hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup lansia

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG MENGALAMI ULKUS DIABETIKUM
DI KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG
Mahsan Aprianto*), Raharjo Apriatmoko**), Rosalina***)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Penderita DM mengalami penurunan kualitas hidup disebabkan diantaranya oleh
kecemasan yang dialami. Penurunan kualitas hidup dapat menghambat proses penyembuhan
bahkan meningkatkan komplikasi lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup lansia penderita diabetes mellitus yang
mengalami ulkus diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian ini adalah lansia penderita diabetes mellitus sebanyak 71 orang dengan sampel 57
responden dan diambil dengan teknik purposive sampling. Alat pengambilan data untuk
variabel kecemasan menggunakan HRSA yang dimodifikasi dan kualitas hidup menggunakan
WHOQoL-BREF. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan penderita diabetes mellitus yang
mengalami ulkus diabetikum sebagian besar kategori cemas sedang (54,4%). Kualitas hidup
lansia penderita diabetes mellitus yang mengalami ulkus diabetikum sebagian besar dalam
kategori baik (56,1%). Ada hubungan yang signifikan tingkat kecemasan dengan kualitas
hidup lansia penderita diabetes mellitus yang mengalami ulkus diabetikum di Kecamatan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,036 (α = 0,05).
Sebaiknya penderita diabetes yang mengalami ulkus mengendalikan kecemasan yang
dialami diantaranya dengan terapi musik atau doa (wirid) sesuai dengan kepercayaannya dan
petugas kesehatan lebih intensif dalam memberikan bimbingan psikologis.
Kata Kunci: kecemasan, kualitas hidup, ulkus diabetikum
ABSTRACT
DM patients experienced a decrease in quality of life caused by the anxiety
experienced them. Decreased quality of life can hinder the healing process even increase
further complications. The purpose of this study is to find the correlation between anxiety and
quality of life in older people with diabetes mellitus who have diabetic ulcers at East Ungaran
Sub-district Semarang Regency.
This was a correlative study with cross sectional approach. The population in this
study was the elderly with diabetes mellitus as many as 71 peoples with the samples were 57
respondents that sampled by using purposive sampling technique. The data for the anxiety
rate was obtained by using the modified-HRSA and for the quality of life was obtained by
using WHOQoL-BREF. The data analysis used frequency distribution and chi square test.
The results of this study indicate that the anxiety levels of elderly with diabetes who
have diabetic ulcer is mostly in medium category (54,4%). The quality of life in elderly with
diabetes who have diabetic ulcers is mostly in good category (56,1%). There is a correlation
with significant between anxiety and quality of life in older people with diabetes mellitus who
have diabetic ulcers at East Ungaran Sub-district Semarang Regency, with p value of 0,036
(α = 0,05).
The patients with diabetes mellitus who have diabetic ulcer should control their
anxiety by using music therapy or prayer in accordance with their belief so that their life
quality increase.
Keywords: anxiety, quality of life, diabetic ulcer
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan
suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah (gula darah)
melebihi nilai normal (Misnadiarly, 2006).
DM dapat menyebabkan komplikasi pada
berbagai sistem tubuh salah satunya yaitu
ulkus diabetikum yang merupakan
komplikasi kronik (Sudoyo, et.,al, 2009).
Ulkus diabetikum merupakan suatu
komplikasi dari DM akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya sehingga
terjadinya ulkus bahkan gangren (Grace &
Borley, 2006).
Diabetes Mellitus dengan ulkus
diabetikum merupakan penyakit kronik
sehingga diperlukan pengelolaan yang
terus menerus agar tidak terjadi komplikasi
yang dapat berakibat pada penurunan
kualitas hidup penderita DM (Hasanat &
Ningrum,
2010).
Kualitas
hidup
merupakan persepsi seseorang tentang
kondisi kesehatannya yang mempengaruhi
2
kesehatan secara umum dalam pelaksanaan
peran dan fungsi fisik serta keadaan tubuh
(Raudatussalamah & Fitri, 2012).
