pengaruh kecerdasan emosional (emotional

advertisement
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL QUOTIENT)
AUDITOR EKSTERNAL DAN KECERDASAN INTELEGENSI
(INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP
KINERJA AUDITOR EKSTERNAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syaratsyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Melli Amelia
NIM : 105082002762
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2009 M
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL QUOTIENT)
AUDITOR EKSTERNAL DAN KECERDASAN INTELEGENSI
(INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP
KINERJA AUDITOR EKSTERNAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syaratsyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Melli Amelia
NIM : 105082002762
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Hepi Prayudiawan, SE.,Ak., MM
NIP. 195706171985031002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2009 M
Hari ini Rabu Tanggal Delapan Belas Bulan November Tahun Dua Ribu
Sembilan telah dialkukan Ujian Komprehensif atas nama Melli Amelia NIM:
105082002762
dengan
judul
skripsi
“PENGARUH
KECERDASAN
EMOSIONAL (EMOTIONAL QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL DAN
KECERDASAN INTELEGENSI (INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR
EKSTERNAL TERHADAP KINERJA AUDITOR EKSTERNAL DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING” (Studi
empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta). Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa, SE.,Ak., M.Si
Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Tanggal Sepuluh Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Melli Amelia NIM: 105082002762 dengan
Judul Skripsi “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL
QUOTIENT)
AUDITOR
EKSTERNAL
DAN
KECERDASAN
INTELEGENSI (INTELEGENCY QUOTIENT) AUDITOR EKSTERNAL
TERHADAP
KINERJA
AUDITOR
EKSTERNAL
DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING” (Studi
empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta). Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Desember 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Hepi Prayudiawan, SE.,Ak., MM
Penguji I
Penguji II
Amilin, SE.,Ak.,M.Si
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Melli Amelia
2. Tempat dan Tanggal Lahir
: Jakarta, 11 Agustus 1986
3. Tinggal di
: Jakarta Barat
4. Alamat
: Jln. Palmerah Utara III RT 002/03 No.49
Palmerah, Jakarta Barat
5. Telepon
: (021) 53679322 / (021)97027436
6. Email
: [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD
: SDN PALMERAH 25 PAGI
2. SMP
: MTsN SUKAMANAH TASIKMALAYA
3. SMA
: MAN SUKAMANAH TASIKMALAYA
4. S1
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. SD
: Pramuka
2. SMP
: PMR
3. SMA
: PMR
4. S1
:-
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Tahrom Sumantri
2. Ibu
: Lilis Widaningsih
3. Alamat
: Jln. Palmerah Utara III RT 002/03 No.49
Palmerah, Jakarta Barat
4. Anak ke dari
: ke I dari 3 bersaudara
INFLUENCE EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)OF EXTERNAL AUDITOR AND
INTELEGENCY QUOTIENT (IQ) OF EXTERNAL AUDITOR TO AUDITOR‘S
PERFORMANCE WITH CONFIDENCE AS MODERATING VARIABLE
(Empirical Study to Public Accountant Office In Jakarta)
By:
Melli Amelia
105082002762
Abstract
This research is to know influence of emotional quotient, intelegency
quotient to auditor’s performance with confidence as moderating variable.
Emotional Quotient and Intelegency Quotient is factor to influencing auditors
performance. The respondents of the research are auditor at the Public
Accountant Office In Jakarta.
The hypothesis this research is interaction emotional quotient, intelegency
quotient with confidence for influencing auditors performance. This analysis
used convience sampling and were based on the responses of 80 public
accountans in DKI Jakarta. To test the hypothesis used analysis of moderating
regression with the interaction test. Result from this research is emotional
quotient and intelegency quotient auditor to influenced auditors performance
but interaction emotional quotient, intelegency quotient with confidence were
negative relationship and was not significant affected auditors performance.
Keyword: emotional quotient, intelegency quotient, confidence, and auditors
performance
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) AUDITOR EKSTERNAL
DAN KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) AUDITOR EKSTERNAL
TERHADAP KINERJA AUDITOR DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Oleh:
Melli Amelia
105082002762
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional
dan kecerdasan intelegensi auditor terhadap kinerja auditor dengan
kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja auditor.
Responden dalam penelitian ini adalah auditor di Kantor Akuntan Publik.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah interaksi kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri
sebagai variabel moderating. Pengambilan sampel dengan metode convience
sampling. Responden dalam penelitian dalam penelitian ini 80 akuntan publik
dari berbagai kantor akuntan publik di DKI Jakarta. Untuk menguji hipotesis
digunakan analisis regresi moderating dengan nilai interaksi. Hasil dari
penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi
berpengaruh terhadap kinerja auditor tetapi kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating
tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja auditor.
Kata kunci: kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi, kepercayaan diri,
dan kinerja auditor
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman suram ke zaman terang-benderang
seperti sekarang ini, dimana atas kesemuanya penulis memperoleh kemampuan
studi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Auditor Eksternal dan Kecerdasan
Intelegensi (IQ) Auditor Eksternal terhadap Kinerja Auditor Eksternal
dengan Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi S1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini
penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik.
Namun demikian penulis juga mempunyai keterbatasan kemampuan dalam
penulisan skripsi.
Oleh karena itu penulis menyadari tanpa bimbingan, arahan, dukungan dan
bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu,
sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan
dalam bentuk ucapan terima kasih kepada:
1. Ayahanda dan Ibundaku (Tahrom dan Lilis) tercinta, rasa ta`dzim dan terima
kasih yang mendalam atas semuanya, yang selalu memberikan dukungan baik
moril maupun materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih
sayang yang tak lekang oleh waktu. Setiap do’a yang engkau panjatkan adalah
ketulusan yang tak pernah ternilai dengan apapun di dunia ini, dan semoga
Allah SWT selalu meridhai setiap langkah engkau di dunia dan akhirat...
Amiiin... always proud have parent like U & maafkan ananda atas segala
kesalahan dan belum bisa membalas semua jasa-jasa engkau selama ini.
2. Adik-adikku tersayang (Hikmah Nurhayati & Sahril Adli) yang selalu
membuat keceriaan, hiburan dan gelak tawa bagi penulis disaat penulis sedang
down.
3. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu di
tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
6. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.
7. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmu,
perhatian serta nasihat kehidupan yang berguna kepada semua mahasiswanya
tak terkecuali penulis.
8. Seluruh staf Bagian Keuangan, Jurusan, Akademik dan Kemahasiswaan yang
telah memberikan pelayanannya selama ini.
9. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial (P-FEIS), Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, dan perpustakaanperpustakaan Universitas lain yang telah membantu penulis dalam mencari
data-data yang diperlukan.
10. Para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta
selaku responden, terima kasih atas kesediaan waktu dan bantuannya dalam
mengisi kusioner.
11. Untuk sahabat dan teman-temanku... Vannie, Diyah, Achie, Reni, Uti, Isma,
Made, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
telah memberikan motivasi serta semangat kepada peneliti. Kalian semua
teman-temanku yang takkan kulupakan.. kalian semua mengisi hari-hariku.
12. “My Hanny” (Indra Rudi Saputra, Amd) makacih atas motivasi, kesabaran,
rasa sayang yang tulus & kebersamaan kita selama ini. Semoga Allah SWT
selalu memberikan pintu-pintu yang indah tuk kita... Amiiin.
13. Teman-teman Akuntansi E. Makacih atas pertemanan selama masa kuliah ini
& makacih atas bantuan serta do’a nya untuk penulis.
14. Teman-teman Akuntansi Angkatan 2005, tetap jaga tali silaturahmi jangan
sampai terputus ketika semuanya sudah lulus.
15. Serta untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu namanya,
terima kasih atas dukungan, bantuan, do’a dan semangat yang telah diberikan
kepada penulis... Thanks a lot.
Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima
oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan
kekurangan, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
setiap langkah kita. Amiiin.
Jakarta, 14 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING……………...…………
i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF……………………………....
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………………………………………….
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………..................
iv
ABSTRACT……………………………………………………………………
v
ABSTRAK………………………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….
xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….....
xiv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian……………………………………...….
1
B. Perumusan Masalah…………………………………………...…...
6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian……………...…………...
7
1. Tujuan Penelitian…..……………………………...........………
7
2. Manfaat Penelitian……………………………………………...
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
10
A. Landasan Teori……………………………………………………
10
1. Kecerdasan Emosional…………………………………..……..
10
2. Kecerdasan Intelegensi………………………...…………
15
3. Kepercayaan Diri……………………………………...……...
18
4. Kinerja Auditor………………………………………...……..
22
B. Keterkaitan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelegensi,
Kepercayaan Diri dan Kinerja Auditor………………………….
25
C. Hasil Penelitian Sebelumnya…………………………...…………..
27
D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian……………………...
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………...
32
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………...…..
32
B. Metode Penentuan Sampel……………………………………...…..
32
C. Metode Pengumpulan Data...………………………………………
32
D. Metode Analisis Data………………………………………………
33
E. Operasional Variabel Penelitian……………………………………
37
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN…………………………………
43
A. Populasi dan Deskripsi Data Responden…………………………...
43
B. Penemuan dan Pembahasan………………………………………...
48
1. Statistik Deskriptif……………………………………………...
48
2. Uji Kualitas Data………………………………………………..
49
3. Uji Asumsi Klasik………………………………………………
53
4. Pengujian Hipotesis……………………………………………..
58
5. Pembahasan……………………………………………………..
65
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI……………………………………
70
A. Kesimpulan…………………………………………………………
70
B. Implikasi…………………………………………………………….
72
C. Keterbatasan………………………………………………………...
73
D. Saran………………………………………………………………..
74
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
76
LAMPIRAN...........................................................................................................
79
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
3.1
Operasional Variabel…………………………………………
38
4.1
Daftar Kantor Akuntan Publik………………………………..
43
4.2
Distribusi Kuesioner………………………………………….
44
4.3
Data Statistik Responden……………………………………..
45
4.4
Statistik Deskriptif……………………………………………
48
4.5
Hasil Uji Validitas EQ………………………………………..
50
4.6
Hasil Uji Validitas IQ………………………………………...
51
4.7
Hasil Uji Validitas Kepercayaan Diri………………………...
51
4.8
Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor…………………………..
52
4.9
Hasil Uji Reliabilitas…………………………………………
53
4.10
Hasil Uji Multikolineritas……………………………………
56
4.11
Uji Koefisien Determinasi (R2)………………………………
58
4.12
Uji F………………………………………………………….
59
4.13
Uji t…………………………………………………………...
60
4.14
2
Uji Koefisien Determinasi (R )………………………………
61
4.15
Uji F………………………………………………………….
62
4.16
Uji t…………………………………………………………..
62
4.17
Uji Koefisien Determinasi (R2)……………………………...
63
4.18
Uji F………………………………………………………….
64
4.19
Uji t…………………………………………………………..
64
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
2.1
Kerangka Kerja Kecakapan Emosi (EQ)…………………...
13
2.2
Alur Kerangka Pemikiran…………………………………..
29
2.3
Model Hipotesis 1………………………………………….
29
2.4
Model Hipotesis 2………………………………………….
30
2.5
Model Hipotesis 3………………………………………….
30
2.6
Model Hipotesis 4………………………………………….
30
2.7
Model Hipotesis 5………………………………………….
31
3.1
Model Analisis………………………………………….….
36
4.1
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin…….…
45
4.2
Karakteristik responden berdasarkan usia…………………
46
4.3
Karakteristik responden berdasarkan posisi terakhir………
46
4.4
Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan….
47
4.5
Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja saat ini..
47
4.6
Hasil uji normalitas dengan kepercayaan diri sebagai
variabel moderating...............................................................
4.7
4.9
54
Hasil uji normalitas tanpa adanya kepercayaan diri sebagai
variabel moderating...............................................................
4.8
Halaman
Hasil uji heteroskedastisitas dengan kepercayan diri
sebagai variabel moderating..................................................
