2 laboratorium. Robert Worthington Dawley merupakan seorang ahli kimia fisika di Universitas Wisconsin yang pertama kali melaporkan tentang galur ini dan kemudian memberikan nama dengan menggabungkan nama istrinya (Sprague) dan namanya sehingga galur yang dia laporkan dikenal sebagai Sprague-Dawley. Galur ini kemudian dikomersilkan di Wisconsin (Suckow et al. 2006). Tikus yang digunakan pada penelitian adalah tikus jantan. Tikus betina kurang baik digunakan untuk penelitian karena kondisi hormonal. Tikus Sprague-Dawle memiliki banyak karakteristik yang telah dipelajari. Hewan ini lebih banyak aktif pada malam hari. Tikus Sprague-dawley memiliki tingkat fertilitas yang tinggi, periode kehamilan yang pendek, dan dapat dijadikan hewan model berbagai penyakit manusia termasuk penyakit metabolik seperti diabetes mellitus (Suckow et al. 2006). Tikus Sprague-Dawley merupakan hewan nokturnal yang lebih aktif pada malam hari. Tikus galur ini memiliki tingkat fertilitas tinggi, periode kehamilan pendek, dan dapat dijadikan hewan model dari berbagai penyakit manusia termasuk penyakit metabolik seperti diabetes mellitus. Hal ini dapat disebabkan karena tikus galur ini tidak bisa muntah sehingga bisa menelan semua pakan atau perlakuan yang diberikan (Birke 2003). Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dengan bobot ± 250 gram. Pakan yang diberikan pada masa adaptasi dan perlakuan adalah pakan standar. Gambar 1 Anatomi tikus (The Tinsley R. Harrison Translational Research Program). Pankreas Pankreas mempunyai dua fungsi biokimiawi utama. Fungsi penting pertama adalah biosintesis dari beberapa enzim seperti tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase oleh sel-sel eksokrin pankreas yang disekresikan ke dalam usus untuk melakukan pencernaan makanan. Fungsi penting kedua adalah biosintesis insulin dan beberapa hormon polipeptida yang mengatur metabolisme glukosa dan zat-zat makanan utama lainnya. Fungsi ini dijalankan oleh jaringan endokrin pankreas yang tersusun oleh sel-sel khusus yang disebut Pulau Langerhans. Pulau langerhans berisi beberapa jenis sel yang berkaitan dan setiap jenis sel membentuk satu macam hormon pankreas. Sel yang terdapat di Pulau Langerhans adalah selsel α yang menghasilkan hormon glukagon, sel-sel β yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel D yang menghasilkan hormon somatostatin, dan sel-sel F yang menghasilkan polipeptida pankreas (Lehninger 1982). Insulin adalah polipeptida dengan berat molekul 5733 yang terdiri atas dua rantai polipeptida yaitu rantai A dan rantai B yang saling berhubungan melalui dua jembatan disulfida. Insulin disintesis oleh sel-sel β pada pankreas dalam bentuk prekursor tidak aktif yang disebut proinsulin. Proinsulin disimpan dalam granula sel-sel β hingga datang sinyal untuk sekresi (Koolman & Roehm 2005). Proinsulin dibuat dari prekursor preproinsulin yang mengandung 23 asam amino lebih banyak pada ujung amino dari terminal proinsulin. Asam-asam amino di ujung terminal ini akan dibuang oleh peptidase sehingga membentuk proinsulin. Pengaktifan proinsulin menjadi insulin akan memotong bagian C-peptida sehingga insulin akan terekspresi dan menjadi aktif (Gambar 2). Insulin akan disekresikan dalam bentuk hexamer (enam molekul insulin yang terintegrasi) yang mengandung Zn seperti pada (Koolman & Roehm 2005). Insulin sangat berperan dalam pengobatan penyakit diabetes mellitus. Laju sekresi insulin sangat tergantung pada konsentrasi glukosa dalam darah. Laju sekresi insulin akan meningkat ketika kadar gula darah naik. Peningkatan kadar sekresi insulin akan mempercepat masuknya glukosa dari darah ke dalam hati dan otot sehingga glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen sehingga kadar gula darah menjadi normal, dan sekresi insulin juga akan menurun. Pemberian terapi insulin sering dilakukan untuk penderita diabetes tipe 1. 