohon Paili!.
VI.
Jawaban atas Pertanyaan yang Terdapat Dalam Perumusan
Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat diketahui jawaban atas
pertanyaan yang terdapat dalam perumusan permasalahan, yaitu:
1.
Perbedaan definisi Kepailitan dalam UU Kepailitan dan PKPU
dengan ketentuan dalam Faiiissementverordening.
Bunyi Pasal I ayat (I) di dalam UU Kepailitan merupakan
perubahan dari bunyi Pasal I FailIissementsverordering (Fv)." Pasal
tersebut disyaratkan bahwa debitur telah berada dalam keadaan
"berhenti membayar" artinya berhenti membayar utang-utangnya. Dari
pasal terse but tidak mengarah pad a pengertian "debitur tidak
membayar sa lah satu utang". Menurut Remy Sjahdeini, hukum
Kepailitan bukan mengatur Kepailitan debitur yang tidak membayar
kewajibannya hanya kepada salah satu krediturnya saja, tetapi debitur
itu harus berada dalam keadaan berhenti l1lel1lbayar. Debitur tidak
dapat dikatakan telah dalal1l keadaan insolven apabila hanya kepada
seorang kreditur saja debitur terse but tidak membayar utang-utangnya,
sedangkan kepada kreditur yang lain tetap melakukan kewaj ibannya
dengan baik 36
34
Aria Suyudi. et.a!.,
Op. Cit .. hal. 150.
35 Pasa l 1 Fv. berbunyi: "Setiap debitur yang tidak mampu membayar utangnya
berada dalam keadaan berhenti membayar kcmba li utang tersl!but. baik atas permintaannya
sendiri maupun atas pennintaan kreditur atau beberapa krediturnya. dapal diadakan putusan
oleh Hakim yang menyatakan bah'\'3 debitur yang bersangkutan dalam keadaan pailif'.
280
Jurnal Hukum dan Pembanguan Tahun Ke-36 No.3 Juli September 2006
Kelemahan rumusan Pasal I Fv terse but kemudian berusaha
dikoreksi dalam UU Kepailitan No. 4Tahun 1998 dengan memberikan
suatu kondisi prasyarat yang lebih jelas yang diatur dalam Pasal I ayat
(1) UU Kepailitan No.4 Tahun 1998 yaitu mempunyai 2 (dua) atau
lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan Pailit dengan Putusan
Pengadilan yang berwenang, ba ik atas permohonannya sendiri (si
debitur), maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. 37
Terhadap persyaratan Permohonan Pailit yang kedua, yaitu
debitur dalam keadaan berhenti membayar atau tidak membayar utang,
UU Kepailitan tidak member i penjelasan lebih lanjut. Hanya
menjelaskan bahwa utang yang tidak dibayar oleh debitur adalah utang
'8
pokok alau bunganya. '
Logika dibalik prasyarat ini adalah karena pad a intinya Kepailitan
merupakan proses pembagian halta debitur kepada para krediturnya 39
Pasal 1131 KUH Perdata mengatur bahwa harta debitur baik yang
berupa barang bergerak l11aupun tidak bergerak serta baik yang sudah
ada maupun yang akan datang adalah jaminan UI11UI11 atas utang
debitur terhadap kreditur'O
Sementara Pasal 1132 KUHPerdata mengatur bahwa barang
debitur merupakan jaminan bersama bagi semua krediturnya, yang
hasil penjualannya dibagi menurut perbandingan piutang masingmasing kreditur, kecuali ada diantara kreditur yang memiliki alasanalasan yang sah untuk didahulukan. 41
Kedua pasal inilah yang menjadi dasar hukum Kepailitan, yang
bertujuan untuk meletakkan sita umum terhadap seluruh harta debitur
sebagai pelunasan utang-utangnya terhadap semua krediturnya.
Melalui sita umum tersebut maka sita dan eksekusi oleh para kreditur
36
Sjahdeini. Gp. Cit .. hal. 72.
)7 Indonesia. Undang-Undang Tentang Penetapan Peraturan Pcmcrintah Penggan li
Undang-Undang No. I Tahun 1998 Tentang Perubnhan Alas Undang-Undang Tentang
Kepailil.n Menjadi Undang-Undang. UU NO.4 tahun 1998. LN No. 135 lahun 1998. TLN
No. 3778. ps. I ayat (I).
J8
Rachmadi Usman. Op. Cir., hal. 15. Lihat Indones ia (b). Pcnj elasan ps. 1 ayat ( I).
