PMS - DoCuRi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, penyakit menular seksual (PMS) makin marak menjangkiti
banyak penduduk di dunia, khususnya Amerika Serikat dan Kanada. Namun, tidak
jarang pula penduduk di Indonesia terjangkit berbagai jenis penyakit menular
seksual tersebut. PMS sangat berbahaya, karena tak sebatas menimbulkan efek
pada organ kelamin semata, namun juga dapat menimbulkan masalah lain pada
beberapa alat indera seperti kulit, mata, dan lidah (pada mulut).
Menurut tahun 1999 WHO memperkirakan, 340 juta kasus baru PMS
dapat disembuhkan (sifilis, gonore, klamidia dan trikomoniasis) terjadi setiap
tahun di seluruh dunia pada orang dewasa berusia 15-49 tahun. (Ini adalah data
yang tersedia yang terbaru. Baru perkiraan sampai dengan tahun 2005 sedang
dalam pengembangan untuk publikasi menjelang akhir 2007.)
Di negara-negara berkembang, PMS dan komplikasi mereka di peringkat
lima teratas kategori penyakit yang dewasa mencari perawatan kesehatan. Infeksi
dengan PMS dapat menyebabkan gejala akut, infeksi kronis dan konsekuensi
tertunda serius seperti infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher rahim dan
kematian mendadak bayi dan orang dewasa.
Cara yang paling efektif untuk menghindari terinfeksi atau transmisi
infeksi menular seksual adalah untuk menjauhkan diri dari hubungan seksual
(misalnya, oral, vagina, atau seks anal) atau untuk melakukan hubungan seksual
hanya dalam hubungan jangka panjang yang saling monogami dengan yang tidak
1
terinfeksi mitra. Pria kondom lateks, jika digunakan secara konsisten dan benar,
sangat efektif dalam mengurangi penularan HIV dan infeksi menular seksual
lainnya, termasuk gonore, infeksi klamidia dan trikomoniasis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud penyakit menular seksual?
2. Apa penyebab dan penularan penyakit menular seksual pada umumnya?
3. Apa saja yang termasuk dalam penyakit menular?
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi penyakit menular seksual
2. Memahami penyebab dan penularan penyakit menular seksual
3. Memahami apa saja yang termasuk dalam penyakit menular seksual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah
satu cara penularannya melalui hubungan seksual. Penularan penyakit ini
biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan dengan
berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual yang
sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini. Hubungan seks ini termasuk
hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal).
Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit yang
disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu
2
kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang
berlainan jenis ataupun sesama jenis.
Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang
dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis, chancroid, herpes
genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B.
2.2 Etiologi
Menurut Handsfield(2001) dalam Chiuman (2009), Penyakit menular seksual
dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, yakni:
a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,
Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis,
Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp,
Streptococcus group B, Mobiluncus sp.
b. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia,
c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan 2),
Herpes
Simplex
Virus
(tipe
1
dan
2),
Human
papiloma
Virus,
Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum virus,
d. Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei
Cara penularan
a. Aktivitas seks yang kurang sehat (berganti-ganti pasangan)
b. Keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan PMS termasuk ciuman,
hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus, kunilingus, anilingus,
felasio, dan kontak mulut atau genital dengan payudara
c. Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau
benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat
tato.
d. Ibu hamil kepada bayinya
e. Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya
terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk
yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes.
f. Tato dan tindik Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba
2.3 Klasifikasi
3
Terdapat sekitar 40 jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual. Sebagai contoh adalah AIDS, herpes, klamidia, gonore, sifilis, genital
warts, hepatitis B, kutu kemaluan, infeksi saluran kencing, granuloma,
limpogranuloma, molluscum, trikomoniosis, radang pelvik, dan vaginitis. Berikut
beberapa macam penyakit menular seksual yang mempunyai tanda dalam mulut.
2.3.1 Gonore
Definisi
Suatu penyakit mrnular seksual yang disebabkan oleh bakteri yang
merusak membran epital selaput lendir terutama epitel yang melapisi
endoserviks dan uretra.
