DIKSI KONOTATIF PADA LIRIK LAGU CHRISYE Oleh: Anang Jannu Laksono NIM: A2A006004 INTISARI Lirik lagu adalah susunan kata yang berisi curahan perasaan pribadi. Lirik lagu diciptakan oleh pengarangnya untuk mengekspresikan apa yang dirasakan, dilihat, dan dialami dalam sebuah lingkungan masyarakat. Lirik lagu merupakan karya sastra (puisi). Sebuah lirik lagu supaya menghasilkan lirik yang bernilai estetis diperlukan adanya pemanfaatan bahasa kias/majas. Masalah yang diteliti adalah diksi konotatif dan objek diksi dalam lirik lagu Chrisye. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan diksi konotatif dan objek diksi pada lirik lagu Chrisye.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah stilistika, yaitu mengenai gaya bahasa kias. Data penelitian dikumpulkan dari 20 lirik lagu yang dinyanyikan oleh Chrisye yang dipilih secara acak dari semua album. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat. Teknik analisis data menggunakan pembacaan semiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis diksi konotatif/bahasa kias dapat dideskripsikan menjadi tiga kelompok yaitu, (1) pembandingan, meliputi metafora, simile, litotes, hiperbola, dan alegori, (2) pemanusiaan berupa personifikasi (3) penggantian berupa sinekdoke dan metonimia. Sedangkan objek diksi sesuai ruang persepsi manusia dideskripsikan sebagai berikut ke-ada-an, kosmos, energi, objek, substansi, terestrial, kehidupan, makhluk hidup, dan manusia. Pemakaian bahasa kias di atas menjadikan lirik lagu estetis dan menjadikan penggambaran isi sebuah lirik lagu lebih jelas sehingga menjadi lebih mudah dipahami dan dirasakan oleh penikmat lagu. Kata Kunci: diksi, objek diksi, ruang persepsi manusia, lirik lagu. A. Pendahuluan Lagu adalah ragam suara yang berirama dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dsb (KBBI, 2003: 624). Dalam sebuah lagu, terdapat lirik yang merupakan karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Lirik lagu diciptakan oleh penciptanya sebagai media untuk menyampaikan suatu pesan tertentu. Pada umumnya, pencipta lagu menulis lirik lagu yang ia ciptakan menggunakan bahasa yang khas dan indah, sehingga lagu tersebut mempunyai nilai lebih yang dapat dilihat dari sisi bahasa. Namun, seiring dengan perkembangan lagu yang begitu pesat saat ini, banyak pula pencipta lagu yang menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti, sehingga pesan yang terkandung dapat dengan mudah diketahui oleh pendengarnya. Lirik lagu dapat dimasukkan ke dalam genre puisi dalam karya sastra. Perluasan makna puisi yang meliputi lirik lagu didasarkan pada pemahaman Riffaterre (dalam, Pradopo 2005:3) yang mengutarakan bahwa puisi selalu berubahubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikannya. Lirik lagu juga merupakan ekspresi seseorang dari alam batinnya tentang suatu hal yang dilihat, didengar atau dialaminya. Penuangan ekspresi lewat lirik lagu ini selanjutnya diperkuat dengan melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya. Dengan demikian penikmat musik akan semakin terbawa dalam alam batin pengarangnya. Sayuti (1985: 24) mengemukakan bahwa bahasa yang digunakan dalam lirik lagu merupakan hal yang menarik untuk dikaji, karena bahasa lirik lagu merupakan bahasa puisi. Bahasa puisi adalah sifat-sifat bahasa yang digunakan sebagai media ekspresi dan bukan merupakan bahasa yang definitif. Berbicara tentang lagu dan lirik, pasti tidak akan lepas dari pembahasan tentang gaya bahasa. Setiap pencipta lagu pasti punya gaya yang berbeda-beda dan gaya tersebut pasti akan terlihat, baik dalam nada maupun lirik lagunya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi (Keraf, 2007: 23). Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis, atau dalam penelitian ini adalah pencipta lagu (Keraf, 2007: 113). Bahasa lirik lagu memiliki kaidah-kaidah puisi yang terdapat unsur emotif melalui bunyi dan kata. Selain itu untuk memperoleh kesan tertentu seperti puisi, bahasa lirik lagu juga bersifat ringkas dan padat. Hal ini disebabkan lirik lagu telah mengalami proses pemadatan makna dan kreativitas pemilihan diksi dari penyairnya. Chrisye adalah penyanyi yang lagu-lagunya memiliki lirik puitis dan menggunakan pilihan kata yang indah. Oleh karena itu, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penggunaan diksi konotatif dalam lirik lagu Chrisye? dan Apa saja objek diksi konotatif pada lirik lagu Chrisye? Jadi tujuan penulisan ini ingin menjelaskan pemakaian diksi konotatif dan objek diksi pada lirik lagu Crisye. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga tahapan strategis yang berurutan. Tahapan tesebut adalah (1) metode pnyediaan data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian hasil analisis (Sudaryanto, 1993 5-7). Yang dimaksud tahap penyediaan data adalah suatu tahapan penelitian bagaimana data penelitian diperoleh. Metode analisis data merupakan tahapan puncak dari suatu penelitian. Tahapan ini menentukan ditemukan atau tidaknya kaidah yang menjadi sumber sekaligus sasaran obsesi suatu penelitian. Selanjutnya, metode penyajian hasil analisis adalah tahapan terakhir yang berusaha mengemukakan hasil tahapan puncak. 1. Tahap Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini adalah teks lirik lagu Chrisye. Penulis mengumpulkan 20 teks lirik lagu yang dipilih secara acak dari seluruh lagu Chrisye. Berikut ini 20 judul lagu Chrisye yang penulis jadikan data : Teknik pengumpulan data penulis lakukan dengan metode pustaka dengan teknik simak, baca, dengar, dan catat. Data kemudian diklasifikasi dan diidentifikasi sesuai dengan jenis dan isinya. Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penggunaan diksi konotasi dan objek diksi yang digunakan dalam lirik lagu Chrisye. 2. Tahap Analisis Data Penelitian ini memerlukan pemahaman makna terlebih dahulu, yaitu dengan cara pembacaan semiotik. Riffaterre (dalam Pradopo, 2005 : 268) mengungkapkan bahwa pembacaan semiotik itu berupa pembacaan heuristik dan pembacaan retroaktif atau hermeneuitik. Keberadaan data dalam penelitian ini mungkin dianalisis secara tumpang tindih karena dalam suatu data terdapat dua atau lebih kategori. 3. Tahap Penyajian Data Penyajian hasil analisis data bersifat deskriptif, yang semata-mata hanya berdasarkan pada teks yang ada dengan menggunakan teori-teori yang akan dikemukakan pada bagian selanjutnya, sehingga dihasilkan paparan apa adanya. Data disajikan secara informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa. C. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang lirik lagu sebelumnya telah banyak dilakukan. Penilitian tentang lirik lagu dapat berupa skripsi, tesis, desertasi dan jurnal. Penelitian tentang lirik lagu di Fakultas Ilmu Budaya Undip sudah ada yang pernah melakukanya antara lain oleh Novi Tri Nugraheni dengan skripsi yang membahas lirik-lirik lagu Jamrud. Penelitian tersebut membuahkan hasil bahwa lirik lagu Jamrud mempunyai ciri khas tertentu dalam penggunaan gaya bahasa. Tiap-tiap gaya bahasa tersebut menciptakan efek estetis tertentu bagi pendengar. Selain itu Novi juga melihat jenis, dan fungsi pemakaian bahasa pada lirik lagu Jamrud sebagai style/gaya pengungkapan yang urakan, kasar, dan cenderung vulgar. Siti Halimah dengan judul skripsi “Jenis Majas Dalam Lirik Lagu Karya Melly Goeslaw”. Siti dalam penelitian ini membahas jenis bahasa kias dan fungsi bahasa kias yang dipakai oleh sang pencipta lagu baik untuk dinyanyikan sendiri maupun penyanyi lain. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian majas atau gaya bahasa kias pada lirik lagu menjadikan sebuah lirik atau bahasa lirik lagu lebih estetis dan membuat maksud isi sebuah lirik lagu lebih jelas sehingga dapat diresapi oleh penikmat lagu. Pada jurnal yang ditulis oleh Hermintoyo “Metafora dalam Lirik Lagu Indonesia Populer Kajian atas Fungsi dan Implikaturnya” (2003), penulis meneliti lirik lagu dengan kajian semiotik dan pragmatik. Penulis mengangkat berdasarkan kemunculan symbol dan terapanya dalam proses tindak tutur. Pada jurnal ini dapat ditemukan bahwa lirik lagu ternyata tidak hanya terbatas dalam pembahasan gaya/style kebahasaan seorang pengarang, namun juga terdapat simbol-simbol kebahasaan berupa bahasa metaforis. Pemahaman metafora dalam lirik lagu tidak lepas dari kode, bahasa, sastra, dan budaya. Disimpulkan juga bahwa sebagai karya seni termasuk karya sastra karena ada diksi, persajakan, citraan, sarana retorika, dan ketidaklangsungan ekspresi. Bahasa lirik lagu selain sebagai sarana ekspresi juga sebagai bentuk pengungkapan maksud dan tujuan pencipta lagu unntuk menyampaikan pesan yang terkandung. Untuk mencapai tujuan dan maksud digunakan bahasa lirik yang bersifat ekspresif, karena bahasa yang bersifat ekspresif itu dipahami sebagai bagian dari stilistika. D. Kerangka Teori 1. Pengertian Lirik Lagu Bahasa lirik lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa puisi. Hal ini sesuai dengan pengertian lirik lagu menurut Semi (1988:106) yang mengatakan, “Lirik adalah puisi yang pendek yang mengekspresikan emosi”. Bahasa lirik lagu selain sebagai sarana ekspresi juga sebagai bentuk pengungkapan maksud dan tujuan pencipta lagu unntuk menyampakan pesan yang terkandung. Untuk mencapai tujuan dan maksud digunakan bahasa lirik yang bersifat ekspresif, karena bahasa yang bersifat ekspresif itu dipahami sebagai bagian dari stilistika. Seorang pencipta lagu atau penyair harus bisa menemukan atau memakai pilihan kata yang tepat untuk mengekspresiakan ide atau isi pikiran dengan ekspresi yang dapat memunculkan ide atau gagasan dengan tepat. Pilihan kata dalam sajak disebut juga diksi (Pradopo, 2005:54). 2. Diksi: Denotasi dan Konotasi Seorang penyair berusaha memilih kata yang setepat-tepatnya untuk mencurahkan perasaan dan isi pikiranya sesuai dengan yang dialami batinya dan mengespresikannya dengan ekspresi yang dapat menjilmakan pengalaman jiwanya tersebut (Pradopo, 2005:54). Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan dan untuk mendapatkan nilai estetik. Sayuti (2002:143) menerangkan peranan diksi sebagi salah satu unsur yang dapat ikut membangun keberadaan puisi berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh seorang penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya. Pada dasarnya, sebuah kata dalam puisi memiliki dua aspek arti, yaitu denotasi bahasa yang menuju kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda (kata tersebut) dengan hal yang dituju (petanda), sedangkan konotasi yaitu arti tambahan berupa asosiasi perasaan yang terkumpul dalam sebuah kata yang diperoleh dari aspek denotatif Wellek (dalam Hermintoyo 2003:19). Pradopo ( 2005:58) menjelaskan bahwa pembicaraan mengenai diksi ialah pembahasan tentang denotasi dan konotasi. Karena dalam pemilihan kata-kata supaya tepat dan menimbulkan gambaran yang jelas dan padat itu penyair mesti mengerti denotasi dan konotasi. Kalimat konotasi memiliki kaitan yang sangat luas dengan bahasa