Hasil uji heteroskedastisitas tanpa adanya kepercayan diri
sebagai variabel moderating..................................................
55
57
57
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Daftar Kuesioner……………………………………..
79
2
Daftar Jawaban Responden…………………….…….
86
3
Hasil Kualitas Data…………………………….……..
95
4
Hasil Uji Asumsi Klasik…………………….………..
132
5
Hasil Uji Hipotesis………………………….………..
143
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Semakin mengglobalnya arus informasi dan transportasi yang disertai
makin meningkatnya pula perdagangan di berbagai belahan dunia, yaitu
dengan dibentuknya berbagai macam bentuk perjanjian perdagangan
multilateral dan internasional yang bersifat bebas. Mengakibatkan banyak
terjadinya perpindahan tenaga kerja asing dari negara maju seperti: Eropa,
Jepang dan Amerika menuju negara lain di Asia termasuk di Indonesia.
Hingga saat ini tidak dapat kita pungkiri bahwa globalisasi ekonomi dibidang
liberalisasi perdagangan telah mulai banyak membawa pesaing ataupun tenaga
ahli yang kompeten dibidangnya dari berbagai mancanegara memasuki pasar
domestik dengan kandungan pengetahuan tingkat dunia.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa, dan termasuk dalam
salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terbesar di dunia, serta posisi
yang potensial dalam kawasan Asia Tenggara, menjadikan Indonesia sebagai
ladang bisnis yang menjanjikan sebagai sasaran pasar berbagai produk dan
jasa. Sehingga diperkirakan ketika terwujudnya perjanjian multilateral AFTA
(Asean Free Trade Center Area), Indonesia akan dibanjiri oleh banyak produk
dan pekerja (auditor) profesional dari luar negeri.
Dalam menghadapi Indonesia baru yang mampu bersaing dalam era
globalisasi yaitu AFTA, diperlukan Sumber Daya Manusia, terutama sekali
auditor dalam negeri yang berkualitas, yang diharapkan mampu bersaing
dengan auditor dari luar negeri. Akan tetapi jika kita melihat praktek yang
terjadi tidaklah demikian. Hal ini tercermin dari sikap pemerintah Indonesia
yang lebih suka menggunakan jasa auditor asing, yang dipandang lebih
mampu secara teknis dan independen dalam melaksanakan jasa audit terhadap
beberapa perusahaan yang terkena kasus. Kecerdasan merupakan salah satu
anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai
salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia
dengan
kecerdasannya
dapat
terus
menerus
mempertahankan
dan
meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses
berfikir dan belajar secara terus menerus.
Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi
sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut.
Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi
baru terhadap kata cerdas. Walaupun kecerdasan emosional (EQ) merupakan
hal yang relatif baru dibandingkan kecerdasan intelegensi (IQ), namun
beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak
kalah penting dengan kecerdasan intelegensi (Goleman, 2007:45).
Menurut Goleman (2007:45), ciri-ciri kecerdasan emosional adalah
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati
dan tidak melebih-
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Menurut
Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat.
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orangorang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas,
bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya
rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit
bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress.
Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata
namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Kemunculan intelegensi (IQ) merupakan kecerdasan seseorang yang
dibawa sejak lahir dan pengaruh pendidikan dan pengalaman (Thoha, 2000
dalam Armansyah, 2006). IQ adalah kemampuan yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan mental (Robin, 1996 dalam Armansyah, 2006).
Menurut David Wechsler (Staff IQ-EQ) dalam Armansyah (2006), Intelegensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional,
dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Keberhasilan manusia menurut
pendapat umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi atau IQ.
Artinya hanya mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, akademis,
matematis saja yang mampu mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk
keberhasilan dalam pekerjaan. Sama seperti seorang auditor, dalam kinerjanya
sangat dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan intelegensi. Kepintaran
banyak dimanfaatkan dalam dunia kerja misalnya dalam level manajemen atas
sebagai pihak perencana strategis yang akan menentukan nasib organisasi di
masa depan, kemampuan untuk menyusun program-program jangka panjang,
prediksi ke masa depan, menyusun perkiraan-perkiraan strategis, memerlukan
kemampuan intelektual yang tinggi untuk keperluan analisis-analisis
mendalam. Hal ini memerlukan intelegensi baik agar segala yang ingin diraih
dapat terwujud dengan efektif.
Kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berkualitas sangat ditentukan
oleh kinerja auditor. Auditor harus mentaati aturan etika profesi yang meliputi
pengaturan tentang independensi, integritas dan obyektivitas, standar umum
dan prinsip akuntansi, tanggung jawab kepada klien, tanggung jawab kepada
rekan seprofesi, serta tanggung jawab dan praktik lainnya (Satyo, 2005 dalam
Trisnaningsih, 2007)
Pada penelitian ini akan menguji pengaruh kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor eksternal di Kantor Akuntan
Publik di DKI Jakarta dengan variabel moderating yaitu kepercayaan diri.
Dalam kaitannya dengan variabel moderating, peneliti dalam hal ini memilih
kepercayaan diri sebagai sebagai pemoderasi hubungan antara kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor di KAP.
Peneliti memilih kepercayaaan diri sebagai variabel moderating karena secara
teoritis kemampuan seseorang untuk percaya akan kemampuan yang dimiliki
dirinya akan mempengaruhi kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi
tersebut, sehingga kepercayaan diri akan menjadi variabel yang dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor di KAP.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yaitu yang
dilakukan oleh Melandy dan Nurna (2006) pada skripsinya yang berjudul
Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi,
Kepercayaan diri sebagai variabel pemoderasi. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan pertama terletak pada responden penelitian. Responden
penelitian
Sumatera
sebelumnya adalah mahasiswa dari tiga Universitas di
yaitu
Universitas
Bengkulu,
Universitas Andalas,
dan
Universitas Sriwijaya, sedangkan pada penelitian ini adalah auditor yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta.
2. Tempat penelitian. Tempat penelitian pada penelitian sebelumnya adalah
di Universitas Bengkulu, Universitas Andalas, dan Universitas Sriwijaya,
sedangkan pada penelitian ini adalah KAP yang terdapat di wilayah DKI
Jakarta.
3. Jumlah variabel independen. Penelitian sebelumnya hanya terdiri dari satu
variabel independen, yaitu kecerdasan emosional, sedangkan penelitian ini
menambah satu variabel independen yaitu kecerdasan intelegensi.
Sehingga jumlah variabel independen pada penelitian ini terdiri dari dua
variabel independen, yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
intelegensi (IQ). Alasan peneliti menambahkan variabel independen
kecerdasan intelegensi (IQ) yaitu karena kecerdasan intelegensi adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang sehingga peneliti
ingin mengetahui apakah kecerdasan intelegensi auditor eksternal ini
berpengaruh terhadap kinrerjanya.
4. Perubahan variabel dependen. Peneliti sebelumnya menggunakan variabel
dependen tingkat pemahaman akuntansi sedangkan penelitian ini
menggunakan variabel dependen kinerja auditor. Alasan peneliti
mengganti variabel dependen karena responden dalam penelitian ini
adalah auditor, jadi peneliti ingin mengetahui pengaruh
kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti skripsi dengan
judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) Auditor
Eksternal dan Kecerdasan Intelegensi (Intelegency Quotient) Auditor
Eksternal terhadap Kinerja Auditor Eksternal dengan Kepercayaan Diri
sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
DKI Jakarta)”.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah kecerdasan emosional auditor eksternal berpengaruh terhadap
kinerja auditor eksternal?
2. Apakah kecerdasan intelegensi auditor eksternal berpengaruh terhadap
kinerja auditor auditor eksternal?
3. Apakah ada pengaruh yang simultan dan signifikan antara kecerdasan
emosional auditor eksternal dan kecerdasan intelegensi auditor eksternal
terhadap kinerja auditor eksternal?
4. Apakah kecerdasan emosional auditor eksternal berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri
sebagai variabel moderating?
5. Apakah kecerdasan intelegensi auditor eksternal berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri
sebagai variabel moderating?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut :
a. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan emosional auditor
eksternal terhadap kinerja auditor eksternal.
b. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan intelegensi auditor
eksternal terhadap kinerja auditor eksternal.
c. Menguji dan mengetahui ada pengaruh yang simultan dan signifikan
antara kecerdasan emosional auditor eksternal dan kecerdasan
intelegensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal.
d. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan emosional auditor
terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri sebagai
variabel moderating.
e. Menguji dan mengetahui ada pengaruh kecerdasan intelegensi auditor
terhadap kinerja auditor eksternal dengan kepercayaan diri sebagai
variabel moderating.
2. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi dunia akademisi khususnya dalam bidang
pendidikan akuntansi pada perguruan tinggi dalam mendidik, dan
mendiskusikan
mengenai
pentingnya
kecerdasan
emosional,
kecerdasan intelegensi, dan kepercayaan diri dalam pola pendidikan
bagi para mahasiswa, sebagai calon akuntan dan auditor dimasa yang
akan datang, serta dalam menyikapi semakin beratnya tugas dan
tanggung jawab mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik agar dapat lebih
meningkatkan kemampuan auditor mereka dalam melaksanakan tugas
dengan lebih memberikan perhatian dan pelatihan terkait dengan
pengembangan kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi dan
kepercayaan
diri
sehingga
mereka
bekerja
dengan
optimal,
berintegritas dan bertanggung jawab.
3. Memberi informasi bagi kelompok responden mengenai pentingnya
kecerdasaan emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri
sehingga mereka dapat mengembangkan dan melatih kecerdasan
emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri secara mandiri
sebagai bekal dalam menghadapi dunia kerja, dan mampu bersaing
dengan para auditor dari luar negeri.
4. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi risetriset selanjutnya terkait dengan penelitian kecerdasan emosional,
kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri auditor yang lebih
sempurna dan komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2007:7) akar kata emosi adalah movere, kata kerja
Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, di tambah awalan
“e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa
kecenderunggan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Pengertian emosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
“Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat
serta keadaan dan rekasi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan,
kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif).
Pengertian emosional adalah menyentuh perasaan; mengharukan; dengan
emosi; beremosi; dan penuh emosi (Depdiknas, 2007).
Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan
membaca, menulis dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan
angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah) dan
sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang
akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja.
Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain
di luar kecerdasan intelektual (IQ), seperti bakat, ketajaman pengamatan
sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain-lain yang harus
juga dikembangkan (Melandy dan Nurna, 2006).
Menurut Wibowo (2002) dalam Melandy dan Nurna (2006)
kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai
dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga
memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu
membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.
Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan mengetahui perasaan
sendiri dan perasaan orang lain, serta menggunakan perasaan tersebut
menuntun pikiran dan perilaku seseorang (Salovey & Mayer, 1990 dalam
Trisniwati dan Suryaningsum, 2003). Sejalan dengan hal tersebut,
Goleman (2005:512) dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003)
mendefinisikan EQ adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri
dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Emotional Quotient
(EQ)
merupakan
kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi
sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi
(Cooper dan Sawaf, 1998 dalam Surya 2004).
Peter Salovey dan Jack Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai
kemampuan
untuk
mengenali
perasaan,
meraih
dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan
dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga
membantu perkembangan emosi dan intelektual (Stein dan Book, 2002
dalam Melandy dan Nurna, 2006). Inti kemampuan pribadi dan sosial
yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah
kecerdasan emosi (Agustian, 2007).
Menurut Agustian (2007:285):
“Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami secara
efektif, menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi dan pengaruh manusia”.
Goleman (2005:39)
yang mengadaptasi model Salovey-Mayer
membagi EQ ke dalam lima unsur yang meliputi: kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina
hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut dikelompokkan ke
dalam dua kecakapan, yaitu: a) Kecakapan pribadi; yang meliputi
kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; serta b) Kecakapan sosial;
yang meliputi empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2005:42-43
dalam Tikollah , Triyuwono , Unti Ludigdo, 2006).
Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan untuk menyikapi
pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami,
dan mengelola. Ada pengaruh timbal balik antara kecerdasan intelektual
(IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). kecerdasan emosional dan sosial
sangat membantu seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas intelektual
(Mubayid, 2006).
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati
dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk
membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk
memelihara
hubungan
dengan
sebaik-baiknya,
kemampuan untuk
menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan
sekitarnya (Fitri, 2008). Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan
untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk
untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina
hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai
kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena
percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan
mental yang baik (Fitri, 2008).
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Kecakapan Emosi
Kecakapan Pribadi
Kecakapan Sosial
Menentukan bagaimana kita mengolah diri
Menentukan bagaimana kita menangani suatu
sendiri
hubungan
Kesadaran Diri
Empati
Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan,
sumberdaya dan intuisi
Kesadaran Emosi: mengenali emosi
diri sendiri dan efeknya.
Penilaian diri secara teliti:
Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan,
dan kepentingan orang lain
Memahami orang lain: mengindra
mengetahui kekuatan dan batas-batas
perasaan dan perspektif orang lain dan
diri sendiri.
menunjukkan minat aktif terhadap
Percaya diri: keyakinan tentang
kepentingan mereka.
harga diri dan kemampuan
sendiri.
Orientasi pelayanan: mengantisipasi,
mengenali dan berusaha memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Lanjutan gambar 2.1
Pengaturan Diri
Mengelola kondisi, implus, dan
sumberdaya diri sendiri
Mengembangkan orang lain: merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan
berusaha menumbuhkan kemampuan
Kendali Diri: mengelola emosi dan
desakan hati yang merusak.
Sifat dapat dipercaya: memelihara
mereka.
Mengatasi keseragaman: menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan
norma kejujuran dan integritas.
bermacam-macam orang.
Kewaspadaan: bertanggung jawab atas
Kesadaran politis: mampu membaca
kinerja pribadi.
arus emosi sebuah kelompok dan
Adaptibilitas: keluwesan dalam
hubungan dengan kekuasaan.
menghadapi perubahan
Keterampilan Sosial
Inovasi: menerima dan terbuka
Kepintaran dalam menggugah tanggapan
terhadap gagasan, pendekatan dan
informasi baru.
Motivasi
yang dikehendaki pada orang lain.
Pengaruh: memiliki taktik untuk
melakukan persuasi.
Komunikasi: mengirimkan pesan yang
Kecenderungan emosi yang mengantar
atau memudahkan peraihan sasaran.
Dorongan prestasi: dorongan untuk
menjadi lebih baik atau memenuhi
standar keberhasilan.
Komitmen: menyesuaikan diri dengan
sasaran kelompok atau perusahaan.
Inisiatif: kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan.
Optimisme: kegigihan dalam
jelas dan meyakinkan.
Kepemimpinan: membangkitkan
inspirasi dan memandu kelompok dan
orang lain.
Katalisator perubahan: memulai dan
mengelola perubahan.
Manajemen konflik: negosiasi dan
pemecahan silang pendapat.
Pengikat jaringan: menumbuhkan
hubungan sebagai alat.
memperjuangkan sasaran kendati
Kolaborasi dan Kooperasi: kerja sama
ada halangan dan kegagalan.
Sumber: Goleman (2003) dalam Mellandy dan Nurna (2006)
2. Kecerdasan Intelegensi
Pengertian Intelegensi berasal dari kata lain “intelligere” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to
blind together). Dengan kata lain, intelegensi juga dapat diartikan sebagai
kemampuan
mental
individu
yang
dapat
dipergunakan
untuk
menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru, serta dapat
memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat
(Anggraeni, 2007).
Pengertian intelegensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
daya membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara
fisik maupun mental, terhadap pengalaman-pengalaman baru, membuat
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai
apabila dihadapkan pada faktor-faktor atau kondisi-kondisi baru;
kecerdasan.
C.P Chaplin (1975) dalam Sudrajat (2008) memberikan pengertian
kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Anita E. Woolfoolk (1975)
dalam Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa menurut teori lama,
kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu:
1. Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh,
2. Kemampuan untuk belajar, dan
3. Kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan
pada umumnya.
Orang berpikir menggunakan pikiran inteleknya. Terutama dalam
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Pendidikan/lingkungan tidak begitu
berpengaruh kepada intelegensi seseorang, belajar berpikir hanya diartikan
bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa
banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa
kekuatan berpikir bertambah baik. IQ adalah kadar kemampuan seseorang/
anak tersebut dalam menyerap hal-hal yang sifatnya fenomenal, faktual,
data, dan hitungan. Kecerdasan Intelegensi (IQ) merupakan kecerdasan
seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan pengalaman
(Thoha, 2000 dalam Armansyah, 2006). IQ adalah kemampuan yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental (Robin, 1996). Menurut
David Wechsler (Staff IQ-EQ) dalam Armansyah (2006), intelegensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara
rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
proses berpikir rasional itu. Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas
sebagian kecil otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri manusia.
Beratnya hanya sekitar 1,5 kg atau kurang lebih 5% dari total berat badan
kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 sampai
15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan
sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu
terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya
digunakan sekitar 4-5% dan untuk orang jenius memakainya 5-6%.
Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori
sekitar 94% (Umar, 2002 dalam Armansyah, 2006).
Keberhasilan manusia menurut pendapat umum dipengaruhi oleh peran
besar kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya mereka yang memiliki
kecerdasan
intelektual,
akademis,
matematis
saja
yang
mampu
mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam
pekerjaan. Sama seperti seorang auditor, dalam kinerjanya sangat
dipengaruhi dengan oleh peran besar kecerdasan intelegensi. Kepintaran
banyak dimanfaatkan dalam dunia kerja misalnya dalam level manajemen
atas sebagai pihak perencana strategis yang akan menentukan nasib
organisasi di masa depan. Kemampuan untuk menyusun program-program
jangka panjang, prediksi ke masa depan, menyusun perkiraan-perkiraan
strategis, memerlukan kemampuan intelektual tinggi untuk keperluan
analisis-analisis mendalam. Hal ini memerlukan intelegensi baik agar
segala yang ingin diraih dapat terwujud dengan efektif (Armansyah, 2006).
Walaupun kecerdasan intelegensi (IQ) adalah tolok ukur dari
kepintaran seseorang, kecerdasan intelegensi (IQ) bukan merupakan satusatunya indikator kesuksesan. IQ atau tingkatan dari Intelligence quotient,
adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan
demikian, kecerdasan intelegensi (IQ) hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
kecerdasan
seseorang
secara
keseluruhan
(IQ-EQ,
2002)
dalam
Armansyah (2006). Ukuran IQ memiliki kelemahan dalam hal pemberian
peluang bagi nuansa-nuansa emosioanl seperti empati, motivasi diri,
pengendalian diri, dan kerjasama sosial (Pasiak, 2002). Istilah intelegensi
jika dirumuskan akan mendapat pengertian yaitu sebagai keseluruhan
kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta
kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
3. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan/situasi yang
dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan
kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa
percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa
aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki
kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung
oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik
terhadap diri sendiri. Kepercayaan diri merupakan keyakinan dalam diri
seseorang untuk dapat menangani segala sesuatu dengan tenang.
Kepercayaan diri merupakan keyakinan dalam diri yang berupa perasaan
dan anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik sehingga memungkinkan
individu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan (Hambly, 1995:
3 dalam Dhania, 2009).
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya
diri yang proporsional, diantaranya adalah :
•
Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain.
•
Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima
oleh orang lain atau kelompok.
•
Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain.
•
berani menjadi diri sendiri.
•
Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
•
Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah
menyerah
pada
nasib
atau
keadaan
serta
tidak
tergantung/mengharapkan bantuan orang lain).
•
Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain
dan situasi di luar dirinya.
•
Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya
dan situasi yang terjadi.
Menurut Goleman (2003) dalam Melandy dan Nurna (2006),
kepercayaan diri adalah kesadaran yang kuat tentang harga dan
kemampuan diri sendiri. Orang dengan kecakapan ini akan berani tampil
dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani
menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi
kebenaran serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati
dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. Sedangkan menurut Rini (2002)
kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan
berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan
melakukan segala sesuatu seorang diri. Sedangkan kepercayaan diri
menurut Angelis (1997) dalam Titih (2009) pada dasarnya adalah
kemampuan dasar individu untuk dapat menentukan arah dan tujuan
hidupnya. Individu yang memiliki kepercayaan diri akan kemampuannya
sendiri merupakan suatu indikasi bahwa individu tersebut akan
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Menurut Fereira dalam Melandy dan Nurna (2006), seorang konsultan
dari Deloitte and Touche Consulting mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki kepercayaan diri, di samping mampu membuat perubahan di
lingkungannya, ini berarti bahwa kepercayaan diri akan mempengaruhi
pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan
sosial.
Menurut Lauster (2003) dalam
Melandy dan Nurna (2006),
kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu berarti
sifat yang positif. Ini umumnya dapat menjurus pada usaha tak kenal lelah.
Orang yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan
seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan
orang lain. Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri
yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya
lawan daripada teman. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya
merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut
dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa
dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta
harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Bagi mereka yang kurang
percaya, setiap kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka. Tidak
adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak
berdaya, dan meningkatkan keraguan kepada diri sendiri. Di pihak lain,
percaya diri berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama
bila ia tidak mempunyai keterampilan sosial. Orang yang memiliki rasa
percaya diri umumnya memandang diri sendiri sebagai orang yang
produktif, mampu menghadapi tantangan dan mudah menguasai pekerjaan
atau keterampilan baru. Mereka mempercayai diri sendiri sebagai
katalisator, penggerak, dan pelopor, serta merasa bahwa kemampuankemampuan mereka lebih unggul dibanding kebanyakan orang lain.
Hanum (2006) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah sebuah
pendorong dalam diri manusia, yang menimbulkan sebuah keputusan
untuk bertindak, tanpa khawatir akan tidak sesuainya tindakan dengan
harapan yang ada.
Faktor –faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri individu menurut
Middel Brook dalam Rahmawati (2008), yakni: pola asuh, jenis kelamin,
pendidikan dan penampilan fisik. Faktor-faktor diatas erat kaitannya
dengan penilaian dan pengaruh lingkungan terhadap kepercayaan diri
individu. Hurlock (1978) dalam Rahmawati (2008) menambahkan bahwa
rasa percaya diri dan rendah diri dipengaruhi pula oleh kegagalan dan
prestasi. Apabila prestasi individu lebih rendah dari prestasi orang lain,
maka individu cenderung untuk memandang dirinya rendah dan menarik
diri. Sebaliknya jika prestasi individu lebih tinggi dari orang lain, maka
individu merasa bangga pada kemampuannya dan lebih percaya diri.
4. Kinerja Auditor
Kinerja merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
keefektifan operasi suatu organisasi (Apriani, 2008). Auditor adalah
seorang tenaga profesional yang berkompeten dibidangnya. Biasanya
tenaga profesional sulit menerima sistem pengendalian yang terlalu
birokratis dikarenakan mereka telah terbiasa menghadapi setiap masalah
dalam lingkungan kerjanya dengan hasil pemikiran mereka sendiri
(Apriani, 2008). Secara umum kinerja (performance) didefinisikan sebagai
tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya. Menurut
Surya (2004), tingkat sampai sejauh mana keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan tugas pekerjaanya disebut sebagai “level of performance”.
Porter dan Lawler (1986) dalam Surya (2004) menyatakan bahwa
“succesfull role achievement” yang diperoleh seseorang akan berasal dari
perbuatanya. Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja
merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai peran atau
target tertentu yang berasal dari perbuatanya sendiri. Kinerja seseorang
dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut dapat melampaui peran
atau target yang ditentukan sebelumnya.
