ARTIKEL ILMIAH KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT DI DESA JERNIH KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN OLEH Eni Kurnia Sari RRA1C412027 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI 2017 ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1 ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2 Ethnobotany Study of Medicinal Plants in the Jernih Village of Air Hitam of Sarolangun Districts By: Eni Kurnia Sari1), Bambang Hariyadi2), Upik Yelianti2) 1) Study of Biologi Education Education Studies Program PMIPA FKIP Jambi University 2) Departement of Biologi Education Studies Program PMIPA FKIP Jambi University e-mail: [email protected] Abstract Jernih village is a village located in the Air Jernih of Sarolangun District, it’s bordering in the hill national park area twelve (TNBD). The community still uphold the costoms until now and varios traditions that live in the community is a wisdom and there is the knowledge that becomes wealth for the local people. One of the knowledge possessed is about the utilization of plants that essicacy into medicinal. The purpose of the research is determine the types of medicinal plants that exploited and document the knowledge of the Air Hitam villagers associated with these medicinal plants. This research is descriptive with data collection techniques through interview ( in depth interview) with resource persons (key infornant) participatory observation and literature study. The selection of respondents is done by snowball sampling data. Base on the research of results that has been done there are 114 species of 57 families of medicinal plants in the jernih village. From 57 there are 7 families that dominate the zingiberaceae 9 species (8%). While the dominant plant body used as a midicine is a leaf (62%). The way of medicinal plants is done in a simple way that are boiled, squeezed, pounded, rubbed, minced, lace with fire, wrapped, rolled, swallowed or eaten, and there is also for bathing. As well as knowledge about medicinal plants obtained from hereditary parents (44%), studied (30%), and experience (26%). After doing this research is expeated to do futher research about medicinal plants including chemical compound contant. So, medicinal plants can be proven scientifically. Otherwise necessary to presere the medicinal plants that have started to rare in the jernih village and surrounding. Keywords: Ethnobotany, Jernih village, medical plants ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Desa Jernih merupakan Ibu Kota Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Lokasi desa ini terletak di pinggiran Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). Keberadaan hutan di desa ini menjadi salah satu penunjang kehidupan masyarakat yang hidup disekitarnya. Berdasarkan observasi di lapangan, diketahui bahwa masyarakat desa Jernih masih menjunjung adat istiadat yang hidup di tengah ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4 masyarakat. Berbagai nilai-nilai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun masih dijalankan hingga saat ini. Selain itu, masyarakat desa Jernih masih banyak memanfaakan tumbuhtumbuhan sebagai obat. Masyarakat desa Jernih memiliki keyakinan bahwa tumbuhan yang dijadikan sebagai obat tradisional dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit sesuai dengan fungsi tumbuhan yang diyakini. Di Indonesia terdapat 30.000 spesies tumbuhan yang terdapat di hutan tropika dan sebagian diantaranya merupakan jenis-jenis tumbuhan obat. Sekitar 9.600 jenis spesies tumbuhan telah diketahui berkhasiat obat. Dari jumlah tersebut tercatat 269 spesies merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional (Hidayat, 2015:6). Dewasa ini arus modernisasi semakin berkembang di tengah masyarakat termasuk masyarakat di desa Jernih. Hal ini terlihat pada penurunan pengetahuan masyarakat yang tinggal di desa Jernih mengenai pemanfaatan tumbuhan obat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah seorang informan, diketahui bahwa hanya sebagian masyarakat yang masih memanfaatkan tumbuhan obat. Sebagian besar masyarakat kini telah beralih pada pengobatan medis yang semakin berkembang. Hal ini mendorong penulis untuk memperhatikan kembali dan mengkaji berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat obat. Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan inventarisasi jenis-jenis tumbuhan obat, dan pengolahannya serta pengetahuan masyarakat di desa Jernih. Untuk itu penting dilakukan penelitan yang berjudul “Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat di Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.” METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif yang mendeskripsikan suatu fenomena atau fakta-fakta yang bertujuan untuk mendapatkan kejelasan atas suatu fenomena atau fakta-fakta untuk membentuk suatu masalah penelitian (Adi, 2010:5). Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi perekam, gunting, jarum, kamera, sasak, buku identifikasi, panduan wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari alkohol 70%, kertas koran, karton, etiket gantung, kantong plastik, kertas label, benang, tali rafia dan tumbuhan yang akan dijadikan herbarium. Informasi mengenai tumbuhan obat diperoleh dari wawancara mendalam (In-depth Interview) menggunakan panduan wawancara yang telah telah disiapkan terlebih dahulu, wawancara dilakukan terhadap sejumlah responden kunci untuk mendapatkan informasi mengenai pengobatan yang digunakan sebagai obat, serta perolehan data dikumpulkan dari sampel tumbuhan obat yang terkumpul selama penelitian. Berdasarkan informasi hasil wawancara tenttang tumbuhan obat, selanjutnya sampel tumbuhan obat diambil dari lapangan untuk dibuat spesimen herbarium. pembuatan herbarium ada empat aspek yaitu pengumpulan atau collecting, pengepresan atau pressing, pemasangan atau mounting, dan pelabelan atau labelling (University of Melbourne Herbarium, 2014:3). ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5 Sampel tumbuhan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi spesies dan gambargambar yang ada dibuku identifikasi Amir dkk (2011), Aspan (2008), Hidayat (2015), Phil (1978), Sastrapadja (1984), Whitmore (1972-1973), dan identifikasi juga dilakukan di laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi dengan bantuan dosen Mahya Ihsan S.Si., M.Si., serta identifikasi dilakukan dengan mencocokkan gambar-gambar yang ada pada penelitian sebelumnya dan herbarium yang telah teridentifikasi di website www.asianplant.net. Identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies. Data penelitian selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Air Hitam terletak di Kabupaten Sarolangun. Kecamatana Air Hitam terdiri dari 4 kelurahan yaitu Desa Empang Benao, Desa Lubuk Jering, Desa Semurung dan Desa Jernih. Desa Jernih merupakan desa yang terletak di Kecamatan Air Hitam dengan luas 17,379 Ha. Kondisi geografis desa Jernih dari ketinggian permukaan dari laut 5 - 385 m. dpl. Banyaknya curah hujan 245 mm per tahun dan suhu udara rata-rata 25 0C. Jarak desa Jernih dari Provinsi Jambi yaitu 195 km sedangkan jarak dari Kabupaten Sarolangun yaitu 50 km. Jumlah Penduduk Desa Jernih pada tahun 2015 berkisar 2.686 jiwa yang terdiri dari 1.349 jiwa penduduk laki-laki dan 1.337 jiwa penduduk perempuan dengan mayoritas merupakan penduduk asli desa Jernih dan sebagian penduduk pendatang yang berasal dari berbagai daerah yaitu Kerinci, Riau, Medan, Palembang, Lampung serta Jawa. Pendidikan masyarakat Desa Jernih sudah cukup maju. Desa Jernih sudah memiliki Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu di Desa Jernih juga sudah terdapat Pelayanan kesehatan berupa PUSKESMAS yang berlokasikan di tengah desa. 2. Jenis Tumbuhan Obat Yang Terdapat di Desa Jernih Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka serta identifikasi yang telah dilakukan, terdapat 114 spesies tumbuhan obat dari 57 famili jenisjenis tumbuhan tersebut masih ditemukan di pekarangan sekitar rumah warga, kebun atau di hutan sekitar TNBD. Sebagian besar tumbuhan obat sudah ditanam di pekarangan rumah dan sebagiannya masih terjaga di dalam hutan atau kebun milik warga yang ada di desa Jernih. Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat tujuh famili yang banyak digunakan yaitu Zingiberaceae 9 spesies (8%), Asteraceae 8 spesies (7%), Lamiaceae 6 spesies (5,2%), Piperaceae 5 spesies (4,3%), Euphorbiaceae, Verbenaceae, dan Rutaceae masing-masing 4 spesies (3,4%). ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6 Persentasi (%) 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Famili Spesies tumbuhan obat yang didapat dan berhasil diidentifikasi pada penelitian ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Rohana (2015:17) hanya menemukan 18 spesies tumbuhan obat di Desa Sukajadi Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun. Penelitian Indriati (2015:54) hanya menemukan 39 spesies tumbuhan obat di Desa Tabun Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo pada SAD (suku anak dalam). Selanjutnya penelitian Pisa (2016:5) menemukan 102 jenis tumbuhan obat di Kawasan Situs Candi Muara Jambi Kabupaten Muaro Jambi. Perbedaan hasil yang diperoleh ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Perbedaan pengetahuan antara masyarakat lokal satu dengan masyarakat lokal lainnya mengenai tumbuhan yang digunakan obat sehingga mempengaruhi jenis tumbuhan yang diperoleh; (2) Keanekaragaman hayati daerah yang satu dengan daerah lainnya dan berbeda pula cara pemanfaatan tumbuhan obat pada suatu suku atau masyarakat yang ada didaerah tersebut; (3) Waktu pengambilan sampel penelitian dipengaruhi oleh musim atau iklim, karena musim berpengaruh terhadap sumberdaya di lapangan. Dari tiga penelitian tersebut, terdapat perbedaan dari hasil penelitian ini. Pada penelitian ini diperoleh jenis tumbuhan yang jarang ditemui oleh masyarakat lainnya, misalnya kapas hantu (Abelmoschus moschatus Medik.), inggit daro (Carallia brachiata Merr.), timun tikus (Cucumis sp.) dan patah kemudi (Emilia sonchhifolia L.) Masyarakat di Desa Jernih sampai saat ini masih banyak yang memanfaatkan tumbuhan obat. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih meyakini bahwa tumbuhan obat mampu menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit meski dalam jangka waktu yang lama mengkonsumsinya. Berdasarkan data yang diperoleh, tumbuhan obat di Desa Jernih mampu menyembuhkan 53 jenis macam penyakit. 3. Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Obat ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7 Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi tentang bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan yaitu daun sebesar 62%. Hal ini disebabkan karena penggunaan bagian daun tidak merusak kondisi tumbuhan tersebut dan daun dapat beregenerasi kembali dengan cepat. Selain itu, cara pengambilannya lebih mudah serta pengolahan lebih mudah seperti direbus, diremas, ditumbuk, digosok, dicincang, dilayur dengan api, dibarut, digulung, bahkan langsung dilalap atau dimakan dan ada juga untuk mandi. 4. Cara Pengolahan Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Desa Jernih Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari masyarakat, cara pengolahan tumbuhan untuk dijadikan obat diolah dengan cara direbus, diminum, dilayur dengan api, diremas, ditumbuk, dicincang, dibarut, digosok, ditetes, dilalap, disadap, dan ada juga yang digunakan untuk mandi. Cara pengolahan dengan ditumbuk, diremas, dicincang, dan dibarut biasanya untuk pengobatan luar seperti pengobatanl sakit kulit, perut kembung, sakit pinggang, obat untuk luka dan sebagainya. Untuk pengobatan dalam cara pengolahan tumbuhan obat biasanya diminum atau dimakan, misalnya untuk mengobati darah tinggi, tumor atau kanker, diare, batuk, panas dalam dan lain sebagainya. Beberapa jenis tumbuhan obat yang cara pengolahannya dengan dengan diremas, ditumbuk, dicincang, dilayur misalnya sakat kwau (A. nidus L.), dan sirih cambai (Piper sp.). Sedangkan beberapa jenis tumbuhan obat yang cara pengolahan dengan diminum dan dimakan diantaranya amplas kijang (T. scandens L.) dan kapung-kapung (Oroxylum sp.). Penggunaan tumbuhan obat tunggal maupun bentuk ramuan ada yang secara langsung dikonsumsi dan ada pula yang perlu dibacakan doa-doa terlebih dahulu. Biasanya pembacaan doa-doa ini digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu. Penyakit tersebut biasanya terkait dengan hal-hal ghaib seperti tesapo atau keteguran roh ghaib. Selain penggunaan tumbuhan obat untuk keteguran atau gangguan roh halus, Ibu yang akan melahirkan juga memanfaatkan tumbuhan obat yang tidak terlepas dari jasa dukun beranak. Peranan dukun bagi masyarakat jasanya sangat membantu karena biaya persalinan di dukun beranak dinilai lebih ekonomis serta proses pemulihan pasca persalinan juga lebih cepat. Ramuan yang diberikan bermanfaat untuk menjaga kesehatan janin, menjaga kesehatan ibu pasca persalinan, memberikan stamina setelah melahirkan, dan mengembalikan bentuk tubuh. Tumbuhan yang digunakan diantaranya amplas kijang (T. scandens L.), bunga ekor anjing (U. crinita), sirih cambai (Piper sp.), dan sirih kaduk (P. sarmenthosum Roxb.). 5. Pengetahuan Dan Pemahaman Masyarakat Tentang Tumbuhan Obat Masyarakat Desa Jernih mengartikan tumbuhan obat sebagai suatu tumbuhan yang memiliki khasiat obat. Masyarakat meyakini bahwa ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8 tumbuhan yang dipakai untuk pengobatan itu tidak memberikan efek berbahaya bagi tubuh dan dapat memulihkan penyakit secara berangsurangsur. Berbeda dengan obat dokter jika diminum seketika penyakit yang dirasakan menghilang, namun setelah efek dari obat tersebut habis maka penyakit kambuh lagi. Selain itu obat dapat memberikan dampak berbahaya bagi tubuh jika mengkonsumsi secara berturut-turut karena mengandung bahan kimiawi. Secara umum pengetahuan tentang tumbuhan obat yang mereka miliki didapatkan secara turun temurun dari orang tua sejak dulu. Masyarakat biasanya menggunakan obat tradisional sebagai upaya penyembuhan penyakit dengan memanfaatkan tumbuhan obat yang sudah diketahui, jika penyakit yang dirasakan tidak berhasil sembuh maka warga berobat ke PUSKESMAS atau dokter. Pengobatan ini biasanya dilakukan untuk mengobati penyakitpenyakit yang bersifat umum atau medis. Faktor-faktor penyebab seseorang terjangkit suatu penyakit disebabkan karena faktor alam, faktor kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih dan tidak sehat, faktor makanan dan minuman yang tidak higienis atau makanan dan minuman cepat saji, dan faktor ghaib atau gangguan dari roh halus akibat ulah manusia itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwasanya masyarakat memiliki pengetahuan tumbuhan obat dari tiga sumber yaitu dari orang tua, berguru dan dari pengalaman. Berdasarkan gambar diatas masyarakat desa Jernih banyak memiliki pengetahuan tentang tumbuhan obat berdasarkan dari turun temurun orang tuanya. Hal ini di sebabkan karena orang tua yang memiliki keahlian tersebut mewariskan keahliannya kepada keturunannya agar keahlian tersebut tetap terjaga dengan baik. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun, terdapat 114 jenis tumbuhan dari 58 famili. Famili tumbuhan yang paling dominan yaitu Zingiberaceae yaitu sebanyak 9 spesies (8%). Sebagian besar tumbuhan obat didapatkan dari sekitar tempat tinggal, sekitar sungai, sekitar sawah, sekitar hutan TNBD, dan kebun milik warga. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk obat yaitu daun (62%). SARAN Saran dari penelitian yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tumbuhan obat termasuk kandungan senyawa kimianya sehingga tumbuhan obat dapat dibuktikan secara ilmiah. Selain itu perlu dilakukan upaya pelestarian dengan membudidayakan tumbuhan obat, khususnya tumbuhan obat yang sudah mulai langka dan yang semakin langka yang ada di Desa Jernih. ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9 DAFTAR RUJUKAN Adi, R., 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. Diakses: http://books.google.co.id/buk u/Metodologi/penelitian/sosia l/hukum /html. Amir, Anonim. M., Supriatna, A., dan Djarwaningsihm T., 2011. Flora Cagar Alam Gunung Tukung Gede Serang – Banten. Bogor: LIPI 2012. Profil Tp Pkk Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun Jambi.http://www.pkk.Sarola ngunkab.go.id/index.php/prof il-tp-pkk-kecamatan-airhitam?showall1&limi tstart. Diakses 17 Agustus 2016. Aspan, R., 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Badan POM RI. Bodeker, G. 2000. Indigenous Medical Knowledge : The Law and Politics of Protection, Oxford Intellectual Property Research Centre Seminar in St. Peter’s College. 