PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL DAN KECERDASAN INTELEGENSI (INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP KINERJA AUDITOR EKSTERNAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syaratsyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Melli Amelia NIM : 105082002762 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2009 M PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL DAN KECERDASAN INTELEGENSI (INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP KINERJA AUDITOR EKSTERNAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syaratsyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Melli Amelia NIM : 105082002762 Di bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Hepi Prayudiawan, SE.,Ak., MM NIP. 195706171985031002 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2009 M Hari ini Rabu Tanggal Delapan Belas Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dialkukan Ujian Komprehensif atas nama Melli Amelia NIM: 105082002762 dengan judul skripsi “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL DAN KECERDASAN INTELEGENSI (INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP KINERJA AUDITOR EKSTERNAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING” (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 18 November 2009 Tim Penguji Ujian Komprehensif Afif Sulfa, SE.,Ak., M.Si Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Ketua Sekretaris Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli Hari ini Tanggal Sepuluh Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Melli Amelia NIM: 105082002762 dengan Judul Skripsi “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL DAN KECERDASAN INTELEGENSI (INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP KINERJA AUDITOR EKSTERNAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING” (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 Desember 2009 Tim Penguji Ujian Skripsi Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Hepi Prayudiawan, SE.,Ak., MM Penguji I Penguji II Amilin, SE.,Ak.,M.Si Penguji Ahli DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Melli Amelia 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Agustus 1986 3. Tinggal di : Jakarta Barat 4. Alamat : Jln. Palmerah Utara III RT 002/03 No.49 Palmerah, Jakarta Barat 5. Telepon : (021) 53679322 / (021)97027436 6. Email : [email protected] II. PENDIDIKAN 1. SD : SDN PALMERAH 25 PAGI 2. SMP : MTsN SUKAMANAH TASIKMALAYA 3. SMA : MAN SUKAMANAH TASIKMALAYA 4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. SD : Pramuka 2. SMP : PMR 3. SMA : PMR 4. S1 :- IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Tahrom Sumantri 2. Ibu : Lilis Widaningsih 3. Alamat : Jln. Palmerah Utara III RT 002/03 No.49 Palmerah, Jakarta Barat 4. Anak ke dari : ke I dari 3 bersaudara INFLUENCE EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)OF EXTERNAL AUDITOR AND INTELEGENCY QUOTIENT (IQ) OF EXTERNAL AUDITOR TO AUDITOR‘S PERFORMANCE WITH CONFIDENCE AS MODERATING VARIABLE (Empirical Study to Public Accountant Office In Jakarta) By: Melli Amelia 105082002762 Abstract This research is to know influence of emotional quotient, intelegency quotient to auditor’s performance with confidence as moderating variable. Emotional Quotient and Intelegency Quotient is factor to influencing auditors performance. The respondents of the research are auditor at the Public Accountant Office In Jakarta. The hypothesis this research is interaction emotional quotient, intelegency quotient with confidence for influencing auditors performance. This analysis used convience sampling and were based on the responses of 80 public accountans in DKI Jakarta. To test the hypothesis used analysis of moderating regression with the interaction test. Result from this research is emotional quotient and intelegency quotient auditor to influenced auditors performance but interaction emotional quotient, intelegency quotient with confidence were negative relationship and was not significant affected auditors performance. Keyword: emotional quotient, intelegency quotient, confidence, and auditors performance PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) AUDITOR EKSTERNAL DAN KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP KINERJA AUDITOR DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta) Oleh: Melli Amelia 105082002762 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi auditor terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja auditor. Responden dalam penelitian ini adalah auditor di Kantor Akuntan Publik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah interaksi kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Pengambilan sampel dengan metode convience sampling. Responden dalam penelitian dalam penelitian ini 80 akuntan publik dari berbagai kantor akuntan publik di DKI Jakarta. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi moderating dengan nilai interaksi. Hasil dari penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor tetapi kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja auditor. Kata kunci: kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi, kepercayaan diri, dan kinerja auditor KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman suram ke zaman terang-benderang seperti sekarang ini, dimana atas kesemuanya penulis memperoleh kemampuan studi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Auditor Eksternal dan Kecerdasan Intelegensi (IQ) Auditor Eksternal terhadap Kinerja Auditor Eksternal dengan Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi S1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Namun demikian penulis juga mempunyai keterbatasan kemampuan dalam penulisan skripsi. Oleh karena itu penulis menyadari tanpa bimbingan, arahan, dukungan dan bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu, sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih kepada: 1. Ayahanda dan Ibundaku (Tahrom dan Lilis) tercinta, rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam atas semuanya, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tak lekang oleh waktu. Setiap do’a yang engkau panjatkan adalah ketulusan yang tak pernah ternilai dengan apapun di dunia ini, dan semoga Allah SWT selalu meridhai setiap langkah engkau di dunia dan akhirat... Amiiin... always proud have parent like U & maafkan ananda atas segala kesalahan dan belum bisa membalas semua jasa-jasa engkau selama ini. 2. Adik-adikku tersayang (Hikmah Nurhayati & Sahril Adli) yang selalu membuat keceriaan, hiburan dan gelak tawa bagi penulis disaat penulis sedang down. 3. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 6. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 7. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmu, perhatian serta nasihat kehidupan yang berguna kepada semua mahasiswanya tak terkecuali penulis. 8. Seluruh staf Bagian Keuangan, Jurusan, Akademik dan Kemahasiswaan yang telah memberikan pelayanannya selama ini. 9. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (P-FEIS), Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, dan perpustakaanperpustakaan Universitas lain yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang diperlukan. 10. Para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta selaku responden, terima kasih atas kesediaan waktu dan bantuannya dalam mengisi kusioner. 11. Untuk sahabat dan teman-temanku... Vannie, Diyah, Achie, Reni, Uti, Isma, Made, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi serta semangat kepada peneliti. Kalian semua teman-temanku yang takkan kulupakan.. kalian semua mengisi hari-hariku. 12. “My Hanny” (Indra Rudi Saputra, Amd) makacih atas motivasi, kesabaran, rasa sayang yang tulus & kebersamaan kita selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan pintu-pintu yang indah tuk kita... Amiiin. 13. Teman-teman Akuntansi E. Makacih atas pertemanan selama masa kuliah ini & makacih atas bantuan serta do’a nya untuk penulis. 14. Teman-teman Akuntansi Angkatan 2005, tetap jaga tali silaturahmi jangan sampai terputus ketika semuanya sudah lulus. 15. Serta untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu namanya, terima kasih atas dukungan, bantuan, do’a dan semangat yang telah diberikan kepada penulis... Thanks a lot. Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amiiin. Jakarta, 14 Desember 2009 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING……………...………… i LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF…………………………….... ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………….................. iv ABSTRACT…………………………………………………………………… v ABSTRAK……………………………………………………………………… vi KATA PENGANTAR………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI……………………………………………………………………. x DAFTAR TABEL………………………………………………………………. xii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..... xiv BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian……………………………………...…. 1 B. Perumusan Masalah…………………………………………...…... 6 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian……………...…………... 7 1. Tujuan Penelitian…..……………………………...........……… 7 2. Manfaat Penelitian……………………………………………... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10 A. Landasan Teori…………………………………………………… 10 1. Kecerdasan Emosional…………………………………..…….. 10 2. Kecerdasan Intelegensi………………………...………… 15 3. Kepercayaan Diri……………………………………...……... 18 4. Kinerja Auditor………………………………………...…….. 22 B. Keterkaitan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelegensi, Kepercayaan Diri dan Kinerja Auditor…………………………. 25 C. Hasil Penelitian Sebelumnya…………………………...………….. 27 D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian……………………... 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………... 32 A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………...….. 32 B. Metode Penentuan Sampel……………………………………...….. 32 C. Metode Pengumpulan Data...……………………………………… 32 D. Metode Analisis Data……………………………………………… 33 E. Operasional Variabel Penelitian…………………………………… 37 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN………………………………… 43 A. Populasi dan Deskripsi Data Responden…………………………... 43 B. Penemuan dan Pembahasan………………………………………... 48 1. Statistik Deskriptif……………………………………………... 48 2. Uji Kualitas Data……………………………………………….. 49 3. Uji Asumsi Klasik……………………………………………… 53 4. Pengujian Hipotesis…………………………………………….. 58 5. Pembahasan…………………………………………………….. 65 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI…………………………………… 70 A. Kesimpulan………………………………………………………… 70 B. Implikasi……………………………………………………………. 72 C. Keterbatasan………………………………………………………... 73 D. Saran……………………………………………………………….. 74 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 76 LAMPIRAN........................................................................................................... 79 DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 3.1 Operasional Variabel………………………………………… 38 4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik……………………………….. 43 4.2 Distribusi Kuesioner…………………………………………. 44 4.3 Data Statistik Responden…………………………………….. 45 4.4 Statistik Deskriptif…………………………………………… 48 4.5 Hasil Uji Validitas EQ……………………………………….. 50 4.6 Hasil Uji Validitas IQ………………………………………... 51 4.7 Hasil Uji Validitas Kepercayaan Diri………………………... 51 4.8 Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor………………………….. 