3 Gambar 3 Gambar 2 Biosintesis insulin di dalam tubuh (Beta Cell Biology Consortium 2004). Aloksan Aloksan dapat menyebabkan diabetes mellitus pada hewan percobaan ditemukan oleh John Shaw Dunn dan Norman McLetchie di Glasgow pada tahun 1942 (McLetchie 2002). Aloksan merupakan senyawa organik nitrogenus sederhana yang disintesis pertama kali oleh Frederick Wȍhler dan Justin J. Liebig di Jerman. Berawal dari sintesis urea pada tahun 1828, kemudian penamaan asam urat dan 13 turunan asam urat termasuk aloksan. Aloksan merupakan turunan dari kombinasi alantoin (sebuah produk asam urat yang disekresi janin atau fetus ke dalam alantois) dan oksalaure (asam oksalurat dari asam oksalat dan urea yang ditemukan di dalam urin) (McLetchie 2002). Xanthine merupakan senyawa kimia alami yang dapat ditemukan pada kopi, teh, coklat, dan vitamin E, sedangkan klorin merupakan zat kimia yang sering ditambahkan pada air bersih terutama pada negara berkembang. Secara alami aloksan dapat ditemukan di tubuh antara lain akibat minum kopi dan teh. Akumulasi aloksan dalam tubuh meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit jantung, kanker, dan diabetes (Francis 2000). Aloksan akan tereduksi menjadi asam dialurat disertai adanya oksigen radikal (O2●) yang akan berubah menjadi hidrogen peroksida (H2O2) (Gambar 3) dan akhirnya menimbulkan hidroksil radikal jika terdapat ion logam seperti Fe, Cu, dan Zn yang berfungsi sebagai katalisator reaksi. Radikal bebas ini akan merusak sel beta pankreas sehingga insulin tidak dihasilkan dan menyebabkan keadaan diabetes (McLetchie 2002). Struktur kimia aloksan dan asam dialurat. Histopatologi Histopatologi adalah pemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada sediaan mikroskopik dengan proses pewarnaan untuk menetapkan diagnosis kelainan degenerasi, radang atau infeksi dan neoplasma (Rahayu et al. 2006). Histopatologi merupakan cara utama untuk diagnosis tumor dan juga memberikan informasi tentang prognosisnya dengan cara penilaian tingkat dan stadium spesimen hasil pembedahan. Diagnosis histopatologi sebagian besar dilakukan dari potongan jaringan blok parafin dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin (Underwood 1999). Jaringan yang berasal dari hasil biopsi atau eksisi bedah yang dimasukkan dalam larutan fiksasi (biasanya formaldehid) dan dikirimkan ke laboratorium hispatologi untuk ditangani staf medis yang terlatih dan mengenal dengan baik bentuk makroskopik anatomi. Sampel jaringan diproses untuk menyiapkan sediaan histopatologi sesuai prosedur yang digunakan. Pewarna hematoksilin dan eosin merupakan pewarna yang paling sering digunakan tetapi ada beberapa pewarnaan lain yang dapat digunakan untuk menemukan gambaran spesifik dari jaringan. Pewarnaan yang digunakan pada histopatologi seperti pewarnaan hematoksilin dan eosin untuk pewarnaan rutin untuk histologi, Masson’s trikhrom untuk jaringan ikat, Perls’ untuk hemosiderin, Ziehl-Neelsen untuk basil tahan asam, Grocott’s silver untuk jamur, dan sebagainya (Underwood 1999). Sediaan histopatologi yang dilakukan pada penelitian ini diambil dari organ pankreas tikus diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Pemeriksaan histopatologi dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata. Aloksan akan merusak pankreas tikus sehingga produksi insulin berkurang dan menyebabkan diabetes tipe 1 pada hewan coba. Sedian histopatologi pankreas setiap kelompok perlakuan akan dibandingkan satu sama lain untuk melihat perbedaan keadaan Pulau Langerhans dan ada atau tidaknya inflamasi yang terjadi. 