BAB II STARTEGI PEMBELAJARAN DIRECTED READING ACTIVITY (DRA) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI A. Deskripsi Pustaka 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai bahasa benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago”(memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Semakin luasnya strategi, Mintzberg dan Waters dalam buku yang berjudul strategi pembelajaran karangan Abdul Majid mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies are realized as patterns in stream of decisions or actions). Hardy, Langley, dan Rose dalam Sudjana mengemukakan strategy is perceived as a plan or a set of explisit intention preceeding and controling actions (startegi dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi merupakan tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. 1 Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efesiensi dan efekttivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik serta peserta didik yang berinteraksi 1 Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 3-4 9 10 edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan kegiatan adalah bahan/materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. 2 Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran. Dengan demikian strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode, dan teknik, bentuk media, sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan dampak kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran. 3 2. Jenis-Jenis Startegi Pembelajaran Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri melalui pengalaman (experimental). a. Strategi pembelajaran langsung Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, 2 3 Ibid., hlm. 6 Ibid, hlm. 6-7 sedangkan kelemahan utamanya dalam 11 mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sifat yang digunakan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain. 4 b. Strategi pembelajaran tak langsung Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi.perenaan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat. Kelebihan dari startegi ini antara lain: (a) mendorong ketertarikan dan keinginan peserta didik, (b) menciptakan arternatif dan menyelesaikan masalah, (c) mendorong kreatifitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan lain, (d) pemahaman yang lebih baik, (e) mengekspresikan pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu yang panjang, outcome sulit diprediksi. Stategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.5 c. Strategi pembelajaran interaktif Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan shering di antara peserta didik. diskusi dan sharing member kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara arternatif untuk berpikir dan merasakan. 4 Muhammad Rahman, Sofan Amri, Strategi Dan Disain Pengembangan Sistem Pembelajaran, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2013, hlm. 29 5 Ibid, hlm. 29 12 Kelebihan strategi ini antara lain : (a) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan social dan kemampuan-kemampuan, pemikiran dan pembelajaran membangun interaktif (b) argumen memungkinkan mengorganisasikan rasional. untuk Strategi menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat tergantung pada kecakapan guru dan mengembangkan dinamika kelompok.6 d. Strategi pembelajaran empiric (experimental) Pembelajaran empiric berorientiasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empiric yang efektif. Kelebihan dari strategi ini antara lain : (a) meningkatkan partisipasi peserta didik, (b) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (c) meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keaman siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang. 7 e. Strategi pembelajaran mandiri Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. 6 7 Ibid, hlm. 30 Ibid, hlm. 30 13 Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan kekurangannya adalah biasanya peserta didik malas untuk belajar dan bermain dengan teman sebangkunya. 8 3. Pengertian Strategi Pembelajaran Directed Reading Activity (DRA) Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala yang dimiliki dan dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengupayaan pencapaian tujuan akhir digunakan sebagai acuan di dalam menata kekuatan serta menutup kelemahan yang yang kemudian diterjemahkan menjadi program kegiatan merupakan pemikiran strategis. Strategi Directed Reading Activity (DRA) didefinisikan sebagai kerangka berfikir untuk merencanakan pembelajaran membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai media pengajaran dan kemahiraksaraan sebagai alat belajar. Strategi pembelajaran Directed Reading Activity (DRA), dimaksudkan agar siswa mempunyai tujuan membaca yang jelas dengan menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah di punyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman. Asumsinya, pemahaman bisa ditingkatkan dengan membangun latar belakang pengetahuan, menyusun tujuan khusus membaca, mendiskusikan, dan mengembangkan pemahaman sesudah membaca. 