DIKSI KONOTATIF PADA LIRIK LAGU CHRISYE Oleh

advertisement
DIKSI KONOTATIF PADA LIRIK LAGU CHRISYE
Oleh: Anang Jannu Laksono
NIM: A2A006004
INTISARI
Lirik lagu adalah susunan kata yang berisi curahan perasaan pribadi. Lirik
lagu diciptakan oleh pengarangnya untuk mengekspresikan apa yang dirasakan,
dilihat, dan dialami dalam sebuah lingkungan masyarakat. Lirik lagu merupakan
karya sastra (puisi). Sebuah lirik lagu supaya menghasilkan lirik yang bernilai estetis
diperlukan adanya pemanfaatan bahasa kias/majas.
Masalah yang diteliti adalah diksi konotatif dan objek diksi dalam lirik lagu
Chrisye. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan diksi konotatif dan objek diksi
pada lirik lagu Chrisye..
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah stilistika, yaitu mengenai
gaya bahasa kias. Data penelitian dikumpulkan dari 20 lirik lagu yang dinyanyikan
oleh Chrisye yang dipilih secara acak dari semua album. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan teknik simak dan catat. Teknik analisis data menggunakan
pembacaan semiotik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis diksi konotatif/bahasa kias dapat
dideskripsikan menjadi tiga kelompok yaitu, (1) pembandingan, meliputi metafora,
simile, litotes, hiperbola, dan alegori, (2) pemanusiaan berupa personifikasi (3)
penggantian berupa sinekdoke dan metonimia. Sedangkan objek diksi sesuai ruang
persepsi manusia dideskripsikan sebagai berikut ke-ada-an, kosmos, energi, objek,
substansi, terestrial, kehidupan, makhluk hidup, dan manusia.
Pemakaian bahasa kias di atas menjadikan lirik lagu estetis dan menjadikan
penggambaran isi sebuah lirik lagu lebih jelas sehingga menjadi lebih mudah
dipahami dan dirasakan oleh penikmat lagu.
Kata Kunci: diksi, objek diksi, ruang persepsi manusia, lirik lagu.
A. Pendahuluan
Lagu adalah ragam suara yang berirama dalam bercakap, bernyanyi, membaca,
dsb (KBBI, 2003: 624). Dalam sebuah lagu, terdapat lirik yang merupakan karya
sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian
(KBBI, 2003:678). Lirik lagu diciptakan oleh penciptanya sebagai media untuk
menyampaikan suatu pesan tertentu. Pada umumnya, pencipta lagu menulis lirik lagu
yang ia ciptakan menggunakan bahasa yang khas dan indah, sehingga lagu tersebut
mempunyai nilai lebih yang dapat dilihat dari sisi bahasa. Namun, seiring dengan
perkembangan lagu yang begitu pesat saat ini, banyak pula pencipta lagu yang
menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti, sehingga
pesan yang terkandung dapat dengan mudah diketahui oleh pendengarnya.
Lirik lagu
dapat dimasukkan ke dalam genre puisi dalam karya sastra.
Perluasan makna puisi yang meliputi lirik lagu didasarkan pada pemahaman
Riffaterre (dalam, Pradopo 2005:3) yang mengutarakan bahwa puisi selalu berubahubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikannya.
Lirik lagu juga merupakan ekspresi seseorang dari alam batinnya tentang suatu
hal yang dilihat, didengar atau dialaminya. Penuangan ekspresi lewat lirik lagu ini
selanjutnya diperkuat dengan melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik
lagunya. Dengan demikian penikmat musik akan semakin terbawa dalam alam batin
pengarangnya. Sayuti (1985: 24) mengemukakan bahwa bahasa yang digunakan
dalam lirik lagu merupakan hal yang menarik untuk dikaji, karena bahasa lirik lagu
merupakan bahasa puisi. Bahasa puisi adalah sifat-sifat bahasa yang digunakan
sebagai media ekspresi dan bukan merupakan bahasa yang definitif.
Berbicara tentang lagu dan lirik, pasti tidak akan lepas dari pembahasan
tentang gaya bahasa. Setiap pencipta lagu pasti punya gaya yang berbeda-beda dan
gaya tersebut pasti akan terlihat, baik dalam nada maupun lirik lagunya. Gaya bahasa
sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau
karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi (Keraf, 2007: 23). Gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis, atau dalam penelitian ini adalah
pencipta lagu (Keraf, 2007: 113).
