rasionalisasi tindakan sosial masyarakat suku sasak terhadap

advertisement
RASIONALISASI TINDAKAN SOSIAL MASYARAKAT SUKU
SASAK TERHADAP TRADISI PERANG TOPAT
(Studi Kasus Masyarakat Islam Sasak di Kecamatan Lingsar Lombok Barat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
SUPARMAN JAYADI
NIM: 12540068
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
Motto
Berbudayalah pada orang lain, terhadap budayamu sendiri.
..Sungguh, kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar saling mengenal.
Karena mengubah peradaban tidak meski dengan cara melumpuhkan tradisi
~Suparman Jayadi~
(QS. Al-Hujurat 49:13)
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ayahanda (Darim) dan Ibunda (Suwarni) tercinta dan Kakaku (Sudirman) selalu saya banggakan.

Keluarga Besar IKPM (Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa) Tatas Tuhu
Trasna Lombok Tengah-Yogyakarta.

Keluarga Besar HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komfak Ushuluddin dan
Pemikiran Islam Cabang Yogyakarta.

Almamater Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
iii
KATA PENGANTAR
   
Assalamualikum,.Wr.Wb..
Alhamdulilahirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, rahmat, karunia, dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Telah mewariskan ilmu
serta penuntun hidup yang mencerahkan umat manusia, kepada para sahabat tabiin
dan para penerus perjuangan mereka. Amiiin
Atas karunia dan nikmat yang melimpah dari Allah swt. Sehingga penulis
dapat menyelsaikan penyusunan Skripsi ini dengan Judul Rasionalisasi Tindakan
Sosial Masyarakat Suku Sasak Terhadap Tradisi Perang Topat untuk diajukan
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penyusunan Skripsi ini
temtu tidak akan selesai tanpa ada bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini selayaknya penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Machasin MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Alim Roswantoro M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
iv
3. Bapak Dr. Roma Ulinnuha, S.S., M.Hum, selaku Sekertaris Program Studi
Sosiologi Agama sekaligus sebagai Dosen pembimbing Skripsi, yang
dengan keikhlasan dan kesabarannya meluangkan waktu dan pikirannya
untuk memberi bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam
menyusun Skripsi ini.
4. Bapak/Ibu Dosen program studi Sosiologi Agama yang telah memberikan
bekal ilmu keapada penulis selama menempuh studi di Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
5. Seluruh setaf dan kariawan prodi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam, yang telah memberikan penulis masukkan dalam
menyelesaikan tugas Skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku yang tercinta Darim dan Suwarni, yang telah berjuang
dengan segala kemampuannya dengan tanpa mengenal lelah baik doa
maupun materi demi kelancaran studi untuk anaknya selama menuntun
ilmu ditanah rantau. Terimakasih juga kepada kakaku Sudirman, inaq Sri
(ibunda) dan nenekku. Selalu memberikan doa dan motivasinya. Dan juga
tak lupa seluruh keluargaku yang jauh sana, semoga Allah SWT.
Membalas dengan segala kasih sayang dan kebaikkan beliau semua.
Amiinn..
7. Sahabat-sahabatku Asal Community Afut
Lanjar terimakasih
Choiri, Addi Arifianto dan
banyak atas dialog intelektualnya, selisih paham,
pertengkaran, tawa dan kegilaan kalian sehingga penulis tidak ingin
kehilangan segala rasa itu,..You’re the Best Friends.
v
8. Teman-teman seperjungan Sosiologi Agama angkatan 2012 yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu. Perjungan masih panjang kawan ini
adalah awal dari sebuah perjuangan,.Just do it!!!
9. Kakaku Sudirman, yang selama ini saya banggakan untuk pengorbanan
dan keikhlasan dukungan baik secara materi dan doanya. Ia selalu
mengirimkan doa dan motivasi untuk penulis walau hanya lewat udara.
10. Kakanda/Yunda Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa IKPM Tatas
Tuhu Trasna Lombok Tengah-Yogyakarta, Khusunya kakanda Taufik
Qoriadi S.T, M. Faturrahman SH, Dr Lalu Tajuddin, Can Dr. Syamsudin
Sirah, Hendro Supriadi S.Pdi, Anjar Siswara CS. Sahabat/i Pengurus dan
Asrama IKPM Tastura, Habib Azgar, Ahmad Khairul Kholidi, Sukinah,
Panji Patih L, M Fahrurasyid, Musannif, Eka Yudha FS, Ahmad Subhan,
M Khairuddin, M. Azizurrahman, Maysyarah, Sri Wahyuni, Siti Aminah,
Haliatussakdiyah, Saparwadi, Teguh Hendrawan, Edi Susanto, Renif Sf,
dan Mustiani.
11. Untuk Kepala desa, Pemangku dan pengurus Pura Lingsar, Abdul Hadi,
Soparman Taufik, I’Ketut Lingga Bagiarta, Lalu Bayu Windia, I Wayan
Kreped dan masyarakat desa Lingsar. Berkat bantuan dan kerjasama kalian
sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini, semoga Tuhan
membalas kebaikan semuanya,..Amiiin
12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian Skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan
satu persatu.
vi
Tiada gading yang tak bisa retak. Begitu halnya denga Skripsi ini penulis
menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tak lain karena keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki penulis. Sehingga atas saran dan masukkan dalam
perbaikkan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penulis
berharap semoga Skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, khusunya bagi penulis
dan pembaca umumnya,. Amiin ya Robball alamiin.
Waalaikumsalam, Wr. Wb.
Yogyakarta, 16 Maret 2016
Suparman Jayadi
NIM. 12540068
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
SURAT PERYATAAN ..................................................................................................... i
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................... ii
HALAMAN MOTO .......................................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv
KATA PEGANTAR ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... x
ABSTRAK ......................................................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6
D. Tinjaun Pustaka .................................................................................................... 7
E. Kerangka Teori ..................................................................................................... 10
F. Metode Penelitian ................................................................................................. 16
G. Sistematika Pembahasan ...................................................................................... 21
BAB II. GAMBARAN UMUM DESA LINGSAR DAN ASAL USUL TRADISI
PERANG TOPAT
A. Gambaran Umum Desa Lingsar ........................................................................... 22
1. Peta Wilayah .................................................................................................... 22
2. Kondisi Sosial Ekonomi ................................................................................... 26
3. Tingkat Pendidikan ........................................................................................... 29
4. Kondisi Sosial Keagamaan ............................................................................... 32
5. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat .................................................................. 35
B. Asal Usul Tradisi Perang Topat ........................................................................... 38
a. Sejarah Singkat Pura Lingsar dan Kemaliq ...................................................... 38
viii
b. Sejarah Asal Usul Tradisi Perang Topat .......................................................... 43
BAB III. PELAKSANAAN TRADISI PERANG TOPAT
1.Tujuan Pelaksanaan Tradisi Perang Topat ............................................................. 48
2.Waktu Penyelengaraan Tradisi Perang Topat ........................................................ 49
3.Tempat Penyelengaraan Tradisi Perang Topat ...................................................... 49
4.Pelaksanaan Tradisi Perang Topat dan Tahap-tahapannya .................................... 50
1. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Tradisi Perang Topat ................................... 50
2. Pembukaan Upacara Tradisi Perang Topat ...................................................... 52
3. Kegiatan Pada Hari Punjak Upacara Perang Topat ......................................... 57
4. Kegiatan Pada Hari Ketiga Tradisi Perang Topat ............................................ 61
5.Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara Tradisi Perang Topat .......................... 63
BAB IV. BENTUK RASIONALISASI TINDAKAN SOSIAL MASYARAKAT SUKU
SASAK DALAM TRADISI PERANG TOPAT
A. Tindakan Instrumental .......................................................................................... 66
1. Gontong Royong ............................................................................................... 67
2. Nampah Kaoq ................................................................................................... 68
3. Perang Topat .................................................................................................... 69
B. Tindakan Orientasi Nilai ...................................................................................... 72
1. Ritual Memendak ............................................................................................. 73
2. Ritual Beteteh.................................................................................................... 74
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 76
B. Saran ..................................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 80
LAMPIRAN .....................................................................................................................