kias. Bahasa kias menjadikan sebuah tulisan atau karangan lebih puitis dan menimbulkan efek estetis. Diksi atau pilihan kata dalam sebuah puisi berkaitan erat dengan bahasa kias, yakni sarana untuk memperoleh efek puitis, sedangkan cakupan bahasa kias adalah semua jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya, yang bias berupa kata, frase, ataupun satuan sintaksis yang lebih luas (Sayuti, 2002:195). Bahasa kias adalah bahasa yang membandingkan sasaran dengan sesuatu hal yang lain, dengan mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut (Keraf, 1995:136). Menurut Wahab (1991: 72), bahasa kias sebagai kalimat metaforis yang mencangkup perbandingan, penggantian dan pemanusiaan. Lambang kias metafora diambil dari ruang persepsi manusia. Ruang persepsi manusia yang mempengaruhi daya cipta metafora pada kalangan penyair (pengarang) di mulai dari lingkungan yang terdekat sampai ke lingkungan yang terjauh, dan berlangsung secara hierarkhis. Hierarkhi itu dimulai dari manusia sendiri, jenjang berikutnya makhluk bernyawa dan seterusnya (Wahab 1995:66-67). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel.1 Hierarkhi Ruang Persepsi Manusia Kategori Contoh Nomina Keadaan/ being Kosmos/cosmos Energi/ energy Substansi/substance Terestrial/terrestrial Objek/object Kehidupan/living Bernyawa/animate Manusia/human kebenaran, kasih matahari, bumi bulan cahaya, angin, api semacam gas gunung, sungai laut semua mineral flora fauna manusia, tingkah lakunya Predikasi ada menggunakan ruang bergerak lembam terhampar pecah tumbuh berjalan, berlari berintelgia, berpikir E. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini akan mendeskripsikan pemakaian diksi konotatif dan pemakaian objek diksi berdasarkan ruang persespsi manusia. Pemakaian diksi konotatif meliputi bahasa kias yang dibagi menjadi tiga kelempok. 1. Bahasa Kias Perbandingan a. Metafora (1).Tiap detik lalu begitu saja tanpa rasa apalagi cinta tiap hari aku selalu bertanya apakah aku sebuah mesin kota (Mesin Kota 1) Pada data (1) merupakan bentuk metafora, karena tokoh aku dibandingkan atau diibaratkan sebagai mesin kota. Mesin kota menggambarkan orang yang selalu disibukkan dengan rutinitas atau kesibukan pekerjaan. (2).Awan hitam di hati yang sedang gelisah daun-daun berguguran (Badai Pasti Berlalu 1) Lirik (2) awan hitam di hati yang sedang gelisah daun-daun berguguran menggambarkan perasaan yang sedang gelisah,bingung dan sedih. Kata awan hitam menjelaskan bahwa hati yang sedang gelisah di gambarkan seperti awan yang mendung mau turun hujan. b. Simile (3).Memori Kita Begitu Indahnya Tapi tak mungkin terulang Memori kita bagai suatu cerita Terkenang selamanya (Memori Kita 2) Lirik lagu (3) penyair menyamakan memori kita yang ada pada tiap manusia yang tersimpan di otak dengan suatu cerita. Kedua hal tersebut merupakan hal yang berbeda. Memori adalah sebuah ingatan yang berada di otak manusia dibandingkan dengan suatu cerita yang dibikin atau dibuat oleh manusia. (4). Sabda-Mu bagai air yang mengalir Basahi panas terik di hatiku Menerangi semua jalanku Kurasakan tenteramnya hatiku (Damai Bersamamu 2) Simile pada data (4) menyebutkan frase sabda-Mu adalah pebanding, sedangkan air yang mengalir sebagai pembanding. Lirik tersebut dapat diartikan bahwa perintah Tuhan bisa sebagai penunjuk jalan kebaikan, penyejuk hati dikala menghadapi masalah, dan memberikan kenyamanan bagi setiap umat manusia yang taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. c. Litotes (5). Anak gedongan lambang metropolitan menuntut hidup alam kedamaian Anak gedongan korban kesibukan hidup gelisah dalam keramaian (Anak Jalanan 3) Pada data (5) di atas menggambarkan bahwa hidup menjadi orang yang hidup di kota besar atau menjadi orang gedongan belum tentu mendapatkan kehidupan yang tenang atau nyaman dalam hatinya. Di kota besar kebanyakan orang hanya sibuk kerja mencari penghasilan, sehingga terkedang mereka tidak sempat untuk meluangkan waktu menyenangkan hatinya. d. Hiperbola (6).Seandainya di hari ini kau ada disisiku kasih betapa bahagia, tak terlukis kata sejuta mesra dihati (Memori Kita 3) Pada data (6) yang menyatakan sejuta mesra dihati merupakan ungkapan yang dilebih-lebihkan. Sejuta mesra merupakan pengganti perasaan sayang atau cinta tokoh si aku terhadap seorang wanita. Lirik lagu di atas menggambarkan khayalan si aku yang sangat bahagia, seandainya kekasihnya ada bersamanya. e. Alegori (7). Awal suatu percintaan sungguh amat mengasyikkan duaniapun seakan menjadi miliknya Oh…lenny gadis muda remaja dimasa puber pertama mabuk dilanda cinta karena kekasih seorang pemuda masa kini yang s'lalu bersolek berdandan ala fantastik walaupun drop out sekolah Akhir suatu percintaan tak terfikir olehnya dan ketika harinya datang ia pun menangis Oh lenny janganlah kau sesali jalannya kehidupan apapun yang terjadi biarkanlah berlalu lupakan semua hari ini bukan jamannya lagi tuk merintih dan menangis menyesali masa lalu (Lenny 2) Pada lirik lagu di atas menceritakan kisah hidup seorang gadis remaja yang beranama Leny. Menggambarkan kehidupan anak remaja jaman sekarang yang penuh dengan problematika. Gaya hidup yang bebas terpengaruh budaya luar, melupakan budaya timur yang masih berpegang teguh pada norma-norma yang ada. 2. Bahasa Kias Pemanusiaan a. Personifikasi (8). Angin dingin datang menggigit Malam senyap mengisi kalau mimpi Anak karau berdoa sendiri Putri malam menyisihkan diri Melati timur mengundang pagi (Putri Malam 1) Pada data (8) di atas, gaya bahasa yang menunjukan personifikasi terdapat pada kalimat angin dingin datang menggigit. Penyair memberikan sifat insani kepada angin dingin. Angin yang dingin digambarkan memiliki tingkah laku seperti manusia yang bias melakukan sesuatu yaitu datang dan menggigit, padahal kedua hal itu biasa dilakukan oleh manusia dalam kehidupas sehari-hari untuk beraktivitas. 3. Bahasa Kias Penggantian a. Metonimia (9). Memori kita begitu indahnya tapi tak mungkin terulang Memori kita bagai suatu cerita terkenang selamanya (Memori Kita 4) Pada data (9) merupakan bentuk metonimia dengan kata kuncinya adalah Memori. Kata Memori yang terdapat dalam baris memori kita begitu indahnya tapi tak mungkin terulang, menggantikan istilah dari ingatan manusia yang terdapat dalam pikiran/otak. b. Sinekdoke (10). tangan-tangan menggapai tolong dan bebaskan kami rangkul, rangkullah kami dan jangan lepaskan lagi (Jeritan Seberang 4) Lirik (10) menggunakan majas pras pro to to dengan menyebut bagian tubuh seseorang yaitu dengan frase tangan-tangan menggapai tolong dan bebaskan kami merupakan gambaran untuk menjelaskan seseorang yang membutuhkan pertolongan dari permasalahan yang sedang dihadapi. 4. Pemakaian Objek Diksi (11). Awan hitam di hati yang sedang gelisah daun-daun berguguran satu satu jatuh ke pangkuan kutenggelam sudah ke dalam dekapan semusim yang lalu sebelum ku mencapai langkahku yang jauh (Badai Pasti Berlalu 3) Pada data (11) di atas metafora berkategori kosmos di tunjukan dengan kata awan. Awan yang biasanya berwarna putih menggambarkan cuaca yang cerah, sedangkan pada data di atas penyair menggunakan istilah awan hitam yang mempunyai maksud menggambarkan perasaan hati yang sedang dilanda masalah, kesedihan kegelisahan dll. Awan hitam yang diibaratkan seperti awan yang mendung