Etiologi
Penyebab gonore adalah neisseria
gonorrhoeae (gonokok) .
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar
0,8 u dan panjang 1,6 u ,bersifat tahan asam.pada sediaan langsung dengan
perwarnaan Gram bersifat Gram Negatif,terlihat di luar dan di dalam
leukosit,tidak tahan lama di udara bebas,cepat mati dalam keadaan
kering,tidak tahan suhu di atas 39C,dan tidak tahan cat desinfektan.
Patologi
Fimbrae pada gonnorhoe emnempel pada host lalu menginfeksi
daerah mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang immatur lalu masuk
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Gonore yang menyebar di
aliran darah hingga menyebar ke kulit dan persendian
Gejala klinis
Gejala yang terdapat dalam mulut yaitu eritema dan ulcer pada
orofaring dan tonsil, stomatitis,limfadenopati, halitosis, perubahan
pengecapan, atropi papila lidah bagian tengah, terdapat nanah yang keluar
dari gusi dan selain itu juga terjadi atritis pada sendi rahang. Masa
inkubasi bervariasi pada pria umum nya:2-5 hari setelah terinfeksi,
kencing terasa sakit, panas di daerah uretra, keluar cairan kuning
kehijauan, uretra kemerahan, gatal- gatal di dubur, sering kencing, lubang
penis merah.
Pada wanita timbul 7-21 h.ari terinfeksi. Sakit saat kencing, keluar
keputiohan yang berwarna kehijauan, perdarahan antara masa menstruasi,
gatal- gatal pada alat kelamin, sakit dibagian bawah perut
Diagnosa Penunjang
1. Sediaan langsung :
Pada sediaan langsung akan di temukan perwarnaan negatif-Gram.
4
2. Kultur
3. Tes definitif
a. Tes oksidasi
b. Tes fermentasi
4. Tes beta laktamase
5. Tes Thomson
Komplikasi
Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain secara genitogenital, pada pria dan wanita dapat berupa :
1. Proktitis : pada wanita dapat terjadi karena kontaminsasi dari vagina
dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal seperti pada pria.
Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti
terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa
eritematosa , edematosa, tertutup pus mukopurulen.
2. Orofaringitis : cara infeksi dengan kontak orogenital. Faringitis dan
tonsilitis gonoree lebih sering daripada ginggivitis. Orofaring tampak
eksudat mukopurulen yang ringan sampai sedang.
3. Konjungtivitis : dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi ini dapat terjadi
dikarenakan penularan pada konjungtiva melalu tangan atau alat-alat.
4. Gonore diseminata : kira-kira 1% kasus gonore yang akan berlanjut
menjadi gonore diseminata. Banyak pada penderita gonore asimtomatis,
terutama pada wanita. Gejala yang timbul berupa : artritis miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.
Penatalaksanaan.
1. Medika Mentosa
Secara epidemologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat
dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara
lain:
Pemberian antibiotik:
a. Penisilin
Penisilin G dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid
b. Ampisilin dan Amoksisilin
Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 probenesid,dan
amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid.Suntik ampisilin tidak di
anjurkan.Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
c. Sefalosporin
Seftriakson (generasi-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg
i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 sampai 1.00 gram secara
5
intramusakular.Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi
angka kesembuhan >95%
d. Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gr i.m.Baik,untuk penderita yang alergi
penisilin,yang
mengalami
kegagalan
pengobatan
dengan
penisilin,dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita
sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala klinis.
e. Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. Angka kesembuhan di bagian kami
pada tahun 1985 ialah 85%.Baik untuk penderita yang alergi
penisilin,gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis.
f. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram,secara oral.Tidak di anjurkan
pemakaianya pada kehamilan
g. Kuinolon
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
siprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral.
2. Non-Medika Mentosa :
Pengobatan secara nonmedikamentosa dengan memberikan
edukasi kepada pasien seperti :
- Bahaya penyakit menular seksual dan komplikasinya
- Melakukan hubungan seksual yang aman dengan penggunaan
kondom
- Tidak berganti-ganti pasangan
- Lebih Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.3.2
Herpes Simpleks
Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes
simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada
daerah dekat mukokutan.6
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes
simpleks. Virus herpes terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2.
