hak anak adalah hak asasi manusia

advertisement
HAK ANAK ADALAH
HAK ASASI MANUSIA
12
0
2 ABH
Modul Pelatihan
7
0 ksi)
3
e
Untuk Anak
t orJalanan
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd i
29-Jul-12 1:06:41 PM
HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH)
Untuk Anak Jalanan
Penyusun
Pulthoni
Siti Aminah
Uli Parulian Sihombing
Kontributor Penulisan
12
0
Adzkar Arsini
2 )
Alghifari Al Aqsa 7
0 ksi
Kusnadi 3
e
ut kor
o
y n
aKerjasama
l
oCenter (ILRC) – Australian Aid
h
The Indonesian Legal
Resource
e
o
pr (m
Penerbit :
The Indonesian Legal Resource Center (ILRC)
Jl. Tebet Timur I No. 4 Jakarta, Indonesia
Telp. 021-93821173, Fax. 021-8356641
Email : [email protected]
Website : www.mitrahukum.org
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Delca Printing - Canting Press (0818611925)
modul pelatihan.indd ii
29-Jul-12 1:07:08 PM
KATA PENGANTAR
12
0
2 (ILRC)
7
The Indonesian Legal Resource Center
bekerjasama dengan
i)
0
s
Australia Aid mengembangkan modul
3 pelatihan
k Anak yang Berkonflik dene
t
r
gan Hukum (ABH). Terdapat tiga
o yaitu (1) Modul Pelatihan ABH unoumodul
k
y
tuk Anak Jalanan; (2) Modul
Pelatihan
a on ABH untuk Pedamping Anak Jalanan;
l
dan (3) Modul Pelatihan
h Hukum untuk Mahasiswa. Ketiga pelatihan
e Sekolah
pr (untuk
mo menjembatani antara dunia pendidikan tinggi
tersebut adalah upaya
hukum, yang diwakili oleh mahasiswa yang tergabung dalam LKBH Kampus,
dengan permasalahan ketidakadilan sosial di masyarakat seperti permasalahan
anak. Tujuan pembuatan modul ini adalah untuk memudahkan fasilitator dalam
memandu pelatihan tersebut. Selain itu, fasilitator diharapkan dapat mempersiapkan dan memahami substansi materi dari pelatihan tersebut, sehingga para
peserta maupun nara sumber dapat memahami maksud dan tujuan pelatihan
ini.
Substansi materi yang terdapat di dalam modul ini merupakan gabungan antara materi teori dan praktek. Materi teori lebih menekankan pada pengetahuan tentang hak-hak anak, khususnya hak anak yang berkonflik dengan
hukum. Sedangkan materi praktek lebih menekankan studi kasus-kasus pelanggaran hak anak dan bagaimana anak-anak mencari pertolongan pertama ketika
menghadapi masalah dengan hukum. Para peserta pelatihan sendiri diharapkan
dapat mengetahui dan memahami hak-hak anak, khususnya hak-hak ABH dan
bagaimana membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga yang menyediakan
bantuan hukum untuk anak.
modul pelatihan.indd iii
29-Jul-12 1:07:17 PM
iv
HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Kemudian metodologi dalam menyampaikan pengetahuan/studi kasus
atas pelanggaran hak anak disajikan secara variatif dan inovatif untuk menarik
anak-anak dalam mempelajari hak-haknya. Modul ini merupakan dokumen
hidup (living document), baik metodologi dan materi pelatihannya, sehingga
terbuka untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika hak anak
di Indonesia
Jakarta, Maret 2012
The Indonesian Legal Resource Center,
Uli Parulian2
Sihombing
1
Direktur0
Eksekutif
ILRC
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd iv
29-Jul-12 1:07:18 PM
DAFTAR ISI
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
12
0
2 )
PENGANTAR PELATIHAN
7
0 ksi
3
MODUL PELATIHAN
t ore
u
o k(ABH) untuk Anak Jalanan
Anak Yang Berkonflik denganyHukum
a
-l hon
ORIENTASI PELATIHAN
e
pr (mo
MODUL I
: Memahami Fungsi Hukum
DAFTAR ISI
MODUL II
: Pengertian, Tugas dan Kewajiban Paralegal
iii
v
1
5
9
13
19
MODUL III : Pengertian dan Hak Anak
25
MODUL IV : Pelanggaran Hak Anak
31
MODUL V
: Mengenal Sistem Peradilan Pidana
53
MODUL VI : Hak Anak Yang Berhadapan dengan Hukum
75
MODUL VII : Perda Tribum
87
MODUL VIII : Lembaga-Lembaga Yang Menangani Anak Jalanan
101
MODUL IX : Pengorganisasian Kelompok Sebaya
113
MODUL X
modul pelatihan.indd v
: Menyusun Kronologi Peristiwa
115
29-Jul-12 1:07:18 PM
vi
HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
RENCANA TINDAK LANJUT
117
EVALUASI
118
PROFIL ILRC
123
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd vi
29-Jul-12 1:07:18 PM
PENGANTAR PELATIHAN
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Anak yang berhadapan dengan hukum dapat didefinisikan anak yang
disangka, dituduh atau diakui sebagai telah melanggar undang-undang hukum
pidana. Dalam perspektif Convention The Rights of The Child (CRC), anak yang
berkonflik dengan hukum dikategorikan sebagai anak dalam situasi khusus
(Children in Need of Special Protection/CNSP). UNICEF menyebut anak dalam
kelompok ini sebagai Children in Especially Difficult Circumstances’ (CEDC)
karena kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi, rentan mengalami tindak kekerasan, berada di luar lingkungan keluarga yaitu berada pada lingkup otoritas
institusi negara, sehingga membutuhkan proteksi berupa regulasi khusus, dan
membutuhkan perlindungan dan keamanan diri.
Analisis Situasi yang dilakukan oleh UNICEF dan Universitas Indonesia
tentang Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Indonesia pada tahun 2003
dan 2006 menunjukkan rata-rata 5,000 anak di Indonesia dihadapkan ke pengadilan setiap tahunnya. Dan 90% dari mereka berakhir di penjara atau rumah
tahanan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tahun 2009 melansir
modul pelatihan.indd 1
29-Jul-12 1:07:18 PM
2
HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
jumlah anak yang berhadapan dengan hukum berjumlah 5.952 anak. Dan hanya
sekitar 430 anak saja yang tertangani kebutuhan dasar dan pelayanan sosial yang
berperspektif perlindungan anak.
Minimnya bantuan hukum yang diberikan menyebabkan anak-anak tidak terpenuhi haknya atas peradilan yang adil dan tidak memihak (fair trial).
Situasi ini disebabkan Pertama, kurangnya pengetahuan tentang hak-hak anak,
khususnya hak anak yang berhadapan dengan hukum pada orangtua/keluarga/
wali, Aparat Penegak Hukum dan anak sendiri; Kedua, kurangnya pemberi bantuan hukum untuk anak-anak yang berhadapan dengan hukum; dan Ketiga,
Tidak adanya jaringan antara LSM anak dengan organisasi yang memberikan
bantuan hukum.
Anak jalanan, menjadi kelompok yang paling rentan menjadi anak yang
berhadapan dengan hukum. Dinas Sosial DKI Jakarta mencatat sedikitnya ada
4.023 di Jakarta. Mereka rentan menjadi korban kekerasan baik oleh orang dewasa maupun oleh Satpol PP dalam penertiban umum. Demikianhalnya,
mer2
01
eka berpotensial untuk berhadapan dengan hukum. 2
Keterbatasannya
akan me7 hukum.
nyebabkan mereka lebih sulit mendapatkan bantuan
i)
30 eks
t
Untuk mengatasi permasalahn u
tersebut r
maka diperlukan interodiatas,
o
k
vensi, salah satunya adalah dengan meningkatkan
pengetahuan
anak jalanan teny n
a
l
o
tang hukum dan hak-hak anak.
- Modulh pelatihan paralegal Anak yang Berkonflik
o
re m
dengan Hukum (ABH)puntuk
(Anak Jalanan ini, disusun sebagai panduan bagi
fasilitator.
Fasilitator
Fasilitator pelatihan ABH diharapkan memiliki kriteria :
1. Menguasai issue HAM khususnya hak anak
2. Memiliki pengalaman bekerja dengan anak-anak
yang membutuhkan perlindungan khusus.
3. Memiliki kemampuan untuk bertanya dalam bahasa yang mudah dipahami oleh anak
4. Menghargai proses, menghormati perbedaan kemampuan setiap anak yang hadir
5. Rendah hati dan mau mendengar
6. Memiliki rasa humor (sense of humor)
Sebelum memfasilitasi pelatihan, sebaiknya fasilitator membaca dan memahami terlebih dahulu modul pelatihan ini. Modul menjelaskan secara rinci
tujuan, topik, metodologi, waktu, material yang dibutuhkan.
modul pelatihan.indd 2
29-Jul-12 1:07:18 PM
PENGANTAR PELATIHAN
3
Tujuan : Memberikan target yang akan dicapai dari setiap
sesi. Dengan memahami target yang diharapkan, fasilitator dapat mengelola setiap sessi pelatihan.
Topik : Memberikan tema bahasan yang akan disampaikan
dalam setiap sesi. Pembahasan satu topik bisa memanfaatkan lebih dari dari satu sesi, tergantung tingkat bahasan
yang diperlukan.
Metode : Memberikan referensi langkah-langkah yang
perlu dilakukan oleh fasilitator. Relasi timbal balik antara
tujuan, isi dan metode, perlu diperhatikan untuk memastikan efektivitas penyampaian materi.
Waktu : Waktu yang dibutuhkan tiap sesi, memberikan
gambaran jam serta alokasi waktu untuk penyelenggaraan
setiap sesi.
2
1
0
Alat/Bahan : Memberikan2referensi bahan yang diperlu7kelancaran
kan. Guna menunjang
0
si) penyelenggaraan sesi,
3
k
e
material bahantyang r
diperlukan
sebaiknya dipersiapkan
u
o
o
sebelumy
sesi dimulai.
k
n
a
l
o
e- oh untuk melakukan perubahan, penukaran sesi,
Fasilitator dimungkinkan
r
p pelatihan
maupun modifikasi
(m sesuai dengan kondisi peserta dan dinamika pelatihan.
Peserta
Penyelenggara mengidentifikasi peserta yang akan diundang untuk hadir
pada pelatihan. Jumlah peserta yang memadai berkisar antara 15-20 orang untuk
tiap kali pelatihan. Pembatasan peserta ini dimaksudkan agar tersedia keleluasaan bagi peserta untuk berinteraksi dan menyerap materi.
Peserta pelatihan diharapkan memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Anak berusia 12 – 18 tahun
2. Sebagian besar waktunya dihabiskan
di jalan
3. Dapat membaca dan menulis
modul pelatihan.indd 3
29-Jul-12 1:07:18 PM
4
HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 4
29-Jul-12 1:07:18 PM
MODUL PELATIHAN
ANAK YANG BERKONFLIK
DENGAN HUKUM (ABH)
UNTUK ANAK JALANAN
TUJUAN UMUM
Membangun kesadaran anak jalanan atas hak bantuan2hukum
1
0
2 )
TUJUAN KHUSUS
7
i
0 HAM
sanak
a. Memberikan pengetahuan hukum 3
dan
jalanan khususnya hak
k
e
t
r
anak yang berkonflik dengan hukum
ouanakkojalanan ketika berhadapan dengan huy
b. Memberikan ketrampilan
pada
-la hon
kum
e
o
pr antar
c. Membangun dialog
(m anak jalanan di wilayah Jabodetabek.
No.
MATERI
TUJUAN
TOPIK
MATERI ORIENTASI PELATIHAN
1
modul pelatihan.indd 5
ORIENTASI 1. Seluruh komponen pelatihan
PELATIHAN
dapat saling mengenal satu
sama lain
2. Menciptakan suasana keakraban dan saling percaya di
antara peserta, fasilitator,
narasumber dan panitia
3. Peserta dan fasilitator saling
memahami cara-cara yang
dibutuhkan untuk mencapai
harapan dan menghindari
kekhawatiran.
4. Peserta menyepakati jadwal
dan tata tertib pelatihan
1. Perkenalan
2. Membangun
iklim belajar
3. Harapan dan
kekhawatiran
120’
29-Jul-12 1:07:18 PM
6
HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
No.
MATERI
TUJUAN
TOPIK
MATERI UNTUK MEMBANGUN PERSFEKTIF
2.1
2.2
2.3
2.4
MODUL I
1. Peserta memahami pengertian
MEMAHAMI
dasar tentang hukum
FUNGSI
2. Peserta memahami bentuk,
HUKUM
ciri dan tujuan hukum
3. Peserta dapat
mengidentifikasikan hukum
yang adil dan hukum yang
tidak adil
MODUL II
1. Peserta mengenal pengertian
paralegal
PENGERTIAN TU2. Peserta mengetahui tugas dan
GAS DAN
kewajiban paralegal
KEWAJIBAN
PARALEGAL
MODUL III 1. Pengertian Anak
PENGER2. Hak Anak
TIAN DAN
3. Kewajiban negara
HAK ANAK
MODUL IV
PELANGGARAN
HAK ANAK
1. Pengertian
Hukum
2. Ciri-Ciri
hukum yang
adil Pengertian
paralegal
120’
1. Tugas paralegal
2. Kewajiban
paralegal
60’
12
0
2 1. Pengertian
Anak
7
i)
0
s
3 ek 2. Hak Anak
t
u kor
o
y n
amemahami
l
o anak- 1. Pelanggaran
1. Peserta
h
e
o
r yang
Hak Anak
panak
m Membutuhkan
(
Perlindungan Khusus
(CNSP)
2. Peserta dapat mengindentifikasikan pelanggaran hak
anak jalanan
120’
60’
2. Anak yang
membutuhkan
perlindungan
khusus
MATERI PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN
3.1
modul pelatihan.indd 6
MODUL V 1. Peserta mengenal tuSISTEM
gas, fungsi dan kePERAwajiban Aparat Penegak
DILAN
Hukum (Polisi,Jaksa,
PIDANA
Bapas,Pengacara, Hakim
dan Sipir)
2. Peserta mengenal secara
umum proses peradilan
pidana
a. Tugas&fungsi
Aparat Penegak Hukum
(Polisi, Jaksa,
Bapas, Pengacara, Hakim
dan Sipir)
b. Hukum Acara
Pidana Anak
120’
29-Jul-12 1:07:19 PM
MODUL PELATIHAN
Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
No.
3.2
3.3
3.4
4.1
4.2
modul pelatihan.indd 7
MATERI
TUJUAN
TOPIK
1. Peserta memahami
a. Pengertian anak
yang berhadapan
pengertian anak yang
berhadapan dengan
dengan hukum
hukum
b. Batasan usia per2. Peserta mengetahui haktanggungjawaban
hak anak yang berhapidana
dapan dengan hukum
c. Hak-Hak Tersangka
Peserta mengidentifika- d. Hak-Hak Korban
e. Hak-Hak Saksi
sikan pelanggaran hak
ABH dalam peradilan
f. Hak Bantuan Hupidana
kum
MODUL VII
1. Peserta mengetahui po- 1. Sejarah Perda Tribun
PERDA TRIBUM
sisi Perda dalam hirarki 2. Perda Tribum yang
peraturan di Indonesia
terkait dengan anak
jalanan
2. Peserta mengetahui isi
perda ketertiban umum 3. Pelaksanaan Tribun
1. Satpol PP
1. Peserta mengetahui
MODUL VIII
2. Dinsos
LEMBAGA-LEM
fungsi dan tugas dari
3. Rumah Singgah
aparat pemerintah dan
BAGA PENAN4. LSM
lembaga terkait penaGANAN ANAK
nganan anak jalanan
JALANAN
MATERI KETRAMPILAN
1. Peserta memiliki ketra- 1. Membentuk kelomMODUL IX
PENGORGAmpilan untuk mengpok sebaya
NISASIAN
koordinir kelompok
2. Membangun kekuaKELOMPOK
sebaya dalam pendiditan kelompok sebaya
SEBAYA
kan hukum komunitas
3. Membangun solidar2. Peserta memiliki
itas (positif ) diantara
ketrampilan untuk
kelompok sebaya
melakukan analisa sosial
kelompok sebaya
MODUL X
1. Peserta dapat menyusun 1. Urutan peristiwa
MENYUSUN
urutan kejadian yang
2. Menggunakan 5 W
KRONOLOGI
menimpa dirinya
+1H
PERISTIWA
2. Peserta mengetahui
manfaat dari kronologi
peristiwa yang dibuat
MODUL VI
HAK ABH
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
7
120’
120’
120’
120’
120’
29-Jul-12 1:07:19 PM
8
HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
No.
MATERI
TUJUAN
TOPIK
V
RENCANA
TINDAK
LANJUT
Peserta bisa menyusun rencana kegiatan yang akan
dilakukan pascapelatihan,
baik secara individu maupun
berkelompok untuk menindaklanjuti hasil pelatihan
Rencana dan agenda
kegiatan yang berkaitan
dengan hak anak yang
berkonflik dengan hukum yang bisa dilakukan pasca-pelatihan
60’
VI
EVALUASI
1. Peserta memberikan umpan balik dan melakukan
penilaian terhadap keseluruhan jalannya proses
belajar, alokasi waktu,
bahan ajar, materi yang
disampaikan, dukungan
fasilitator dan narasumber
serta tehnis penyelenggaraan pelatihan
2. Mengetahui sejauh mana
efektivitas dan manfaat
pelatihan untuk menjadi
bahan masukan peningkatan dan penyempurnaan
kegiatan serupa
3. Mengetahui tingkat
pemahaman peserta terhadap seluruh materi yang
disampaikan selama prose
pelatihan
1. Materi
2. Narasumber
3. Metode Penyampaian
4. Teknis penyelenggaraan pelatihan
60’
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 8
29-Jul-12 1:07:19 PM
ORIENTASI PELATIHAN
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Orientasi pelatihan bertujuan agar para peserta pelatihan dapat mengetahui alur pelatihan, tujuan dan harapan yang ingin dicapai, proses pelatihan,
serta upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlangsungan proses pelatihan agar semua peserta pelatihan bisa berpartisipasi untuk mencapai tujuan dan
harapan.
Orientasi pelatihan umumnya dimulai dengan perkenalan, mengumpulkan harapan peserta terhadap pelatihan dan menyusun kesepakatan bersama
terkait hal-hal tehnis selama pelatihan berlangsung. Kesepakatan- yang disusun
bersama menjadi penting, terutama dalam kaitannya dengan metode partisipatif
yang akan digunakan dalam proses pelatihan.
modul pelatihan.indd 9
29-Jul-12 1:07:19 PM
10 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Tujuan :
1. Seluruh komponen pelatihan dapat saling mengenal
satu sama lain termasuk hal-hal yang harus ditoleransi
antara satu peserta dengan peserta lain
2. Terciptanya suasana akraban, penuh persahabatan dan
saling percaya diantara partisipan peserta, fasilitator,
narasumber dan panitia
3. Peserta dan fasilitator saling memahami cara-cara yang
dibutuhkan untuk mencapai harapan dan menghindari
kekhawatiran
4. Peserta menyepakati jadwal dan tata tertib pelatihan
5. Membuat peraturan dan kesepakatan bersama agar
pelatihan berlangsung dengan baik.
Topik :
1. Perkenalan
2. Membangun iklim belajar
3. Harapan dan kekhawatiran7
12
0
2 )
0 ksi
3
t ore
Metode :
u
Permainan yo n k
Presentasi
-la ho
e
o
Curah
prPendapat
(m
Waktu :
120 Menit.
Alat/Bahan :
Spidol
Kertas Metaplan
Jadwal Pelatihan
Kertas Plano
Amplop ukuran besar
Lembar Evaluasi Harian
PROSES FASILITASI
Langkah 1 Perkenalan
a. Fasilitator membuka sesi dengan menjelaskan tujuan sessi yang akan berlangsung.
b. Minta semua peserta menuliskan nama panggilan dan nama makanan yang
paling disukai dalam metaplan.
modul pelatihan.indd 10
29-Jul-12 1:07:19 PM
ORIENTASI PELATIHAN
11
c. Minta seluruh peserta untuk berdiri dan memperkenalkan diri. Tanyakan
mengapa mereka menyukai jenis makanan tertentu. Peserta berikutnya harus
memperkenalkan peserta sebelumnya.
- ”Nama saya Toni, saya suka pisang !’
- ”Nama saya Evi, saya suka Alpukat, teman saya bernama Toni suka Pisang
- ”Nama saya Herman, saya suka ayam goreng, teman saya Toni suka pisang, Evi suka Alpukat
e. Minta peserta untuk memberikan komentar atas permainan tersebut.
Langkah 2 Membangun Iklim Belajar
a. Fasilitator meminta seluruh peserta untuk melihat rancangan jadwal pelatihan yang sebelumnya telah dipersiapkan. Tanyakan apakah peserta sepakat dengan jadwal yang telah disusun, ataukah bermaksud menyusun ulang
jadwal pelatihan sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri. Sepakati jadwal
acara yaitu jam berapa dimulai ? jam berapa istirahat dan jam berapa akan
12
berakhir ?
0
2 ajaklah
b. Setelah tercapai kesepakatan mengenai jadwal,
7
i) peserta untuk menyu0
s
sun kontrak belajar. Ajukan pertanyaan-pertanyaan
:
3 ek
t
r
u kwaktu
- Apa yang boleh dilakukan
o belajar ?
oselama
y
- Apa yang tidak bolehadilakukan
l hon selama waktu belajar ?
e
c. Tuliskan hasil semua
kesepakatan
di atas kertas, dan tempelkan di ruang pelao
prkomponen
(m pelatihan bisa mengingat dan diingatkan setiap
tihan agar seluruh
saat.
d. Untuk melaksanakan kesepakatan, bagilah peserta menjadi tiga kelompok
yang bisa diberi nama Rukun Tetangga (RT) atau nama sesuai dengan kesepakatan, dan minta anggota kelompok untuk memilih Ketua RT-nya.
e. Berikan tugas kepada Ketua RT yaitu :
- Review; bertugas menceritakan kembali pelajaran hari sebelumnya
- Ice breaker; bertugas memecahkan kebekuan dan menyegarkan suasana
- Evaluasi; bertugas mengevaluasi proses pelatihan (fasilitator, panitia,
peserta, jadwal, akomodasi, konsumsi, dan narasumber), RT yang bertugas wajib mengingatkan peserta untuk mengisi alat evaluasi iklim belajar.
- Time Keeper; bertugas mengingatkan waktu dan mengingatkan peserta
f. Untuk mengakomodasi pertanyaan atau hal-hal yang bekaitan dengan materi pelatihan yang tidak dapat disampaikan dalam sessi materi karena keterbatasan waktu, malu dll, tempelkan sebuah AMPLOP TERBUKA yang
ditempel di area pelatihan. Pertanyaan/klarifikasi atas pertanyaan yang masuk
dijelaskan kembali pada keesokan harinya sebelum sessi pertama di mulai.
modul pelatihan.indd 11
29-Jul-12 1:07:19 PM
12 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
g. Perkenalkan alat evaluasi iklim belajar, dan minta kepada peserta untuk memberi tanggapan atau keputusan dengan menempelkan post-it di setiap kolom
setelah proses pembelajaran selesai.
BAGUS
BIASA
KURANG
BAGUS
MATERI
CARA MENYAMPAIKAN
FASILITATOR
PANITIA
PESERTA
KONSUMSI
PENGINAPAN
12
0
2 )
Langkah 3 Harapan dan Kekhawatiran
7
i
0
s
3
k
a. Fasilitator membagikan dua kertas metaplan
daneminta agar peserta menulisr melalui pembelajaran baik
utdiperoleh
kan harapan masing-masing, yango
ingin
o
k
aspek pengetahuan, ketrampilan
kekwatiran yang mungaymaupun
l
on sikap dan
h
e
kin terjadi/dihadapi selama
proses
pembelajaran.
Ingatkan
kepada peserta unr mo
p
tuk menulis nama masing-masing
(
b. Kumpulkan dan bacakan satu persatu dan dikelompokkan. Tanyakan apakah
harapan dan kekhawatiran yang dibaca itu menyangkut proses, materi, tindak
lanjut maupun yang lainnya.
c. Jelaskan kepada peserta bahwa lembar kerja peserta yang telah diisi akan disimpan oleh panitia karena akan digunakan pada akhir pembelajaran sebagai
salah satu bahan acuan evaluasi.
d. Fasilitator atau panitia menjelaskan dengan singkat alur, materi pelatihan
serta metode pelatihan yang akan digunakan.
modul pelatihan.indd 12
29-Jul-12 1:07:19 PM
MODUL I
MEMAHAMI FUNGSI HUKUM
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Hukum pada hakekatnya adalah dibentuk untuk mengatur hidup manusia dan mempermudah hidup manusia. Hukum positif dalam arti hukum
(peraturan perundang-undangan) yang berlaku saat ini dan dibuat secara prosedur formal oleh organ negara untuk mengatur warga negaranya, termasuk undang-undang yang terkait dengan anak. Pada sessi ini peserta diajak memahami
pengertian hukum, bentuk hokum, unsur-unsur hukum dan tujuan hukumm,
khususnya hukum yang mengatur tentang hak anak di Indonesia.
Tujuan :
1. Peserta memahami pengertian dasar tentang hukum
2. Peserta memahami bentuk, ciri dan tujuan hukum
3. Peserta dapat mengidentifikasikan hukum yang adil
dan hukum yang tidak adil
modul pelatihan.indd 13
29-Jul-12 1:07:19 PM
14 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Topik :
a. Pengertian hukum
b. Bentuk, Ciri dan Fungsi Hukum
Metode
Curah Pendapat
Waktu
60 menit
Alat/Bahan
Spidol
Kertas Plano
12
0
Bahan Bacaan: Pengertian, Fungsi
2dan Tujuan Hukum
7 i)
0
3 eks
t
u kor
Langkah Pertama
o
y n tujuan dari materi pengertian hu1. Fasilitator membuka sesi danla
menjelaskan
o
h
e
kum.
o
pr m
2. Sebelum memasuki materi( utama, mintalah masing-masing peserta untuk
PROSES FASILITASI
mengindentifikasikan diri mereka. Apakah mereka setuju dan nyaman dengan penyebutan ”anak jalanan”. Adakah istilah lain untuk mengindentifikasi
diri mereka selain ”anak jalanan”.
3. Berikan kesempatan kepada setiap orang untuk menyampaikan pendapatnya
dan saling berdialog satu sama lain.
Langkah Kedua
1. Bagikan kertas plano dan spidol kepada setiap RT. Mintalah setiap RT untuk
mengindentifikasikan masalah-masalah yang sering mereka hadapi, dalam
bentuk gambar.
2. Mintalah perwakilan setiap RT untuk mempresentasikan dan menjelaskan
gambarnya
3. Fasilitator mengindentifikasikan masalah yang disampaikan oleh setiap RT
dan mendialogkannya lebih mendalam untuk setiap masalah yang timbul.
4. Tempelkan gambar setiap RT dan hasil identifikasi masalah di area pelatihan
modul pelatihan.indd 14
29-Jul-12 1:07:20 PM
MODUL I
Memahami Fungsi Hukum
15
Langkah Ketiga
1. Fasilitator memberikan pertanyaan kunci, ” Apa yang mereka maksud dengan
hukum ”?
2. Berikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengemukakan pendapatnya. Catat dan klarifikasikan hal-hal penting yang disampaikan oleh peserta.
3. Jelaskan dalam bahasa yang mudah dipahami tentang apa itu hukum ? mengapa perlu hukum ? Fungsi dan tujuan hukum ? apa dan bagaimana hukum
yang baik ?
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 15
29-Jul-12 1:07:20 PM
16 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Bahan Bacaan
Modul I
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN HUKUM
12
0
2 ) sangat beragam, terPada umumnya, pengertian hukum dapat diartikan
7
0tujuannya.
si Pengertian hukum
gantung pada cara pandang, asal kalangan dan
3
k
t ore
diantaranya sebagai berikut :
u
k penguasa; perangkat peraturan
yokeputusan
1. Hukum diartikan sebagai produk
n
a
l
o
- h
yang ditetapkan penguasaeseperti
o UUD dan lain-lain.
r
p
m
(
2. Hukum diartikan sebagai produk
keputusan hakim; putusan-putusan yang
Pengertian Hukum
3.
4.
5.
6.
dikeluarkan hakim dalam menghukum sebuah perkara yang dikenal dengan
jurisprudence (yurisprudensi).
Hukum diartikan sebagai petugas/pekerja hukum; hukum diartikan sebagai
sosok seorang petugas hukum seperti polisi yang sedang bertugas. Pandangan
ini sering dijumpai di dalam masyarakat tradisionil.
Hukum diartikan sebagai wujud sikap tindak/perilaku; sebuah perilaku yang
tetap sehingga dianggap sebagai hukum. Seperti perkataan: “setiap orang yang
kos, hukumnya harus membayar uang kos”. Sering terdengar dalam pembicaraan masyarakat dan bagi mereka itu adalah aturannya/hukumnya.
Hukum diartikan sebagai sistem norma/kaidah; kaidah/norma adalah aturan
yang hidup ditengah masyarakat. Kaidah/norma ini dapat berupa norma
kesopanan, kesusilaan, agama dan hukum (yang tertulis) uang berlakunya
mengikat kepada seluruh anggota masyarakat dan mendapat sanksi bagi
pelanggar.
Hukum diartikan sebagai tata hukum; berbeda dengan penjelasan angka 1,
dalam konteks ini hukum diartikan sebagai peraturan yang saat ini sedang
modul pelatihan.indd 16
29-Jul-12 1:07:20 PM
MODUL I
Memahami Fungsi Hukum
17
berlaku (hukum positif ) dan mengatur segala aspek kehidupan masyarakat,
baik yang menyangkut kepentingan individu (hukum privat) maupun kepentingan dengan negara (hukum publik). Peraturan privat dan publik ini
terjelma di berbagai aturan hukum dengan tingkatan, batas kewenangan dan
kekuatan mengikat yang berbeda satu sama lain. Hukum sebagai tata hukum,
keberadaannya digunakan untuk mengatur tata tertib masyarakat dan berbentuk hierarkis.
7. Hukum diartikan sebagai tata nilai; hukum mengandung nilai tentang baikburuk, salah-benar, adil-tidak adil dan lain-lain, yang berlaku secara umum.
8. Hukum diartikan sebagai ilmu; hukum yang diartikan sebagai pengetahuan
yang akan dijelaskan secara sistematis, metodis, objektif, dan universal. Keempat perkara tersebut adalah syarat ilmu pengetahuan.
9. Hukum diartikan sebagai sistem ajaran (disiplin hukum); sebagai sistem
ajaran, hukum akan dikaji dari dimensi das-sollen dan das-sein. Sebagai dassollen, hukum menguraikan tentang hukum yang dicita-citakan. Kajian ini
akan melahirkan hukum yang seharusnya dijalankan.
12 Sedangkan sisi das-sein
0
2 )
mrupakan wujud pelaksanaan hukum pada masyarakat.
