BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangunan sebagai kebutuhan manusia menjadi salah satu hal yang penting dalam melihat perkembangan yang terjadi. Pembangunan yang pesat mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman dan infrastruktur, sehingga para pengembang kadang mengabaikan fungsi dan proses dalam pembangunannya. Dalam jangka waktu yang lama dengan perkembangan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat mengakibatkan bangunan semakin berkembang, sehingga perlu adanya penyesuaian dalam bangunan itu sendiri. Semakin berjalannya waktu, lambat laun bangunan akan mengalami perubahan, baik dari kekuatan material bangunan yang telah lapuk sehingga dapat membahayakan penghuni ataupun karena adanya perkembangan yang semakin modern. Dampak tersebut mengakibatkan bangunan mengalami perbaikan maupun penyesuaian dalam skala terkecil misalnya melakukan perbaikan dinding dan melakukan pengecatan sampai dengan skala besar dengan merobohkan bangunan kemudian di bangun kembali dengan struktur yang baru. Hal ini melibatkan bangunan sebagai subyek yang melakukan adaptasi sesuai dengan konteksnya. Graham (2006) dalam Schmidt, dkk (2009) menyatakan bahwa bangunan yang mudah beradaptasi dengan perubahan merupakan bangunan yang bukan berlangsung selamanya tetapi bangunan yang berkelanjutan. Adaptasi diartikan sebagai perubahan untuk penyesuaian dengan lingkungan. Adaptasi dalam konteks arsitektur dapat dibedakan menjadi adaptasi perilaku dan adaptasi bangunan. Adaptasi terhadap lingkungan (adaptasi perilaku) yang dinyatakan oleh Berlyn (dalam Arkelin dan Veitch, 1995; dalam Radhi, 2010) bahwa “perilaku penyesuaian atau adaptasi merupakan bagian dari respon manusia terhadap lingkungan fenomenalnya”. Fenomena yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian atau pun di luar kebiasaan yang mengakibatkan adanya adaptasi oleh manusia untuk mencapai keseimbangan. Mekanisme adaptasi yang dilakukan manusia untuk mencapai keseimbangan dengan 1 lingkungan menurut Bell (dalam Altman, dkk, 1991; dalam Radhi, 2010) yaitu adaptation by reaction (mengubah perilaku agar sesuai dengan lingkungan untuk mengurangi konflik terhadap lingkungan); adaptation by adjustment (mengubah lingkungan agar sesuai dengan kondisi lingkungan yang diinginkan); dan adaptation by withdrawl (membiarkan dan pindah ke lingkungan yang dianggap sesuai dengan yang diinginkan). Adaptasi perilaku menekankan pada reaksi manusia dalam menghadapi ketidaksesuaian dengan lingkungan, sedangkan untuk melihat perubahan bangunan agar sesuai dengan kapasitas agar sesuai dengan kondisi yang baru serta untuk memperpanjang usia bangunan maka menggunakan adaptasi bangunan. Douglas (2006) menyatakan bahwa adaptasi bangunan adalah “pekerjaan pada bangunan untuk pemeliharaan dalam mengubah kapasitas, fungsi dan performance dengan kata lain melakukan intervensi untuk menyesuaikan, menggunakan ulang dan meningkatkan kemampuan bangunan”. Konteks arsitektur, adaptasi bangunan melihat dari sisi desain fisik bangunannya. Terdapat tiga konsep adaptasi bangunan yang dikemukakan oleh Arge (2005) antara lain: 1. Generality, yaitu kemampuan bangunan untuk tidak melakukan perubahan dalam memenuhi kebutuhan pengguna. 2. Flexibility, yaitu kemampuan bangunan untuk melakukan perubahan dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pengguna. 3. Elasticity, yaitu kemampuan bangunan untuk diperpanjang atau dipartisi terkait dengan perubahan pengguna atau kebutuhan pemilik. Secara ringkas perbedaan adaptasi perilaku dan adaptasi bangunan dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Perbandingan Adaptasi Perilaku dan Adaptasi Bangunan Adaptasi terhadap lingkungan (perilaku) Pengertian Bagian dari respon manusia terhadap lingkungan fenomenalnya Adaptasi bangunan Kapasitas bangunan untuk menampung secara efektif dalam mengakomodasi tuntutan yang berkembang dari konteks, sehingga memaksimalkan nilai melalui kehidupan. berlanjut 2 lanjutan Adaptasi terhadap lingkungan (perilaku) Adaptasi bangunan Konteks Penyesuaian yang dilakukan oleh manusia dengan lingkungan, walaupun lingkungannya berubah-ubah Pekerjaan yang dilakukan untuk pemeliharaan dalam mengubah kapasitas, fungsi atau performance Mekanisme dan Konsep Adaptasi 1. Adaptation by reaction adalah tindakan manusia untuk mengurangi konflik terhadap lingkungannya dengan cara mengubah perilaku diri agar sesuai dengan lingkungannya. 