Perbedaan diantaranya adalah kebagian mana virus tersebut menyerang.
Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar
herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian
seksual (penis atau vagina).
Infeksi Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari
lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan
6
terasa nyeri. Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit
atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap
ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang
mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Secara periodik, virus ini
akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak,seringkali menyebabkan
erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi
sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan
lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi
bagi orang lain.
Etiologi
Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes
hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan
karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi
klinis tempat predileksi. HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi
oral sedangkan HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin
seringnya infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di
daerah oral kemungkinan disebabkan oleh kontak seksual dengan cara
oral-genital.6
Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I
(HSV-I) dan herpes simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai
daerah mulut dan sekitarnya adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan
Herpes yang menginfeksi kulit didaerah vagina merupakan HSV-II
(Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan seksual yang
menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan
selaput lendir yang menjadi merah.
HSV tipe 1, menyebabkan demam seperti pilek dengan
menimbulkan luka di bibir semacam sariawan. HSV jenis ini ditularkan
melalui ciuman mulut atau bertukar alat makan seperti sendok – garpu
(misalnya suap-suapan dengan teman). Virus tipe 1 ini juga bisa
menimbulkan luka di sekitar alat kelamin.
HSV tipe 2; dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga
suka disebut genital herpes, yang muncul luka-luka di seputar penis atau
vagina. HSV 2 ini juga bisa menginfeksi bayi yang baru lahir jika dia
dilahirkan secara normal dari ibu penderita herpes. HSV-2 ini umumnya
ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini juga sesekali muncul di
7
mulut. Dalam kasus yang langka, HSV dapat menimbulkan infeksi di
bagian tubuh lainnya seperti di mata dan otak.
Faktor Penyebab Penyakit Herpes Simplek
Timbulnya penyakit herpes bisa dipicu oleh:
1) Pemaparan cahaya matahari
2) Demam
3) Stres fisik/emosional
4) Penekanan sistem kekebalan
5) Obat-obatan atau makanan tertentu
Penyakit yang ditimbulkan Virus Herpes Simplek
1. HSV-1
a. Gingivostomatitis herpetik akut
Gingivostomatitis herpetika adalah manifestasi infeksi HSV-1
orofasial primer yang tersering, ditandai lesi khas vesikoulseratif oral
dan atau perioral, kebanyakan mengenai anak-anak umur 1-5
tahun.1,9 Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise,
nausea, dan muntah-muntah disertai rasa tidak nyaman di mulut. Satu
sampai dua hari setelah gejala prodromal, timbul lesi-lesi lokal berupa
vesikel kecil berkelompok di mukosa mulut, berdinding tipis
dikelilingi oleh peradangan. Vesikel cepat pecah meninggalkan ulkus
dangkal dan bulat yang nyeri di sekitar rongga mulut. Lesi dapat
mengenai seluruh bagian mukosa mulut. Selama perlangsungan
penyakit, vesikel dapat bersatu menjadi lesi yang lebih besar dengan
tepi tidak teratur. Gambaran khas adalah ginggivitis marginalis akut,
generalisata, edema, dan eritema ginggiva, kadang-kadang disertai
beberapa ulkus pada gingiva. Pada pemeriksaan, faring posterior akan
tampak kemerahan dengan pembesaran kelenjar getah bening
submandibular dan servikal.
Gejala ekstra oral berupa vesikel berkelompok pada bibir dan
kulit di sekitar sirkum oral. Setelah beberapa hari lesi akan ditutupi
krusta kekuningan.
Stomatitis herpetika akut pada anak-anak yang sehat bersifat
swasirna. Demam biasanya akan hilang dalam 3-4 hari dan lesi akan
sembuh dalam 10 hari, walaupun dalam waktu 1 bulan masih dapat
ditemukan virus dalam saliva.
8
b. Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata
dan dapat mengakibatkan kebutaan.
c. Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada
perbatasan mukokutan bibir. Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang
rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan parut. Lesi-lesi dapat
kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu.