CURICULUM VITAE .......................................................................................................
DOKUMENTASI ..............................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Kepala Dusun di Desa Lingsar .................................................................. 24
Tabel 1.2 : Luas Tanah Desa Lingsar .......................................................................... 24
Tabel 1.3 : Penduduk Jenis Mata Pencaharian ............................................................. 27
Tabel 1.4 : Lembaga Pendidikan di Desa Lingsar ....................................................... 30
Tabel 1.5 : Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................................... 31
Tabel 1.6 : Penduduk Berdasarkan Agama .................................................................. 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Wawancara Bersama Lalu Bayu Windia ............................................ xvii
Gambar 1.2 : Wawancara Bersama H. Abdul Hadi .................................................. xvii
Gambar 1.3 : Wawancara Bersama Soeparman Taufik ............................................ xviii
Gambar 1.4 : Doa Bersama Pemangku Kolam Tuna Kemaliq Lingsar .................... xviii
Gambar 1.5 : Wawancara Bersama I’ Ketut Lingga Bagiarta .................................. xix
Gambar 1.6 : Kolam Tuna Keramat Kemaliq Lingsar .............................................. xix
Gambar 1.7 : Empat Pancuran Air Suci Kemaliq Lingsar ........................................ xx
Gambar 1.8 : Penampilan Tari Bateq Baris Lingsar ................................................. xx
Gambar 1.9 : Sesaji doa pemangku Adat Desa Lingsar di Kemali ............................ xxi
Gambar 1.10 : Kebon Odeq yang akan didoakan ..................................................... xxi
Gambar 1.11: Topat atau dalam istilah bahasa Indonesia di Sebut Ketupat .............. xxii
Gambar 1.12 : Suasana upacara tradisi Perang Topat Masy. Hindu ......................... xxii
Gambar 1.13: Suasana upacara tradisi Perang Topat Masy. Islam ........................... xxiii
Gambar 1.14: Peta Lokasi Penelitian Taman Lingsar Desa Lingsar ........................ xxiii
x
ABSTRAK
Di tengah arus perubahan sosial mengubah pola pikir dan gaya hidup di masa
modernitas ini dalam tindakan sosial. Terlebih akhir-akhir ini, informasi mengenai
fenomena kekerasan atas nama agama, kelompok, aliran atau golongan yang marak
terjadi diberbagai media masa, cetak maupun online, pengaruh perbedaan pemahaman
agama, tradisi dan budaya telah dilunturkan dalam membentuk kebersamaan suatu
etnis, bahasa dan negara. Fenomena tradisi Perang Topat pada masyarakat suku Sasak
Lombok Barat merupakan bentuk cerminan bagi etnis lain. Upacara tradisi ini yang
berumur ratusan tahun, namun masih dibudayakan hingga kini oleh masyarakat suku
Sasak terdiri dari perbedaan pemahaman agama Hindu dan Islam Sasak pada satu
waktu, tempat dan dilakukan secara bersamaan. Pada dasarnya upacara tradisi ialah
aturan yang dilakukan sebagai kebiasannya oleh orang-orang terdahulu secara
berulang-ulang kali. Pelaksanaannya tetap berjalan seperti biasanya meski dalam
perkembangan modernitas dan globalisasi begitu pesat. Dalam konteks ini, ada hal
menarik untuk ditelaah yakni rasionalisasi tindakan sosial pada masyarakat suku
Sasak terhadap tradisi Perang Topat di Taman Pura Lingsar, Lombok Barat.
Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan suatu
tradisi Perang Topat, sekaligus asal usul tradisi Perang Topat dan juga bentuk-bentuk
rasionalisasi tindakan sosial yang terkandung didalamnya. Peneliti mengunakan teori
rasionalisasi instrumental dan nilai dari Max Weber. Tindakan instrumental atau
sarana-tujuan yang ditentukan oleh pengharapan bentuk pencapian oleh aktor sendiri
diperhitungkan secara rasional. Sedang tindakan orientasi nilai ditentukan oleh
kepercayaan sadar akan nilai etis, estetis, religius atau bentuk lainnya terlepas dari
prospek-prospek keberhasilan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pada rasionalisasi tindakan sosial
masyarakat suku Sasak terdapat dua bentuk dalam pelaksanaan suatu tradisi Perang
Topat di Lombok Barat yaitu: nilai sosial dan nilai sakral. Bentuk dari nilai Sosial
ialah Pertama, menggikat solidaritas antar umat beragama. Kedua, menciptakan nilai
toleransi dan membawa perdamaian. Ketiga, bentuk kearifan lokal pada masyarakat
suku Sasak. Sedangkan bentuk dari nilai Sakral ialah pertama, bentuk rasa syukur
kepada Arwah leluhur roh-roh nenek moyang atau sang khalik (Tuhan Yang Maha
Esa) atas diberikannya air suci di Kemaliq dan Pura Lingsar. Kedua, bentuk
komunikasi kepada Arwah leluhur atau roh-roh nenek moyang sang khalik (Tuhan).
Kata Kunci:
Rasionalisasi, Tindakan Sosial, Masyarakat Islam Suku Sasak, Tradisi
Perang Topat.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku Sasak merupakan nama suku yang mendiami Pulau Lombok.
Nama Sasak dan Lombok secara makna dan filosofis terkait baik dengan
tradisi dan kebudayaan masyarakat Sasak. Dalam masyarakat Sasak, Sasak
berarti bambu-bambu yang dijadikan satu dan menjadi sebuah rakit yang
kokoh dan Lombok berarti lurus dan konsisten. 1 Suku Sasak memiliki corak
budaya khas. Pada suku ini berbagai bentuk ekspresi budaya baik berupa
warisan budaya benda maupun warisan budaya takbenda. Warisan budaya
benda di Lombok umumnya berupa Masjid Kuno, Makam Keramat, Kemaliq
dan Pura. Sedangkan warisan budaya bukan benda terangkum dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu warisan takbenda yang
berkembang dan masih ditradisikan hingga kini ialah tradisi Perang Topat atau
upacara Puja Wali.
Suku Sasak adalah penduduk asli dan kelompok etnik mayoritas
Lombok. Mereka meliputi lebih dari 90% dari keseluruhan penduduk
Lombok. Kelompok-kelompok etnik lain seperti suku Bali. Suku Sumbawa,
suku Jawa, suku Arab dan suku Cina, mereka adalah para pedatang. Di antara
mereka, suku Bali merupakan kelompok etnik terbesar yang meliputi sekitar
1
Lalu Muhammad Azhar, Sejarah Daerah Lombok: Arya Banjar Getas, (Mataram:
Yaspen Pariwisata Pejanggik, 1997), hlm. 21.
1
2
3% dari keseluruhan penduduk Lombok. Orang Bali terutama tinggal di
Lombok Barat dan Lombok Tengah, mereka memiliki tanah sendiri.
Kepemilikan tanah mereka bermula ketika orang Bali menganeksasi Lombok
pada abad 17. Sebagian besar orang Bali yang tinggal di Lombok ini adalah
keturunan dari para penakluk yang datang dari Karangasem. 2
Lombok Barat khususnya di Desa Lingsar, memiliki upacara yang
khas dan dilakukan sekali dalam setahun secara bersamaan dengan dua
pemeluk agama yang berbeda yakni agama Hindu dan Islam Sasak. Upacara
ini disebut ‘Perang Topat’, upacara Perang Topat ini dilakukan sebagai
pengunkapan kegembiraan dan rasa terimakasih kepada Yang Maha Kuasa.