9 Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategis tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks. Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada dasarnya strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca 8 9 Ibid, hlm. 30 Farida Rahim,Op. Cit., hlm. 44 14 memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Klein mengategorikan model-model strategi membaca ke dalam tiga jenis, yaitu bawah-atas (bottom-up), atas-bawah (topdown), dan model membaca campuran (electic)10 a) Strategi Bawah-Atas Dalam strategi bawah-atas pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang paling rendah menuju yang paling tinggi. Pembaca model ini mulai mengidentifikasi hurufhuruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami isi teks. Pemahaman ini dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahap yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi. 11 Strategi ini juga digunakan pembaca apabila teks yang dihadapi agak sulit. Kesulitan yang ditemui bisa menyangkut masalah bahasa, bisa pula isi teks. Seseorang pembaca yang sulit memahami isi teks, misalnya karena banyak mengandung kata sulit, pembaca dapat menggabungkan kata-kata itu menjadi frase, selanjutnya pemahaman atas frase itu digunakan untuk memahami kalimat, dan isi keseluruhan teks. b) Strategi Atas-Bawah Strategi membaca atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah-atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks. 12 10 Ibid, hlm. 36 Ibid, hlm. 36 12 Ibid, hlm. 37 11 15 c) Strategi Campuran (Eclectik) Klein dalam buku yang berjudul Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar karangan Farida Rahim mengemukakan bahwa guru yang baik tidak perlu memakai satu teori saja. Mereka bisa mengambil dan memilih yang terbaik dari semua strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan teoritis dan model pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas, atas-bawah bisa digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan. 13 . Tujuan Directed Reading Activity (DRA) adalah untuk (1) memberi guru format dasar dalam memperkenalkan pembelajaran yang sistematis; (2) meningkatkan pemahaman siswa, dan (3)memandu siswa melaksanakan baca pilih, dan (4)meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks.14 4. Komponen Strategi Directed Reading Activity (DRA) DRA dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu persiapan membaca, membaca dalam hati, mengecek pemahaman dan diskusi, membaca nyaring, dan tindak lanjut. Kelima tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Tahap 1 : Persiapan Tahap ini dimaksudkan agar siswa memiliki persiapan sebelum membaca. Guna mempersiapkan siswa membaca haruslah mempersiapkan beberapa kegiatan sebagai berikut: a) Pengembangan latar belakang konsep ( membangkitkan skema) dengan cara menghubungkan isi teks dengan pengalaman siswa ataupun dengan materi yang pernah siswa bahas. b) Membangkitkan antusiasme 13 minat, siswa guru untuk membangun membaca minat denagan dan cara Ibid, hlm. 38 Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, PT Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm. 7 14 16 menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik atau dengan cara menyajikan bagian teks yang menumbuhkan keingintahuan siswa atas isi teks secara lengkap. c) Memperkenalkan beberapa kosakata baru, guru menyampaikan beberapa kosakata yang mungkin baru dikenal siswa yang terkandung dalam teks yang dibaca siswa. d) Menetapkan tujuan membaca, guru secara jelas menjelaskan tujuan membaca yang harus dicapai siswa setelah mereka membaca.15 2) Tahap 2 : Membaca dalam hati Pada tahapan ini siswa melaksanakan kegiatan membaca cepat guna menemukan jawaban atas pertanyaanan tujuan (pertanyaan pemandu) yang disampaikan guru pada tahap pertama. Usahakan guru mengurangi bantuan pada saat siswa membaca, namun tetap memperhatikan berbagai perilaku siswa selama membaca. 3) Tahap 3 : Mengecek Pemahaman Dan Diskusi Pada tahap ini siswa berdiskusi dengan temannya untuk mengerjakan tugas membaca yang diberikan guru. Tugas tersebut bisa saja pertanyaan pemandu yang telah ditetapkan ataupun tugas baru yang diberikan guru. 4) Tahap membaca nyaring Tahapan ini berhubungan dengan tahap sebelumnya. Yang dibacakan secara nyaring dalam hal ini dalah jawaban-jawaban pertanyaan yang telah ditulis siswa selama diskusi. Biasanya yang paling ditekankan adalah jawaban yang kebenarannya masih diragukan oleh siswa sehingga perlu pemecahan masalah secara bersama-sama dengan bantuan guru. Jika ditemukan masalah demikian, siswa akan melaksanakan kegiatan baca cepat untuk menemukan informasi dalam bacaan dan ketika informasi tersebut 15 Ibid, hlm. 79 17 ditemukan siswa membaca nyaring informasi tersebut sehingga keraguan atas jawaban pertanyaan tidak lagi terjadi. 