Menurut Miner (1988) dalam Surya (2004), dinyatakan bahwa dimensi
kerja adalah ukuran dan penilaian dari perilaku yang aktual di tempat
kerja, dimensi kerja tersebut mencakup :
1. Quality of Output, kinerja seseorang individu dinyatakan baik apabila
kualitas output yang dihasilkan lebih baik atau paling tidak sama
dengan target yang telah ditentukan.
2. Quantity of Output, kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output
yang dihasilkan. Seseorang individu dinyatakan mempunyai kinerja
yang baik apabila jumlah/kuantitas output yang dicapai dapat melebihi
atau paling tidak sama dengan target yang telah ditentukan dengan
tidak mengabaikan kualitas output tersebut.
3. Time at Work, dimensi waktu juga menjadi pertimbangan di dalam
mengukur kinerja seseorang. Dengan tidak mengabaikan kualitas dan
kuantitas output yang harus dicapai, seorang individu dinilai
mempunyai kinerja yang baik apabila individu tersebut dapat
menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan
penghematan waktu.
4. Cooperation With Others’Work, kinerja juga dinilai dari kemampuan
seorang individu untuk tetap bersifat kooperatif dengan pekerja lain
yang juga harus menyelesaikan tugasnya masing-masing.
Menurut Irving (1986) dalam Reza Surya (2004), komponen
penting untuk melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas
kinerja seorang individu. Ia dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan
kualitas output yang dihasilkan dari serangkaian tugas yang harus
dilakukannya.
Kinerja
auditor
merupakan
tindakan
atau
pelaksanaan
tugas
pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu
tertentu. Pengertian kinerja auditor menurut Trisnaningsih (2007) adalah
akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination)
secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi
lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan.
B. Keterkaitan kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi, kepercayaan
diri dan kinerja auditor
1. Kecerdasan emosional dengan kinerja auditor
Menurut
Surya
(2004)
bahwa
kecerdasan
emosional auditor
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Kecerdasan emosi seorang auditor
dapat menimbulkan motivasi terhadap auditor tersebut sehingga seorang
auditor tersebut akan dapat meningkatkan kinerjanya dalam pekerjaannya.
Menurut Sufnawan kecerdasan emosional auditor berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor.
2. Kecerdasan intelegensi dengan kinerja auditor
Menurut Lisda (2009) bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Menurut Armansyah (2006) bahwa kecerdasan
intelegensi berpengaruh dalam membentuk perilaku kerja. Keberhasilan
manusia menurut pendapat umum dipengaruhi oleh peran besar
kecerdasan intelegensi atau IQ. Artinya hanya mereka yang memiliki
kecerdasan
intelektual,
akademis,
matematis
saja
yang
mampu
mewujudkan keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam
pekerjaan. Sama seperti seorang auditor, dalam kinerjanya sangat
dipengaruhi dengan oleh peran besar kecerdasan intelegensi.
3. Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intelegensi dengan Kinerja
auditor
Menurut
Surya
(2004)
bahwa
kecerdasan
emosional auditor
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Menurut Sufnawan kecerdasan
emosional auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Menurut Lisda (2009) bahwa kecerdasan intelegensi berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Menurut Armansyah (2006) bahwa kecerdasan intelegensi
berpengaruh dalam membentuk perilaku kerja.
4. Kecerdasan emosional dan kepercayaan diri dengan kinerja auditor
Menurut Melandy dan Nurna (2006) bahwa kepercayaan diri
memperkuat pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman
akuntansi. Dalam Menurut Fereira dalam Melandy dan Nurna (2006),
seorang konsultan dari Deloitte and Touche Consulting mengatakan bahwa
seseorang yang memiliki kepercayaan diri, di samping mampu membuat
perubahan di lingkungannya, ini berarti bahwa kepercayaan diri akan
mempengaruhi pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan
keterampilan sosial.
5. Kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri dengan kinerja auditor
Menurut
Armansyah
(2006)
bahwa
kecerdasan
intelegensi
berpengaruh dalam membentuk perilaku kerja. Keberhasilan manusia
menurut pendapat umum dipengaruhi oleh peran besar kecerdasan
intelegensi atau IQ. Artinya hanya mereka yang memiliki kecerdasan
intelektual, akademis, matematis saja
yang mampu mewujudkan
keberhasilan seseorang termasuk keberhasilan dalam pekerjaan. Sama
seperti seorang auditor, dalam kinerjanya sangat dipengaruhi dengan oleh
peran besar kecerdasan intelegensi. Walaupun IQ adalah tolok ukur dari
kepintaran seseorang, IQ bukan merupakan satu-satunya indikator
kesuksesan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
kecerdasan
seseorang
secara
keseluruhan
(IQ-EQ,
2002)
dalam
Armansyah (2006). Ukuran IQ memiliki kelemahan dalam hal pemberian
peluang bagi nuansa-nuansa emosional seperti empati, motivasi diri,
pengendalian diri, dan kerjasama sosial.
Menurut Fereira dalam Melandy dan Nurna (2006), seorang konsultan
dari Deloitte and Touche Consulting mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki kepercayaan diri, di samping mampu membuat perubahan di
lingkungannya, ini berarti bahwa kepercayaan diri akan mempengaruhi
kinerja.
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Sebagai acuan dari penelitian ini, maka peneliti akan menyebutkan
beberapa penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian
ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Melandy dan Nurna (2006)
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dan
kepercayaan diri sebagai variabel moderating dapat mempengaruhi kinerja
auditor.
Mora Hernia (2008) bahwa kemampuan intelektual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan spiritual secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Berbeda halnya secara parsial,
didapati bahwa kemampuan intelektual tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap sikap etis.
Tikollah, dkk (2006) bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
sikap etis mahasiswa akuntansi. Secara parsial, hanya kecerdasan intelektual
yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa,
sedangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara parsial tidak
berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa.
Reza Surya (2004) bahwa kecerdasan emosional auditor berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Sufnawan (2007) bahwa kecerdasan emosional dan spiritual auditor
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor baik bersama-sama ataupun
terpisah. Kecerdasan spiritual memberikan kontribusi dan pengaruh yang lebih
besar terhadap kinerja auditor dibandingkan dengan kecerdasan emosional.
D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2008). Variabel
Independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional &
kecerdasan intelegensi.
2. Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2008). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kinerja auditor.
3. Variabel Moderating yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen
(Sugiyono, 2008). Variabel moderating pada penelitian ini adalah
kepercayaan diri.
Hubungan antara variabel independen, variabel dependen dan variabel
variabel moderasi tersebut dapat dilihat dalam gambar
Kecerdasan Emosional
Auditor
Kinerja Auditor
Kecerdasan Intelegensi
Auditor
Kepercayaan Diri
Ket:
= Garis Pengaruh
Gambar 2.2
Alur Kerangka Pemikiran
Sedangkan hipotesis dari masing-masing kausalitas dalam model yang
akan diuji dideskripsikan dengan model hipotesis sebagai berikut:
H1: Kecerdasan emosional (EQ) berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Kecerdasan Emosional
(EQ)
Kinerja Auditor
Gambar 2.3
Model Hipotesis 1
H2: Kecerdasan intelegensi (IQ) berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Kecerdasan Intelegensi
(IQ)
Kinerja Auditor
Gambar 2.4
Model Hipotesis 2
H3: Kecerdasan emosional (EQ) dan Kecerdasan Intelegensi (IQ) berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor.
Kecerdasan Emosional
(EQ)
Kinerja Auditor
(variabel dependen)
Kecerdasan Intelegensi
(IQ)
(variabel independen)
Gambar 2.5
Model Hipotesis 3
H4: Kecerdasan emosional auditor eksternal berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel
moderating.
Kecerdasan Emosional
(EQ)
Kinerja Auditor
Kepercayaan diri
Gambar 2.6
Model Hipotesis 4
H5: Kecerdasan intelegensi auditor eksternal berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan diri sebagai variabel
moderating.
Kecerdasan Intelegensi
(IQ
Kinerja Auditor
Kepercayaan diri
Gambar 2.7
Model Hipotesis 5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam skripsi ini menggunakan dua populasi yaitu populasi sampling dan
populasi sasaran. Populasi sampling dalam penelitian ini adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berlokasi di Jakarta. Populasi sasaran adalah
auditor dengan kriteria telah bekerja sebagai auditor di KAP bersangkutan
minimal 1 tahun. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi auditor terhadap
kinerjanya dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating.
B. Metode Penentuan Sampel
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian adalah convenience
sampling (pemilihan sampel yang mudah) yaitu pemilihan sampel dimana
anggota populasi bersifat kooperatif dan dengan senang hati memberikan
informasi yang diperlukan oleh penulis (Indriantoro, 1999).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain dilakukan melalui studi pustaka, terutama yang berhubungan dengan data
sekunder. Sementara itu data primer dapat dilakukan melalui studi lapangan,
berupa; eksperimen, observasi, atau wawancara dengan metode kuesioner
(Hamid, 2007). Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna
mendukung penelitian ini, maka jenis dan sumber pengumpulan data yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:
1. Penelitian Kepustakaan
yaitu mengumpulkan data-data teoritis serta mempelajari secara seksama
teori-teori yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas
sebagai landasan dan dasar untuk menganalisis masalah dalam penelitian
ini. Data-data teoritis tersebut berupa buku-buku, jurnal, artikel, dan
skripsi.
2. Penelitian Lapangan
Yaitu meminta langsung tanggapan responden dengan menggunakan
media kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah auditor eksternal.
C. Metode Analisis Data
Pengujian data yang dilakukan metode statistik dilakukan dengan bantuan
perangkat SPSS for Windows versi 16. Adapun analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi deskripsi
mengenai karakteristik variabel penelitian dan demografi responden.
Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap
variabel yang diukur dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
minimum, maksimum, kurtosis, dan swekness. Disamping itu juga untuk
mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori jenis kelamin,
pendidikan, umur, posisi, dan lama bekerja responden (Ghozali, 2006).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang
diukur pada kuesioner tersebut (Ghozali, 2006).
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk
mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alpha >0,60
(Ghozali, 2006).
Cronbach’s coefficient alpha dapat diartikan sebagai hubungan
positif antara item atau pertanyaan satu dengan yang lainnya. Dasar
pengambilan keputusan adalah jika Cronbach’s Alpha > 0.6 maka
construct realiable, jika Cronbach’s Alpha < 0.6 maka construct tidak
realiable.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
mengujinya dapat dilakukan analisis grafik atau dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari
data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Jika distribusi adalah normal maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006).
b. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertjuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Deteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan
menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen, atau
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) yaitu diatas 10
sama dengan nilai tolerance 0,10 (Ghozali, 2006).
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance residual satu
pengamatan
ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
homoroskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2006).
4. Uji Hipotesis
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi
berganda (multiple regretion) dengan bantuan perangkat lunak SPSS for
windows. Metode yang menggunakan satu variabel dependen dengan
beberapa variabel independen, dengan nilai signifikannya sebesar 0,05
(Ghozali, 2006). Model yang digunakan tersebut disajikan dalam gambar
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Analisis Data
Y = ß0 + ß1.X1 + ß2.X2 + ß3.X3 + ß4 [(X1X3)] + ß5 [(X2X3)] + e
Ket:
a.
Y
:
kinerja auditor
X1
:
kecerdasan emosional
X2
:
kecerdasan intelegensi
X3
:
kepercayaan diri
[(X1 X3)]
:
Interaksi kecerdasan emosional dan kepercayaan diri
[(X2 X3)]
:
Interaksi kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri
e
:
Kesalahan regresi (regretion error)
Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Digunakan untuk membuat persentase variance variabel
independen terhadap variabel dependen serta seberapa besar
pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian
(Ghozali 2006).
b.