Dasar pemikirannya adalah untuk mengembalikan hasil tanah (berupa ketupat)
keasalnya (tanah lingsar). Hasil itu digunakan sebagai pupuk benih padi yang
akan ditanam. 3 Tempat pelaksanan Puja Wali selalu dilakukan ditempat yang
sudah disucikan dan dikeramatkan oleh masyarakat dan tokoh agama
terdahulu yakni di Kemaliq dan Pura Lingsar.
Pura Lingsar merupakan salah satu pura yang sangat tua dan terkenal
dikalangan masyarakat beragama Hindu maupun Islam Sasak. Pura ini
terdapat dua komplek suci bagi umat kepercayaan agama Hindu dan Islam
Sasak. Pura tempat suci bagi penganut agama Hindu, sedangkan Kemaliq
tempat suci bagi agama Islam Sasak. Bangunan pura ini didirikan sekitar pada
2
Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu Versus Wetu Lima, (Yogyakarta: LKiS, 2000),
hlm. 6.
3
Usri Indah Handayani dkk, Peninggalan Sejarah dan Keperbukalaa, (NTB: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1997/1998), hlm. 52-53.
3
tahun 1714 M, terletak kurang lebih 10 km dari kota Mataram. Setiap tahun
dilangsungkan acara yang cukup unik di Pura ini, berupa tradisi Perang Topat
yang dilaksanakan secara bergabungan oleh Masyarakat Hindu dan Islam
Sasak. Tradisi Perang Topat ini berlangsung setelah kedua umat tersebut
selesai melangsungkan pemujaan, menjelang musim penanam Padi, baik di
Pura bagi umat Hindu atau pun di Kemaliq untuk umat Islam tersebut.
Upacara dilaksanakan dengan iringan doa agar hasil tanaman padi mereka
berlimpah ruah. 4
Fenomena Perang Topat dilaksanakan oleh umat beda kepercayaan
agama Hindu dan Islam Sasak, mereka berlomba-lomba untuk merayakannya
bersama-sama dalam waktu dan tempat yang sama. Ritual ini merupakan
bentuk pujawali, semata-mata mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa,
untuk mengekspresikan rasa terimakasih mereka kepada tuhan Yang Maha
Esa dan memohon kemakmuran agar mendapat rizki yang berlimpah bagaikan
hujan ketupat dan diyakini sebagai anugrah sesari yang dianggap mengandung
(air
kehidupan)
sehingga
diperebutkan
oleh
masyarakat
yang
mempercayainya.
Tradisi Perang Topat bertujuan untuk mendapatkan keberkahan dan
keselamatan. Konon di Lombok Barat dulu ada kerajaan Medain, Raja Medain
punya anak bernama Raden Mas Sumilir yang bergelar Datu Wali Milir. Suatu
ketika ia menancapkan tongkatnya di Tanah Bayan. Saat tongkat itu ditarik,
air pun muncrat, melacu deras. Dalam bahasa Sasak, melaju artinya langser
4
Solichin Salam, Lombok Pulau Perawan, (Jakarta: Kuning Mas, 1992), hlm. 67.
4
atau lengsar. Desa itu pun diberinama Lingsar. Singkat cerita Datu Milir
hilang ditempat itu. Keadaan seperti ini seisi istana dan warga sedih.
Kesedihan itu berlarut hingga dua tahun. Semua orang melupakan urusan
kehidupan. Pada suatu ketika keponakan sumilir, Datu Piling, menemukan
pamannya itu di lokasi mata air tadi. Dalam pertemuan itu disebutkan, kalau
mau menemui Sumilir, hendak datang kemata air itu. Maka Datu Piling pun
memerintahkan pengiringnya untuk menyambut pertemuan itu. Ketupat
beserta lauknya dipersiapkan. Pertemuan pun terjadi sekitar pukul 16.00.
Setelah itu Raden Mas Sumulir kembali menghilang. Semenjak Mas Sumilir
menghilang untuk keduakalinya, warga masyarakat Lingsar kembali
menikmati kemakmuran sumber air melimpah hingga sekarang. 5
Antusias masyarakat Sasak sangat tinggi terhadap upacara tersebut,
bahkan tidak hanya asli suku Sasak yang mengikuti upacara Perang Topat,
namun dari berbagai penjuru Nusantara berjumlah ratusan, bahkan ribuan
yang hadir untuk menyaksikan ritual tradisi Perang Topat. Setiap ritual
dilakukan ada beberapa orang asing yang ikut berpartisipasi dalam acara
tersebut.
Tradisi Perang Topat ini sudah mentradisi sejak lama hingga ratusan
tahun. Tradisi Perang Topat menjadi simbol keharmonisan dalam kehidupan
beragama. Meskipun keberadaanya diantar dua agama memiliki paham yang
berbeda, namun mampu membangun sebuah kebersamaan melalui tradisi
5
Budaya Lombok, “Puja Wali, Upacara Rangkaian Tradisi Perang Topat”,
http//:www.wisatadilombok.com, 10 Maret 2016.
5
upacara Perang Topat berdasarkan kesadaran untuk mendekatkan diri kepada
yang Maha Kuasa. Keberadaan upacara ini bersifat turun-temurun dan
biasanya dilakukan pada bulan ke enam menurut perhitungan kalender Bali
atau bulan ke tujuh menurut kalender Sasak atau sekitar bulan NovemberDesember tarikh masehi. Pada dasarnya upacara ini dilaksanakan sebelum
musim menanam padi tetapi sudah masuk musim penghujan.
Fenomena dibalik upacara Puja Wali atau tradisi Perang Topat
tersebut, kemudian muncul pertanyaan yang mengelitik dalam benak
pemikiran peneliti bahwa mengapa sampai saat ini masih ditradisikan oleh
masyarakat suku Sasak di Lombok. Mengingat maraknya fenomena kelompok
garis keras terhadap agama yang terjadi akhir-akhir ini. Modernitas adalah
persoalan yang
harus dihadapi oleh setiap individu maupun kelompok
masyarakat dari berbagai kalangan. Prosesnya meliputi berbagai bidangbidang yang sangat luas menyangkut proses disorganisasi, problem-problem
sosial, maupun perubahan sosial. 6 Arus modernitas yang memunculkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia termasuk dalam perkembangan pemahaman keagamaan
manusia. Mengingat maraknya terjadi fenomena intoleransi kekerasan
masyarakat beragama di era modernitas ini.
Terlepas dari persoalan di atas, maka dilakukan penelitian lebih jauh
tentang pertama, bagaimana proses pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat
pada masyarakat suku Sasak kedua, juga bentuk-bentuk rasionalisasi tindakan
6
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1982), hlm. 304.
6
sosial terhadap tradisi Perang Topat. Melalui tindakan sosial tersebut individu
atau kelompok memiliki tujuan tersendiri dan motif yang berbeda-beda,
karena hal demikian merupakan sifat dari manusia sebagai mahluk sosial.
Mengamati hal tersebut di atas, fenomena pada masyarakat suku Sasak
dalam hal motif tindakan sosial sangat menarik untuk di kaji, karena di dalam
prakteknya terdapat rasionalisasi tindakan sosial yang terjadi terhadap
pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat tersebut. Berupa nilai solidaritas
keberagamaan, nilai kerukunan umat beragama, nilai toleransi beragama dan
nilai perdamian antar agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada dua
rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam tulisan ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat pada masyarakat suku
Sasak?