4 Imunohistokimia Imunohistokimia merupakan metode yang menggunakan antibodi yang telah dikenal secara artifisial tehadap substansi spesifik yang diinginkan misalnya anti-rat insulin akan mengikat pada substansi spesifik (insulin) bila mereka ada dalam jaringan. Ikatan antibodi kemudian diperlihatkan dengan metode tertentu seperti antibodi melawan antibodi awal dan kompleks zat warna seperti diaminobenzidin. Imunohistokimia berguna untuk menentukan jenis tumor yang mempunyai diferensiasi buruk, menentukan jenis limfoma, dan klasifikasi glomerulonefritis (Underwood 1999). Imunohistokimia merupakan salah satu teknik yang mampu melokalisir protein dalam sel dari suatu jaringan melalui prinsip pengikatan menggunakan antibodi spesifik terhadap antigen yang berada dalam jaringan biologis. Imunohistokimia mampu mendeteksi kelainan genetik karena ekspresi protein mempunyai korelasi dengan susunan gen. Sensitivitas teknik ini pada jaringan yang telah difiksasi sama baiknya dengan metode imunofluoresen yang digunakan pada potongan beku (Sudiono 2008). Pewarnaan imunohistokimia berdasarkan pada reaksi antigen antibodi kompleks sehingga apabila pada jaringan organ terdapat antigen target maka dapat dideteksi dan divisualisasikan dengan substrat tertentu. Pewarnaan imunohistokimia dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai antigen asalkan memiliki primary antibody (antibodi primer) yang sesuai dan telah diketahui sebagai antiserum yang akan dipakai untuk mendeteksi antigen tertentu (Damayanti 2011). Penelitian ini mendeteksi insulin pada semua kelompok pankreas tikus sehingga antibodi primer yang digunakan adalah anti rat insulin. Pewarnaan imunohistokimia pada penelitian ini menggunakan metode Avidin Biotin Peroksidase menurut HSU, Raine, dan Fanger (1981). Hati Hepar adalah nama latin dari organ hati. Hepar atau hati merupakan kelenjar yang paling besar dalam tubuh manusia dengan berat 1500 gram (Baradero et al. 2008) atau mencapai 2-2.5% dari berat tubuh orang dewasa. Berat hati pada anak-anak relatif lebih berat mencapai 5% dari berat tubuh. Letak hati tergantung pada gerak diaphragma pada pernafasan, dan posisi tubuh. Saat posisi berdiri letak hati lebih rendah karena pengaruh gravitasi jika dibandingkan dengan letak hati saat berbaring, demikian juga pada waktu insipirasi. Hati dibagi menjadi dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan, ligamen falsiform membagi lobus kanan menjadi segmen medial dan lateral. Ligamen falsiform melintasi diafragma sampai ke dinding abdomen anterior (Kaplan & Pesce 2003). Saluran-saluran hati terdiri dari arteria hepatikum adalah salah satu cabang dari arteria seliaka dari aorta, arteria ini menyuplai darah ke hepar. Vena porta hepatika membawa darah vena dari seluruh traktus gastrointestinal ke hati. Darah ini mengandung zat-zat makanan yang telah diserap oleh vili halus. Vena hepatika membawa darah vena dari hati ke vena inferior. Saluran-saluran bilier juga disebut kanalikuli empedu, dibentuk oleh kapilerkapiler empedu yang menyatu dan menyalurkan empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hati (Baradero et al. 2008). Membranmembran mikrosom hati sangat rentan terhadap peroksida lipid karena banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Tiga fungsi utama hati adalah produksi dan sekresi empedu ke dalam saluran cerna, berperan pada metabolisme lemak, karbohidrat, protein. Hati juga berperan dalam proses detoksifikasi xenobiotik (Kaplan & Pesce 2003). Hati merupakan tempat penyimpanan utama dari tubuh. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Hati juga dapat menyimpan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, dan K serta mineral-mineral seperti zat besi. Hati juga dapat menyimpan lemak dan asam amino yang dapat diubah menjadi glukosa saat tubuh memerlukan. Fungsi utama hati dalam sistem pencernaan adalah menyekresikan empedu. Empedu adalah cairan yang basa, mengandung natrium bikarbonat, garamgaram empedu, pigmen empedu, kolesterol, mucin, lesitin, dan bilirubin. Hati menyekresi sebanyak 1 liter empedu setiap hari. Pigmen empedu memberi warna pada empedu dan feses. Pigmen-pigmen ini berasal dari hemoglobin yang rusak atau yang mati kemudian dibawa menuju hati. Empedu masuk ke duodenum serta membantu dalam pencernaan dan absorpi lemak. Garam-garam empedu ini direabsorpsi ke dalam darah kemudian dialirkan ke dalam hati melalui vena porta pada bagian terminal dari ileum. Garam-garam empedu ini digunakan kembali untuk menyekresi empedu untuk membantu proses pencernaan makanan (Baradero et al. 2008). 5 Lipid Peroksida Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai molekul di dalam tubuh. Protein dan DNA menjadi target signifikan kerusakan sel akibat radikal bebas. Target lain dari serangan radikal bebas adalah lipid penyusun membran sel (Halliwell et al. 1992; Halliwell and Chirico 1993). Peroksida dikenal sebagai proses autooksidasi yang menunjukkan terjadinya oksidasi secara spontan. Lipid peroksida adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut (Murray et al. 2009). Proses peroksida lipid bersifat kompleks akibat reaksi asam lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA) penyusun fosfolipid membran sel dengan senyawa oksigen reaktif membentuk hidroperoksida (Setiawan & Suhartono 2007). Radikal bebas (free radical) didefinisikan sebagai suatu molekul yang mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak mempunyai pasangan (Halliwell & Gutteridge 1985). Senyawa oksigen reaktif (SOR) ialah senyawa turunan oksigen yang lebih reaktif dibandingkan oksigen pada kondisi dasar (ground state). Senyawa oksigen reaktif tidak hanya terdiri atas molekul oksigen tanpa pasangan elektron seperti radikal hidroksil (∙OH), radikal superoksida (∙O2-), dan nitrit oksida (NO∙), tetapi juga molekul reaktif yang memiliki elektron berpasangan. Molekul oksigen yang memiliki elektron berpasangan tersebut diantaranya hidrogen peroksida (H2O2), asam hipoklorous (HOCL), dan anion peroksinitrit (ONOO-)3 (Setiawan & Suhartono 2007). Reaksi lipid peroksida dimulai oleh adanya suatu radikal bebas yang sudah ada. Molekul prekursor pada penelitian ini adalah radikal bebas H2O2 yang merupakan produk hasil reduksi aloksan yang digunakan untuk merusak pankreas tikus. Proses keseluruhan terbagi tiga tahapan yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Molekul prekursor untuk proses inisiasi umumnya adalah produk hirdoperoksida ROOH (Murray et al. 2009). Peroksidasi asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) merupakan reaksi rantai radikal bebas yang diinisiasi oleh abstraksi atom hidrogen pada gugus metilen rantai asam lemak. Logam Fe merupakan katalisator pada reaksi peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid yang diperantarai SOR mempunyai tiga komponen utama reaksi, yaitu reaksi inisiasi, propagasi, dan terminasi.Tahap inisiasi dapat dipicu oleh dua mekanisme yang bergantung pada besi. Kedua mekanisme tersebut terdiri atas mekanisme yang bergantung dan yang tidak bergantung radikal hidroksil.Mekanisme yang bergantung radikal hidroksil, peroksidasi lipid dipicu oleh radikal hidroksil yang dibentuk pada reaksi Fenton dengan besi sebagai reaktan. Mekanisme yang tidak bergantung radikal hidroksil, peroksidasi lipid dipicu