39
Aria Suyudi et. nl.. Gp. Cit.. hal. 121.
40
Lihat ps. 1131 KUH Perdala.
41
Lihat ps. 1132 KUH Perd.ta.
Penolakan Pengadilan Alas Permohonan Pailil, Yuanila
281
secara sendiri -sendir i dan terpisah tidak dibenarkan oleh KUH Perdata.
Dengan demikian para kreditur harus beltindak secara bersama-sama
dan dari pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi kepada
para kreditur menurut keseimbangan sesuai dengan yang diatur dalam
Pasal 1132 KUH Perdata"
I)
2)
3)
4)
Tindakan PT. Garuda Indonesia yang tidak memenuhi
kewajiban kepada PT. Magnus Indonesia tidak sesuai dengan
definisi Kepailitan dalam UU Kepailitan dan PKPU artinya,
PT. Garuda Indonesia tidak dapat dinyatakan dalam keadaan
pailit, karena PT. Magnus Indonesia t idak dapat
membuktikan bahwa PT. Garuda Indonesia mempunyai 2
(dua) atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
·1 43d ·Itagll.
Pembuktian pasif yang diajukan oleh PT. Magnus Indonesia
dalam memohon pernyataan pailit terhadap Persero PT.
Penerbangan Garuda Indones ia tidak dapat membuktikan
bahwa Termohon Pailit mempunyai 2 (dua) atau lebih
kred itur, hal ini dikarenakan :
Dalam Permohonan Pail it, untuk membuktikan bahwa
Termohon Pailit mempunyai 2 (dua) atau lebih Kreditur,
Pemohon Pailit menggunakan metode pembuktian pasif
berupa konfinnasi negatif.
Pembuktian pasif dengan konfirmasi negatif yang digunakan
oleh Pemohon Pailit adalah dengan mengirimkan surat
kepada ( I) Lufthansa Systems AS GMBH ("Lufthansa"); (2)
KLM Royal Dutch Airlines ("KLM"); (3) PT. Multi Bintang
Indones ia Tbk. ("Bintang"); (4) PT. Pertamina (Persero)
("Pertamina") untuk meminta konfirmasi dari pihak-pihak
tersebut alas telah lunasnya tagihan pembayaran pihak-pihak
tersebul terhadap Termohon Pailit yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih dalam jangka waktu 8(delapan) hari , dan
jika pihak-p ihak tersebut tidak memberikan konfirmasinya
dalam jangka waktu 8(delapan) hari , maka dengan semenamena, secara sepihak dan melawan hukum t idak adanya
tanggapan dimaksud akan diartikan oleh Pemohon Pailit
42 Dikenal juga dengan istiJah concursus creditorum dan pari passu pro ralG parte.
Lihat Aria Suyudi, et. 01.. Op. Cit., hal. 122. Lihatjuga ps. 1132 KUI-I Perdata.
4l
Lihat ps. 2 ayat (I) UU Kcpai lilan dan PKI'U.
282
Jurnal HukulI1 dan Pembanguan Tahzm Ke-36 No.3 Juli September 2006
5)
sebagai konfirmasi atas adanya tagihan pembayaran oleh
pihak-pihak tersebut terhadap Termohon Pailit yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih.
Konfirmasi negatif tersebut tidak dapat dipakai dan tidak
dapat diterima secara hukum sebagai bukti ada nya tagihan,
dengan a lasan-alasan sebagai berikut:
I.
2.
3.
Konfirmasi negatif sarna seka li tidak memberikan
kepastian hukum karena t idak ada satuplln di antara
pihak-pihak yang disurati Pemohon Pailit tersebut yang
mempllnyai hubungan hukum dengan Pemohon Pailit
yang
mewajibkan
pihak-pihak
tersebut
untuk
memberikan tanggapan atas surat-surat dimaksud.
Konfirmasi
negatif hanyalah
merupakan sarana
pe ngalihan beban pembuktian adanya Kreditur lain
secara semena-mena oleh Pemohon Pailit kepada pihakpihak lain terse but (Lufthansa, KLM, Bintang dan
Pertamina).