2. Bagaimana bentuk rasionalisasi tindakan sosial masyarakat suku Sasak
dalam tradisi Perang Topat?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sb:
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat pada
masyarakat suku Sasak di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat.
7
b. Untuk mengetahui bentuk-betuk rasionalisasi tindakan sosial pada
masyarakat suku Sasak terhadap tradisi Perang Topat di Desa Lingsar,
Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
Adapun kegunaan dari penelitian ini ialah:
a. Manfaat dari segi akademik (ilmiah) adalah merupakan kontribusi yang
berarti atas khazanah intelektual pada umumnya dan bidang-bidang yang
berhubungan dengan ilmu Sosiologi Agama pada khususnya.
b. Untuk melengkapi hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti
terdahulu serta memberi motivasi bagi para peneliti untuk meneliti lebih
jauh dan medalam tentang Rasionalisasi Tindakan Sosial Masyarakat
Suku Sasak Terhadap Tradisi Perang Topat.
c. Untuk menambah kepustakaan tentang tradisi kebudayaan dalam pola
kehidupan beragama pada masyarakat Indonesia. Penelitian ini juga
menjadi acuan untuk diterapkan dalam kehidupan beragama, berbudaya
dan bernegara tidak hanya di Lombok, namun juga diseluruh penjuru
tanah air Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk memudahkan dalam penyusunan tulisan ini, tentu tidak lepas
dari beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Dalam tulisan ini ada beberapa hasil penelitian sebelumnya,
sebagai bahan perbandingan dalam penyusunan tulisan ini yakni sebagai
berikut:
8
Tulisan Usri Indah Handayani dkk, yang berjudul Peninggalan
Sejarah dan keperbukalaan. Tulisan ini memuat peninggalan-peninggalan
sejarah yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satu diantarnya
ialah upacar Perang Topat di Taman Lingsar, dimana didalamnya terdapat dua
jenis kegiatan ritual keagamaan yaitu Pura bagi orang-orang Hindu dan
Kemaliq bagi orang-orang Islam. Di dalam buku ini juga menyingung tentang
tradisi Perang Topat. Taman Lingsar mengemban berbagai Fungsi yaitu
sebagai tempat kegiatan keagamaan, sarana rekreasi, dan fungsi sosial bagi
masyarakat di sekitarnya.
Tulisan Ahmad Sodli, yang berjudul
Revitalisasi Kearifan Lokal
Dalam Masyarakat Multikultural di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat NTB.
Dalam tulisan ini menjelaskan Perangkat Perang Topat dan Maknanya dan
juga mejelaskan prosesi Perang Topat dalam kerukunan beragama. Adapun
fokus pembahasan dalam jurnal ini ialah proses menghidupkan atau
mengingatkan kembali keberagaman hidup beragama secara harmonis. 7
Tulisan Ahmad Abd. Syakur, yang berjudul Islam dan Kebudayaan:
Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak. Tulisan ini menguraikan
nilai-nilai yang terkandung dalam Islam tehadap budaya yang memiliki
hubungan kesamaan antar agama Hindu, Budha dan Islam Wetu Telu. Disisi
lain juga didalam isi buku ini menyingung tentang tradisi-tradisi lokal
masyarakat Lombok yang masih diterapkan dalam kehidupan sekarang.
Seperti dalam upcara-upacara Pujawali terdapat di Pura Lingsar, Kemaliq
7
Ahmad Sodli, “Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di
Kecamatan Lingsar Lombok Barat NTB”, Analisa, Vol XVII, No2, Juli-Desember 2010, hlm. 191
9
Lingsar dan juga dalam upacara yang lain. Misalnya pada upacara
Perkawinan, Kehamilan, dan kematian.
Tulisan Erni Budiwanti, yang berjudul Islam Sasak: Wetu Telu versus
Wetu Lima. Tulisan ini menguraikan secara komprehensif tentang Islam
Sasak, antara Islam asli Sasak (Islam Wetu Telu) dan Islam pedatang
(Dakwah) Islam Wetu Lima. Beserta praktek-praktek agama dan hubungannya
degan kebudayaan lokal. Buku ini bertitik fokus pada konflik antar Islam
Wetu Telu dan Islam Wetu Lima.
Adapun skripsi yang pernah membahas tentang upacara keagamaan
maupun tentang Interelasi antara agama dan budaya lokal adalah sb:
Tradisi Upacara Perang Topat di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar,
Lombok Barat: Studi Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. Skripsi dari
Magpurah, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2005. Dalam skripsi tersebut membahas masalah asal-usul
upacara Perang Topat, prosesi pelaksanaan Perang Topat. Dalam skripsi itu
juga menyinggung tradisi upacar Perang Topat dalam akulturasi Islam dan
budaya lokal. Dalam skripsi ini menjelaskan proses akulturasi Islam dan
budya lokal yang terjadi di Lombok Barat.
Dari berbagai kajian buku maupun skripsi di atas, penulis merasa
tertarik untuk membahasnya dalam bentuk yang berbeda yaitu skripsi secara
lebih khusus lagi dengan maksud untuk melengkapi dan sebagai tambahan
informasi. Hal yang membedakan tulisan ini akan mencoba melihat sisi lain
dari fenomena Perang Topat yang memfokuskan pokok uraian tentang
10
rasionalisasi tindakan sosial terhadap tradisi perang topat pada masyarakat
suku Sasak tersebut.
E. Kerangka Teori
Agama dan budaya dalam kehidupan masyarakat merupakan dua hal
yang tidak bisa dipisahkan sebab keduanya memiliki peran yang signifikan.
Dalam perspektif ilmu sosial misalnya, seperti Sosiologi Agama, Antropologi
Agama, keduanya dilihat sebagai warisan budaya masyarakat 8 yang sangat
bernilai.
Motif tindakan manusia tidak terlepas dari sebuah motif individu untuk
bertindak dalam ruang publik sosial. Motif individu dalam berinteraksi sosial
di masyarakat, terutama dengan aktivitas ekonominya dipengaruhi oleh agama
(sosial budaya) itu ketika secara lahiriah diekspresikan dalam menggerakkan
tindakan sosial dalam menghadapi dunia sosialnya. 9
Agama menjadi penting sebagai motivasi untuk bertindak, tindakan
sosial menurut Dadang Kahmad dalam bukunya yang berjudul Sosiologi
Agama, ialah segala kegiatan individu, disuatu masyarakat, yang disengaja
dan berpola, yang kemampuan melakukannya dari hasil belajar, dan
tindakannya mengandung implikasi budaya pada anggota masyarakat yang
lainnya. Sebagaimana diketahui, agama merupakan sumber nilai dari sistem
8
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2002), cet I.,hlm 144.
9
Moh Soehadha, Metodelogi Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama.
(Yogyakarta: Suka Press. 2012), hlm. 38.
11
budaya anggota masyarakat tertentu yang dapat dijadikan pedoman terpola
bagi anggota masyarakat untuk melakukan segala tindakan yang terkontrol. 10
Fenomena tradisi Perang Topat bukanlah tradisi baru yang dilestarikan
oleh masyarakat suku Sasak khusunya bagi umat beragama Hindu dan Islam
Sasak, namun tradisi ini lahir sejak lama dan mampu bertahan di tengahtengah arus perubahan modernisasi sekarang ini. menjadi menarik ketika
tradisi ini ditradisikan oleh dua penganut agama besar di Indoensia yaitu
agama Hindu dan Islam Sasak dalam perspektif rasionalisasi tindakan sosial.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teori rasionalisasi nilai dan
tujuan dari pemikirannya Max Weber sebagai alat analisis yang relevan
dengan permasalahan yang akan dikaji, karena dalam penelitian ini akan
mengkaji bentuk rasionalisasi nilai yang terdapat di masyarakat suku Sasak
dalam melaksanakan tradisi Puja Wali atau Perang Topat. Serta bentuk
rasionalisasi tujuan tindakan sosial terdapat masyarakat suku Sasak terhadap
tradisi Perang Topat.