Individu yang menderita penyakit
DM dengan ulkus diabetikum dapat
mengakibatkan munculnya komplikasi lain
selain komplikasi fisik yaitu komplikasi
psikologis yang berupa kecemasan.
Kecemasan yang terjadi disebabkan karena
penyakitnya yang bersifat long life
diseasses ataupun disebabkan oleh
komplikasi lain. Domain kesehatan fisik
berhubungan dengan perasaan penderita
DM mengenai kesakitan dan kegelisahan
yang sedang dialami oleh pasien,
ketergantungan pada perawatan medis,
energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan
istirahat, aktifitas sehari-hari, dan kapasitas
kerja (Triyanisya, 2013).
Rasa gelisah dan kesakitan yang
terkadang membuat penderita DM tidak
bisa bekerja seperti biasanya dan
menghambat aktivitas atau rutinitas seharihari. Hal tersebut mungkin yang membuat
domain kesehatan fisik yang cenderung
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
rendah. Ulkus diabetikum menyebabkan
perasaan gelisah, ketergantungan pada
perawatan medis, energi dan kelelahan,
mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas
sehari-hari,
dan
kapasitas
kerja
(Triyanisya, 2013).
Umumnya pasien diabetes melitus
sangat
rentan
untuk
mengalami
kecemasan. Gangguan kecemasan yang
dialami adalah akibat dari cara berpikir
seseorang terhadap dirinya. Hal ini
disebabkan karena adanya distorsi kognitif
pada diri sendiri (Lubis, 2009). Pasien
diabetes mellitus tipe II dengan komplikasi
diabetes melitus yang parah akan memiliki
dampak pembatasan kehidupan sehari-hari
akibat adanya luka diabetes (ulkus
diabetikum). Mereka akan mengalami
isolasi sosial di masyarakat, mempunyai
mobilitas yang rendah dan memerlukan
sering pengobatan klinis. Hal itu juga
mengalami dampak psikologis negatif
pada pasien.(Mazlina, et al. 2011).
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di Kecamatan Ungaran Timur
pada bulan Juli 2015 diperoleh data jumlah
lansia penderita DM yang sudah
mengalami ulkus diabetikum sebanyak 71
orang. Hasil pengumpulan data dengan
menggunakan
pertanyaan
sederhana
terhadap 9 orang penderita DM yang
mengalami ulkus diabetikum untuk
mengukur kualitas hidup dan kecemasan
mereka diperoleh 6 orang mempunyai
kualitas hidup kurang baik (merasa tidak
puas anda terhadap kesehatan, tidak dapat
menerima penampilan tubuh dan merasa
kesepian, putus asa, cemas serta depresi)
dimana 4 orang mengalami cemas ringan
(takut dihadapkan kemungkinan amputasi)
dan 2 orang mengalami cemas sedang
(takut dan cemas dihadapkan kemungkinan
amputasi).
Rumusan Masalah
Adakah hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas hidup lansia penderita
diabetes mellitus yang mengalami ulkus
diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang?
Tujuan Penelitian
Mengetahui
hubungan
tingkat
kecemasan dengan kualitas hidup lansia
penderita
diabetes
mellitus
yang
mengalami
ulkus
diabetikum
di
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
Manfaat Penelitian
Bagi tenaga kesehatan sebagai bahan
masukan, acuan dan pertimbangan bagi
profesi
keperawatan
untuk
lebih
meningkatkan
mutu
pelayanan,
meningkatkan sumber daya yang ada.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan
sebagai
dasar
untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan kecemasan dan kualitas
hidup penderita diabetes mellitus yang
mengalami ulkus diabetikum.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
studi korelasional. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan cross
sectional. Pendekatan cross sectional yaitu
penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang pada 2-4 November 2015.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi
yang diteliti
dalam
penelitian ini adalah lansia penderita
diabetes mellitus di Kecamatan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang sebanyak 71
orang (data bulan Juli 2015).
Sampel
Teknik sampling dalam penelitian ini
adalah dengan cara purposive sampling.