5) Tahap tindak lanjut Tahapan ini bertujuan agar siswa semakin memehami wacana yang telah dibacanya serta mempercaya pemahaman tentang konsep isi bacaan. Pada tahap ini guru juga dapat menyampaikan berbagai temuan yang diperolehnya selama pembelajaran berlangsung termasuk membahas perilaku membaca siswa yang kurang baik. Kegiatan tindak lanjut ini dapat diwujudkan dengan pemberian tugas kepada siswa untuk menulis versi lain dari yang telah dipelajari. 16 5. Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran Directed Reading Activity (DRA). Kelebihan menggunakan strategi pembelajaran Directed Reading Activity (DRA) adalah siswa mempunyai tujuan membaca yang jelas dengan menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipunyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman sebelum dan sesudah membaca. Kelemahan menggunakan strategi Directed Reading Activity (DRA) adalah kurang memperhatikan keterlibatan siswa berfikir tentang bacaan. 17 6. Meningkatkan Pemahaman a. Pengertian Pemahaman Untuk keberhasilan suatu program pengajaran dapat diukur berdasarkan cara peserta didik berfikir, merasa, dan berbuat sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar dan menghadapi situasi yang serupa. Untuk mengetahui hal itu, penulis akan menjelaskan pengertian pemahaman. 16 17 Ibid, hlm. 79-80 Ibid, hlm. 80 18 1) Menurut Sudijono pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memehami sesuatu setelah sesuatu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memehami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang pendidik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya. 18 2) Menurut Sardiman, pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu, maka belajar berarti harus mengerti secara mental, dan filosofisnya, maksud dan implikasinya serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami situasi. 19 Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dirumuskan bahwa pemahaman adalah proses untuk mengerti, menguasi pikiran, pada kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu dari sesuatu yang telah dipelajari atau diketahui. Dengan adanya fase-fase dalam proses belajar mengajar ini diharapkan dapat membantu dalam proses pemahaman seseorang terhadap apa yang diketahuinya,sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi belajar memiliki sarana berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotorik.20 18 Supardi, Op. Cit, hlm. 139 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 42 20 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 201 19 19 Tujuan ranah kognitif berubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengembangan pengetahuan keterampilan dan intelektual. informasi serta Taksonomi atau penggolingan tujuan ranah kognitif oleh Bloom mengemukakan ada enam tingkat, yaitu: 1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta-fakta, istilah-istilah dan prinsipprinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2) Pemahaman, merupakan tingkat pemahaman dengan tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi peljaran lainnya. 3) Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dengan situasi yang konkrit dan situasi baru. 4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isipelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsure pokok. 5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsure-unsur pokok kedalam struktur yang baru. 6) Evaluasi, merupakan kemampuan nilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.21 Jadi pemahaman peserta didik merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang (peserta didik) untuk mengemukakan kembali ilmu atau materi yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang lain sehingga orang lain benar-benar mengerti apa yang disampaikan. 21 Ibid, hlm. 203 20 b. Tolak Ukur Pemahaman Siswa Penilaian merupakan salah satu dari tiga aspek dalam proses belajar mengajar yang meliputi (1) tujuan pengajaran, (2) prosedur belajar mengajar, dan (3) penilaian hasil belajar. Penilaian menempati dan merupakan aspek yang penting karena berkenaan dengan tercapainya tujuan pengajaran, kelancaran dan efesiensi prosedur intruksional, dan penentuan tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Dengan demikian, aspek penilaian dapat ditempatkan sebagai titik sentra; dalam proses belajar mengajar.22 Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dalam penguasaan bahan pengajaran ssuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Sungguhpun demikian, dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Ada dua jenis tes, yakni tes uraian atau tes esai dan tes obyektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes obyektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. 