oleh kompleks besi-oksigen berupa ion perferril dan ferril (Schafer et al. 2000). Apabila radikal karbon bereaksi dengan oksigen maka akan terbentuk radikal peroksil. Radikal peroksil dapat mengasbtraksi atom hidrogen pada lipid yang lain. Apabila terjadi abstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikal peroksil, akan terbentuk lipid hidroperoksida. Lipid hidroperoksida adalah produk primer peroksidasi yang bersifat sitotoksik. Melalui pemanasan atau reaksi yang melibatkan logam, lipid hidroperoksida akan dipecah menjadi produk peroksidasi lipid sekunder, yakni radikal lipid alkoksil dan peroksi lipid. Radikal lipid alkoksil dan lipid peroksil juga dapat menginisiasi reaksi rantai lipid selanjutnya. Selain itu, radikal lipid alkoksil akan melangsungkan reaksi beta cleavage membentuk aldehid sitotoksik dan genotoksik (Diedrich et al. 2001). Proses ini dikenal sebagai tahap propagasi. Aldehid pada produk tersebut terlibat pada sebagian besar patofisiologi terkait stres oksidatif pada sel maupun jaringan dan merupakan produk akhir peroksidasi lipid. Meskipun sebagai produk akhir, secara kimiawi aldehid tersebut tetap aktif dan mempunyai kereaktifan terhadap berbagai biomolekul, termasuk protein dan fosfolipid (Uchida et al. 1998). Tahapan terminasi dimulai ketika radikal peroksil mengalami proses transformasi menjadi peroksida siklik lalu menjadi siklik endoperoksida dari PUFA jenis arakidonat atau asam eikosapentanoat akibat adanya reaksi dengan α-tokoferol, senyawa lipofilik pada membran sel (Diedrich et al. 2001). Reaksi ini berlanjut membentuk malondialdehida (MDA). Keberadaan MDA (produk sekunder lipid peroksida) dapat dianalisis dengan asam tiobarbiturat. Metode asam tiobarbiturat digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidasi suatu senyawa. Metode ini dilakukan secara langsung berdasarkan pengukuran produk utama reaksi oksidasi lipid berupa hidroksi peroksida atau produk sekunder berupa aldehida (Yagi 1994). Prinsip metode TBA merupakan proses autooksidasi dari asam linoleat yang 6 menghasilkan TBA-reacting substances (TBAre), seperti malondialdehida (MDA). TBA bereaksi dengan gugus karboksilat dari MDA melalui penambahan nukleofilik membentuk kompleks MDA-TBA dalam suasana asam dengan pH 2-3. Satu molekul MDA berikatan dengan dua molekul TBA menghasilkan produk yang berwarna merah muda sehingga dapat dikuantifikasi melalui spektrofotometri pada panjang gelombang 532 nm (Yagi 1994). Metode ini memiliki tingkat kepekaan pada radikal bebas yang tinggi dan mudah diaplikasikan untuk sampel dalam berbagai macam tahap oksidasi. Beberapa senyawa dapat bereaksi dengan TBA, seperti glukosa, sukrosa, asam amino, dan urea dalam konsentrasi yang sangat rendah. Metode TBA ini prinsip awalnya adalah pemurnian lipid peroksida dari senyawa-senyawa lain, kemudian diikat oleh TBA. Penambahan H2SO4 pada sampel berfungsi untuk memutuskan ikatan lipid dengan senyawa lain seperti protein. Proses sentrifugasi dilakukan untuk mengendapkan lipid bersama dengan protein. Pelet yang diperoleh merupakn kumpulan lipid peroksida (Yagi 1968). Penambahan TBA 1% ke dalam pelet harus dalam kondisi asam, yaitu untuk merenggangkan padatan pelet sehingga TBA dapat bereaksi dengan lipid peroksida. Proses dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu panas untuk mempercepat reaksi. Penambahan nbutanol:piridin (15:1) dilakukan untuk mengendapkan pengotor-pengotor tersebut. Kemudian dilakukan sentrifugasi dan diperoleh supernatan berwarna merah keunguan yang merupakan kompleks lipid peroksida-TBA (Yagi 1994). Diabetes Mellitus Kencing manis atau penyakit gula sudah dikenal sejak lebih kurang dua ribu tahun yang lalu. Dua