Bahasa lirik lagu memiliki kaidah-kaidah puisi yang terdapat unsur emotif
melalui bunyi dan kata. Selain itu untuk memperoleh kesan tertentu seperti puisi,
bahasa lirik lagu juga bersifat ringkas dan padat. Hal ini disebabkan lirik lagu telah
mengalami proses pemadatan makna dan kreativitas pemilihan diksi dari penyairnya.
Chrisye adalah penyanyi yang lagu-lagunya memiliki lirik puitis dan
menggunakan pilihan kata yang indah. Oleh karena itu, permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penggunaan diksi konotatif
dalam lirik lagu Chrisye? dan Apa saja objek diksi konotatif pada lirik lagu Chrisye?
Jadi tujuan penulisan ini ingin menjelaskan pemakaian diksi konotatif dan
objek diksi pada lirik lagu Crisye.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga tahapan strategis yang berurutan. Tahapan tesebut
adalah (1) metode pnyediaan data, (2) metode analisis data, dan
(3)
metode
penyajian hasil analisis (Sudaryanto, 1993 5-7). Yang dimaksud tahap penyediaan
data adalah suatu tahapan penelitian bagaimana data penelitian diperoleh. Metode
analisis data merupakan tahapan puncak dari suatu penelitian. Tahapan ini
menentukan ditemukan atau tidaknya kaidah yang menjadi sumber sekaligus sasaran
obsesi suatu penelitian. Selanjutnya, metode penyajian hasil analisis adalah tahapan
terakhir yang berusaha mengemukakan hasil tahapan puncak.
1. Tahap Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah teks lirik lagu Chrisye. Penulis
mengumpulkan 20 teks lirik lagu yang dipilih secara acak dari seluruh lagu Chrisye.
Berikut ini 20 judul lagu Chrisye yang penulis jadikan data :
Teknik pengumpulan data penulis lakukan dengan metode pustaka dengan
teknik simak, baca, dengar, dan catat. Data kemudian diklasifikasi dan diidentifikasi
sesuai dengan jenis dan isinya.
Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penggunaan diksi
konotasi dan objek diksi yang digunakan dalam lirik lagu Chrisye.
2. Tahap Analisis Data
Penelitian ini memerlukan pemahaman makna terlebih dahulu, yaitu dengan
cara pembacaan semiotik. Riffaterre (dalam Pradopo, 2005 : 268) mengungkapkan
bahwa pembacaan semiotik itu berupa pembacaan heuristik dan pembacaan retroaktif
atau hermeneuitik.
Keberadaan data dalam penelitian ini mungkin dianalisis secara tumpang
tindih karena dalam suatu data terdapat dua atau lebih kategori.
3. Tahap Penyajian Data
Penyajian hasil analisis data bersifat deskriptif, yang semata-mata hanya
berdasarkan pada teks yang ada dengan menggunakan teori-teori yang akan
dikemukakan pada
bagian
selanjutnya, sehingga dihasilkan paparan apa adanya.
Data disajikan secara informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa.
C. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang lirik lagu sebelumnya telah banyak dilakukan. Penilitian tentang
lirik lagu dapat berupa skripsi, tesis, desertasi dan jurnal.
Penelitian tentang lirik lagu di Fakultas Ilmu Budaya Undip sudah ada yang
pernah melakukanya antara lain oleh Novi Tri Nugraheni dengan skripsi yang
membahas lirik-lirik lagu Jamrud. Penelitian tersebut membuahkan hasil bahwa lirik
lagu Jamrud mempunyai ciri khas tertentu dalam penggunaan gaya bahasa. Tiap-tiap
gaya bahasa tersebut menciptakan efek estetis tertentu bagi pendengar. Selain itu
Novi juga melihat jenis, dan fungsi pemakaian bahasa pada lirik lagu Jamrud sebagai
style/gaya pengungkapan yang urakan, kasar, dan cenderung vulgar.
Siti Halimah dengan judul skripsi “Jenis Majas Dalam Lirik Lagu Karya
Melly Goeslaw”. Siti dalam penelitian ini membahas jenis bahasa kias dan fungsi
bahasa kias yang dipakai oleh sang pencipta lagu baik untuk dinyanyikan sendiri
maupun penyanyi lain. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian
majas atau gaya bahasa kias pada lirik lagu menjadikan sebuah lirik atau bahasa lirik
lagu lebih estetis dan membuat maksud isi sebuah lirik lagu lebih jelas sehingga dapat
diresapi oleh penikmat lagu.