Antara das-sollen dan
7
i
das-sein harus sewarna. Antara teori dan
praktik
harus
sejalan. Jika das-sein
0 ks
3
e
menyimpang dari das-sollen, maka
terjadi penyimpangan pelaksanaan
ut kakan
or
o
hukum.
aygejala
l
onsosial; hukum merupakan suatu gejala yang
10.Hukum diartikan sebagai
h
e
o gejala sosial, hukum bertujuan untuk menberada di masyarakat.
pr (mSebagai
gusahakan adanya keseimbangan dari berbagai macam kepentingan seseorang
dalam masyarakat, sehingga akan meminimalisasi terjadinya konflik. Proses
interaksi anggota masyarakat untuk mencukupi kepentingan hidupnya, perlu
dijaga oleh aturan-aturan hukum agar hubungan kerjasama positif antar anggota masyarakat dapat berjalan aman dan tertib.
Walaupun tidak mungkin diadakan suatu definisi yang lengkap tentang
apakah hukum itu, namun Drs. E. Utrecht, S.H. memberikan panduan pengertian hukum yaitu “Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata-tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”.
Unsur-Unsur Hukum
Setelah melihat definisi-definisi hukum tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
modul pelatihan.indd 17
29-Jul-12 1:07:20 PM
18 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Hukum dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis. Hukum dalam
bentuk tertulis, umumnya dibuat oleh negara, sedangkan hukum tidak tertulis
adalah hukum atau norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Fungsi dan Tujuan Hukum
Fungsi hukum dalam perkembangan masyarakat dapat terdiri dari:
1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat: dalam arti, hukum
berfungsi menunjukkan manusia mana yang baik, dan mana yang buruk,
sehingga segala sesuatu dapat berjalan tertib dan teratur.
2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin: dikarenakan hukum memiliki sifat dan ciri-ciri yang telah disebutkan, maka hukum
dapat memberi keadilan, dalam arti dapat menentukan siapa yang salah, dan
2 dengan ancasiapa yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat1ditaati
0
man sanksi bagi pelanggarnya.
2 )
7
3. Sebagai sarana penggerak pembangunan: daya
mengikat
0 ksi dan memaksa dari
3
e menggerakkan pembanhukum dapat digunakan atau didayagunakan
t oruntuk
u
gunan. Di sini hukum dijadikan
k membawa masyarakat ke arah
yoalatnuntuk
a
yang lebih maju.
-l ho
e
o
r m
4. Sebagai penentuan p
alokasi
wewenang
secara terperinci siapa yang boleh
(
melakukan pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang memilih sanksi yang tepat dan adil: seperti konsep hukum konstitusi
negara.
5. Sebagai alat penyelesaian sengketa.
6. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali
hubungan-hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat.
modul pelatihan.indd 18
29-Jul-12 1:07:20 PM
MODUL II
PENGERTIAN, TUGAS DAN
KEWAJIBAN PARALEGAL
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Paralegal adalah gambaran pekerjaan yang membantu pengacara dalam
pekerjaannya dan istilah ini dipakai di beberapa negara. Paralegal itu sendiri bukanlah pengacara bukan juga petugas pengadilan, melainkan anggota komunitas
yang memiliki pengetahuan hukum dan kemampuan yang lebih baik dari pada
masyarakat di sekitarnya. Keberadaan paralegal di tengah masyarakat marginal,
khususnya anak jalanan akan sangat membantu dalam melakukan pendidikan
hukum dan hak asasi manusia, membantu melakukan mediasi dan rekonsiliasi
bila terjadi perselisihan, melakukan penyelidikan awal terhadap kasus-kasus yang
terjadi sebelum ditangani oleh pengacara. Pada sessi ini peserta diajak untuk
memahami pengertian paralegal, tugas dan kewajibannya terhadap komunitas di
sekitarnya.
modul pelatihan.indd 19
29-Jul-12 1:07:20 PM
20 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Tujuan :
1. Peserta mengenal pengertian paralegal
2. Peserta mengetahui tugas dan kewajiban paralegal.
Topik :
a. Pengertian Paralegal
b. Tugas dan kewajiban paralegal
Metode
Curah Pendapat
Waktu
60 menit
12
0
2 )
7
Alat/Bahan
0 ksi
3
Alat Tulis
t ore
u
Gambar setiap RT
o k
y: Pengertian,
a
Bahan Bacaan
-l hon Tugas dan Kewajiban Paralegal
e
pr (mo
PROSES FASILITASI
1. Fasilitator meminta peserta untuk melihat kembali gambar yang telah dibuat
oleh setiap RT.
2. Fasilitator meminta penjelasan kepada peserta, apa yang mereka lakukan ketika terjadi masalah ?, dan apa yang dilakukan pendamping ketika terjadi
masalah ?
3. Fasililitator mencatat hal-hal penting dari presentasi peserta
4. Fasilitator menjelaskan pengertian paralegal, tugas dan kewajiban paralegal
kepada peserta.
5. Tanyakan kepada peserta, apakah terdapat tugas dan kewajiban paralegal yang
telah dilakukan oleh pendamping ? dan Apakah anak-anak dapat menjadi
paralegal ?
6. Simpulkan dari hasil curah pendapat dan tulis dalam kertas plano untuk ditempel di sekitar area pelatihan.
modul pelatihan.indd 20
29-Jul-12 1:07:20 PM
MODUL II
Pengertian, Tugas dan Kewajiban Paralegal
21
Bahan Bacaan
Modul II
PENGERTIAN, TUGAS, DAN KEWAJIBAN PARALEGAL
oleh : Siti Aminah
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengertian Paralegal
Istilah paralegal ditemukan berdasarkan kesamaan istilah yang dikenal
di dunia kedokteran yaitu paramedis yakni seseorang yang bukan dokter tetapi
mengetahui tentang hal ikhwal kedokteran. Begitu juga dengan paralegal yaitu
seorang yang bukan sarjana hukum tetapi mempunyai pengetahuan dan pemahaman dasar tentang hukum dan hak asasi manusia, memiliki ketrampilan yang
memadai, serta mempunyai kemampuan dan kemauan mendayagunakan pengetahuan dan pengetahuannya itu untuk memfasilitasi ikhtiar perwujudan hakhak asasi masyarakat miskin/komunitasnya (Andik Hardijanto,1998:1)
Konsep paralegal berbeda secara tegas di dunia hukum barat di negara-negara maju dan di dunia ketiga. Di dunia hukum barat, seorang paralegal
adalah pembantu atau assisten pengacara atau advokat yang memiliki kualitas
modul pelatihan.indd 21
29-Jul-12 1:07:21 PM
22 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
pendidikan tertentu. Mereka bekerja sesuai dengan perintah advokat/pengacara
dimana ia bekerja dan karena itu ia dibayar oleh si pengacara/advokat. Sementara yang berkembang di dunia ketiga, paralegal bekerja untuk komunitasnya
dan oleh karena itu bertanggungjawab atas dan terhadap komunitasnya.
Paralegal muncul sebagai reaksi atas ketidakberdayaan hukum dan dunia profesi hukum untuk mewujudkan hak-hak masyarakat miskin. Hak-hak
seperti hak atas upah yang layak, hak atas tanah, hak atas lingkungan yang sehat dan bersih, hak atas kebebasan berpendapat, dan sebagainya, semua dimiliki
oleh masyarakat miskin. Akan tetapi hak-hak tersebut hanya mungkin dapat
diwujudkan jika asumsi-asumsi sosialnya terpenuhi, yaitu : Pertama, warga masyarakat mengerti dan memahami hak-hak tersebut dalam konteks posisi mereka dalam masyarakat. Kedua, bahwa warga masyarakat mempunyai kekuatan
dan kecakapan untuk memperjuangkan perwujudan hak-hak tersebut. Hak atas
upah yang layak, misalkan hanya mungkin diwujudkan jika kaum buruh memahami hak-haknya dan mempunyai kecakapan untuk memperjuangkan hakhaknya tersebut.
12
0
2
7
)
Ikhtiar untuk memfasilitasi untuk memenuhi asumsi-asumsi
sosial yang
0 miskin
sitidak
3
k
diperlukan bagi perwujudan hak-hak masyarakat
pernah
kalau tie
t
r
dak dikatakan jarang dilakukan kalangan
o hukum, seperti advokat, konou profesi
k
y
sultan hukum, atau notaris. (Abdul
Hakim Garuda Nusantara,1991,2).
-la hon
e
o pada satu sisi bergerak di dalam hubunRuang lingkup kegiatan
paralegal
pr (m
gan-hubungan hukum sebagai fungsi yang menjembatani komunitas yang mengalami ketidakadilan atau pelanggaran hak asasi manusia dengan sistem hukum
yang berlaku, sementara pada sisi lain bergerak di dalam hubungan-hubungan
sosial dalam fungsi-fungsi mediasi, advokasi dan pedampingan masyarakat.
Eksistensi paralegal tidak dikukuhkan oleh sebuah legitimasi formal
akan tetapi melalui legitimasi sosial. Paralegal beroperasi secara proaktif, namun
kondisional. Pada dasarnya sasaran kegiatan paralegal dapat dibagi dua yakni;
pertama, yang berkaitan dengan perubahan kualitatif kelompok mitra/komunitas masyarakat miskin, baik dalam arti kondisi subyektif maupun obyektifnya;
kedua, yang berkaitan langsung dengan proses penyelesaian konflik (Mulyana W
Kusuma,1991: xiii).
Tugas dan Kewajiban Paralegal
1. Memfasilitasi pembentukan organisasi rakyat
2. Mendidik dan melakukan penyadaran
3. Melakukan Analisis Sosial (Ansos) persoalan-persoalan yang dihadapi komunitas
modul pelatihan.indd 22
29-Jul-12 1:07:21 PM
MODUL II
Pengertian, Tugas dan Kewajiban Paralegal
23
4. Membimbing, melakukan mediasi dan rekonsiliasi bila terjadi perselisihanperselisihan yang timbul di antara anggota masyarakat
5. Memberikan bantuan hukum yaitu memberikan jalan pemecahan masalah
yang paling awal dan secepatnya dalam hal terjadi keadaan darurat
6. Jaringan Kerja (Net Working)
7. Mendorong masyarakat mengajukan tuntutan-tuntutannya
8. Melakukan proses dokumentasi, termasuk mencatat secara kronologis peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di komunitasnya
9. Mengkonsep surat-surat
10.Membantu pengacara dengan melakukan penyelidikan-penyelidikan awal,
mewawancarai korban/klien, mengumpulkan bukti-bukti dan menyiapkan
ringkasan fakta kasus dan membantu mengonsep pembelaan yang sederhana
sekalipun.
Orang yang dapat menjadi paralegal yaitu pemuka masyarakat, pemuda
desa, para pekerja sosial, utusan-utusan kelompok-kelompok
12 masyarakat yang di
0
rugikan seperti kelompok masyarakat adat, pemimpin
2 ) serikat buruh, guru, mi7
i bekerja untuk masyarasionaris, mahasiswa, para sukarelawan mahasiswa
0 ksyang
3
kat, pekerja pengembangan masyarakat
epara aktivis organisasi-organisasi
t odan
r
u
politik. Mereka umumnya telahomendapatkan
pendidikan hukum dan HAM.
k
ay on
l
h
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 23
29-Jul-12 1:07:21 PM
24 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 24
29-Jul-12 1:07:21 PM
MODUL III
PENGERTIAN DAN HAK ANAK
Pengantar
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun. Penetapan usia sangat penting karena akan memberikan implikasi hukum bagi upaya perlindungan anak. Yaitu menyangkut ruang lingkup perlindungan dan subyek hukum
yang akan mendapatkan jaminan penikmatan semua hak-hak yang telah di
atur dalam Konvensi Hak Anak (KHA). Sessi ini untuk memberikan pemahaman mengenai pengertian anak dan hak-hak anak.
Tujuan :
1. Peserta mengetahui definisi Anak
2. Peserta mengetahui hak anak
Topik
1. Pengertian Anak
2. Hak Anak
modul pelatihan.indd 25
29-Jul-12 1:07:21 PM
26 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Metode
Pemutaran film Rotan
Permainan
Curah Pendapat
Waktu
120 menit
Alat/Bahan
AAlat Tulis
Film Rotan karya Garin Nugroho
PROSES FASILITASI
Langkah Pertama
2 ini
1. Fasilitator membuka sessi dan menjelaskan tujuan dari1sesi
0
2 )
2. Minta peserta untuk menyaksikan film
7
0 k
si
3. Setelah selesai, minta peserta untuk memberikan
tanggapannya
tentang film
3
e
t
tersebut
r
u
o ko
y
-la hon
e
Langkah Kedua
r mo
p
1. Ajak peserta untuk berbaris(dan mintalah masing-masing mengingat tanggal
2.
3.
4.
5.
lahirnya.
Minta peserta, dan panitia untuk baris berurutan berdasarkan tanggal lahirnya, tanpa bicara satu sama lain.
Setelah selesai, mintalah peserta menyebutkan yang termuda sampai yang tertua dalam barisan tersebut.
Tanyakan, apakah rentang usia dalam barisan tersebut bisa disebut dengan
anak ? dan apakah mereka dilindungi oleh hukum ?
Berikan penjelasan tentang pengertian anak, dan mengapa batasan usia menjadi sangat penting dalam perlindungan hak-hak anak.
modul pelatihan.indd 26
29-Jul-12 1:07:21 PM
MODUL III
Pengertian dan Hak Anak
27
Bahan Bacaan
Modul III
PENGERTIAN ANAK DAN PENTINGNYA
KONSISTENSI PENGERTIAN ANAK DALAM HUKUM
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
A. Situasi Kehidupan Anak
yo n k
a
obelum memiliki aturan mengenai penetapan
Sedikitnya di 25
-lnegara
h
e
o
usia wajib berpendidikan,
di 33 negara belum mengatur mengenai usia minimal
pr (m
anak diperbolehkan bekerja, di 44 negara anak perempuan dapat menikah lebih
oleh : Adzkar Arsini
awal daripada anak laki-laki dan di 125 negara anak-anak usia 7 – 15 tahun
berhadapan dengan pengadilan. Selain itu, terdapat negara mewajibkan anak
sampai usia 14 atau 15 untuk bersekolah sampai usia, namun aturan yang lain
memungkinkan anak-anak bekerja pada usia dini, menikah pada usia 12 atau
harus mempertanggungjawabkan tindak pidananya pada usia 7 tahun (Angela
Melchiorre, 2004).
Penetapan usia anak sangat penting karena akan berimplikasi pada upaya
perlindungan hak anak. Yaitu ruang lingkup perlindungan dan subyek hukum
yang akan mendapatkan jaminan penikmatan semua hak-hak yang diatur
dalam Konvensi Hak Anak (KHA), yakni setiap orang yang belum berusia 18
tahun. Tujuan perlindungan anak adalah untuk mempromosikan, melindungi dan memenuhi hak-hak anak atas perlindungan dari kekerasan, eksploitasi
penelantaran, dan kekerasan seperti dinyatakan dalam KHA, konvensi hak asasi
manusia lainnya, dan hukum nasional. Kegagalan memberikan upaya perlindungan kepada anak-anak dari kekerasan, penyalahgunaan, penelantaran, dan
eksploitasi merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
modul pelatihan.indd 27
29-Jul-12 1:07:21 PM
28 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
B. Pengertian Anak
Pengertian anak tercantum pada Pasal 1 KHA yaitu “setiap manusia di
bawah usia 18 tahun, kecuali apabila menurut hukum yang berlaku bagi
anak tersebut ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal”. Menurut
penafsiran Komite Hak Anak, definisi ini memiliki konsekuensi bahwa setiap
manusia yang belum berusia 18 tahun adalah pemegang semua hak yang dijamin
dalam KHA. Dengan demikian, setiap anak berhak mendapatkan upaya-upaya
perlindungan khusus dan sesuai dengan kapasitas mereka yang tengah berkembang.
Elemen terakhir dari penggalan definisi anak, yakni, “apabila menurut
hukum yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal,”. Secara substantif melemahkan pelaksanaan bagian pasal lain
dan memberikan pembenaran perbedaan penafsiran dan praktik. Hal ini secara
tidak langsung merupakan pengakuan bahwa sebenarnya penetapan batas usia
anak mayoritas di semua negara tidak sama (Angela Melchiorre,
2 2004). Deng1
0
an kata lain, KHA menyerahkan kepada Negara untuk
memutuskan siapa yang
7 2memberikan
dimaksud dengan seorang anak karena memang0KHA
izin Negara
i)
s
3
k
untuk menentukan batas usia dewasa yang
lebih awal.
e Pada umumnya dewasa
ut khukum
or memiliki kapasitas bertindipahami sebagai batas usia seseorangosecara
y n
dak untuk melakukan perbuatan
lahukum
o (Catherine Beaulieu, 2008).
e- oh
r
Dalam kaitan ini,
p beberapa
(m undang-undang yang berlaku di Indonesia
memberikan batas usia yang berbeda-beda sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Judul Undang-Undang
KUH Pidana
KUH Perdata
UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan
UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
modul pelatihan.indd 28
Batasan Usia Anak
Belum berusia 16 tahun (Pasal 45)
Belum berusia 21 tahun dan belum menikah (Pasal
330).
ƒ Syarat perkawinan bagi seseorang yang belum
mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari
kedua orangtuanya (Pasal 6 ayat (2));
ƒ Usia menikah 16 tahun untuk perempuan, dan 19
tahun untuk laki-laki (Pasal 7 ayat (1));
ƒ Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau
belum pernah melakukan pernikahan ada di bawah
kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak dicabut
kekuasaan orangtuanya.
Belum berusia 21 tahun dan belum menikah (Pasal 1
angka (2)).
29-Jul-12 1:07:21 PM
MODUL III
Pengertian dan Hak Anak
29
UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal
telah mencapai umum 8 tahun tetapi belum mencapai
umur 18 tahun dan belum pernah kawin (Pasal 1
angka 1).
UU No. 39 Tahun 1999
Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18
tentang HAM
(delapan belas) tahun dan belum menikah, terrnasuk
anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya (Pasal 1 angka (5)).
UU No. 23 Tahun 2002
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delatentang Perlindungan Anak pan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan (Pasal 1 angka (1)).
UU No. 21 Tahun 2007
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delatentang Pemberantasan
pan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
Tindak Pidana Perdagangan kandungan (Pasal 1 angka (5)).
Orang
Disharmoni peraturan perundangan-undangan
2 mengenai penetapan
01 Penetapan batas usia anak
batas usia berpotensi terjadinya pelanggaran hak2anak.
7 tanggung
berkaitan dengan permasalahan dilekatkannya
i) jawab atas setiap per0
s
3
k
buatan hukum yang dilakukannya. t
e
u kor
o
ay Usia
C. Pentingnya Konsisten
l
on Anak
h
e
o yang sesuai dengan standar internasional dituKonsistensi
anak
prusia(m
jukan agar negara dapat melindungi anak-anak dari kekerasan dan eksploitasi
seksual. Konsistensi ini akan mengurangi kerentanan anak terhadap kekerasan
dan eksploitasi seksual. Hal-hal yang perlu untuk mendapatkan peninjauan menyangkut (Catherine Beaulieu, 2008):
1. Usia izin seksual
Usia izin seksual merujuk pada waktu seseorang dianggap secara hukum
mampu untuk melakukan dan memberi izin atas aktivitas seksual dengan orang
lain. Di Negara-negara yang menetapkan izin seksualnya rendah, anak-anak
yang telah mencapai usia izin seksual tersebut sangat rentan terhadap kekerasan
dan eksploitasi, khususnya jika tidak ada aturan hukum yang mendefinisikan
dan melarang berbagai bentuk eksploitasi terhadap anak. Oleh karena itu dalam
mengkaji ulang peraturan perundang-undangan, Negara harus mempertimbangkan perbedaan antara: (a) Aktivitas seksual yang terjadi dalam konteks perkembangan seksual anak sehingga izin seksual sangat penting; dan (b) Aktivitas seksual yang sifatnya sangat eksploitatif.
modul pelatihan.indd 29
29-Jul-12 1:07:21 PM
30 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
2. Usia Perkawinan
Di beberapa Negara penetapan usia seseorang diperbolehkan menikah
sangat rendah, bahkan kadang-kadang penetapan usia perkawinan berbeda dengan usia izin melakukan aktivitas seksual. Seringkali undang-undang mengenai
penetapan kapasitas seseorang, khususnya perempuan untuk menikah dikesampingkan oleh hukum adat dan tradisi. Oleh karena itu, definisi tentang penetapan
usia seseorang dianggap memiliki kapasitas untuk menikah harus disesuaikan
dengan standar internasional.
3. Usia Tanggung Jawab Tindak Pidana
Anak-anak di seluruh dunia sering diperlakukan sebagai penjahat karena keterlibatan mereka dalam aktivitas yang melanggar undang-undang. Permasalahan ini
menjadi lebih buruk ketika usia tanggung jawan pidana terlalu rendah, dimana
anak-anak belum mampu memahami akibat dari perbuatan yang dilakukannya.
4. Usia Minimal untuk Bekerja
2
1
Anak-anak juga bisa dieksploitasi secara seksual dan komersial
melalui peng0
2
hambaan rumah tangga atau kerja ijon. Seorang anak
7 bisai)diikat kontrak untuk
0
bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak, tetapi
3 juga
ksdapat dipergunakan une
t
tuk tujuan-tujuan seksual.
u or
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 30
29-Jul-12 1:07:21 PM
MODUL IV
PELANGGARAN HAK ANAK
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Pada setiap peristiwa pelanggaran HAM, korban pertama selalu anakanak. Anak-anak menghadapi risiko yang lebih besar daripada orang dewasa.
Anak akan mengalami penderitaan dengan derajat lebih dalam akibat didiskriminasi daripada orang dewasa baik berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, serta
setiap klasifikasi yang dilekatkan padanya. Anak seringkali diperlakukan sebagai
obyek dan bukan sebagai subyek. Anak dianggap sebagai milik dan sebagai simbol status bagi suatu rumah tangga. Oleh karena berkebutuhan khusus anak,
mereka dianggap sebagai populasi yang bermasalah. Sesi ini akan memperkenalkan peserta dengan hak-hak anak yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak
(KHA) dan pelanggaran hak-hak anak
Tujuan :
1. Peserta memahami anak-anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus (CNSP)
2. Peserta dapat mengindentifikasikan pelanggaran hak anak
jalanan
modul pelatihan.indd 31
29-Jul-12 1:07:21 PM
32 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Topik
a. Anak Jalanan sebagai salah satu anak yang membutuhkan perlindungan khusus
b. Tanggungjawab negara terhadap anak
Metode
Film Hak Anak http://learninglab.etwinning.net
Curah Pendapat
Waktu
120 menit
Alat/Bahan
Alat Tulis, Gambar masing-masing RT
Film hak-hak anak
12
0
PROSES FASILITASI
2 )
7
0 ksi
Langkah Pertama
3
tmaksud
redan tujuan materi hak-hak
1. Fasilitator membuka dan menjelaskan
u
o
yo n k
anak
a
l hmelihat
o kembali gambar yang telah dibuat
-untuk
2. Fasilitator meminta peserta
e
o
oleh masing-masing p
RTr (m
3. Peserta diminta untuk mengidentifikasikan hak-hak anak yang telah dilanggar dalam gambar RT tersebut
4. Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk mengemukakan pendapatnya
5. Catat dan klarifikasikan setiap penyataan pelanggaran hak anak yang disampaikan peserta
Langkah Kedua
1. Peserta diminta menonton video/iklan tentang hak-hak anak, yaitu :
- Hak untuk bermain
- Hak atas pendidikan
- Perdagangan Anak
- Menghargai pendapat anak
2. Minta peserta untuk menanggapi film/iklan yang baru ditonton dan minta
untuk mengidentifikasikan masalah yang ada.
3. Fasilitator menjelaskan tentang hak-hak anak yang harus dilindungi negara
modul pelatihan.indd 32
29-Jul-12 1:07:22 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
33
Bahan Bacaan
Modul IV
MENGENAL PRINSIP, NORMA PELAKSANAAN
KONVENSI HAK ANAK (KHA)
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t Manusia
re (HAM)
A. Hak Anak adalah Hak Asasi
u
o
yo n k
a
Pada prinsipnya,-lanak-anak
o merupakan subyek hak asasi manusia sebh
e
o
agaimana dinyatakan
prdalam
mDeklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948,
Kovenan Hak Ekonomi,(Hak Sosial dan Hak Budaya, dan Kovenan tentang Hak
oleh : Adzkar Arsini
Sipil dan Politik tahun 1966. Oleh karena itu, muncul pertanyaan mengapa
masyarakat inetrnasional perlu mengembangkan instrumen hukum HAM yang
khusus mengatur hak anak, padahal mereka adalah pembawa hak asasi manusia.
Bukan anak adalah juga manusia? Tentu saja anak-anak adalah manusia dan harus diperlakukan seperti itu sesuai dengan semua instrumen hukum HAM. Pada
abad 20, pengakuan atas anak-anak yang membutuhkan dukungan dan perlindungan khusus berkembang. Penciptaan hak khusus didasarkan pada kenyataan
bahwa karena statusnya sebagai seorang anak, anak-anak sangat rentan terancam
integritas dan martabatnya, sehingga membutuhkan perlindungan khusus.
Setiap terjadi peristiwa pelanggaran HAM, korban pertama selalu anakanak. Anak-anak menghadapi risiko yang lebih besar daripada orang dewasa.
Anak akan mengalami penderitaan dengan derajat lebih dalam akibat didiskriminasi daripada orang dewasa baik berdasarkan jenis kelamin, agama, ras,
serta setiap klasifikasi yang dilekatkan padanya. Anak seringkali diperlakukan
sebagai obyek dan bukan sebagai subyek. Anak dianggap sebagai milik dan sebagai simbol status bagi suatu rumah tangga. Oleh karena berkebutuhan khusus
modul pelatihan.indd 33
29-Jul-12 1:07:22 PM
34 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
anak, mereka dianggap sebagai populasi yang bermasalah. Berdasarkan hal tersebut maka mengkaitkan HAM kepada anak-anak berarti membebaskan anak dari
ketiadaan HAM dan membuat mereka berdaulat.
Menurut J.Eekelar anak-anak membutuhkan HAM dengan kualifikasi
khusus sesuai dengan karakteristik anak karena alasan sebagai berikut:
1. Anak merupakan kelompok rentan dan membutuhkan perlindungan khusus;
2. Anak merupakan kelompok masyarakat yang berbeda kebutuhan dan hakhak dengan orang dewasa;
3. Anak memiliki hak yang spesifik sebagai bagian dari HAM
Dalam perspektif hak anak, menurut Johanna Eriksson (2001) anakanak membutuhkan pengaturan dan perhatian khusus dalam rangka melindungi, memajukan, dan memenuhi hak-hak yang melekat padanya, karena alasan
sebagai berikut :
1. Anak-anak memiliki status yang setara dengan orang
12dewasa (equal status
0
with adults) sebagai anggota ras manusia, mereka
milik orang tua;
2 bukan
)
i
2. Kelangsungan hidup, tumbuh kembang,0
dan7 partisipasi
aktif anak merus
3
k
pakan proses yang penting (crucial)tbagi setiap
e masyarakat dan membuat
r
u
o
hal tersebut menjadi masuk akal
yountukk berinvestasi dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak;la on
e- benar-benar
3. Anak-anak pada awalnya
sangat tergantung, mereka dapat
oh
r
p
m
(
tumbuh menuju kemandiriannya
hanya dengan bantuan orang dewasa;
4. Masa kanak-kanak adalah masa paling formatif dalam kehidupannya. Keadaan perkembangan anak-anak membuat mereka rentan khususnya ter
hadap kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi hidup mereka, misal
konflik bersenjata, kekerasan, kekurangan pangan, polusi lingkungan, dll;
5. Masa remaja adalah periode yang kritis dalam kehidupan anak, perilaku
negatif atau positif akan ditiru selama periode ini yang akan berdampak
pada kehidupan masa dewasanya kelak;
6. Anak-anak berperan tidak pada bagian proses politik formal sehingga sulit bagi mereka untuk menggunakan sistem hukum. Oleh karena itu diperlukan pengaturan khusus untuk menjamin bahwa hak anak-anak dan
kepentingan anak-anak seharusnya diwakili secara tepat dalam semua pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka.
Tumbuhnya kesadaran bahwa tidak semua manusia memiliki akses yang
sama terhadap HAM dan fakta bahwa anak adalah orang-orang dengan kebutuhan khusus maka masyarakat internasional memandang perlu perjanjian khusus
HAM bagi anak-anak. Pemberian hak anak tertentu berarti pada saat yang sama
modul pelatihan.indd 34
29-Jul-12 1:07:22 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
35
untuk mengakui kerentanan mereka, kebutuhan khusus mereka, dan karena kebutuhan untuk memberdayakan mereka, dan untuk mengakui status mereka
sebagai manusia otonom, sebagai subyek hak.
Pengesahan Konvensi Hak Anak (KHA) pada 20 November 1989, menjadi titik kulminasi dari proses yang panjang bagi hak asasi anak untuk mendapatkan pengakuan jaminan internasional yang komprehensif. Secara khusus, KHA
menjadi tanda yang jelas bagi arah pergerakan pengakuan bahwa anak sebagai
pemilik hak yang aktif (active holder of rights) dan bukan hanya sekedar sebagai
obyek hak yang bersifat pasif (not merely a passive object of the rights). KHA
berisikan campuran hak-hak yang bersifat umum, seperti hak atas perkembangan hidup, serta hak hak yang ditujukan untuk kesejahteraan, tetapi KHA juga
menjamin baik hak sipil dan hak politik dan hak ekonomi, hak sosial, dan hak
budaya. Seperangkat ketentuan hak yang luas menjadi substansi KHA yang
merefleksikan sebuah spektrum perspektif global yang luas mengenai hak anak
(Jean Tomkin, 2009).
2
1 bagi pengakuan hak anak
Meskipun KHA merupakan sumber utama
0
2 namun
dalam Hukum Hak Asasi Manusia Internasional,
KHA bukan satu-satu7
)
i
nya. Komite Hak Anak memberikan catatan
30 ebahwa
ks KHA merefleksikan suatu
t
perspektif holistik terhadap perkembangan
u kormasa kanak-kanak berdasarkan prino
sip tidak dapat dibagi (indivisibility),
y n tidak terpisahkan (inalienable), dan saling
a
l
osemua hak asasi manusia. Keseluruhan perjanbergantung (interdependent)
- dari
h
e
o
jian internasional p
dirbidang
mhak asasi manusia dapat diterapkan pada anak-anak.