Uji F (Anova)
ANOVA uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05. Jika hasilnya <0,05 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata
lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
c.
Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Jika
nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali 2006).
Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi moderate
Moderated Regression Analysis atau sering disebut dengan interaksi yang
merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier dimana dalam persamaan
regresinya mengandung interaksi.
E. Definisi Operasional Variabel
Operasional Variabel adalah pendefinisian dari serangkaian variabel yang
digunakan dalam penulisan (Hamid, 2007). Dalam penelitian metode
responden yang digunakan peneliti adalah skala likert yang menggunakan
ukuran ordinal sebagai nilai skalanya. Peneliti menghilangkan alternatif
pilihan yang tidak pasti. Sehingga menggambarkan persepsi responden lebih
pasti.
Tabel 3.1
Tabel Operasional variabel
Variabel
Kecerdasan
Emosional
(X1)
(Melandy dan
Nurna (2006)
Subvariabel
•
Pengenalian
Diri
Indikator
•
•
•
•
Pengendalian
Diri
•
Motivasi
•
Empati
•
•
•
Kendali diri
Sifat dapat dipercaya
Kewaspadaan
Adaptibilitas
Inovasi
Skala
likert
Ordinal
•
•
•
•
Dorongan prestasi
Komitmen
Inisiatif
Optimisme
Skala
likert
Ordinal
•
•
•
Skala
likert
Ordinal
•
Memahami orang lain
Orientasi pelayanan
Mengembangkan orang
lain
Mengatasai
keseragaman
Kesadaran politik
•
•
•
•
•
•
•
Pengaruh
Komunikasi
Kepemimpinan
Katalisator
Manajemen konflik
Pengikat jaringan
Kolaborasi
•
•
•
Keterampilan
Sosial
Bersambung pada halaman selanjutnya
Kesadaran diri
Penilaian diri secara
teliti
Percaya diri
Metode
pengukur
an
Skala
likert
Ordinal
Skala
likert
Ordinal
Lanjutan tabel 3.1
Kecerdasan
•
Intelegensi
(X2)
(Mora Hernia
(2008)
•
Kepercayaan
Diri (X3)
(Melandy dan
Nurna (2006)
Wawasan luas
•
•
•
•
Rasional
•
•
Menerima saran orang
lain
Berpikir logis
Mengakui kekurangan
•
•
Kritis
•
•
•
Suka tantangan
Berpikiran terbuka
Suka memberi solusi
•
Kepercayaan
diri kuat
•
•
Memahami diri
Tidak
mementingkan
diri sendiri
Memiliki sikap toleransi
Bertanggung jawab
Optimis
Menerima diri
•
•
•
•
•
Kepercayaan
diri lemah
•
•
•
Kinerja
Auditor (Y)
(Trisnaningsih
(2007)
kooperatif
Kemampuan tim
Cerdas
Selalu memiliki
informasi
Kreatif
•
Kemampuan
• Komitmen
profesional
Bersambung pada halaman selanjutnya
•
•
•
•
•
•
Berpikiran negatif
Takut melakukan
kesalahan
Khawatir dengan
keadaan
Pendidikan
Pengalaman kerja sama
Bidang pekerjaan
Faktor usia
Berpartisipasi dalam
setiap hal
Memperluas
pengetahuan
Skala
likert
Ordinal
Skala
likert
Ordinal
Skala
likert
Ordinal
Skala
likert
Ordinal
Skala
likert
Ordinal
Skala
likert
Ordinal
Skala
likert
Ordinal
Lanjutan tabel 3.1
•
Motivasi
•
Selalu memotivasi
untuk mencapai
tujuan.
Skala
likert
Ordinal
• Kepuasan
kerja
•
Merasa puas dengan
pekerjaan
Sukaterhadap
pekerjaan
Skala
likert
Ordinal
•
Definisi Opersional Variabel yang berhubungan dengan pembahasan penelitian
adalah :
1. Kecerdasan Emosional
EQ adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang
lain, serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku
seseorang (Salovey & Mayer, 1990) dalam Trisniwati dan Suryaningsum
(2003). Sejalan dengan hal tersebut,Goleman (2005:512) dalam Trisniwati
dan Suryaningsum (2003)
mendefinisikan EQ adalah kemampuan
mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri
sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional ini dikembangkan
menjadi lima variabel yaitu: pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi,
empati, dan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini kecerdasan emosional
diukur dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Melandy dan
Nurna (2006) dengan 27 pertanyaan. Bentuk pertanyaan dengan alternatif
pilihan antara lain : sangat tidak setuju (STS) , tidak setuju (TS) , setuju (S) ,
dan sangat setuju (SS).
2. Kecerdasan Intelegensi (IQ)
Kecerdasan Intelegensi (IQ) merupakan kecerdasan seseorang yang dibawa
sejak lahir dan pengaruh didikan dan pengalaman (Thoha, 2000) dalam
Armansyah (2006). IQ adalah kemampuan yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan mental (Robin, 1996 dalam Armansyah, 2006).
Menurut David Wechsler (Staff IQ-EQ), intelegensi adalah kemampuan
untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Kecerdasan intelegensi diukur dengan
menggunakan kuesioner dengan 7 pertanyaan yang diadopsi dari Mora
Herina (2008).
3. Kepercayaan Diri
Kepercayaan Diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepercayaan
diri kuat dan kepercayaan diri lemah. Menurut Melandy dan Nurna (2006),
Yang termasuk dalam kategori memiliki kepercayaan diri kuat adalah
seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri sangat kuat, kuat dan ratarata kuat. Sedangkan yang termasuk dalam kategori memiliki kepercayaan
diri lemah adalah seseorang yang memilik tingkat kepercayaan diri rata-rata
lemah dan lemah. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah
seseorang memiliki kepercayaan diri kuat atau kepercayaan diri lemah
menggunakan kuesioner dengan 24 pertanyaan yang diciptakan Lauster
(2003) yang dikembangkan oleh peneliti menyesuaikan lingkungan yang
menjadi objek penelitian peneliti.
4. Kinerja Auditor
Menurut Surya (2004), Kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya. Dalam penelitian
ini
kinerja
auditor diukur
dengan menggunakan
instrumen
yang
dikembangkan Trisnaningsih (2007) dengan 10 pertanyaan. Bentuk
pertanyaan dengan alternatif pilihan antara lain: sangat tidak setuju (STS),
tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS).
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Populasi dan Deskripsi Data Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada
kantor akuntan publik (KAP) di Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan dari
awal bulan Mei 2009, sedangkan proses pengembalian dan pengumpulan data
dilakukan sampai pertengahan Juni 2009. Kuesioner yang dikirim sebanyak
150 lembar eksemplar, jumlah yang kembali sebanyak 110 kuesioner atau
73,33% dari total kuesioner yang dikirim. Setelah diseleksi terdapat 7
kuesioner yang tidak dapat digunakan akibat pengisian yang kurang lengkap
dengan persentasi 6,36% dan 23 kuesioner yang tidak dapat digunakan karena
responden yang lama bekerja di bawah 1 tahun tidak dapat diikutsertakan
dalam proses penelitian ini dengan tingkat persentase sebesar 20,91%, Jadi
kuesioner yang dapat digunakan dan memenuhi syarat sebanyak 80 kuesioner
dengan tingkat persentase 72,73% dari total kuesioner yang diterima.
Tabel 4.1
Daftar Nama Kantor Akuntan Publik
Wilayah
No.
Nama
1.
KAP Drs Chaeroni & Rekan
Jakarta Barat
2.
KAP Drs. Harry & Rekan
Jakarta Barat
3.
KAP Handoko & Suparmun
Jakarta Barat
4.
KAP Jamaludin Iskak, Bap
Jakarta Barat
5.
KAP Djoemarna, Wahyudin & Rekan
Jakarta Barat
6.
KAP Soejatna, Mulyana & Rekan
Jakarta Barat
7.
KAP Anwar & Rekan
Jakarta Pusat
8.
KAP Drs Josep Susilo
Jakarta Pusat
Bersambung pada halaman selanjutnya
Lanjutan tabel 4.1
9.
KAP Maksum, Suyamto, Hirdjan & Rekan
Jakarta Pusat
10.
KAP Drs.Irwanto
Jakarta Pusat
11.
KAP Joachim Sulistyo & Rekan
Jakarta Pusat
12.
KAP Ngurah Arya & Rekan
Jakarta Utara
13.
KAP Eddy Kaslim & Rekan
Jakarta Utara
14.
KAP Dani Sudarsono & Rekan
Jakarta Timur
15.
KAP Drs. Bambang Sudaryono & Rekan
Jakarta Timur
16.
KAP Drs. Yanuar Mulyana
Jakarta Selatan
17.
KAP Handoko Utomo
Jakarta Selatan
18.
KAP S.Manan
Jakarta Selatan
19.
KAP Drs Tasnim Ali Wijanarko & Rekan
Jakarta Selatan
20.
KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
Jakarta Selatan
21.
KAP Rama Wendra
Jakarta Selatan
22.
KAP Salam Rauf
Jakarta Selatan
Sumber: Data diolah
Tabel 4.2
Gambaran Distribusi Kuesioner
Kuesioner
Jumlah
Persentase
Kuesioner yang dikirim
150
100%
Kuesioner yang diterima
110
73,33%
80
72,73%
Kuesioner yang diolah dan memenuhi
kriteria
Sumber: Data diolah
Tabel 4.3
Data Statistik Responden
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
19-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
Auditor
Senior
Auditor
Junior
D3
S1
S2
S3
1-3 tahun
3-5 tahun
> 5 tahun
Jenis kelamin
Usia
Posisi terakhir
Pendidikan terakhir
Pengalaman kerja
Persentase
44
36
60
13
7
55%
45%
75%
16%
9%
18
62
22%
78%
7
69
4
0
62
10
8
9%
86%
5%
0%
78%
12%
10%
Sumber: Data diolah
Berikut adalah rincian dari karakteristik responden yang diklasifikasikan
berdasarkan jenis kelamin, usia, posisi terakhir, pendidikan terakhir, dan
pengalaman kerja.
Karakteristik responden berdasarkan
Jenis kelamin
Perempuan
45%
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
55%
Gambar 4.1
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Sumber: Data diolah
Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini terdiri 44 orang
responden pria atau 55% dan 36 orang responden wanita atau 45% dari 80
jumlah keseluruhan responden.
Karakteristik responden berdasarkan
Usia
31-40 tahun
16%
> 40 tahun
9%
19-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
19-30 tahun
75%
Gambar 4.2
Karakteristik responden berdasarkan usia
Sumber: Data diolah
Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini terdiri 60 orang
responden yang berusia sekitar 19-30 tahun atau 75%, 13 orang responden
yang berusia sekitar 31-40 tahun atau 16%, 7 orang responden yang berusia
sekitar > 40 tahun atau 9% dari 80 jumlah keseluruhan responden.
Karakteristik responden berdasarkan
Posisi terakhir
Auditor Senior
22%
Auditor Senior
Auditor Junior
Auditor Junior
78%
Gambar 4.3
Karakteristik responden berdasarkan posisi terakhir
Sumber: data diolah
Berdasarkan posisi terakhir, responden dalam penelitian ini terdiri 18 orang
responden pada posisi auditor senior atau 22%, 62 orang responden pada posisi
auditor junior atau 78% dari 80 jumlah keseluruhan responden.
Karakteristik responden berdasarkan
jenjang pendidikan
S3
0%
S2
5%
D3
9%
D3
S1
S2
S3
S1
86%
Gambar 4.4
Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan
Sumber: data diolah
Berdasarkan jenjang pendidikan, responden dalam penelitian ini terdiri 7
orang responden merupakan D3 atau 9%, 69 orang responden merupakan S1
atau 86%, 4 orang responden merupakan S2 atau 5%, 0 orang responden
merupakan S3 atau 0% dari 80 jumlah keseluruhan responden.