ahli kesehatan Yunani pada waktu itu adalah Celcus dan Areteus memberikan nama atau sebutan “diabetes” pada orang yang menderita banyak minum dan banyak buang air kecil. Oleh karena itu, hingga saat ini penderita banyak minum dan banyak buang air kecil tersebut dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “Diabetes Mellitus” yang berasal dari bahasa Latin diabetes yang berarti penerusan, dan mellitus yang berarti manis. Diabetes mellitus (DM), penyakit gula, atau penyakit kencing manis diketahui sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi hormon insulin yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi energi serta sintesis lemak (Murray et al. 2009). Diabetes mellitus merupakan sindrom homeostasis gangguan energi yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau oleh defisiensi kerjanya dan mengakibatkan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak tidak normal. Kelainan ini merupakan gangguan metabolik-endrokrin masa anak dan remaja yang paling lazim dengan konsekuensi penting pada perkembangan fisik dan emosi (Behrman et al. 2000). Penyakit diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, diabetes gestasional (selama kehamilan), dan diabetes tipe spesifik lainnya seperti defek genetik pada fungsi sel β-pankreas, defek genetik pada kerja insulin, penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas, infeksi, kerusakan akibat obat atau zat kimia, dan sindrom immune-mediated diabetes. Diabetes mellitus tipe 1 merupakan keadaan yang tergantung tehadap insulin atau dikenal dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) (Rubenstein et al.2003). DM tipe 1 ditandai oleh penurunan kadar insulin (insulinopenia) yang disebabkan oleh destruksi sel-sel β (Gibney et al. 2009). Pasien DM tipe 1 memerlukan insulin dari luar (terapi insulin), dan melakukan kontrol keseimbangan antara makanan yang masuk dan dosis insulin. Karakterisik yang ditunjukkan oleh penderita DM tipe 1 adalah haus yang berlebihan atau sering minum (polidipsia), sering buang air kecil, dan biasanya urin mengandung glukosa (glukosuria) (Nelson & Cox 2004). Penyakit diabetes tipe 1 biasanya banyak menyerang anak-anak dan remaja, meskipun penyakit ini dapat terjadi pada semua umur. Data Amerika menunjukkan pada tahun 2011 terdapat 5% diabetes tipe 1 terjadi pada remaja dari semua kasus diabetes di Amerika (CDC 2011). Beberapa penyebab DM tipe 1 adalah rusaknya pankreas, genetik, reaksi autoimun, dll. Sampai saat ini belum ada cara untuk mencegah terjadinya diabetes tipe 1. Manusia yang berpenyakit diabetes atau hewan yang dijadikan berpenyakit diabetes dapat dirusak Pulau Langerhansnya dengan pemberian aloksan. Aloksan menyebabkan hewan percobaan tidak dapat mensintesis asam lemak dari glukosa, serta terjadi peningkatan glukoneogenesis yang mengubah 7 asam-asam amino di dalam hati menjadi glukosa darah, dan hewan diabetik akan mengoksidasi asam lemak dengan laju yang berlebihan sehingga produksi keton berlebihan (ketosis) (Lehninger 1982). Diabetes mellitus tipe 2 merupakan DM yang paling sering ditemukan, meliputi sekitar 90% pasien yang menyandang diabetes. Diabetes tipe 2 dikenal dengan noninsulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Insulin diproduksi oleh sel-sel β dalam jumlah normal atau mendekati normal tetapi sel-sel tubuh tidak mampu menggunakannya karena difesiensi atau gangguan reseptor insulin (Sloane 2003). Penyebab diabetes mellitus tipe 2 biasanya berhubungan dengan riwayat keluarga yang pernah mengidap diabetes, usia lanjut, obesitas, riwayat diabetes saat hamil, gangguan metabolisme glukosa, ras/etnis. Etnis Amerika-Afrika, Amerika Latin, Indian, pribumi kepulauan