2. Adaptation by adjustment adalah tindakan manusia untuk melolak atau melawan lingkungan dengan cara melakukan perubahanperubahan fisik terhadap lingkungan agar terjadi kesesuaian antara manusia dengan lingkungan. 3. Adaptation by withdrawl adalah tindakan manusia menghindari lingkungan karena ketidakcocokan/ketidaksesua ian antara manusia dengan lingkungannya dengan cara membiarkan lingkungan dan pindah ke tempat/lingkungan lain yang dianggap sesuai. 1. Generality, yaitu kemampuan bangunan untuk tidak melakukan perubahan dalam memenuhi kebutuhan pengguna. 2. Flexibility, yaitu kemampuan bangunan untuk melakukan perubahan dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pengguna. 3. Elasticity, yaitu kemampuan bangunan untuk diperpanjang atau dipartisi terkait dengan perubahan pengguna atau kebutuhan pemilik. Faktor adaptasi 1. 2. 3. 4. 1. Tujuan atau fungsi bangunan 2. Kualitas bangunan 3. Penggunaan dan penyalahgunaan bangunan. 4. Persyaratan hukum, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan. Sifat individual Latar belakang budaya Pengalaman masa lalu Ciri kepribadian masingmasing berlanjut 3 lanjutan Adaptasi terhadap lingkungan (perilaku) Adaptasi bangunan 5. Persyaratan dan keinginan pengguna/pemilik Adaptasi bangunan memerlukan pemahaman bahwa bangunan mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan memerlukan penyesuaian untuk mencapai keseimbangan. Kengo Kuma, dalam esai yang yang berjudul Weak Architecure pada tahun 2005 dalam Schmidt, dkk (2010) “mengakui kekuatan dan umur panjang arsitektur yang luar biasa “lemah” karena menuntut perhatian terus menerus dari desainer dan pengguna, sedangkan bangunan yang “kuat” sering dianggap sebagai ilusi”. Bangunan dalam mencapai keseimbangan tersebut maka perlu adanya perubahan untuk penyesuaian. Till (2009) dalam Schmidt, dkk (2010) menjelaskan sebagai “thick time” dimana arsitektur bukan merupakan kata benda yang statis tetapi kata kerja yang selalu bergerak dinamis mengikuti perubahan lingkungannya. Schmidt, dkk (2010) menyatakan bahwa kesuksesan dalam adaptasi tidak selalu pada kapasitas bangunan itu sendiri tapi juga dari pengguna atau kapasitas pemilik untuk beradapatasi dan banyak variabel lain yang mendukung interaksi yang dinamis antara bangunan dan konteks. Kajian adaptasi bangunan dalam konteks arsitektur terletak pada bagian setelah POE (Post Occupancy Evaluation) dan BPE (Building Performance Evaluation). POE adalah “koleksi terstruktur data kuantitatif dan kualitatif dari manager fasilitas bangunan dan pengguna” (Wilkinson, dkk 2014). Setelah POE selesai maka dalam siklus bangunan dilakukan BPE. Menurut Preiser (2005) dalam Wilkinson, dkk (2014) adaptasi bangunan dilaksanakan ketika bangunan sudah tidak mampu untuk digunakan secara layak dan terjadi pada akhir siklus hidup bangunan. Secara kajian bahwa adaptasi bangunan terletak pada siklus akhir bangunan dan bangunan tersebut sudah tidak lagi sesuai ataupun layak sehingga dilakukan perubahan dan penyesuaian. Siklus bangunan dipengaruhi oleh periode waktu karena dapat merekam adaptasi bangunan yang terjadi. Usia bangunan yang lama mempengaruhi perubahan dan penyesuaian dalam meningkatkan kapasitas dan kebutuhan pemilik menjadi maksimal. Pemilihan lokasi penelitian mempertimbangkan usia bangunan yang lebih dari 30 tahun dan mengalami perubahan dalam periode 4 mpai sekarang. Lokas si penelitia an adaptas si banguna an dilakuka an di awal sam Perumnass Condongccatur yang dibangun d p pada tahun 1978-1979 