1 Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Kaitan, Perumusan dan Perkembangan Penglompokan Oleh : Kemala Sari Lubis,SP,MP FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 2 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi ii Pendahuluan 1 Keterhantaran Hidrolik Jenuh 1 Pengukuran Keterhantaran Hidrolik pada Tanah Jenuh di Laboratorium dan Lapangan 1 1. Penentuan Keterhamtaran Hidrolik di Laboratorium Menggunakan Permeameter 1 2. Penentuan Keterhamtaran Hidrolik di Lapangan Pemindahan Air Melalui Tanah pada Kondisi Jenuh 1 2 1. Hukum Darcy 2 2. Kecepatan Aliran Air (J) 2 3. Gradien Hidrolik 3 Potensial Air 3 Potensial Air Tanah pada Aliran Jenuh 3 Hubungan Antara Permeabillitas dan Keterhantaran Hidrolik 4 Istilah Permeabilitas 4 Keterkaitan Permabilitas dengan Keterhamtara Hdrolik Jenuh 6 Perkembangan Peralihan dari Permeabilitas menjadi Keterhantaran Hidrolik 7 Sebelum Tahun 2003 7 Tahun 2003 8 Penutup 8 Daftar Pustaka 9 Lampiran 10 ii Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 3 Pendahuluan Secara kuantitatif jumlah air yang dipindahkan (pemindahan air) dapat diukur menggunakan hukum Darcy terutama pada kondisi jenuh dengan penekanan pada keterhantaran hidrolik jenuh (Ks). Dengan demikian terdapat hubungan keterhantaran hidrolik jenuh dengan permeabilitas. Dalam hukum Darcy keterhantaran hidrolik jenuh adalah konstanta yang menunjukkan hubungan linier antara 2 variabel yanitu J (kecepatan aliran air) dan i (gradient hidrolik). Kemiringan garis J/I menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan gradient hidrolik. Pengelompokan permeabilitas dan keterhantaran hidrolik jenuh berubah dan mengalami perbaikan sejalan dengan perkembangan ilmu dari tahun 1951 hingga 2003, kecuali untuk kelas tertinggi. Keterhantaran Hidrolik Jenuh Keterhantaran hidrolik (K), adalah perbandingan antara debit terhadap gradient hirdolik atau sudut pengaliran dan kurva gradient. Pada tanah jenuh dengan struktur stabil, serta pada media sarang yang mantap seperti batu berpasir, sebagai contoh, keterhantaran hidrolik dicirikan oleh nilai yang tetap. Besarnya sekitar 10-2 – 10-3 cm/detik pada tanah pasir dan 10-4 -10-7 cm/detik untuk tanah-tanah liat. Keterhantaran hidrolik (K) bukan hanya merupakan sifat khas tanah itu sendiri, karena K bergantung pada atribut tanah dan fluida secara bersama-sama. Sifat tanah yang mempengaruhi keterhantaran hidrolik adalah porositas total, distribusi ukuran pori, kelokan secara ringkas adalah geometri pori suatu tanah . Atribut fluida yang mempengaruhi keterhantaran adalah densitas dan viskositass fluida. Keterhantaran hidrolik jenuh adalah pengukuran secara kuantitatif kemampuan tanah yang dijenuhi air kiriman jika dihubungkan dengan gradient hidrolik. Keterhantaran hidrolik jenuh dipengaruhi oleh tanah dan sifat-sifat cairan. Ini bergantung pada ukuran pori dan juga kekentalan cairan dan kerapatan. Keterhantaran hidrolik jenuh untuk suatu tanah tertentu menjadi lebih rendah jika cairan labih kental daripada air. Pengukuran Keterhantaran Hidrolik pada Tanah Jenuh di Laboratorium dan Lapangan 1.Penentuan Keterhantaran Hidrolik di Laboratorium Menggunakan Permeameter Penentuan semacam ini bias dilakukan dengan contoh tanah yang kering dan terpisahpisah yang harus dipadatkan ke dalam sel aliran dengan cara standar atau lebih baik menggunakan contoh tanah utuh yang diambil langsung dari lahan. Pada kedua cara tersebut di atas perlu dihindarkan cara-cara untuk mencegah aliran daerah batas sepanjang dinding wadah. Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 4 2.Penentuan Keterhantaran Hidrolik di Lapangan Oleh Talisma (1960) dan Boersma (1965 a,b) dalam penentuan keterhantaran hidrolik dilakukan dengan mudah di bawah muka air tanah, seperti dengan metode lubang bor (Luthin, 1957) atau dengan metode pezometer (Johnsn et al., 1952). Cara lain dengan metode tabung ganda (Bouwer, 1961, 1962), metode pemompaan dalam sumur dangkal dan dengan metode permeameter lapangan (Winger,1960). Pemindahan Air Melalui Tanah pada Kondisi Jenuh Dalam menghitung pemindahan air melalui tanah pada kondisi jenuh dikenal suatu hukum yakni hukum Darcy yang biasa juga digunakan dalam menghitung permeabilitas. Pada kenyataannya hukum Darcy juga melibatkan keterhantaran hidrolik dan gradient hidrolik sebagai parameter. Hukum Darcy ini melukiskan aliran air pada kondisi jenuh secara kuantitati . Untuk memudahkan kita dalam memahaminya dapat dilihat pada uraian berikut. 1. Hukum Darcy Hukum Darcy secara kuantitatif merupakan satu ukuran pengaliran air pada tanah jenuh dan dirumuskan sebagai berikut : q = J = - Ki (pers.1), dimana : J = kecepatan aliran air; K = keterhantaran hidrolik dan i = gradient hidrolik Tanda negatif menunjukkan K positif dan mempertahankan kesauan arah ; gradient selalu menurun pada/sejalan arah aliran air. Untuk mudahnya, tanda (-) diabaikan pada pembahasan ini. Hukum Darcy menunjukkan bahwa kecepatan aliran air (J) berbanding lurus dengan gradient hidrolik (i). Keterhantaran hidrolik (K) adalah konstansta yang menegaskan hubungan yang sebanding antara kecepatan aliran dengan gradient hidrolik.Ukuran –ukuran yang menentukan kecepatan aliran air dan gradient hidrolik dalam penetapan keterhantaran hidrolik bias bervariasi. Dalam hukum Darcy, keterhantaran hidrolik jenuh adalah konstanta yang menunjukkan hubungan linier antara 2 variabel J dan i (Gambar 3). Kemiringan garis J/i menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan gradient hidrolik. 2.Kecepatan Aliran Air (J) Kecepatan aliran air dirumuskan sebagai berikut : J = Q/At (pers.2), dimana : J = jumlah air ; Q = pemindahan air melalui irisan melintang (A) dan t = waktu (Gambar 1) Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 5 Gambar 1. Kecepatan aliran air (J) adalah jumlah air (Q) yang lewat melalui irisan melintang (A) per satuan waktu (t) Kecepatan aliran air dapat didefenisikan sebagai pengaliran air dari sebuah pipa air (hose). Kecepatan aliran air adalah tingkat (banyak) air yang keluar melalui pipa air, dibagi dengan luas irisan melintang dari pipa (Contoh : gal/hr in2 atau in3/hr in2 = in/hr). 3.Gradien Hidrolik Gradien hidrolik melukiskan efektifitas kekuatan pada pemindahan air dan dirumuskan sebagai berikut : i = Δ H/l (pers.3) dimana ΔH adalah perbedaan atau perubahan total potensial air antara titik-titik dalam tanah, dan l adalah jarak antara titik-titik. Gradien hidrolik adalah perbedaan total pusat hidrolik per satuan jarak. Potensial Air Tanah Potensial air tanah adalah kekuatan gerakan pemindahan air. Keuntungan utama dari konsep “potensial” adalah sumbangannya terhadap suatu pengukuran yang tidak seragam degan muka air tanah yang dapat dievaluasi pada suatu waktu dan setiap waktu dalam tanah-tanaman-atmosfir (Hillel, 1980). Air tanah adalah subjek untuk sejumlah gaya. Gaya-gaya ini termasuk gravitasi, tekanan hidrolik, atraksi matriks tanah terhadap air, keberadaan solute, dan aksi tekanan gas eksternal (Hillel, 1980). Pada beberapa titik dalam tanah, total potensial air tanah adalah jumlah semua gaya-gaya yang terlibat. Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 6 Potensial Air Tanah pada Aliran Jenuh Dua kekuatan gerak utama adalah komponen bawah permukaan yaitu pusat tekanan dan hidrolik (H) yang dirumuskan sebagai berikut : H = Hg + Hp (pers.4) Dimana : Hg = pusat gravitasi, dimana posisi vertical suatu titik berhubungan dengan kemiringan datum tertentu (lihat datum pada Gambar 2). Persamaan pusat gravitasi positif bila di atas datum atau negatif bila di bawah datum (contoh : pusat potensial dalam cm). Kemiringan relatif berbeda antara suatu titik dan datum menentukan pusat gravitasi (Hg). Pusat gravitasi adalah kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan air dari datum ke posisi sekarang (Hig pada Gambar 2). Hp = pusat tekanan akibat bawah permukaan air, memiliki nilai 0 pada permukaan air dan meningkat (memiliki nilai positif) dengan kedalaman mengikuti/di bawah permukaan air) (Contoh : Hip pada Gambar 2). Gambar 2 berikut menunjukkan variabel yang terlibat pada gradient hidrolik. Gambar ini menunjukkan lubang tanah sebagai suatu silinder untuk kedua ukuran : areal irisan melintang dan satu dimensi aliran air vertikal. Total pusat hidrolik pada keduanya yaitu aliran ke dalam (Hi =Hig +H) dan aliran keluar (Ho =0) yang ditentukan oleh datum. Total perbedaan (ΔH = Hi – Ho) antara aliran ke dalam dan keluar adalah kekuatan gerak untuk aliran air. Efektifitas kekuatan gerak ini bergantung pada jarak (l) antara aliran air ke dalam dan aliran air ke luar (ΔH) dibagi dengan l (jarak) adalah gerakan hidrolik. Hasilnya adalah suatu peningkata dalam kecepatan aliran atau tingkat aliran. Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 7 Gambar 2. Hi dan Ho adalah total pusat hidrolik pada masing-masing aliran ke dalam dan ke luar. Datum plane adalah pilihan pada keluaran Ho = 0. Perbedaan antara antara Ho dan Hi adalah ΔH. Untuk lubang vertikal dengan datum pada bagian bawah gravitasi (Hig) dan panjang lubang (l ) adalah sama Konskuensinya, keragaman adalah panjang (kedalaman) bawah permukan (Hip) mendapatkan tingkat aliran air yang efektif. Peningkatan panjang kedalaman bawah permukaan (Hip) meningkatkan gradien, yang pada gilirannya meningkatkan kecepatan aliran air (flux). Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 8 Pemindahan air berasal dari titik-titik yang lebih tinggi ke yang lebih rendah total pusat hidroliknya tanpa melihat apakah titik-titik ada dalam lubang (seperti Gambar 2) atau pada suatu bentang lahan. Hubungan Antara Permeabilitas dan Keterhantaran Hidrolik Istilah Permeabilitas Istilah permeabilitas telah didefenisikan oleh beberapa pakar dalam kalimat yang berbeda-beda namun mengandung makna yang sama. Ada tiga pengertian untuk permeabilitas seperti berikut : 1. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat melalui suatu massa tanah atau lapisan tanah (SSSA, 2001). 2. Permeabilitas intrinsic menurut Richards (1952) adalah sifat-sifat kuantitatif dari bahan berpori dan dikendalikan semata-mata oleh geometri pori . Tidak seperti keterhantaran hidrolik jenuh, permeabilitas intrinsik tidak bergantung dari kekentalan cairan dan kerapatan. Permeabilitas intrinsic dirumuskan sebagai keterhantaran hidrolik dikali dengan kekentalan cairan dibagi dengan kerapatan cairan dan konstanta gravitasi. Tabel 1 menunjukkan perbandingan keterhantaran hidrolik jenuh dan permeabilitas interinsik. 