Kepailitan merupakan hal yang sangat ser ius dan
mempunyai dampak ya ng sangat penting dan signifikan
terhadap kelangsungan usaha Tennohon Pail it beserta
segala konsekuensi ikutannya (seperti tenaga kerja dan
keluarga mereka, pemasok, pelanggan , kelancaran
transportasi udara nasional dan bahkan keuangan
negara), maka merupakan hal yang sangat bertentangan
dengan kepastian hukum dan keadilan jika metode
konfirmasi negatif tersebut digunakan sebaga i dasar
adanya Kreditur lain atau sebagai rujukan dalam proses
pemeriksaan perkara Kepailitan ini.
Metode konfirmasi negatif dilakukan oleh Pemohon Pailit
dengan prasangka bahwa pihak-pihak yang menerima
suratnya memang mempunyai tagihan terhadap Termohon
Pailit, prasangka ini kemudian terbukti tidak benar dengan
adanya konfirmasi dari Bintang, salah satu pihak yang
menerima surat Pemohon Pail it, dalam persidangan
tertanggal 21 Desember 2005 Bintang tidak mempunyaJ
tagihan terhadap Tennohon Pailit; fakta ini membuktikan.
dengan jelas bahwa konfirmasi negatif tidak dapat dipakai
sebagai metode pembuktian tentang adanya suatu tagihan
mallpun adanya Kreditor lain.
Apabila konfirmas i negatif dijadikan metode pembuktian
adanya tagihan, maka sistem ekonollli dan s istem hllkum
Penolakan Pengadilan Alas Permohonan Pailit, Yuan ira
283
yang ada l11enjadi kaeau. Pihak yang l11enerapkan metode
konfirl11asi negatif akan menyalahgunakan wadah ini untuk
kepentingan sepihaknya atas kerugian pihak lainnya;
kelemahan lain metode ini adalah mungkin saja pihak
penerima tidak pernah menerima surat yang dikirimkan
tersebut atau jangka waktu yang ada tidak memadai dan
dengan demikian mengharuskan kepada semua orang untuk
memberikan jawaban atas surat-surat yang dikirimkan
kepadanya. Proses pemeriksaan perkara, khu susnya Perkara
Kepailitan, menuntut adanya kepastian hukum dan keadilan,
sehingga metode pembuktian dengan konfirmasi negatif
yang mempunyai banyak kelemahan tidak dapat digunakan.
Berdasarkan hal-hal terse but di atas, terbukti bahwa metode
pembuktian yang digunakan oleh Pemohon Pailit tidak dapat
digunakan dan tidak dapat diterima seeara hukum sebagai
bukti adanya tagihan maupun Kreditur lain dari Termohon
Paili!.
Pertimbangan Majeli s Hakim Pengadilan Niaga yang menolak
Permohonan Pernyataan Pailit terhadap PT. Garuda Indonesia adalah
sebagai berikut:
Mempertimbangkan bahwa:
I.
2.
3.
4.
5.
Surat kuasa Pemohon tidak sah;
Surat permohonan tidak memenuhi syarat formal;
Perjanj ian antara Pemohon dan Termohon bers ifat
timbal balik, dimana Pel11ohon diwajibkan melaksanakan
penyelesaian serta menyerahkan pekerjaan kepada
Tennohon, setelah itu Termohon dapat melakllkan
kewajibannya melakllkan pembayaran;
bahwa Termohon telah melakukan pel11bayaran sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Pemohon
seh ingga Termohon tidak mempllnyai utang kepada
Pemohon ;
Termohon tidak memenuhi jadwal waktu yang
diperjanjikan.
Bahwa sesuai Pasal 2 ayat (I) UU Kepailitan , dan PKPU debitur
dinyatakan Pailit apabila:
I.
2.
l11empunyai dua atau Jebih kreditur;
tidak mel11bayar lunas sedikitnya satu utang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih.
284
Jurnai Hliku/JI dan Pe/JIbanguan Tahun Ke-36 No.3 Juli September 2006
Termohon mengakui atau setidaknya tidak membantah, maka
dianggap terbukti hal-hal sebagai berikut:
I.
2.
3.
Antara Pemohon dan Termohon terjadi perjanjian
konsultasi,
Pemohon
sebagai
konsultan
harus
menyelesaikan pekerjaan tertentu serta menyerahkan
kepada Termohon.
bahwa utang yang didalilkan Pemohon t imbul dari
pelaksanaan perjanjian tersebut.
bahwa perjanjian konsultasi sudah terlaksana sebagian,
namun behllTI se lesai seeara sempurna s udah terjadi
pengakhiran.