dan merup pakan perumnas s tertua di d Yogyaka arta. Pem milihan loka asi ini did dasarkan pada homogenitas bangun nan (perum mahan nasiional yang dibangun massal de engan tipe, strukktur, gaya dan d luas lah han yang sa ama), perubahan fisik bangunan yang signifikan dan usia bangunan yang lebih h dari 30 tahun. Kuru un waktu dalam d adaptasi bangunan yang b m menjadi hal yang dipe ertimbangka an karena perubahan p terjadi dap pat dilihat. Seperti S yang g dikemuka akan oleh Brand (1994) dalam Douglas (2006) ten ntang tingka at perubaha an dalam “sh hearing laye ers”. Gamb bar 1.1 Shea aring Layerrs Sumber: adaptablefu a utures.com, 2014 Pada gambar di atas, te erdapat ena am strategi adaptasi bangunan yaitu adjustable e, versatile (flexible), refitable, convertible e, scalable,, dan movvable. Setiap sta ategi memberikan korelasi yang g spesifik antara a seb bab (sosial)) dan akibat (fissik) dengan n jangka waktu w adapttasi bangunan terseb but berlangssung. Seperti co ontoh strategi adjustablle disebabkkan oleh pemberi tugass atau peng gguna yang men nyebabkan perubahan n dalam pe eralatan da an furniture yang term masuk dalam komponen ba angunan dengan jang gka waktu keseharian n atau bula anan. 5 Dalam Brand, layer adjustable termasuk dalam layer stuff (lebih lanjut akan diuraikan di bab 2 kajian teori). 1.2. Permasalahan Penelitian Perumahan merupakan rumah masal yang bersifat komoditas yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Rumah yang dibangun memiliki beberapa tipe dengan luasan yang berbeda tetapi memiliki desain yang hampir sama dengan perbedaan pada jumlah kamar, luasan ruang servis dan lain sebagainya. Bangunan yang dibangun semakin lama akan mengalami penurunan, sehingga bangunan tidak dapat bekerja secara optimal. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh penghuni, sehingga bangunan tidak efisien atau tidak sesuai dengan perkembangan dan perawatan bangunan yang semakin mahal. Dampak dari kondisi tersebut membuat pengguna atau penghuni melakukan beberapa hal seperti perubahan penggunaan atau fungsi dan adaptasi bangunan. Cara yang dapat digunakan oleh penghuni atau pemilik ketika bangunan sudah tidak lagi bekerja secara optimal adalah dengan membiarkan, melakukan perubahan atau menghancurkannya. Hal tersebut dilakukan dengan beberapa strategi yang digunakan dalam adaptasi bangunan. Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut maka dapat ditarik pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Strategi apakah yang digunakan dalam adaptasi bangunan di Perumnas Condongcatur? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh dalam adaptasi bangunan ini (oleh penghuni)? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian adaptasi bangunan di Perumnas Condongcatur, antara lain: 1. Mengidentifikasi strategi adaptasi bangunan yang digunakan dan terjadi di Perumnas Condongcatur. 6 2. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bangunan yang dipengaruhi oleh penghuni atau pemilik bangunan 1.4. Manfaat Penelitian Dengan kegiatan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lokus dan fokus penelitian yang dilakukan, diantaranya adalah: 1. Bagi Peneliti Memberikan sumbangan bagi khasanah pengetahuan studi kearsitekturan, tentang memberikan referensi bagi peneliti-peneliti mengenai adaptasi bangunan yang berpengaruh pada fisik bangunan terutama pada fungsi, kapasitas dan performance bangunan. 2. Bagi Perencanaan/Perancangan Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam mendesain bangunan komersial yang bersifat komoditi dan masal maupun bangunan lain dalam pengembangannya sesuai dengan kebutuhan pemilik ataupun penghuni. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian merupakan pengkayaan terhadap adaptasi bangunan yang terdapat di Asia yang mempunyai perbedaan budaya dengan budaya barat dimana konsep dan strategi adaptasi bangunan yang dikemukakan oleh beberapa ahli. 1.5. Batasan Penelitian 1.5.1. Lokus Penelitian Wilayah penelitian berada di Perumnas Condongcatur, Kabupaten Sleman dengan luasan 21 Ha dan terdiri dari 1.249 unit rumah. Perumnas ini berbatasan di sisi selatan dengan jalan Ringroad Utara dan sebelah utara dengan Jalan Tanjung dan Jalan Bakung. 