(
KHA menekankan bahwa anak adalah subyek dari hak, hal itu tidak
memberi mereka status yang sama seperti orang dewasa. Terdapat beberapa hal
yang membedakan antara hak-hak yang melekat pada anak dan hak-hak yang
melekat pada orang dewasa sebagai berikut (http://labspace.open.ac.uk):
1. Tedapat hak yang berlaku untuk anak-anak dan orang dewasa. Banyak hak
asasi yang diakui dalam hukum internasional, yang juga ditur dalam KHA,
sehingga secara eksplisit hak-hak yang dijamin dalam instrument yang lain
juga berlaku untuk anak-anak seperti hak untuk hidup, kebebasan berekspresi, pendidikan, administrasi peradilan, dan non-diskriminasi;
2. Beberapa hak asasi tidak termasuk ruang lingkup hak-hak anak, sisalnya, anak
tidak memiliki hak untuk memilih dan dipilih, memiliki otonomi untuk
membuat keputusan secara independen dari mereka yang memiliki tanggung
jawab untuk mereka, hak untuk menikah. Konvensi dengan jelas menyatakan
bahwa orang tua memiliki hak dan tanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan untuk anak-anak. Meskipun arah dan bimbingan orangtua harus sesuai dengan kapasitas anak yang tengah berkembang. Konvensi
juga tidak memberi anak hak untuk menentukan nasib sendiri karena hak ini
modul pelatihan.indd 35
29-Jul-12 1:07:22 PM
36 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
disediakan untuk orang dewasa;
3. Terdapat hak tambahan yang berhubungan dengan kebutuhan mereka akan
perlindungan khusus karena masa kanak-kanak dan kerentanan mereka.
Hak ini termasuk hak untuk bermain, kepentingan terbaik bagi anak sebagai
pertimbangan utama, perlindungan dari pelecehan dan eksploitasi dan perawatan alternatif melalui adopsi ketika keluarga tidak dapat menyediakan itu.
B. Mengenal KHA
Hak Anak adalah hak-hak dan kebebasan yang melekat pada setiap anak,
dan hak-hak ini berfungsi sebagai dasar bangunan dari budaya penghormatan
terhadap HAM. Terdapat 41 pasal substantif dalam KHA yang mengakui hak
asasi anak dengan menekankan bahwa hak tersebut harus dilaksanakan tanpa
diskriminasi apapun, semua tindakan dan kebijakan harus dilandasi pertimbangan kepentingan terbaik anak, anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan
dan semua tindakan ditujukan bagi pemajuan kelangsungan hidup dan perkembangan anak.
2
01
Secara substantif KHA mencakup seluruh kategorisasi
2 ) HAM yang se7
i hak politik di satu
cara tradisional diklasifikasikan dalam rumpun0
hak sipil
sdan
3
k
sisi, dan hak ekonomi, hak sosial dan haktbudaya
redi sisi lain. Seluruh hak yang
u
o
o dank saling terkait, seluruh hak sama
dijamin dalam KHA tidak dapat y
dibagi
a
penting dan mendasar untuk perkembangan
-l hon kehidupan anak yang bermartabat
e
o
(Marta Santos Pais, 1999).r
p
(m
Terdapat klasifikasi umum dari keseluruhan hak-hak yang terkandung
dalam KHA dikenal sebagai 3 (tiga) ‘P’, yakni (Nancy Kanyago, 2007):
1. Penyediaan (Provision) : Hak anak harus diberikan melalui layanan sosial dan
layanan dasar lainnya, dari perawatan kesehatan dan pendidikan, serta manfaat jaminan sosial untuk mencapai standar hidup yang memadai;
2. Perlindungan (Protection) : Hak anak untuk dilindungi dari segala macam
tindak kekerasan, termasuk penganiayaan, penelantaran, bentuk eksploitasi
seksual komersial dan lainnya, penyiksaan dan penahanan yang sewenangwenang;
3. Partisipasi (Participation) : Hak anak untuk menyatakan pandangannya (berpartisipasi) dalam seluruh keputusan yang mempengaruhi kehidupan anak
dan masyarakat secara keseluruhan.
Keseluruhan hak yang tercakup dalam ketiga klasifikasi tersebut saling
terkait dan saling memperkuat seluruh hak yang dijamin dalam KHA. Tabel
berikut merupakan pengelompokan pasal-pasal substantif KHA yaitu :
modul pelatihan.indd 36
29-Jul-12 1:07:22 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
Pengelompokan
Hal yang diatur
Langkah-langkah Implementasi hak
implementasi
Pemajuan hak dan diseminasi informasi
umum
Penghormatan standar yang lebih tinggi
Definisi
Definisi Anak
Prinsip-Prinsip
Non diskriminasi
Umum
Kepentingan terbaik bagi anak
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, & tumbuh kembang
Penghormatan atas pandangan anak
Hak-hak sipil
Nama dan kewarganegaraan
dan kebebasan
Pemeliharaan identitas
Kebebasan berekspresi
Akses terhadap informasi yang sesuai
Kebebasan berpikir, hati nurani dan agama
Kebebasan berserikat & berkumpul secara damai
Perlindungan atas privasi
Larangan penyiksaan dan hukuman mati
Lingkungan
Bimbingan orang tua dan kemampuan anak yang
keluarga dan pe- tengah berkembang
rawatan alterTanggung jawab orang tua - P.18 ayat (1) & (2)
natif
Pemisahan dari orang tua
Reunifikasi Keluarga
Pemulihan perawtan bagi anak - P. 27ayat (4)
Anak-anak kehilangan lingkungan keluarga
Adopsi
Perlindungan dari perdagangan gelap anak-anak
dan tidak dipulangkannya kembali anak-anak
yang ada di luar negeri
Pencegahan penyalahgunaan dan penelantaran
Tinjauan penempatan anak oleh penguasa yang
berwenang secara periodik
Kesehatan dasar Anak dengan disabilitas (cacat)
& kesejahteraan Kesehatan dan pelayanan kesehatan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 37
37
Pasal yang
Mengatur
Pasal 4
Pasal 42
Pasal 41
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 6
Pasal 12
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 13
Pasal 17
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 37 (a)
Pasal 5
Pasal 18
Pasal 9
Pasal 10
pasal 27
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 11
Pasal 19&39
Pasal 25
Pasal 23
Pasal 24
29-Jul-12 1:07:22 PM
38 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Kesehatan dasar
& kesejahteraan
Pendidikan
Anak dalam
situasi darurat
Anak yang berhadapan dengan
hukum
Anak dalam
situasi eksploitasi, termasuk
pemulihan
jasmani dan
psikologis dan
reintegrasi sosial
Jaminan sosial & fasilitas & layanan perawatan
anak - Pasal 18 Ayat (3), Pasal 26
Standar kehidupan anak
Pendidikan, termasuk pelatihan kejuruan
Tujuan pendidikan
Waktu luang, rekreasi, dan aktivitas budaya
Pengungsi anak
Anak dalam konflik bersenjata
Administrasi peradilan pidana anak
Anak yang dicabut kebebasannya - huruf b, c, d
Penghukuman anak - Pasal 37 huruf a
Pemulihan fisik & psikologis dan reintegrasi sosial
Perlindungan dari eksploitasi ekonomi, termasuk
pekerja anak
Perlindungan dari penyalahgunaan obat
Perlindungan dari eksploitasi dan pelecehan
seksual
Perlindungan dari perdagangan manusia dan
penculikan
Perlindungan dari bentuk-bentuk eksploitasi lainnya
Perlindungan anak-anak dari kelompok minoritas
dan masyarakat adat
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pasal 26 dan
Pasal 18 (3)
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 31
Pasal 22
Pasal 38
Pasal 40
Pasal 37b,c,d
Pasal 37 (a)
Pasal 39
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 30
Sumber; CRC/C/5 dan CRC/C/58
C. Prinsip-Prinsip Umum KHA
Komite KHA telah mengidentifikasi 4 pasal yang harus dianggap sebagai
prinsip umum dan diperhitungkan dalam pelaksanaan semua pasal lainnya dari
Konvensi. Yaitu :
1. Prinsip non diskriminasi
Kewajiban negara untuk menghormati dan menjamin hak-hak yang diatur dalam Konvensi bagi setiap anak dalam wilayah hukum mereka tanpa
diskriminasi apapun. Prinsip non-diskriminasi merupakan prinsip prinsip
umum dari semua ketentuan hak asasi manusia dan merupakan bagian dari
setiap Instrumen hak asasi manusia internasional. Kewajiban ini juga mensyaratkan bahwa Negara-negara Pihak secara aktif mengidentifikasi setiap
individu anak-anak dan kelompok anak-anak yang mungkin memerlukan
modul pelatihan.indd 38
29-Jul-12 1:07:22 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
39
tindakan khusus.
2. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak
Pasal ini menyatakan bahwa kepentingan terbaik bagi anak sebagai pertimbangan utama dalam semua tindakan yang menyangkut anak-anak. Pasal ini
mengatur bahwa tindakan yang dilakukan oleh lembaga publik atau swasta
yang fokusi pada upaya meningkatkan kesejahteraan sosial, institusi peradilan, penguasa administratif atau badan legislatif harus mempertimbangan
kepentingan terbaik bagi anak. Kemudian, prinsip ini mensyaratkan bahwa
langkah-langkah aktif harus dilakukan di semua tingkat baik Pemerintah, legislatif, dan peradilan. Ini artinya, setiap lembaga kenegaraan harus menerapkan prinsip kepentingan terbaik secara sistematis untuk mempertimbangkan bagaimana hak-hak anak dan kepentingan anak-anak karena kehidupan
anak-anak terakomodasi dalam setiap kebijakan publik yang ditetapkan.
3. Prinsip hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan tumbuh kembang
Hak untuk hidup melekat pada setiap anak dan
12kewajiban Negara untuk
0
2 )hidup dan perkembangan
menjamin semaksimal mungkin kelangsungan
7
i
anak. Dalam konteks ini, Komite Hak
Anak
bahwa Negara
0 ksmengharapkan
3
e
harus menafsirkan pembangunantdalamrarti luas sebagai konsep holistik seo
ouperkembangan
hingga dapat mengakomodasi
anak secara fisik, mental, spirik
y
n
a
tual, moral, psikologis
o
-ldan sosial.
e oh
r
p
4. Prinsip penghormatan
(mterhadap pandangan anak
Hak anak untuk mengekspresikan pandangannya secara bebas dalam segala
hal yang mempengaruhi anak, pandangan-pandangan anak harus dipertimbangkan sesuai dengan usia dan tingkat kematangannya. Prinsip ini menyoroti peran anak sebagai warga Negara yang aktif dalam perlindungan, promosi
dan pemantauan terhadap upaya pemenuhan hak-hak mereka. Hal ini membutuhkan prasyarat harus tersedia mekanisme fasilitatif yang sesuai kapasitas
anak-anak yang tengah berkembang. Dengan demikian, partisipasi anak ini
sangat penting dalam setiap proses pengambilan kebijakan publik karena setiap kebijakan publik yang ditetapkan oleh para pengambil kebijakan akan
berdampak pada kehidupan setiap anak baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
modul pelatihan.indd 39
29-Jul-12 1:07:23 PM
40 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Bahan Bacaan
Modul IV
PENGERTIAN PERLINDUNGAN ANAK,
RUANG LINGKUP DAN PIHAK YANG BERTANGGUNG
JAWAB MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
k
yo Perlindungan
A. Definisi dan Ruang Lingkup
Anak
n
a
l
o
oh istilah perlindungan anak berarti perMenurut Dan O’Donnell
re m(2004),
p
( dan eksploitasi. Artinya perlindungan anak
lindungan dari kekerasan, pelecehan
oleh : Adzkar Arsini
ditujukan bagi penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak setiap anak untuk tidak menjadi korban dari situasi yang merugikan (membahayakan) dirinya.
Hak atas perlindungan melengkapi hak yang lain lain seperti memastikan anakanak menerima apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, bertumbuh
dan berkembang.
Definisi yang sama dinyatakan oleh Save the Children Alliance (2007)
bahwa perlindungan anak merupakan langkah-langkah dan pengembangan
struktur untuk mencegah dan menanggapi penyalahgunaan, penelantaran,
eksploitasi, dan kekerasan yang dapat mempengaruhi kehidupan anak-anak sebagaimana telah diatur dalam KHA, dan instrumen Hukum HAM yang lain,
serta hukum nasional suatu Negara.
Perlindungan dari kekerasan, penyalahgunaan, penelantaran, dan eksploitasi harus memperhatikan keterlibatan pelaku. Berikut bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak dan pelaku kekerasan terhadap anak (Elanor Jackson &
Marie Wernham, 2005):
modul pelatihan.indd 40
29-Jul-12 1:07:23 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
41
1. Membahayakan diri sendiri, misalnya sengaja memotong atau melukai diri
sendiri, pikiran bunuh diri; mencoba bunuh diri dan melakukan bunuh diri;
2. Penyalahgunaan oleh sebaya, misalnya bullying baik fisik atau psikologis; kekerasan fisik dan seksual;
3. Penyalahgunaan oleh orang dewasa, misalnya kekerasan rumah tangga (fisik,
psikologis, seksual); hukuman fisik di sekolah-sekolah dan organisasi; pelecehan seksual dan eksploitasi.
4. Penyalahgunaan oleh masyarakat, misalnya: lingkungan, sosial, politik, ekonomi dan budaya yang secara aktif mendorong atau secara diam-diam memaafkan kekerasan terhadap anak, misalnya kampanye politik yang mendorong
‘pembersihan’ anak jalanan; pandangan agama dan budaya yang mendorong
hukuman fisik dan pelecehan anak-anak sebagai praktik pengasuhan anak;
praktik-praktik berbasis tradisi yang berbahaya seperti pemotongan genital
perempuan, prevalensi tinggi kekerasan dalam media; sikap budaya yang memaafkan kekerasan terhadap perempuan di rumah atau ide-ide perempuan
dan anak-anak sebagai milik orang tua bukan sebagai
2 manusia yang memiliki
1
hak-hak yang sama.
20 )
7
Diagram berikut menggambarkan pelaku-pelaku
yang terlibat dalam
i
sanak.
30
k
pelecehan terhadap anak atau kekerasan
terhadap
e
ut kor
o
ay on
l
h
e
pr (mo
Sumber: Elanor Jackson & Marie Wernham, 2005
Pendekatan berbasis hak asasi manusia untuk perlindungan anak memiliki 3 perhatian utama; yakni untuk memajukan dan melindungi martabat,
integritas fisik, dan harga diri anak sebagai manusia. Anak berhak mendapatkan
perlindungan penuh terhadap segala jenis kekerasan baik dalam hubungan pribadi maupun kerugian dari aspek masyarakat yang lebih luas seperti pekerjaan
modul pelatihan.indd 41
29-Jul-12 1:07:23 PM
42 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
berbahaya, media dan disiplin sekolah (Carolyne Willow, 2010).
Adapun ataran-aturan dalam KHA yang memiliki keterkaitan dengan
perlindungan anak antara lain:
1. Hak anak untuk mempertahankan hidup dan mencapai pertumbuhan yang
optimal (Pasal 6);
2. Larangan hukuman mati dan hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan
bebas (Pasal 37);
3. Hak mendapatkan perlindungan dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan (Pasal 37);
4. Hak anak mendapatkan perlindungan dari segala jenis kekerasan, penyalahgunaan, penelantaran, dan eksploitasi (Pasal 19);
5. Hak atas perlindungan dari eksplotasi seksual dan penyalahgunaan seksual
(Pasal 34);
6. Hak atas perlindungan dari penculikan dan perdagangan orang (Pasal 35);
7. Hak atas perlindungan dari praktik-praktik tradisional yang membahayakan
12
kesehatan anak (Pasal 24 ayat (3));
0
2dan)integritas anak yang
8. Kewajiban Negara untuk memastikan pemulihan
7
i
0 ksmemberikan
menjadi korban kekerasan, dengan mengutamakan
kesehatan,
3
e
t
harga diri, dan martabat anak (Pasal u
39);
r
o ko
y
D. Kewajiban Negara, Masyarakat
-la hondan Orang Tua
e
r mo (1979) mengartikulasikan pentingnya
Pandangan Uri p
Bronfenbrenner
(
hubungan antara anak dengan keluarga dan masyarakat, dan menciptakan pe-
rubahan melalui upaya intervensi terhadap lingkungan tempat di mana anak
menjalani kehidupan, sementara itu, di satu sisi secara bersamaan mendukung
individu anak. Fokus dari pendekatan ekoligis ni adalah orang-orang dewasa di
lingkungan tempat di mana anak menjalani kehidupan kesehariannya. Artinya
pendekatan ekologis ini mengakui bahwa dukungansosial merupakan komponen penting dari praktek intervensi sosial, termasuk perlindungan terhadap anak
(Robyn Miller, 2006).
Secara garis besar, sistem jaring hirarki Urie Bronfenbrenner meliputi:
Pertama, sistem mikro (microsystem), terdiri dari orang-orang dan ruang sosial
yang mana seorang anak menjalin relasi dengan orang-orang yang terdekat seperti keluarga, teman, rumah, dan sekolah. Kedua, sistem meso (mesosystem) yang
terdiri dari relasi yang lebih bervariasi yang menghubungkan relasi antar sistem
mikro yang satu dengan sistem mikro yang lain. Ketiga, sistem ekso (exosystem),
terdiri dari struktur berketetanggaan dan komunitas, termasuk semua jenis relasi
kekuasaan lokal yang berdampak pada kehidupan anak. Keempat, sistem makro
(macrosystem), terdiri dari pertemuan kekuatan budaya, politik, dan ekonomi
modul pelatihan.indd 42
29-Jul-12 1:07:24 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
43
yang mempengaruhi pengalaman-pengalaman anak di tingkat lokal (Caroline
Arnold, et.al, 2000).
Intervensi untuk mendukung anak seharusnya tidak hanya ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan anak yang spesifik tetapi harus menanggapi konteks lingkungan mereka. Pendekatan konseptual memungkinkan pertimbangan
simultan dari berbagai tingkat upaya melakukan intervensi sosial, yakni :
1. Langsung dengan anak;
2. Pada tingkatan keluarga;
3. Pada tingkat lembaga sosial masyarakat yang lebih luas (termasuk pengembangan kebijakan dan program dan alokasi sumberdaya publik);
4. Pada tingkat nilai budaya.
Model lingkungan ekologis sebagaimana diuraikan sebelumnya dapat
divisualisasikan di bawah ini.
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Sumber: Wilhelmina B. Dacanay, et.al, 2006
modul pelatihan.indd 43
29-Jul-12 1:07:24 PM
44 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Berdasarkan pendekatan model ekologis tersebut maka orang tua, komunitas atau masyarakat, dan negara memiliki kewajiban untuk memberikan
perlindungan kepada anak. Pada prinsipnya perlindungan anak dilandasi prinsip kemitraan dan berbagi tanggung jawab diantara berbagai profesi layanan
kemanusiaan, termasuk sekolah dan pusat-pusat layanan anak lainnya. Namun
demikian perlindungan dan layanan terbaik bagi anak berada dalam keluarga
sendiri. Apabila orang tua, wali atau amal tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya untuk melindungi anak-anak mereka dari bahaya (kerugian) maka tanggung jawab tersebut beralih menjadi tanggung jawab masyarakat.
Intervensi negara melalui pengembangan hukum perlindungan anak diperlukan
apabila masyarakat juga gagal memberikan perlindungan kepada anak (Department of Education and Early Childhood Development and Department of Human
Services, 2010).
Di bawah naungan KHA, anak-anak tidak lagi dilihat menjadi sebagai
harta, harta benda atau pelengkap dari orang tua mereka, atau dibawah otoritas orang dewasa. Anak-anak menyandang ‘status pribadi’
12yang menggambar0
kan anak sebagai manusia yang memiliki hak dan martabat.
2 ) Menurut konvensi
7
anak-anak memiliki hak untuk dilindungi dari 0
semua jenis
si kekerasan, penyalah3
k
gunaan, dan eksploitasi mungkin terjadi t
dalam keluarga
mereka (Ann Farrell,
e
r
u
o
tanpa tahun).
o k
ay
n
o kesatuan alamiah yang paling baik unKHA mengakui keluarga
-l sebagai
h
e
o
tuk melindungi anak-anak
menyediakan kondisi bagi perkembangan anak.
prdan(m
Anak juga berhak mendapatkan perawatan, keamanan, pengasuhan yang menjamin penghormatan pribadi anak. Pasal 3 KHA menyatakan bahwa pertimbangan orang tua harus menghormati kepentingan terbaik anak. Setiap anak berhak
untuk mengetahui dan dirawat oleh orang tuanya (Pasal 7).
KHA membebankan tanggung jawab kesejahteraan kepada kedua orang
tua dan negara, dan negara berkewajiban untuk mengakui tanggung jawab orang
tua untuk membesarkan anak (Pasal 5). Untuk itu Negara berkewajiban mengambil tindakan positif guna mendukungan orang tua dalam melaksanakan tugas ini
(Pasal 18). Orang tua juga memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan
anak dapat menikmati standar hidup yang layak, tetapi jika orang tidak mampu
menyediakan dan merawat anak mereka, negara memiliki tanggung jawab untuk
membantu atau turut campur (Pasal 27). Orang tua harus memberikan arahan
yang tepat dan bimbingan bagi anak, dengan cara yang sesuai dengan kapasitas
perkembangan anak, yaitu, apabila anak mulai tumbuh dewasa harus diakui
memiliki hak untuk menyuarakan hal-hal yang bersifat pribadi (Pasal 14).
Dalam hal ini, Ann Farrell menguti pandangan D.G. Gill (1991) yang
mengemukakan pendapat bahwa KHA acara simbolis menegaskan hak-hak
modul pelatihan.indd 44
29-Jul-12 1:07:24 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
45
orang tua untuk menghormati anak-anaknya, di sisi yang lain anak-anak juga
harus menjaga hubungannya dengan orang tua dalam konteks pelaksanaan kepentingan terbaik bagi anak.
Berdasarkan etika dan hukum, perlindungan anak adalah urusan semua
orang di setiap tingkat masyarakat di setiap fungsi. Oleh karena itu, tanggung
jawab orang tua untuk melindungi dapat diambil alih masyarakat apabila orang
tua gagal memberikan perlindungan terhadap anak, (Deborah Daro and Kenneth A. Dodge, 2009). Bahkan apabila orang tua melakukan penelantaran, penyalahgunaan, ekspoitasi, atau salah memperlakukan anak, situasi ini dapat dijadikan alasan anak dipindahkan untuk mendapatkan perawatan alternatif baik
sementara maupun tetap. Dalam kasus seperti ini masyarakat dan otoritas lokal
tidak boleh diabaikan sebagai sumber daya untuk memberikan perlindungan
dasar bagi anak-anak (Wilhelmina B. Dacanay, et.al, 2006).
Terkait dengan kewajiban negara memberikan perlindungan terhadap
anak, aturan Pasal 4 KHA menetapkan kewajiban Negara secara keseluruhan
12dalam KHA melalui cara
untuk melaksanakan semua hak anak yang dijamin
0
2 )dan tindakan lain Dengan
mengambil semua langkah legislatif, administratif,
7
0 kmelalui
si upaya legislasi, adminisdemikian perlindungan anak, harus diperkuat
3
t Rachel
trasi dan tindakan lainnya. Menurut
reHodgkin & Peter Newell, (2007),
u
o
kdalam pasal tersebut, meliputi:
tindakan-tindakan sebagaimana
yodiatur
n
a
l
o
1. Memastikan bahwae-semua h
peraturan perundang-undangan (legislative polio
r
p sesuai
cy) secara penuh
(mdengan prinsip-prinsip dan ketentuan KHA ;
2. Membuat suatu strategi nasional secara komprehensif guna memenuhi dan
melindungi hak-hak anak ;
3. Pengalokasian dan analisis anggaran public berdasarkan kepentingan terbaik
untuk anak.
Kemudian, Komite Hak Anak memberikan pedoman yang rinci bagi Negara
pihak untuk mengambil langkah-langkah dasar yang diperlukan sehingga pemajuan dan perlindungan hak anak lebih efektif, yaitu (Carolyne Willow, 2010) :
1. Memberlakukan KHA ke dalam hukum domestik;
2. Mengembangkan dan melaksanakan rencana atau strategi nasional;
3. Terdapat alokasi sumber daya yang layak dan mengembangkan gugus tugas
untuk mengkoordinasikan pelaksanaan KHA;
4. Penilaian dan analisis secara rutin mengenai dampak dari suatu produk
legislatif, kebijakan, dan anggaran untuk memenuhi hak-hak anak;
5. Pemantuan terhadap jumlah sumber daya yang dibelanjakan untuk melaksanakan perlindungan dan pemenuhan hak anak baik di level lokal, nasional,
maupun internasional;
modul pelatihan.indd 45
29-Jul-12 1:07:25 PM
46 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Berdasarkan pendekatan berbasis hak langkah-langkah tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kewajiban mendasar Negara terkait dengan perlindungan anak, yaitu: menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfill) hak setiap orang yang berada dalam yurisdiksinya. Ketiga
kewajiban tersebut meskipun saling berkait namun memiliki titik tekan yang
berbeda-beda. Ketiga kewajiban Negara tersebut, meliputi (Mahesh Patel, 2002):
1. Kewajiban untuk menghormati mengharuskan negara menahan diri untuk
tidak campur tangan dalam penikmatan hak asasi manusia (HAM);
2. Kewajiban untuk melindungi mengharuskan negara mencegah pelanggaran
HAM oleh pihak ketiga. Kewajiban untuk melindungi secara khusus, dimaknai negara harus melindungi kelompok tertentu yang rentan (anak, masyarakat adat, buruh) atau terdiskriminasi (perempuan, non-WN).
3. Kewajiban untuk memenuhi, terbagi menjadi 2 (dua) cara, yakni:
a) Dengan cara memudahkan (facilitate), mengharuskan negara untuk mengambil tindakan-tindakan legislatif, administratif, anggaran,
2 hukum, dan
1sepenuhnya
0
semua tindakan lain yang memadai guna memenuhi
atas hak2
7
hak asasi manusia;
0 ksi)Negara untuk secara
b) Dengan cara menyediakan (provide), 3
mensyaratkan
t layanan
rebagi perwujudan atas haku
langsung menyediakan bantuan
dan
o
o k
hak asasi manusia.
ay n
-l ho
e
Uraian dari ketiga kewajiban
pr Negara
mo untuk menghargai, melindungi, dan me(
menuhi hak asasi manusia dalam konteks pendekatan berbasis hak dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
modul pelatihan.indd 46
29-Jul-12 1:07:25 PM
modul pelatihan.indd 47
Penerimaan Negara
Pihak bahwa mereka
harus mengambil
tindakan atas suatu
hak atau persoalan
yang spesifik
Tanggung jawab:
Kapasitas
Kewajiban Negara
Hak belum sepenuhnya terealisasi dan
Negara harus mengambil tindakan untuk
memenuhi realisasinya sepenuhnya
Negara menerima
tanggungjawabnya
untuk memudahkan pemenuhan
atas hak melalui
penerapan tindakan legislatif, administratif, anggaran,
peradilan, dan
tindakan lain yang
ƒ
Negara menerima
tanggung jawabnya
untuk secara
langsung
menyedia-kan
bantuan dan
layanan bagi
perwujudan hak
asasi anak.
Kewajiban untuk menyediakan mensyaratkan Negara untuk secara langsung menyediakan bantuan dan
layanan bagi perwujudan hak asasi anak.
Kewajiban untuk memudahkan mensyaratkan Negara untuk menerapkan tindakan-tindakan legislatif, administratif, anggaran,
peradilan, dan tindakan lain untuk memajukan dan mencapai
realisasi hak asasi
anak.
ƒ
MemenuhiMENYEDIAKAN
MemenuhiMEMUDAHKAN
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
ƒ Negara menerima
tanggung jawabnya
untuk mengambil
tindakan untuk
mencegah pihak
ketiga turut mencampuri dalam
penikmatan hak
asasi anak.
Kewajiban untuk Melindungi mensyaratkan
Negara untuk mengambil tindakan untuk
mencegah pihak ketiga
turut mencampuri
dalam peni-kmatan
hak asasi anak.
Kewajiban untuk
menghormati mensyaratkan negara untuk
menghindari turut
mencampuri secara
langsung maupun
tidak langsung dalam
penikmatan hak asasi
anak.
ƒ Negara menerima
tanggung jawabnya
untuk menghindari
turut mencampuri
secara langsung
maupun tidak
langsung dalam
penikmatan hak
asasi anak
Melindungi
Menghormati
Hak sudah terealisasi (ternikmati) dan
harus dihormati dan dilindungi oleh
Negara
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
47
29-Jul-12 1:07:25 PM
modul pelatihan.indd 48
Adanya kecukupan
akan kemampuan,
motivasi, kekuatan
kemauan,
pengetahuan,
pengalaman, waktu,
komitmen, dll
Sumber daya:
Manusia:
Negara Pihak memiliki
kewenangan untuk
mengambil suatu
tindakan atas suatu
hak atau persoalan
yang spesifik
Kewenangan:
ƒ Negara memiliki
staf yang cukup
terlatih, memiliki
motivasi dan
bertanggung jawab
untuk menghindari
mencampuri secara
langsung maupun
tidak langsung
dalam penik-matan
hak asasi anak.
ƒ Negara memiliki
kewenangan untuk
menghindari untuk
mencampuri secara
langsung maupun
tidak langsung
dalam penikmatan
hak asasi anak.
ƒ Negara memiliki
kewenangan untuk
mencegah pihak
ketiga turut mencampuri dalam
penikmatan hak
asasi anak.
ƒ
ƒ Negara memiliki
staf yang cukup
terlatih, memiliki
motivasi dan
bertanggung jawab
untuk memudahkan
pemenuhan atas
hak melalui
penerapan tindakan
legislatif,
administratif,
anggaran,
peradilan, dan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
ƒ Negara memiliki
staf yang cukup
terlatih, memiliki
motivasi dan
bertanggung jawab
untuk mencegah
pihak ketiga turut
mencampuri dalam
penikmatan hak
asasi anak.
Negara memiliki
kewenangan untuk
memudahkan
pemenuhan atas
hak melalui
penerapan
tindakan legislatif,
administratif,
anggaran,
peradilan, dan
tindakan lain yang
memajukan hak
asasi anak.
memajukan hak
asasi anak.
Negara memiliki
kewenangan untuk
secara langsung
menyediakan
bantuan dan
layanan bagi
perwujudan hak
asasi anak.
ƒ Negara memiliki
staf yang cukup
terlatih, memiliki
motivasi dan
bertanggung jawab
untuk secara
langsung
menyediakan
bantuan dan
layanan bagi
perwujudan hak
asasi anak.
ƒ
48 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
29-Jul-12 1:07:25 PM
Ekonomi:
Tanah, sumber daya
alam, alat-alat
produksi (peralatan,
perlengkapan),
teknologi, pendapatan,
kredit
ƒ Negara telah mengalokasikan sumber
daya ekonomi yang
cukup untuk
memastikannya
menghindari
mencampuri secara
langsung maupun
tidak langsung
dalam penikmatan
hak asasi anak.