2. HSV-2
a. Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif
pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita.
Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise,
disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat
mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat
asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang
dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual
seseorang yang telah terinfeksi.
Patogenesis
Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau
mukosa dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia
sensoris dan terus bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh sarafsaraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih luas. Setelah infeksi primer
HSV masuk dalam masa laten di ganglia sensoris. 6
Infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam
rangsangan (sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis. 6
Menurut Habif (2004) infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer,
virus menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik
kambuhnya penyakit di tempat yang sama. Pada infeksi primer
kebanyakan tanpa gejala dan hanya dapat dideteksi dengan kenanikan titer
antibody IgG. Seperti kebanyakan infeksi virus, keparahan penyakit
meningkat seiring bertambahnya usia. Virus dapat menyebar melalui udara
via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau kontak dengan cairan yang
mengandung virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3 sampai 7 hari atau
9
lebih setelah kontak yaitu: kulit yang lembek disertai nyeri, parestesia
ringan, atau rasa terbakar akan timbul sebelum terjadi lesi pada daerah
yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal, dan demam adalah
karakteristik
Gejala Klinis
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi
primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks
tipe I tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anakanak.
Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat
predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital.Infeksi
primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan
sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi
herpes simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada
ganglion dorsalis
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula
tidak aktif di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu
(misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit
sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung
sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa
rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada tempat yang
sama atau tempat lain di sekitarnya
Pemeriksaan Penunjang
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan
dapat dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi
HSV.Dengan tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel
datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear
10
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau
kurang.Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada
dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan
mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya
beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa
detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas
penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang
multinuklear dan berukuran besar berwarna biru
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur
(Sterry, 2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah
terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi
Penatalaksanaan
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat antivirus topikal berupa
salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguentP) atau preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan
dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan
memperpanjang masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat
adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi
komplikasi pada organ dalam
Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir.
Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk
menggunakan asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama
satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada
wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intra vena
Pencegahan
1. Pencegahan transmisi HSV secara horisontal
a) Higiene Personal
- Sering membersihkan diri dengan mandi menggunakan air yang bersih.
Idealnya saat musim panas mandi 2 kali pagi dan sore.
11
Ganti pakaian satu hari minimal 2 kali sehabis mandi agar tubuh tetap terjaga
kebersihannya.
Cucilah seprai, handuk dan pakaian yang dipakai dengan air yang bersih dan
menggunakan deterjen (2)
Pencegahan kontak dengan saliva penderita HSV dapat dilakukan dengan
menghindari berciuman dan menggunakan alat-alat makan penderita serta
menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptik yang dapat
membunuh virus sehingga menurunkan risiko tertular.
b) Sanitasi lingkungan
Menjaga lingkungan agar tetap bersih
Menggunaan air bersih yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
2. Pencegahan transmisi HSV secara vertikal dapat dilakukan dengan deteksi ibu
hamil dengan screning awal di usia kehamilan 14-18 minggu, selanjutnya
dilakukan kultur servik setiap minggu mulai dari minggu ke-34 kehamilan pada
ibu hamil dengan riwayat infeksi HSV serta pemberian terapi antivirus supresif
(diberikan setiap hari mulai dari usia kehamilan 36 minggu dengan acyclovir
400mg 3×/hari atau 200mg 5×/hari) yang secara signifikan dapat mengurangi
periode rekurensi selama proses persalinan (36% VS 0%). Namun apabila
sampai menjelang persalinan, hasil kultur terakhir tetap positif dan terdapat lesi
aktif di daerah genital maka kSANITASI elahiran secara sesar menjadi pilihan
utama
2.3.3
Sifilis(Raja Singa)
Definisi
Sifilis merupakan penyakit infeksi spesifik granulomata yang
mempunyai gejala di mulut. Merupakan penyakit yang bersifat akut dan
kronis. Sangat menular dan dapat menyerang organ dalam seluruh tubuh.