7 Gamb bar 1.2 Loka asi Penelitia an Sumb ber: Google Earth, 2015 5 Gambar 1.3 1 Kondisii Eksisting d di Perumnas Condongc catur Sum mber: Obserrvasi, 2015 1.5.2. Fo okus Peneliitian Foku us penelitia an ini adala ah adaptassi bangunan yang me encakup strrategi yang digunakan da an faktor-ffaktor yang g mempen ngaruhi. Sttrategi ada aptasi bangunan n dengan melihat m perrubahan ba angunan ba aik yang te erjadi pada a fisik 8 n maupun penataan p ruang yang te erjadi. Peru ubahan bangunan term masuk bangunan perbaikan bangunan untuk perlluasan, pen nambahan konstruksi, dan perub bahan fungsi ru uang. Penataan ruang ulang akibat adanya pen nambahan dan pemindahan perabota an serta ad danya pengg gunaan rua ang bersama a untuk keg giatan komunitass. Stra ategi adapta asi banguna an yang menyebabkan perubaha an pada ele emen fisik maup pun tatanan n dipengaru uhi oleh faktor-faktor internal ma aupun ekste ernal. Faktor-fakktor tersebu ut difokuska an pada ala asan peruba ahan fungssi bangunan n dan ruang, dan n kegiatan yang y sering g dilaksanakkan. 1.5.3. Wa aktu Penelitian Penelitian adaptasi bangunan di Pe erumnas Condongcat C ur dilaksan nakan dalam kurrun waktu lim ma bulan se ebagaimana a tabel 1.2 dibawah inii. Tabel 1.2 Rancangan R nelitian Waktu Pen 1.6. Kea aslian Penu ulisan Beberapa pene elitian yang berhubungan dengan adaptasi ba angunan ba anyak E (Ingg gris dan Bellanda), Aus stralia dan beberapa b ne egara dilakukan di negara Eropa lain. Pene elitian yang dilakukan berfokus b kepada keberrlangsungan n kelanjutan n dari sebuah bangunan b untuk mem mberikan nilai n yang optimal te erhadap fu ungsi, kapasitas dan kinerja a. Adaptasi bangunan berkaitan dengan d fisikk bangunan yang mengakibatkan adan nya perbaikan dan perubahan p pada bang gunan terssebut. 9 Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan adaptasi bangunan antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Jonathan Gosling dan kawan-kawan yang berlokasi di UK tahun 2013 yang berjudul Adaptable building: A System Approach. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif. Fokus penelitian ini adalah menganalisa faktor pengerak adaptasi, dan karakteristik bangunan. Penelitian ini juga mengidentifikasi proses dalam adaptasi bangunan dan keterkaitan manfaat adaptasi antara bangunan dan teknologi. Hasil penelitian ini adalah konsep tentang hubungan antara adaptasi bangunan dan penerapan sistem teknologi yang berfungsi sebagai dasar dalam adaptasi banganan. 2. Robert Schmidt III dan kawan-kawasan pada tahun 2011 melakukan penelitian tentang komponen dalam adaptasi bangunan. Penelitian yang dilakukan berjudul Understanding Adaptability Through Layer Dependencies. Komponen dalam bangunan dalam mengalami perubahan dan penelitian ini memberikan gambaran tentang bagaimana perubahan komponen dan dapat digunakan secara berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif dengan menggunakan DSM software. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antar komponen dalam adaptasi bangunan. 3. Penelitian Dewi Parliana pada tahun 2010 tentang Adaptasi Bentuk dan Fungsi secara Pragmatis pada Hunian Kampung di Kampung Batununggal, Kelurahan Samoja. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan adalah grounded theory. Fokus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan dalam adaptasi bangunan karena adanya perubahan fungsi yang dilakukan secara pragmatis. Hasil penelitian menyebutkan bahwa adaptasi bangunan yang mengalami perubahan fungsi yang dilakukan secara pragmatis sangat dipengaruhi oleh adanya faktor yang dipengaruhi oleh keterbatasan ekonomi dan proses adaptasi akibat keterbatasan kapling oleh penghuni. 