3. Pada beberapa masalah, permeabilitas digunakan sebagai persamaan untuk Ks (keterhantaran hidrolik jenuh ), meskipun beberapa jumlah lain biasa menggunakan istilah permeabilitas. Sebagai contoh dalam studi permeabilitas oleh Uhland dan O’Neal (1951), kecepatan aliran air (pada kondisi gradient hidrolik >1) diukur sebagai permeabilitas tanah. Hukum Darcy menunjukkan bahwa kecepatan aliran (flux) adalah sama dengan Ks (keterhantaran hidrolik jenuh) hanya jika gradient hidrolik sama dengan 1. Karenanya, nilai kecepatan aliran yang dilaporkan dalam studi ini tidak sama dengan Ks. Perbedaan pengertian untuk permeabilitas tidak mungkin merubah ilmu pengetahuan. Disamping itu, pengertian yang tersembunyi dari istilah permeabilitas bisa kurang seragam secara penulisan atau dalam konteks verbal. Pertama dari tiga pengertian tidak membawa implikasi secara kuatitatif. Masalah sering muncul bila pengertian tumpang tindih. Keberadaan konvensi ilmu pengetahuan mematuhi penggunaan ketiga pengertian secara keseluruhan dan merupakan suatu alasan yang penting untuk menggunakan keterhantaran hidrolik jenuh (Ks). Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 9 Tabel 1. Suatu perbandingan keterhantaran hidrolik jenuh dan permeabilitas intrinsik (Skopp, 199) Keterhantar Hidrolik Jenuh (Ks) Permeabilitas (k) Bergantung suhu Tidak bergantung suhu Bergantung kekentalan cairan Berhubungan konstan dengan Kekentalan cairan, berkurangnya cairan merubah struktur tanah Terjadi perubahan dengan berubahnya Terjadi perubahan dengan berubahnya Struktur struktur Ukuran-ukuran bergantung pada kecepatan Ukuran-ukuran adalah panjang (cm2); dan gradient; waktu adalah komponen dimana suatu unit area; waktu bukan merupakan komponen Keterkaitan Permeabilitas dengan Keterhantaran Hidrolik Jenuh Dalam Hukum Darcy yang dipakai pada permeabilitas, keterhantaran hidrolik jenuh adalah suatu konstanta yang menunjukkan hubungan linier antara 2 variabel J dan I (Gambar 3). Kemiringan garis J/I menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan gradient hidrolik. Penyelesaian persamaan Darcy terhadap K menghasilkan J/I (lihat persamaan 5). Kecepatan aliran air menunjukka jumlah pemindahan air dalam arah dan pada suatu tingkat yang proporsional terhadap gradient hidrolik. Jika gradient hidrolik yang sama diaplikasi terhadap dua tanah, tanah dengan jumlah air yang dialirkan lebih besar merupakam tanah yang lebih menghantar. (konduktif). Pada Gambar 3 tanah berpasir menghasilkan kecepatan aliran air yang lebih tinggi daripada tanah berliat pada gradient hidrolik yang sama. Tanah dengan kemiringan yang lebih tajam (tanah pasir pada Gambar 3) memiliki keterhantaran hidrolik yang lebih besar. Keterhantaran hidrolik (atau kemiringan K) menunjukkan hubungan berbanding lurus antara kecepatan aliran air (flux) dan gradient hidrolik, atau dalam hal ini, aliran tidak langsung pada tanah jenuh. Dengan demikian keterhantaran hidrolik jenuh (Ks) adalah suatu tampilan kuantitatif dari kemampuan tanah untuk mengalirkan air pada suatu gradient tertentu. Keterhantaran hidrolik jenuh dipengaruhi oleh sifat tanah dan cairan. Ini bergantung pada bangun pori-pori tanah seperti halnya kekentalan cairan dan kerapatan. Keterhantaran hidrolik untuk suatu tanah menjadi lebih rendah jika cairan lebih kental daripada air. Bangunan pori dan kontinuitas dalam tanah atau bentang lahan bervariasi bergantung pada arah pengukuran. Komponen vertikal K dapat berbeda dari komponen Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 10 horizontal. Penyelesaian