Setiap stadium dari penyakit ini menunjukkan lesi dalam mulut yang
mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda-beda. Kecuali lesi pada
membrana mukosa mulut. Maka penyakit ini juga menunjukkan adanya
kelainan pada gigi.
12
Etiologi
Golonga sprichaeta, yang disebut treponema palidum. Spirochaeta
dapat dengan mudah dilihat pada pemeriksaan lapangan gelap karena
gerakannya yang berputar-putar dan berkelok-kelok.
Cara penularan :
a. Persetubuhan dengan penderita penyakit sipilis
b. Penularan dari ibu ke janin yang sedang dikandungnya melalui
placenta yang menyebabkan terjadinya sipilis conginitalis atau prenatal
sipilis.
c. Penggunaan
alat
yang
dipakai
penderita
sipilis
dapat
juga
menyebabkan menularnya penyakit ini.
Prenatal Sipilis atau sipilis kongenital :
Adalah sipilis yang terdapat pada faetus yang mendapatkan
penyakit selama fetus masih dalam kandungan ibu yang menderita
penyakit sipilis.
Lesi primair tidak terdapat pada penderita ini tetapi ditandai
dengan erupsi makula, pilek, kekurangan berat, telapak kaki atau tangan
yang mengelupas, retak – retak dan memerah, yang mengakibatkan anak –
anak ini terlihat seperti orang tua. Kalau pada anak ini terjadi sipilis yang
kronis maka akan terliahat pada anak umur 10 – 12 tahun dengan hidung
yang disebut saddle nose akibat perusakan dari tulang hidung dan palatum.
Aspek oral sipilis ;
Oral aspek dari sipilis congenitalis adalah :
a. Post tragrade disekitar mulut
b. Perubahan gigi
c. Kelianan dento facial yang dini
13
Tanda – tanda pada mulut ini adalah tidak berubah, walaupun
infeksinya sendiri sudah bertahun – tahun sembuh sehingga kemungkinan
besar dokter gigi adalah orang pertama yang menemukan lus congenital
pada penderita.
Goresan postragade adalah goresan yang berbentuk linear yang
terdapat disekeliling mulut atau atau sekeliling anus. Goresan ini adalah
sebagai akibat terlibatnya kulit didaerah ini pada periode minggu ke 3 – 7
dari fetus.
Jika pada periode pertumbuhan gigi ini terjadi infeksi lues yang
akut maka akan terjadi hypoplasia dari incisivus taring dan molar pertama
permanent. Gigi incisivus menjadi berbentuk seperti pahat bergerigi dan
terdapat diastema diantaranya.
Hutchinson mengemukakan adanya tiga tanda – tanda dari lues
congnetalis yang lengkap yang disebut dengan tria Hutchinson yaitu :
a.
Hypoplasia dari incisivus dan molar pertama permanen
b.
Kerusakan pada nervus octafus
c.
Interstitial keratitis
Tetapi tria hutchinson ini hanya dijumpai 1 % dari penderita
prenatal sipilis. Perubahan gigi pada prenatal sipilis harus dibedakan
dengan yang ada pada demam eksantheem. Pada sipilis kongenitalis
terjadi perubahan morfologi dari gigi sedangkan pada Racketsia atau pada
demam eksantheem hipoplasia email ini tidak disertai dengan perubahan
bentuk gigi. Gigi decidui pada lues congenital ini terdapat warna, ukuran
dan bentuk yang abnormal. Pada gigi decidui ini terlihat adanya absorbsi
akar terlambat. Sedang akar gigi permanent tidak berkembang dengan
sempurna pada lues prenatal. Perubahan gigi decidui jarang dilihat karena
jika fetus terkena sipilis kongenital pada periode pertumbuhan gigi susu
akan menyebabkan kematian fetus.
Kelainan dento facial sipilis :
14
Pada lues prenatal sering dijumpai adanya open bite dan diastema
sehubungan dengan adanya Hutchinson teeth.
Acquired sipilis :
Stadium I :
Setelah masa inkubasi yang lamanya 3 -4 minggu akan terlihat
adanya chancre yang terdapat di alat kelamin, dubur dan di mulut.