Hawai memilikii resiko lebih tinggi terhadap diabetes tipe 2 (CDC 2011). Individu penderita diabetes biasanya mengalami gejala seperti hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) dan gangguan metabolisme karbohidrat yang bisa mengakibatkan efek seperti glikosuria (urin mengandung glukosa) karena gangguan reabsorbsi ginjal, poliuria, polidipsia (rasa haus dan konsumsi air berlebihan) karena penurunan volum darah mengaktivasi pusat haus di hipotalamus, polifagia (nafsu makan besar dan lahap) terjadi karena kekurangan karbohidrat dalam sel-sel tubuh, ketonemia dan ketonuria (penumpukan asam lemak dan keton dalam urin) terjadi akibat katabolisme abnormal lamak sebagai sumber energi (Sloane 2003). Tipe selanjutnya adalah diabetes gestasional yang terjadi saat insulin ibu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekstra pada kehamilan (Jordan 2003). Pengobatan yang biasa dilakukan adalah mengoptimalkan kadar glukosa darah ibu untuk mngurangi resiko komplikasi pada bayi. Perempuan yang mengalami diabetes pada masa kehamilan memiliki 35%-60% resiko menyandang diabetes dalam kurun waktu 10-20 tahun kemudian (CDC 2011). Daun Wungu Daun wungu merupakan tumbuhan yang berasal dari Indonesia yang termasuk familia atau suku Acanthaceae. Daun wungu memiliki nama botani Graptophyllum pictum Linn Griff atau Graptophyllum hortense Nees. Nama lokal daun wungu adalah daun ungu, demung, tulak di daerah Jawa, daun tementemen, handeuleum di daerah Sunda, karotong di Madura, daun putri, dongora di daerah Ambon, dan kobi-kobi di daerah Ternate. Sistematika (taksonomi) tumbuhan wungu diklasifikasikan berasal dari kingdom Plantae, dari divisi Spermatophyta, berkelas Dicotyledonae, juga berasal dari ordo Tubiflorae, dari famili acanthaceae, genus dari tanaman ini adalah Graptophyllum, spesiesnya Graptophyllum pictum serta biasa disebut dengan daun wungu (Syamsuhidayat & Hutapea 1991) Daun wungu (Graptophyllum pictum (L) Griff) adalah tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak, ukurannya kecil dan tingginya hanya dapat mencapai 3 meter. Batang berkayu, beruas, permukaan licin, warna ungu kehijauan. Tumbuhan ini biasanya tumbuh liar di pedesaan atau sengaja ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat. Daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, permukaan atas mengilap, panjang 15-25 cm, lebar 5-11 cm, warna ungu tua (Weaver & Anderson 2007). Daun wungu mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap-hadapan. Bunganya indah, bersusun dalam 1 rangkaian tandan yang berwarna merah tua (Gambar 4). Bunga tumbuhan ini majemuk, tumbuh di ujung batang, jumlah kelopak lima, bagian ujung kelopak berbagi lima, jumlah benang sari empat, benang sari melekat pada mahkota, warna kepala sari ungu kehitaman, warna putik ungu. Buah berbentuk lonjong, warna ungu kecoklatan, biji bulat berwarna putih, akar tunggang berwarna cokelat muda (Adi 2008). Tumbuhan ini diduga merupakan tumbuhan asli dari daerah Irian. Kandungan kimia daun wungu antara lain alkaloid, pektin, dan asam formiat. Daun wungu juga mengandung senyawa alkaloid non-toksik, glikosid, steroid, saponin, tanin, kalsium oksalat, asam formik, dan lemak. Senyawa lain yang dikandung daun wungu adalah flavonoid, fenol, polifenol, bagian batang tumbuhan banyak mengandung kalsium, kalium, natrium, magnesium, dan minyak atsiri (Olangbede & Dada et al. 2011) Hasil uji fitokimia terhadap daun wungu menunjukkan bahwa pelarut air, EtOH 30%, 70%, dan 96% dapat mengekstraksi senyawa alkaloid dan flavonoid. (Irwan 2011). Dua senyawa tersebut diketahui berpotensi sebagai antidiabetes dengan menghambat kerja enzim α-glukosidase (Kawabata et al. 2003).