Berdasarkan teknik sampling yang
digunakan diperoleh 14 orang penderita
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
3
DM berusia 70 tahun sehingga tidak
dijadikan sampel sehingga jumlah sampel
penelitian ini sebanyak 57 responden.
Pengumpulan Data
Alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data yaitu kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini dilengkapi
dengan karakteristik responden, meliputi
umur, pendidikan dan pekerjaan. Adapun
kuesioner tingkat kecemasan berdasarkan
Hamilton Rating Scale for Anxiety
(HRSA).
Analisis Data
Analisis Univariat
Analisis
univariat
merupakan
analisis yang menggambarkan setiap
variabel (variabel independen dan variabel
dependen) dengan menggunakan distribusi
frekuensi dan proporsi, sehingga tergambar
fenomena yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini
digunakan untuk menguji hubungan
tingkat kecemasan dengan kualitas hidup
lansia penderita diabetes mellitus yang
mengalami ulkus diabetikum diolah
dengan menggunakan program pengolahan
data Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) Versi 20.0.
HASIL PENELITIAN
Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
Penderita
Diabetes
Mellitus
yang
Mengalami
Ulkus
Diabetikum
di
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang
Tingkat kecemasan
n
%
Cemas sedang
31
54,4
Cemas ringan
26
45,6
Jumlah
57
100,0
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sub
Variabel Tingkat Kecemasan Penderita
Diabetes Mellitus yang Mengalami Ulkus
Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang
Sub variabel
n
%
Fisiologis
Cemas sedang
1
1,8
Cemas ringan
56
98,2
Perilaku
Cemas sedang
18
31,6
Cemas ringan
39
68,4
Kognitif
Cemas sedang
6
10,5
Cemas ringan
51
89,5
Afektif
Cemas sedang
0
0,0
Cemas ringan
57
100,0
Gambar 1
Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel tingkat kecemasan penderita diabetes
mellitus yang mengalami ulkus diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kab. Semarang
4
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus Yang
Mengalami Ulkus Diabetikum Di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Kualitas Hidup
n
%
Kurang
25
43,9
Baik
32
56,1
Jumlah
57
100,0
Bivariat
Tabel 4
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes
Mellitus Yang Mengalami Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang
Tingkat Kecemasan
Sedang
Ringan
Jumlah
Kurang
f
%
18
58,1
7
26,9
25
43,9
Kualitas hidup
Baik
f
%
13
41,9
19
73,1
32
56,1
PEMBAHASAN
Gambaran
Tingkat
Kecemasan
Penderita Diabetes Mellitus yang
Mengalami Ulkus Diabetikum di Kec.
Ungaran Timur Kab. Semarang
Pandangan interpersonal mengatakan
bahwa cemas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Cemas juga
berhubungan
dengan
perkembangan
trauma seperti perpisahan dan kehilangan
yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Pasien yang mengalami diabetes melitus
sangat berisiko terjadinya ulkus atau
gangren serta berisiko untuk dilakukan
amputasi. Kehilangan dari bagian tubuh
pada pasien diabetes melitus tersebut
diangap sebagai ancaman terhadap
integritas
meliputi
ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau
menurunnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya
menyebabkan
mereka
mengalami
kecemasan.
Olahraga
yang terlalu
berlebihan juga dapat menyebabkan
terjadinya glukosa darah rendah.
Beberapa
responden
dalam
penelitian sudah mengalami komplikasi
penyakit. Penyakit diabetes yang diderita
Total
f
%
31
100,0
26
100,0
57
100,0
χ2
p value
4,376
0,036
responden menimbulkan penyakit lainnya
diantaranya kebutaan, gangguan saraf
(neuropati), penyakit jantung koroner dan
stroke. Responden menyatakan penyakit
tersebut mereka alami setelah mereka
mengalami ulkus diabetikum.
Penderita diabetes ada kemungkinan
timbul diabetic nefropathy dimana organ
ginjal dan sirkulasi darah mulai terganggu
sehingga ada cairan darah yang masuk ke
dalam sel dan menjadi bengkak-bengkak.