ƒ Negara telah mengalokasikan sumber
daya ekonomi yang
cukup untuk mencegah pihak ketiga
turut mencampuri
dalam penikmatan
hak asasi anak.
tindakan lain yang
memajukan hak
asasi anak.
modul pelatihan.indd 49
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
ƒ Negara telah
mengalokasikan
sumber daya
ekonomi yang cukup untuk
memudah-kan
pemenuhan atas
hak melalui penerapan tindakan legislatif, administratif,
anggaran,
peradilan, dan
tindakan lain yang
memajukan hak
asasi anak
ƒ Negara menyediakan sumber daya
ekonomi yang
cukup untuk secara
langsung menyediakan bantuan dan
layanan bagi perwujudan hak asasi
anak.
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
49
29-Jul-12 1:07:25 PM
modul pelatihan.indd 50
ƒ Lembaga-lembaga
Negara dan struktur
administrasi yang
ada membatasi
Negara untuk turut
campur secara
langsung mau-pun
tidak langsung
dalam penikmatan
hak asasi anak.
Sumber: Mahesh Patel, 2002
Organisasional:
Adanya lembagalembaga, struktur
administratif, dst.
ƒ Lembaga-lembaga
Negara dan struktur
administrasi ada
untuk mencegah
pihak ketiga turut
mencampuri dalam
penikmatan hak
asasi anak
ƒ Lembaga-lembaga
Negara dan struktur
administrasi ada
untuk memudahkan
pemenuhan atas
hak dengan
menerapkan
tindakan legislatif,
administratif,
angga-ran,
peradilan dan
tindakan lain untuk
memajukan hak
asasi anak.
ƒ Negara memiliki
lembaga-lembaga
dan struktur
administrasi yang
mencukupi untuk
secara langsung
menyediakan
bantuan dan
layanan bagi
perwujudan hak
asasi anak.
50 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
29-Jul-12 1:07:25 PM
MODUL IV
Pelanggaran Hak Anak
51
Tiga kewajiban Negara untuk melindungi anak dalam konteks perlindungan anak apabila dikerangkai dengan sistem ketatanegaraan berdasarkan paham trias politica dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Menghormati
Melindungi
Legislatif
Tidak melegislasi UU
yang bertentangan
dengan norma-norma hak asasi anak
yang dijamin dalam
KHA
Legislasi
Membuat UU yang
mempidanakan
pelanggaran hak
-hak anak yang dijamin dalam KHA
Eksekutif
Tidak melakukan
tindakan yang
dilarang oleh normanorma hak asasi
anak yang dijamin
dalam KHA
Penegakan Hukum
Melakukan penyidikan dan penuntutan
terhadap pelaku
yang melanggar hak
asasi anak.
Yudikatif
Kebebasan
Keadilan
Memutuskan
perkara secara ‘adil’
dengan mempertimbangkan normanorma dan standar
internasional hak
asasi anak
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Memenuhi
Perencanaan dan
pelaksanaan
Mengambil langkahlangkah legislatif, administratif,
kebijakan, anggaran,
hukum dan semua
tindakan yang memadai guna perwujudan sepenuhnya
hak asasi anak
Kesejahteraan
Sumber: Harry Wibowo, 2005
Pada titik ini negara menjadi pengemban kewajiban utama (primary duty
bearers) untuk memastikan implementasi hak-hak yang dijamin dalam KHA.
Pada lapis kedua, terdapat masyarakat, keluarga, dan orang tua yang memiliki
kewajiban (responsibilities) untuk mengakui dan mengimplementasikan hak
anak. KHA mengakui orang tua dan keluarga yang lebih luas sebagai perawat,
pelindung, dan pembimbing utama (primary caregivers, protectors, and guides)
bagi anak-anak. Negara wajib memberikan dukungan dan pemberdayaan kepada orang tua dan keluarga sehingga dapat melaksanakan perannya tersebut
(Johanna Eriksson, 2001).
modul pelatihan.indd 51
29-Jul-12 1:07:26 PM
52 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 52
29-Jul-12 1:07:26 PM
MODUL V
SISTEM PERADILAN PIDANA
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Sistem Peradilan Pidana (SPP) adalah sistem dalam suatu masyarakat
untuk menanggulangi kejahatan, dengan tujuan untuk mencegah masyarakat
menjadi korban kejahatan, menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga
masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana,
dan mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi
lagi kejahatannya.
Dalam SPP pelaksanaan dan penyelenggaan penegakan hukum pidana
melibatkan badan-badan yang masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri.
Badan-badan tersebut yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga
pemasyarakatan. Dalam kerangka kerja sitematik ini tindakan badan yang satu
akan berpengaruh pada badan yang lainnya. Untuk kasus anak yang berhadapan
dengan hukum, terdapat sistem peradilan pidana anak yang memiliki kekhususan untuk melindungi hak-hak anak dari dampak buruk SPP. Sessi ini akan
memperkenalkan SPP dan lembaga-lembaga yang bekerja dalam SPP Anak.
modul pelatihan.indd 53
29-Jul-12 1:07:26 PM
54 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Tujuan :
1. Peserta mengenal tugas, fungsi dan kewajiban Aparat
Penegak Hukum (Polisi,Jaksa, Bapas,Pengacara, Hakim
dan Sipir)
2. Peserta mengenal secara umum proses peradilan pidana
Topik :
a. Tugas dan fungsi Aparat Penegak Hukum (Polisi, Jaksa,
Bapas, Pengacara, Hakim dan Sipir)
b. Hukum Acara Pidana Anak
Metode
Diskusi Kelompok
Role Play
Curah Pendapat
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
Alat/Bahan
u
k
ydioMedan
1. Kasus Raju
n
a
l
o
2. Kasus
e-JudiodihBandara
r
3. p
Bahan(m
bacaan ”Mengenal Sistem Peradilan
Waktu
120 menit
Anak”
4. Kertas Plano
5. Spidol
Pidana
PROSES FASILITASI
1. Fasilitator membuka acara dan menjelaskan tujuan dari sesi ini
2. Bagilah peserta menjadi dua kelompok, kelompok 1 untuk kasus Raju dan
kelompok 2 untuk kasus judi anak
3. Minta peserta untuk melakukan diskusi kelompok, dan berikan tugas :
- Mengidentifikasikan pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan kasus
dan tuliskan dalam metaplan
- Presentasikan kasus dalam bentuk drama
4. Setelah presentasi selesai, ajak peserta mengidentifikasikan lembaga-lembaga
dalam sistem peradilan pidana anak.
modul pelatihan.indd 54
29-Jul-12 1:07:26 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
55
Bahan Bacaan Study Kasus
Modul V
Berawal dari Permintaan Berobat ke Dokter,
Kasus Raju pun Merebak
Rabu, 1 Maret 2006 19:01 WIB | 330 Views
Oleh Diah Novianti
12
0
2 )
7
0 persidangan
si terhadap Muhammad
Jakarta (ANTARA News) - Kasus
3
k
e
t orpenahanan
Azwar alias Raju, yang berlanjutudengan
terhadap bocah laki-laki
o
k
yang menurut Kartu Keluarga
npada 9 Desember 1997 itu, tampaknya meaylahir
l
o
narik perhatian nasional.
e oh
r
p
Tidak kurang Anggota
(m DPR, Komisi Nasional Perlindungan Anak
(KPA), Komisi Yudisial (KY), hingga Yeni Abdurrahman Wahid yang kini menjadi Penasehat Presiden turun langsung ke Desa Paluh Manis, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang berjarak dua jam perjalanan dari Medan.
Permintaan penghentian persidangan terhadap Raju dan dugaan terjadinya pelanggaran prosedur pengadilan anak yang dilakukan hakim tunggal
yang mengadili perkara itu, Tiurmaida H. Pardede, dilontarkan berbagai pihak
sejak kasus Raju mencuat di media massa lantaran penahanan yang harus dijalani Raju di dalam sel tahanan dewasa berdasarkan penetapan penahanan yang
dikeluarkan hakim sejak 19 Januari 2006.
Padahal, semuanya itu berawal dari sekadar permintaan untuk berobat
ke dokter dari Keluarga Armansyah yang ditolak oleh Keluarga Raju.
Ibu Armansyah, Ani Sembiring, menuturkan, kejadian itu berawal pada
31 Agustus 2005 saat anaknya berkelahi dengan Raju sepulang sekolah. Meski
lebih tua enam tahun dari Raju, kondisi fisik Armansyah tidak jauh berbeda dari
Raju. Armansyah hanya sedikit lebih tinggi dari Raju, namun tubuhnya lebih
kurus.
modul pelatihan.indd 55
29-Jul-12 1:07:26 PM
56 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Menurut Ani, perkelahian Armansyah dan Raju berpokok pada persoalan Iswandi, adik Armansyah yang berada satu kelas dengan Raju di kelas 3 SD
Negeri 056633 Gang Mangga, Langkat, Sumatera Utara.
“Iswandi sudah sepuluh hari tidak mau masuk sekolah. Ketika saya tanya
kenapa, dia jawab takut sama Raju, karena setiap hari kepalanya ditokok oleh
Raju,” katanya. Ditokok adalah istilah bahasa di Langkat, Sumatera Utara, yang
artinya sama dengan dijitak.
Ani kemudian mengantar Iswandi ke sekolah, dan menemui guru Iswandi yang benama Jamal guna melaporkan keluhan anaknya mengenai perbuatan
Raju.
Raju pun dipanggil oleh Jamal. Meski pada awalnya membantah keterangan Iswandi, namun Raju pun akhirnya mengakui perbuatannya. Raju pun
mendapat hadiah tamparan dari Jamal.
Usai sekolah, Raju dalam perjalanan pulang mencari Iswandi. Namun, ia
hanya melihat sang kakak Iswandi yang duduk di kelas enam, Armansyah.
2
Perkelahian pun terjadi di antara kedua anak 0
itu.1 Menurut Ani, Raju
2Armansyah
mencekik leher Armansyah, dan menjatuhkan badan
ke tanah.
7
i)
0
s
3 Armansyah
k menggunakan lututRaju kemudian menginjak-injak perut
e
t
r
nya.
ou ko
y
n akibat perkelahian itu. Raju menKeduanya sama-sama menderita
la holuka
e
derita luka robek di bibirrdan luka
o cakaran di wajah. Sedangkan, Armansyah
p menderita
(m
dalam catatan dokter (visum)
luka memar di iga kiri dan pinggul kiri.
Armansyah pulang ke rumah sambil menangis dan mengeluh sakit di
leher maupun pinggulnya.
Setelah Armansyah menceritakan apa yang terjadi, Ani pun mengajak
Armansyah ke rumah Raju.
Saedah, ibu Raju, menyanggupi mengobati Armansyah ke tukang urut,
serta mantri yang memberikan obat.
Namun, setelah diurut dan mendapat obat dari mantri, pada malam
harinya Armansyah tidak bisa tidur lantaran merasakan sakit yang hebat di
dalam perutnya.
“Dia tidak bisa tidur. Nangis semalaman sampai guling-gulingan di lantai rumah, karena merasa sakit dari dalam perutnya,” tutur Ani.
Karena ketakutan melihat Armansyah merasa kesakitan, Ani keesokan
harinya kembali membawa Armansyah ke mantri terdekat. Namun, mantri itu
menyarankan, agar Armansyah dibawa ke dokter, karena rasa sakit yang dikeluhkan pasiennya datang dari dalam perut.
modul pelatihan.indd 56
29-Jul-12 1:07:26 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
57
Akhirnya, Ani kembali mendatangi Saedah untuk meminta biaya pengobatan Armansyah ke dokter.
“Saya tidak punya uang untuk membawa Armansyah ke dokter. Apalagi, mantri juga menyerah menangani Armansyah, dan menganjurkan untuk ke
dokter, karena rasa sakit itu datangnya dari dalam perut,” ujar Ani.
Kondisi ekonomi keluarga Armansyah secara umum terlihat lebih menyedihkan dibanding keluarga Raju. Keluarga Raju cukup berada, memiliki
usaha rumah makan dan tempat tingal bangunan permanen di pinggir jalan
besar. Sedangkan, Sahli, ayah Armansyah, mencukupi kebutuhan keluarganya
dari mengolah nira.
Rumah keluarga Sahli terletak sekitar 500 meter dari jalan besar, seluas
5 x 8 meter untuk menampung enam anggota keluarga, berdinding anyaman
bambu dan berlantai pasir.
Menurut Ani, permintaan membawa Armansyah ke dokter ditolak oleh
Saedah maupun Sugianto, ayah Raju.
12 anak saya ke dokter.
“Keduanya bilang, tidak sanggup lagi membiayai
0
2 ) memohon-mohon, karena
Mereka bilang terserah kau lah. Padahal, saya
sudah
7
i
saya khawatir sekali dengan kondisi Armansyah,”
30 ksujarnya.
t ore
u
yo n k
a
Lapor polisi
-l ho
e
o biaya untuk mengobati anak sulungnya itu ke
Oleh karena
rpermintaan
p
m
(
dokter ditolak oleh keluarga Raju, maka Ani berinisiatif untuk melaporkan Raju
ke polisi atas tuduhan penganiyaan. Namun, Ani mengaku, sebelum melapor ke
polisi terlebih dahulu berkonsultasi kepada kepala desanya untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
“Kepala desa memang tidak menyarankan saya untuk melapor ke polisi.
Tetapi, saya pikir, karena tidak ada cara lain lagi, maka saya melaporkan Raju
kepada polisi. Saya hanya meminta, agar anak saya dibawa berobat ke dokter,
bukan meminta uang,” katanya.
Pada tahap penyidikan, Ani maupun Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Langkat, AKBP Anang S. Hidayat, mengatakan bahwa telah dua kali mencoba menempuh perdamaian dengan pihak keluarga Raju, yakni pada 10 Oktober 2005 dan 27 Oktober 2005.
Dengan difasilitasi kepala desa setempat, Syamsir Siregar, dan pihak kepolisian, kedua keluarga tersebut dipertemukan untuk menyelesaikan masalah
secara kekeluargaan. “Namun, pihak keluarga Raju tidak mau berdamai. Justru, mereka mengatakan, agar laporan itu segera diselesaikan dan dilimpahkan
kepada jaksa. Sugianto, ayah Raju, bahkan mengatakan biar pengadilan yang
modul pelatihan.indd 57
29-Jul-12 1:07:26 PM
58 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar,” kata Kapolres Langkat.
Pada pemeriksaan di tingkat kepolisian, Raju didampingi oleh Saedah,
yang juga ikut menandatangi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tertanggal 3 November 2005, seperti yang ditunjukkan oleh Anang. Bahkan, menurut dia, polisi
juga telah meminta pendapat dari Balai Pemasyarakatan Anak (BAPAS) untuk
meneliti, apakah Raju layak untuk diajukan ke persidangan.
Anang pun memperlihatkan surat dari BAPAS, yang ditandatangi
oleh Karmin Silalahi sebagai peneliti kemasyarakatan anak, pada intinya menyatakan Raju layak untuk disidangkan. “Jadi, tidak benar kami melanjutkan
kasus Raju tanpa pertimbangan BAPAS. Begitu juga dengan pemeriksaan terhadap Raju yang diberitakan tanpa didampingi siapa pun, karena ibunya selalu
mendampinginya,” jelas Anang.
Simpang siur kasus Raju bertambah runyam setelah muncul berbagai
versi tanggal lahir bocah itu. Sampai saat ini, setidaknya ada tiga versi tanggal
kelahiran Raju.
12 Mei 1997, seDalam BAP, Raju yang didampingi ibunya menyebut
0
2 bulan.Sedangkan,
hingga saat kejadian perkara Raju berumur 8 tahun
tiga
Raju
7
)
i
dalam Kartu Keluarga yang dikeluarkan pada3
40
Februari
ks2004 tercatat lahir pada
e
t
9 Desember 1997, sehingga saat kejadian
u perkara
or ia baru berumur 7 tahun 8
o
k
bulan.
y n
o oleh kesaksian bidan Hamsiah yang
-ladiperkuat
Tanggal kelahiran ituepun
h
o
prmelalui
menolong kelahiran Raju
(msurat pernyataan tertanggal 25 Februari 2005.
Setelah ramai pemberitaan tentang pengadilan Raju yang dinilai di
bawah umur, pihak polisi dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) berupaya mencari
bukti baru dari pihak sekolah. Berdasarkan buku raport Muhammad Azwar alias,
yang dikeluarkan Sekolah Dasar (SD) Negeri 056633 Gang Mangga, Kabupaten
Langkat, dinyatakan bahwa anak itu lahir pada 5 Desember 1996. Bukti baru itu
diajukan JPU pada persidangan kesembilan 15 Februari 2006.
Berkas perkara Raju pun dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri (Kejari)
Langkat pada 21 November 2005.
Sidang pertama
Persidangan pertama Raju di Pengadilan Negeri (PN) Stabat, Pangkalan
Brandan, Sumatera Utara, pada 26 Desember 2005. Raju maupun orangtuanya
tidak menghadiri persidangan tersebut.
Begitu pula pada persidangan kedua dan ketiga, sehingga JPU AP Frianto Naibaho mengatakan Raju dan keluarganya telah dipanggil, namun tidak
datang tanpa alasan yang jelas.
modul pelatihan.indd 58
29-Jul-12 1:07:26 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
59
Saedah mengatakan, surat panggilan pengadilan datang dua hari setelah
Raju dan keluarganya berada di Banda Aceh untuk menghadiri acara keluarga,
sehingga ketidakhadiran Raju di persidangan bukanlah suatu kesengajaan.
Baru pada sidang keempat 12 Januari 2005, Raju bisa disidangkan untuk
pertama kalinya. Menurut hakim Tiurmaida, yang sering disapa dengan nama
Tiur, pada persidangan itu ia berupaya untuk mendamaikan kedua keluarga.
Namun, Tiur mengatakan, keluarga Raju menolak. Bahkan, ia mengutip
kalimat Saedah: “Ini namanya pemerasan, karena dia minta ganti rugi untuk
biaya berobat.”
Pada persidangan itu, Tiur mengatakan, keluarga Raju juga tidak
kooperatif dan menunjukkan sikap yang kurang menghargai persidangan, bahkan membuat gaduh di ruang sidang.
Pada persidangan berikutnya, 19 Januari 2006, Tiur menetapkan penahanan terhadap Raju dengan alasan tidak hadir di persidangan sebanyak dua kali
berturut-turut tanpa alasan yang sah, dan keluarga Raju
2dianggap tidak beritikad
baik, bahkan mempersulit proses persidangan. 01
2 tidak
7
Tiur juga berpendapat, keluarga terdakwa
memperhatikan kepent0 kdari
si)pihak
3
ingan dan tidak mempertimbangkan keadilan
keluarga korban, Are
t
r
mansyah.
ou ko
y
a tahun
Hakim berumur l31
onitu juga berpendapat, ulah Raju bukanlah
h
e
kenakalan anak biasa,
r karenaomelihat luka korban berdasarkan hasil visum yang
dinyatakan cukuppserius.(m
Namun, Tiur mengatakan, penahanan itu tidak pernah dijalani Raju
sepenuhnya. Bahkan, ia menyatakan, pada sidang selanjutnya pada 26 Januari
2006 sempat bertanya kepada Raju mengenai keberadaannya selama satu minggu sejak penetapan penahanan 19 Januari 2006, dan dijawab oleh bocah itu:
“Di rumah.”
Teman satu kelas Raju, Fajar, yang memberi kesaksian di pengadilan juga
menyatakan bahwa Raju bersekolah selama masa penahanannya.
Keterangan tersebut diakui oleh Saedah. Menurut dia, Raju hanya berada selama setengah hari di sel tahanan bersama tahanan dewasa, sejak dibawa
dari pengadilan ke Rumah Tahanan (Rutan) Negara Kelas IIB Pangkalan Brandan, Sumatera Utara.
Menurut Saedah, Raju bisa dikeluarkan dari ruang tahanan atas kebijakan Kepala Rutan Pangkalan Brandan, Sudjono Evi, yang tidak setuju dengan
adanya anak kecil di dalam sel tahanan dewasa.
Sudjono dalam suratnya kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Depkumham) Sumatera Utara tertang-
modul pelatihan.indd 59
29-Jul-12 1:07:26 PM
60 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
gal 22 Februari 2006 menyatakan, Raju tidak pernah berada dalam tahanan,
karena masih di bawah umur, dan tidak ada ruang khusus tahanan untuk anakanak, meskipun beberapa kali dimintakan secara lisan melalui telepon oleh pihak
pengadilan dan kejaksaan.
Ketua PN Langkat, Syamsul Basri, membantah bahwa dirinya berkalikali meminta, agar Raju ditahan.
“Saya hanya satu kali menelpon Ka Rutan untuk menanyakan keberadaan anak itu, dan dijawab di luar sel. Saya bilang, ya sudah,” ujarnya.
Perdamaian akhirnya tercapai pada 28 Januari 2006, setelah ada penetapan penahanan terhadap Raju. Keluarga Raju menyerahkan Rp1 juta kepada keluarga Armansyah. Setelah perdamaian itu, Tiur kemudian mengeluarkan surat
penangguhan penahanan pada 15 Februari 2006.
Pada persidangan kesembilan 15 Februari 2006, persidangan Raju mengalami kegaduhan. Kuasa hukum Raju, Jonathan Panggabean, bersikukuh meminta hakim menghentikan persidangan lantaran alasan salah penerapan huk1ke2 pengadilan, yakni
umnya, karena Raju masih di bawah umur saat diajukan
0
2 )
tujuh tahun delapan bulan.
7
0 3 Tahun
si 1997 tentang pengaMenurut Undang-Undang (UU) Nomor
3
k
t onakal
re yang diajukan ke persidandilan anak, antara lain termaktub bahwau“anak
k 18 tahun”.
yo
gan harus berumur minimal delapan
tahun
hingga
n
a
l
o
Pada saat itu juga, JPU
bukti baru berupa data kelahiran
e- mengajukan
oh
r
p
m
baru yang diperoleh dari sekolah
( Raju, yakni pada 5 Desember 1996, sehingga
Raju telah berumur sembilan tahun saat diajukan ke pengadilan.
Setelah permintaan penghentian sidang ditolak oleh hakim, Jonathan
membawa Raju keluar dari persidangan sebelum persidangan ditutup.
Hakim memerintahkan JPU untuk membawa kembali Raju ke ruang
sidang, sehingga terjadi saling tarik menarik antara Jonathan dan JPU.
Setelah terdakwa di bawa kembali ke ruang sidang, JPU dan penasehat
hukum membuat kegaduhan di luar sidang, yang didukung oleh keluarga dan
massa yang dibawa oleh keluarga Raju.
Saat kegaduhan itu, menurut Tiur, Jonathan mengeluarkan kata-kata
“pengadilan sesat, hakim sesat, pengadilan lontong, hakim lontong”.
Bahkan, Tiur mengatakan, Jonathan sempat melontarkan kata-kata kotor yang ditujukan kepadanya.
Meski tidak mendengar sendiri, Tiur mengatakan, ucapan Jonathan itu
terdengar jelas oleh JPU, beberapa petugas pengadilan dan wartawan yang meliput persidangan.
Tiur kemudian melaporkan ulah Jonathan tersebut kepada Polres Lang-
modul pelatihan.indd 60
29-Jul-12 1:07:27 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
61
kat atas tuduhan penghinaan terhadap institusi pengadilan dan hakim secara
pribadi.
Kapolres Langkat, AKBP Anang Hidayat mengatakan, pihaknya telah
menindaklanjuti laporan Tiur, dan telah memeriksa beberapa saksi yang membenarkan ucapan Jonathan tersebut.
Thomson Purba, wartawan yang meliput persidangan adalah salah satu
yang memberi kesaksian di kepolisian. Selain ucapan Jonathan, Thomson juga
memberi kesaksian tentang asal muasal foto Raju yang sedang berada di sel tahanan bersama orang dewasa yang kini telah beredar di media massa.
Menurut Thomson, adalah Jonathan yang membuat sendiri foto tersebut. “Jonathan yang menarik Raju ke dalam sel tahanan di pengadilan, menutup
pintunya, lalu memotretnya dari luar,” katanya.
Padahal, menurut Thomson maupun Tiur, Raju tidak pernah berada di
dalam sel tahanan selama menunggu persidangan di pengadilan.
Foto yang beredar di media massa itu memang
menunjukkan lokasi
2Pangkalan
1
pemotretan di sel tahanan pengadilan, bukan di Rutan
Brandan.
0
2
7 tentang
Anang Hidayat belum mau berkomentar
0
si) keterangan Thomson
3
k
tersebut.
t ore
u
“Memang ada dugaanoseperti
y n k itu, tapi masih dalam penyelidikan
a
kami,”ujarnya.
-l ho
e
o memanggil Jonathan untuk diminta keterangan
Ia mengatakan,
r sudah
p
m
(
sebagai tersangka, namun pengacara yang juga aktivis Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Sumatera Utara itu menolak datang.
Hal itu diakui oleh Jonathan. Ia beranggapan, polisi sebenarnya tidak
perlu menanggapi laporan Tiur.
“Seharusnya, kalaupun itu termasuk penghinaan pengadilan, yang berwenang memeriksa saya itu Dewan Kehormatan IKADIN. Hakim telah melakukan kriminalisasi profesi advokat,” ujarnya. IKADIN yang dimaksudnya adalah
Ikatan Advokat Indonesia.
Ia membantah telah mengeluarkan kata-kata tidak pantas yang ditujukan kepada hakim. Jonathan juga membantah telah membuat sendiri foto Raju
di dalam sel tahanan pengadilan.
Walhasil, kasus Raju kini semakin berkembang lebih dari sekedar perdebatan penahanan dan persidangan anak di bawah umur yang menarik perhatian
banyak pihak dari seantero negeri. Padahal, semuanya hanya berawal dari permintaan untuk berobat ke dokter yang ditolak. (*)
modul pelatihan.indd 61
29-Jul-12 1:07:27 PM
62 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Bahan Bacaan Study Kasus
Modul V
Bermain koin, 10 Anak Jadi Tersangka Perjudian
Tangerang (Espos) Sebanyak 10 anak ditetapkan sebagai tersangka kasus
perjudian oleh aparat Polres Tangerang. Saat kejadian pada 29 Mei lalu, para
bocah tersebut bermain tebak-tebakan uang logam di areal Bandara SoekarnoHatta.
Oleh polisi, mereka disangka berjudi sehingga langsung ditangkap. Polisi
pun melanjutkan kasus ini dengan menyerahkan berkas dan tersangka ke pihak
kejaksaan.
2
1
0
Dikutip dari Metrotvnews.com, Jumat (26/6),
2isak) tangis mewarnai kei Negeri Tangerang.
datangan 10 tersangka kasus judi anak-anak itu0di 7Kejaksaan
s
3
k
Penyidik Polres Bandara Soekarno-Hatta t
menyerahkan
ini ke pihak
re dananak-anak
u
o
kejaksaan bersamaan berita acara pemeriksaan
(BAP)
barang
bukti.Para
tero k
y
sangka yang berumur antara 11lhingga
a o15ntahun itu selama ini menghuni Leme
baga Pemasyarakatan AnakrPria Tangerang.
oh
p
m
(
Sarifudin, salah satu tersangka,
mengaku, saat ditangkap ia sedang bekerja menyemir sepatu seperti biasanya. Permainan uang logam dimaksudkan untuk
mengisi waktu luang. ”Saya bersama sembilan teman ketika itu sedang main judi
koin Rp 500 di parkiran terminal I Bandara (Soekarno-Hatta). Datang polisi
bandara dan kami semua langsung ditangkap,” kata Irfan.
Penangguhan
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat Jakarta yang mendampingi anakanak ini berencana segera mengajukan penangguhan penahanan. Jaminan keluarga, kata kuasa hukum Christin Tambunan, akan mendampingi mereka saat
sidang.
Dengan penyerahan ini pihak kejaksaan akan mempelajari terlebih dahulu kasusnya sebelum dibawa ke persidangan.Salah satu ayah tersangka, Basar,
menilai apa yang diperlakukan polisi bandara tidak memiliki hati nurani hingga
berakibat kedua anak disidang. ”Mereka kan masih anak kecil belum mengerti
dengan apa yang dilakukan, dan tidak ada unsur judi. Mereka hanya bermain
untuk senang-senang saja kok,” ujarnya
modul pelatihan.indd 62
29-Jul-12 1:07:27 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
63
Bahan Bacaan
Modul V
MENGENAL SISTEM PERADILAN PIDANA
Oleh : Kusnadi
A. Pendahuluan
2 kedudukan peradilan
Indonesia adalah Negara hukum. Tempat1dan
0
2 masih
dalam negara hukum dan masyarakat demokrasi,
tetap diandalkan:
7
)
i
0valve”katas
1.) sebagai “katup Penekan” atau “pressure
s segala pelanggaran hukum,
3ketertiban
e
t
ketertiban masyarakat dan pelanggaran
r umum;
u
o
o
k
2.) Peradilan masih tetap diharapkan
sebagai “the last resort” yakni sey n berperan
a
l
o
bagai tempat terakhir mencapai
kebenaran
dan
keadilan, sehingga pengadilan
- h
e
o
r m
masih diandalkanpsebagai
badan yang berfungsi menegakkan kebenaran dan ke(
adilan.
Peradilan yang menangani perkara pidana disebut dengan peradilan
pidana yang merupakan bagian dari peradilan umum mulai dari penyidikan,
penuntutan, pengadilan dan pemasyarakatan. Peradilan pidana anak merupakan
suatu peradilan khusus menangani perkara pidana anak. Penyidik anak, penuntut umum anak, hakim anak, petugas pemasyarakatan anak merupakan satu kesatuan yang merupakan satu kesatuan yang termasuk dalam sistem yang disebut
dg sistem peradilan pidana anak (Juvenile Justice System), yang bertujuan untuk
menanggulangi kenakalan anak, sekaligus juga diharapkan dapat memberikan
perlindungan kepada anak yang mengalami masalah hukum.
Dalam pasal 40 UU No. 3 tahun 1997 ditentukan bahwa hukum acara
yang berlaku diterapkan pula dalam Hukum Acara Pengadilan Anak, kecuali
ditentukan lain. Pengadilan anak pada prinsipnya memiliki tujuan:
1. Perlindungan atas harkat dan martabat manusia (tersangka atau terdakwa)
2. Perlindungan atas kepentingan hukum dan pemerintahan
3. Kodifikasi dan unifikasi acara pidana
4. Mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum
modul pelatihan.indd 63
29-Jul-12 1:07:27 PM
64 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
5. Mewujudkan hukum acara pidana yang sesuai dengan pancasila dan UUD
19451
Untuk mencapai tujuan ini, hukum Acara pidana menetapkan 10 asas, yaitu :
1. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan tidak
mengadakan pembedaan perlakuan
2. Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya dilakukan
berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang dan hanya dalam hal dan dengan cara yang diatur dengan
Undang-Undang.
3. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh
kekuatan hukum tetap.
4. Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan Undang-Undang dan atau karena
12kekeliruan menge0
nai orangnya atau hukum yang diterapkan, wajib2diberi ganti kerugian dan
7pejabati)penegak hukum yang
rehabilitasi sejak tingkat penyidikan, dan para
0
3menyebabkan
ks asas hukum tersebut
dengan sengaja atau karena kelalaiannya
e
t
u dikenakan
or hukuman administrasi.
dilanggar, dituntut, dipidana danoatau
k
y n
acepat,
5. Peradilan dilakukan dengan
l
o sederhana, dan biaya ringan serta beh
e
o
bas, jujur, dan tidakpr
memihak, diterapkan secara konsekuen dalam semua
(m
tingkat peradilan.