Pada jurnal yang ditulis oleh Hermintoyo “Metafora dalam Lirik Lagu
Indonesia Populer Kajian atas Fungsi dan Implikaturnya” (2003), penulis meneliti
lirik lagu dengan kajian semiotik dan pragmatik. Penulis mengangkat berdasarkan
kemunculan symbol dan terapanya dalam proses tindak tutur. Pada jurnal ini dapat
ditemukan bahwa lirik lagu ternyata tidak hanya terbatas dalam pembahasan
gaya/style kebahasaan seorang pengarang, namun juga terdapat simbol-simbol
kebahasaan berupa bahasa metaforis. Pemahaman metafora dalam lirik lagu tidak
lepas dari kode, bahasa, sastra, dan budaya. Disimpulkan juga bahwa sebagai karya
seni termasuk karya sastra karena ada diksi, persajakan, citraan, sarana retorika, dan
ketidaklangsungan ekspresi.
Bahasa lirik lagu selain sebagai sarana ekspresi juga sebagai bentuk
pengungkapan maksud dan tujuan pencipta lagu unntuk menyampaikan pesan yang
terkandung. Untuk mencapai tujuan dan maksud digunakan bahasa lirik yang bersifat
ekspresif, karena bahasa yang bersifat ekspresif itu dipahami sebagai bagian dari
stilistika.
D. Kerangka Teori
1. Pengertian Lirik Lagu
Bahasa lirik lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa puisi. Hal ini sesuai
dengan pengertian lirik lagu menurut Semi (1988:106) yang mengatakan, “Lirik
adalah puisi yang pendek yang mengekspresikan emosi”.
Bahasa lirik lagu selain sebagai sarana ekspresi juga sebagai bentuk
pengungkapan maksud dan tujuan pencipta lagu unntuk menyampakan pesan yang
terkandung. Untuk mencapai tujuan dan maksud digunakan bahasa lirik yang bersifat
ekspresif, karena bahasa yang bersifat ekspresif itu dipahami sebagai bagian dari
stilistika.
Seorang pencipta lagu atau penyair harus bisa menemukan atau memakai pilihan
kata yang tepat untuk mengekspresiakan ide atau isi pikiran dengan ekspresi yang
dapat memunculkan ide atau gagasan dengan tepat. Pilihan kata dalam sajak disebut
juga diksi (Pradopo, 2005:54).
2. Diksi: Denotasi dan Konotasi
Seorang penyair berusaha memilih kata yang setepat-tepatnya untuk mencurahkan
perasaan
dan
isi
pikiranya
sesuai
dengan
yang
dialami
batinya
dan
mengespresikannya dengan ekspresi yang dapat menjilmakan pengalaman jiwanya
tersebut (Pradopo, 2005:54). Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan dan untuk
mendapatkan nilai estetik.
Sayuti (2002:143) menerangkan peranan diksi sebagi salah satu unsur yang
dapat ikut membangun keberadaan puisi berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh
seorang penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan yang bergejolak dan
menggejala dalam dirinya.
Pada dasarnya, sebuah kata dalam puisi memiliki dua aspek arti, yaitu
denotasi bahasa yang menuju kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda
(kata tersebut) dengan hal yang dituju (petanda), sedangkan konotasi yaitu arti
tambahan berupa asosiasi perasaan yang terkumpul dalam sebuah kata yang diperoleh
dari aspek denotatif Wellek (dalam Hermintoyo 2003:19).
Pradopo ( 2005:58) menjelaskan bahwa pembicaraan mengenai diksi ialah
pembahasan tentang denotasi dan konotasi. Karena dalam pemilihan kata-kata supaya
tepat dan menimbulkan gambaran yang jelas dan padat itu penyair mesti mengerti
denotasi dan konotasi.
Kalimat konotasi memiliki kaitan yang sangat luas dengan bahasa kias.