Diabetes adalah penyakit yang menyerang
multipel organ sehingga sesak nafas bisa
dikarenakan kerja jantung berlebih atau
sirkulasi darah tidak lancar. Gangren
diabetik merupakan suatu penyakit yang
menakutkan, karena mempunyai dampak
negatif yang kompleks terhadap kualitas
hidup, salah satu diantaranya adalah
amputasi. Banyak diantara responden yang
sudah memahami bagaimana merawat luka
gangren dengan benar, terutama luka
kronis. Perawatan luka gangren dianggap
masalah penting oleh responden maupun
keluarga karena mereka tahu tentang cara
perawatannya,
pengetahuan
keluarga
terhadap diabetes mellitus dan luka
gangren
dapat
mendukung
dalam
perawatan di rumah sehingga kecemasan
yang dialami kategori ringan.
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
5
Pendidikan akan mempengaruhi
seseorang dalam melakukan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang mempunyai pendidikan lebih
tinggi akan memberikan respon yang lebih
rasional dibandingkan mereka yang tidak
berpendidikan tidak mampu menghadapi
suatu
tantangan
dengan
rasional
(Notoatmodjo, 2010). Pendidikan yang
baik juga akan mendukung seseorang
dapat mengatasi kecemasan, dimana
penurunan kecemasan yang terjadi
disebabkan ketercukupan informasi yang
didapatkan orang tersebut (Astria, 2009).
Gambaran Kualitas Hidup Lansia
Penderita Diabetes Mellitus Yang
Mengalami Ulkus Diabetikum Di Kec
Ungaran Timur Kab. Semarang
Responden yang mempunyai kualitas
hidup baik terus berupaya untuk mencegah
komplikasi akibat luka gangren dengan
menerapkan teknik aseptik pada tiap
perawatan luka sesuai yang diajarkan
tenaga kesehatan ketika menjalani
perawatan. Responden juga menjaga
nutrisi yang dikonsumsi untuk mendukung
bagi kesembuhan luka dan pemberian
terapi antibiotik. Mereka melakukan untuk
tirah baring, dan menjaga kesehatan
(terutama gula daraha). Nutrisi yang
dikonsumsi berupaya sesuai prinsip 3 J
(jumlah kalori, jadwal diit, dan Jenis
makanan). Mereka juga terus menggali
informasi
yang
berkaitan
dengan
perawatan luka diabetes melalui tenaga
kesehatan atau buku literatur.
Dukungan keluarga yang memadai
akan meningkatkan kesehatan fisik
responden dengan menurunkan gejala
kecemasan. Selain itu, dukungan keluarga
baik
dukungan
informasional,
instrumental, emosional maupun penilaian
dapat meningkatkan kemampuan adaptif
dari kognitif termasuk meningkatkan
optimisme
responden,
mengurangi
kesepian dan meningkatkan kemampuan
diri dalam pengelolaan DM Tipe 2. Hal ini
akan menurunkan risiko komplikasi dan
meningkatkan kualitas hidup responden.
6
Semakin baik dukungan keluarga maka
semakin baik pula kualitas hidup
responden.
Responden
menyatakan
bahwa
mereka tidak bisa melakukan pekerjaan
sebagai mana mestinya ketika sebelum
mengalami
ganggren.
Ganggren
menyebabkan anggota tubuhnya baik kaki
atau tangan menjadi berkurang fungsinya.
Mereka tidak dapat menggunakan kakinya
untuk
berangkat
bekerja
atau
menggunakan
tangannya
untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Akibatnya,
pendapatan mereka menjadi menurun
ataupun habis sama sekali. Hal tersebut
menyebabkan kepuasan mereka dalam
menjadi berkurang yang pada akhirnya
akan menurunkan kualitas hidup mereka.