mau turun hujan. (12). Putri malam menyisihkan diri Melati timur mengundang pagi (Putri Malam) Pada data (12) yang menjadi kunci kategori being adalah kata malam dan pagi. Kata malam dan pagi merupakan keterangan waktu (13). Tiada lagi cahaya ku damba mengusik kalbu dalam pesona (Juwita) Pada data di atas teradapat kata cahaya yang berkategori energi. Cahaya adalah sinar yang dihasilkan oleh benda mati seperti lampu, matahari, bulan, api, dan lain-lain. Kata cahaya pada data tersebut mempunyai makna semangat/kekuatan bagi si aku. Lirik di atas menceritakan si aku yang kehilangan semangatnya untuk mempertahankan cintanya. (14). Gelisah kumenanti tetes embun pagi tak kuasa ku memandang dikau matahari (Badai Pasti Berlalu 4) Lambang dan simbol yang menjadi kata kunci pada data (14) yang berkategori substance adalah embun. Penggalan lirik lagu di atas meceritakan kegelisahan si aku dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi, sehingga dia seperti tidak kuasa untuk bangkit keluar dari permasalahan tersebut. (15). Sungai mahakam terbentang bagai membelah dunia berkayuh ku ke seberang mencari dambaan jiwa Gunung biru menghijau berhutan bagai beludru juwita dimana engkau hatiku semakin sendu (Kalimantan 2) Lambang dan simbol sungai dan gunung termasuk dalam kategori terrestrial yang berupa hamparan. Lirik sungai Mahakam terbentang bagai membelah dunia dan gunung biru menghijau beehutan bagai beludru termasuk dalam simile karena terdapat kata bagai. Pada lirik sungai Mahakam terbentang bagai membelah dunia berkayuh ku ke seberang mencari dambaan jiwa menggambarkan si aku yang sedang mencari pasangan hidupnya sampai jauh seperti sungai Mahakam yang besar membelah Pulau Kalimantan. F. Simpulan Diksi konotatif atau bahasa kias dalam lirik lagu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pembanding, pemanusiaan, dan penggantian. Kelompok pembandingan meliputi metafora, simile, litotes, hiperbola, dan alegori, kelompok pemanusiaan berupa personifikasi, dan kelompok penggantian meliputi metonimia dan sinekdoke. Pemakaian objek diksi konotatif yang berupa kalimat metaforis dapat memanfaatkan lambang kias berdasarkan ruang persepsi manusia yang secara hirearki meliputi; ke-ada-an/being (ada), kosmos/cosmos (menggunakan ruang), energi ( bergerak), substansi (bersifat lembam), terrestrial (hamparan yang terikat oleh bumi), objek (sifat yang dapat pecah), kehidupan/flora (sesuatu yang dapat tumbuh), makhluk hidup/fauna (bernyawa,mampu berjalan), manusia (dapat berfikir). G. Daftar Pustaka Aminudin 1995, Stilistika : Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.Semarang: IKIP Semarang Press. Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Halimah, Siti. 2008. “ Majas dalam Lirik Lagu Karya Melly Goeslaw”. Skripsi S1 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Nugraheni, Novie Tri.2002.”Analisis Lirik Lagu Jamrud Karya Azis Ms Suatu Tinjauan Stilistika” Skripsi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Pradopo, Rachmat Djoko.2005.Pengkaian Puisi. Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotika. Yogyakarta: Gadjah Mada. Pusat Bahasa.Departemen Pendidikan Indonesia. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Khuta. 2007 University Press. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sayuti, Suminto A.2002.Berkenalan dengan Puisi.Yogyakarta : Gama Media Semi, M. Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Tarigan, Hery Guntur . 1986. Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. Wahab,Abul.1991. Isu Linguistik. Surabaya Airlangga University Press. Sumber dari Internet http://musiklib.org/chrisye-lirik_lagu.htm