Masyarakat ialah sekolompok manusia yang hidup dalam kesadaran
dan kepentingan yang sama dalam melaksanakan tradisi adat istiadat sebagai
upaya untuk bertahan hidup. Menurut Max Weber masyarakat lahir dari
motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial karena itu dua hal penting
bagi kajian sosiologi.
I became one (a sociologist) in order to put and end to
collectionist notions. In other words, sociology too, can only be
10
108.
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.
12
practiced by proceeding from the action of one of more, few or
many, individuals, that means, by employing a strictly
‘individuals method’..for the subjective interpretation of action
in sociological work these collectivities must treated as solely the
resultans and modes of organization of the particular acts of
individual persons, since these alone can be treated as agents in
a course of subjectively understandable action. 11
Dari kutipan diatas tersebut tampak bahwa Weber sebenarnya dalam
suatu posisi yang lazim digolongkan ‘nominalis’ yang lebih percaya bahwa
individu-individu sajalah yang riil secara objektif, dan masyarakat adalah satu
nama yang menunjuk pada sekumpulan individu yang menjalin hubungan
untuk memenuhi pelbagai hubungan. Konsep struktur sosial yang tidak
memperhitungkan tindakan individu dianggap sebagai suatu abstraksi
spekulatif tanpa dasar empiris. 12
Menurut Emile Durkheim pada dasarnya totem terbagi menjadi dua
bagian yakni terdiri dari konsep-konsep intelektual dan praktek-praktek
intelektual. Ia membahas mengenai kepercayaan dan ritus-ritus terdapat dalam
totem. Dua elemen tersebut meskipun pada perinsipnya lahir dari
kepercayaan, pemujaan bukanlah dampak dari kepercayaan tersebut, dan
mitos seringkali dibentuk berdasarkan ritus dengan tujuan menjelaskan ketika
makna ritus tersebut belum kelihatan jelas. 13
11
George Ritzer, Sociology: a Multiple paradigm Science, Revised Edition, Allyan and
Bacon Inc.,(Boston:1980), hlm. 132.
12
Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori, dan Metodelogi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), hlm. 34.
13
Emile Durkheim, The Elementary Forms of The Religious Life,Terj. Inyiak Ridwan
Muzir, (Yogyakarta: IRCiSoD,2011), hlm. 153.
13
Totemisme adalah sistem agama di mana sesuatu, bisa binatang dan
tumbuhan dianggap sakral dan jadi simbol klan. Totemisme sebagai bentuk
agama yang paling sederhana dan paling primitif dam percaya bahwa
totemisme terkait dengan bentuk paling sederhana dari organisasi sosial,
sebuah klan. 14 Totemisme atau agama adalah kepercayaan dan amalan yang
menyatukan anggotanya dengan suatu komunitas moral yang dinamakan
dengan gereja menunjukkan bahwa berperan untuk menyatukan anggotanya
dalam suatu komunitas. 15 Dari pandagan Durkheim bahwa kolektivitas dibina
dengan ritual, agama menjadikan sebagai urusan bersama (sakral). Sebaliknya
yang profan adalah urusan pribadi, terbalik dari pandangan sekuler terhadap
agama. Pandangan ini menunjukkan pula bahwa agama dibentuk dan
dilahirkan oleh masyarakat (sui generis).
Berbeda dengan pendekatan Durkheim, menurut Max Weber
kehidupan masyarakat Pra-Industrial banyak dilekati oleh tradisi, sementara
kehidupan masyarakat Industrial-Capitalist banyak dilekati oleh rasionalitas.
Dalam hal ini Tradisi ialah perasaan (sentiments) dan keyakinan (beliefs) yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karenanya, masyarakat tradisional
sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan masa lalu. Dasar mereka
mengevaluasi atau menyatakan suatu tindakan itu benar (diterima) atau salah
(ditolak) adalah kesepakatan yang telah diterima umum, atau sesuatu menjadi
14
Emile Durkheim, The Elementary Forms of The Religious Life,Terj. Inyiak Ridwan
Muzir, hlm. 106
15
Bustanuddin Agus, Agama dan Fenomena Sosial Buku Ajar Sosiologi Agama, (Jakarta:
UI Press), hlm. 68.
14
pegangan secara turun-temurun. Hal demikian berbeda sekali dengan
kehidupan masyarakat industrial-capitalist. Kehidupan ini lebih menonjolkan
rasionalitas dan mengendepankan pertimbangan akal. Dalam kehidupan ini
masyarakat ini setiap tindakan yang digerakkan untuk mencapai tujuan
dilandasi oleh kalkulasi efesiensi, karena itu akan mudah dipahami apabila
mereka meletakkan tradisi tidak lebih sebagai informasi. Basis mereka
berpikir dan bertindak adalah perhitungan untung-rugi. 16
Dari kutipan diatas bahwa agama memiliki pengaruh yang kuat
terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat. Agama merupakan bentuk
konsepsi tentang supranatural kekuatan diluar diri manusia, Jiwa, tuhan atau
kekuatan impersonal yang melebihi (superior) terhadap kekuatan biasa
(natural). Tetapi kepercayaan kepada supranatural itu sendiri pertolongan gaib
misalnya, berfungsi untuk meraih keberhasilan duniawi, seperti kesehatan,
mengalahkan musuh, umur panjang dan sebagainya, tidak demi akhirat itu
sendiri. Dengan demikian agama dan magis adalah sejenis rasionalisasi untuk
mencapai tujuan kehidupan duniawi, bahkan lebih khusus lagi tujuan
ekonomi. 17
Totem merupakan representasi dari sebuah klan. Individu yang
mengalami kekuatan sosial yang begitu dahsyat ketika mengikuti upacara
suku atau klannya akan berusaha mencari penjelasan atas pengalaman ini.
16
17
Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori, dan Metodelogi, hlm. 35-36.
Bustanuddin Agus, Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama,
(Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 69.
15
Totem juga merupakan representasi material dari kekuatan nonmaterial yang
jadi dasarnya dan kekuatan nonmaterial itu tak lain adalah masyarakat.
Totemisme dan agama secara umum, berasal dari moralitas kolektif dan
menjadikan dirinya sebagai kekuatan impersonal.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang individu ataupun
kelompok mempunyai faktor, maksud ataupun tujuan. Dalam konteks sosial,
tindakan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok akan mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh pihak lain. Weber membahas tindakan seseorang
berawal dari pemikirannya tentang rasionalitas melalui metodenya verstehen
(memahami). Dalam metode ini verstehen yang dimaksud adalah untuk
melihat tindakan seseorang untuk memahami maksud, tujuan dan apa yang
melatarbelakangi dari tindakan yang dilakukan seseorang. 18
Dengan itu dapat disimpulkan bahwa tindakan adalah sesuatu yang
dilakukan yang mempunyai sebab, maksud dan tujuan dari tindakan tersebut.
Motif tindakan sosial dalam pemikirannya Weber terdapat dua bentuk, yakni
rasional dan irasional. Rasional ada dua macam tindakan rasional instrumental
dan tindakan rasional berorientasi nilai. Sedangkan irasional terdapat dua
macam yakni, tindakan tradisional dan tindakan afektual. Tindakan rasional
instrumental dan tindakan rasional berorientasi nilai merupakan alat analisis
dalam penelitian ini melihat dari segi motif tindakan sosial masyarakat suku
Sasak.
18
Syahrial Syarbaini, Dasar-dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 36.