Bahasa kias menjadikan sebuah tulisan atau karangan lebih puitis dan menimbulkan
efek estetis. Diksi atau pilihan kata dalam sebuah puisi berkaitan erat dengan bahasa
kias, yakni sarana untuk memperoleh efek puitis, sedangkan cakupan bahasa kias
adalah semua jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya, yang
bias berupa kata, frase, ataupun satuan sintaksis yang lebih luas (Sayuti, 2002:195).
Bahasa kias adalah bahasa yang membandingkan sasaran dengan sesuatu hal
yang lain, dengan mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara
kedua hal tersebut (Keraf, 1995:136). Menurut Wahab (1991: 72), bahasa kias
sebagai
kalimat metaforis yang mencangkup perbandingan, penggantian dan
pemanusiaan.
Lambang kias metafora diambil dari ruang persepsi manusia. Ruang persepsi
manusia yang mempengaruhi daya cipta metafora pada kalangan penyair (pengarang)
di mulai dari lingkungan yang terdekat sampai ke lingkungan yang terjauh, dan
berlangsung secara hierarkhis. Hierarkhi itu dimulai dari manusia sendiri, jenjang
berikutnya makhluk bernyawa dan seterusnya (Wahab 1995:66-67). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel.1 Hierarkhi Ruang Persepsi Manusia
Kategori
Contoh Nomina
Keadaan/ being
Kosmos/cosmos
Energi/ energy
Substansi/substance
Terestrial/terrestrial
Objek/object
Kehidupan/living
Bernyawa/animate
Manusia/human
kebenaran, kasih
matahari, bumi bulan
cahaya, angin, api
semacam gas
gunung, sungai laut
semua mineral
flora
fauna
manusia, tingkah
lakunya
Predikasi
ada
menggunakan ruang
bergerak
lembam
terhampar
pecah
tumbuh
berjalan, berlari
berintelgia, berpikir
E. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini akan mendeskripsikan pemakaian diksi konotatif dan pemakaian
objek diksi berdasarkan ruang persespsi manusia. Pemakaian diksi konotatif meliputi
bahasa kias yang dibagi menjadi tiga kelempok.
1. Bahasa Kias Perbandingan
a. Metafora
(1).Tiap detik lalu begitu saja
tanpa rasa apalagi cinta
tiap hari aku selalu bertanya
apakah aku sebuah mesin kota
(Mesin Kota 1)
Pada data (1) merupakan bentuk metafora, karena tokoh aku dibandingkan
atau diibaratkan sebagai mesin kota. Mesin kota menggambarkan orang yang selalu
disibukkan dengan rutinitas atau kesibukan pekerjaan.
(2).Awan hitam di hati yang sedang gelisah
daun-daun berguguran
(Badai Pasti Berlalu 1)
Lirik (2) awan hitam di hati yang sedang gelisah daun-daun berguguran
menggambarkan perasaan yang sedang gelisah,bingung dan sedih. Kata awan hitam
menjelaskan bahwa hati yang sedang gelisah di gambarkan seperti awan yang
mendung mau turun hujan.
b. Simile
(3).Memori Kita Begitu Indahnya
Tapi tak mungkin terulang
Memori kita bagai suatu cerita
Terkenang selamanya
(Memori Kita 2)
Lirik lagu (3) penyair menyamakan memori kita yang ada pada tiap manusia
yang tersimpan di otak dengan suatu cerita. Kedua hal tersebut merupakan hal yang
berbeda. Memori adalah sebuah ingatan yang berada di otak manusia dibandingkan
dengan suatu cerita yang dibikin atau dibuat oleh manusia.
(4). Sabda-Mu bagai air yang mengalir
Basahi panas terik di hatiku
Menerangi semua jalanku
Kurasakan tenteramnya hatiku
(Damai Bersamamu 2)
Simile pada data (4) menyebutkan frase sabda-Mu adalah pebanding,
sedangkan air yang mengalir sebagai pembanding. Lirik tersebut dapat diartikan
bahwa perintah Tuhan bisa sebagai penunjuk jalan kebaikan, penyejuk hati dikala
menghadapi masalah, dan memberikan kenyamanan bagi setiap umat manusia yang
taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan.