Hukum Darcy untuk keterhantaran hidrolik menghasilkan rumus : K = J/I (pers. 5) Gambar 3. Suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara flux dan gradient hidrolik. Keterhantaran hidrolik (K) adalah kemiringan yang menunjukkan hubungan timbal balik. Garis-garis yang dihubungkan menunjukkan bahwa pada gradient hidrolik, tanah dengan keterhantaran yang lebih tinggi memiliki flux yang lebih tinggi. (Hillel, 1980). Keterhantaran hidrolik (atau Ks) ditunjukkan menggunakan berbagai satuan. Satuan dan ukuran ini bergantung pada apa yang digunakan untuk mengukur gradient hidrolik (massa, volume, atau berat) dan kecepatan aliran (massa atau volume). Kecepatan aliran (J) ditunjukkan berdasarkan dasar volume, dan satuan m/detik. Perbedaan pusat hidrolik (ΔH) ditunjukkan sebagai suatu dasar berat. Satuan cm untuk pusat, dan gradient hidrolik (i) menjadi satuan (seperti : cm/cm). Lalu Ks mengambil satuan yang sama dengan kecepatan aliran (flux) (m/detik). Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 11 Kecepatan aliran (flux) adalah suatu tingkatan (bergantung variable pada gambar 3), gradient hidrolik adalah kekuatan bergerak disamping flux (tidak bergantung gambar 3) dan keterhantaran hidrolik secara proporsional adalah konstan yang menunjukkan hubungan timbal balik antara keduanya. Keterhantaran hidrolik adalah suatu sifat penting karena dapat digunakan untuk menghitung hubungan kecepatan aliran (flux) dari suatu gradient hidrolik. Perkembangan Peralihan dari Permebilitas menjadi Keterhantaran Hidrolik Sebelum Tahun 2003 Dua pengelompokan permeabilitas adalah sesuai dan tidak sesuai. Uhland dan O’Neal (1951) mengevaluasi tingkat perkolasi sekitar 900 tanah. Mereka mendefenisikan kelaskelas permeabilitas melalui distribusi data perkolasi yang sama antara tujuh kelas-kelas tetantatif (Lampiran 2). Dengan mengikuti data perkolasi, mereka juga mempelajari 14 sifat morfologi tanah yang mempengaruhi perpindahan air dan yang dapat digunakan untuk memprediksi kelas-kelas permeabilitas. Karena pengaruh manajemen pada horiozn permukaan, mereka memekankan kajian terhadap horizon di bawah lapisan permukaan. Kelas-kelas ini dipublikasi oleh Soil Survey Manual tahun 1951 (Soil Survey Staff, 1951). Pada tahun 1963, Komite Nasional Kelembaban Tanah (NCSS) menyusun suatu kelas/sub kelas “ skema pilihan” dengan lima hingga tujuh kelas (Tabel 2) (Soil Survey Division, 1997). Proposal ini telah diterima. Pada tahun1969 laporan akhir dari Komite Nasional Kelembaban Tanah (NCSS) adalah metoda lubang Uhland seharusnya digunakan untuk aliran jenuh (contoh : penempatan kelas permeabilitas) dan metoda auger hole seharusnya digunakan untuk kesesuaian lahan dainase (Soil Survey Division, 1997). Pada tahun 1969 Komite Nasional Kelembaban Tanah (NCSS) merekomendasikan bahwa istilah : ……keterhantaran hidrolik jenuh digunakan untuk data yang menunjukkan suatu kecepatan dan diperoleh melalui analisis menggunakan hukum Darcy pada lubang yang dijenuhi”. Pada tahun 1971, konferensi NCSS mengadakan suatu pertemuan untuk merevisi Soil Survey Manual 1951, lima pengelompokan keterhantaran hidrolik diajukan. Pengelompkan termasuk 10 pemisahan pada batas kelas; ini adalah batas tiap kelebihan kelas batas-batas kelas sebelumnya melalui sebuah faktor dari 10 (lihat Lampiran 2). Pengurangan dari tujuh menjadi lima kelas diperbaiki Mason (1957) yang menemukan peluang rendah dari penempatan yang benar dari suatu tanah pada struktur kelas permeabilitas asli. Juga pada tahun 