16
Tindakan rasional instrumental atau Rasionalitas sarana-tujuan,
tindakan yang “ditentukan oleh pengharapan-pengharapan mengenai perilaku
objek-objek didalam lingkungan dan perilaku manusia lainnya, pengharapanpengharapan itu digunakan sebagai ‘kondisi-kondisi’ atau ‘alat-alat’ untuk
pencapian tujuan-tujuan sang aktor sendiri yang dikejar dan diperhitungkan
secara rasional”. Sedangkan rasionalitas orientasi nilai, atau tindakan yang
“ditentukan oleh kepercayaan yang sadar akan nilai tersendiri suatu bentuk
perilaku yang etis, estetis, religius, atau bentuk lainnya, terlepas dari prospekprospek keberhasilannya”. 19
F. Metodologi Penelitian
Untuk mengumpulkan dan memperoleh data dalam suatu penelitian
diperlukan metode-metode tertentu. 20 Pada dasarnya metode berarti suatu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena tujuan umum
penelitian adalah untuk memecah masalah, maka langkah-langkah yang
ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. 21
Upaya untuk dapat memperoleh jawaban dari permasalahan yang
diajukan, maka dalam skripsi ini penulis akan mengunakan metode penelitian
kualitatif. Pengunaan metode kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian
yang dapat diharapkan akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
19
George Ritzer. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern. Terj. Saut Pasaribu dkk. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 216.
20
Sanapiah Faisal,
Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), hlm. 51.
21
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1998), hlm. 61.
17
tertulis atau lisan dari sejumlah orang dan perilaku yang dapat diamati.22
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Sosiologi Agama. Pendekatan Sosiologi Agama merupakan
pendekatan secara menyeluruh yang dilakukan masyarakat beragama.
Misalnya, hubungan masyarakat dengan agama, budaya, lingkungan, sistem
ekonomi, Politik, kehidupan keluarga dan lain sebagainya.
1. Metode Pengumpulan Data
Untuk menjawab masalah penelitian, sudah jelas membutuhkan
data, dan data tersebut diperoleh dari atau melalui kegiatan pengumpulan
data. 23 Penelitian pada hakikatnya merupakan tindakan yang diterapkan
manusia untuk memenuhi salah satu hasrat yang selalu ada dalam
kesadaran manusia, yaitu rasa ingin tahu. Demikian pula rasa
keingintahuan manusia tentang segala aspek yang berkaitan dengan gejalagejala yang muncul dari religiusitas masyarakat, juga mengasilkan
tindakan-tindakan untuk meneliti. 24
a. Observasi
Metode ini mengunakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. 25
Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap
hlm. 3.
22
Dadang Kahmat. Metode Penelitian Agama, hlm. 97.
23
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hlm. 113.
24
Muh. Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, hlm. 53.
25
T.O. Ihromi (ed), Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989),
18
gejala-gejala objek yang diteliti. Hal tersebut dilakukan untuk
mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan rasionalisasi tindakan
sosial masyarakat suku Sasak terhadap tradisi Perang Topat. Observasi
ini akan dilakukan secara langsung dalam waktu tertentu untuk
memperoleh data yang akurat, lokasi di Desa Lingsar, Kecamatan
Lingsar, Lombok Barat.
b. Interview
Interview atau istilah lain dalam metode ini adalah wawancara.
Wawancara merupakan salah satu teknik pokok dalam penelitian
kualitatif. Menurut Rianto dan Heru dalam bukunya yang berjudul
“Langkah-langkah Penelitian Sosial”. Wawancara merupakan salah satu
metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi yakni melalui
kontak atau hubungan pribadi antar pengumpulan data (pewawancara)
dengan sumber data (responden). 26 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi
dalam bukunya yang berjudul: Metodologi Research, interview
merupakan suatu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada
tujuan penyelidikan. 27 Metode ini berusaha mengumpulkan informasi
untuk
jawaban masalah penelitian dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Disini peneliti mewawancarai informan yang menjadi
26
Rianto Adi dan Heru Prasadja, Langkah-langkah Penelitian Sosial, (Jakarta: ARCAN,
1991), hlm. 73.
27
192.
Sutrisno Hadi, Metodologi Reaearch, Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm.
19
sumber data peneliti yaitu sejumlah tokoh dan masyarakat tertentu yang
memiliki informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan
dan tujuan penelitian.
Wawancara umum dilakukan untuk mengali data yang bersifat
umum untuk kepentingan analisis yang hanya bersifat deskriptif
semata. 28 Selanjutnya wawancara ini dilakukan dengan masyarakat suku
Sasak di Desa Lingsar, tetapi masyarakat tersebut tidak bisa dijadikan
sebagai informan kunci. Sedangkan wawancara mendalam (indepth
interview), menyangkut data, pengalaman individu dan hal-hal khusus
yang bersifat spesifik. Wawancara ditujukan kepada kepala Desa Lingsar
beserta Staf, Kepala Adat Desa Lingsar, Ketua Krama Pura, Pemangku
Kemaliq, Pemangku Pura, Panitia Upacara, dan tokoh-tokoh lainnya
yang tidak berkedudukan langsung sebagai ketua atau anggota dalam
lembaga tradisional yang berkaitan dengan upacara Perang Topat.
Wawancara terhadap para informan tersebut di atas, memakai pedoman
wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Bagaimana pelaksanaan
suatu tradisi Perang Topat pada masyarakat suku Sasak dan bagaimana
bentuk rasionalitas tindakan sosial masyarakat suku Sasak dalam tradisi
Perang Topat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode ini adalah metode
28
Moh Soehadha, metode penelitian sosial Kualitatif untuk studi agama, (Yogyakarta:
Suka Press,2012), hlm. 112
20
yang digunakan untuk menelusuri data historis, sehingga dengan
demikian pada penelitian dokumentasi dalam penelitian memegang
peran penting. 29 Penelitian dalam melakukan dokumentasi fenomena
kegiatan rangkaian upacara Perang Topat akan mengunakan alat-alat
bantu seperti, kamera dan Recorder.
Dengan metode ini juga peneliti mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku atau naskah-naskah yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
2. Metode Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis
melakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data, penulis tidak
mengunakan perhitungan secara statistik karena data yang terkumpul
bersifat kualitatif. Kemudian informasi yang berhasil dikumpulkan itu
akan dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif. Metode
ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang
diteliti.30
Dengan analisis kualitatif yang sifatnya deskriptif ini, penulis
berusaha memahami dan menerapkan data-data serta memberikan
penjelasan-penjelasan dan interpretasi mengenai data yang telah diperoleh
dari hasil penelitian lapangan.
29
30
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Renada Media Group, 2007), hlm. 129.
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 126
21
G. Sistematika Pembahasan
Adapun pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, setiap
bab merupakan konsep-konsep kunci untuk memahami dan menganalisis
pokok masalah yang akan dibahas. Adapun sistematiknya ialah sebagai
berikut:
Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang di dalamnya memuat latar
belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, berisi gambaran umum daerah penelitian meliputi: Peta
Wilayah, kondisi sosial ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan, kondisi
sosial keberagamaan masyarakat, kondisi sosial budaya masyarakat dan asal
usul tradisi Perang Topat meliputi.
Bab ketiga, menjelaskan pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat di
Desa Lingsar meliputi tujuan upacara, waktu penyelengaraan upacar, tempat
upacara, pihak-pihak yang terlibat dalam upacara tradisi Perang Topat.
Bab keempat, menjelaskan bentuk rasionalisasi tindakan sosial yang
terdapat pada masyarakat suku Sasak dalam upacara tradisi Perang Topat
meliputi tindakan rasional intrumental dan tindakan orientasi nilai dalam
tradisi Perang Topat.