6. Setiap orang yang tersangkut perkara, wajib diberi kesempatan memperoleh
bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.
7. Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau penahanan selain wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum yang didakwakan
kepadanya, serta wajib diberi tahu haknya, termasuk hak untuk meghubungi dan minta bantuan penasehat hukum.
8. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa.
9. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka unutuk umum kecuali dalam
hal yang diatur dalam Undang-Undang.
10. Pengawasan pelaksanaaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh Ketua Pengadilan yang bersangkutan.2
1
2
modul pelatihan.indd 64
Ibid., hal. 77
Ibid., hal. 77-78
29-Jul-12 1:07:27 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
65
B. Prinsip-Prinsip Peradilan Pidana Anak
Kompetensi absolut Pengadilan Anak ada pada Badan Peradilan Umum,
artinya bahwa pengadilan anak itu adalah bagian dari badan peradilan umum
yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi untuk memeriksa perkara anak
nakal dan bermuara pada Mahkamah Agung sebagai Lembaga Peradilan tertinggi.
Sedangkan kompetensi relatif Pengadilan Anak adalah sesuai dengan
tempat kejadian kenakalan anak. Maksudnya, pengadilan yang berwenang mengadili perkara anak tersebut adalah pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi
tempat kejadian tindak pidana. Undang-Undang Pengadilan Anak menganut
asas-asas peradilan pidana khusus yang membedakan dengan peradilan orang
dewasa, yaitu:
a. Pembatasan Umur. Anak yang diajukan ke pengadilan anak adalah yang
berusia minimum 12 tahun dan maksimum 18 tahun dan belum pernah
kawin.3
12diperiksa disidang pengab. Ruang lingkup masalah dibatasi; masalah yang
0
2 nakal
dilan anak, hanya menyangkut perkara7anak
i) saja.
0
s
c. Ditangani pejabat khusus; penyidik
anak,
penuntut
umum anak dan ha3 ek
t
kim anak.
u kor
o
d. Peran pembimbing kemasyarakatan
y n
adan
l
o
e. Suasana pemeriksaan
kekeluargaan;
hakim, penuntut umum dan peh
e
o
r
nasehat umum
p tidak
(mmemakai toga.
f. Keharusan Splitsing; anak tidak boleh disidangkan/diadili bersama orang
dewasa baik berstatus sipil maupun militer.
g. Acara pemeriksaan tertutup.
h. Diperiksa oleh hakim tunggal
i. Masa penahanan lebih singkat.
j. Hukuman lebih ringan4.
k. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak (harusya dalam peradilan ada prinsip ini karena anak dianggap korban dari lingkungan)
c. Pilar-Pilar Peradilan Anak
Untuk melaksanakan dan menyelenggarakan penegakan hukum pidana,
melibatkan lembaga-lembaga yang masing-masing memiliki fungsi sendirisendiri, namun bekerjanya saling mempengaruhi satu sama lain. Lembaga yang
dimaksud adalah Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyara3
4
modul pelatihan.indd 65
Lihat putusan MK Nomor 1/PUU-VIII/2010 tanggal 24 Februari 2011
Maidan Gultom, Op.cit., hal. 88
29-Jul-12 1:07:27 PM
66 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
katan. Lembaga-lembaga ini bekerja berkesinambungan dan saling mempengaruhi. Kesalahan yang dilakukan oleh satu lembaga, akan mempengaruhi kerja
lembaga yang lainnya. Jika digambarkan, alur peradilan pidana
KEPOLISIAN
(PENYIDIK)
KEJAKSAAN
(PENUNTUT)
PENGADILAN
(HAKIM)
LEMBAGA
PEMASYARAKATAN
1. Polisi
Aparat kepolisian atau anggota kepolisian yang selanjutnya disebutdengan anggota Kepolisan Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri
pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri5.
12 di bidang pemeFungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan0
negara
2 ) hukum, perlindunliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
7
i Polisi dalam pen0 ksTugas
gan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
3
t ore
egakan peradilan pidana adalah :
u
o k
• Melakukan penyelidikan ay
on mencari dan menemukan sesuatu
-l tindakan
h
Penyelidikan adalah serangkaian
e
o
pryang(m
keadaan atau peristiwa
berhubungan dengan kejahatan dan pelanggaran
tindak pidana atau yang diduga sebagai tindak pidana.
Fungsi dan wewenang penyelidik berdasarkan pasal 5 KUHAP adalah:
a. Menerima laporan atau pengaduan6.
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum;
b. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
c. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa;
d. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;
e. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
5
Lihat UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
6
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau
sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
Pengaduan adalah pemberitahuaan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan yang merugikan. (pasal. 1 ayat 24 dan 25 KUHAP)
modul pelatihan.indd 66
29-Jul-12 1:07:27 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
67
dalam rangka pencegahan;
melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
mencari keterangan dan barang bukti;
menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat;
memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Sedangkan Wewenang Kepolisian dalam bidang proses pidana adalah untuk:
1. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
untuk kepentingan penyidikan, penyidik berwenang menahan tersangka
anak paling lama 10 (sepuluh) hari, dan bisa diperpanjang atas persetujuan penuntut umum paling lama 10 (sepuluh)
12hari.
0
2. melarang setiap orang meninggalkan atau
tempat kejadian
2 memasuki
7
)
i
perkara untuk kepentingan penyidikan;
30 ekepada
ks penyidik dalam rangka pe3. membawa dan menghadapkan
orang
t
u kor
nyidikan;
o
y yang
aorang
4. menyuruh berhenti
l
on dicurigai dan menanyakan serta memerh
e
iksa tanda pengenal
o
r mdiri;
p
(
5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
7. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
8. mengadakan penghentian penyidikan;
9. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
10. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak
atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindak pidana;
11. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil
untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
12. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab7.
7
modul pelatihan.indd 67
Lihat pasal 16 UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
29-Jul-12 1:07:29 PM
68 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Disamping itu kepolisian memiliki kewenangan yang cukup kuat untuk melakukan pengalihan terhadap kasus anak yang melanggar hukum, akan
tetapi kewenangan ini masih dipergunakan secara terbatas karena belum adanya
penguasaan pengetahuan yang merata tentang konsep diversi8 dan perlindungan
anak, serta belum ada petunjuk pelaksana (juklak) dan petunjuk teknis (juknis)
tentang pelaksanaan diversi atau penanganan kasus anak. Diversi cenderung diberikan terhadap kasus-kasus anak yang dianggap tidak terlalu serius atau anakanak yang memilki pendamping dari LSM. Dan saat ini ketentuan mengenai
diversi sudah masuk dalam Rancangan Undang-Undang Peradilan Pidana Anak.
Ketiadaan pedoman diversi juga membuka peluang diskriminasi maupun penyalahgunaan wewenang untuk menghentikan proses penyidikan. Hal
ini semakin buruk dengan tidak adanya pencatatan yang akurat terhadap kasus
anak. Diversi yang dilakukan oleh polisi tidak dicatat guna menghindari kesulitan pada pihak kepolisian dalam hal pertanggung jawaban9.
Penanganan anak di kepolisian ditangani oleh Unit khusus yang disebut
dengan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA). Biasanya
12 UPPA tersebut
0
hanya berada ditingkat Kepolisian Resort (Polres) sampai
2 Mabes Polri.
7 i)
0
3 eks
t
2. Jaksa
u kor
o
y n oleh undang-undang untuk bertinJaksa adalah pejabat yang diberi a
wewenang
o
-l melaksanakan
dak sebagai penuntut umumeserta
putusan pengadilan yang telah
h
o
r
p (tetap.Sedangkan
memperoleh kekuatan hukum
yang dimaksud dengan penunm
tut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
Adapun tugas dan wewenang Jaksa di bidang pidana menurut pasal 10 UU No.
16 tahun 2004 tentang Kejaksaan adalah:
• melakukan penuntutan; untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum
berwenang melakukan penahanan terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum selama 10 (sepuluh) hari dan bilamana perlu untuk diperpanjangan
8
Diversi merupakan program atau cara penyelesaian perkara dengan mengalihkannnya dari Sistem Peradilan Pidana formal. Tujuannya untuk: menghindari penahanan,
menghindari cap/label sebagai penjahat, meningkatkan keterampilan hidup bagi si pelaku
pada saat telah berada di luar, agar si pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya,
mencegah pengulangan tindak pidana. Diversi juga bertujuan agar bagaimana sedapat
mungkin pelaku kejahatan atau pelanggaran terhindar dari pidana penjara karena sebenarnya sistem peradilan pidana pun memiliki keterbatasan sumber daya, baik secara finansial
maupun secara sumber daya manusia.
Sumber: McCharthy, Belinda., McCarthy, Bernard., &Matthew C Leone. (2001). Community
Based Corrections (4thEd).
9
M. Kemal Darmawan, Analisis Situasi Anak yang Berhadapan dengan Hukum di
Indonesia, Jakarta: UNICEF dan Pusat Kajian Kriminolog UI, 2006-2007
modul pelatihan.indd 68
29-Jul-12 1:07:29 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
•
•
•
•
69
atas persetujuan Ketua Pengadilan Negeri, Penuntut umum dapat menahannya untuk paling lama 15 (limabelas) hari.
melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undangundang;
melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
Dalam hal penuntutan perkara anak, Kejaksaan harus menunjuk jaksa
khusus sebagai penuntut umum untuk perkara anak. Surat dakwaan harus sesederhana mungkin, agar tidak menyulitkan anak untuk memahami dan mengi2 adalah meneliti berita
kuti persidangan. Sedangkan tugas penuntut umum1anak
0
acara yang diajukan oleh penyidik, sehingga jika
dan dengan persetujuan
2 perlu
7
)
i
hakim anak, tidak usah diajukan ke Pengadilan.
Atas
izin
Hakim, dapat diminta
0 ks
3
bantuan dari para ahli, atau membentuk
t otim
retersendiri untuk menangani anak.
u
Dalam sidang anak, ada
penuntut umum mengesampingk
yokemungkinan
n
a
kan perkara. Terdapat dua
openyampingan perkara, yaitu: penyampingan
-l alasan
h
e
o
perkara berdasarkan
oportunitas karena alasan demi kepentingan hukum;
prasas(m
dan penyampingan perkara
karena alasan demi kepentingan umum. Ada tiga
alasan tidak melakukan penuntutan, yaitu : demi kepentingan negara, kepentingan masyarakat dan demi kepentingan pelaku/tersangka10. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:
• peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
• pengamanan kebijakan penegakan hukum;
• pengawasan peredaran barang cetakan;
• pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara;
• pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
• penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
3. Hakim
Menurut pasal 1 ayat 8 UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh un10
modul pelatihan.indd 69
Maidin Gultom, Op.cit., hal. 112
29-Jul-12 1:07:29 PM
70 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
dang-undang untuk mengadili. Pengertian Mengadili berdasarkan pasal 1 ayat 9
KUHAP adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan
memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini. dan untuk kepentingan pemeriksaan hakim berwenang untuk menahan terdakwa anak paling lama 15 (lima belas) hari dan bilamana dibutuhkan, Ketua
pengadilan negeri bisa memperpanjangan penahanan paling lama 30 (tigapuluh) hari. Sedangkan pemeriksaan ditingkat banding, hakim banding berwenang
mehanan paling lama 15 (lima belas) hari, dan bilamana dianggap perlu, ketua
Pengadilan Tinggi bisa memperpanjang penahanan paling lama 30 (tigapuluh)
hari. Dan untuk kepentingan pemeriksaan kasasi, Hakim Agung berwenang menahan paling lama 25 (duapuluh lima) hari, dan bisa diperpanjang oleh Ketua
Mahkamah Agung untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari11.
Hakim Anak diangkat berdasarkan Surat Keputusan Mahkamah Agung
atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan
Tinggi. Hakim Anak harus mempunyai kualifikasi: a) telah 2
berpengalaman seb01 dan b) mempunagai hakim di pengadilan dalam lingkungan peradilan2umum;
7 anak
yai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah
i) 12.
0
s
3perkara
kanak adalah wajib mengKewajiban Hakim dalam mengadili
e
t
r
o dan rasa keadilan yang hidup
gali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
ou hukum
k
y
dalam masyarakat, serta wajib mempertimbangkan
rekomendasi hasil penelitian
la hon
e
kemasyarakatan dari BalairPemasyarakatan.
Disamping itu dalam mempertimo
p
m
(
bangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula kondisi
psikososial anak dan memberikan putusan yang terbaik untuk anak. Walaupun
peran hakim sangat sedikit dalam prinsip keadilan restoratif13, sebab sejatinya
keadilan restoratif tidak mengenal pengadilan anak.
Adapun beberapa kebijakan penegak hukum yang terkait dengan keadilan restoratif diantaranya :
• Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1959, menyebutkan
bahwa persidangan anak harus dilakukan secara tertutup.
• Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 Tahun 1987, tanggal 16 November 1987 tentang Tata Tertib Sidang Anak.
• Surat Edaran Jaksa Agung RI SE-002/j.a/4/1989 tentang Penuntutan terhadap Anak
• Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum B-532/E/11/1995, 9 Nov
11
Lihat pasal 47 – 48 UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
12
Lihat pasal 10 UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
13
Keadilan Restoratif adalah sebuah penanganan tindak pidana yang tidak hanya
dilihat dari kaca mata hukum semata, tetapi juga dikaitkan dengan aspek-aspek moral, sosial, ekonomi, agama, dan adat istiadat lokal,serta berbagai pertimbangan lainnya.
modul pelatihan.indd 70
29-Jul-12 1:07:29 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
•
•
•
•
•
•
•
71
1995 tentang Petunjuk Teknis Penuntutan Terhadap Anak
MOU 20/PRS-2/KEP/2005 DitBinRehSos Depsos RI dan DitPas DepKumHAM RI tentang pembinaan luar lembaga bagi anak yang berhadapan dengan hukum
Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI MA/Kumdil/31/I/K/2005 tentang
kewajiban setiap PN mengadakan ruang sidang khusus & ruang tunggu khusus untuk anak yang akan disidangkan
Himbauan Ketua MARI untuk menghindari penahanan pada anak dan mengutamakan putusan tindakan daripada penjara, 16 Juli 2007
Peraturan KAPOLRI 10/2007, 6 Juli 2007 tentang Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) dan 3/2008 tentang pembentukan RPK dan tata cara
pemeriksaan saksi&/korban TP
TR/1124/XI/2006 dari Kabareskrim POLRI, 16 Nov 2006 dan TR/395/
VI/2008 9 Juni 2008, tentang pelaksaan diversi dan restorative justice dalam
penanganan kasus anak pelaku dan pemenuhan kepentingan terbaik anak
dalam kasus anak baik sebagai pelaku, korban atau2saksi
1 RI Nomor : 12/PRSKesepakatan Bersama antara DEPARTEMEN0
SOSIAL
2DAN) HAK ASASI MANUSIA
2/KPTS/2009, DEPARTEMEN HUKUM
7
i
02009,
sDEPARTEMEN
RI Nomor : M.HH.04.HM.03.023Th
PENDIDIk
t ore
KAN NASIONAL RI Nomoru11/XII/KB/2009,
DEPARTEMEN AGAMA
o KEPOLISIAN
k
yDAN
RI Nomor : 06/XII/2009,
NEGARA RI Nomor : B/43/
n
a
l
o
XII/2009 tentang Perlindungan
e oh dan Rehabilitasi Sosial Anak Yang Berhadapr (, m
pan dengan Hukum
tanggal 15 Desember 2009
Surat Keputusan Bersama Ketua MAHKAMAH AGUNG RI, JAKSA
AGUNG RI, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA RI, MENTERI HUKUM
DAN HAM RI, MENTERI SOSIAL RI, MENTERI PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI, NO.166/KMA/SKB/
XII/2009, NO.148 A/A/JA/12/2009, NO. B/45/XII/2009, NO.M.HH-08
HM.03.02 TAHUN 2009, NO. 10/PRS-2/KPTS/2009, NO. 02/Men.PP
dan PA/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang PENANGANAN
ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM.
4. Balai Pemasyarakatan
Balai pemasyarakatan adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang
menyelenggarakan tugas dan fungsi pembimbingan kepada klien, meliputi :
a. klien yang sedang melaksanakan proses pembinaan cuti menjelang bebas.
b. Klien yang sedang melaksanakan proses pembinaan pembebasan bersyarat.
c. Anak sipil, anak Negara dan Narapidana Anak.
Pasal 35 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Klien
modul pelatihan.indd 71
29-Jul-12 1:07:29 PM
72 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
yang dibimbing oleh BAPAS terdiri dari :
Terpidana Bersyarat;
Narapidana, Anak Pidana, dan Anak Negara yang mendapat pembebasan
bersyarat atau cuti menjelang bebas;
Anak Negara yang berdasarkan putusan pengadilan pembinaannya diserahkan kepada orang tua asuh atau badan sosial;
Anak Negara yang berdasarkan Keputusan Menteri atau pejabat dilingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang ditunjuk, bimbingannya diserahkan kepada orang tua asuh atau badan sosial.
Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan, bimbingannya dikembalikan
kepada orang tua atau walinya;
Anak yang berdasarkan putusan pengadilan, dijatuhi pidana pengawasan; dan
Anak yang berdasarkan putusan pengadilan, wajib menjalani latihan kerja
sebagai pengganti pidana denda.
Dalam kaitannya dengan pelaku kejahatan yang masih dibawah umur
(anak nakal), sistem peradilan di Indonesia telah mempunyai
12 mekanisme guna
0
melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan
2 ) kepada anak, yakni
7
melalui Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang
0 Pengadilan
si Anak. Perlakuan
3
k
terhadap pelaku kejahatan yang masih dibawah
e (anak yang berhadapan
t orumur
u
dengan hukum/anak nakal), baik dalam
k peradilannya, proses penyidikanyocaraproses
n
a
nya, proses penuntutannya maupun
penempatannya
di Lemabaga Pemal ho
e
syarakatan dilaksanakan secara
guna mencegah dampak negatif dari
o
r mkhusus,
p
14
(
jalannya proses penegakan hukum .
Untuk itu dalam pasal 59 UU Nomor 3 tahun 1997 dinyatakan bahwa
hakim dalam memberikan keputusannya “wajib” mempertimbangkan laporan
penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka putusan dinyatakan “batal demi hukum”15.
Sedangkan yang dimaksud dengan laporan Penelitian Kemasyarakatan
adalah sebuah laporan yang berisi tentang hasil penelitian mengenai riwayat hidup klien yang menyangkut latar belakang sosial, ekonomi, kejiwaan, sebab-sebab
mengapa klien melakukan perbuatan melanggar hukum dan lain-lain. Laporan
ini dibuat oleh petugas Pembimbing Kemasyarakatan agar dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam memberikan putusannya. Sehingga diharapkan
putusan hakim tersebut dapat lebih efektif bagi pelaksanaan pembimbingannya.
Disamping itu, menurut Didin Sudirman, fungsi laporan Penelitian Kemasyara14
Didin Sudirman, peranan pemasyarakatan dalam penegakan hukum dan perlindungan terhadap hak-hak asasi tersangka, terdakwa dan terpidana di Indonesia”, dalam Modul
Pelatihan Bagi Petugas Pemasyarakatan, Jakarta: ditjen Pemasyarakatan, 2008
15
Lihat penjelasan pasal 59 UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
modul pelatihan.indd 72
29-Jul-12 1:07:29 PM
MODUL V
Mengenal Sistem Peradilan Pidana
73
katan dapat dipergunakan pula untuk membantu memperlancar tugas-tugas
penyidik dan penuntut umum agar tindakan-tindakan yang akan dikenakan
kepada pelanggar hukum yang masih berusia muda tersebut lebih tepat karena
didukung oleh data yang objektif dan komprehensif.
Dalam kaitan ini peranan petugas Balai Pemasyarakatan lebih bersifat
memberikan bantuan kepada penegak hukum lainnya, dengan satu tujuan agar
fungsi manifest dari penegakan hukum tidak menjadi fungsi dominan tapi dapat
di eliminir sedemikian rupa sehingga tujuan hukum dapat dicapai.
BAHAN BACAAN
Hadi Supeno, Kriminalitas Anak Tawaran Gagasan Radikal Anak Tanpa
Pemidanaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,22010
1
0
Maidan Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap
2 )Anak dalam Sistem Pera7
i ka Aditama, 2008
dilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung:
Refi
0 ks
3
e Pemasyarakatan ImplemenAmalia Abidin dkk., Modul Pelatihan
t bagi
rPetugas
u
o
tasi Sistem Pemasyarakatan
Minimum Rules for Treatment of
k
yodannStandard
a
Prisoners, Jakarta: Ditjen
2008
o
-l Pemasyarakatan,
h
e
o
r m Pikiran Penguatan Pemasyarakatan dalam Sistem
Gatot Goei dkk.,p
Pokok-Pokok
(
Peradilan Pidana Terpadu melalui Revisi KUHAP, Jakarta: CDS - Ditjenpas,
2011
Gutmen Nainggolan,“Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Saksi
dalam Proses Peradilan Pidana”, Tesis Program Pasca Sarjana Undip,
Semarang : 1998
Patra M. Zen dkk., Panduan Bantuan Hukum di Indonesia pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, Jakarta: YLBHI dan PSHK,
2009
Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
modul pelatihan.indd 73
29-Jul-12 1:07:30 PM
74 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 74
29-Jul-12 1:07:30 PM
MODUL VI
HAK ANAK YANG BERHADAPAN
DENGAN HUKUM
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Rumah Tahanan (Rutan) atau Lembaga Pemasyarakatan (LP) atau lebih
umum disebut dengan penjara, merupakan tempat yang menakutkan karena
akan merampas kemerdekaan seorang anak. Penjara merupakan alternatif paling
terakhir, karena setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
Anak yang tinggal di penjara atau lembaga tidak bisa hidup normal seperti anak pada umumnya. Tidak ada kasih sayang orang tua, kehilangan kesempatan pendidikan, dan tidak bisa bermain dan bercengkrama dengan teman sebaya dengan bebas. Kondisi ini akan menganggu proses tumbuh kembang anak.
Sessi ini akan membahas hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum.
modul pelatihan.indd 75
29-Jul-12 1:07:30 PM
76 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Tujuan :
1. Peserta mengetahui hak-hak anak yang berhadapan
dengan hukum
2. Peserta mengidentifikasikan pelanggaran hak ABH
dalam peradilan pidana
Topik :
a. Pengertian hukum
b. Pengertian anak yang berhadapan dengan hukum
c. Batasan usia pertanggungjawaban pidana
d. Hak-Hak Tersangka, Korban dan Saksi
e. Hak Bantuan Hukum
Metode
Diskusi Kelompok
Ceramah Narasumber
12
0
2 )
7
Waktu
0 ksi
3
120 menit
t ore
u
yo n k
a
Alat/Bahan
-l ho
e
o Kasus Raju dan Kasus Judi Anak
1. Bahan
r Bacaan
p
m
(
2. UU Perlindungan Anak
3. UU Pengadilan Anak
4. Alat tulis
PROSES FASILITASI
1. Fasilitator membuka acara dan menjelaskan tujuan sessi ini
2. Bagikan UU Perlindungan Anak dan UU Pengadilan Anak, bahas sebentar
bab tentang hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum
3. Minta kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan hak-hak yang dilanggar
dalam kasus Raju dan Kasus Judi Anak berdasarkan UU Perlindungan Anak
dan UU Pengadilan Anak
4. Peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Fasilitator mencatat dan
megklarifikasikan hal-hal yang tidak jelas.
5. Beri kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan pendapat.
6. Narasumber memberikan ceramah singkat
modul pelatihan.indd 76
29-Jul-12 1:07:30 PM
MODUL VI
Hak Anak Yang Berhadapan dengan Hukum
77
Bahan Bacaan
Modul VI
HAK ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM
Oleh : Kusnadi
12
0
2 ) anak-anak yang sehat,
Cita ideal masyarakat secara umum menginginkan
7
i tumbuh kembang mere0 hidup
sdan
cerdas, ceria, serta terjamin kelangsungan
3
k
t osesuatu
ka. Namun, realitas sosial menunjukkan
re yang berbeda bahkan kadangu
k diharapkan. Proses tumbuh kembang
kadang berlawanan dengan cita
yoidealnyang
a
l
o
anak banyak dipengaruhi
olehh
berbagai faktor, baik biologis, psikis, sosial, ekoe-yang
o
r
nomi maupun kultural,
menyebabkan
tidak terpenuhinya hak-hak anak.
p (m
A. Pendahuluan
Perlindungan anak merupakan suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Salah satu bentuk
perlindungan yang diberikan kepada anak yang rentan terlibat atau dilibatkan
dalam kenakalan atau suatu perbuatan melanggar hukum yang disebut dengan
perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).
Di Indonesia, ABH melibatkan anak dalam proses hukum, melalui suatu peradilan khusus (sistem peradilan formal) berdasarkan UU No. 3 Th 1997 tentang
Pengadilan Anak16.
Di Indonesia, jumlah anak-anak yang berhadapan dengan hukum cukup
banyak seperti data yang dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI perbulan Maret 2011, jumlahnya mencapai kurang lebih 5.500 (lima ribu lima ratus) anak baik laki-laki maupun
perempuan, yang tersebar menurut kasus dan wilayah provinsi17. Jumlah anak
16
Hadi Supeno, Kriminalitas Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa
Pemidanaan, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2010. hal.70
17
Informasi ini disampaikan oleh bidang statistik dan dokumentasi anak didik Direktorat Bina registrasi dan Statistik Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum
modul pelatihan.indd 77
29-Jul-12 1:07:30 PM
78 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
yang berhadapan dengan hukum banyak terjadi pada wilayah dengan jumlah
penduduk padat seperti Jawa dan Sumatera, berdasarkan data tersebut tertinggi
terjadi 5 wilayah provinsi tertinggi adalah Jawa Tengah, Sumatera Utara, D.K.I
Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Ditjen Pemasyarakatan juga mencatat tentang jumlah narapidana.
Menurut Ditjen Pemasyarakatan, selama kurun waktu tahun 2008 terdapat
4.301 narapidana dan tahanan anak, dengan rincian narapidana anak (2.282
anak) dan tahanan anak (2.019 anak), sudah dapat dipastikan secara umum didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, namun demikian ada hal yang menarik
bahwa terdapat tahanan anak perempuan sebanyak (181 orang) dan narapidana
anak perempuan sebanyak 121 orang. Pada akhir tahun 2009, jumlah anak yang
berada di Lapas anak saja mencapai 5.789 anak, terdiri atas 2.172 orang tahanan
dan 3.466 orang anak didik pemasyarakatan18. Meskipun jumlah anak berhadapan dengan hukum selalu meningkat, namun sampai saat ini jumlah lapas
khusus anak belum semua pemerintah daerah memiliki lapas bagi anak.
12
0
2 Hukum
B. Pengertian Anak yang Berhadapan dengan
7
i)
0 jelas
sdan
Saat ini belum ada literatur Regulasi3
yang
konkrit secara tekk
e
t
r
stual yang menjelaskan apa yang dimaksud
dengan
istilah
Anak yang Berhau ko
o
y npakar hukum mendefinisikan bahwa
dapan dengan Hukum. Namun a
beberapa
l
o
anak yang berhadapan dengan
hukum
adalah anak yang disangka, dituduh atau
h
e
o
r
diakui sebagai telah melanggar
p (mUndang-Undang Hukum Pidana. Anak yang
berhadapan dengan hukum merupakan bagian dari bentuk kenakalan anak atau
disebut juga dengan “juvenile delinquency” yang diartikan dengan anak cacat sosial. Romli Atmasasmita mengatakan bahwa delinquency adalah suatu tindakan
atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku disuatu negara dan yang oleh
masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan yang tercela19.
Menurut pasal 1 ayat (2) UU No. 3 tahun 1997 menentukan bahwa anak
nakal adalah: a]. Anak yang melakukan tindak pidana; b]. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak. Dari dua pengertian anak
nakal tersebut, yang dapat diselesaikan melalui jalur hukum hanyalah anak nakal
dalam pengertian huruf a, yaitu anak yang melakukan tindak pidana. KUHP
dan HAM per-Maret 2011
18
Ditjen Pemasyarakatan Depkumham, “Pemaparan Evaluasi Pokja Perlindungan
Anak”, Bogor: Bappenas-Unicef, 2009
19
Dikutip oleh Maidan Gultom dalam Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2008. Hal. 56
modul pelatihan.indd 78
29-Jul-12 1:07:30 PM
MODUL VI
Hak Anak Yang Berhadapan dengan Hukum
79
tidak mengenal pengertian huruf b, karena KUHP hanya mengatur tentang tindak pidana.
Sedangkan menurut pasal 1 Rancangan Undang-Undang Peradilan
Pidana Anak, bahwa Anak yang berhadapan dengan hukum yang selanjutnya
disebut Anak adalah orang yang telah berusia 12 (dua belas) tahun tetapi belum
mencapai usia 18 (delapan belas) tahun yang disangka, didakwa, atau dijatuhi
pidana karena melakukan tindak pidana. Dalam persfektif Convention The Right
of The Child, anak yang berkonflik dengan hukum dikategorikan sebagai anak
dalam situasi khusus (children in need of special protection). Hal ini dilatar belakangi anak yang berhadapan dengan hukum dalam perkembangan mental dan
fisik anak belum optimal dengan demikian kemampuan mereka dalam bertindak dan bertanggung jawab juga tidak sama dengan orang dewasa pelaku tindak
pidana.
Sedang batas usia pertanggungjawaban pidana bagi anak yang berhadapan dengan hukum berdasarkan putusan MK Nomor 1/PUU-VIII/2010 tanggal
24 Februari 2011 adalah sekurang-kurangnya 12 tahun
12 dan belum mencapai
0
umur 18 tahun dan belum pernah kawin. Walaupun
2 ) batas usia anak tersebut
7
mesti diseleksi dan diperkuat dengan kriteria
0 jenis
sipelanggaran yang dilakukan
3
k
anak. Seperti pelanggaran atas penggunaan
t oreobat-obatan dan narkotika (psikou
tropika) harus didekriminalisasi.
k dan tindak pidana terhadap harta
yo Pencurian
n
benda serta penganiayaanla
ringanotidak
dilakukan dengan proses formal, cukup
h
e
anak diberikan teguran
diberitahu kesalahannya. Jika belum dianggap cuko
r dan
p
m
(
up, anak-anak dapat dapat diberikan hukuman untuk mengembalikan kerugian
korban. kejahatan-kejahatan serius seperti kejahatan seksual, penganiayaan berat
dan pembunuhanlah yang kiranya dapat diproses secara informal (kekeluargaan,
menghindari stigma dan trauma pada anak, sekaligus sebagai proses belajar anak
memahami kesalahan yang telah dilakukan) dalam ketentuan hukum formal
dengan kepentingan terbaik anak. Perhatian secara khusus atau affirmative action juga harus diberikan kepada anak-anak perempuan, anak-anak kelompok
minoritas dan kelas sosial bawah, sebab mereka adalah kelompok anak-anak
yang lebih rentan mengalamai berbagai diskriminasi dan kekerasan tambahan
(multiple victimization).