52 4.9 Hasil Uji Reliabilitas………………………………………… 53 4.10 Hasil Uji Multikolineritas…………………………………… 56 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R2)……………………………… 58 4.12 Uji F…………………………………………………………. 59 4.13 Uji t…………………………………………………………... 60 4.14 2 Uji Koefisien Determinasi (R )……………………………… 61 4.15 Uji F…………………………………………………………. 62 4.16 Uji t………………………………………………………….. 62 4.17 Uji Koefisien Determinasi (R2)……………………………... 63 4.18 Uji F…………………………………………………………. 64 4.19 Uji t………………………………………………………….. 64 DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan 2.1 Kerangka Kerja Kecakapan Emosi (EQ)…………………... 13 2.2 Alur Kerangka Pemikiran………………………………….. 29 2.3 Model Hipotesis 1…………………………………………. 29 2.4 Model Hipotesis 2…………………………………………. 30 2.5 Model Hipotesis 3…………………………………………. 30 2.6 Model Hipotesis 4…………………………………………. 30 2.7 Model Hipotesis 5…………………………………………. 31 3.1 Model Analisis………………………………………….…. 36 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin…….… 45 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia………………… 46 4.3 Karakteristik responden berdasarkan posisi terakhir……… 46 4.4 Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan…. 47 4.5 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja saat ini.. 47 4.6 Hasil uji normalitas dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating............................................................... 4.7 4.9 54 Hasil uji normalitas tanpa adanya kepercayaan diri sebagai variabel moderating............................................................... 4.8 Halaman Hasil uji heteroskedastisitas dengan kepercayan diri sebagai variabel moderating.................................................. Hasil uji heteroskedastisitas tanpa adanya kepercayan diri sebagai variabel moderating.................................................. 55 57 57 DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1 Daftar Kuesioner…………………………………….. 79 2 Daftar Jawaban Responden…………………….……. 86 3 Hasil Kualitas Data…………………………….…….. 95 4 Hasil Uji Asumsi Klasik…………………….……….. 132 5 Hasil Uji Hipotesis………………………….……….. 143 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin mengglobalnya arus informasi dan transportasi yang disertai makin meningkatnya pula perdagangan di berbagai belahan dunia, yaitu dengan dibentuknya berbagai macam bentuk perjanjian perdagangan multilateral dan internasional yang bersifat bebas. Mengakibatkan banyak terjadinya perpindahan tenaga kerja asing dari negara maju seperti: Eropa, Jepang dan Amerika menuju negara lain di Asia termasuk di Indonesia. Hingga saat ini tidak dapat kita pungkiri bahwa globalisasi ekonomi dibidang liberalisasi perdagangan telah mulai banyak membawa pesaing ataupun tenaga ahli yang kompeten dibidangnya dari berbagai mancanegara memasuki pasar domestik dengan kandungan pengetahuan tingkat dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa, dan termasuk dalam salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terbesar di dunia, serta posisi yang potensial dalam kawasan Asia Tenggara, menjadikan Indonesia sebagai ladang bisnis yang menjanjikan sebagai sasaran pasar berbagai produk dan jasa. Sehingga diperkirakan ketika terwujudnya perjanjian multilateral AFTA (Asean Free Trade Center Area), Indonesia akan dibanjiri oleh banyak produk dan pekerja (auditor) profesional dari luar negeri. Dalam menghadapi Indonesia baru yang mampu bersaing dalam era globalisasi yaitu AFTA, diperlukan Sumber Daya Manusia, terutama sekali auditor dalam negeri yang berkualitas, yang diharapkan mampu bersaing dengan auditor dari luar negeri. Akan tetapi jika kita melihat praktek yang terjadi tidaklah demikian. Hal ini tercermin dari sikap pemerintah Indonesia yang lebih suka menggunakan jasa auditor asing, yang dipandang lebih mampu secara teknis dan independen dalam melaksanakan jasa audit terhadap beberapa perusahaan yang terkena kasus. Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dengan kecerdasannya dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun kecerdasan emosional (EQ) merupakan hal yang relatif baru dibandingkan kecerdasan intelegensi (IQ), namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan kecerdasan intelegensi (Goleman, 2007:45). Menurut Goleman (2007:45), ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orangorang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Kemunculan intelegensi (IQ) merupakan kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh pendidikan dan pengalaman (Thoha, 2000 dalam Armansyah, 2006). IQ adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental (Robin, 1996 dalam Armansyah, 2006). Menurut David Wechsler (Staff IQ-EQ) dalam Armansyah (2006), Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Keberhasilan manusia menurut pendapat umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, akademis, matematis saja yang mampu mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam pekerjaan. Sama seperti seorang auditor, dalam kinerjanya sangat dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi. Kepintaran banyak dimanfaatkan dalam dunia kerja misalnya dalam level manajemen atas sebagai pihak perencana strategis yang akan menentukan nasib organisasi di masa depan, kemampuan untuk menyusun program-program jangka panjang, prediksi ke masa depan, menyusun perkiraan-perkiraan strategis, memerlukan kemampuan intelektual yang tinggi untuk keperluan analisis-analisis mendalam. Hal ini memerlukan intelegensi baik agar segala yang ingin diraih dapat terwujud dengan efektif. Kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja auditor. Auditor harus mentaati aturan etika profesi yang meliputi pengaturan tentang independensi, integritas dan obyektivitas, standar umum dan prinsip akuntansi, tanggung jawab kepada klien, tanggung jawab kepada rekan seprofesi, serta tanggung jawab dan praktik lainnya (Satyo, 2005 dalam Trisnaningsih, 2007) Pada penelitian ini akan menguji pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor eksternal di Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta dengan variabel moderating yaitu kepercayaan diri. Dalam kaitannya dengan variabel moderating, peneliti dalam hal ini memilih kepercayaan diri sebagai sebagai pemoderasi hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor di KAP. Peneliti memilih kepercayaaan diri sebagai variabel moderating karena secara teoritis kemampuan seseorang untuk percaya akan kemampuan yang dimiliki dirinya akan mempengaruhi kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi tersebut, sehingga kepercayaan diri akan menjadi variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor di KAP. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh Melandy dan Nurna (2006) pada skripsinya yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan diri sebagai variabel pemoderasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan pertama terletak pada responden penelitian. Responden penelitian Sumatera sebelumnya adalah mahasiswa dari tiga Universitas di yaitu Universitas Bengkulu, Universitas Andalas, dan Universitas Sriwijaya, sedangkan pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta. 2. Tempat penelitian. Tempat penelitian pada penelitian sebelumnya adalah di Universitas Bengkulu, Universitas Andalas, dan Universitas Sriwijaya, sedangkan pada penelitian ini adalah KAP yang terdapat di wilayah DKI Jakarta. 3. Jumlah variabel independen. Penelitian sebelumnya hanya terdiri dari satu variabel independen, yaitu kecerdasan emosional, sedangkan penelitian ini menambah satu variabel independen yaitu kecerdasan intelegensi. Sehingga jumlah variabel independen pada penelitian ini terdiri dari dua variabel independen, yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan intelegensi (IQ). Alasan peneliti menambahkan variabel independen kecerdasan intelegensi (IQ) yaitu karena kecerdasan intelegensi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang sehingga peneliti ingin mengetahui apakah kecerdasan intelegensi auditor eksternal ini berpengaruh terhadap kinrerjanya. 4. Perubahan variabel dependen. Peneliti sebelumnya menggunakan variabel dependen tingkat pemahaman akuntansi sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen kinerja auditor. Alasan peneliti mengganti variabel dependen karena responden dalam penelitian ini adalah auditor, jadi peneliti ingin mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti skripsi dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) Auditor Eksternal dan Kecerdasan Intelegensi (Intelegency Quotient) Auditor Eksternal terhadap Kinerja Auditor Eksternal dengan Kepercayaan Diri sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”. B. Perumusan Masalah 1. Apakah kecerdasan emosional auditor eksternal berpengaruh terhadap kinerja auditor eksternal? 2. Apakah kecerdasan intelegensi auditor eksternal berpengaruh terhadap kinerja auditor auditor eksternal? 3. Apakah ada pengaruh yang simultan dan signifikan antara kecerdasan emosional auditor eksternal dan kecerdasan intelegensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal? 4. Apakah kecerdasan emosional auditor eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating? 5. Apakah kecerdasan intelegensi auditor eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut : a. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan emosional auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal. b. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan intelegensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal. c. Menguji dan mengetahui ada pengaruh yang simultan dan signifikan antara kecerdasan emosional auditor eksternal dan kecerdasan intelegensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal. d. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan emosional auditor terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. e. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan intelegensi auditor terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. 2. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi dunia akademisi khususnya dalam bidang pendidikan akuntansi pada perguruan tinggi dalam mendidik, dan mendiskusikan mengenai pentingnya kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi, dan kepercayaan diri dalam pola pendidikan bagi para mahasiswa, sebagai calon akuntan dan auditor dimasa yang akan datang, serta dalam menyikapi semakin beratnya tugas dan tanggung jawab mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. 2. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik agar dapat lebih meningkatkan kemampuan auditor mereka dalam melaksanakan tugas dengan lebih memberikan perhatian dan pelatihan terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri sehingga mereka bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggung jawab. 3. Memberi informasi bagi kelompok responden mengenai pentingnya kecerdasaan emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri sehingga mereka dapat mengembangkan dan melatih kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri secara mandiri sebagai bekal dalam menghadapi dunia kerja, dan mampu bersaing dengan para auditor dari luar negeri. 4. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi risetriset selanjutnya terkait dengan penelitian kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri auditor yang lebih sempurna dan komprehensif. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2007:7) akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, di tambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderunggan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Pengertian emosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: “Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat serta keadaan dan rekasi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif). Pengertian emosional adalah menyentuh perasaan; mengharukan; dengan emosi; beremosi; dan penuh emosi (Depdiknas, 2007). Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah) dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja. Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ), seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain-lain yang harus juga dikembangkan (Melandy dan Nurna, 2006). Menurut Wibowo (2002) dalam Melandy dan Nurna (2006) kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang (Salovey & Mayer, 1990 dalam Trisniwati dan Suryaningsum, 2003). Sejalan dengan hal tersebut, Goleman (2005:512) dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003) mendefinisikan EQ adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Emotional Quotient (EQ) merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi (Cooper dan Sawaf, 1998 dalam Surya 2004). Peter Salovey dan Jack Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Stein dan Book, 2002 dalam Melandy dan Nurna, 2006). Inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah kecerdasan emosi (Agustian, 2007). Menurut Agustian (2007:285): “Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami secara efektif, menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusia”. Goleman (2005:39) yang mengadaptasi model Salovey-Mayer membagi EQ ke dalam lima unsur yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: a) Kecakapan pribadi; yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; serta b) Kecakapan sosial; yang meliputi empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2005:42-43 dalam Tikollah , Triyuwono , Unti Ludigdo, 2006). Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelola. Ada pengaruh timbal balik antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). kecerdasan emosional dan sosial sangat membantu seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas intelektual (Mubayid, 2006). Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya (Fitri, 2008). Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik (Fitri, 2008). Gambar 2.1 Kerangka Kerja Kecakapan Emosi Kecakapan Pribadi Kecakapan Sosial Menentukan bagaimana kita mengolah diri Menentukan bagaimana kita menangani suatu sendiri hubungan Kesadaran Diri Empati Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya dan intuisi Kesadaran Emosi: mengenali emosi diri sendiri dan efeknya. Penilaian diri secara teliti: Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain Memahami orang lain: mengindra mengetahui kekuatan dan batas-batas perasaan dan perspektif orang lain dan diri sendiri. menunjukkan minat aktif terhadap Percaya diri: keyakinan tentang kepentingan mereka. harga diri dan kemampuan sendiri. Orientasi pelayanan: mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Bersambung pada halaman selanjutnya Lanjutan gambar 2.1 Pengaturan Diri Mengelola kondisi, implus, dan sumberdaya diri sendiri Mengembangkan orang lain: merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan Kendali Diri: mengelola emosi dan desakan hati yang merusak. Sifat dapat dipercaya: memelihara mereka. Mengatasi keseragaman: menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan norma kejujuran dan integritas. bermacam-macam orang. Kewaspadaan: bertanggung jawab atas Kesadaran politis: mampu membaca kinerja pribadi. arus emosi sebuah kelompok dan Adaptibilitas: keluwesan dalam hubungan dengan kekuasaan. menghadapi perubahan Keterampilan Sosial Inovasi: menerima dan terbuka Kepintaran dalam menggugah tanggapan terhadap gagasan, pendekatan dan informasi baru. Motivasi yang dikehendaki pada orang lain. Pengaruh: memiliki taktik untuk melakukan persuasi. Komunikasi: mengirimkan pesan yang Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran. Dorongan prestasi: dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan. Komitmen: menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau perusahaan. Inisiatif: kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. Optimisme: kegigihan dalam jelas dan meyakinkan. Kepemimpinan: membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. Katalisator perubahan: memulai dan mengelola perubahan. Manajemen konflik: negosiasi dan pemecahan silang pendapat. Pengikat jaringan: menumbuhkan hubungan sebagai alat. memperjuangkan sasaran kendati Kolaborasi dan Kooperasi: kerja sama ada halangan dan kegagalan. Sumber: Goleman (2003) dalam Mellandy dan Nurna (2006) 2. Kecerdasan Intelegensi Pengertian Intelegensi berasal dari kata lain “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to blind together). Dengan kata lain, intelegensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan mental individu yang dapat dipergunakan untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru, serta dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat (Anggraeni, 2007). Pengertian intelegensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman-pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada faktor-faktor atau kondisi-kondisi baru; kecerdasan. C.P Chaplin (1975) dalam Sudrajat (2008) memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Anita E. Woolfoolk (1975) dalam Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: 1. Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, 2. Kemampuan untuk belajar, dan 3. Kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Orang berpikir menggunakan pikiran inteleknya. Terutama dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Pendidikan/lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang, belajar berpikir hanya diartikan bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir bertambah baik. IQ adalah kadar kemampuan seseorang/ anak tersebut dalam menyerap hal-hal yang sifatnya fenomenal, faktual, data, dan hitungan. Kecerdasan Intelegensi (IQ) merupakan kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan pengalaman (Thoha, 2000 dalam Armansyah, 2006). IQ adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental (Robin, 1996). Menurut David Wechsler (Staff IQ-EQ) dalam Armansyah (2006), intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas sebagian kecil otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri manusia. Beratnya hanya sekitar 1,5 kg atau kurang lebih 5% dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5% dan untuk orang jenius memakainya 5-6%. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94% (Umar, 2002 dalam Armansyah, 2006). Keberhasilan manusia menurut pendapat umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, akademis, matematis saja yang mampu mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam pekerjaan. Sama seperti seorang auditor, dalam kinerjanya sangat dipengaruhi dengan oleh peran besar kecerdasan intelegensi. Kepintaran banyak dimanfaatkan dalam dunia kerja misalnya dalam level manajemen atas sebagai pihak perencana strategis yang akan menentukan nasib organisasi di masa depan. Kemampuan untuk menyusun program-program jangka panjang, prediksi ke masa depan, menyusun perkiraan-perkiraan strategis, memerlukan kemampuan intelektual tinggi untuk keperluan analisis-analisis mendalam. Hal ini memerlukan intelegensi baik agar segala yang ingin diraih dapat terwujud dengan efektif (Armansyah, 2006). Walaupun kecerdasan intelegensi (IQ) adalah tolok ukur dari kepintaran seseorang, kecerdasan intelegensi (IQ) bukan merupakan satusatunya indikator kesuksesan. IQ atau tingkatan dari Intelligence quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, kecerdasan intelegensi (IQ) hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan (IQ-EQ, 2002) dalam Armansyah (2006). Ukuran IQ memiliki kelemahan dalam hal pemberian peluang bagi nuansa-nuansa emosioanl seperti empati, motivasi diri, pengendalian diri, dan kerjasama sosial (Pasiak, 2002). Istilah intelegensi jika dirumuskan akan mendapat pengertian yaitu sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. 3. Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Kepercayaan diri merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menangani segala sesuatu dengan tenang. Kepercayaan diri merupakan keyakinan dalam diri yang berupa perasaan dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan individu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan (Hambly, 1995: 3 dalam Dhania, 2009). Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah : • Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain. • Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. • Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain. • berani menjadi diri sendiri. • Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil). • Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain). • Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya. • Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Menurut Goleman (2003) dalam Melandy dan Nurna (2006), kepercayaan diri adalah kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri. Orang dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. Sedangkan menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan melakukan segala sesuatu seorang diri. Sedangkan kepercayaan diri menurut Angelis (1997) dalam Titih (2009) pada dasarnya adalah kemampuan dasar individu untuk dapat menentukan arah dan tujuan hidupnya. Individu yang memiliki kepercayaan diri akan kemampuannya sendiri merupakan suatu indikasi bahwa individu tersebut akan melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut Fereira dalam Melandy dan Nurna (2006), seorang konsultan dari Deloitte and Touche Consulting mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, di samping mampu membuat perubahan di lingkungannya, ini berarti bahwa kepercayaan diri akan mempengaruhi pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Menurut Lauster (2003) dalam Melandy dan Nurna (2006), kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu berarti sifat yang positif. Ini umumnya dapat menjurus pada usaha tak kenal lelah. Orang yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain. Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan daripada teman. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Bagi mereka yang kurang percaya, setiap kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka. Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan meningkatkan keraguan kepada diri sendiri. Di pihak lain, percaya diri berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama bila ia tidak mempunyai keterampilan sosial. Orang yang memiliki rasa percaya diri umumnya memandang diri sendiri sebagai orang yang produktif, mampu menghadapi tantangan dan mudah menguasai pekerjaan atau keterampilan baru. Mereka mempercayai diri sendiri sebagai katalisator, penggerak, dan pelopor, serta merasa bahwa kemampuankemampuan mereka lebih unggul dibanding kebanyakan orang lain. Hanum (2006) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah sebuah pendorong dalam diri manusia, yang menimbulkan sebuah keputusan untuk bertindak, tanpa khawatir akan tidak sesuainya tindakan dengan harapan yang ada. Faktor –faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri individu menurut Middel Brook dalam Rahmawati (2008), yakni: pola asuh, jenis kelamin, pendidikan dan penampilan fisik. Faktor-faktor diatas erat kaitannya dengan penilaian dan pengaruh lingkungan terhadap kepercayaan diri individu. Hurlock (1978) dalam Rahmawati (2008) menambahkan bahwa rasa percaya diri dan rendah diri dipengaruhi pula oleh kegagalan dan prestasi. Apabila prestasi individu lebih rendah dari prestasi orang lain, maka individu cenderung untuk memandang dirinya rendah dan menarik diri. Sebaliknya jika prestasi individu lebih tinggi dari orang lain, maka individu merasa bangga pada kemampuannya dan lebih percaya diri. 4. Kinerja Auditor Kinerja merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan operasi suatu organisasi (Apriani, 2008). Auditor adalah seorang tenaga profesional yang berkompeten dibidangnya. Biasanya tenaga profesional sulit menerima sistem pengendalian yang terlalu birokratis dikarenakan mereka telah terbiasa menghadapi setiap masalah dalam lingkungan kerjanya dengan hasil pemikiran mereka sendiri (Apriani, 2008). Secara umum kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya. Menurut Surya (2004), tingkat sampai sejauh mana keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas pekerjaanya disebut sebagai “level of performance”. Porter dan Lawler (1986) dalam Surya (2004) menyatakan bahwa “succesfull role achievement” yang diperoleh seseorang akan berasal dari perbuatanya. Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai peran atau target tertentu yang berasal dari perbuatanya sendiri. Kinerja seseorang dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya. Menurut Miner (1988) dalam Surya (2004), dinyatakan bahwa dimensi kerja adalah ukuran dan penilaian dari perilaku yang aktual di tempat kerja, dimensi kerja tersebut mencakup : 1. Quality of Output, kinerja seseorang individu dinyatakan baik apabila kualitas output yang dihasilkan lebih baik atau paling tidak sama dengan target yang telah ditentukan. 2. Quantity of Output, kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output yang dihasilkan. Seseorang individu dinyatakan mempunyai kinerja yang baik apabila jumlah/kuantitas output yang dicapai dapat melebihi atau paling tidak sama dengan target yang telah ditentukan dengan tidak mengabaikan kualitas output tersebut. 3. Time at Work, dimensi waktu juga menjadi pertimbangan di dalam mengukur kinerja seseorang. Dengan tidak mengabaikan kualitas dan kuantitas output yang harus dicapai, seorang individu dinilai mempunyai kinerja yang baik apabila individu tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan penghematan waktu. 4. Cooperation With Others’Work, kinerja juga dinilai dari kemampuan seorang individu untuk tetap bersifat kooperatif dengan pekerja lain yang juga harus menyelesaikan tugasnya masing-masing. Menurut Irving (1986) dalam Reza Surya (2004), komponen penting untuk melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas kinerja seorang individu. Ia dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kualitas output yang dihasilkan dari serangkaian tugas yang harus dilakukannya. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja auditor menurut Trisnaningsih (2007) adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. B. Keterkaitan kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi, kepercayaan diri dan kinerja auditor 1. Kecerdasan emosional dengan kinerja auditor Menurut Surya (2004) bahwa kecerdasan emosional auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor. Kecerdasan emosi seorang auditor dapat menimbulkan motivasi terhadap auditor tersebut sehingga seorang auditor tersebut akan dapat meningkatkan kinerjanya dalam pekerjaannya. Menurut Sufnawan kecerdasan emosional auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. 2. Kecerdasan intelegensi dengan kinerja auditor Menurut Lisda (2009) bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Menurut Armansyah (2006) bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh dalam membentuk perilaku kerja. Keberhasilan manusia menurut pendapat umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, akademis, matematis saja yang mampu mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam pekerjaan. Sama seperti seorang auditor, dalam kinerjanya sangat dipengaruhi dengan oleh peran besar kecerdasan intelegensi. 3. Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intelegensi dengan Kinerja auditor Menurut Surya (2004) bahwa kecerdasan emosional auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor. Menurut Sufnawan kecerdasan emosional auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Menurut Lisda (2009) bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Menurut Armansyah (2006) bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh dalam membentuk perilaku kerja. 4. Kecerdasan emosional dan kepercayaan diri dengan kinerja auditor Menurut Melandy dan Nurna (2006) bahwa kepercayaan diri memperkuat pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Dalam Menurut Fereira dalam Melandy dan Nurna (2006), seorang konsultan dari Deloitte and Touche Consulting mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, di samping mampu membuat perubahan di lingkungannya, ini berarti bahwa kepercayaan diri akan mempengaruhi pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. 5. Kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri dengan kinerja auditor Menurut Armansyah (2006) bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh dalam membentuk perilaku kerja. Keberhasilan manusia menurut pendapat umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, akademis, matematis saja yang mampu mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam pekerjaan. Sama seperti seorang auditor, dalam kinerjanya sangat dipengaruhi dengan oleh peran besar kecerdasan intelegensi. Walaupun IQ adalah tolok ukur dari kepintaran seseorang, IQ bukan merupakan satu-satunya indikator kesuksesan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan (IQ-EQ, 2002) dalam Armansyah (2006). Ukuran IQ memiliki kelemahan dalam hal pemberian peluang bagi nuansa-nuansa emosional seperti empati, motivasi diri, pengendalian diri, dan kerjasama sosial. Menurut Fereira dalam Melandy dan Nurna (2006), seorang konsultan dari Deloitte and Touche Consulting mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri, di samping mampu membuat perubahan di lingkungannya, ini berarti bahwa kepercayaan diri akan mempengaruhi kinerja. C. Hasil Penelitian Sebelumnya Sebagai acuan dari penelitian ini, maka peneliti akan menyebutkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Melandy dan Nurna (2006) bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dan kepercayaan diri sebagai variabel moderating dapat mempengaruhi kinerja auditor. Mora Hernia (2008) bahwa kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Berbeda halnya secara parsial, didapati bahwa kemampuan intelektual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap etis. Tikollah, dkk (2006) bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Secara parsial, hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa, sedangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara parsial tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa. Reza Surya (2004) bahwa kecerdasan emosional auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor. Sufnawan (2007) bahwa kecerdasan emosional dan spiritual auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor baik bersama-sama ataupun terpisah. Kecerdasan spiritual memberikan kontribusi dan pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja auditor dibandingkan dengan kecerdasan emosional. D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2008). Variabel Independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional & kecerdasan intelegensi. 2. Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja auditor. 3. Variabel Moderating yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2008). Variabel moderating pada penelitian ini adalah kepercayaan diri. Hubungan antara variabel independen, variabel dependen dan variabel variabel moderasi tersebut dapat dilihat dalam gambar Kecerdasan Emosional Auditor Kinerja Auditor Kecerdasan Intelegensi Auditor Kepercayaan Diri Ket: = Garis Pengaruh Gambar 2.2 Alur Kerangka Pemikiran Sedangkan hipotesis dari masing-masing kausalitas dalam model yang akan diuji dideskripsikan dengan model hipotesis sebagai berikut: H1: Kecerdasan emosional (EQ) berpengaruh terhadap kinerja auditor. Kecerdasan Emosional (EQ) Kinerja Auditor Gambar 2.3 Model Hipotesis 1 H2: Kecerdasan intelegensi (IQ) berpengaruh terhadap kinerja auditor. Kecerdasan Intelegensi (IQ) Kinerja Auditor Gambar 2.4 Model Hipotesis 2 H3: Kecerdasan emosional (EQ) dan Kecerdasan Intelegensi (IQ) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor. Kecerdasan Emosional (EQ) Kinerja Auditor (variabel dependen) Kecerdasan Intelegensi (IQ) (variabel independen) Gambar 2.5 Model Hipotesis 3 H4: Kecerdasan emosional auditor eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan Emosional (EQ) Kinerja Auditor Kepercayaan diri Gambar 2.6 Model Hipotesis 4 H5: Kecerdasan intelegensi auditor eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan Intelegensi (IQ Kinerja Auditor Kepercayaan diri Gambar 2.7 Model Hipotesis 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam skripsi ini menggunakan dua populasi yaitu populasi sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berlokasi di Jakarta. Populasi sasaran adalah auditor dengan kriteria telah bekerja sebagai auditor di KAP bersangkutan minimal 1 tahun. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi auditor terhadap kinerjanya dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. B. Metode Penentuan Sampel Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian adalah convenience sampling (pemilihan sampel yang mudah) yaitu pemilihan sampel dimana anggota populasi bersifat kooperatif dan dengan senang hati memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis (Indriantoro, 1999). Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dilakukan melalui studi pustaka, terutama yang berhubungan dengan data sekunder. Sementara itu data primer dapat dilakukan melalui studi lapangan, berupa; eksperimen, observasi, atau wawancara dengan metode kuesioner (Hamid, 2007). Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini, maka jenis dan sumber pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah: 1. Penelitian Kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data teoritis serta mempelajari secara seksama teori-teori yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas sebagai landasan dan dasar untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini. Data-data teoritis tersebut berupa buku-buku, jurnal, artikel, dan skripsi. 2. Penelitian Lapangan Yaitu meminta langsung tanggapan responden dengan menggunakan media kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah auditor eksternal. C. Metode Analisis Data Pengujian data yang dilakukan metode statistik dilakukan dengan bantuan perangkat SPSS for Windows versi 16. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi deskripsi mengenai karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, minimum, maksimum, kurtosis, dan swekness. Disamping itu juga untuk mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori jenis kelamin, pendidikan, umur, posisi, dan lama bekerja responden (Ghozali, 2006). 