23 Menurut Oemar Hamalik teknik penilaian aspek pemahaman (comprehension) caranya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan 22 yang menuntut identifikasi terhadap Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algasindo, Bandung, 2009, hlm. 203 23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, Hlm. 35 21 pertanyaan-pertanyaan yang betul atau yang keliru, kesimpulan atau klasifikasi dengan daftar pertanyaan menjodohkan yang berkenaan dengan kosep, contoh, aturan, penerapan, langkahlangkah dan urutan, dengan pertanyaan bentuk esai (opended) yang menghendaki uraian, perumusan kembali dengan kata-kata sendiri. 24 Berdasarkan uraian diatas, kemampuan seseorang peserta didik untuk mengerti, memahami dan menyerap materi pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenannya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Adapun indicator-indikator keberhasilan sebagai tolak ukur dalam mengetahui pemahaman peserta didik adalah sebagai berikut: a) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok b) Penilaian yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh peserta didik, baik individual maupun kelompok. c) Peserta didik dapat menjelaskan, mendefinisikan dengan katakata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui pertanyaan, soal dan tes. Mengacu pada indicator-indikator diatas berarti apabila peserta didik dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan baik dan benar maka peserta didik dapat dikatakan paham. c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan 24 Oemar Hamalik, Op. Cit, hlm. 209 22 pembelajaran umum, kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat universal. 25 Misalnya siswa sangat memperhatikan materi yang disampaikan oleh pendidik seolaholah ia benar-benar konsentrasi dan serius dalam mendengarkan, hal tersebut belum dapat membuktikan jika siswa tersebut benarbenar memahami apa yang disampaikan oleh pendidik. Berbeda dengan siswa yang sepertinya ia tidak memperhatikan materi yang disampaikan, namun ketika ia ditanya pendidik perihal materi ia mampu menjawab dengan sangat baik. Nah, beginilah fakta kegiatan belajar mengajar dimana pendidik harus mengetahui segala sesuatu yang ada dalam diri siswa baikpribadinya, keluarga, dan ingkungannya. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan tantangan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor. Untuk memudahkan pembicaraan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : a) Faktor-faktor non social dalam belajar Kelompok ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti keadaan udara, suhu, cuaca, waktu (pagi, siang, atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku-buku, alat peraga, dan sebagainya). Semua faktor-faktor diatas dan juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses atau perbuatan belajar secara maksimal. 25 Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran Di Abad Global, UIN-MALIKI PRESS, Malang, 2012, Hlm. 34-35 23 b) Faktor-faktor sosial dalam belajar Yang dimaksud faktor social disini adalah faktor manusia, baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar itu. Faktor-faktor social seperti yang telah dikemukakan diatas itu pada umumnya mengganggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. 2. Faktor-faktor dalam diri siswa dan ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: a. Faktor fisiologis dalam belajar Faktor fisiologi ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Keadaa Jasmani, dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang akan membuat jasmani lebih fres untuk berfikir dan sebaliknya apabila jasmani kurang segar maka akibatnya akan buruk pada saat pembelajaran berlangsung seperti, lesu, mengantuk, lelah. 2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi panca indra, orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan menggunakan panca indranya. b. Faktor psikologi dalam belajar Pendapat Arden N. Franden yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut : - Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas - Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju 24 - Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman - Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha baru - Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran - Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.26 Faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting dapat di pandang sebagai cara-cara berfungsinya fikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian proses belajar mengajar itu akan berhasil dengan baik, jika didukung oleh faktor-faktor psikologis dari siswa.27 Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis itu, diantaranya : a. Motivasi, seseorang akan berhasil dalam belajar kalau dirinyansendiri ada keinginan untuk belajar, inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Motivasi meliputi dua hal yaitu: mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. b. Konsentrasi, dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan sehingga tidak perhatian sekedarnya. c. Reaksi, dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsure fisik maupun mental sebagai wujud reaksi. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi 26 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT Rajagrafinda Persada, Jakarta, 2013, hlm. 27 Sardiman, Op. Cit, hlm. 38 233 25 semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. d. Organisasi, belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran kedalam suatu kesatuan pengertian. e. Pemahaman, dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran dalam belajar, unsure pemahaman tidak dapat dipisahkan dengan unsur-unsur yang lainnya. f. Ulangan, merupakan mengulang-ulang suatu pekerjakaan atau fakta yang sudah dipelajari, kemampuan untuk mengingatnya akan semakin bertambah.28 Berdasarkan hal diatas faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa meliputi faktor internal (fisiologis yang meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani dan psikologis meliputi kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat) dan faktor eksternal (lingkungan social meliputi sekolah, masyarakat, keluarga, dan lingkungan non social meliputi lingkungan alamiah, faktor instrumental, faktor materi pelajaran). Selain berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut, maka hal yang terpenting adalah seorang pendidik. Dengan demikian, dapat diketahui pendidik harus mampu meningkatkan pemahaman peserta didik dengan selalu mengadakan inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran guna mencetak generasi penerus bangsa yang mampu meyeimbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta Iman dan Taqwa dalam kehidupannya. 28 Ibid, hlm. 40 26 7. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kata sejarah dalam bahasa arab di sebut tarikh, yang menurut istilah berarti “ keterangan yang telah terjadi dikalangan pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”. Sedangkan penegertian sejarah dalam bahas inggris disebut histori yang berarti “ pengalaman masa lampau dari pada umat manusia” the past experience of menkind. Kebudayaan pada umumnya sering diartikan secara secara sederhana sebagai hasil budi daya manusia, hasil cipta, rasa dan karsa dengan menggunakan symbol-simbol serta artifak. Sejalan dengan pengertian ini, kebudayaan meliputi cara hidup seluruh masyarakat yang mencakup cara bersikap, menggunakan pakaian, bertutur bahasa, ibadah, norma-norma tingkah laku, serta system kepercayaan.29 Secara harfiyah kebudayaan berasal dari kata budi dan daya ditambah awalan ke dan akhiran an. Budi berarti akal dan daya berarti kekuatan. Demikian kebudayaan Islam berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan akal manusia muslim. Sedangkan peradaban berasal dari kata Arab adab berarti bernilai tinggi. Dengan demikian peradaban Islam adalah kebudayaan Islam yang bernilai tinggi. 30 Jadi sejarah kebudayaan islam merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian umat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. 29 Chabib Thoha, Saifuddin Zuhri dan Syamsudin Yahya, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2004, hlm. 240-241 30 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam), Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm. 3 27 Mata pelajaran SKI dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian dari mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam. Islam yang dihubungkan dengan kebudayaan berarti cara hidup (way of life) yang juga sangat luas cangkupannya.31 Hal lain yang sangat mendasar terkait dengan SKI adalah kemampuan guru dalam menggali nilai, makna, hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada. Jadi, SKI tidak saja merupakan transfer of knowledge tetapi juga merupakan pendidikan nilai (rolue education). b. Tujuan Mempelajari Sejarah 1) Murid-murid yang membaca sejarah adalah menyerap unsurunsur keutamaan dari padanya agar mereka senang hati mengikuti tingkah laku para nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari. 2) Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat islam yang menyakinkannya dan merupakan sumber syari’at yang besar. 3) Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan pratiotisme dan mendorong untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya. 4) Studi sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna pada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupaan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik yang diterima sebagai realita yang hidup dari sejarah Rasul, yang bertingkah laku seperti akhlak Rasul. 32 31 32 Chabib Thoha, Saifuddin Zuhri dan Syamsudin Yahya, Op. Cit., hlm. 6 Ibid, hlm. 222-223 28 c. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam Selama ini sebagaimana tergambar dalam kurikulum SKI 1994, SKI hanya dipahami sebagai sejarah kebudayaan islam saja ( history of islamic culture). Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai sejarah tentang agama islam dan kebudayaan ( histori of islam and Islamic culture). Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologidalam islam. Actor sejarah yang diangkat tidak hanya Nabi, sahabat dan raja, tetapi dilengkapi ulama, intelektual dan filosof. Faktor-faktor social dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan peserta didik tentang SKI. Kurikulum SKI dirancang secara sistematik berdasarkan peristiwa dan periode sejarah yang ada sebagai berikut: 1) Di tingkat MI dikaji tentang sejarah arab pra islam, sejarah rosulullah SAW, dan khulafa’ur rosyidin 2) Di tingkat MTs dikaji tentang dinasti umayyah, abasiyah, dan al- ayubiyah. 3) Di tingkat MA dikaji tentang sejarah peradaban islam di Andalusia, gerakan pembaharuan di dunia islam dan perkembangan islam di Indonesia. Standar Kompetensi pada mata pelajaran SKI merupakan sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh SKI di MTs. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku efektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT. 29 d. Langkah-Langkah Mengajar Sejarah Seorang guru dalam mengajar sejarah dapat mengikuti prosedur berikut: 1) Appersepsi Guru dapat memberikan appersepsi yang menarik perhatian anak untuk mendengar cerita. Misalnya guru menggunakan metode tanya jawab. 2) Penyajian Guru dalam menyajikan sejarah hendaknya menggunakan gaya bahasa cerita, dimana ia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Hendaknya guru menggunakan gaya bahasa yang menarik. b) Penyajian sejarah hendaknya secara periodesasi di mana setiap periode itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memantapkan isi pokok dari masing-masing periode. c) Menulis judul periode pada papan tulis sebelum atau sesudah penyajian. d) Menuliskan nama-nama tokoh yang berperan dalam cerita yang diuraikan, agar nama-nama tersebut menjadi ingatan pelajar dan memudahkan mereka mengingatnya. e) Dalam penyajian guru harus memperhatikan usaha mengkonkritkan pengertian melalui aneka mimik dan pantomimik agar tergugah perasaan siswa untuk mencintai dan meneladani tokoh pemeran sejarah tersebut. 3) Korelasi Menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah dan ralitas hidup sekarang dan topik-topik pendidikan agama yang lain ataupun bidang studi lainnya bila ada kesempatan. 30 4) Kesimpulan Guru menyuruh agar siswa-siswa mengulang cerita dan menanyakan kepada mereka peristiwa-peristiwa periode demi periode. Setelah itu guru mencatat dipapan tulis pokok kesimpulan dari setiap periode sebagai ikhtisar. 5) Evaluasi Guru mengadakan diskusi dengan siswa semua materi yang baru diberikan untuk mengetahui sampai dimana mereka dapat mengusai pelajaran atau dapat juga disuruh mereka menulis bagian-bagian pelajaran yang mengandung nilai moral. Dan dapat juga guru menyuruh beberapa siswa mengulangi cerita tersebut dalam bentuk yang baik yang merangsang semangat kompetisi positif dikalangan siswa sendiri. 33 B. Hasil Penelitian Terdahulu Sebelum menyelesaikan penelitian ini, peneliti disini mengambil beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul atau tema yang diambil peneliti sebagaibahan acuan,kajian, dan pertimbangan untuk penelitian. Jadi disini peneliti mengambil beberapa contoh penelitian terdahulu yang membahas tentang Implementasi Strategi Pembelajaran Directed Reading Activity (DRA) dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran SKI. Berikut adalah contoh penelitian terdahulu yang diambil sebagai bahan kajian peneliti: 1. Muzayyadah, Mahasiswa STAIN kudus Jurusan Tarbiyah/PAI, dalam skripsi yang berjudul, “Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas V MI Al-Irsyad Padaran Rembang Tahun Pelajaran 2012/2013” Hasil penelitiannya yaitu: di dalam menggunakan strategi inkuiri guru berhasil untuk menjadikan siswa lebih aktif dan mudah menerima 33 Ibid, hlm. 219-221 31 materi yang disampaikan, dan prestasi siswa di dalam kelas juga bisa dikatakan meningkat.34 2. Ary Suastawan, Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dalam Skripsi Yang Berjudul, “Penerapan Strategi Direct Reading Activity (DRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kampung Baru Tahun Pelajaran 2013/2014” Hasil penelitiannya yaitu: melalui penerapan strategi direct reading activity (DRA). Hal ini dapat dilihat dari tingkat kentutasan belajar secara klasikal pada siklus I mencapai 70,59% yang termasuk cukup baik dan tingkat ketuntasan belajar secara kalsikal pada siklus II mencapai 88,23% yang termasuk kategori sangat baik. Tingkat ketuntasan belajar secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 17,65%. 