Disamping terjadinya chancre ini juga didapat pembengkakan kelenjar
lympe setempat. Chancre akan lenyap dengan sendirinya setelah 2 – 3
minggu.
Oral aspek dari chancre :
Pengertian Chancre adalah lesi pada kulit akibat dari penyakit
sipilis pada stadium pertama dimana chancre ini menunjukkan adanya
perubahan pada lapisan corium, sedangkan pada lapisan epidermis hanya
terlihat sedikit perubahan saja. Dinding pembuluh darah menebal dan
terdapat sel-sel lympoid. Didekat pembuluh daerah ini terdapat kuman
spirochaeta. Perubahan pada lapisan epidermis hanya disebabkan oleh
pengaruh tekanan sel dibawahnya.
Lokasi dari chancre didaerah mulut adalah bibir, oral mukosa lidah,
palatum mole, daerah tonsil atau pharynx. Yang paling banyak adalah bibir
terutama bibir bawah. Chancre disini tidak menyebabkan rasa sakit,
karekteristik merupakan luka yang dalam, berwarna coklat, berkerak dan
sekelilingnya keras. Apabila terasa sakit ini disebabkan oleh adanya
infeksi sekundair. Warna coklat tua ini ditutupi oleh film yang berwarna
putih kelabu. Dapat dibedakan dengan luka herpes, pada herpes luka lebih
sakit.
Stadium II :
Dengan lenyapnya chancre tadi akan terlihat pada kulit dan selaput
lendir, lesi yang berupa makula, papula, postula atau follicula, atau
merupakan kombinasi dari beberapa lesi tersebut. Waktu dari timbulnya
chancre pada stadium I sampai timbulnya macula pada stadium kedua
15
bermacam-macam jaraknya, dapat timbul 6 minggu atau bertahun- tahun
sesudah lesi pertama timbul.
Macula :
Makula disebut juga dengan macula-roseolar syphilise yaitu lesi
pada kulit atau selaput lendir merupakan bintik – bintik merah dimanamana, pada sipilis stadium II. Pembuluha kapiler yang terletak pada
permukaan mengalami pelebaran dan menunjukkan kerusakan sedikit pada
lapisan sebelah dalam. Disekeliling kerusakan ini terdapat daerah yang
berisikan sel-sel lympoid yang padat, terdapat oedima sedikit pada
jaringan pengikat. Macula akan sembuh dengan tidak meninggalkan
bekas.
Papula atau macula di oral mukosa adalah lesi yang paling
infeksius (menular) pada sipilis akut. Luka ini kelihatan putih kelabu yang
dikelilingi oleh dasar yang merah, sakit sedikit terutama jika terletak
didaerah yang
bergerak. Trauma
pada permukaan
menyebabkan
perdarahan. Daerah yang sering terkena; ujung mulut, lidah, jaringan
pharyngeal, bibir dalam, jarang di gusi. Dibedakan dengan luka yang lain
seperti erythema multi forme atau luka heerpes dengan serologis test. Luka
karena fuso spirochaeta adalah lebih sakit. Waktu datangnya makula atau
papula ini dapat disertai dengan gejala malaise, anorexia, sakit kepala, sait
pada tulang, dengan sedikit kenaikan temperatur tubuh. Sering diikuti
adanya pharyngitis atau angina syphilis.
Jaringan pharynx nampak membengkak, kering dan merah.
Stadium III :
Pada sipilis kronis akan dijumpai lesi pada rongga mulut yang
sering terdapat pada palatum dan lidah. Lesi ini disebut dengan Gummata
atau Gumma. Gumma dapat mengenai seluruh bagian tubuh dan paling
tidak sering dijumpai di kulit, selaput lendir, tulang, testis, hati atau
lambung. Gumma sipilis dapat menyebabkan tulang berubah seperti
intramembran, dan juga dapat menyebabkan organ hati dan limpa menjadi
mengeras. Sipilis dapat mengenai sistem pembuluh darah dimana aorta
16
kehilangan elastisitas dan lapisan otot dari aorta ini dapat menjadi lembek
yang dapat menyebabkan tidak bagusnya pekerjaan klep aorta dan dapat
menyebabkan kematian akibat adanya ruptur dari aorta ini.