1971, di tahun yang sama lima kelas keterhantaran hidrolik diajukan, kelas permeabilitas baru diterima pada penuntun Penggunaan Teknik Interpretasi Tanah (USDASCS, 1971). Menskipun jumlah kelas tidak dirubah (masih tujuh), tiga pemisahan dalam batasan kelas diterima (seperti 0,06 – 0,2; 0,2 – 0,6; 0,6 – 2,0. dan seterusnya). Selama kurang dari tahun 1970 dan mendekati tahun 1980, Dr. Ron Paetzold, kemudian dengan Laboratorium Survey Tanah, Beltsville, Maryland telah melaksanakan dan mengulang sumber bacaan terhadap nilai-nilai keterhantaran hidrolik tanah untuk merevisi Soil Survey Manual. Beliau telah membuat enam kelas keterhantaran hidrolik tanah dengan 10 Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 12 pemisahan (seperti 0,01 – 0,1; 0,1 – 1, 1 -10, dan seterusnya) dengan satuan SI yakni μm/detik. Pada tahun 1981, Soil Survey Manual melalui direksi nasional mengurangi kelas Paetszold’s untuk keterhantaran hidrolik . Pengurangan kelas dengan meningkatkan batasan kelad dari 3 fold menjadi 10 fold. Pada tahun 1983 Buku Pegangan Tanah Nasional mempublikasi kelas-kelas untuk keterhantaran hidrolik jenuh dan permeabilitas . Pada tahun 1993, Buku Pegangan Survey Tanah Nasional menambah kelas-kelas keterhantaran hidrolik jenuh dan menetapkan kelas permeabilitas dengan menambah 8 kelas (lihat kolom “1996” pada Lampiran 2). Tahun 2003 Untuk menyelesaikan masalah keterhantaran hidrolik, tahun 2003 Bagian Survey Tanah melaporkan kelas-kelas keterhantaran hidrolik sebagai standar untuk komunikasi pemindahan air pada survey tanah kooperatif nasional. Kesimpulan ini merupakan gabungan semua rekomendasi dari komite regional dan nasional mulai tahun 1960 dan kulminasi oleh direksi nasional , pada tahun 1981 penyebaran kelas keterhantaran hidrolik telah direvisi Soil Survey Manual. Kelas permeabilitas dan kebanyakan referensi untuk permeabilitas dipindahkan dari National Soil Survey Handbook dan diganti dengan kelas keterhantaran hidrolik jenuh dari Soil Survey Manual tahun 1993. Penutup Tulisan ini menjelaskan hukum Darcy yang merupakan suatu hukum yang dipakai dalam pengukuran permeabilitas tanah. Namun pada hakekatnya aliran air dalam tanah tidak terlepas dari gradient hidrolik yang terjadi akibat perbedaan ketinggian permukaan air dalam sutau kolom air tanah (ΔH) dibandingkan kedalaman kolom air tanah. Dengan demikian jumlah air yang mengalir pada suatu kolom air yang jenuh merupakan resultan keterhantaran hidrolik dengan gradient hidrolik , luas areal dan waktu (Q= Ki At mengingat J =Q/At). Adanya keterkaitan antara kerterhantaran hidrolik jenuh dengan permeabilitas ditunjukkan oleh hubungan yang berbanding lurus antara keterhantaran hidrolik dengan kecepatan aliran (J). Sementara itu kecepatan aliran merupakan perbandingan jumlah air yang lewat melalui irisan melintang suatu area per unit waktu (J = Q/At). Semakin tinggi kecapatan aliran air semakin besar keterhantaran hidrolik. Ini terjadi pada tanah berpasir. Sebaliknya kecepatan aliran air menurun pada tanah berliat yang selanjutnya menunjukkan penurunan keterhantaran hidrolik pada tanah berliat tersebut. Sekelumit tentang perkembangan peralihan keterhantaran hidrolik menjadi permeabilitas tanah telah digambarkan sesuai dengan kemajuan pemikiran para ahli di bidang ilmu tanah. Dalam kesempatan ini penulis berharap dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang baru kepada pembaca sekalian mengenai peralihan keterhantaran hidrolik ini menjadi permeabilitas guna menambah dan melengkapi pengetahuan pembaca sebelumnya. Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 13 Daftar Pustaka Franzmeier,D.P.,B.R.Brasher, and S.J.Ross,Jr. Soil percolation rates during sustained testing. December 1964. Mimeographed. Hillel, D.1980. Fundamentals of soil physiscs. Academic Press. New York,NY. Mason,D.D., J.F.Lutz, and R.G.Petersen. 1957. Hidraulyc conductivity as related to certain soil properties in a number of great soil groupssampling errors involved. Soil Science Society of America Proceeding 21 : 554 – 561. Norton,E.A. 1939. Soil onservation survey handbook, USDA,Soil Conservation Service, Miscellaneous Publication No. 352.U.S.Government Printing Office, Washington,DC. Richards,L.A. (Chairman). 1952. Report on the subcommittee on permeability and infiltration, committee on terminology. Soil Science Society of America Proceedings 16:85-88. Skopp,J. 1994. Class notes: Physical concept of soils. University of Nebraska, Lincoln, Nebraska. Soil Science Society of America. 2001. Glossary of soil science term {Online}. Available at http://www.soil.org/sssaglos/ (verified November 23,2004). Soil Survey Division Staff. 1993. Soil survey manual. United States Department of Agriculture, Soil Conservation Service, Agricultural Handbook No. 18.U.S. Government Printing Office, Washington,D.C. Soil Survey Division. 199. Proceedings of National and Rrgional Cooperative Soil Survey Conference-1963-1996. United States Department of Agriculture, Natural Resources Conservation Service. Available on CD-ROM from the National Soil Survey Center, Lincoln,NE. Soil Survey Staff. 1951. Soil survey manual. United States Department of Agriculture, Soil Conservation Service, Agricultural Handbook No. 18. U.S. Government Printing Office. Washington, D.C. Soil Survey Staff. 1983. Natioal Soil Handbook, title 430-VI. United States Department of Agriculture, Soil Conservation Service, U.S. Government Printing Office, Washington,D.C. Uhland, R.E. and A.M.O’Neal. 1951. Soil permeability determination for use in soil and water conservation. SCS-TP-101. United States of Agriculture, Soil Conservation Servise, Washington,D.C. United States Dapartment of Agriculture, Soil Conservation Service. 1971. Guide for interpreting engineering uss of soils. U.S.Government Printing Office, Washington, D.C. Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 14 Lampiran 1. Perkembangan Klasifikasi Permeabilitas san Keterhantaran Hidrolik Jenuh /Ks (Nilai-nilai adalah di bawah nilai pengelompokan, kecuali untuk kelastertinggi) 1951 1981 1963 1983 Kelas Permeabilitas Kelas Ks yang dipakai 1971 1996 1971 2003 Kelas Ks pertama Kelas Permeabilitas Diusulkan telah direvisi Uhland & O’Neal, Usulan NCSS* Konferensi NCSS Bagian Survei Tanah Konferensi NCSS SSM NCSS (Survei Tanah Manual) in/jam m/jam <.001417 in/jam μm/detik cm/hari in/jam μm/s in/jam μm/detik in/jam Kelas Sub Kelas <1 (.016) .12 <0,01 <0.0015 <0.01 <0.05 .01417 0.1 <0.06 3 <0.06 0.20 .1417 1.0 0.80 0.63 0.63 0.6 2.0 2.0 2.0 6.3 6.0 0.06 0.1 0.2 1.0 0.063 – 0.2 0.2 0.6 2.50 2.0 5.00 6.0 6 100 10.00 20.0 6.30 -30.0 ≥ 10.0 14.7 ≥ 20.0 ≥ 100 20.0 ≥ 1000 (16) 116 100 ≥ 20.0 ≥ Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007 15 • NCSS – National Cooperative Soil Survey • Kelas permeabilitas < 0.0015 in/jam perkiraan batas 1 kaki/tn digunakan oleh tekhnisi dari EPA dan NRCS. Kemala Sari Lubis : Keterhantaran Hidrolik dan Permeabilitas : Perumusan, Kaitan dan Perkembangan Pengelompokan, 2007 USU Repository © 2007