Hak Tersangka Anak
Hal yang tak terelakkan bagi keterlibatan anak sebagai pelaku adalah
terjadinya penyidikan, penangkapan, penahanan dan pemenjaraan yang mengakibatkan trauma dan berpengaruh buruk terhadap masa depan anak.
Berkaitan dengan hal tersebut dalam penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum, KHA menyebutkan bahwa : ”Proses hukum dilakukan sebagai langkah terakhir dan untuk masa yang paling singkat dan layak” dan dalam
modul pelatihan.indd 79
29-Jul-12 1:07:30 PM
80 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
hal ini implementasinya telah dipertegas dan di dukung oleh Prof. Bagir Manan
yang menyatakan bahwa untuk Pemidanaan anak agar dihindarkan dari penjara anak (Kompas, November 2007). Dalam pasal 64 UU ayat (2) dan ayat (3)
No. 23 Th 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan: ”bahwa Perlindungan khusus bagi Anak yang Berkonflik dengan Hukum, dilaksanakan melalui:
• Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak
anak;
• Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
• Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
• Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;
• Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak
yang berhadapan dengan hukum;
• Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua
atau keluarga, dan
• Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi.
2
1
0
2 yang
Ayat (3) mengatakan: “Perlindungan khusus bagi anak
menjadi korban
7
)
i
tindak pidana dilaksanakan melalui:
0 ks
3
• Upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga
maupun
t
re di luar lembaga;
u
o
• Upaya perlindungan dari pemberitaan
yo n kidentitas melalui media massa dan
a
untuk menghindari labelisasi;
-l ho
e
• Pemberian jaminanpkeselamatan
r mo bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik,
(
mental, maupun sosial, dan
• Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.
Sedangkan menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
pasal 16 ayat (3) menjamin bahwa penangkapan, penahanan, atau tindak pidana
penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan
hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir (ultimum remedium). Dan jika
seorang anak dirampas kebebasannya berhak untuk :
• Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan
dari orang dewasa
• Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku
• Membela diri dan memperoleh keadilan didepan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum, dan
• Berhak dirahasiakan.
Sedangkan hak-hak Anak yang menjadi tersangka berdasarkan UU No.
3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak adalah:
modul pelatihan.indd 80
29-Jul-12 1:07:30 PM
MODUL VI
Hak Anak Yang Berhadapan dengan Hukum
•
•
•
•
•
•
•
•
•
81
Hak untuk diperiksa dalam suasana kekeluargaan pada sidang anak
Hak untuk diadili secara khusus berbeda dengan orang dewasa
Hak untuk diperiksa dalam sidang tertutup untuk umum
Hak untuk dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa, dan selama masa
tahanan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus tetap dipenuhi
Hak untuk dikeluarkan dari tahanan demi hukum apabila jangka waktu
penahanan sudah habis
Hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih pensehat
hukum sejak ditangkap atau ditahan dan pada setiap tingkat pemeriksaan
Hak untuk berhubungan langsung dengan penasehat hukum dengan diawasi tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang pada saat ditangkap atau
ditahan
Hak untuk didampingi oleh orang tua, wali atau orang tua asuh, penasehat
hukum dan pembimbing kemasyarakatan selama proses pemeriksaan
Hak untuk menjalani pidana atau dididik di Lembaga Pemasyarakatan
anak yang harus terpisah dari orang dewasa, serta
2memperoleh pendidikan
201
dan latihan sesuai bakat dan kemampuannya0 .
2
7 1999
Sedangkan menurut UU No. 39 0
tahun
si) tentang Hak Asasi Manu3
k
sia, hak-hak Anak yang menjadi Tersangka
e :
t oradalah
u
• Hak perlindungan hukum
yo n k
a
• Hak untuk tidak dijadikan
o penganiayaan, penyiksaan atau penjatu-l hsasaran
e
o
han hukuman
pryangmtidak manusiawi dimana hukuman mati atau hukuman seumur hidup( tidak dapat dijatuhkan kepada anak
• Hak untuk tidak dirampas kemerdekaannya secara melawan hukum
• Hak penangkapan, penahanan, atau pidana penjara hanya sebagai upaya
terakhir
• Hak perlakuan yang manusiawi bagi anak yang dirampas kemerdekaannya
dan dipisahkan dari orang dewasa
• Hak bantuan hukum dan bantuan lainnya secara efektif bagi anak yang
dirampas kebebasannya
• Hak membela diri dan memperoleh keadilan bagi anak yang dirampas kebebasannya didepan pengadilan yang objektif, tidak memihak dan sidang
tertutup untuk umum21.
Adapun hak-hak anak yang menjadi tersangka dalam KUHAP yang dijadikan ketentuan hukum pelengkap dari UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan adalah :
20
21
modul pelatihan.indd 81
Lihat pasal 6, 7, 8, 45,46-51, 57, dan 60 UU No. 3 tahun 1997 Pengadilan Anak
Lihat pasal 58 dan 66 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
29-Jul-12 1:07:30 PM
82 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
•
•
•
•
•
•
•
Hak untuk mendapat pemeriksaan dengan segera
Perkara anak tersebut segera dilanjutkan ke Pengadilan
Segera di adili oleh Pengadilan
Mempersiapkan pembelaan
Diberitahukan perihal apa yang didakwakan kepadanya
Memberikan keterangan secara bebas
Mendapatkan bantuan juru bahasa bagi yang tidak mengerti bahasa Indonesia22
C. Hak Saksi Anak
Bilamana seorang anak dijadikan saksi dalam suatu perkara tindak pidana, dimana keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti mengenai suatu
keterangan peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri sehingga dengan keterangannya dapat mengungkap tabir peristiwa tindak pidana.
12No. 8 tahun 1981
Sedangkan Keterangan Anak menurut pasal 1 0
UU
2 diberikan
tentang Hukum Acara Pidana adalah Keterangan7yang
oleh seorang
)
i
anak tentang hal yang diperlukan untuk membuat
30 eterang
ks suatu perkara pidana
t
guna kepentingan pemeriksaan dalam hal
serta
menurut
cara yang diatur dalam
u kor
o
Undang-Undang. maka anak yang y
menjadi saksi dalam proses peradilan pidana
a
l
on Perlindungan hukum terhadap anak
haruslah memperoleh perlindungan
- hukum
h
e
o terhadap berbagai kebebasan dan hak
merupakan upaya perlindungan
pr (mhukum
asasi anak (fundamental rights and, freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraannya. Dengan demikian anak yang
menjadi saksi dalam proses peradilan pidana seharusnya diperhatikan secara
khusus. Artinya diperlakukan sebagaimana layaknya seorang anak dan tidak
diperlakukan sebagai orang dewasa atau pribadi anak diukur dengan ukuran
orang dewasa. Meskipun sampai saat ini belum ada payung hukum khusus yang
menaungi hak-hak anak yang menjadi saksi.
Sedangkan bila mengacu pada pasal 5 UU No. 13 tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, terkait dengan hak-hak saksi dan korban secara
umum dan harus mendapat penilaian khusus dari Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban adalah :
1. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang
akan, sedang, atau telah diberikannya;
2. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
22
modul pelatihan.indd 82
Lihat pasal 50, 51 dan 52 KUHAP
29-Jul-12 1:07:31 PM
MODUL VI
Hak Anak Yang Berhadapan dengan Hukum
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
83
dukungan keamanan;
memberikan keterangan tanpa tekanan;
mendapat penerjemah;
bebas dari pertanyaan yang menjerat;
mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
mendapat identitas baru;
mendapatkan tempat kediaman baru;
memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
mendapat nasihat hukum; dan/atau
memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gutmen Nainggolan23
perlakuan yang diberikan oleh aparat penegak hukum terhadap anak yang men2 penyidikan (polisi),
jadi saksi dalam proses peradilan pidana, baik pada1tingkat
0
tingkat penuntutan (jaksa) dan pelaksanaan proses
2 )persidangan di pengadilan
7
i sebagaimana mestinya.
(hakim) masih belum memberikan perlindungan
0 kshukum
3
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi
epenegak hukum (baik polisi, jaksa
t aparat
r
u
o
clan hakim) dalam memberikanoperlindungan
hukum terhadap anak yang menk
y pidana
n
a
jadi saksi dalam proses peradilan
adalah:
Peraturan perundang-undangan
l ho
e
(baca KUHAP) sebagai
o bagi aparat penegak hukum dalarn melakukan
r landasan
p
m
(
proses peradilan pidana, kurang memberikan perhatian (perlindungan) terhadap saksi termasuk anak yang menjadi saksi dalam proses peradilan pidana. Di
samping itu adanya sanksi bagi aparat penegak hukum yang tidak memberikan
perlindungan hukum atau perlakuan yang sewenang-wenang terhadap saksi.
Dari segi organisasi atau lembaga penegak hukum antara lain ditemukan:
a. Persepsi aparat penegak hukum mengenai perlindungan hukum terhadap
anak yang menjadi saksi dalam proses peradilan pidana berkaitan erat dengan dunia objektif yang mengitarinya di samping interpretasi subjektifnya
sebagai individu.
b. Tujuan organisasi atau lembaga yang ditekankan oleh birokrasi aparat penegak hukum dalam upaya penyelesaian kasus. Akibatnya setiap peraturan
prosedural yang menyangkut perlindungan hukum terhadap anak yang
menjadi saksi dalam proses peradilan pidana yang dianggap memperlambat
dan menghalangi proses cenderung diabaikan. Selain itu juga pada tingkat
23
Gutmen Nainggolan dalam Thesisnya “Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Saksi dalam Proses Peradilan Pidana”, Program Pasca Sarjana Undip, semarang :
1998
modul pelatihan.indd 83
29-Jul-12 1:07:31 PM
84 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
penyidik (polisi) selalu menunggu dan berpedoman pada arahan dan perintah atasan.
c. Pengalaman dalam kelompok (organisasi) yang tampil dalam wujud kesetiaan pada kebiasaan yang dipraktekkan sesama aparat penegak hukum
dalam melakukan tugasnya. Misalnya, mengutamakan pada aturan main
yang dibentuk secara intern clan selalu bertindak menurut apa yang dirasakan cocok dalam hubungan dengan penilaian kinerja yang biasa dipakai24.
Sedangkan dari segi Fasilitas dalam pelaksanaan proses peradilan pidana
yang merupakan sarana penunjang dalam melaksanakan tugas-tugas aparat penegak hukum masih memerlukan perbaikan-perbaikan sehingga dengan penyediaan fasilitas yang bisa melindungi hak-hak anak sebagai saksi maupun korban
bisa menunjang kinerja aparat penegak hukum.
Prinsip-Prinsip Keadilan ABH
Sebagaimana disampaikan dalam uraian diatas bahwa perlindungan
12
anak dan akses keadilan bagi anak adalah bagian dari 0
implementasi
nilai-nilai
2
hak asasi manusia. Setelah melalui rangkaian elaborasi
dari
sekian
instrumen
7 i)
0
s berhadapan dengan
internasional tentang prinsip dasar perlindungan
anak
3 ekyang
t
hukum, menurut hasil kajian Pokja Juvenile
Justice
Reform in Indonesia Baporkeadilan
ou13 prinsip
k
penas dan KPAI 2009 disimpulkanyada
bagi anak yaitu :
n
a
l
o
- korban.
1. Pelaku kenakalan anakeadalah
Walaupun mungkin terbukti anak
h
o
r
p (m anak melanggar hukum positif, atas kelakuanmelakukan tindak kenakalan,
nya mungkin akan mengganggu tertib sosial karena kenakalannya membuat marah publik, bahkan karena kenakalannya menimbulkan kerugian
pihak lain bahkan mendatangkan kematian dan siksa orang lain. Namun
apapun alasannya, anak adalah korban. korban dari perlakuan salah orang
tuanya, korban dari sistem atau pendidikan guru-gurunya, dia korban dari
kebijakan pemerintah lokal dan dia korban dari lingkungan sosial yang
memberikan tekanan psikis sehingga anak-anak melakukan sesuatu yang
seharusnya tidak dilakukan. Bahkan ada nilai-nilai yang terinternalisasi sejak usia dini, sehingga dia tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah
sebuah pelanggaran hukum.
2. Setiap anak berhak agar kepentingan terbaiknya dijadikan sebagai pertimbangan utama.
3. Tidak mengganggu tumbuh kembang anak.
4. Setiap anak berhak untuk diperlakukan adil dan setara, bebas dari segalabentuk diskriminasi.
5. Setiap anak berhak mengekspresikan pandangan mereka dan didengar
24
modul pelatihan.indd 84
Ibid.
29-Jul-12 1:07:31 PM
MODUL VI
Hak Anak Yang Berhadapan dengan Hukum
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
85
pendapatnya.
Setiap anak berhak dilindungi dari perlakuan salah, kekerasan, dan eksploitasi.
Setiap anakberhak diperlakukan dengan kasih sayang dan penghargaan
akan harkat dan martabat sebagai manusia yang sedang tumbuh kembang.
Setiap anak berhak atas jaminan kepastian hukum.
Program pencegahan kenakalan remaja dan pencegahan terhadap perlakuan
salah, kekerasan, dan eksploitasi secara umum harus menjadi bagian utama
dari sistem peradilan anak.
Perenggutan kebebasan dalam bentuk apapun harus selalu digunakan hanya
sebagai upaya terakhir dan apabila terpaksa dilakukan hanya untuk jangka
waktu yang paling singkat.
Perhatian khusus harus diberikan kepada kelompok paling rentan dari anak,
seperti anak korban konflik senjata, anak didaerah konflik sosial, anak didaerah bencana, anak tanpa pengasuh utama, anak dari kelompok minoritas, anak yang cacat, anak yang terimbas migrasi,2dan anak yang terinfeksi
1
HIV/AIDS.
0
2 ) langkah. Stigmatisasi dan
Pendekatan peka gender harus diambil7disetiap
0
si dalam sistem peradilan hakerentanan khas yang dialami anak
perempuan
3
k
t onyata
re yang banyak berkaitan dengan
rus diakui sebagai sebuah problem
u
k anak perempuan.
yosebagai
status dan peran gendernya
n
a
l
o
- h futuristis dengan meniadakan penjara anak.
Mengembangkanepersfektif
r mo
p
Prinsip-prinsip (keadilan
bagi yang berhadapan dengan hukum mesti ditegakan oleh seluruh lapisan penegak hukum, sebab proses pidana dalam
sistem Peradilan Formil yang dialami anak akan lebih banyak berpengaruh buruk pada masa depannya. Anak yang terlibat dan dilibatkan dalam proses hukum
tadi akan menjalani penyidikan, penahanan, sampai pemidanaan.
Saat ini dengan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan bagi anak, maka
berkembang pemikiran baru mengenai Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum melalui proses hukum dalam sistem peradilan formil dilakukan oleh
alat penegak hukum, seperti Kepolisian, Kejaksaan, Hakim, Departemen Hukum dan HAM (Rutan, LAPAS, BAPAS), yang dimungkinkan proses hukum
tersebut dapat dialihkan dengan penanganan dan pembinaan alternatif dengan
cara mencari solusi penyelesaian yang terbaik bagi anak sebagai pelaku. Dengan
sistem ini penyelesaian (proses hukum) masalah Anak yang Berhadapan dengan
Hukum dilibatkan juga korban, masyarakat serta orang tua pelaku dan orang tua
korban dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi dan rasa adil serta
puas bagi semua pihak.
modul pelatihan.indd 85
29-Jul-12 1:07:31 PM
86 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
DAFTAR BAHAN BACAAN
Hadi Supeno, Kriminalitas Anak Tawaran Gagasan Radikal Anak Tanpa Pemidanaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010
Maidan Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2008
Amalia Abidin dkk., Modul Pelatihan bagi Petugas Pemasyarakatan Implementasi Sistem Pemasyarakatan dan Standard Minimum Rules for Treatment of
Prisoners, Jakarta: Ditjen Pemasyarakatan, 2008
12
0
2Anak) sebagai Saksi dalam
Gutmen Nainggolan,“Perlindungan Hukum terhadap
7
0 Sarjana
si Undip, semarang :
Proses Peradilan Pidana”, Tesis Program3Pasca
k
t ore
1998
u
k di Indonesia pedoman Anda MeyoHukum
Patra M. Zen dkk., Panduan Bantuan
n
a
l
o
mahami dan Menyelesaikan
h Hukum, Jakarta: YLBHI dan PSHK,
e- Masalah
r
p (mo
2009
Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
modul pelatihan.indd 86
29-Jul-12 1:07:31 PM
MODUL VII
MENGENAL PERDA TIBUM
(PERATURAN DAERAH KETERTIBAN UMUM)
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Kebersihan, penataan, ketertiban umum dan ketentraman dijadikan parameter keberhasilan sebuah kota ataupun daerah, terlebih di era otonomi daerah. Setiap daerah berlomba-lomba untuk membuat Peraturan Daerah mengenai
ketertiban umum. Satpol PP menjadi lembaga yang bertugas untuk mengawasi dan menegakan pelaksanaan Perda. Salah satu korban pemberlakuan Perda
Tibum adalah anak jalanan. Proses pelaksanaan Perda Tibum maupun isi perda
sendiri melanggar hak anak. Sessi ini akan mengajak peserta untuk mengenal
Perda Ketertiban Umum (Tibum) khususnya di DKI Jakarta
modul pelatihan.indd 87
29-Jul-12 1:07:31 PM
88 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Tujuan :
1. Peserta mengetahui posisi Perda dalam hirarki peraturan di Indonesia
2. Peserta mengetahui isi perda ketertiban umum
Topik :
a. Isi Perda Tibum yang terkait dengan anak jalanan
b. Pelaksanaan Tibum
Metode
Diskusi Kelompok
Presentasi
Ceramah singkat narasumber
Waktu
120 menit
12
0
2 )
Alat/Bahan
7
0 dankKasus
si Judi Anak
1. Bahan Bacaan Kasus 3
Raju
tAnakore
2. UU Perlindungan
u
k
yo Anak
3. UU Pengadilan
n
a
l
o
- h
4. Alatetulis
r
p (mo
PROSES FASILITASI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Fasilitator membuka acara dan menjelaskan tujuan sessi mengenal Perda
Tibum
Mintalah 2-3 orang peserta untuk menceritakan pengalamannya berhadapan dengan Satpol PP
Identifikasikan pengalaman mereka, dan tanyakan “mengapa negara menangkap mereka ?”
Bagikan Perda Tibum DKI Jakarta
Mintalah kepada setiap kelompok untuk berdiskusi dan mencari pasal-pasal
dalam Perda Tribum yang berkaitan langsung/tidak langsung dengan anak
jalanan
Mintalah perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Persilahkan narasumber untuk menambahkan dan/atau mengklarifikasikan
hasil diskusi kelompok tentang Perda Tibum
modul pelatihan.indd 88
29-Jul-12 1:07:31 PM
MODUL VII
Perda Tibum
89
Bahan Bacaan
Modul VII
PERATURAN DAERAH TENTANG KETERTIBAN UMUM
Oleh : Alghifari Al Aqsha
A. POSISI PERATURAN DAERAH DALAM TATA URUTAN
2
PERATURAN PERUNDANGAN
01
2
Kebersihan, penataan, ketertiban umum
7 idan
) ketentraman dijadikan
0
s
parameter keberhasilan sebuah kota ataupun
3 ekdaerah, terlebih di era otonomi
t
daerah. Setiap daerah berlomba-lomba
u kuntuk
or membuat Peraturan Daerah meno
25
genai ketertiban umum . Peraturan
ay onDaerah mengenai ketertiban umum (Perda
l
Tibum) kemudian menjadi
dan ditolak oleh masyarakat karena jusohnegara.Berdasarkan
re mkontroversi
tru melanggar hakpasasi(warga
Pasal 7 perubahan dari UU
No. 10 Tahun 2004, posisi Peraturan Daerah Provinsi berada di bawah Peraturan
Presiden dan di atas Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Lengkapnya tata urutan
peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Menurut Pasal 1 ayat (7) UU No. 10 Tahun 2004, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
25
Contoh Perda Kota Cimahi No. 4 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum dan Perda
Kota Padang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat. Permasalahan Perda Tibum yang paling menonjol terdapat di DKI Jakarta, yaitu Perda
No. 8 Tahun 2007 yang merupakan revisi dari Perda 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban
Umum di DKI Jakarta
modul pelatihan.indd 89
29-Jul-12 1:07:31 PM
90 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan persetujuan bersama
kepala daerah. Dalam revisi UU No. 10 Tahun 2004 tersebut, dikatakan bahwa
Peraturan Daerah Provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama
Gubernur. Peraturan Daerah terbagi ke dalam 3 jenis, yaitu Peraturan Daerah
Provinsi, Peraturan Daerah kabupaten/kota, dan Peraturan Desa/peraturan yang
setingkat26. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum
(Perda Tibum) merupakan salah satu bentuk Peraturan Daerah Provinsi yang
dibuat oleh DPRD bersama dengan Gubernur.
Berbeda dengan materi undang-undang, materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi27.
Adapun yang bertugas mengawasi pelaksanaan dan penegakan Perda
adalah Kepala Daerah, dibantu oleh Satuan Khusus Perangkat Daerah (SKPD)
yang diberi mandat atau wewenang untuk menegakkan Perda.
Pasal
12 Berdasarkan
0
148 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,
Satuan
2 )
7
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merupakan perangkat
daerah
i untuk membantu
0 dan
s
3
k
Kepala Daerah dan menegakkan Peraturan Daerah
penyelenggaran
keterte
t
r
iban umum dan ketentraman masyarakat.
o penyidikan dan penuntuou Sedangkan
k
y
tan terhadap pelanggaran Perda a
dilakukan oleh Pejabat Penyidik dan Penuntut
-l hon 28.
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
e
o
r
p
(m
B. PERDA KETERTIBAN UMUM DKI JAKARTA DAN PERMASALAHANNYA
Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2007 mengenai Ketertiban Umum diajukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta pada 10 September 2007. Perda ini mulai
berlaku sejak 1 Januari 2008. Perda tersebut merupakan perubahan dari Perda
yang lama, yaitu Perda No. 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum.
Latar belakang pembentukan Perda Tibum yaitu dalam rangka mewujudkan tata kehidupan kota Jakarta yang tertib, tenteram, nyaman, bersih dan
indah, diperlukan adanya pengaturan di bidang ketertiban umum yang mampu
melindungi warga kota dan prasarana kota beserta kelengkapannya. Ketertiban
umum itu sendiri menurut menurut Pasal 1 angka 5 Perda Tibum adalah suatu
26
Republik Indonesia, UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, Pasal 7 ayat (2)
27
Ibid., Pasal 12.
28
Republik Indonesia, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal
149 ayat (2).
modul pelatihan.indd 90
29-Jul-12 1:07:32 PM
MODUL VII
Perda Tibum
91
keadaan dimana Pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara tertib
dan teratur.
D.1. SUBSTANSI PERDA TIBUM
Perda Tibum menjadi kontroversi karena sebagian besar isinya berupa larangan dan pembatasan atas berbagai aktivitas keseharian warga kota yang disertai ancaman pidana kurungan dan denda. Secara substansial Perda No. 8 Tahun
2007 tidak jauh berbeda dengan Perda No. 11 Tahun 1988 yang nyata-nyata
tidak mampu diterapkan dengan maksimal oleh Pemda dan justru menjadi dasar
untuk penyingkiran kelompok miskin.
Kurang lebih terdapat 96 larangan dalam Perda Tibum yang dapat dikenakan sanksi denda Rp. 100.000 s/d Rp. 50.000.000 dan/atau kurungan atau
penjara 10 sampai 180 hari. Larangan tersebut mengancam berbagai kalangan
masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1. Pedagang Kaki Lima
2
1berdagang
Dalam Pasal 25 ayat (2) dikatakan dilarang
di trotoar, halte
0
2
dan tempat umum sebagai pedagang kaki
lima.
Adapun
sanksinya
adalah
7
)
i
0 kurungan
denda Rp.100.000 s/d Rp 2.000.000
3atau
ks 10 s/d 60 hari. Selain itu
e
t
juga terdapat larangan menggunakan
r tidak sesuai fungsinya dengan
u kotrotoar
o
ancaman yang sama.
y
la on
2. Pembeli
e- oh
r
p pedagang
(m yang dikenakan larangan, pembeli yang membeli
Tidak hanya
barang di pedagang kaki lima diancam dengan denda Rp.100.000 s/d Rp
2.000.000,- atau kurungan 10 s/d 60 hari (Pasal 25 ayat 3)
3. Pengemis dan Pengamen (termasuk Anak Jalanan)
Para pengamen, pengemis, dan pedagang asongan dilarang dan diancam dengan denda Rp.100.000 s/d Rp 2.000.000 atau kurungan 10 s/d 60 hari (Pasal
40 ayat b). Termasuk sebagian besar diantaranya adalah anak-anak jalanan.
4. Pejalan Kaki
Setiap pejalan kaki haruslah berjalan di tempat yang ditentukan dan wajib menyebrang di jembatan penyebrangan/zebra cross. Ancamannya denda
Rp.100.000 s/d Rp 2.000.000 atau kurungan 10 s/d 60 hari. Perda ini tidak
dapat mengakomodasi dalam hal Pemda lalai dalam menyediakan fasilitas
bagi pejalan kaki. Sebagaimana kita ketahui sarana bagi pejalan kaki seperti
jembatan penyebrangan dan zebracross sangat minim.
5. Dermawan
Setiap orang dilarang membeli/memberi kepada pengemis, diancam denda
modul pelatihan.indd 91
29-Jul-12 1:07:32 PM
92 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Rp.100.000 s/d Rp 2.000.000 atau kurungan 10 s/d 60 hari (40 ayat c).Hal
ini tentunya mendapat kecaman dari banyak pihak, terutama masyarakat
yang meyakini bahwa member sedekah adalah bagian dari kepercayaannya.
6. Pembuat dan Pengemudi Becak
Pembuat becak dalam Perda Tibum diancam pidana kurungan paling singkat
20 hari dan paling lama 90 hari atau denda paling sedikit Rp. 5.000.000,dan paling banyak Rp. 30.000.000,- . Selain itu orang pengemudi becak diancam pidana kurungan paling singkat 10 hari dan paling lama 30 hari atau
denda paling sedikit Rp. 250.000,- dan paling banyak Rp. 5.000.000,-.
7. Pembuat dan Pengemudi Bemo/Bajai
Pembuat dan pengemudi bemo/bajai dikenakan ancaman pidana kurungan
paling singkat 20 hari dan paling lama 90 hari atau denda paling sedikit Rp.
5.000.000,- dan paling banyak Rp. 30.000.000,- (Pasal 62 ayat 1).
8. Pencari Hak Atas Perumahan
12di lahan terlantar,
Banyak warga miskin yang terpaksa membangun rumah
0
2 tol,
lahan hijau, bantaran kali, kolong jembatan, kolong
dan tempat yang
7
)
i
dilarang lainnya karena tidak dipenuhi hak
oleh pemer30ataseperumahannya
ks
t
intah. Mereka pun kemudian diancam
dengan
r pidana penjara minimal 30
ou ko fungsi jalur hijau, taman
hari maksimal 180 hari karena y
menyalahgunakan
n d) atau dilarang membangun dan
oayat
dan tempat-tepat umum (Pasal
-la 12
h
e
r jalan
bertempat tinggal di p
bawah
molayang, di bawah tol, jalur hijau, taman dan
(
tempat umum (pasal 20 d). Selain itu terhadap mereka juga terdapat ancaman dan larangan membuang air di sungai, menerobos jembatan atau pagar
atau tempat-tempat umum (Pasal 21 huruf c dan Pasal 12 huruf f ).
9. Pelaku Usaha Pengobatan Tradisional
Pelaku usaha pengobatan tradisional yang banyak dipercaya oleh masyarakat juga dikenakan ancaman kurungan paling singkat 20 hari dan paling
lama 90 hari atau denda paling sedikit Rp. 500.000,- dan paling banyak Rp.
30.000.000,- (Pasal 47 ayat 1). Dikecualikan bagi pelaku usaha yang telah
mendapat izin Gubernur.
10. Pemulung
Pemulung diancam dengan Pasal 36 ayat (1) dengan ancaman pidana kurungan minimal 20 hari, maksimal 90 hari atau denda minimal Rp.500.000,
maksimal Rp30.000.000.
11. Perempuan yang dilacurkan (Pedila)29
29
Perempuan yang Dilacurkan (Pedila) merupakan istilah pengganti Pekerja Seks
Komersil.
modul pelatihan.indd 92
29-Jul-12 1:07:32 PM
MODUL VII
Perda Tibum
93
Para pedila juga diancam dengan pidana kurungan minimal 20 hari, maksimal 90 hari atau denda minimal Rp.500.000, maksimal Rp30.000.000.
12. Pendatang Atau Penduduk Rentan Administrasi
Para pendatang ataupun penduduk yang rentan administrasi kependudukan
(orang terlantar, gelandangan, anak jalanan, dll) yang tidak memiliki identitas/KTP DKI diancam dengan pidana kurungan minimal 20 hari, maksimal
90 hari atau denda minimal Rp.500.000, maksimal Rp30.000.000. (Pasal 56)
Selain kelompok masyarakat di atas, terdapat kelompok lain yang mendapatkan larangan seperti penumpang kendaraan umum, tukang parkir, pak
ogah, tukang tambal ban di pinggir jalan, peminta sumbangan atau bantuan
sosial, pengunjuk rasa, dan warga kota lainnya.
Perda Tibum memiliki sisi positif dengan adanya larangan mengangkut
bahan berbahaya atau beracun, larangan bagi pelaku usaha yang merusak lingkungan, larangan melakukan perbuatan yang membahayakan lalu lintas, larangan melakukan kegiatan penggalian dan pengurukan tanpa izin, dan berbagai
12 yang menjadi subjek
larangan lainnya. Namun secara keseluruhan, mayoritas
0
2 )
larangan adalah warga kota yang miskin dan7marjinal.
0 ksi
3
t
D.2. PERMASALAHAN PERDA
TIBUM
re
u
o
k sebagai berikut:
yo
Perda Tibum memiliki
permasalahan
n
a
l
o
h
e- oAsas-Asas
1. Perda Tibum Melanggar
Pembentukan Peraturan Perundangr
p
m
( Perda Tibum melanggar beberapa asas pembentuUndangan. Pembentukan
kan Peraturan Perundang-Undangan yang baik, yaitu:
- Azas Dapat Dilaksanakan : Perda Tibum tidak memperhitungkan efektivitas pemberlakuannya di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Akhirnya Perda Tibum hanya dijalankan sebatas
untuk tindakan penggusuran terhadap PKL dan pemukiman penduduk,
serta penangkapan anak jalanan, pengemis, pengamen, dan PSK. Sementara peraturan lain tidak dilaksanakan.