2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). b. Uji reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alpha >0,60 (Ghozali, 2006). Cronbach’s coefficient alpha dapat diartikan sebagai hubungan positif antara item atau pertanyaan satu dengan yang lainnya. Dasar pengambilan keputusan adalah jika Cronbach’s Alpha > 0.6 maka construct realiable, jika Cronbach’s Alpha < 0.6 maka construct tidak realiable. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengujinya dapat dilakukan analisis grafik atau dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006). b. Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertjuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Deteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen, atau dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) yaitu diatas 10 sama dengan nilai tolerance 0,10 (Ghozali, 2006). c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoroskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). 4. Uji Hipotesis Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi berganda (multiple regretion) dengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows. Metode yang menggunakan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen, dengan nilai signifikannya sebesar 0,05 (Ghozali, 2006). Model yang digunakan tersebut disajikan dalam gambar sebagai berikut: Gambar 3.1 Model Analisis Data Y = ß0 + ß1.X1 + ß2.X2 + ß3.X3 + ß4 [(X1X3)] + ß5 [(X2X3)] + e Ket: a. Y : kinerja auditor X1 : kecerdasan emosional X2 : kecerdasan intelegensi X3 : kepercayaan diri [(X1 X3)] : Interaksi kecerdasan emosional dan kepercayaan diri [(X2 X3)] : Interaksi kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri e : Kesalahan regresi (regretion error) Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) Digunakan untuk membuat persentase variance variabel independen terhadap variabel dependen serta seberapa besar pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian (Ghozali 2006). b. Uji F (Anova) ANOVA uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Jika hasilnya <0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). c. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali 2006). Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi moderate Moderated Regression Analysis atau sering disebut dengan interaksi yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier dimana dalam persamaan regresinya mengandung interaksi. E. Definisi Operasional Variabel Operasional Variabel adalah pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan (Hamid, 2007). Dalam penelitian metode responden yang digunakan peneliti adalah skala likert yang menggunakan ukuran ordinal sebagai nilai skalanya. Peneliti menghilangkan alternatif pilihan yang tidak pasti. Sehingga menggambarkan persepsi responden lebih pasti. Tabel 3.1 Tabel Operasional variabel Variabel Kecerdasan Emosional (X1) (Melandy dan Nurna (2006) Subvariabel • Pengenalian Diri Indikator • • • • Pengendalian Diri • Motivasi • Empati • • • Kendali diri Sifat dapat dipercaya Kewaspadaan Adaptibilitas Inovasi Skala likert Ordinal • • • • Dorongan prestasi Komitmen Inisiatif Optimisme Skala likert Ordinal • • • Skala likert Ordinal • Memahami orang lain Orientasi pelayanan Mengembangkan orang lain Mengatasai keseragaman Kesadaran politik • • • • • • • Pengaruh Komunikasi Kepemimpinan Katalisator Manajemen konflik Pengikat jaringan Kolaborasi • • • Keterampilan Sosial Bersambung pada halaman selanjutnya Kesadaran diri Penilaian diri secara teliti Percaya diri Metode pengukur an Skala likert Ordinal Skala likert Ordinal Lanjutan tabel 3.1 Kecerdasan • Intelegensi (X2) (Mora Hernia (2008) • Kepercayaan Diri (X3) (Melandy dan Nurna (2006) Wawasan luas • • • • Rasional • • Menerima saran orang lain Berpikir logis Mengakui kekurangan • • Kritis • • • Suka tantangan Berpikiran terbuka Suka memberi solusi • Kepercayaan diri kuat • • Memahami diri Tidak mementingkan diri sendiri Memiliki sikap toleransi Bertanggung jawab Optimis Menerima diri • • • • • Kepercayaan diri lemah • • • Kinerja Auditor (Y) (Trisnaningsih (2007) kooperatif Kemampuan tim Cerdas Selalu memiliki informasi Kreatif • Kemampuan • Komitmen profesional Bersambung pada halaman selanjutnya • • • • • • Berpikiran negatif Takut melakukan kesalahan Khawatir dengan keadaan Pendidikan Pengalaman kerja sama Bidang pekerjaan Faktor usia Berpartisipasi dalam setiap hal Memperluas pengetahuan Skala likert Ordinal Skala likert Ordinal Skala likert Ordinal Skala likert Ordinal Skala likert Ordinal Skala likert Ordinal Skala likert Ordinal Lanjutan tabel 3.1 • Motivasi • Selalu memotivasi untuk mencapai tujuan. Skala likert Ordinal • Kepuasan kerja • Merasa puas dengan pekerjaan Sukaterhadap pekerjaan Skala likert Ordinal • Definisi Opersional Variabel yang berhubungan dengan pembahasan penelitian adalah : 1. Kecerdasan Emosional EQ adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang (Salovey & Mayer, 1990) dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003). Sejalan dengan hal tersebut,Goleman (2005:512) dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003) mendefinisikan EQ adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional ini dikembangkan menjadi lima variabel yaitu: pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Melandy dan Nurna (2006) dengan 27 pertanyaan. Bentuk pertanyaan dengan alternatif pilihan antara lain : sangat tidak setuju (STS) , tidak setuju (TS) , setuju (S) , dan sangat setuju (SS). 2. Kecerdasan Intelegensi (IQ) Kecerdasan Intelegensi (IQ) merupakan kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan pengalaman (Thoha, 2000) dalam Armansyah (2006). IQ adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental (Robin, 1996 dalam Armansyah, 2006). Menurut David Wechsler (Staff IQ-EQ), intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Kecerdasan intelegensi diukur dengan menggunakan kuesioner dengan 7 pertanyaan yang diadopsi dari Mora Herina (2008). 3. Kepercayaan Diri Kepercayaan Diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri kuat dan kepercayaan diri lemah. Menurut Melandy dan Nurna (2006), Yang termasuk dalam kategori memiliki kepercayaan diri kuat adalah seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri sangat kuat, kuat dan ratarata kuat. Sedangkan yang termasuk dalam kategori memiliki kepercayaan diri lemah adalah seseorang yang memilik tingkat kepercayaan diri rata-rata lemah dan lemah. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang memiliki kepercayaan diri kuat atau kepercayaan diri lemah menggunakan kuesioner dengan 24 pertanyaan yang diciptakan Lauster (2003) yang dikembangkan oleh peneliti menyesuaikan lingkungan yang menjadi objek penelitian peneliti. 4. Kinerja Auditor Menurut Surya (2004), Kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya. Dalam penelitian ini kinerja auditor diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan Trisnaningsih (2007) dengan 10 pertanyaan. Bentuk pertanyaan dengan alternatif pilihan antara lain: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Populasi dan Deskripsi Data Responden Populasi dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) di Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan dari awal bulan Mei 2009, sedangkan proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan sampai pertengahan Juni 2009. Kuesioner yang dikirim sebanyak 150 lembar eksemplar, jumlah yang kembali sebanyak 110 kuesioner atau 73,33% dari total kuesioner yang dikirim. Setelah diseleksi terdapat 7 kuesioner yang tidak dapat digunakan akibat pengisian yang kurang lengkap dengan persentasi 6,36% dan 23 kuesioner yang tidak dapat digunakan karena responden yang lama bekerja di bawah 1 tahun tidak dapat diikutsertakan dalam proses penelitian ini dengan tingkat persentase sebesar 20,91%, Jadi kuesioner yang dapat digunakan dan memenuhi syarat sebanyak 80 kuesioner dengan tingkat persentase 72,73% dari total kuesioner yang diterima. Tabel 4.1 Daftar Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah No. Nama 1. KAP Drs Chaeroni & Rekan Jakarta Barat 2. KAP Drs. Harry & Rekan Jakarta Barat 3. KAP Handoko & Suparmun Jakarta Barat 4. KAP Jamaludin Iskak, Bap Jakarta Barat 5. KAP Djoemarna, Wahyudin & Rekan Jakarta Barat 6. KAP Soejatna, Mulyana & Rekan Jakarta Barat 7. KAP Anwar & Rekan Jakarta Pusat 8. KAP Drs Josep Susilo Jakarta Pusat Bersambung pada halaman selanjutnya Lanjutan tabel 4.1 9. KAP Maksum, Suyamto, Hirdjan & Rekan Jakarta Pusat 10. KAP Drs.Irwanto Jakarta Pusat 11. KAP Joachim Sulistyo & Rekan Jakarta Pusat 12. KAP Ngurah Arya & Rekan Jakarta Utara 13. KAP Eddy Kaslim & Rekan Jakarta Utara 14. KAP Dani Sudarsono & Rekan Jakarta Timur 15. KAP Drs. Bambang Sudaryono & Rekan Jakarta Timur 16. KAP Drs. Yanuar Mulyana Jakarta Selatan 17. KAP Handoko Utomo Jakarta Selatan 18. KAP S.Manan Jakarta Selatan 19. KAP Drs Tasnim Ali Wijanarko & Rekan Jakarta Selatan 20. KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang Jakarta Selatan 21. KAP Rama Wendra Jakarta Selatan 22. KAP Salam Rauf Jakarta Selatan Sumber: Data diolah Tabel 4.2 Gambaran Distribusi Kuesioner Kuesioner Jumlah Persentase Kuesioner yang dikirim 150 100% Kuesioner yang diterima 110 73,33% 80 72,73% Kuesioner yang diolah dan memenuhi kriteria Sumber: Data diolah Tabel 4.3 Data Statistik Responden Jumlah Laki-laki Perempuan 19-30 tahun 31-40 tahun > 40 tahun Auditor Senior Auditor Junior D3 S1 S2 S3 1-3 tahun 3-5 tahun > 5 tahun Jenis kelamin Usia Posisi terakhir Pendidikan terakhir Pengalaman kerja Persentase 44 36 60 13 7 55% 45% 75% 16% 9% 18 62 22% 78% 7 69 4 0 62 10 8 9% 86% 5% 0% 78% 12% 10% Sumber: Data diolah Berikut adalah rincian dari karakteristik responden yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, usia, posisi terakhir, pendidikan terakhir, dan pengalaman kerja. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin Perempuan 45% Laki-laki Laki-laki Perempuan 55% Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Sumber: Data diolah Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini terdiri 44 orang responden pria atau 55% dan 36 orang responden wanita atau 45% dari 80 jumlah keseluruhan responden. Karakteristik responden berdasarkan Usia 31-40 tahun 16% > 40 tahun 9% 19-30 tahun 31-40 tahun > 40 tahun 19-30 tahun 75% Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia Sumber: Data diolah Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini terdiri 60 orang responden yang berusia sekitar 19-30 tahun atau 75%, 13 orang responden yang berusia sekitar 31-40 tahun atau 16%, 7 orang responden yang berusia sekitar > 40 tahun atau 9% dari 80 jumlah keseluruhan responden. Karakteristik responden berdasarkan Posisi terakhir Auditor Senior 22% Auditor Senior Auditor Junior Auditor Junior 78% Gambar 4.3 Karakteristik responden berdasarkan posisi terakhir Sumber: data diolah Berdasarkan posisi terakhir, responden dalam penelitian ini terdiri 18 orang responden pada posisi auditor senior atau 22%, 62 orang responden pada posisi auditor junior atau 78% dari 80 jumlah keseluruhan responden. Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan S3 0% S2 5% D3 9% D3 S1 S2 S3 S1 86% Gambar 4.4 Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan Sumber: data diolah Berdasarkan jenjang pendidikan, responden dalam penelitian ini terdiri 7 orang responden merupakan D3 atau 9%, 69 orang responden merupakan S1 atau 86%, 4 orang responden merupakan S2 atau 5%, 0 orang responden merupakan S3 atau 0% dari 80 jumlah keseluruhan responden. Karakteristik responden berdasarkan lama > 5 tahun bekerja saat ini 10% 3-5 tahun 12% 1-3 tahun 3-5 tahun > 5 tahun 1-3 tahun 78% Gambar 4.5 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja saat ini Sumber: data diolah Berdasarkan lama bekerja saat, responden dalam penelitian ini terdiri 49 orang responden yang bekerja selama sekitar 1-3 tahun atau 61%, 14 orang responden yang bekerja selama sekitar 3-5 tahun atau 21%, 12 orang responden yang bekerja selama sekitar > 5 tahun atau 18 dari 80 jumlah keseluruhan responden. B. Penemuan dan Pembahasan 1. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemenangan distribusi) (Ghozali, 2006). Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Std. N Minimum Maximum Statistic Statistic Statistic Mean Statistic Deviation Std. Error Statistic TEQ 80 54.00 84.00 67.4125 .75801 6.77989 TIQ 80 16.00 28.00 20.8625 .28169 2.51951 TKD 80 28.00 81.00 47.9500 TKA 80 20.00 40.00 28.2000 Valid N (listwise) 1.30237 11.64876 .40581 3.62969 80 Sumber: data diolah Berdasarkan tabel diatas bahwa pada variabel Kecerdasan emosional (EQ), minimum jawaban responden sebesar 54 dan maksimum sebesar 84 dengan rata-rata total jawaban responden sebesar 67,41 dengan standar deviasi sebesar 6,7. Pada variabel kecerdasan intelegensi (IQ), minimum jawaban responden sebesar 16 dan maksimum sebesar 28, dengan rata-rata total jawaban responden sebesar 20,86, dengan standar deviasi sebesar 2,51. Variabel kepercayaan diri memiliki minimum jawaban responden sebesar 28 dan maksimum 81, dengan rata-rata jawaban responden sebesar 47,95, dan standar deviasi sebesar 11,64. sedangkan pada variabel kinerja auditor minimum jawaban responden sebesar 20 dan maksimum sebesar 40, dengan rata-rata jawaban responden sebesar 28,20, dan standar deviasi jawaban responden sebesar 3,62. 2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid (Ghozali, 2006). Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional (EQ) Butir Pertanyaan Pearson Sig (2Keterangan Correlation tailed) Pertanyaan 1 0,330** 0,003 Valid Pertanyaan 2 0,491** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,372** 0,001 Valid Pertanyaan 4 0,305** 0,006 Valid Pertanyaan 5 0,480** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,284** 0,006 Valid Pertanyaan 7 0,254* 0,013 Valid Pertanyaan 8 0,488** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,263* 0,020 Valid Pertanyaan 10 0,378** 0,001 Valid Pertanyaan 11 0,493** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,409** 0,000 Valid Pertanyaan 13 0,447** 0,000 Valid Pertanyaan 14 0,437** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,305** 0,006 Valid Pertanyaan 16 0,384** 0,000 Valid Pertanyaan 17 0,255* 0,022 Valid Pertanyaan 18 0,386** 0,000 Valid Pertanyaan 19 0,357** 0,001 Valid Pertanyaan 20 0,395** 0,000 Valid Pertanyaan 21 0,364** 0,001 Valid Pertanyaan 22 0,306** 0,006 Valid Pertanyaan 23 0,329** 0,003 Valid Pertanyaan 24 0,384** 0,000 Valid Pertanyaan 25 0,456** 0,000 Valid Pertanyaan 26 0,522** 0,000 Valid Pertanyaan 27 0,460** 0,000 Valid (Sumber: Data Diolah) Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Kecerdasan Intelegensi (IQ) Butir Pertanyaan Pearson Sig (2Keterangan Correlation tailed) Pertanyaan 1 0,698** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,739** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,830** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,718** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,709** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,467** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,547** 0,000 Valid (Sumber: Data Diolah) Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri Butir Pertanyaan Pearson Sig (2- Keterangan Correlation tailed) Pertanyaan 1 0,258* 0,021 Valid Pertanyaan 2 0,518** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,661** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,595** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,612** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,684** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,590** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,344** 0,002 Valid Pertanyaan 9 0,477** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,489** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,467** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,471** 0,000 Valid Pertanyaan 13 0,695** 0,000 Valid Bersambung pada halaman selanjutnya Lanjutan tabel 4.7 Pertanyaan 14 0,468** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,677** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,694** 0,000 Valid Pertanyaan 17 0,646** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,746** 0,000 Valid Pertanyaan 19 0,707** 0,000 Valid Pertanyaan 20 0,810** 0,000 Valid Pertanyaan 21 0,778** 0,000 Valid Pertanyaan 22 0,517** 0,000 Valid Pertanyaan 23 0,769** 0,000 Valid Pertanyaan 24 0,636** 0,000 Valid (Sumber: Data diolah) Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Kinerja Auditor Butir Pertanyaan Pearson Sig (2- Correlation tailed) Pertanyaan 1 0,628** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,489** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,539** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,536** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,622** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,491** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,394** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,635** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,582** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,366** 0,000 Valid (Sumber: Data diolah) Keterangan Dari tampilan output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masingmasing indikator terhadap total skor konstruk menunjukan hasil yang signifikan dengan koefisien Pearson Correlation < 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian, instrumen dikatakan realibel jika nilai cronbach alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2006). Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas N of Item Variabel Cronbach Alpha Keterangan 80 EQ 0,778 Reliabel 80 IQ 0,799 Reliabel 80 Kepercayaan Diri 0,921 Reliabel 80 Kinerja Auditor 0,706 Reliabel (Sumber: Data diolah) Dari tabel diatas menunjukan hasil uji yang reliabel karena nilai alpha masing-masing pertanyaan yang meliputi kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelegensi (IQ), kepercayaan diri, dan kinerja auditor diatas 0,6. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji normal probability plot yang dapat dilihat pada penyebaran data yang berupa titik-titik pada sumbu diagonal dari grafik, jika data menyebar disekitar garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut tidak terdistribusi secara normal (Ghozali. 2006). Gambar 4.6 Hasil uji normalitas dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu kinerja auditor berdasarkan masukan variabel independen yaitu kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelegensi (IQ), dan kepercayaan diri (Ghozali,2006). Gambar 4.7 Hasil uji normalitas tanpa adanya kepercayaan diri sebagai variabel moderating Sumber: Data diolah Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu kinerja auditor berdasarkan masukan variabel independen yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan intelegensi (IQ). b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, model penelitian yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2006). Tabel 4.10 Uji Multikolineritas Model 1 Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B Std. Error (Constant) 14.784 4.988 EQTOTAL .141 .062 IQTOTAL .274 KDTOTAL -.041 t Beta Sig. Tolerance VIF 2.964 .004 .262 2.272 .026 .867 1.154 .168 .183 1.629 .108 .917 1.090 .037 -.131 -1.123 .265 .850 1.177 a. Dependent Variable: KATOTAL Sumber: Data Diolah Tabel diatas menunjukan hasil uji multikolinieritas, tampak bahwa untuk keseluruhan sampel tidak terjadi korelasi antar variabel independen karena nilai tolerance lebih besar dari 0,10 atau VIF dibawah angka 10. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi heteroskedastisitas dari suatu residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 4.8 Hasil uji heteroskedastisitas dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating Sumber: data diolah Dari gambar diatas menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar secara acak diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian model regresi ini layak digunakan dalam penelitian. Gambar 4.9 Hasil uji heteroskedastisitas tanpa adanya kepercayaan diri sebagai variabel moderating Sumber: data diolah Dari gambar diatas menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar secara acak diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian model regresi ini layak digunakan dalam penelitian. 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan intelegensi (IQ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. 1) Pengujian Hipotesis secara Regresi Berganda. a) Uji koefisien determinasi (R2) Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model 1 R R Square .327a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .107 .084 3.49805 a. Predictors: (Constant), IQTOTAL, EQTOTAL Sumber: Data diolah Tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,084 hal ini berarti 8,4 % variasi kinerja auditor yang dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Secara konseptual, sebab-sebab lain yang mempengaruhi kinerja auditor adalah independensi, integritas dan objektivitas (Trisnaningsih, 2007). b) Uji F Tabel 4.12 Uji F Sum of Model 1 Squares Df Mean Square Regression 112.691 2 56.345 Residual 942.197 77 12.236 1054.888 79 Total F Sig. 4.605 .013 a. Predictors: (Constant), IQTOTAL, EQTOTAL b. Dependent Variable: KATOTAL Sumber: Data diolah Tabel ANOVA variabel tentang uji F dimaksudkan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel dependen (kinerja auditor). Terlihat bahwa pada kolom sig. (signifikan) pada tabel ANOVA. Nilai sig. 0,013. karena nilai 0,013 jauh lebih kecil dari 0,05, maka H3 diterima, artinya koefisien regresi ganda adalah signifikan. Jadi, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor. Maka semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi semakin tinggi pengaruh dalam kinerja auditor dan kinerjanya semakin baik. a c) Uji Signifikansi parameter individual (t test) Tabel 4.13 Uji t Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 13.425 4.847 EQTOTAL .118 .059 IQTOTAL .322 .163 T Beta Sig. 2.770 .007 .218 2.006 .048 .215 1.975 .052 a. Dependent Variable: KATOTAL Sumber: Data diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel kecerdasan emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,118 dengan tingkat signifikansi 0,048 sehingga dapat disimpulkan Kecerdasan Emosional secara individual berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi H1 diterima. Variabel kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,322 dengan tingkat signifikansi 0,052, hasil nilai 0,052 diatas 0,05 tetapi masih mendekati 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi, H2 diterima. Tabel Coefficients variabel Y,X1, dan X2 menggambarkan bahwa persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b 2X2 = 13,425 + 0,118X1 + 0,322X2 Konstanta sebesar 13,425 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel kecerdasan emosional (X1), dan kecerdasan intelegensi (X2) maka nilai kinerja auditor (Y) adalah 13,425. Koefisien regresi ganda sebesar 0,118 dan 0,322 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) atu skor atau nilai koordinasi dan motivasi pegawai akan memberikan kenaikan skor sebesar 0,118, dan 0,322. 