Denga n demikian, pelaksanaan Perjanjian Konsu ltasi yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak khususnya
tagihan pembayaran hasi l pekerjaan masih Illembutuhkan penilaian
yang lebih akurat yang membutuhkan pcmbuktian yang tidak
sederhana, dengan kata lain utang yang didalilkan Pemohon tidak
dapat dibuktikan seeara sederhana, untuk itu dapat dilakukan dengan
gugatan perdata biasa. Karena utang ya ng didalilkan Pemohon tidak
dapat terbllkti seeara sederhana, maka Permohonan 1111 tidak
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Undang-undang Kepailitan
karenanya dinyatakan ditolak.
VII. Penutup
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uralan dalam bab-bab sebeilimnya, maka dapat
ditarik kes impulan sebagai beriklll:
I.
Perbedaan definisi Kepailitan dalam UU Kepai litan dan PKPU
dengan ketentuan dalam Fv yaitu: Dalam Fv persyaratan
Pengajuan Permohonan Pailit yang dimuat dalam Pasal I Fv
adalah setiap berutang dalam keadaan berhenti membayar utangutangnya, berdasarkan putusan Hakim, baik atas pelaporan
sendi ri, baik atas permintaan seorang atau lebih para
berpiutangnya (krediturnya).
Sebagai dasar Permohonan Pail it, nlmusa n 1111 menilllbulkan
kesulitan tersendiri , sebab untuk melllbuktikan debitur yang
berhenti membayar adalah keadaan berhenti membayar seeara
Penolakon Pel1gadilan Alas Permohonan Pailil, Yuanila
285
mutlak, hal ini menimbulkan kesulitan terutama dari segl
pembuk!ian kondisi debitur berhenti membayar.
Kelemahan tersebut kemudian berusaha dikoreksi dalam UU
Kepailitan No.4 Tahun 1998 dengan memberikan suatu kondisi
prasyarat yang lebih jelas yang dia!ur dalalll pasal I ayat (I) UU
Kepailitan No.4 Tahun 1998 yaitu mempunyai 2 (dua) atau lebih
kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan Pailit dengan Putusan
Pengadilan yang berwenang, baik atas pennohonannya sendiri (si
deb itur), maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
2.
3.
Tindakan PT. Garuda Indonesia yang tidak memenuhi kewajiban
kepada PT. Magnus Indonesia tidak sesuai dengan definisi
Kepailitan dalam UU Kepailitan dan PKPU. Artinya PT. Garuda
tidak dapat dinyatakan dala1l1 keadaan Pail it, karena PT. Magnus
Indonesia tidak dapat membuktikan bahwa PT. Garuda Indonesia
mempunyai 2 (dua) atau lebih kreditur dan tidak me1l1bayar lunas
sedikitnya satu utang yang lelah jatuh tempo dan dapat ditagih ,
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat ( I) jo pasal 8 ayat (4) UU
Kepailitan dan PKPU Dengan tidak dipenuhinya dua syarat
mutlak yang merupakan gabungan persyaratan kumulatif
Permohonan Pernyataan Pailit, maka PT. Garuda Indonesia tidak
dapal dinyatakan Pailit.
Pembuktian pasif dengan ko nfinnasi negatif yang diajukan oleh
PT. Magnus Indonesia dalam melakukan Per1l10honan Pernyataan
Pail it terhadap PT. Garuda Indonesia tidak dapat memberikan
kepastian hukum. Hal ini dikarenakan tidak ada salupun dar i para
kreditur memberikan tanggapan atas surat-slIra! yang dikirimkan
4.
Pemohon pailit. Selanjutnya, jika konfir1l1asi negatif tersebut
dijadikan metode pembuktian adanya tagihan , maka sislem
ekonomi dan s istem hukum yang ada menjadi kacau. Pihak yang
menerapkan
metode
konfirmasi
negatif tersebut
dapat
menyalahgunakan wadah ini untuk kepentingan sepi hakn ya at as
kerugian pihak lainnya.
Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang menolak
Permohonan Pernyataan Pailit terhadap PT. Garuda Indonesia
sudah tepat, Majelis Hakim menemukan fakta bahwa:
I)
2)
Te lah terjadi perjanjian konsultasi diantara Pemohon Pailit
dan Termohon Paili! yang suda h terlaksana sebagian;
Proyek belum selesai secara sempurna sudah terjadi
pengakhiran perjanjian.