Karakteristik responden berdasarkan lama
> 5 tahun bekerja saat ini
10%
3-5 tahun
12%
1-3 tahun
3-5 tahun
> 5 tahun
1-3 tahun
78%
Gambar 4.5
Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja saat ini
Sumber: data diolah
Berdasarkan lama bekerja saat, responden dalam penelitian ini terdiri 49 orang
responden yang bekerja selama sekitar 1-3 tahun atau 61%, 14 orang responden
yang bekerja selama sekitar 3-5 tahun atau 21%, 12 orang responden yang bekerja
selama sekitar > 5 tahun atau 18 dari 80 jumlah keseluruhan responden.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemenangan
distribusi) (Ghozali, 2006). Statistik deskriptif dalam penelitian ini
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
Std.
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Mean
Statistic
Deviation
Std. Error
Statistic
TEQ
80
54.00
84.00
67.4125
.75801
6.77989
TIQ
80
16.00
28.00
20.8625
.28169
2.51951
TKD
80
28.00
81.00
47.9500
TKA
80
20.00
40.00
28.2000
Valid N
(listwise)
1.30237 11.64876
.40581
3.62969
80
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel diatas bahwa pada variabel Kecerdasan emosional
(EQ), minimum jawaban responden sebesar 54 dan maksimum sebesar 84
dengan rata-rata total jawaban responden sebesar 67,41 dengan standar
deviasi sebesar 6,7. Pada variabel kecerdasan intelegensi (IQ), minimum
jawaban responden sebesar 16 dan maksimum sebesar 28, dengan rata-rata
total jawaban responden sebesar 20,86, dengan standar deviasi sebesar
2,51.
Variabel kepercayaan diri memiliki minimum jawaban responden
sebesar 28 dan maksimum 81, dengan rata-rata jawaban responden sebesar
47,95, dan standar deviasi sebesar 11,64. sedangkan pada variabel kinerja
auditor minimum jawaban responden sebesar 20 dan maksimum sebesar
40, dengan rata-rata jawaban responden sebesar 28,20, dan standar deviasi
jawaban responden sebesar 3,62.
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner
tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Correlation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid (Ghozali, 2006).
Tabel 4.5
Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional (EQ)
Butir Pertanyaan
Pearson
Sig (2Keterangan
Correlation
tailed)
Pertanyaan 1
0,330**
0,003
Valid
Pertanyaan 2
0,491**
0,000
Valid
Pertanyaan 3
0,372**
0,001
Valid
Pertanyaan 4
0,305**
0,006
Valid
Pertanyaan 5
0,480**
0,000
Valid
Pertanyaan 6
0,284**
0,006
Valid
Pertanyaan 7
0,254*
0,013
Valid
Pertanyaan 8
0,488**
0,000
Valid
Pertanyaan 9
0,263*
0,020
Valid
Pertanyaan 10
0,378**
0,001
Valid
Pertanyaan 11
0,493**
0,000
Valid
Pertanyaan 12
0,409**
0,000
Valid
Pertanyaan 13
0,447**
0,000
Valid
Pertanyaan 14
0,437**
0,000
Valid
Pertanyaan 15
0,305**
0,006
Valid
Pertanyaan 16
0,384**
0,000
Valid
Pertanyaan 17
0,255*
0,022
Valid
Pertanyaan 18
0,386**
0,000
Valid
Pertanyaan 19
0,357**
0,001
Valid
Pertanyaan 20
0,395**
0,000
Valid
Pertanyaan 21
0,364**
0,001
Valid
Pertanyaan 22
0,306**
0,006
Valid
Pertanyaan 23
0,329**
0,003
Valid
Pertanyaan 24
0,384**
0,000
Valid
Pertanyaan 25
0,456**
0,000
Valid
Pertanyaan 26
0,522**
0,000
Valid
Pertanyaan 27
0,460**
0,000
Valid
(Sumber: Data Diolah)
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel Kecerdasan Intelegensi (IQ)
Butir Pertanyaan
Pearson
Sig (2Keterangan
Correlation
tailed)
Pertanyaan 1
0,698**
0,000
Valid
Pertanyaan 2
0,739**
0,000
Valid
Pertanyaan 3
0,830**
0,000
Valid
Pertanyaan 4
0,718**
0,000
Valid
Pertanyaan 5
0,709**
0,000
Valid
Pertanyaan 6
0,467**
0,000
Valid
Pertanyaan 7
0,547**
0,000
Valid
(Sumber: Data Diolah)
Tabel 4.7
Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri
Butir Pertanyaan
Pearson
Sig (2-
Keterangan
Correlation
tailed)
Pertanyaan 1
0,258*
0,021
Valid
Pertanyaan 2
0,518**
0,000
Valid
Pertanyaan 3
0,661**
0,000
Valid
Pertanyaan 4
0,595**
0,000
Valid
Pertanyaan 5
0,612**
0,000
Valid
Pertanyaan 6
0,684**
0,000
Valid
Pertanyaan 7
0,590**
0,000
Valid
Pertanyaan 8
0,344**
0,002
Valid
Pertanyaan 9
0,477**
0,000
Valid
Pertanyaan 10
0,489**
0,000
Valid
Pertanyaan 11
0,467**
0,000
Valid
Pertanyaan 12
0,471**
0,000
Valid
Pertanyaan 13
0,695**
0,000
Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
Lanjutan tabel 4.7
Pertanyaan 14
0,468**
0,000
Valid
Pertanyaan 15
0,677**
0,000
Valid
Pertanyaan 16
0,694**
0,000
Valid
Pertanyaan 17
0,646**
0,000
Valid
Pertanyaan 18
0,746**
0,000
Valid
Pertanyaan 19
0,707**
0,000
Valid
Pertanyaan 20
0,810**
0,000
Valid
Pertanyaan 21
0,778**
0,000
Valid
Pertanyaan 22
0,517**
0,000
Valid
Pertanyaan 23
0,769**
0,000
Valid
Pertanyaan 24
0,636**
0,000
Valid
(Sumber: Data diolah)
Tabel 4.8
Uji Validitas Variabel Kinerja Auditor
Butir Pertanyaan
Pearson
Sig (2-
Correlation
tailed)
Pertanyaan 1
0,628**
0,000
Valid
Pertanyaan 2
0,489**
0,000
Valid
Pertanyaan 3
0,539**
0,000
Valid
Pertanyaan 4
0,536**
0,000
Valid
Pertanyaan 5
0,622**
0,000
Valid
Pertanyaan 6
0,491**
0,000
Valid
Pertanyaan 7
0,394**
0,000
Valid
Pertanyaan 8
0,635**
0,000
Valid
Pertanyaan 9
0,582**
0,000
Valid
Pertanyaan 10
0,366**
0,000
Valid
(Sumber: Data diolah)
Keterangan
Dari tampilan output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masingmasing indikator terhadap total skor konstruk menunjukan hasil yang
signifikan dengan koefisien Pearson Correlation < 0,05. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian, instrumen dikatakan realibel jika nilai cronbach alpha diatas
0,6 (Ghozali, 2006).
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
N of Item
Variabel
Cronbach Alpha
Keterangan
80
EQ
0,778
Reliabel
80
IQ
0,799
Reliabel
80
Kepercayaan Diri
0,921
Reliabel
80
Kinerja Auditor
0,706
Reliabel
(Sumber: Data diolah)
Dari tabel diatas menunjukan hasil uji yang reliabel karena nilai alpha
masing-masing pertanyaan yang meliputi kecerdasan emosional (EQ),
kecerdasan intelegensi (IQ), kepercayaan diri, dan kinerja auditor diatas
0,6.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji normal probability plot yang dapat dilihat pada
penyebaran data yang berupa titik-titik pada sumbu diagonal dari grafik,
jika data menyebar disekitar garis diagonal maka model regresi tersebut
memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya, jika data menyebar jauh dari
garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi
tersebut tidak terdistribusi secara normal (Ghozali. 2006).
Gambar 4.6
Hasil uji normalitas dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini
menunjukan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan
model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen
yaitu kinerja auditor berdasarkan masukan variabel independen yaitu
kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelegensi (IQ), dan kepercayaan
diri (Ghozali,2006).
Gambar 4.7
Hasil uji normalitas tanpa adanya kepercayaan diri sebagai variabel moderating
Sumber: Data diolah
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini
menunjukan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan
model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen
yaitu kinerja auditor berdasarkan masukan variabel independen yaitu
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan intelegensi (IQ).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, model
penelitian yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen (Ghozali, 2006).
Tabel 4.10
Uji Multikolineritas
Model
1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
14.784
4.988
EQTOTAL
.141
.062
IQTOTAL
.274
KDTOTAL
-.041
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
2.964
.004
.262
2.272
.026
.867
1.154
.168
.183
1.629
.108
.917
1.090
.037
-.131
-1.123
.265
.850
1.177
a. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data Diolah
Tabel diatas menunjukan hasil uji multikolinieritas, tampak bahwa
untuk keseluruhan sampel tidak terjadi korelasi antar variabel independen
karena nilai tolerance lebih besar dari 0,10 atau VIF dibawah angka 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi heteroskedastisitas dari suatu residual dari pengamatan satu
ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Hasil uji heteroskedastisitas
pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.8
Hasil uji heteroskedastisitas dengan kepercayaan diri sebagai variabel
moderating
Sumber: data diolah
Dari gambar diatas menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas
karena titik-titik menyebar secara acak diatas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y sehingga tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian
model regresi ini layak digunakan dalam penelitian.
Gambar 4.9
Hasil uji heteroskedastisitas tanpa adanya kepercayaan diri sebagai
variabel moderating
Sumber: data diolah
Dari gambar diatas menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas
karena titik-titik menyebar secara acak diatas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y sehingga tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian
model regresi ini layak digunakan dalam penelitian.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang
menyatakan bahwa diduga kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
intelegensi (IQ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor
dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating.
1) Pengujian Hipotesis secara Regresi Berganda.
a) Uji koefisien determinasi (R2)
Tabel 4.11
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model
1
R
R Square
.327a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.107
.084
3.49805
a. Predictors: (Constant), IQTOTAL, EQTOTAL
Sumber: Data diolah
Tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,084 hal ini
berarti 8,4 % variasi kinerja auditor yang dapat dijelaskan oleh
variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Secara
konseptual, sebab-sebab lain yang mempengaruhi kinerja auditor
adalah independensi, integritas dan objektivitas (Trisnaningsih, 2007).
b) Uji F
Tabel 4.12
Uji F
Sum of
Model
1
Squares
Df
Mean Square
Regression
112.691
2
56.345
Residual
942.197
77
12.236
1054.888
79
Total
F
Sig.
4.605 .013
a. Predictors: (Constant), IQTOTAL, EQTOTAL
b. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data diolah
Tabel ANOVA variabel tentang uji F dimaksudkan untuk menguji
signifikansi konstanta dan variabel dependen (kinerja auditor). Terlihat
bahwa pada kolom sig. (signifikan) pada tabel ANOVA. Nilai sig.
0,013. karena nilai 0,013 jauh lebih kecil dari 0,05, maka H3 diterima,
artinya koefisien regresi ganda adalah signifikan. Jadi, kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap kinerja auditor. Maka semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi semakin tinggi
pengaruh dalam kinerja auditor dan kinerjanya semakin baik.
a
c) Uji Signifikansi parameter individual (t test)
Tabel 4.13
Uji t
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
13.425
4.847
EQTOTAL
.118
.059
IQTOTAL
.322
.163
T
Beta
Sig.
2.770
.007
.218
2.006
.048
.215
1.975
.052
a. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel independen yang
dimasukkan dalam regresi, variabel kecerdasan emosional memberikan
nilai koefisien parameter 0,118 dengan tingkat signifikansi 0,048
sehingga dapat disimpulkan Kecerdasan Emosional secara individual
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi H1 diterima. Variabel
kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,322
dengan tingkat signifikansi 0,052, hasil nilai 0,052 diatas 0,05 tetapi
masih mendekati 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi, H2 diterima.