Bab kelima, berupa penutup yang terdiri dari kesimpulan dari uraianuraian yang telah dibahas dalam keseluruhan penulisan skripsi ini, serta saransaran kemudian penutup dan lampiran foto hasil dokumentasi penelitian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil
penelitian, data dan informasi yang telah diperoleh dilokasi penelitian, maka
dapat disimpulkan mengenai rasionalitas nilai pada masyarakat suku Sasak
dalam tradisi Perang Topat di Lombok Barat dengan dua bentuk nilai sebagai
berikut:
I. Nilai Sosial
1. Masyarakat suku Sasak yang menganut kepercayaan Hindu maupun
Islam Sasak dalam pelaksanaan upacara tradisi Puja Wali atau Perang
Topat sangat toleran dan membawa perdamian dalam hal berbudaya
melestarikan kehidupan yang beragam dapat disatukan dalam satu
upacara atau tradisi.
2. Upacara tradisi Perang Topat sebagai mengikat solidaritas pada
masyarakat suku Sasak Hindu dan Islam Sasak dalam pelaksanaan
tradisi Perang Topat yang diadakan sekali dalam setahun oleh
masyarakat suku Sasak di Lombok Barat.
3. Upacara tradisi Perang Topat juga merupakan bentuk kearifan lokal
terhadap masyarakat multikultural dalam kerukunan antar
umat
beragama yakni masyarakat menganut kepercayaan Hindu dan Islam
76
77
Sasak pada upacara Puja Wali atau
tradisi Perang Topat dapat
beriringan dan berdampingan dalam suatu ritual tradisi.
II. Nilai Sakral
1. Upacara tradisi Puja Wali atau Perang Topat sebagai simbol
komunikasi dengan arwah leluhur roh-roh nenek moyang atau sang
khalik (Tuhan Yang Maha Esa), alam dan manusia upaya untuk
mendapatkan keberkahan dari leluhur atau sang khalik Tuhan dalam
upacara tradisi Puja Wali atau Perang Topat.
2. Upacara tradisi Puja Wali atau Perang Topat sebagai bentuk ekspresi
rasa syukur masyarakat suku Sasak terhadap keberkahan yang
diberikan oleh para leluhur nenek moyang atau tokoh agama terdahulu
Syekh kiyai haji Abdul Malik atas keberadaan Air suci di Kemaliq
dan Pura Lingsar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dengan beberapa
kesimpulan diatas, maka penulis perlu menyampaikan beberapa saran yang
dikemukakan untuk perbaikan peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
Pertama, saran untuk objek peneliti, pada masyarakat suku Sasak
khususnya bagi masyarakat Hindu dan Islam Sasak di Desa Lingsar untuk
pelaksanaan tradisi Puja Wali atau Perang Topat ini untuk selanjutnya supaya
lebih inklusif (terbuka) dalam hal penyampian makna upacara tradisi Puja
Wali kepada khalayak umum terhadap semua dari kalangan masyarakat luas
78
dan jauh dari stigma bahwa pada masyarakat suku Sasak Hindu dan Islam
Sasak di desa Lingsar tersebut tidak terkesan sesat dan kafir.
Kedua, tradisi Perang Topat, supaya tetap menjaga eksistensi ditengahtengah arus perubahan zaman yang begitu cepat. Mengingat akan
keterancaman toleransi dalam memeluk kepercayaan yang berbeda pada akhirakhir ini marak terjadi. Saran untuk masyarakat umum supaya tidak
memandang dari sebelah mata, menghakimi atau beranggapan bahwa tindakan
pada masyarakat suku Sasak di Desa Lingsar tersebut adalah syirik bagi
masyarakat karena telah terjadinya Sinkretis antara ajaran Hindu dan Islam.
Ketiga, Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan peneliti
dengan mengangkat tema dengan yang serupa, supaya melakukan penelitian
ditempat lain khususnya daerah Lombok dan sekitarnya, supaya lebih
dikerucutkan lagi untuk objek yang diteliti, seperti kelompok masyarakat atau
budaya masyarakat yang masih konsisten dengan tradisi adat istiadat ditengahtengah arus perkembangan era globalisasi seperti saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agung, Anak Agung Ketut. Kupu-Kupu Kuning yang Terbang Diselat Lombok:
Lintas Kerajaan Karangasem 1661-1950. Denpasar: Upada Sastra. 1991.
Agus, Bustanuddin. Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama.
Jakarta: UI Press. 2010
Ahmad Sirulhaq (ed.). Gumi Sasak dalam Sejarah dalam, Taman Lingsar NTB:
Pusat Studi dan Kajian Budaya. 2012
Ariadi, Lalu Muhammad. Haji Sasak: Sebuah Potret Dialektika Haji dan
Kebudayaan Lokal. Jakarta: Impressa. 2013.
Armini, I Gusti Ayu dkk. Peresean di Lombok Nusa Tenggara Barat. Yogyakarta:
Ombak. 2013
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998
Budiwanti, Erni. Islam Sasak Wetu Telu Versus Wetu Lima. Yogyakarta: LKiS.
2000.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Renada Media Group. 2007
D. Harnish, David. Bridges to The Ancestors: Music, Myth, and Culture Politics
at an Indonesia Festival. University Hawai’i Press: 2016.
Durkheim, Emile. The Elementary Forms of The Religious Life. Terj. Inyiak
Ridwan Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD. 2011.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Reaearch Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset. 2000
Harfin Zuhdi, Muhammad dkk. Lombok Mirah Sasakadi: Sejarah Sosial, Islam,
Budaya, Politik, dan Ekonomi Lombok. Jakarta: Imsak Press. 2011
80
81
Hendropuspito. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. 1983.
Indah Handayani, Usri Dkk. Peninggalan Sejarah Dan Keperbukalaan. (NTB:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997/1998.
Jamaluddin. Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935: Studi Kasus
Terhadap Tuan Guru. Puslitbang Depag RI. 2011
Kahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: CV Pustaka Setia.1990.
______________. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009
Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia
Pustaka Utama. 2002
Kuku S, I Nengah. Pura Lingsar Selayang Pandang, Mataram: Yayasan Krama
Pura NTB. 1989
L. Pals, Daniel. Seven Theories of Religion. Terj. Inyiak Ridwan Muzir.
Yogyakarta: IRCiSoD. 2011.
Muslim, Sri Banun. Islam di Pulau Lombok Kajian Historis Tentang
Perkembangan Islam di Pulau Lombok. Mataram: Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri. 1999
Rianto Adi dan Heru Prasadja.
ARCAN.
Langkah-langkah Penelitian Sosial. Jakarta:
1991
Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan
Terakhir Postmodern. Terj. Nurhadi. Yogyakarta:
Kreasi Wacana. 2012.
Ritzer George. Sociology: a Multiple paradigm Science, Revised Edition, Allyan
and
Bacon Inc. Boston. 1980
82
____________. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern. Terj. Saut Pasaribu dkk. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar. 2012
Robertson, Roland dkk, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Terj.,
Achmad Fedyani Saifuddin. Jakarta: CV Rajawali, 1992
Soehada, Moh. Metodelogi Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama.
Yogyakarta: Suka Press. 2012.
Soekatno, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2000
Syarbaini, Syahrial. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
Syukur, Ahmad Abd. Islam Dan Kebudayaan: Akulturasi Nilai-nilai Islam dalam
Budaya Sasak. Yogyakarta: Adab Press. 2006.
Usman, Sunyoto. Sosiologi: Sejarah, Teori, dan Metodelogi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2012
Weber Max. Teori Dasar Analisis Kebudayaan. Terj. Abdul Qodir S.Yogyakarta:
IRCiSOD. 2013
___________. Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme. Terj. Tw Utomo dan
Yusup PS.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006
___________. Sosiologi Agama. Terj. Yudi Santoso. Yogyakarta: IRCiSOD. 2012
Skripsi dan Laporan Penelitian
I’Ketut, Yuniati dkk, “Komunitas Ritual dalam Tradisi Perang Topat di Taman
Lingsar Kabupaten Lombok Barat”,Widiya Sandhy, Vol. VI No. 01 Mei
2015.