- Azas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan : Perda Tibum gagal memberikan manfaat ketertiban bagi masyarakat dan menjadi sebaliknya, warga
menjadi semakin miskin dan terpinggirkan.
- Azas Keterbukaan : Walaupun Perda Tibum telah digodok selama 4 tahun sebelum pengesahan. Perancangan dan pembahasan sangat minim
masukan dari masyarakat. Mayarakat luas justru menentang pembuatan
Perda Tibum, namun Gubernur dan DPRD bersikukuh melanjutkan
pembahasan hingga pengesahan.
Materi Perda Tibum melanggar beberapa asas materi Peraturan Perun-
modul pelatihan.indd 93
29-Jul-12 1:07:32 PM
94 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
dang-undangan yang baik, yaitu:
- Azas Pengayoman : Setiap materi peraturan perundang-undangan seharusnya berfungsi memberikan perlindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat. Namun Perda Tibum berfungsi sebaliknya, masyarakat
justru menjadi tidak tentram dan kesenjangan sosial semakin terbuka.
- Azas Kemanusiaan : Perda Tibum tidak mencerminkan perlindungan
dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. Banyak
terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam pasal Perda Tibum.
- Asas Keadilan : Perda Tibum tidak mencerminkan keadilan yang proporsional bagi setiap warga negara dan justru menunjukkan adanya diskriminasi dan kriminalisasi bagi penduduk miskin yang terpaksa karena
keadaan melanggar Perda.
- Azas Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Perda
Tibum jelas sekali membedakan latar belakang dan status sosial warga.
Warga miskin lah yang mayoritas menjadi subjek penegakan
2 Perda Tibum.
1
- Asas Ketertiban dan kepastian hukum. Yang 0
dimaksud dengan “asas
2setiap
ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa
7
i) Materi Muatan Per0
s
aturan Perundang-undangan harus dapat
ketertiban dalam
3 menimbulkan
k
e
t
r
masyarakat melalui jaminan adanya
kepastian
hukum.
u o
yo n k
a
oWarga Negara.
2. Perda Tibum Melanggar Hak
-l Asasi
h
e
o
pr (mmemiliki kewajiban untuk
Negara c.q. pemerintah
menghormati (to
respect), melindungi (to protect), dan memenuhi (to fulfil) Hak Asasi Manusia
warga negaranya. Pasal 8 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyebutkan perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM terutama menjadi tanggung jawab Pemerintah. Namun dengan pemberlakuan Perda
Tibum, pemerintah daerah justru melanggar hak asasi warga negaranya.
Adapun hak asasi warga negara yang terlanggar karena pemberlakuan
Perda Tibum adalah sebagai berikut:
a. Hak Atas Perumahan
Perda melanggar hak atas perumahan dengan adanya ketentuan mengenai
larangan untuk bertempat tinggal di ruang terbuka, di pinggir rel, di bawah
jembatan tol, jalur hijau, taman, dan tempat umum. Larangan tersebut
menjadi salah satu dasar Pemda untuk menggusur masyarakat yang terpaksa
membangun rumah ditempat yang dilarang karena hak atas perumahannya
tidak dipenuhi oleh negara. Pada tahun 2008-2009 saja, Urban Poor Consortium (UPC) mencatat setidaknya terdapat 30 jumlah kasus penggusuran
modul pelatihan.indd 94
29-Jul-12 1:07:32 PM
MODUL VII
Perda Tibum
95
dengan jumlah 6109 rumah dan 24.436 jiwa30. Sedangkan LBH Jakarta mencatat pada tahun 2008 terdapat 21 kasus pengaduan mengenai hak atas perumahan dengan jumlah korban yang terkena dampak berkisar 5104 jiwa31.
LBH Jakarta meneliti bahwa APBD DKI Jakarta tahun 2011 untuk pra dan
ketika penggusuran, baik rumah ataupun tempat usaha adalah sebesar Rp.
45.836.400.000,0032. Jadi, DKI Jakarta punya banyak dana untuk menegakkan Perda dan melakukan penggusuran.
Larangan dalam Perda dan penggusuran tersebut di atas bertentangan dengan
Pasal 28H ayat (1) UUD NRI 1945, Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Pasal 11 ayat (1) UU No. 11
Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya.
b. Hak Atas Pekerjaan
Perda Tibum akan melanggar hak atas pekerjaan warga kota, yaitu pengamen,
pedagang asongan, PKL, pelaku usaha pengobatan tradisional, pemulung,
pengemudi dan pembuat becak, pengemudi dan pembuat
12 bemo, tukang ojek,
0
dll. Dengan ditegakkannya Perda, maka akan
banyak pengangguran,
2muncul
7
)
i
hilangnya nafkah, dan tentunya akan0berakibat
s pula hilangnya penikmatan
3
k
terhadap hak-hak yang lain seperti
hak
atas
pendidikan,
hak atas kesehatan,
e
t or
u
hak atas lingkungan, hak atas
k dll. Larangan tersebut melanggar Pasal
yoRIpangan,
n
a
6 ayat (1) Undang-Undang
Nomor
11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
l ho
e
Kovenan Internasional
Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Pasal 38 ayat
o
r mHak-Hak
p
(
(2) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 23 ayat (1)
DUHAM, Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2) UUD NRI 1945 dimana
pada intinya setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak pula atas upah dan syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.
Komnas HAM mengambil posisi bahwa sepanjang Negara belum dapat
mewujudkan secara penuh hak atas pekerjaan, maka negara tidak dapat
melakukan pelarangan pekerjaan bagi mereka yang tidak beruntung dan
terpinggirkan. Pekerjaan adalah bagian dari upaya untuk dapat terus hidup
(survival) bagi individu33.
c. Hak Untuk Berpindah Tempat
Perda Tibum mengatur mengenai ancaman bagi orang yang tidak memiliki
KTP DKI Jakarta. Selain mengancam penduduk yang rentan administrasi
30
Urban Poor Consortium, Data Penggusuran Pemukiman Miskin Tahun 2008-2009.
31
Laporan Akhir Tahun 2008 Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, hal. 42.
32
Litbang LBH Jakarta, Clustering APBD DKI Jakarta 2011.
33
Yosep Prasetyo, Roichatul Aswidah, dan Asep Mulyana. Kajian Komnas HAM
terhadap Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Cet I.
Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2009, Hal 56.
modul pelatihan.indd 95
29-Jul-12 1:07:32 PM
96 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
kependudukan (orang terlantar, gelandangan, anak jalanan,dll), Perda juga
mengancam para pendatang untuk mendatangi DKI dimana hal tersebut
merupakan suatu pelanggaran hak warga negara untuk berpindah tempat sesuai dengan Pasal 28 E ayat (1) UUD NRI 1945 dan Pasal 27 ayat (1) UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dimana Setiap warga negara Indonesia
berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah, dan bertempat tinggal dalam
wilayah negara Republik Indonesia.
d. Hak Untuk Menjalankan Ibadah Sesuai Keyakinan/Kepercayaannya
Pasal 40 ayat c Perda Tibum melarang pemberian sumbangan/sedekah/infak
tersebut kepada pengemis, pengamen, dan peminta sumbangan di jalan. Hal
ini tentunya sangat janggal dan controversial karena memberikan sumbangan/sedekah/infak merupakan bagian dari kepercayaan, bahkan kewajiban
dari berbagai kelompok agama tidak perduli dimana pun tempatnya. Hal
tersebut melanggar Pasal 28 E ayat (1) dan Pasal 22 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 dimana setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
12itu.
0
2 )
e. Hak Untuk Berekspresi dan Menyatakan Pendapat
7
0 di luar
sigedung dan/atau mePasal 51 mengharuskan kegiatan keramaian
3
k
t ore kepentingan umum wajib
manfaatkan jalur jalan yang dapat u
mengganggu
o pejabat
k yang ditunjuk. Dalam hal kemendapat izin dari Gubernur y
atau
n
a
l
o
merdekaan menyatakan pendapat
hsebenarnya telah terdapat UU No. 9 Tae- oMenyampaikan
r
hun 1998 tentang Kemerdekaan
Pendapat di Muka Umum.
p (m
Perda justru berpotensi menghalangi kemerdekaan menyampaikan pendapat
di muka umum sehingga bertentangan dengan Pasal 2 ayat (1) UU N. 9 Tahun 1998 dan Pasal 25 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
3. Menyingkirkan Masyarakat Miskin.
Adapun yang dominan menjadi subjek penegakan Perda Tibum tidak
lain adalah masyarakat miskin yang karena kondisi ekonomi dan sosial terpaksa
menjadi pengamen, pedagang asongan, PSK, pengemudi becak, pengemudi bajai, pak ogah, pemulung, serta terpaksa membangun rumah seadanya di tempat
yang dilarang. Hal ini sangat bertentangan dengan Pasal 34 UUD NRI 1945
dimana fakir miskin dan anak-anak merupakan kewajiban negara untuk memelihara.
4. Mengkriminalisasi Masyarakat.
Masyarakat yang melanggar Perda Tibum diberikan sanksi pidana denda
Rp. 100.000 s/d Rp. 50.000.000 dan/atau kurungan atau penjara 10 sampai 180
hari. Bahkan orang yang memberikan derma/sumbangan/santunan pun dapat
dikenakan pidana. Ketentuan-ketentuan pidana Perda Tibum tidak mengin-
modul pelatihan.indd 96
29-Jul-12 1:07:32 PM
MODUL VII
Perda Tibum
97
dahkan prinsip-prinsip kriminalisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof.
Muladi sebagai berikut, yaitu kriminalisasi tidak boleh terkesan menimbulkan
“over kriminalisasi”, tidak boleh bersifat ad hoc, harus mengandung unsur korban, harus memperhitungkan unsur biaya dan hasil dan prinsip ultimum remedium, harus menghasilkan peraturan yang dapat ditegakkan (enforceable), harus
mendapat dukungan publik, mengandung subsosialiteit (mengandung bahaya
bagi masyarakat sekalipun kecil), harus memperhatikan peringatan bahwa setiap kriminalisasi mengekang kebebasan rakyat dan memberikan kewenangan
kepada penegak hukum untuk mengekang kebebasan itu34.
5. Menyebarkan Budaya Individualis.
Hal ini terlihat dengan adanya larangan dan ancaman pidana bagi warga
kota yang membeli barang kepada PKL atau pedagang asongan dan memberikan
sumbangan/sedekah bagi pengemis, pengamen, dan peminta sumbangan. Perda
Tibum setidaknya menimbulkan paradigma di masyarakat bahwa pengamen,
pengemis, PKL, pedagang asongan, peminta sumbangan merupakan penyakit
2 Budaya filantropi,
masyarakat yang harus dihindari dan tidak boleh 1dibantu.
0
2 )menghilang sejalan dengan
saling membantu dan bergotong royong pun akan
7
munculnya budaya individualis.
0 si
3 ek
t
u kor
6. Logika Berfikir Yang Keliru
o
Adanya Perda Tibum
bentuk ketidakpahaman pemerintah
aymerupakan
l
ondan solusinya.
h
terhadap kondisi sosial
masyarakat
Negara yang gagal memberie
o
r
p
m
kan pekerjaan yang layak
( kepada warga negaranya justru menghalangi warga
negaranya untuk bekerja secara mandiri. Negara yang gagal memberikan hak atas perumahan kepada warga negaranya justru menggusur warga negaranya yang
terpaksa membangun rumah secara mandiri di tempat yang dilarang. Negara
yang gagal memberikan pemahaman mengenai ketertiban kepada warga negaranya justru berfikir sanksi pidana adalah solusinya. Kegagalan Negara dalam
mensejahterakan rakyatnya justru diperparah dengan menyingkirkan yang tidak
sejahtera.
D.3. KAJIAN KOMNASHAM TERHADAP PERDA TIBUM DKI JAKARTA
Karena banyaknya protes masyarakat ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komnas HAM pun mengadakan penelitian dengan kesimpulan sebagai berikut35:
34
Muladi,“Politik Hukum Pidana, Dasar Kriminalisasi dan Dekriminalisasi Serta Beberapa Asas dalam RUU KUHP” Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum
di Indonesia. Jakarta: The Habibie Centre, 2002. hal. 251-257.
35
Op.cit., hal. 63-67.
modul pelatihan.indd 97
29-Jul-12 1:07:32 PM
98 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
• Perda Tibum cacat secara prosedur karena penyusunan Perda tidak melewati proses harmonisasi yang melibatkan Panitia Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia (RANHAM)
• Terdapat sejumlah pasal dalam Perda Tibum yangbertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang diakui Indonesia dan juga kalangan internasional.
• Perda Tibum tidak memasukkan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
• Perda Tibum tidak memenuhi prinsip-prinsip keperluan yang dipersyaratkan
dalam pembatasan hak sebagaimana telah diatur dalam standar internasional
disepakati yang dapat melanggarhakatas perumahan, hak atas pekerjaan, dan
hak atas kebebasan untuk bergerak.
• Perda Tibum banyak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, yaitu UUD NRI 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, UU No. 11 Tahun 2005 tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya, UU No. 12 Tahun 2005 tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik.
2
1politik,
• Perda Tibum berpotensi membahayakan hak-hak sipili,
ekonomi, so0
2 ) oleh negara
sial, dan budaya warga negara yang seharusnya7dijamin
sebagai
i
0
s
pemangku kewajiban bagi pemenuhannya.
3 k
t ore
u
Selain itu, Komnas HAM mengeluarkan
k rekomendasi kepada Menteri
yo pemberlakuan
n
a
Dalam Negeri agar segera membatalkan
Perda No. 8 Tahun 2007
l ho
e
tentang Ketertiban Umum
o peraturan daerah yang bertentangan
r danmseluruh
p
(
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Selain itu Komnas
HAM mengeluarkan rekomendasi kepada Menteri Hukum dan HAM agar
segera melaksanakan pendidikan dan penyuluhan mengenai hak-hak asasi manusia kepada jajaran aparat pemerintahan daerah, terutama jajaran aparat biro
hukum Pemda agar tak ada lagi sebuah produk yang bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia, serta Satpol PP sebagai aparat yang kerap kali
dikeluhkan oleh masyarakat.
C. ANAK JALANAN SEBAGAI KELOMPOK RENTAN TERHADAP PEMBERLAKUAN PERDA TIBUM
Anak jalanan merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap pemberlakuan Perda Tibum. Mereka banyak bekerja sebagai pengemis, pengamen,
pengelap kaca mobil, pedagang asongan, joki 3 in 1, dan juru parkir liar yang keseluruhannya dilarang di dalam Perda Tibum dan diancam dengan sanksi pidana
kurungan, penjara, maupun denda. Ancaman terhadap anak jalanan terakumulasi dengan fakta bahwa mayoritas anak jalanan tinggal di tempat yang dilarang
ditempati oleh Perda dan anak jalanan juga merupakan kelompok yang rentan
modul pelatihan.indd 98
29-Jul-12 1:07:33 PM
MODUL VII
Perda Tibum
99
administrasi kependudukan karena tidak memiliki akta kelahiran sehingga ketika dewasa tidak mendapatkan KTP.
Fakta yang sangat mengerikan dimana jumlah anak jalanan sangatlah
besar di Indonesia. Berdasarkan data Kemensos, saat ini terdapat 230 ribu anak
jalanan di Indonesia36. Pada tahun 2007, Kementrian Sosial mencatat anak jalanan di Indonesia berjumlah 104.497 jiwa, dimana di DKI Jakarta terdapat 4478
jiwa. Tahun 2011, di DKI Jakarta tercatat jumlah anjal mencapai 7.315 orang
dibanding tahun 2010 yang mencapai 5.650 orang atau tahun 2009 sebanyak
3.724 orang37.
Jumlah anak jalanan tersebut justru memiliki kecenderungan semakin
meningkat. Bayangkan jika Perda Tibum ditegakkan, tentunya 7.315 orang
anak jalanan di DKI setiap saat dapat ditangkap dan mendapatkan sanksi pidana
kurungan ataupun penjara, terlebih lagi DKI Jakarta berencana akan menjadi
kota yang bebas anak jalanan pada akhir 2011. Dalam penegakan Perda Tibum
tersebut, Satpol PP sebagai penegak Perda Tibum menjadi ancaman serius bagi
anak jalanan karena Satpol PP sering melakukan penangkapan
dan penahanan
2
1
sewenang-wenang, pemukulan, penyiksaan, penempatan
0 di panti dengan kondisi dan perlakuan yang tidak manusiawi, bahkan
7 2hingga
i) menyebabkan kematian.
30 eks
t
uUMUM
D. SOLUSI KETERTIBAN
or DAN KOTA LAYAK ANAK
o
k
ay telah
Terhadap Perda -Tibum
l
ondilakukan uji materi ke Mahkamah Agung,
h
e
odan tidak diperiksa substanstinya karena masalah
namun permohonan
rditolak
p
m
(
mekanisme permohonan . Perda Tibum harus dibatalkan karena bukan solusi
38
untuk menciptakan ketertiban umum, melainkan dapat melanggar hak asasi
warga negara dan menjadi alat pemiskinan secara struktural. Solusi untuk menciptakan ketertiban umum adalah dengan melakukan kampanye, penyadaran,
pembinaan dan pemberdayaan. Tentunya solusi utama adalah menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah Daerah patut berkaca kepada Pemkot
Solo yang berhasil melakukan penataan tanpa harus menggunakan Perda Ketertiban Umum dan melanggar hak asasi masyarakat.
Pemerintah Daerah harus memberi perhatian khusus terhadap permasalahan anak jalanan dengan memperkuat program pembinaan anak jalanan,
mengembalikan mereka ke sekolah dengan menyediakan fasilitas pendidikan
khusus maupun memberikan insentif pendidikan kepada seluruh anak jalanan
36
http://www.tribunnews.com/2011/08/25/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-indonesia
37
http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1768486/jumlah-anak-jalanan-di-jakartaterus-meningkat
38
Lihat permohonan Keberatan atas Pemberlakuan Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum kepada Mahkamah Agung yang
dilakukan oleh Tim Advokasi Masyarakat Anti Perda Pelanggaran HAM
modul pelatihan.indd 99
29-Jul-12 1:07:33 PM
100 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
tidak hanya sebatas pendidikan gratis, menyediakan fasilitas bermain ataupun
berkesenian, serta pemberdayaan ekonomi keluarga anak jalanan. Hal tersebut
dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri maupun bekerja sama dengan lembaga
yang concern terhadap anak jalanan yang cukup banyak jumlahnya. Dengan
demikian kota akan menjadi tempat yang layak untuk anak.
*****
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 100
29-Jul-12 1:07:33 PM
MODUL VIII
LEMBAGA-LEMBAGA YANG
MENANGANI ANAK JALANAN
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Dalam kesehariannya anak jalanan sangat rentan menjadi korban kejahatan, menjadi pelaku kejahatan, maupun menjadi korban dari pemberlakuan
Perda Tribum. Anak jalanan sering ditangkap dan ditahan sewenang-wenang,
serta diperlakukan tidak manusiawi. Oleh karena itu penting bagi anak jalanan
untuk mengetahui lembaga-lembaga terkait anak jalanan, sehingga dapat berguna ketika melakukan advokasi.
Tujuan :
Peserta mengetahui fungsi dan tugas dari aparat pemerintah dan lembaga terkait penanganan anak jalanan
Topik :
1. Satpol PP
2. Dinsos
modul pelatihan.indd 101
3. Rumah Singgah
4. LSM
29-Jul-12 1:07:33 PM
102 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Metode
Curah Pendapat
Ceramah singkat
Waktu
60 menit
Alat/Bahan
Bahan bacaan : Mengenal Lembaga Terkait Anak Jalanan
Alat Tulis
PROSES FASILITASI
1. Fasilitator membuka acara dan menjelaskan tujuan materi mengenal lemba12
ga-lembaga terkait anak jalanan
0
2 )terlibat dalam penan2. Buka kembali hasil identifikasi lembaga-lembaga
yang
7
0 ksi
ganan kasus Raju dan Kasus Judi.
3
t lembaga-lembaga
re
3. Ajak peserta untuk mengidentifikasikan
yang terkait denu
o
o
k
gan anak jalanan
y n
a
l
o lembaga-lembaga yang berhasil di4. Jelaskan secara singkat tugas
dan
fungsi
h
e
o
identifikasikan, dan bagaimana
pr (m anak jalanan mengakses lembaga tersebut.
modul pelatihan.indd 102
29-Jul-12 1:07:33 PM
MODUL VIII 103
Lembaga-Lembaga Yang Menangani Anak Jalanan
Bahan Bacaan
Modul VIII
MENGENAL LEMBAGA TERKAIT ANAK JALANAN
Oleh : Alghifari Al Aqsa
Dalam kesehariannya anak jalanan sangat rentan menjadi korban kejahatan, menjadi pelaku kejahatan, maupun menjadi1korban
2 dari pemberlakuan
0
Perda Tribum. Anak jalanan sering ditangkap2dan ditahan sewenang-wenang,
7 itu
serta diperlakukan tidak manusiawi. Oleh
karena
i) penting bagi anak jalanan
0
s
3
k
untuk mengetahui lembaga-lembaga
t terkait
reanak jalanan, sehingga dapat beru
o
guna ketika melakukan advokasi.
o k
ay
pr (mo
Sejarah Satpol PP
n
l ho PRAJA
1. SATUAN POLISI
e-PAMONG
Sejarah Satpol PP dapat diteliti semenjak jaman penjajahan, yaitu pada
1620, setahun setelah VOC menduduki Batavia, Gubernur Jendral VOC membentuk BAILLUW, yaitu semacam Polisi yang merangkap Jaksa dan Hakim yang
bertugas untuk menangani perselisihan hukum yang timbul antara VOC dengan
warga kota39. Selain itu tugas utama BAILLUW adalah menjaga ketertiban dan
ketentraman warga kota. Organisasi kepolisian kolonial kemudian dikembangkan menjadi: pertama Polisi Pangreh Praja (Bestuurpolitie), yang ditempatkan
menjadi bagian dari pemerintahan pribumi yang didukung oleh kepala-kepala
desa, para penjaga malam dan agen-agen polisi yang diperbantukan pada pejabatpejabat pamongpraja. Kedua, Polisi Umum (Algemeene Politie) yang merupakan
kesatuan khusus dan berfungsi menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kepolisian.
Ketiga Polisi Bersenjata (Gewapende Politie)40. Kelahiran organisasi kepolisian ini
tidak lain adalah demi langgengnya kekuasaan penjajah Belanda.
39
Tim Imparsial, Quo Vadis Satpol PP di Era Reformasi, (Jakarta: Imparsial, 2009),
hal. 3.
40
Ali Subur dkk, Pergulatan Profesionalisme dan Watak Pretorian (Catatan Kontras
terhadap Kepolisian), (Jakarta: Kontras, 2001), hal. 4.
modul pelatihan.indd 103
29-Jul-12 1:07:33 PM
104 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Pada zaman Pasca Kemerdekaan dengan keluarnya UU No. 1 Tahun
1946, wewenang Kepolisian Pangreh Praja sebagai penanggungjawab kepolisian
berkurang. Kekuasaan tertentu diserahkan kepada Kepolisian. Kemudian pada
Oktober 1948 Satpol PP didirikan di Yogyakarta dengan dasar Surat Perintah
Kepala Jawatan Praja Daerah Istimewa Yogyakarta No 1/1948 tanggal 30 Oktober 1948 tentang Detasemen Polisi. Setelah itu, Satpol PP resmi dilahirkan
pada tanggal 3 Maret 1950 dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
UR32/2/21/1950. Adapun nama Satpol PP ketika itu adalah Detasemen Polisi
Pamong Praja.
Kedudukan, Fungsi, dan Kewenanganan Satpol PP
Eksistensi Satpol PP diatur dalam Pasal 148 UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan Satpol PP dibentuk untuk
membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Satpol PP berada dibawah kepala
daerah dan Menteri Dalam Negeri.
2 Polisi Pamong
1Satuan
Berdasarkan Pasal 5 PP No. 6 Tahun 2010 tentang
0
2 )
Praja, Satpol PP menyelenggarakan fungsi:
7
i
0 ksPerda,
a. Penyusunan program dan pelaksanaan 3
penegakan
penyelenggaraan
e
t
r
ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat
serta
perlindungan
mau ko
o
y n
syarakat;
-la hoPerda
b. Pelaksanaan kebijakanepenegakan
dan peraturan kepala daerah;
o
r
p penyelenggaraan
c. Pelaksanaan kebijakan
ketertiban umum dan ketentera(m
man masyarakat di daerah;
d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;
e. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah,
dan/atau aparatur lainnya;
f. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah; dan
g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah.
PP No. 6 tahun 2010 tentang Satpol PP, wewenang Satpol PP adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas perda dan/
atau peraturan kepala daerah;
b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
modul pelatihan.indd 104
29-Jul-12 1:07:34 PM
MODUL VIII 105
Lembaga-Lembaga Yang Menangani Anak Jalanan
c. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat;
d. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas perda dan/
atau peraturan kepala daerah; dan
e. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas perda dan/atau peraturan kepala daerah.
Berdasarkan Pasal 4 Permendagri No. 26 Tahun 2005 tentang Pedoman
Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja, Satpol PP memiliki 6
tugas khusus dan memiliki prosedur operasional, yaitu ketenteraman dan ketertiban umum, pelaksanaan penanganan unjuk rasa dan kerusuhan massa, pelaksanaan pengawalan pejabat/orang-orang penting, pengamanan tempat-tempat
penting, pelaksanaan operasional patrol, dan operasional penyelesaian kasus
pelanggaran ketentraman, ketertiban umum dan peraturan daerah.
2 UU No. 22 Tahun
Otonomi daerah yang sangat luas dengan 1adanya
0
1999 yang telah direvisi oleh UU No. 32 Tahun22004 tentang Pemerintah Dae7 yang
rah memiliki dampak Satpol PP memiliki0peranan
si) sangat besar dalam roda
3
k
pemerintahan daerah. Daerah berpacu
t untuk
remelaksanakan pembangunan kareu
o
na urusan pusat menurut Pasal
yo10nayatk (3) hanya meliputi politik luar negeri,
a
pertahanan, keamanan,-yustisi,
moneter dan fiskal nasional dan agama, serta
l ho
e
o
kewenangan lain yang
UU. Satpol PP akhirnya dijadikan instrument
pr ditentukan
(m perda, pengawal pembangunan, dan seakan-akan
garis depan untuk penegakan
Pemda merasa memiliki kepolisian sendiri dan menafikan eksistensi kepolisian.
Tuntutan Pembubaran Satpol PP
Banyak pihak yang pro dan kontra mengenai pembubaran Satpol PP
karena sebagian orang merasakan perlunya keberadaan Satpol PP untuk ketentraman dan ketertiban. Adapun pihak yang sepakat dengan pembubaran Satpol
PP memiliki alasan antara lain sebagai berikut:
1) Kekerasan
Korban kekerasan Satpol PP sebagian besar berasal dari warga miskin.
Tindak kekerasan Satpol PP sering terjadi di setiap penggusuran atau operasi
penertiban. Menurut pendataan Jakarta Centre for Street Children (2008), di tahun 2007 angka kekerasan yang dilakukan Satpol PP di Jakarta sebesar 66,1%.
Korban mengalami kekerasan secara fisik, mulai dari ditangkap dan ditahan
sewenang-wenang, ditendang, diseret, disundut rokok, dijambak, digunduli,
dicekik, diinjak, dipukul, mendapatkan kekerasan seksual, dipaksa telanjang,
bahkan sampai ada yang meninggal dunia.
modul pelatihan.indd 105
29-Jul-12 1:07:34 PM
106 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
2) Penggusuran
Satpol PP merupakan aparat yang tampil terdepan dan merupakan aktor utama dalam penggusuran. Jumlah penggusuran, khususnya di Jakarta dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Data dari Aliansi Rakyat Miskin menyebutkan pada tahun 2007 saja korban penggusuran mencapai 12.288 orang miskin
selama bulan September. Pada bulan Oktober mencapai 3.879 orang miskin.
Sedangkan pada November mencapai 5.928 orang miskin. Penggusuran tersebut tentunya melanggar hak warga negara untuk mendapatkan perumahan dan
pekerjaan yang layak sebagaimana telah diatur dalam UUD NRI 1945, UU No.
39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UU No. 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi
Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya.
3) Pemborosan Anggaran
Untuk memperlancar kegiatannya Satpol PP menghabiskan tidak sedikit
dana APBN dan APBD. Misalnya di DKI Jakarta anggaran pada 2005-2006
mencapai Rp. 144,9 milyar. Pada 2007 mengalami peningkatan tajam mencapai
12 pendidikan dasar
Rp 303,2. Jauh lebih besar dari alokasi anggaran untuk0dinas
2 lagi
yang hanya sebesar Rp 188 milyar. Bahkan lebih7jauh
jika dibandingkan
)
i
s 200 milyar, atau seludengan anggaran Puskesmas seluruh DKI yang
30hanya
k41Rp
e
t
ruh rumah sakit di DKI yang hanya Rpu
122,4 milyar
r .
o ko
y
4) Impunitas dan Tidak Adanya
la Pengawasan
on
h
e
Jika berkaca kepada
o negara lain yang memiliki kewenangan
r organisasi
(m lembaga pengawas, baik internal maupun
melakukan upaya paksa p
selalu terdapat
eksternal. Misalnya, Kejaksaan terdapat Jaksa Pengawas dan Komisi Kejaksaan,
di Kepolisian terdapat Propam dan KOMPOLNAS, Mahkamah Agung memiliki Hakim Pengawas dan Komisi Yudisial. Namun berbeda dengan Satpol PP
yang memiliki kewenangan untuk melakukan upaya paksa tetapi tidak memiliki
lembaga yang bertugas mengawasi bahkan seringkali terhadap Satpol PP tidak
bisa dilakukan proses pidana ketika ada tindakan pidana dalam melaksanakan
tugas. Pasca Tragedi Koja, Satpol PP DKI Jakarta memiliki Provost tersendiri,
namun tidak jelas bagaimana kinerja Provost tersebut.
5) Rekruitmen Tidak Jelas dan Pendidikan yang Militeristik
Mayoritas perekrutan Satpol PP tidaklah jelas, seharusnya terdapat seleksi anggota sama seperti seleksi PNS. Seringkali preman pengangguran yang kemudian menjadi personil Satpol PP dan mayoritas status hubungan kerja Satpol
PP adalah Pekerja Tidak Tetap (PTT). Ketika diterima sebagai personil, anggota
Satpol PP dididik dengan metode pelatihan yang militeristik layaknya militer.
41
Yani Sucipto dari Seknas Fitra dalam “Anggaran Trantib Dalam Perspektif Pro
Poor Budget” 2007
modul pelatihan.indd 106
29-Jul-12 1:07:34 PM
MODUL VIII 107
Lembaga-Lembaga Yang Menangani Anak Jalanan
Hal tersebut menjadikan watak Satpol PP sangat militeristik dan gagal melakukan komunikasi atau pendekatan persuasif terhadap warga kota.