c. Litotes
(5). Anak gedongan lambang metropolitan
menuntut hidup alam kedamaian
Anak gedongan korban kesibukan
hidup gelisah dalam keramaian
(Anak Jalanan 3)
Pada data (5) di atas menggambarkan bahwa hidup menjadi orang yang hidup
di kota besar atau menjadi orang gedongan belum tentu mendapatkan kehidupan yang
tenang atau nyaman dalam hatinya. Di kota besar kebanyakan orang hanya sibuk
kerja mencari penghasilan, sehingga terkedang mereka tidak sempat untuk
meluangkan waktu menyenangkan hatinya.
d. Hiperbola
(6).Seandainya di hari ini
kau ada disisiku kasih
betapa bahagia, tak terlukis kata
sejuta mesra dihati
(Memori Kita 3)
Pada data (6) yang menyatakan sejuta mesra dihati merupakan ungkapan yang
dilebih-lebihkan. Sejuta mesra merupakan pengganti perasaan sayang atau cinta
tokoh si aku terhadap seorang wanita. Lirik lagu di atas menggambarkan khayalan si
aku yang sangat bahagia, seandainya kekasihnya ada bersamanya.
e. Alegori
(7). Awal suatu percintaan
sungguh amat mengasyikkan
duaniapun seakan
menjadi miliknya
Oh…lenny gadis muda remaja
dimasa puber pertama
mabuk dilanda cinta
karena kekasih seorang pemuda
masa kini yang s'lalu bersolek
berdandan ala fantastik
walaupun drop out sekolah
Akhir suatu percintaan
tak terfikir olehnya
dan ketika harinya datang
ia pun menangis
Oh lenny janganlah kau sesali
jalannya kehidupan
apapun yang terjadi
biarkanlah berlalu
lupakan semua
hari ini bukan jamannya lagi
tuk merintih dan menangis
menyesali masa lalu
(Lenny 2)
Pada lirik lagu di atas menceritakan kisah hidup seorang gadis remaja yang
beranama Leny. Menggambarkan kehidupan anak remaja jaman sekarang yang penuh
dengan problematika. Gaya hidup yang bebas terpengaruh budaya luar, melupakan
budaya timur yang masih berpegang teguh pada norma-norma yang ada.
2. Bahasa Kias Pemanusiaan
a. Personifikasi
(8). Angin dingin datang menggigit
Malam senyap mengisi kalau mimpi
Anak karau berdoa sendiri
Putri malam menyisihkan diri
Melati timur mengundang pagi
(Putri Malam 1)
Pada data (8) di atas, gaya bahasa yang menunjukan personifikasi terdapat
pada kalimat angin dingin datang menggigit. Penyair memberikan sifat insani kepada
angin dingin. Angin yang dingin digambarkan memiliki tingkah laku seperti manusia
yang bias melakukan sesuatu yaitu datang dan menggigit, padahal kedua hal itu biasa
dilakukan oleh manusia dalam kehidupas sehari-hari untuk beraktivitas.
3. Bahasa Kias Penggantian
a. Metonimia
(9). Memori kita begitu indahnya
tapi tak mungkin terulang
Memori kita bagai suatu cerita
terkenang selamanya
(Memori Kita 4)
Pada data (9) merupakan bentuk metonimia dengan kata kuncinya adalah
Memori. Kata Memori yang terdapat dalam baris memori kita begitu indahnya tapi
tak mungkin terulang, menggantikan istilah dari ingatan manusia yang terdapat dalam
pikiran/otak.
b. Sinekdoke
(10). tangan-tangan menggapai
tolong dan bebaskan kami
rangkul, rangkullah kami
dan jangan lepaskan lagi
(Jeritan Seberang 4)
Lirik (10) menggunakan majas pras pro to to dengan menyebut bagian tubuh
seseorang yaitu dengan frase tangan-tangan menggapai tolong dan bebaskan kami
merupakan gambaran untuk menjelaskan seseorang yang membutuhkan pertolongan
dari permasalahan yang sedang dihadapi.
4. Pemakaian Objek Diksi
(11). Awan hitam di hati yang sedang gelisah
daun-daun berguguran
satu satu jatuh ke pangkuan
kutenggelam sudah ke dalam dekapan
semusim yang lalu sebelum ku mencapai
langkahku yang jauh
(Badai Pasti Berlalu 3)
Pada data (11) di atas metafora berkategori kosmos di tunjukan dengan kata
awan. Awan yang biasanya berwarna putih menggambarkan cuaca yang cerah,
sedangkan
pada data di atas penyair menggunakan istilah awan hitam yang
mempunyai maksud menggambarkan perasaan hati yang sedang dilanda masalah,
kesedihan kegelisahan dll. Awan hitam yang diibaratkan seperti awan yang mendung
mau turun hujan.