286
Jumai Hukum dan Pembangllan Tahun Ke-36 No,3 Juli September 2006
Dengan demikian, pelaksanaan Perjanjian Konsultasi yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak
khususnya tagihan pembayaran hasil pekerjaan, Hal ini masih
membutuhkan penilaian yang lebih akurat yang membutuhkan
pembuktian yang tidak sederhana, Dengan kata lain utang yang
didalilkan Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sederhana,
Untuk itu dapat dilakukan dengan gugatan perdata biasa,
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka, Permohonan ini tidak
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-u ndang
Kepailitan, Oleh karen a itu , Permohonan Pernyataan Pailit yang
diajukan PT. Magnus Indonesia dinyatakan ditolak,
B.
Saran
Berdasarkan uraian diatas dengan ini penulis memberikan saran
sebagai berikut:
I.
2.
I-Iendaknya dalam perjanjian para pihak melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagaimana telah ditentukan dalam perjanjian,
baik dalam hal penyelesaian pekerjaan maupun pelaksanaan
pembayaran agar diselesaikan tepat pad a waktu yang telah
disepakati bersama dengan itikad baik, Hal ini untuk menghindari
salah satu pihak mengajukan gugatan ke Pengadilan.
Bagi pihak pemohon pailit hendaknya memiliki bukti-bukti yang
kuat untuk dapat mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan
Niaga. Tanpa disertai bukti-bukti yang kuat maka permohonan
pernyataan pailit akan ditolak. 1-1 a I ini dapat merugikan pemohon
karena proses peradilan di pengadilan niaga membutuhkan biaya
yang tidak sed ikit.
286
Jumai Hukum dan Pembangllan Tahun Ke-36 No,3 Juli September 2006
Dengan demikian, pelaksanaan Perjanjian Konsultasi yang
menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak
khususnya tagihan pembayaran hasil pekerjaan, Hal ini masih
membutuhkan penilaian yang lebih akurat yang membutuhkan
pembuktian yang tidak sederhana, Dengan kata lain utang yang
didalilkan Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sederhana,
Untuk itu dapat dilakukan dengan gugatan perdata biasa,
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka, Permohonan ini tidak
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-u ndang
Kepailitan, Oleh karen a itu , Permohonan Pernyataan Pailit yang
diajukan PT. Magnus Indonesia dinyatakan ditolak,
B.
Saran
Berdasarkan uraian diatas dengan ini penulis memberikan saran
sebagai berikut:
I.
2.
I-Iendaknya dalam perjanjian para pihak melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagaimana telah ditentukan dalam perjanjian,
baik dalam hal penyelesaian pekerjaan maupun pelaksanaan
pembayaran agar diselesaikan tepat pad a waktu yang telah
disepakati bersama dengan itikad baik, Hal ini untuk menghindari
salah satu pihak mengajukan gugatan ke Pengadilan.
Bagi pihak pemohon pailit hendaknya memiliki bukti-bukti yang
kuat untuk dapat mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan
Niaga. Tanpa disertai bukti-bukti yang kuat maka permohonan
pernyataan pailit akan ditolak. 1-1 a I ini dapat merugikan pemohon
karena proses peradilan di pengadilan niaga membutuhkan biaya
yang tidak sed ikit.
288
hmal Hukum dan Pemballgllan Tahun Ke-36 No.3 Juli September 2006
Suyud i, Aria et. a I. , Kepai litan di Negeri Pai lit, Cet. 2, Jakarta: Pusat Stud i
Hukum & Kebijakan Indonesia, 2004.
Usman, Rachmad i. Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Yan i, Ahmad dan Gunawan Widjaja. Perseroan Terbatas, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999.
Majalah
Yuhassarie, Emmy, ed,.Undang-Undang Kepa ilitan dan Perkembanga nnya.
Prosiding, Jakarta : Pusa! Pengkajian Hukum, 2004.
Undang-Undang
Indonesia . Undang-Undang Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Membayar Utang, UU No. 37 Tahun 2004.
__-=-cc-"
Undang-undang Tentang Perbendaharaan Negara, UU No. I
Tahun 2004.
_ _-,.,..,...-,," Undang-undang Tentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara,
UU No. 19 Tahun 2003.
_ _-:-:::=" Undang- Undang Tentang Perseroan Terbatas, UU No . I Tahun
1995. LN No. 13 Tahun 1995, TLN No. 3587.
_ _ -;::--;-" Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R.
Soebekti dan R. Tjitrosudibio, cet. 25. Jakarta: Pradnya Paramita,
1992.
Download