Komplikasi yang dialami pasien
menimbulkan
dampak
yang
dapat
berpengaruh negatif terhadap kualitas
hidup pasien dan kualitas hidup yang
rendah dapat memperburuk gangguan
metabolik, baik secara langsung melalui
stress hormonal ataupun secara tidak
langsung melalui komplikasi (Mandagi,
2010).
komplikasi
yang
dialami
mengakibatkan keterbatasan baik dari segi
fisik, psikologis bahkan sosial. Gangguan
fungsi dan perubahan tersebut akan
berdampak terhadap kualitas hidup pasien
DM tipe II (Yusra, 2010),
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Kualitas Hidup Lansia Penderita
Diabetes Mellitus Yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kec. Ungaran
Timur Kab. Semarang
Kecemasan yang dialami penderita
DM responden akibat meningkatnya asam
lambung selain itu terjadinya gangguan
kontraksi
organ
pencernaan
dan
mengurangi sekresi enzim pencernaan
serta terganggunya aliran darah menuju
sistem pencernaan, sehingga efeknya perut
akan terasa mulas, keluar keringat dingin
dan susah berkonsentrasi dan pikiran
menjadi tegang. Hal tersebut menghambat
aktivitas mereka selain luka ganggren yang
dialami sehingga mereka tidak dapat
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
bekerja sehingga pendapatan mereka
menurun yang pada akhirnya juga
menurunkan kualitas hidupnya. Responden
yang mengalami cemas sedang sehingga
mempunyai kualitas hidup yang kurang
dimungkinkan oleh faktor umur.
Umumnya kualitas hidup menurun
dengan meningkatnya umur. Usia muda
akan mempunyai kualitas hidup yang lebih
baik oleh karena biasanya kondisi fisiknya
yang lebih baik dibanding yang berusia
tua. Seseorang yang dalam usia produktif
merasa terpacu untuk sembuh mengingat
dia masih muda mempunyai harapan hidup
yang tinggi, sebagai tulang punggung
keluarga, sementara yang tua menyerahkan
keputusan pada keluarga atau anakanaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa
sudah tua, capek hanya menunggu waktu,
akibatnya mereka kurang motivasi dalam
menjalani perawatan. Usia juga erat
kaitannya dengan prognose penyakit dan
harapan hidup mereka yang berusia diatas
60 tahun kecenderungan untuk terjadi
berbagai komplikasi yang memperberat
penyakit yang dialami sangat besar bila
dibandingkan dengan yang berusia
dibawah 60 tahun (Desita, 2010).
Berdasarkan hasil analisis hubungan
tingkat kecemasan dengan kualitas hidup
lansia penderita diabetes mellitus yang
mengalami
ulkus
diabetikum
di
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang,
diperoleh
hasil
bahwa
responden yang mengalami cemas ringan
sebanyak 26 orang yang mempunyai
kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak 19
orang (73,1%). Responden menyatakan
merasa gangguan pencernaan, atau sukar
buang air besar bila memikirkan ganggren
yang dialami sehingga kualitas hidup
mengalami ganggren/luka sangat buruk.
Responden yang sudah memahami
bagaimana merawat luka gangren dengan
benar, terutama luka kronis namun mereka
masih
meresa
bahwa
ganggren
menyebabkan anggota tubuhnya baik kaki
atau tangan menjadi berkurang fungsinya.
Mereka tidak dapat menggunakan kakinya
untuk
berangkat
bekerja
atau
menggunakan
tangannya
untuk
menyelesaikan pekerjaannya, sehingga
pendapatan mereka menjadi menurun
ataupun habis sama sekali.
Hasil
uji
statistik
dengan
menggunakan uji chi square diperoleh
didapatkan nilai χ2 hitung (4,376) > χ2 tabel
(3,87) dan p value = 0,036 (α = 0,05),
maka dapat disimpulkan ada hubungan
yang signifikan tingkat kecemasan dengan
kualitas hidup lansia penderita diabetes
mellitus yang mengalami ulkus diabetikum
di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
Kecemasan yang terjadi pada
individu yang menderita penyakit DM
disebabkan karena penyakitnya yang
bersifat long life diseasses ataupun
disebabkan oleh komplikasi lain. Ulkus
diabetikum
menyebabkan
perasaan
gelisah, ketergantungan pada perawatan
medis, energi dan kelelahan, mobilitas,
tidur dan istirahat, aktifitas sehari-hari, dan
kapasitas kerja (Rahmat, 2010).
Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang tidak
dapat dikendalikan sepenuhnya, yaitu
masih adanya variabel lain yang
mempengaruhi penelitian ini diantaranya
dukungan
keluarga,
status
nutrisi,
gangguan tidur dan status kesehatan.
Keterbatasan lainnya adalah peneliti tidak
melakukan
pertimbangan
dalam
pengambilan sampel misalnya melakukan
spesifikasi terhadap lama responden
menderita ulkus diabetikum ataupun
tingkat keparahan ulkus yang dialami,
dimana hal tersebut dimungkinkan juga
mempengaruhi kualitas hidup responden.
KESIMPULAN
Tingkat
kecemasan
penderita
diabetes mellitus yang mengalami ulkus
diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang sebagian besar
kategori cemas sedang yaitu sebanyak 31
lansia (54,4%).
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
7
Kualitas hidup lansia penderita
diabetes mellitus yang mengalami ulkus
diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang, sebagian besar
dalam kategori baik yaitu sebanyak 32
lansia (56,1%).
Ada hubungan yang signifikan
tingkat kecemasan dengan kualitas hidup
lansia penderita diabetes mellitus yang
mengalami
ulkus
diabetikum
di
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang, p value 0,036 (α = 0,05).
SARAN
Sebaiknya penderita DM berupaya
untuk menurunkan kecemasan yang
dialami misalnya dengan mengendalikan
faktor cemas misalnya meningkatkan
interaksi sosial dengan lingkungan,
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
menggunakan
doa
sesuai
dengan
kepercayaannya/mendengarkan musik.
Sebaiknya
peneliti
selanjutnya
meningkatkan hasil penelitian ini dengan
mengendalikan
faktor
lain
yang
mempengaruhi penelitian ini misalnya
dukungan
keluarga,
status
nutrisi,
gangguan tidur dan status kesehatan
sehingga hasil penelitian lebih lengkap.
Juga dengan menambahkan dengan
memasukkan pertimbangan lama dan
tingkat keparahan responden.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ali, 2009. Pengantar Keperawatan
Keluarga. Jakarta: EGC.
[2] Astria, 2009. Hubungan karakteristik
ibu hamil trimester III dengan
kecemasan
dalam
menghadapi
persalinan di poliklinik kebidanan dan
kandungan RSUP Fatmawati. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
[3] Barnes, 2009. Program Olahraga:
Diabetes. Yogyakarta: PT. Citra Aji.
8
[4] Brunner & Suddarth, 2008. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,
volume 3. Jakarta : EGC
[5] Bustan, 2007. Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta :
Rineka Cipta
[6] Delmas, 2006. Best Pratice in the
Assessment and Management of
Diabetic Foot Ulcers. Rehibilition
Nursing
[7] Dewi, 2014. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan , Sikap dan. Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
[8] Dinkes Prov Jateng, 2013. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2013. Semarang
[9] Fauziah dan widury, 2008. Psikologi
abnormal klinis dewasa. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press)
[10] Hasanat & Ningrum, 2010. Dinamika
Regulasi Diri pada Penderita.
Diabetes Mellitus Tipe II. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gajah.
Mada
[11] Hasdianah, 2012. Mengenal Diabetes
Melitus pada Orang Dewasa dan.
Anak-Anak dengan Solusi Herbal.
Yogyakarta: Nuha Medika.
[12] Hawari, 2011. Manajemen Stres,
Cemas dan Depresi., Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
[13] Hidayat, 2008. Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
[14] Hutapea, 2005. Keajaiban Dalam
Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia
[15] Lubis, 2009. Depresi Tinjauan
Psikologis, Jakarta : Prenada Media
Group.
[16] Rachmat,
2014.
Psikologi
Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya.
[17] Yusra, 2010. Hubungan yang kuat dan
bermakna antara dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien DM Tipe
2. Magister Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Mellitus yang Mengalami
Ulkus Diabetikum di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Download