83
Magpurah, “Tradisi Upacara Perang Topat di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar,
Lombok Barat: Studi Akulturasi Islam dan Budaya Lokal”. Skripsi tidak
diterbitkan Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga, 2005.
Nining Nur Alaini, “Tradisi Lisan Cepung: Sastra Perlawanan Komunitas Sasak
terhadap Kekuasaan Bali di Pulau Lombok”, Metasastra, Vol. VIII No.
01 Juni 2015.
Sodli, Ahmad, “Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di
Kecamatan Lingsar Lombok Barat NTB”, Analisa, Vol XVII, No2, JuliDesember 2010.
LAMPIRAN-LAMPIRAN HASIL DOKUMENTASI PENELITIAN
A. NAMA INFORMAN
1. Nama
: Soeparman Taufik
Agama
: Islam
Status
: Kepala Adat Desa Lingsar, Pemangku Kemaliq
Pekerjaan
: Petani
Umur:
76 tahun
2. Nama
: I’ Ketut Lingga Bagiarta
Agama
: Hindu
Status
: Kepala Pure Lingsar
Pekerjaan
: Petani
Umur:
: 45 tahun
3. Nama
: I Wayan Kreped
Agama
: Hindu
Status
: Mangku Pure Lingsar
Pekerjaan
: Petani
Umur:
: 46 tahun
4. Nama
: H. Abdul Hadi
Agama
: Islam
Status
: Kepala Desa Lingsar
Pekerjaan
: Kantoran
Umur:
: 37 tahun
xiv
5. Nama
: Iq Sakinah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Umur:
: 30 tahun
6. Nama
: Iq. Yul
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang Makanan
Umur:
: 35 tahun
7. Nama
: Iq. Windi
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang Madu, Minyak dan obat-obatan
Umur:
: 40 tahun
8. Nama
: I’Ketut Wiratmaje
Agama
: Hindu
Pekerjaan
: Penjaga Pintu Gerbang Taman Lingsar
Umur:
: 60 tahun
9. Nama
: M. Iswandi
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pemandu Wisata Religi Taman Lingsar
Umur:
: 30 tahun
xv
10. Nama
: Wayan Widia
Agama
: Hindu
Pekerjaan
: Petani
Umur:
: 38 tahun
11. Nama
: Irfan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Penganguran/Pemuda Desa Lingsar
Umur:
: 22 tahun
12. Nama
: Aq. Sulaiman
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Budi daya Ikan Nila
Umur:
: 34 tahun
13. Nama
: Papuk Gede Wijaye
Agama
: Hindu
Pekerjaan
: Petani
Umur:
: 79 tahun
14. Nama
: I’Ketut Martoda
Agama
: Hindu
Pekerjaan
: Petani
Umur:
: 38 tahun
xvi
B. Format Wawancara
1. Bagaimana sejarah asal-usul munculnya tradisi Perang Topat?
2. Sejak kapan tradisi Perang Topat dilaksanakan?
3. Kapan dan siapa yang pertama merayakan tradisi Perang Topat
4. Mengenai waktu, kenapa harus bulan itu sebagai hari Perayaan tradisi Perang
Topat?
5. Kenapa namanya tradisi Perang topat?
6. Dimana saja tradisi Perang Topat dilaksanakan?
7. Bagaimana pelaksanaannya tradisi Perang Topat?
8. Apa saja perlengkapan yang diperlukan dalam tradisi Perang Topat?
9. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tradisi Perang Topat?
10. Berapa lama tradisi perang topat berlangsung?
11. Apakah ada peningkatan setiap tahunnya tradisi Perang Topat dilaksanakan?
12. Apa saja yang melatarbelakangi untuk mengikuti tradisi Perang Topat?
13. Apa keinginan yang diharapkan dalam tradisi Perang Topat ini?
14. Bagaimana pengaruh tradisi Perang Topat terhadap kehidupan yang dijalani
sehari-hari?
15. Adakah nilai-nilai agama yang terkandung dalam tradisi Perang topat ini?
16. Bagaimana bentuk tindakan sosial Masyarakat terhadap tradisi Perang Topat?
xvii
Gambar 1.1
Wawancara Bersama Lalu Bayu Windia, Ketua Majelis Adat Sasak (Lombok Mirah Sasak
Adi)
Gambar 1.2
Wawancara Bersama H. Abdul Hadi, kepala Desa Lingsar Kec. Lingsar Kab. Lombok Barat
xviii
Gambar 1.3
Wawancara Bersama Soeparman Taufik, Kepala adat Desa Lingsar sekaligus Pemangku
Kemaliq Lingsar
Gambar 1.4
Doa Bersama Pemangku Kolam Tuna Kemaliq Lingsar
xix
Gambar 1.5
Wawancara Bersama I’ Ketut Lingga Bagiarta, Ketua Pura Lingsar
C. NAMA-NAMA TEMPAT SUCI
Gambar 1.6
Kolam Tuna Keramat Kemaliq Lingsar, Tempat Berdoa Menyampaikan hajat kemudian
melemparkan kuin kedalamnya
xx
Gambar 1.7
Empat Pancuran Air Suci Kemaliq Lingsar, Tempat Berobat segala Macam Penyakit dan
mengandung Awet Muda
D. DOK. KEGIATAN DALAM TRADISI PERANG TOPAT
Gambar 1.8
Penampilan Tari Bateq Baris Lingsar sebelum upacara Perang Topat dimulai
xxi
Gambar 1.9
Sesaji akan didoakan oleh pemangku Adat Desa Lingsar di Kemaliq
Gambar 1.10
Kebon Odeq yang akan didoakan untuk memohon izin kepada arwah nenek moyang
sekaligus mengundangnya untuk upacara tradisi Perang Topat
xxii
Gambar 1.11
Topat atau dalam istilah bahasa Indonesia di Sebut Ketupat untuk dijadikan alat Perang
dalam upacara tradisi Perang Topat
Gamabar 1.12
Suasana berlangsungnya upacara tradisi Perang Topat pada masyarakat Hindu
xxiii
Gamabar 1.13
Suasana berlangsungnya upacara tradisi Perang Topat pada masyarakat Islam Sasak
Gamabar 1.14
Peta Lokasi Penelitian Taman Lingsar Desa Lingsar, Kec. Lingsar Lombok Barat
xxiv
CURICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Email/Blog
: SUPARMAN JAYADI
: Pungkang, 21 Oktober 1994
: Laki-laki
: Prapak, Banyu Urip Kec. Praya Kab. Lombok Tengah
: Islam
:[email protected]/Fb: Suparman Jayadi
suparmanjayadi.wordpress.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
2000 –2006
: SD Negeri 01 Prapak
2006 – 2009
: Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Muhajirin Praya
2009 – 2012
: Madrasah Aliyah (MA) Darul Muhajirin Praya
2012 – 2016
: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
Pengurus IKADM sebagai Kepala Bidang Pendidikan dan Jurnalistik (Ikatan Alumni
Darul Muhajirin) IKADM Yogyakarta Periode 2012-2013
Pengurus HMI Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam sebagai Kepala
Bidang (Kabid) PWK Pengembangan Wacana dan Kepustakaan HMI Komfak
Ushuluddin Periode 2014-2015
Ketua Umum (Ikatan Keluarga Pelajar Dan Mahasiswa) IKPM Tatas Tuhu Trasna
Lombok Tengah-Yogyakarta periode 2015-2016
xxv
Download