4. Penelitian adaptasi bangunan yang dilakukan oleh Hilde Remoy dan Theo Van Der Voordt tahun 2009 tentang Sustaibability by Adaptable and Functionally Neutral Buidings di Belanda. Pada penelitian tersebut menyebutkan bahwa gedung dan perkantoran kosong menjadi topik dalam 10 pembahasan utama di Belanda. Gedung dan perkantoran kosong tersebut menyebabkan permasalahan seperti masalah pembiayaan dalam pemeliharaan dan permasalahan publik yang menyebabkan citra negatif kawasan. Hal ini menyebabkan adanya kerusakan pada kawasan, meningkatnya vandalisme, dan kerusakan pada bangunan. Permasalahan tersebut tidak dapat secara langsung diatasi dengan pembongkaran kemudian dibangun kembali karena adanya pertimbangan nilai sosial dan ekonomi. Nilai ekonomi berkaitan dengan adanya faktor kerugian secara material, sedangkan nilai sosial berkaitan dengan adanya arti khusus gedung tersebut pada pengguna daerah (sebagai landmark kawasan). Perubahan fungsi bangunan merupakan salah cara yang mungkin dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada bangunan. Perubahan fungsi tersebut dilakukan dengan melakukan adaptasi bangunan dengan mempertimbangkan aspek teknis, fungsional dan pertimbangan hukum yang mempengaruhi kelayakan keuangan. Adaptasi bangunan yang dilakukan pada gedung dan perkantoran kosong dipandang sebagai keberlanjutan bangunan yang mengakibatkan berkurangannya biaya ekonomi, pengurangan limbah bahan dan pengurangan dalam trasportasi pengiriman bahan bangunan. Pada kesimpulan penelitian bahwa dalam merancang dan membangun gedung perlu adanya perencanaan yang dapat mengantisipasi perubahan di masa mendatang. 5. Laporan penelitian tahun 1987 yang dilakukan oleh Ir. Nindyo Suwarno yang berlokasi di Perumnas Condongcatur berjudul Perkembangan Morfologi Perumahan Perumnas Condongcatur. Metoda yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kuantitatif. Fokus dari penelitian tersebut adalah mengetahui hubungan antara morfologi rumah tinggal dengan kondisi sosial ekonomi pemakai, mengetahui hubungan antara faktor teknologi dengan perkembangan rumah secara morfologis dan hubungan antara masalah peraturan bangunan dengan perkembangan secara morfologis. Hasil dari penelitan tersebut adalah adanya hubungan antara kondisi sosial ekonomi penghuni dengan morfologi perkembangan rumah inti. 11 Studi mengenai beberapa penelitian yang pernah dilakukan di atas menjelaskan bahwa sampai saat ini penelitian mengenai adaptasi bangunan di Perumnas Condong Catur belum pernah dilakukan. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada strategi adaptasi bangunan yang terjadi faktor-faktor yang mempengaruhi. 1.7. Kerangka Penelitian Penelitian adaptasi bangunan di Perumanas Condongcatur dilatarbelakangi karena adanya perubahan bangunan pada bangunan inti. Perubahan tersebut dapat disebabkan karena adanya usia bangunan yang sudah tua sehingga perlu perbaikan dan kebutuhan pengguna. Bangunan merupakan benda yang selalu bergerak bukan merupakan sesuatu yang statis karena mengikuti perkembangan waktu. Perubahan pada bangunan juga disebabkan karena bangunan tidak mampu digunakan secara optimal. Penelitian ini berlokasi di Perumnas Condongcatur dengan pertimbangan merupakan perumahan tertua di Yogyakarta yang berusia lebih dari 30 tahun dan bangunan yang lebih homogen. Berdasarkan latar belakang tersebut kemudian muncul permasalah penelitian, yaitu strategi apa saja yang digunakan dan faktor yang mempengaruhi adaptasi bangunan di Perumnas Condongcatur. Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi adaptasi yang digunakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Permasalahan dan tujuan penelitian tersebut perlu didukung dengan landasan teori tentang adaptasi bangunan, antara lain strategi dan faktor adaptasi bangunan yang dikemukan oleh para ahli. Kerangka pola pikir penelitian adaptasi bangunan di Perumnas Condongcatur secara lengkap dapat dilihat pada gambar 1.4 dibawah ini. 12 Gambarr 1.4 Keran ngka Penelittian 13