(12). Putri malam menyisihkan diri
Melati timur mengundang pagi
(Putri Malam)
Pada data (12) yang menjadi kunci kategori being adalah kata malam
dan pagi. Kata malam dan pagi merupakan keterangan waktu
(13). Tiada lagi cahaya ku damba
mengusik kalbu dalam pesona
(Juwita)
Pada data di atas teradapat kata cahaya yang berkategori energi. Cahaya
adalah sinar yang dihasilkan oleh benda mati seperti lampu, matahari, bulan, api, dan
lain-lain. Kata cahaya pada data tersebut mempunyai makna semangat/kekuatan bagi
si aku. Lirik di atas menceritakan si aku yang kehilangan semangatnya untuk
mempertahankan cintanya.
(14). Gelisah kumenanti tetes embun pagi
tak kuasa ku memandang dikau matahari
(Badai Pasti Berlalu 4)
Lambang dan simbol yang menjadi kata kunci pada data (14) yang berkategori
substance adalah embun. Penggalan lirik lagu di atas meceritakan kegelisahan si aku
dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi, sehingga dia seperti tidak
kuasa untuk bangkit keluar dari permasalahan tersebut.
(15).
Sungai mahakam terbentang
bagai membelah dunia
berkayuh ku ke seberang
mencari dambaan jiwa
Gunung biru menghijau
berhutan bagai beludru
juwita dimana engkau
hatiku semakin sendu
(Kalimantan 2)
Lambang dan simbol sungai dan gunung termasuk dalam kategori terrestrial
yang berupa hamparan. Lirik sungai Mahakam terbentang bagai membelah dunia
dan gunung biru menghijau beehutan bagai beludru termasuk dalam simile karena
terdapat kata bagai.
Pada lirik sungai Mahakam terbentang bagai membelah dunia berkayuh ku ke
seberang mencari dambaan jiwa menggambarkan si aku yang sedang mencari
pasangan hidupnya sampai jauh seperti sungai Mahakam yang besar membelah Pulau
Kalimantan.
F. Simpulan
Diksi konotatif atau bahasa kias dalam lirik lagu dibagi menjadi tiga
kelompok,
yaitu
pembanding,
pemanusiaan,
dan
penggantian.
Kelompok
pembandingan meliputi metafora, simile, litotes, hiperbola, dan alegori, kelompok
pemanusiaan berupa personifikasi, dan kelompok penggantian meliputi metonimia
dan sinekdoke.
Pemakaian objek diksi konotatif yang berupa kalimat metaforis dapat
memanfaatkan lambang kias berdasarkan ruang persepsi manusia yang secara hirearki
meliputi; ke-ada-an/being (ada), kosmos/cosmos (menggunakan ruang), energi (
bergerak), substansi (bersifat lembam), terrestrial (hamparan yang terikat oleh bumi),
objek (sifat yang dapat pecah), kehidupan/flora (sesuatu yang dapat tumbuh),
makhluk hidup/fauna (bernyawa,mampu berjalan), manusia (dapat berfikir).
G. Daftar Pustaka
Aminudin 1995, Stilistika : Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya
Sastra.Semarang: IKIP Semarang Press.
Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Halimah, Siti. 2008. “ Majas dalam Lirik Lagu Karya Melly Goeslaw”. Skripsi S1
Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Semarang.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nugraheni, Novie Tri.2002.”Analisis Lirik Lagu Jamrud Karya Azis Ms Suatu
Tinjauan Stilistika” Skripsi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro Semarang.
Pradopo, Rachmat Djoko.2005.Pengkaian Puisi. Analisis Strata Norma dan Analisis
Struktural dan Semiotika. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Pusat Bahasa.Departemen Pendidikan Indonesia. 2005.Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Ratna, Nyoman Khuta. 2007 University Press. Estetika Sastra dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sayuti, Suminto A.2002.Berkenalan dengan Puisi.Yogyakarta : Gama Media
Semi, M. Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Tarigan, Hery Guntur . 1986. Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wahab,Abul.1991. Isu Linguistik. Surabaya Airlangga University Press.
Sumber dari Internet
http://musiklib.org/chrisye-lirik_lagu.htm
Download