Tabel Coefficients variabel Y,X1, dan X2 menggambarkan bahwa
persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b 2X2 = 13,425 + 0,118X1 + 0,322X2
Konstanta sebesar 13,425 menyatakan bahwa jika tidak ada
kenaikan nilai dari variabel kecerdasan emosional (X1), dan
kecerdasan intelegensi (X2) maka nilai kinerja auditor (Y) adalah
13,425. Koefisien regresi ganda sebesar 0,118 dan 0,322
menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) atu skor
atau nilai koordinasi dan motivasi pegawai akan memberikan
kenaikan skor sebesar 0,118, dan 0,322.
2) Pengujian hipotesis secara Regresi Moderat Uji Interaksi
a. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap kinerja auditor dengan
kepercayaan diri sebagai variabel moderating.
1. Uji Koefisisen Determinan
Tabel 4.14
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Std. Error of the
Model
R
R Square
a
1
.331
.110
Adjusted R Square
.075
Estimate
3.51509
a. Predictors: (Constant), MODERATEQKD, EQTOTAL, KDTOTAL
Sumber: Data diolah
Tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,075, hal
ini berarti 7,5 % variasi kinerja auditor yang dapat dijelaskan oleh
variabel kecerdasan emosional, kepercayaan diri, dan moderat
EQKD, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar
model.
2. Uji F
Tabel 4.15
U
Uji F
j
Sum of
Model
i
1
U
Df
Squares
Mean Square
Regression
115.840
3
38.613
Residual
939.048
76
12.356
1054.888
79
Total
F
Sig.
a
3.125
.031
a. Predictors: (Constant), MODERATEQKD, EQTOTAL,
j
KDTOTAL
i Dependent Variable: KATOTAL
b.
Sumber: Data diolah
Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 3,125
dengan tingkat signifikansi 0,031, karena probabilitas signifikansi
dibawah 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi kinerja auditor atau dapat dikatakan bahwa kecerdasan
emosional, kepercayaan diri dan moderat EQKD secara bersamasama tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
3. Uji Signifikansi parameter individual (t test)
Tabel 4.16
Uji t
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Standardized
Coefficients
t
Beta
(Constant)
-1.033
16.759
EQTOTAL
.472
.250
KDTOTAL
.375
.340
MODERAT
EQKD
-.006
.005
-1.649
a. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data Diolah
Sig.
-.062
.951
.877
1.889
.063
1.196
1.104
.273
-1.276
.206
Ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam regresi,
variabel kecerdasan emosional memberikan nilai koefisien
parameter 0,472 dengan tingkat signifikansi 0,063 sehingga dapat
disimpulkan Kecerdasan Emosional secara individual tidak
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Kepercayaan Diri
memberikan nilai koefisien parameter 0,375 dengan tingkat
signifikansi 0,273, sehingga dapat disimpulkan Kepercayaan diri
secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Variabel Moderat EQKD merupakan interaksi antara kecerdasan
emosional mempunyai nilai koefisien parameter 0,006 dengan
tingkat
signifikansi
0,206,
sehingga
dapat
disimpulkan
kepercayaan diri bukan variabel moderating. Jadi, H4 di tolak.
b. Pengaruh Kecerdasan Intelegensi terhadap kinerja auditor
dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating.
1. Uji Koefisisen Determinan
Tabel 4. 17
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model
1
R
R Square
.251a
.063
Adjusted R Square
.026
Std. Error of the
Estimate
3.60643
a. Predictors: (Constant), MODERATIQKD, IQTOTAL, KDTOTAL
Sumber: Data diolah
Tabel diatas menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,026 hal
ini berarti 2,6 % variasi kinerja auditor yang dapat dijelaskan oleh
variabel kecerdasan Intelegensi, kepercayaan diri, dan moderat
IQKD, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar
model.
2. Uji F
Tabel 4.18
Uji F
Sum of
Squares
Model
1
Regression
Mean Square
3
22.136
988.481
76
13.006
1054.888
79
Residual
Total
df
66.407
F
Sig.
1.702
.174
a
a. Predictors: (Constant), MODERAT2, IQTOTAL, KDTOTAL
b. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data diolah
Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar
1,702 dengan tingkat signifikansi 0,174, karena probabilitas
signifikansi diatas 0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan
untuk memprediksi kinerja auditor atau dapat dikatakan bahwa
kecerdasan intelegensi, kepercayaan diri dan moderat IQKD secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
3. Uji Signifikansi parameter individual (t test)
Tabel 4.19
Uji t
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
16.605
15.429
IQTOTAL
.589
.763
KDTOTAL
.084
-.005
MODERATI
QKD
a. Dependent Variable: KATOTAL
Sumber: Data Diolah
Standardized
Coefficients
t
Beta
Sig.
1.076
.285
.393
.772
.442
.310
.267
.271
.787
.016
-.319
-.314
.754
Ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam regresi,
variabel kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter
0,589 dengan tingkat signifikansi 0,442, sehingga dapat disimpulkan
dalam model regresi ini kecerdasan intelegensi secara individual tidak
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Kepercayaan diri
memberikan
nilai
koefisien
parameter
0,084
dengan
tingkat
signifikansi 0,787, sehingga dapat disimpulkan Kepercayaan diri
secara individual tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel
Moderat IQKD merupakan interaksi antara kecerdasan intelegensi
mempunyai nilai koefisien parameter 0,005 dengan tingkat signifikansi
0,754, sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri bukan variabel
moderating. Jadi, H5 ditolak.
5. Pembahasan
Dari hasil analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan
emosional, kecerdasan intelegensi secara simultan mempengaruhi kinerja
auditor. Dan secara parsial kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Tetapi pengujian variabel moderating,
kepercayaan diri yang sebagai variabel moderating tidak mempengaruhi
variabel independen lainnya seperti kecerdasaan emosional dan kecerdasan
intelegensi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri yang ada pada
auditor tidak mempengaruhi kinerjanya. Meskipun auditor kurang merasa
percaya diri tetapi jika mempunyai kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelegensi baik maka kinerja auditorpun akan baik. Jadi kepercayaan diri ini
tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Dengan kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi yang baik sudah pasti auditor tersebut dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Kinerja auditor merupakan suatu bentuk kesuksesan seorang auditor untuk
mencapai peran atau target tertentu yang berasal dari perbuatanya sendiri.
Kinerja seorang auditor dikatakan baik apabila hasil kerja individu tersebut
dapat melampaui peran atau target yang ditentukan sebelumnya. Dan sebagian
faktor yang mempengaruhi kinerja auditor adalah kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelegensi. Dalam penelitian ini kepercayaan diri tidak memiliki
pengaruh terhadap auditor sebab meskipun auditor ini kurang memiliki
kepercayaan diri tetapi jika
kecerdasan
emosional dan
kecerdasan
intelegensinya baik maka kinerjanyapun akan baik.
Sesuai dengan pendapat Lauster (2003) dalam Melandy dan Nurna (2006),
kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu berarti sifat
yang positif. Ini umumnya dapat menjurus pada usaha tak kenal lelah. Orang
yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan seenaknya.
Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain.
Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang
berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan
daripada teman. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada
adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa, karena
didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang
realistik terhadap diri sendiri. Bagi mereka yang kurang percaya, setiap
kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka. Tidak adanya percaya diri
dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan
meningkatkan keraguan kepada diri sendiri. Di pihak lain, percaya diri
berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama bila ia tidak
mempunyai keterampilan sosial. Jadi, pada auditor kepercayaan diri ini tidak
berpengaruh karena jika auditor mempunyai sikap percaya diri yang
berlebihan akan mengakibatkan orang sombong dan terdapat menyebabkan
konflik dengan orang lain. Sedangkan, dalam suatu Kantor Akuntan Publik
seorang auditor harus dapat bekerja sama karena dalam KAP itu bekerja
secara tim yang diperlukan kerja sama. Hasil pengujian regresi moderating
menyatakan tidak ada hubungan baik secara simultan maupun secara
individual antara kecerdasan emosional auditor dan kecerdasan intelegensi
auditor dengan kepercayaan diri terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan
karena responden pada penelitian ini lebih banyak auditor junior sehingga
auditor ini mungkin baru atau belum mempunyai banyak pengetahuan dan
pengalaman sehingga kepercayaan diri yang dimiliki kurang berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri dapat
dilakukan dengan percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang
lain, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain atau kelompok, berani menerima dan menghadapi penolakan orang
lain, berani menjadi diri sendiri, punya pengendalian diri yang baik (tidak
moody dan emosinya stabil), memiliki internal locus of control (memandang
keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak
mudah
menyerah
pada
nasib
atau
keadaan
serta
tidak
tergantung/mengharapkan bantuan orang lain), mempunyai cara pandang yang
positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya, memiliki
harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak
terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Bagi KAP, upaya untuk meningkatkan kinerja auditor dapat dilakukan
dengan jalan memberikan insentif dan penghargaan kepada auditor yang
berkinerja baik, memberikan kesempatan kepada auditor untuk meneruskan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan evaluasi dan pembinaan
secara rutin kepada auditor berkenaan dengan pelaksanaan terhadap
spesifikasi tugas yang diberikan kepadanya dan menganjurkan untuk ikut
terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan manfaat serta harus mengikuti
kegiatan yang dapat menambah rasa percaya diri auditor untuk meningkatkan
kinerja auditor (seperti seminar, pendidikan dan pelatihan profesional auditor,
serta mengadakan pelatihan terkait dengan pengembangan kecerdasan
emosional, sehingga mereka dapat bekerja dengan optimal, berintegritas dan
bertanggung jawab).
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni
Melandy dan Nurna (2006) disebabkan oleh faktor eksternal yaitu:
1. Responden
dalam
penelitian
lebih
banyak
oleh
auditor
junior
dibandingkan auditor senior. Auditor junior ini memiliki masa kerja yang
belum terlalu lama dan belum banyak pengalaman sehingga auditor junior
kurang adanya rasa kepercayaan diri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2. Dalam penelitian sebelumnya responden yang digunakan adalah
mahasiswa, dan penelitian ini responden yang digunakan adalah auditor.
Penelitian ini tidak berpengaruh disebabkan auditor sebagai responden
dalam mengisi kuesioner kurang teliti atau baik karena ketika peneliti
menyebarkan kuesioner, auditor sedang sibuk dengan pekerjaannya dan
banyak yang sedang menjalankan tugas ke klien sehingga jawaban yang
didapat kurang baik.
3. Usia responden rata-rata 19-30 tahun. Usia ini merupakan usia yang relatif
muda sehingga kurang adanya rasa percaya diri dan biasanya masih labil.
Sehingga pada penelitian ini mendapatkan hasil yang berbeda dengan
penelitian sebelumnya.
4. Penyebaran kuesioner yang kurang merata di setiap wilayah. Penyebaran
kuesioner ini lebih banyak disebarkan di Wilayah Jakarta Selatan.
5. Kurangnya kuesioner yang disebarkan dan banyak kuesioner yang tidak
dikembalikan dan tidak dapat digunakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan
Dari pengujian dan analisis terhadap data, dapat dilihat bahwa:
1. Kecerdasan emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,118
dengan tingkat signifikansi 0,048 sehingga dapat disimpulkan
Kecerdasan Emosional secara individual berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Jadi H1 diterima.
2. Kecerdasan intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,322
dengan tingkat signifikansi 0,052, hasil nilai 0,052 diatas 0,05 tetapi
masih mendekati 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
intelegensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Jadi, H2 diterima.
3. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi berpengaruh
terhadap kinerja auditor dengan nilai hitung F sebesar 0,013. karena
nilai 0,013 jauh lebih kecil dari 0,05, maka H3 diterima, artinya
koefisien regresi ganda adalah signifikan. Jadi, kecerdasan emosional
dan kecerdasan intelegensi berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap kinerja auditor.
4. Kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor
dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan
emosional memberikan nilai koefisien parameter 0,472 dengan
tingkat signifikansi 0,063. Variabel Kepercayaan Diri memberikan
nilai koefisien parameter 0,375 dengan tingkat signifikansi 0,273,
sehingga dapat disimpulkan Kepercayaan diri secara individual tidak
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Variabel Moderat EQKD
merupakan interaksi antara kecerdasan emosional mempunyai nilai
koefisien parameter 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,206,
sehingga dapat disimpulkan kepercayaan diri bukan variabel
moderating. Kepercayaan diri memperlemah pengaruh kecerdasan
emosional terhadap kinerja auditor. Jadi, H4 di tolak.
5. Kecerdasan intelegensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor
dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating. Kecerdasan
intelegensi memberikan nilai koefisien parameter 0,589 dengan
tingkat signifikansi 0,442. Variabel Kepercayaan diri memberikan
nilai koefisien parameter 0,084 dengan tingkat signifikansi 0,787.
Variabel Moderat IQKD merupakan interaksi antara kecerdasan
intelegensi mempunyai nilai koefisien parameter 0,005 dengan
tingkat signifikansi 0,754, sehingga dapat disimpulkan kepercayaan
diri bukan variabel moderating.
Kepercayaan diri memperlemah
pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap kinerja auditor. Jadi, H5
ditolak.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
dan kecerdasan intelegensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap
kinerja auditor. Secara individual, kecerdasan emosional auditor dan
kecerdasan intelegensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja auditor. Tidak ada interaksi antara kecerdasan emosional auditor dan
kecerdasan intelegensi auditor terhadap kinerja auditor dengan kepercayaan
diri sebagai variabel moderating.
B.
Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi pembentukan dan
pengembangan sikap yang nantinya akan berdampak pada kinerja yang
dihasilkan. Upaya untuk mendorong auditor agar dapat menghasilkan
kinerja yang baik ada tiga bagian, yaitu upaya untuk meningkatkan
kecerdasan emosional, kecerdasan intelegensi dan kepercayaan diri.
Implikasi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah:
1. Hasil pengujian regresi menyatakan bahwa ada hubungan linier antara
kecerdasan emosional dan kecerdasan intelegensi auditor terhadap
kinerja auditor. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecerdasan emosional
auditor dan kecerdasan intelegensi auditor akan mempengaruhi auditor
dalam melaksanakan kinerjanya dengan baik.
2. Hasil pengujian regresi moderating menyatakan tidak ada hubungan baik
secara simultan maupun secara individual antara kecerdasan emosional
auditor dan kecerdasan intelegensi auditor dengan kepercayaan diri
terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena responden pada
penelitian ini lebih banyak auditor junior sehingga auditor ini mungkin
baru atau belum mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman
sehingga kepercayaan diri yang dimiliki kurang berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri dapat
dilakukan dengan cara antar lain: percaya akan kompetensi/kemampuan
diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau
pun rasa hormat orang lain, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap
konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok, dan lain-lain.
3. Bagi KAP, upaya untuk meningkatkan kinerja auditor dapat dilakukan
dengan jalan memberikan insentif dan penghargaan kepada auditor yang
berkinerja baik, memberikan kesempatan kepada auditor untuk
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan
evaluasi dan pembinaan secara rutin kepada auditor berkenaan dengan
pelaksanaan terhadap spesifikasi tugas yang diberikan kepadanya dan
menganjurkan untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan
manfaat serta harus mengikuti kegiatan yang dapat menambah rasa
percaya diri auditor untuk meningkatkan kinerja auditor (seperti seminar,
pendidikan dan pelatihan profesional auditor, serta mengadakan
pelatihan terkait dengan pengembangan kecerdasan emosional, sehingga
mereka dapat bekerja dengan optimal, berintegritas dan bertanggung
jawab).
C. Keterbatasan
1. Peneliti memasukkan variabel moderating yang kurang berpengaruh dan
kurang berinteraksi yaitu kepercayaan diri dengan kecerdasan emosional
dan kecerdasan intelegensi.
2. Penelitian ini dilakukan melalui metode survey dengan menggunakan
kuesioner tanpa dilengkapi dengan wawancara ataupun pertanyaan lisan
langsung kepada auditor, padahal menurut Indriantoro dan Supomo (1999)
metode survey adalah pengumpulan data yang diperoleh secara langsung
dari sumber data dengan menggunakan pertanyaan lisan dan tulisan.
3. Peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan responden yang benarbenar bersedia untuk mengisi kuesioner. Hal ini disebabkan oleh
kesibukan responden yakni banyak responden sedang melakukan proses
audit dan sedang berada di perusahaan klien, sehingga jumlah responden
yang digunakan dalam penelitian ini hanya 80 responden dan banyak
responden yang tidak mengembalikan kuesioner.
D. Saran
1. Pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh interaksi antar variabel
independen dan variabel moderating terhadap variabel dependennya, hal
ini dapat disebabkan oleh pemakaian variabel moderating yang tidak tepat,
maka penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah atau mengganti
variabel moderating pada penelitian ini dengan variabel lainya.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih banyak memberikan kuesioner
kepada akuntan publik senior, akuntan publik yang memiliki pengalaman
kerja lebih dari 3 tahun dan posisi yang lebih berpengaruh dalam
pengambilan keputusan, karena akuntan publik yang memiliki kategori
tersebut memiliki banyak pengalaman di lapangan serta menambah jumlah
sampel selain di daerah DKI Jakarta.
3. Peneliti selanjutnya juga diharapkan menggunkan metode wawancara
selain menggunakan kuesioner agar dapat mengetahui kejadian secara
langsung dan mendapatkan data yang sebenarnya serta mengetahui
peningkatan pada penelitian yang ada.
4. Bagi auditor, perlu meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelegensi serta harus memupuk rasa percaya diri yang tinggi. Kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelegensi
disertai kepercayaan diri yang
tinggi dapat meningkatkan kinerja auditor itu sendiri.
5. Bagi KAP untuk meningkatkan kinerja auditor dapat dilakukan dengan
jalan memberikan insentif dan penghargaan kepada auditor yang
berkinerja
baik,
memberikan
kesempatan
kepada
auditor
untuk
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan evaluasi
dan pembinaan secara rutin kepada auditor berkenaan dengan pelaksanaan
terhadap spesifikasi tugas yang diberikan kepadanya dan menganjurkan
untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan manfaat serta harus
mengikuti kegiatan yang dapat menambah rasa percaya diri auditor,
sehingga mereka dapat bekerja dengan optimal, berintegritas dan
bertanggungjawab.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar, “ESQ”, Arga Publishing, Jakarta, 2007.
Agustian, Ary Ginanjar, “Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah
Inner Journey Melalui Al-Ihsan”, Cetakan Pertama, Arga, Jakarta, 2003.
Ahmadi, Abu, “Psikologi Umum”, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Anggraeni, Ariesta, “Hubungan IQ Dengan Kemandirian Pada Siswa Akselerasi
SDI Sudirman”, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syahid, Jakarta, 2007.
Apriani, Ulfah, “Analisis Pengaruh Orientasi Profesiona Terhadap Kinerja
Auditor, Konflik Peran Sebagai Variabel Intervening”, Skripsi Fakultas
Ekonomi & Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Armansyah, “Intelegency Quotient, Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient
Dalam Membentuk Perilaku Kerja”, Jurnal Ilmiah “ Manajemen & Bisnis,
Sumatera Utara, 2006.
Dhania, “Hubungan antara kepercayaan diri dan penyesuaian diri mahasiswa baru
Universitas Negeri Semarang”, artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli 2009,
dari http://one.indoskripsi.com/judul- skripsi- makalah - tentang/hubunganpenyesuaian-diri-dengan-kepercayaan-diri.
Fitri, “Pengertian Kecerdasan Emosional”, artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli
2009, dari http://duniapsikologi.blogdetik.com/tag/definisi-kecerdasan.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,edisi IV,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro,2006.
Goleman, “Emotional Intellegence”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi & Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Hanggara, Titih Trisna Adi, “Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan
Diri Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Jurusan
Akuntansi (Studi Pada Universitas Sebelas Maret Dan Universitas
Muhammadiyah Surakarta)”, diakses tanggal 15 Juli 2009, dari
http://74.125.153.132/search?q=cache%3AHmXgSofNJ3gJ%3Aetd.eprints.
ums.ac.id%2F3394%2F1%2FB200050361.pdf+skripsi+tentang+kepercayaa
n+diri%2C+kecerdasan+emosional&hl=id&gl=id.
Hanum, Alisa Puri, “Kecerdasan Emosi & Kepercayaan Diri Relawan NAD Yang
Berstatus Mahasiswa”, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syahid, Jakarta,
2006.
Hernia, Mora, “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi
Kasus Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)”,
Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008.
Hutapea, Bonar, “Kecerdasan Spritual, Kecerdasan Emosional, Dan Efikasis Diri
Sebagai Prediktor Terhadap Kepemimpian Transformasional”, Jurnal
Widya Ekonomika Tahun VII No.2, 2005.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.
Jogiyanto. “Metodologi Penelitian Bisnis:Salah Kaprah Dan PengalamanPengalaman”, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2004.
Ker, Robert dan Kawan-kawan, “Emotional Intelligence and Leadership
Effectiveness”, Leadership & Organization Development Journal.
Newtownabbey, 2005.
Melandy dan Nurna Aziza. “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat
Pemahaman akuntansi, kepercayaan diri sebagai variabel pemoderasi”.
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Padang. 2006
Mubayid, Makmun, “Kecerdasan
Kautsar, Jakarta, 2006.
Kesehatan Emosional Anak”, Pustaka Al
Mukhtar, “Kecerdasan Emosional Dalam Membangun Jaringan Kerja”, Jurnal
Widya Ekonomika Tahun V No.2, 2003.
Rahmawati, “Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa Dalam Mengikuti Pendidikan
Inklusi di SDN Ulu Jami 03 Petang Jakarta Selatan”, Skripsi Fakultas
Psikologi UIN Syahid, Jakarta, 2008.
Sufnawan, Fathul Huda, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Auditor
terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik”, diakses pada
tanggal 25 Agustus 2009, darihttp:/resiandriani.com/2009/06/03/pengaruhkecerdasan-emosional-dan-spiritual-auditor-terhadap-kinerja-auditodalamkantor-akuntan-publik/.
Sugiono. “ Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta. Bandung. 2009. “ESQ”, Arga
Publishing, Jakarta, 2007.
Suryaningsum, Sri, Sucahyo dan Afuwah, Afifa. “ Kajian Empiris atas Pengaruh
Pendidikan Tinggi Akuntansi terhadap Kecerdasan Emosional ’’, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Yogyakarta, 2004.
Surya, Reza dan Santosa Tri Hananto.“Pengaruh Emotional Quotient Auditor
Terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik”. Perspektif, 9(1) : 3340, Semarang, 2004.
Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triyuwono, dan H. Unti Ludigdo, “Pengaruh
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi
Negeri di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan)”, Simposium Nasional
Akuntansi 9, Padang, 2006.
Tim Penyusun Kamus Pusat (Depdiknas), “Kamus Besar Bahasa Indonesia”,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta,2007
Trisnaningsih, Sri. “Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai
Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan,
Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja auditor”. Simposium Nasional
Akuntansi X, Makasar, 2007.
Trisnawati, Eka Indah dan Suryaningsum, Sri. .“Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Simposium Nasional
Akuntansi VI, Surabaya, 2003.
Pasiak, Taufiq, “Revolusi IQ/EQ/SQ”, Mizan Media Utama, Bandung, 2002.
, “Makalah Kepercayaan Diri”, artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli
2009, dari http://ogrg.lib.itb.ac.id/forum/viewtopic.php?id=72.
Download