Sipilis kronis yang menyerang sistem syaraf dapat menghasilkan
bermacam-macam gejala tergantung dari lokasi dan luasnya lesi. Gumma
yang terdapat pada cerebrum dapat menyebabkan seperti gejala tumor
otak. Jika sipilis ini mengenai nervus cranialis dapat menyebabkan
kebutaan. Jika medula spinalis terkena akan menyebabkan tabes dorsalis
gejala yang akhir. Pasien dengan tabes dorsalis akan kehilangan
keseimbangan dari kakinya dan berjalan dengan langkah – langkah yang
karakteristik, disamping itu juga akan terlihat adanya perasaan yang
sensitif pada extremitas, ini yang disebut paesthesi atau betul – betul
anasthesi.
Kerusakan yang disebabkan oleh gumma pada tulang palatum
dapat menyebabkan perforasi dari patatum, selain itu gumma dapat
mengenai glandulla slivarius dan tulang rahang. Gumma yang terdapat
pada lidah biasanya merupakan lesi yang tunggal soliter dan besar.
Gumma tidak terasa sakit tetapi dapat menjadi lebih besar sehingga
meliputi sebagian besar lidah. Guma ini dapat menjadi ulcerasi yang
menghasilkan cairan kental yang berdarah. Penyembuhannya diikuti
dengan pembentukan parut yang menyebabkan lidah dakan kelihatan
berlobus yang disebibut lingua lobulata.
Penatalaksanaan
Sifilis
Pengobatan
Pemantauan serologik
Sifilis primer
1. Penisilin G benzatin 4,8
juta unit IM (2,4 juta)
1xseminggu
Pada bulan I, III, VI dan XII
Dan tiap 6bln tahun k-2
17
2. Penisilin G prokain
dalam aqua 6juta unit,
diberikan 0,6 juta unit/hari
selama 10 hari
3. PAM (penisilin prokain
+
2%
aluminium
monosterat) 4,8 juta unit,
1,2juta /x , 2xseminggu
Sifilissekunder
sam spt sifilis
primer
Sifilis laten
1. Penisilin G benzatin
dosis total 7,2 juta unit
2. Penisilin G prokain
dalam aqua 12 juta
unit(0,6/hari)
3. PAM 7,2juta (1,2juta/x,
2xseminggu)
Sifilis S III
1. Penisilin G benzatin
total 9,6juta unit
2. Penisilin G prokain
dalam aqua total 18 juta
unit
3. PAM 9,6juta (1,2juta/x,
2xseminggu)
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah
satu cara penularannya melalui hubungan seksual. Penyakit Menular Seksual
(PMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi
18
organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular
melalui hubungan seksual.
Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang
dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhea, syphilis, herpes genital.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus
Wirawa.
Herpes
Simplek.
Diakses
pada
11
Juli
2014
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-aguswirawa-5641-2babiis-n.pdf
2. Doktergigi Semarang. Sipilis gigi dan mulut. Diakses pada 12 Juni 2014
http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/05/sipilis-gigi-dan-mulut.html
3. Klik Dokter. Tnda- tanda Penyakit menular Seksual dalam Rongga Mulut.
Diakses
tgl
12
Juni
2014
http://www.klikdokter.com/rubrikspesialis/read/20/sexandrologi/2014/03/10/5
18/tanda-tanda-penyakit-menular-seksual-dalam-rongga-mulut
4. Toolkits .Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai Masalah Kesehatan
Masyarakat,
diakses
tgl
12
juni
2014
https://www.k4health.org/toolkits/indonesia/infeksi-menular-seksual-imssebagai-masalah-kesehatan-masyarakat
5. Unes. Penyakit menular Seksual diakses
tanggal
http://ikor.unnes.ac.id/penyakit-menular-seksual-pms/
6. Usu.
Herpes
Simpleks
diakses
tanggal
13
10
Juli
Juni
2014
2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35232/4/Chapter%20II.pdf
19
Download