6) Satpol PP Sebagai Alat Kekuasaan.
Keberadaan Satpol PP yang sering menggusur warga miskin tak pelak
menjadikan Satpol PP sebagai musuh warga miskin walaupun anggota Satpol PP
sebagian besar merupakan bagian dari warga miskin. Satpol PP bahkan seringkali menjadi alat kekuasaan penguasa dengan menggunakan modus penegakkan
peraturan daerah dan menciptakan ketentraman dan ketertiban untuk menggolkan kepentingan-kepentingan penguasa atau pengusaha, terutama kepentingan
bisnis.
7) Bertentangan Dengan Konstitusi
Eksistensi Satpol PP dan Pasal 148 UU No. 32 Tahun 2004 yang menjadi dasar
kedudukan Satpol PP dianggap bertentangan dengan konstitusi karena telah terjadi tumpang tindih kewenangan antara Satpol PP dan Polri dalam hal ketentraman dan ketertiban umum. Pasal 30 ayat (4) UUD NRI
1945 menyatakan Ke2yang
1
polisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara
menjaga keamanan
0
2
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
melayani masyara7 mengayomi,
i)
0
42
s
kat, serta menegakkan hukum . Di sisi3lain, berdasarkan
Pasal 148 ayat (1) UU
k
e
t
r
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,
Satpol
PP dibentuk untuk
u ko
o
membantu kepala daerah dalam
menegakkan
Perda dan penyelenggaraan ketern
ay o
l
tiban umum dan ketentraman
masyarakat.
e oh
r
p
m tumpang tindih wewenang dibuktikan dengan
Selain ketentuan(tersebut,
fakta bahwa Satpol PP seringkali melakukan upaya paksa seperti penangkapan,
penahanan, dan penyitaan tidak melalui penyidik PPNS yang memang dibawah
koordinasi kepolisian. Satpol PP pun memiliki perlengkapan yang sangat mirip
dengan kepolisian.
8) Mitos Ketertiban Umum
Adanya mindset yang meyakini bahwa Ketertiban Umum dapat dilakukan oleh Satpol PP dengan segala represifitasnya merupakan mitos yang telah
tertanam semenjak zaman penjajahan Belanda. Pedagang Kaki Lima tidak akan
pernah hilang selagi lapangan pekerjaan tidak ada walaupun puluhan kali ditangkap, “penghuni liar” tidak akan pernah hilang selagi hak atas perumahan tidak dipenuhi. Pemerintah seharusnya berkaca kepada Solo yang berhasil menata
perumahan liar dan PKL-PKL nya dimana peran serta masyarakatlah yang akan
menciptakan ketertiban umum bukan tindakan represif Satpol PP.
Adapun tawaran solusi dalam pembubaran Satpol PP yaitu pegawai Satpol PP dialihkan ke dinas lain atau dibentuk dinas baru dengan fungsi yang
42
modul pelatihan.indd 107
Dipertegas oleh Pasal 4 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian NRI.
29-Jul-12 1:07:34 PM
108 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
baru yang lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan mengenai ketertiban umum harus dilakukan pemberdayaan masyarakat. Jika terdapat
suatu tindak pidana dan upaya paksa maka serahkan kepada kepolisian ataupun
Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang tetap berkoordinasi dengan kepolisian.
2. DINAS SOSIAL (DINSOS)
Dinas Sosial merupakan instansi pemerintah yang merupakan salah satu
Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD). Adapun tugas dari Dinas Sosial
adalah melaksanakan urusan sosial di daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki dinas sosial, namun tidak semua daerah memiliki dinas sosial yang berdiri
sendiri. Banyak daerah dinas sosial digabungkan dengan beberapa bidang, seperti daerah Jambi yang menggabungkan dengan bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Jika kita mengacu pada Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, urusan sosial
tersebut antara lain sebagai berikut:43
- Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan urusan sosial,
12 pelaksanaan usa0
ha kesejahteraan sosial, pencegahan timbulnya penyandang
masalah sosial;
2 )
7
i
- Pembinaan, pengembangan dan pengawasan
usaha
kesejahteraan
sosial
0 ks
3
dan partisipasi masyarakat di bidangtkesejahteraan
e sosial;
r
u
o
- Pelayanan, pembinaan dan pengendalian
k rekomendasi, standarisasi dan/
yo dinbidang
a
atau perizinan lembaga dan
usaha
kesejahteraan sosial;
l ho
e
- Pelayanan, pembinaan
pengendalian
perizinan pengasuhan anak serta
o
pr dan
(manak;
rekomendasi pengangkatan
- Penyelenggaraan rehabilitasi, resosialisasi, pemberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial;
- Pelayanan dan perlindungan korban tindak kekerasan, orang terlantar, korban bencana dan musibah lainnya;
- Pelayanan kepada perintis, pahlawan kemerdekaan dan keluarganya, serta
pelestarian dan pengembangan nilai kepatriotan.
Penyelenggaraan rehabilitasi, resosialisasi, pemberdayaan penyandang
masalah kesejahteraan sosial oleh Dinas Sosial antara lain dilakukan dengan
adanya layanan panti sosial yang terdiri dari perawatan dan asrama, kesehatan
dan gizi, pembinaan dan mental, pendidikan, kesejahteraan sosial, bimlat keterampilan, penampungan sementara, identifikasi dan sosialisasi. Sebagian panti
sosial menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan, meliputi pembinaan fisik dan kesehatan mental, sosial, kepribadian, pendidikan,
serta pelatihan keterampilan dan kemandirian. Namun sarana panti sosial yang
tidak memadai dan pola pendekatan yang keliru terhadap anak jalanan sering43
modul pelatihan.indd 108
http://dinsosdki.net/dinassub.php?tgl=2009-06-05&cat=2&id=19
29-Jul-12 1:07:34 PM
MODUL VIII 109
Lembaga-Lembaga Yang Menangani Anak Jalanan
kali tidak menyelesaikan permasalahan dan anak jalanan tetap kembali ke jalan.
Terlebih lagi sebelum dimasukkan ke panti sosial, anak jalanan ditangkap paksa,
dikejar-kejar, dipukuli, dan dimasukkan ke tempat sementara yang mirip dengan
tahanan.
3. KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk pada tahun 2003 dengan
Keppres 77 Tahun 2003 sesuai amanat Pasal 74 UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan: “dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak, dengan undang-undang ini dibentuk
Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen”. Kedudukan
KPAI ini setingkat dengan Komisi Negara, sama seperti Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Nasional Anti Kekerasan
Terhadap Perempuan, dan Komisi Negara Lainnya.
Adapun tugas KPAI adalah sebagai berikut44:
- Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan
12 perundang-undangan
0
yang berkaitan dengan perlindungan anak;
2berkaitan
7
- Mengumpulkan data dan informasi yang
0 ksi) dengan perlindungan
3
anak;
t oyang
re berkaitan dengan perlindungan
u
- Menerima pengaduan masyarakat
yo n k
anak;
a
o
-l pemantauan,
h
- Melakukan penelaahan,
evaluasi, dan pengawasan terhadap
e
o
r
p
m
penyelenggaraan perlindungan
anak
(
- Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada presiden
dalam rangka perlindungan anak.
Adapun KPAI berkedudukan di Ibukota Negara, namun jika diperlukan
KPAI dapat saja membentuk perwakilan di daerah45. KPAI terdiri dari satu orang
Ketua, dua orang Wakil Ketua, satu orang sekretaris, dan lima orang anggota
yang berasal dari unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi
sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak46. Anggota tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah
mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat RI untuk masa jabatan 3
(tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Peran KPAI dalam menunjang advokasi kasus anak jalanan.
44
Republik Indonesia, Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan
Anak Indonesia, Pasal 3.
45
Ibid,. Pasal 9 ayat (1)
46
Ibid, Pasal 4 dan 5.
modul pelatihan.indd 109
29-Jul-12 1:07:34 PM
110 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
KPAI merupakan lembaga negara yang idealnya dapat dijadikan mitra
strategis untuk mengadvokasi kasus anak yang berhadapan dengan hukum. Hal
ini dikarenakan KPAI merupakan sebuah lembaga negara, sehingga dapat memiliki akses dengan mudah ke aparatur negara yang lain seperti Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah Agung, Balai Pemasyarakatan, dll. Rekomendasi KPAI pun
idealnya memiliki pengaruh yang kuat terhadap kasus anak yang berhadapan
dengan hukum.
Peran KPAI menjadi sangat penting dalam kasus anak yang berhadapan
dengan hukum, karena tidak hanya mendukung penyelesaian kasus melainkan
juga dapat dijadikan bahan kajian dan menjadi rekomendasi kepada pemerintah
dan legislatif untuk perubahan kebijakan sehingga kasus yang serupa tidak terjadi lagi terhadap anak-anak yang lain.
4. KEMENTRIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA47
Indonesia sejak Oktober 2009 memiliki satu kementrian
yang
2Negara negara
1
khusus menangani perlindungan anak, yaitu Kementrian
Pemberday20 ) PA). Kementrian ini
aan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia7(PP dan
0perumusan
si dan pelaksanaan kedibentuk untuk mendorong dan memfasilitasi
3
k
e bidang pembangunan
tanakodirseluruh
bijakan yang responsif gender dan peduli
u
o k meningkatkan kapasitas lembaga
ykekerasan,
prioritas, perlindungan dari tindak
a
l hon
-kebijakan
dan jaringan, serta perumusan
perlindungan perempuan dan anak.
e
o
r
p Negara
Di bawah Menteri
(m PP dan PA terdapat Deputi Bidang Perlindungan Anak yang membawahi beberapa asisten deputi yaitu, Asdep Pemenuhan
Hak Sipil Anak, Asdep Penanganan Masalah Sosial Anak, Asdep Penanganan
Kekerasan Terhadap Anak, Asdep Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus, dan
Asdep Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum. Adanya Bidang
Perlindungan Anak dan Asdep Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan
Hukum menjadikan Kemeneg PP dan PA sebagai salah satu lembaga strategis
dalam advokasi anak yang berhadapan dengan hukum. Kementrian ini tidak
akan menyelesaikan kasus per kasus secara langsung melainkan mampu mendorong kebijakan sehingga mampu membawa manfaat lebih luas terhadap anak
yang berhadapan dengan hukum.
5. LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM)
Terdapat banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang concern
dengan hak anak dan bisa dijadikan mitra strategis terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. LSM tersebut terbagi ke dalam beberapa tipologi, yaitu:
47
Alamat di Jalan Merdeka Barat No. 15 Jakarta, No. Telp: (021) 3805563/3842638,
Fax: (021) 3805562/380555
modul pelatihan.indd 110
29-Jul-12 1:07:34 PM
MODUL VIII 111
Lembaga-Lembaga Yang Menangani Anak Jalanan
a. LEMBAGA BANTUAN HUKUM
Merupakan lembaga yang terdiri dari advokat ataupun pekerja bantuan
hukum yang dapat memberikan pendampingan terhadap anak yang berhadapan
dengan hukum, baik yang hanya fokus mendampingi kasus anak yang berhadapan dengan hukum maupun hanya menjadikan kasus anak yang berhadapan
dengan hukum sebagai salah satu bidang atau isu. Lembaga bantuan hukum
seringkali berbentuk lembaga swadaya masyarakat ataupun menjadi bagian dari
fakultas hukum di suatu universitas.
Tidak hanya memberikan pendampingan secara langsung, sebagian lembaga bantuan hukum juga melakukan penguatan komunitas, keluarga, ataupun
penguatan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum melalui asistensi,
pelatihan advokasi, pelatihan paralegal, dan pelatihan lainnya sehingga tidak tergantung terhadap lembaga bantuan hukum dalam melakukan advokasi terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum48. Dalam bekerja sama dengan lembaga
bantuan hukum harus diketahui bahwa prinsipnya bantuan hukum adalah pro
bono atau bebas biaya dan pekerja bantuan hukum harus
berpegangan kepada
12
0
kode etik pekerja bantuan hukum ataupun kode
etik
advokat.
2
7
)
b. LEMBAGA PEMERHATI DAN ADVOKASI
0 ksiHAK ANAK
3
Banyak lembaga yang tidak t
berbentuk
re lembaga bantuan hukum namun
u
o
o kdan pendampingan terhadap anak yang
juga melakukan kerja-kerja y
advokasi
a
berhadapan dengan hukum.
on lembaga tersebut sangat fokus dalam
-l Umumnya
h
e
o melakukan penelitian, pembinaan, dan juga
pemenuhan hak-hak
ranakmdengan
p
(
pendampingan. Beberapa lembaga juga sekaligus memiliki panti asuhan maupun rumah singgah untuk anak jalanan.
Adapun lembaga pemerhati dan advokasi hak anak antara lain Komnas
Anak, LAPAM, Yayasan Sahabat Anak, KDM, ISCO, Yayasan Pemantau Hak
Anak (YPHA), Yayasan Karang Madya, dan banyak lembaga lainnya.
c. LEMBAGA KONSULTASI PSIKOLOGI
Selain lembaga yang melakukan riset dan advokasi, terdapat juga lembaga lain yang memiliki manfaat yang cukup besar terhadap advokasi anak yang
berhadapan dengan hukum yaitu lembaga psikologi. Lembaga tersebut memberikan bantuan konsultasi secara gratis ataupun sangat murah terhadap anak
yang berhadapan dengan hukum. Sebagaimana kita ketahui dalam kasus anak
yang berhadapan dengan hukum seringkali anak sebagai saksi, anak sebagai korban, dan bahkan anak sebagai pelaku mengalami tekanan psikologis yang kuat
dan trauma. Trauma tersebut dapat berpengaruh besar terhadap proses hukum
48
Contoh lembaga yang melakukan penguatan tersebut antara lain LBH Jakarta/
YLBHI, LBH APIK, dan LBH Masyarakat.
modul pelatihan.indd 111
29-Jul-12 1:07:34 PM
112 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
yang akan dijalani, seperti tidak mampu mengingat dengan jelas siapa pelaku
kejahatan, keterangan berubah-ubah, takut bertemu polisi atau aparat, dan lainlain. Tidak hanya pada proses hukum, trauma akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya hingga dewasa, misalnya anak enggan bersekolah, takut bertemu orang baru, menjadi rapuh dan pemarah, dan lain-lain. Contoh lembaga
konsultasi yang sering menangani anak yang berhadapan dengan hukum antara
lain Yayasan Pulih.
d. RUMAH SINGGAH
Selain bantuan hukum, riset, advokasi, maupun pendampingan psikologi, banyak lembaga juga sarana rumah singgah bagi anak jalanan. Rumah singgah umumnya menyediakan kebutuhan-kebutuhan dari anak jalanan seperti
pendidikan, kesenian (tari, musik, drama, lukis, dll), bimbingan rohani, konseling, fasilitas bermain, dll. Prinsip rumah singgah adalah mengembalikan anak
jalanan dari jalanan ke sekolah ataupun tempat yang layak untuk anak.
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 112
29-Jul-12 1:07:35 PM
MODUL IX
PENGORGANISASIAN
KELOMPOK SEBAYA
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Anak-anak sangat dipengaruhi oleh kawan sebaya dan sepermainannya, demikianhalnya dengan anak jalanan. Sessi ini ditujukan agar peserta dapat
mempengaruhi kelompok sebayanya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang
positif, khususnya dalam hal ini adalah pendidikan hukum untuk anak jalanan.
Tujuan :
1. Peserta memiliki ketrampilan untuk mengkoordinir kelompok sebaya dalam pendidikan hukum komunitas
2. Peserta memiliki ketrampilan untuk melakukan analisa
sosial kelompok sebaya
Topik :
a. Membentuk kelompok sebaya
b. Membangun kekuatan kelompok sebaya
c. Membangun solidaritas (positif ) diantara kelompok sebaya
modul pelatihan.indd 113
29-Jul-12 1:07:35 PM
114 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Metode
Games
Curah Pendapat
Waktu
120 menit
Alat/Bahan
PROSES FASILITASI
Langkah Pertama : Permainan Pinguin
12
0
2 )
1. Fasilitator membuka acara dan menjelaskan sessi
ini
7
0 masing-masing
2. Minta setiap peserta untuk duduk di kursinya
si
3
k
tmencari
3. Ajak peserta untuk bermain “pinguin
rekursi”. Jelaskan aturan peru
o
k akan berjalan layaknya pinmainan yaitu satu peserta yang menjadi
yo n pinguin
a
o
guin ke tempat duduk yang-l
kosong,
tugas
peserta yang lain adalah mencegah
h
e
o
pinguin untuk mendapatkan
pr (mkursinya.
4. Secara bertahap berikan perintah bahwa peserta tidak boleh berkomunikasi
satu sama lain, setelah itu berikan waktu rehat untuk mengatur strategi dan
lanjutkan permainan.
5. Ajak peserta untuk mengevaluasi permainan antara sebelum berkomunikasi
dan sesudah berkomunikasi
Langkah Kedua : Hambatan dan Peluang Mengorganisir Kelompok Sebaya
1. Minta peserta untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan dalam kelompok sebaya di komunitas anak jalanan.
2. Tanyakan kepada peserta, Bagaimana cara mengatasi hambatan ? dan
Bagaimana cara mengajak kawan sebaya untuk melakukan kegiatan positif ?
3. Beri kesempatan kepada setiap peserta untuk memberikan pendapat bagaimana mengajak teman sebayanya dalam kegiatan positif
modul pelatihan.indd 114
29-Jul-12 1:07:35 PM
MODUL X
MENYUSUN
KRONOLOGI PERISTIWA
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Menyusun kronologi peristiwa menjadi hal dasar bagi paralegal dalam
membantu komunitasnya. Tujuan sessi ini adalah untuk memberikan ketrampilan anak-anak menyusun kronologi peristiwa yang dapat digunakan untuk proses advokasi.
Tujuan :
1. Peserta dapat menyusun urutan kejadian yang menimpa dirinya
2. Peserta mengetahui manfaat dari kronologi peristiwa
yang dibuat
Topik :
Urutan peristiwa
Menggunakan 5 W + 1 H
modul pelatihan.indd 115
29-Jul-12 1:07:35 PM
116 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Metode
Penugasan individu
Presentasi
Curah Pendapat
Waktu
120 menit
Alat/Bahan
1. Kertas Plano
2. Spidol/crayon
3. Gunting, Lem
4. Majalah bekas
PROSES FASILITASI
Langkah 1 : Menyusun alur sungai kehidupan
12
0
2sessi) ini.
1. Fasilitator membuka acara dan menjelaskan tujuan
7
0peserta.
si
2. Bagikan kertas plano kepada masing-masing
3
k
t orehidup setiap peserta dalam
u
3. Berikan perintah untuk menyusun
kronologis
o berkreatifi
k tas untuk mengekspresikan
ybebas
bentuk alur sungai dan peserta
n
a
l
o
dengan materi-materi yang
e-tersedia.
oh
r
p
m
4. Setelah selesai, pilih secara (acak dan minta peserta untuk menceritakan alur
sungai kehidupannya.
5. Jelaskan bahwa alur sungai kehidupan yang disusun oleh peserta adalah salah
satu bentuk kronologi peristiwa.
Langkah 2 : Manfaat kronologi peristiwa
1. Ajak peserta untuk membaca kembali kasus Raju
2. Minta peserta untuk menceritakan kembali kasus Raju secara berurutan dengan menggunakan pertanyaan 5 W + 1 H
3. Beri kesempatan setiap peserta untuk berpartisipasi
4. Fasilitator menjelaskan arti penting kronologi peristiwa
modul pelatihan.indd 116
29-Jul-12 1:07:36 PM
RENCANA TINDAK LANJUT
Pengantar
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Rencana tindak lanjut merupakan agenda kegiatan yang akan dilakukan
pascapelatihan. Rencana tindak lanjut tersebut bisa berupa agenda individual
maupun kelompok. Disarankan agar rencana tindak lanjut disusun untuk dapat
dilakukan secara terus menerus oleh peserta di lembaga, unit kerja atau komunitasnya. Dengan rencana tindak lanjut para peserta akan bisa menjadi bagian dari
gerakan kebebasan beragama/keyakinan di wilayahnya. Oleh karena itu, akan
lebih disarankan jika peserta merancang agenda yang bisa dilakukan.
Tujuan :
Peserta bisa menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan pascapelatihan, baik secara individu maupun berkelompok untuk menindaklanjuti hasil pelatihant
Topik :
Rencana dan agenda kegiatan yang berkaitan dengan hak
kebebasan beragama dan keyakinan yang bisa dilakukan
pascapelatihan
modul pelatihan.indd 117
29-Jul-12 1:07:36 PM
118 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Metode
Diskusi
Waktu
60 menit
PROSES FASILITASI
1. Berikan pengantar singkat dan tujuan sessi dengan mengulas proses pelatihan.
2. Bagi peserta berdasarkan komunitasnya, dan mintalah mereka mendiskusikan
RTL yang akan dilakukan dengan pertanyaan : Apa yang
2 akan dilakukan
1dari
0
pasca pelatihan ? dan Dukungan apa yang diharapkan
2 ) komunitas lain/
7
LSM/pihak lain ?
0 ksi
3
3. Presentasikan dan mintalah tanggapan t
dari peserta
re yang lain.
u
o
4. Tutup diskusi dengan merangkum
k proses yang baru berlangsung
yojalannya
-la hon
e
pr (mo
modul pelatihan.indd 118
29-Jul-12 1:07:36 PM
EVALUASI
12
0
2 )
7
0 ksi
3
t ore
u
yo n k
a
-l ho
e
pr (mo
Pengantar
Evaluasi merupakan satu cara untuk mengetahui dan sekaligus mengukur
tingkat keberhasilan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Demikian pula
dalam kegiatan pelatihan. Dalam evaluasi ini peserta diminta untuk memberikan penilaian terhadap keseluruhan kegiatan pelatihan. Hal-hal yang dievaluasi
mencakup kesluruhan jalannya proses belajar, alokasi waktu, bahan ajar, materi
pelatihan, metode, dukungan fasilitator dan narasumber, serta tehnis penyelenggaraan pelatihan.
Bagi fasilitator, narasumber dan panitia penyelenggara manfaat evaluasi
untuk mengetahui bagaimana umpan balik dari para peserta mengenai kekurangan dan kelebihan mereka selama berlangsungnya proses pelatihan. Hasil evaluasi ini akan bisa menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk melakukan
peningkatan dan penyempurnaan jika kegiatan serupa akan dilakukan lagi di
masa mendatang.
modul pelatihan.indd 119
29-Jul-12 1:07:36 PM
120 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
Tujuan :
1. Peserta memberikan umpan balik dan melakukan penilaian
terhadap keseluruhan jalannya proses belajar, alokasi waktu,
bahan ajar, materi yang disampaikan, dukungan fasilitator
dan narasumber serta tehnis penyelenggaraan pelatihan
2. Mengetahui sejauh mana efektivitas dan manfaat pelatihan
untuk menjadi bahan masukan dan pertimbangan guna
peningkatan dan penyempurnaan kegiatan serupa
3. Mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap seluruh
materi yang disampaikan selama prose pelatihan
Topik :
1.
2.
3.
4.
Keseluruhan jalannya proses belajar
Materi
Dukungan fasilitator,narasumber dan peserta
Tehnis penyelenggaraan pelatihan
12
0
2 )
7
0 ksi
3
Waktu
t ore
u
120 menit
yo n k
a
Alat/Bahan
-l ho
e
o Alat Tulis, Hadiah
Lembar
pr Evaluasi,
(m
Metode
Kuisioner
Curah Pendapat
PROSES FASILITASI
1.
2.
3.
4.
5.
Fasilitator menjelaskan tujuan sessi evaluasi
Bagikan lembar evaluasi, dan jelaskan cara pengisiannya
Berikan waktu 10 menit untuk mengerjakan lembar evaluasi
Kumpulkan lalu lakukan tinjauan singkat
Setelah peserta selesai mengisi lembar kuestioner, minta perwakilan peserta
(3-4 orang) untuk menyampaikan evaluasi pelatihan
6. Tampilkan kembali lembar harapan dan kekhawatiran peserta. Lakukan
curah pendapat untuk mengetahui :
a. Apakah harapan peserta telah terpenuhi ?
b. Apakah telah terdapat perubahan dari segi pengetahuan, prilaku dan ketrampilan ?
7. Tutup sesi evaluasi. Sebelum mengakhiri beri apresiasi untuk semua yang
terlibat selama berlangsungnya proses pelatihan (apresiasi dapat berbentuk
pemilihan peserta terajin, terfavorit dll atau sekedar tepuk tangan)
8. Undang koordinator penyelenggara untuk menutup pelatihan.
modul pelatihan.indd 120
29-Jul-12 1:07:36 PM
Evaluasi 121
LEMBAR EVALUASI
MATERI
DAN POKOK BAHASAN
SUBSTANSI
METODE
Ku
rang
Cukup
Baik
Baik
Sekali
Ku
rang
Cukup
Baik
Baik
Sekali
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
21
1
20
1
2
3 7 4 i) 1
30 eks
t
u kor
o
1 y 2 n 3
4
1
a o
l
3
4
1
e 1 h2
pr (mo
2
3
4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
Perkenalan
Kontrak Belajar
Memahami Fungsi
Hukum
Pengertian, Tugas dan
Kewajiban Paralegal
Pengertian & Hak
Anak
Pelanggaran Hak
Anak
Mengenal Sistem
Peradilan Pidana
Hak Anak Yang
Berhadapan dengan
Hukum
Perda Tribum
Lembaga-Lembaga
Yang Menangani
Anak Jalanan
Pengorganisasian
Kelompok Sebaya
Menyusun Kronologi
Peristiwa
Rencana Tindak
Lanjut
Evaluasi
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
KOMENTAR/SARAN :
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………….
modul pelatihan.indd 121
29-Jul-12 1:07:37 PM
122 HAK ANAK ADALAH HAK ASASI MANUSIA
Modul Pelatihan Anak Yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) Untuk Anak Jalanan
LEMBAR EVALUASI
NARASUMBER, FASILITATOR , PANITIA DAN SARANA PELATIHAN
NAMA
NARASUMBER
1.
2.
3.
FASILITATOR
1.
2.
PANITIA PENYELENGGARA
1.
2.
3.
4.
5.
SARANA PRASARANA
1. PENGINAPAN
Kurang
Cukup
Baik
Baik
Sekali
1
1
1
2
2
2
4
4
4
4
4
4
1
1
2
2
4
4
4
4
124
0
2 ) 4
7
0 ksi 4
3
t ore
4
u
o
k
4
ay on
l
h
e
pr (mo 1
2
4
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
4
2. KONSUMSI
1
2
4
4
3. PERLENGKAPAN PELATIHAN
4. ACARA TAMBAHAN
1
2
4
4
1
2
4
4
KOMENTAR/SARAN :
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
modul pelatihan.indd 122
29-Jul-12 1:07:37 PM
THE INDONESIAN LEGAL RESOURCE CENTER (ILRC)
Mitra Pembaruan Pendidikan Hukum Indonesia
Latar Belakang
The Indonesian Legal Resource Center (ILRC)
12 adalah organisasi non
0
pemerintah yang konsen pada reformasi pendidikan
2 )hukum. Pada masa transisi
7
menuju demokrasi, Indonesia menghadapi
0masalah
sikorupsi, minimnya jaminan
3
k
hak azasi manusia (HAM) di tingkattlegislasi,
redan lemahnya penegakan hukum.
u
o
o k juga budaya hukum yang kuat di
Masalah penegakan hukum y
membutuhkan
a
masyarakat. Faktanya kesadaran
di n
tingkat masyarakat sipil masih lemah begitu
-l ho
e
juga kapasitas untukrmengakses
hak tersebut. Ketika instrumen untuk mengako
p (m tersedia, tetapi tidak dilindungi oleh negara seperti
ses hak di tingkat masyarakat
hukum adat tidak dilindungi, negara mengabaikan untuk menyediakan bantuan
hukum. Peran Perguruan Tinggi khususnya fakultas hukum sebagai bagian dari
masyarakat sipil menjadi penting untuk menyediakan lulusan fakultas hukum
yang berkualitas dan mengambil bagian di berbagai profesi yang ada, seperti
birokrasi, institusi-institusi negara, peradilan, akademisi dan organisasi-organisasi masyarakat sipil. Mereka juga mempunyai posisi yang legitimate untuk memimpin pembaharuan hukum. Di dalam hal ini, kami memandang pendidikan
hukum mempunyai peranan penting untuk membangun budaya hukum dan
kesadaran hak masyarakat sipil.
Pendirian ILRC merupakan bagian keprihatinan kami atas pendidikan
hukum yang tidak responsif terhadap permasalahan keadilan sosial. Pendidikan
hukum di Perguruan Tinggi cenderung membuat lulusan fakultas hukum menjadi profit oriented lawyer dan mengabaikan pemasalahan keadilan sosial. Walaupun Perguruan Tinggi mempunyai instrument/ institusi untuk menyediakan
bantuan hukum secara cuma-cuma untuk masyarakat miskin, tetapi mereka
melakukannya untuk maksud-maksud yang berbeda.
modul pelatihan.indd 123
29-Jul-12 1:07:37 PM
Masalah-masalah yang terjadi diantaranya: (1) Lemahnya paradigma
yang berpihak kepada masyarakat miskin, keadilan sosial dan HAM; (2) Komersialisasi Perguruan Tinggi dan lemahnya pendanaan maupun sumber daya manusia di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) dan Pusat Hak
Azasi Manusia (HAM); (3) Pendidikan Hukum tidak mampu berperan, ketika
terjadi konflik hokum oleh karena perbedaan norma antara hukum yang hidup
di masyarakat dan hukum negara.Karena masalah tersebut, maka ILRC bermaksud untuk mengambil bagian di dalam reformasi pendidikan hukum.
Visi dan Misi
Visi ILRC adalah “Memajukan HAM dan keadilan sosial di dalam pendidikan hukum’.
Sedangkan misi ILRC adalah :
(1) Menjembatani jarak antara Perguruan Tinggi dengan dinamika
12 sosial;
0
2 perspektif
(2) Mereformasi pendidikan hukum untuk memperkuat
keadilan so7
)
i
sial;
30 eks
t
r
(3) Mendorong Perguruan Tinggi dan organisasi-organisasi
masyarakat sipil unokeadilan
ou dan
k
tuk terlibat di dalam reformasi y
hukum
sosial.
n
-la ho
e
pr (mo
Struktur Organisasi
Pendiri/Badan Pengurus:
Ketua
: Dadang Trisasongko
Sekretaris
: Renata Arianingtyas
Bendahara
: Sony Setyana
Anggota
: Prof. Dr. Muhamad Zaidun, SH,
Prof. Soetandyo Wignjosoebroto,
Uli Parulian Sihombing
Badan Eksekutif:
Direktur
Program Manajer
Programe Offi cer
Keuangan
Administrasi
modul pelatihan.indd 124
: Uli Parulian Sihombing
: Fulthoni
: Siti Aminah
: Evi Yuliawati
: Herman Susilo
29-Jul-12 1:07:37 PM
Download