35 3. Indah Dwi Rizkyana, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Gambar Seri Siswa Kelas III SDN Karanganyar 01” Hasil penelitiannya yaitu: a) proses pembelajaran pada siklus 1 memperoleh skor 14 dengan kriteria baik, meningkat pada siklus ke II dengan perolehan skor 17 dengan kriteria baik, dan meningkat pada siklus III dengan skor 22 dengan kriteria sangat baik, b) aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 16,88 dengan kreteria baik, pada siklus II mngalami peningkatkan dengan mendapat skor 20,32 berkreteria baik, 34 Muzayyadah, Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas V MI Al-Irsyad Padaran Rembang Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurusan Tarbiyah/PAI, STAIN Kudus 35 Ary Suastawan, Penerapan Strategi Direct Reading Activity (DRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kampung Baru Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha. https://www.google.com/search?q=skripsi+strategi+directed+reading+activity. Diakses pada tanggal 12 Februari pukul 19:35 32 siklus III meningkat menjadi 25,01 dengan kreteria sangat baik, c) keterampilan membaca instensif siswa dengan ketuntasan klasikal pada siklus I 48,72%, meningkat pada siklus II menjadi 69,23% kemudian meningkatpada siklus III menjadi 82,05%. Simpulan penelitian ini adalah melalui strategi Directed Reading ThinkingActivity berbantuan gambar seri dapat meningkatkan aktivitas siswa, dan keterampilan membaca intensif siswa kelas III SDN Karanganyar 01. Saran dari penelitian ini hendaknya guru menerapkan strategi Directed Reading Thinking Activity berbantuan gambar seri karena dapat meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan membaca intensif siswa.36 Keterkaitan dengan skripsi ini adalah terdapat kesamaan yakni dalam hal strategi pembelajaran yaitu menggunakan strategi directed reading activity sama-sama meningkatkan pemahaman. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah jenis dan pendekatan penelitiannya. Jika dalam skripsi pertama menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas V MI. Dan pada skripsi yang kedua menggunakan analisis korelasi dengan analisa kuantitatif. Juga pada skripsi ketiga memiliki pebedaan dalam hal peningkatan membaca dapat berubah kemampuan dan kualitas membaca dengan menggunakan gambar seri pada kelas III SD. Sedangkan peneliti menggunakan strategi directed reading activity dalam pemahaman siswa pada mata pelajaran SKI di MTs. 36 Indah Dwi Rizkyana, “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Gambar Seri Siswa Kelas III SDN Karanganyar 01, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Tahun 2015. https://www.google.com/search?q=skripsi+strategi+directed+reading+activity&ie=utf8&oe=utf-8#q=skripsi+strategi+directed+reading+activity. Diakses pada tanggal 12 Februari pukul 19:35 33 C. Kerangka berpikir Dalam kajian implementasi strategi pembelajaran directed reading activity (DRA) dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran SKI, peserta didik diharapkan mampu memahami pelajaran dan menerima pelajaran SKI melalui strategi directed reading activity (DRA) dapat berjalan dengan baik, maka peserta didik akan mencapai tujuan dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran directed reading activity mampu membantu siswa mempermudah menerima pelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan beberapa tahapan, Tahap 1 : Persiapan, Tahap ini dimaksudkan agar siswa memiliki persiapan sebelum membaca. Tahap 2 : Membaca dalam hati, Pada tahapan ini siswa melaksanakan kegiatamembaca cepat guna menemukan jawaban atas pertanyaanan tujuan (pertanyaan pemandu) yang disampaikan guru pada tahap pertama. Usahakan guru mengurangi bantuan pada saat siswa membaca, namun tetap memperhatikan berbagai perilaku siswa selama membaca. Tahap 3 : Mengecek Pemahaman Dan Diskusi,Pada tahap ini siswa berdiskusi dengan temannya untuk mengerjakan tugas membaca yang diberikan guru. Tugas tersebut bisa saja pertanyaan pemandu yang telah ditetapkan ataupun tugas baru yang diberikan guru. Tahap 4 : Tahap membaca nyaring, Tahapan ini berhubungan dengan tahap sebelumnya. Yang dibacakan secara nyaring dalam hal ini dalah jawaban-jawaban pertanyaan yang telah ditulis siswa selama diskusi. Biasanya yang paling ditekankan adalah jawaban yang kebenarannya masih diragukan oleh siswa sehingga perlu pemecahan masalah secara bersama-sama dengan bantuan guru. Jika ditemukan masalah demikian, siswa akan melaksanakan kegiatan baca cepat untuk menemukan informasi dalam bacaan danketika informasi tersebut ditemukan siswa membaca nyaring informasi tersebut sehingga keraguan atas jawaban pertanyaan tidak lagi terjadi. Tahap 5 : Tahap tindak lanjut,Tahapan ini bertujuan agar siswa semakin memehami wacana yang 34 telah dibacanya serta mempercaya pemahaman tentang konsep isi bacaan. Pada tahap ini guru juga dapat menyampaikan berbagai temuan yang diperolehnya selama pembelajaran berlangsung termasuk membahas perilaku membaca siswa yang kurang baik. Kegiatan tindak lanjut ini dapat diwujudkan dengan pemberian tugas kepada siswa untuk menulis versi lain dari yang telah dipelajari. Berikut ini gambaran implementasi strategi pembelajaran directed reading activity (DRA) dalam meningkatkan pemahaman siswa yang dituangkan dalam bentuk gambar Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Strategi pembelajaran yang terstuktur Strategi Pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk Directed Reading meningkatkan kemampuan dan Activity (DRA) pemahaman siswa dalam hal membaca. Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran SKI