2) Pengujian hipotesis secara Regresi Moderat Uji Interaksi a. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. 1. Uji Koefisisen Determinan Tabel 4.14 Uji Koefisien Determinasi (R2) Std. Error of the Model R R Square a 1 .331 .110 Adjusted R Square .075 Estimate 3.51509 a. Predictors: (Constant), MODERATEQKD, EQTOTAL, KDTOTAL Sumber: Data diolah Tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,075, hal ini berarti 7,5 % variasi kinerja auditor yang dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosional, kepercayaan diri, dan moderat EQKD, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. 2. Uji F Tabel 4.15 U Uji F j Sum of Model i 1 U Df Squares Mean Square Regression 115.840 3 38.613 Residual 939.048 76 12.356 1054.888 79 Total F Sig. a 3.125 .031 a. Predictors: (Constant), MODERATEQKD, EQTOTAL, j KDTOTAL i Dependent Variable: KATOTAL b. Sumber: Data diolah Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 3,125 dengan tingkat signifikansi 0,031, karena probabilitas signifikansi dibawah 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja auditor atau dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional, kepercayaan diri dan moderat EQKD secara bersamasama tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 3. Uji Signifikansi parameter individual (t test) Tabel 4.16 Uji t Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error Standardized Coefficients t Beta (Constant) -1.033 16.759 EQTOTAL .472 .250 KDTOTAL .375 .340 MODERAT EQKD -.006 .005 -1.649 a. Dependent Variable: KATOTAL Sumber: Data Diolah Sig. -.062 .951 .877 1.889 .063 1.196 1.104 .273 -1.276 .206 Ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel kecerdasan emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,472 dengan tingkat signifikansi 0,063 sehingga dapat disimpulkan Kecerdasan Emosional secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Kepercayaan Diri memberikan nilai koefisien parameter 0,375 dengan tingkat signifikansi 0,273, sehingga dapat disimpulkan Kepercayaan diri secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Moderat EQKD merupakan interaksi antara kecerdasan emosional mempunyai nilai koefisien parameter 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,206, sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri bukan variabel moderating. Jadi, H4 di tolak. b. Pengaruh Kecerdasan Intelegensi terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. 1. Uji Koefisisen Determinan Tabel 4. 17 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model 1 R R Square .251a .063 Adjusted R Square .026 Std. Error of the Estimate 3.60643 a. Predictors: (Constant), MODERATIQKD, IQTOTAL, KDTOTAL Sumber: Data diolah Tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,026 hal ini berarti 2,6 % variasi kinerja auditor yang dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan Intelegensi, kepercayaan diri, dan moderat IQKD, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. 2. Uji F Tabel 4.18 Uji F Sum of Squares Model 1 Regression Mean Square 3 22.136 988.481 76 13.006 1054.888 79 Residual Total df 66.407 F Sig. 1.702 .174 a a. Predictors: (Constant), MODERAT2, IQTOTAL, KDTOTAL b. Dependent Variable: KATOTAL Sumber: Data diolah Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 1,702 dengan tingkat signifikansi 0,174, karena probabilitas signifikansi diatas 0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi kinerja auditor atau dapat dikatakan bahwa kecerdasan intelegensi, kepercayaan diri dan moderat IQKD secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 3. Uji Signifikansi parameter individual (t test) Tabel 4.19 Uji t Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 16.605 15.429 IQTOTAL .589 .763 KDTOTAL .084 -.005 MODERATI QKD a. Dependent Variable: KATOTAL Sumber: Data Diolah Standardized Coefficients t Beta Sig. 1.076 .285 .393 .772 .442 .310 .267 .271 .787 .016 -.319 -.314 .754 Ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam regresi, variabel kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,589 dengan tingkat signifikansi 0,442, sehingga dapat disimpulkan dalam model regresi ini kecerdasan intelegensi secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Kepercayaan diri memberikan nilai koefisien parameter 0,084 dengan tingkat signifikansi 0,787, sehingga dapat disimpulkan Kepercayaan diri secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Moderat IQKD merupakan interaksi antara kecerdasan intelegensi mempunyai nilai koefisien parameter 0,005 dengan tingkat signifikansi 0,754, sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri bukan variabel moderating. Jadi, H5 ditolak. 5. Pembahasan Dari hasil analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi secara simultan mempengaruhi kinerja auditor. Dan secara parsial kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Tetapi pengujian variabel moderating, kepercayaan diri yang sebagai variabel moderating tidak mempengaruhi variabel independen lainnya seperti kecerdasaan emosional dan kecerdasan intelegensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri yang ada pada auditor tidak mempengaruhi kinerjanya. Meskipun auditor kurang merasa percaya diri tetapi jika mempunyai kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi baik maka kinerja auditorpun akan baik. Jadi kepercayaan diri ini tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi yang baik sudah pasti auditor tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kinerja auditor merupakan suatu bentuk kesuksesan seorang auditor untuk mencapai peran atau target tertentu yang berasal dari perbuatanya sendiri. Kinerja seorang auditor dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya. Dan sebagian faktor yang mempengaruhi kinerja auditor adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi. Dalam penelitian ini kepercayaan diri tidak memiliki pengaruh terhadap auditor sebab meskipun auditor ini kurang memiliki kepercayaan diri tetapi jika kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensinya baik maka kinerjanyapun akan baik. Sesuai dengan pendapat Lauster (2003) dalam Melandy dan Nurna (2006), kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu berarti sifat yang positif. Ini umumnya dapat menjurus pada usaha tak kenal lelah. Orang yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain. Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan daripada teman. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Bagi mereka yang kurang percaya, setiap kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka. Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan meningkatkan keraguan kepada diri sendiri. Di pihak lain, percaya diri berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama bila ia tidak mempunyai keterampilan sosial. Jadi, pada auditor kepercayaan diri ini tidak berpengaruh karena jika auditor mempunyai sikap percaya diri yang berlebihan akan mengakibatkan orang sombong dan terdapat menyebabkan konflik dengan orang lain. Sedangkan, dalam suatu Kantor Akuntan Publik seorang auditor harus dapat bekerja sama karena dalam KAP itu bekerja secara tim yang diperlukan kerja sama. Hasil pengujian regresi moderating menyatakan tidak ada hubungan baik secara simultan maupun secara individual antara kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan intelegensi auditor dengan kepercayaan diri terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena responden pada penelitian ini lebih banyak auditor junior sehingga auditor ini mungkin baru atau belum mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman sehingga kepercayaan diri yang dimiliki kurang berpengaruh terhadap kinerja auditor. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri dapat dilakukan dengan percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri, punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil), memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain), mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya, memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Bagi KAP, upaya untuk meningkatkan kinerja auditor dapat dilakukan dengan jalan memberikan insentif dan penghargaan kepada auditor yang berkinerja baik, memberikan kesempatan kepada auditor untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan evaluasi dan pembinaan secara rutin kepada auditor berkenaan dengan pelaksanaan terhadap spesifikasi tugas yang diberikan kepadanya dan menganjurkan untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan manfaat serta harus mengikuti kegiatan yang dapat menambah rasa percaya diri auditor untuk meningkatkan kinerja auditor (seperti seminar, pendidikan dan pelatihan profesional auditor, serta mengadakan pelatihan terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional, sehingga mereka dapat bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggung jawab). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni Melandy dan Nurna (2006) disebabkan oleh faktor eksternal yaitu: 1. Responden dalam penelitian lebih banyak oleh auditor junior dibandingkan auditor senior. Auditor junior ini memiliki masa kerja yang belum terlalu lama dan belum banyak pengalaman sehingga auditor junior kurang adanya rasa kepercayaan diri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2. Dalam penelitian sebelumnya responden yang digunakan adalah mahasiswa, dan penelitian ini responden yang digunakan adalah auditor. Penelitian ini tidak berpengaruh disebabkan auditor sebagai responden dalam mengisi kuesioner kurang teliti atau baik karena ketika peneliti menyebarkan kuesioner, auditor sedang sibuk dengan pekerjaannya dan banyak yang sedang menjalankan tugas ke klien sehingga jawaban yang didapat kurang baik. 3. Usia responden rata-rata 19-30 tahun. Usia ini merupakan usia yang relatif muda sehingga kurang adanya rasa percaya diri dan biasanya masih labil. Sehingga pada penelitian ini mendapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. 4. Penyebaran kuesioner yang kurang merata di setiap wilayah. Penyebaran kuesioner ini lebih banyak disebarkan di Wilayah Jakarta Selatan. 5. Kurangnya kuesioner yang disebarkan dan banyak kuesioner yang tidak dikembalikan dan tidak dapat digunakan. BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Dari pengujian dan analisis terhadap data, dapat dilihat bahwa: 1. Kecerdasan emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,118 dengan tingkat signifikansi 0,048 sehingga dapat disimpulkan Kecerdasan Emosional secara individual berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi H1 diterima. 2. Kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,322 dengan tingkat signifikansi 0,052, hasil nilai 0,052 diatas 0,05 tetapi masih mendekati 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi, H2 diterima. 3. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor dengan nilai hitung F sebesar 0,013. karena nilai 0,013 jauh lebih kecil dari 0,05, maka H3 diterima, artinya koefisien regresi ganda adalah signifikan. Jadi, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor. 4. Kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,472 dengan tingkat signifikansi 0,063. Variabel Kepercayaan Diri memberikan nilai koefisien parameter 0,375 dengan tingkat signifikansi 0,273, sehingga dapat disimpulkan Kepercayaan diri secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Moderat EQKD merupakan interaksi antara kecerdasan emosional mempunyai nilai koefisien parameter 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,206, sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri bukan variabel moderating. Kepercayaan diri memperlemah pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor. Jadi, H4 di tolak. 5. Kecerdasan intelegensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,589 dengan tingkat signifikansi 0,442. Variabel Kepercayaan diri memberikan nilai koefisien parameter 0,084 dengan tingkat signifikansi 0,787. Variabel Moderat IQKD merupakan interaksi antara kecerdasan intelegensi mempunyai nilai koefisien parameter 0,005 dengan tingkat signifikansi 0,754, sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri bukan variabel moderating. Kepercayaan diri memperlemah pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor. Jadi, H5 ditolak. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap kinerja auditor. Secara individual, kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan intelegensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Tidak ada interaksi antara kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan intelegensi auditor terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. B. Implikasi Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi pembentukan dan pengembangan sikap yang nantinya akan berdampak pada kinerja yang dihasilkan. Upaya untuk mendorong auditor agar dapat menghasilkan kinerja yang baik ada tiga bagian, yaitu upaya untuk meningkatkan kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri. Implikasi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah: 1. Hasil pengujian regresi menyatakan bahwa ada hubungan linier antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi auditor terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan intelegensi auditor akan mempengaruhi auditor dalam melaksanakan kinerjanya dengan baik. 2. Hasil pengujian regresi moderating menyatakan tidak ada hubungan baik secara simultan maupun secara individual antara kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan intelegensi auditor dengan kepercayaan diri terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena responden pada penelitian ini lebih banyak auditor junior sehingga auditor ini mungkin baru atau belum mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman sehingga kepercayaan diri yang dimiliki kurang berpengaruh terhadap kinerja auditor. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri dapat dilakukan dengan cara antar lain: percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok, dan lain-lain. 3. Bagi KAP, upaya untuk meningkatkan kinerja auditor dapat dilakukan dengan jalan memberikan insentif dan penghargaan kepada auditor yang berkinerja baik, memberikan kesempatan kepada auditor untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan evaluasi dan pembinaan secara rutin kepada auditor berkenaan dengan pelaksanaan terhadap spesifikasi tugas yang diberikan kepadanya dan menganjurkan untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan manfaat serta harus mengikuti kegiatan yang dapat menambah rasa percaya diri auditor untuk meningkatkan kinerja auditor (seperti seminar, pendidikan dan pelatihan profesional auditor, serta mengadakan pelatihan terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional, sehingga mereka dapat bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggung jawab). C. Keterbatasan 1. Peneliti memasukkan variabel moderating yang kurang berpengaruh dan kurang berinteraksi yaitu kepercayaan diri dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi. 2. Penelitian ini dilakukan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner tanpa dilengkapi dengan wawancara ataupun pertanyaan lisan langsung kepada auditor, padahal menurut Indriantoro dan Supomo (1999) metode survey adalah pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari sumber data dengan menggunakan pertanyaan lisan dan tulisan. 3. Peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan responden yang benarbenar bersedia untuk mengisi kuesioner. Hal ini disebabkan oleh kesibukan responden yakni banyak responden sedang melakukan proses audit dan sedang berada di perusahaan klien, sehingga jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini hanya 80 responden dan banyak responden yang tidak mengembalikan kuesioner. D. Saran 1. Pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh interaksi antar variabel independen dan variabel moderating terhadap variabel dependennya, hal ini dapat disebabkan oleh pemakaian variabel moderating yang tidak tepat, maka penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah atau mengganti variabel moderating pada penelitian ini dengan variabel lainya. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih banyak memberikan kuesioner kepada akuntan publik senior, akuntan publik yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 3 tahun dan posisi yang lebih berpengaruh dalam pengambilan keputusan, karena akuntan publik yang memiliki kategori tersebut memiliki banyak pengalaman di lapangan serta menambah jumlah sampel selain di daerah DKI Jakarta. 3. Peneliti selanjutnya juga diharapkan menggunkan metode wawancara selain menggunakan kuesioner agar dapat mengetahui kejadian secara langsung dan mendapatkan data yang sebenarnya serta mengetahui peningkatan pada penelitian yang ada. 4. Bagi auditor, perlu meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi serta harus memupuk rasa percaya diri yang tinggi. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi disertai kepercayaan diri yang tinggi dapat meningkatkan kinerja auditor itu sendiri. 5. Bagi KAP untuk meningkatkan kinerja auditor dapat dilakukan dengan jalan memberikan insentif dan penghargaan kepada auditor yang berkinerja baik, memberikan kesempatan kepada auditor untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan evaluasi dan pembinaan secara rutin kepada auditor berkenaan dengan pelaksanaan terhadap spesifikasi tugas yang diberikan kepadanya dan menganjurkan untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan manfaat serta harus mengikuti kegiatan yang dapat menambah rasa percaya diri auditor, sehingga mereka dapat bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggungjawab. DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar, “ESQ”, Arga Publishing, Jakarta, 2007. Agustian, Ary Ginanjar, “Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan”, Cetakan Pertama, Arga, Jakarta, 2003. Ahmadi, Abu, “Psikologi Umum”, Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Anggraeni, Ariesta, “Hubungan IQ Dengan Kemandirian Pada Siswa Akselerasi SDI Sudirman”, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syahid, Jakarta, 2007. Apriani, Ulfah, “Analisis Pengaruh Orientasi Profesiona Terhadap Kinerja Auditor, Konflik Peran Sebagai Variabel Intervening”, Skripsi Fakultas Ekonomi & Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Armansyah, “Intelegency Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient Dalam Membentuk Perilaku Kerja”, Jurnal Ilmiah “ Manajemen & Bisnis, Sumatera Utara, 2006. Dhania, “Hubungan antara kepercayaan diri dan penyesuaian diri mahasiswa baru Universitas Negeri Semarang”, artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli 2009, dari http://one.indoskripsi.com/judul- skripsi- makalah - tentang/hubunganpenyesuaian-diri-dengan-kepercayaan-diri. Fitri, “Pengertian Kecerdasan Emosional”, artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli 2009, dari http://duniapsikologi.blogdetik.com/tag/definisi-kecerdasan. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,edisi IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2006. Goleman, “Emotional Intellegence”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi & Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hanggara, Titih Trisna Adi, “Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi (Studi Pada Universitas Sebelas Maret Dan Universitas Muhammadiyah Surakarta)”, diakses tanggal 15 Juli 2009, dari http://74.125.153.132/search?q=cache%3AHmXgSofNJ3gJ%3Aetd.eprints. ums.ac.id%2F3394%2F1%2FB200050361.pdf+skripsi+tentang+kepercayaa n+diri%2C+kecerdasan+emosional&hl=id&gl=id. Hanum, Alisa Puri, “Kecerdasan Emosi & Kepercayaan Diri Relawan NAD Yang Berstatus Mahasiswa”, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syahid, Jakarta, 2006. Hernia, Mora, “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Kasus Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008. Hutapea, Bonar, “Kecerdasan Spritual, Kecerdasan Emosional, Dan Efikasis Diri Sebagai Prediktor Terhadap Kepemimpian Transformasional”, Jurnal Widya Ekonomika Tahun VII No.2, 2005. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1999. Jogiyanto. “Metodologi Penelitian Bisnis:Salah Kaprah Dan PengalamanPengalaman”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2004. Ker, Robert dan Kawan-kawan, “Emotional Intelligence and Leadership Effectiveness”, Leadership & Organization Development Journal. Newtownabbey, 2005. Melandy dan Nurna Aziza. “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman akuntansi, kepercayaan diri sebagai variabel pemoderasi”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Padang. 2006 Mubayid, Makmun, “Kecerdasan Kautsar, Jakarta, 2006. Kesehatan Emosional Anak”, Pustaka Al Mukhtar, “Kecerdasan Emosional Dalam Membangun Jaringan Kerja”, Jurnal Widya Ekonomika Tahun V No.2, 2003. Rahmawati, “Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa Dalam Mengikuti Pendidikan Inklusi di SDN Ulu Jami 03 Petang Jakarta Selatan”, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syahid, Jakarta, 2008. Sufnawan, Fathul Huda, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Auditor terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik”, diakses pada tanggal 25 Agustus 2009, darihttp:/resiandriani.com/2009/06/03/pengaruhkecerdasan-emosional-dan-spiritual-auditor-terhadap-kinerja-auditodalamkantor-akuntan-publik/. Sugiono. “ Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta. Bandung. 2009. “ESQ”, Arga Publishing, Jakarta, 2007. Suryaningsum, Sri, Sucahyo dan Afuwah, Afifa. “ Kajian Empiris atas Pengaruh Pendidikan Tinggi Akuntansi terhadap Kecerdasan Emosional ’’, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Yogyakarta, 2004. Surya, Reza dan Santosa Tri Hananto.“Pengaruh Emotional Quotient Auditor Terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik”. Perspektif, 9(1) : 3340, Semarang, 2004. Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triyuwono, dan H. Unti Ludigdo, “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan)”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006. Tim Penyusun Kamus Pusat (Depdiknas), “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta,2007 Trisnaningsih, Sri. “Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja auditor”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007. Trisnawati, Eka Indah dan Suryaningsum, Sri. .“Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003. Pasiak, Taufiq, “Revolusi IQ/EQ/SQ”, Mizan Media Utama, Bandung, 2002. , “Makalah Kepercayaan Diri”, artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli 2009, dari http://ogrg.lib.itb.ac.id/forum/viewtopic.php?id=72.