25th Janury 2000. Oxford. Corner, E. J. H and Watanabe, K. 1969. Illustrated Guide to Tropical Plants. Tokyo : Hirokawa Publishing Company, INC. Cotton, C. M., 1997. Ethnobotany Principles and Applications. Brithish London: Library Cataloging in Publication. Darmawan, D., 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset. Departemen Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sarolangun. 2012. Selayang Pandang Pesona Wisata Sarolangun. Pemerintah Kabupaten Sarolangun: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sarolangun. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KONTRANAS). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hakim, L., 2014. Etnobotani dan Manajemen KebunPekarangan Rumah. Malang: Penerbit Selaras Hidayat, S., Napitupulu, R. M., 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo. Indriati, Gustina., 2014. Etnobotani tumbuhan obat yang digunakan suku anak dalam di desa tabun kecamatan VII koto kabupaten tebo jambi, Jurnal Saintek 6 (1): 52-56 Julianti, R. 2009, Studi Etnobotani Obat Pada Suku Talang Mamak Dusun Samarantihan Desa Suo-Suo Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo, Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi, Jambi. Kusuma, R.F., Zaky, M.B., 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Diakses melalui http://books.google.co.id/buk u/ ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10 Keraf, S.A., 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas. Diakses melalui http://books.google.co.id/buk u/etika/lingkungan/keraf/html Muhlisah, F., 2008. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Jakarta: Penebar Swadaya. Phil. D. 1978. Three Flora of Malaya Volume Three. Malaysia: Longman Forest Research Institute, Kepong. . Pisa, Yanri. 2016. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat di Kawasan Situs Candi Muaro Jambi Kabupaten Muaro Jambi, Artikel Ilmiah, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Kependidikan Universitas Jambi, Jambi. Ruhnayat, A., Kardinan, A., 2008. Budi Daya Tanaman Obat Secara Organik. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Diakses http://books.google.co.id/buk u/tanaman /Daya/ Tanaman/ Obat/ Secara/ Organik /html. Rohana., 2015, Studi Etnobotani tumbuhan obat di Desa Sukajadi Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (IAIN), Jambi Sastrapradja., Setijati., Johar., Afriastini, J., 1984. Polongpolongan Perdu. Bogor: LIPI. Siswanto, Widiayastuti, Y., 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Tawangmangu: PT. Trubus Agriwidya. Sugiyono., 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R.D. Bandung: Alfabeta. Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Soerjani, M., Kostermans., Tjitrosoepomo, G., 1987. Weeds of Rice In Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Soeryoko, H. 2010. 20 Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Tjitrosoepomo., 2000. Taksonomi Tumbuhan(Spermatophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Undang-Undang Republik Indonesia. 1992. Kesehatan. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. University Of Melbourne Herbarium. 2014. Make Your Own Herbarium Specimens. Melbourne : BOTANY. Utami, Prapti., 2008. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes mellitus. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Diakses melalui http://books.google.co.id/buk u/tanaman/obat/untuk/mengat asi/diabetes mellitus /html. ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11 Whitmore, T.C., 1972. Tree Flora Of Malaya Volume One. Malaysia: Longman Forest Research Institute, Kepong. Whitmore, T.C ., 1973. Tree Flora Of Malaya Volume Two. Malaysia: Longman Forest Research Institute, Kepong. WHO. 2003.Traditional Medicine. Di akses pada tanggal 3 Oktober 2014. http://www.who.int/mediacen tre/factsheets/fs134/en/. ENI KURNIA SARI (RRA1C412027) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 12