hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil

advertisement
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT
KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA
TRIMESTER 3 DI RSUD TEMANGGUNG
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
Dhiah Stiarti
090201132
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT
KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA
TRIMESTER 3 DIRSUD
TEMANGGUNG
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
Dhiah Stiarti
090201132
Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi
Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan `Aisyiyah
Yogyakarta
Oleh :
Pembimbing
: Yuli Isnaeni, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom
Tanggal
: .......................................................
Tanda tangan
: ....................................................... HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT ECEMASAN
IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRIMESTER 3 DI RSUD
TEMANGGUNG 1
Dhiah Stiarti 2 , Yuli Isnaeni 3
INTISARI
Latar Belakang: Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah,
masih banyak suami belum mampu menunjukkan dukungan penuh selama
persalinan. Hubungan yang buruk dengan suami berpengaruh dengan depresi dan
penderitaan juga kecemasan ibu hamil, hubungan yang buruk selama kehamilan
dapat meningkatkan resiko adanya gangguan mental pada ibu hamil di trimester 3.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan suami
dengan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester 3 di RSUD
Temanggung.
Metode Penelitian: Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2011, dengan
desain penelitian Survey analitik pendekatan waktu cross sectional. Sampel diambil
dengan teknik Accisidental sampling sejumlah 33 responden. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data dilakukan menggunakan
rumus korelasi Kendall Tau.
Hasil penelitian: Dukungan suami pada ibu hamil primigravida trimester 3 di
RSUD Temanggung dengan kategori sedang 16 orang (48,5%) sedangkan yang
mendapatkan dukungan suami dengan kategori rendah 6 orang (18,2%). Tingkat
kecemasan ibu hamil primigravida trimester 3 di RSUD Temanggung dengan
kategori sedang 14 orang (37,1%) sedangkan yang mengalami kecemasan berat 7
orang (8,6%). Hasil uji statistik didapatkan nilai τ sebesar 0,587 dengan signifikansi
(p) 0,000 .
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat
kecemasan ibu hamil primigravida trimester 3 di RSUD Temanggung.
Saran : Bagi suami responden agar meningkatkan dukungan kepada istrinya yang
sedang hamil sehingga istrinya dapat menjalani masa kehamilan dan persalinannya
dengan tenang tanpa merasakan kecemasan.
Kata kunci
: dukungan suami, tingkat kecemasan,
Kepustakaan
: 28 buku (2000 – 2010), 2 internet, 1 jurnal
Jumlah halaman : i – xiii, 57 halaman, 12 tabel, 7 lampiran, 2 gambar
1
Judul Skripsi
Mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
THE CORRELATION BETWEEN THE SUPPORT FROM THE HUSBAND
AND THE ANXIETY LEVEL OF THE PRIMIGRAVIDAE PREGNANT
WOMEN IN THEIR THIRD TRIMESTER AT REGIONAL GENERAL
HOSPITAL OF TEMANGGUNG1
Dhiah Stiarti2, Yuli Isnaeni3
ABSTRACT
Background of the problem: The participation of men in reproductive health is still
very low, in which there are many husbands who have not been able to give full
support during the pregnant. Poor relationship with the husband may affect the
anxiety of a pregnant woman and can lead to depression and suffering. This poor
relationship during the pregnancy can increase the risk of mental disorders in a
pregnant woman in their third trimester.
Study Objectives: The research aims at determining the correlation between the
support from the husband and the anxiety level of the primigravidae pregnant women
in their third trimester at Regional General Hospital of Temanggung.
Research Method: The data collection was conducted in May 2011 using analytical
survey correlation research design and cross sectional time approach. The samples
were chosen using accidental sampling technique as many as 33 respondents. The
data are collected using questionnaires. The data analysis is done using Kendall Tau
correlation formula.
The Research Result: Primigravidae pregnant women in their third trimester who
have got support from the husband with intermediate category are 16 people
(48.5%); whereas Primigravidae pregnant women in their third trimester who have
got support from the husband with low category are 6 people (18.2%). The
primigravida pregnant women in their third trimester at Regional General Hospital of
Temanggung experiencing intermediate anxiety level are 14 people (37.1%);
whereas those pregnant women experiencing severe anxiety are 7 people (8.6%).
Statistical test results obtain the τ value of 0.587 with a significance of (ρ) 0.000.
Conclusion: There is a significant correlation between the support from the husband
and the anxiety level of primigravidae pregnant women in their third trimester at
Regional General Hospital of Temanggung. Suggestions: It is recommended for the
husbands of the respondents to increase their support for their pregnant wives so that
they can undergo the pregnancy and delivery in peace without anxiety.
Key words
References
Number of pages
1
: support from the husband, the anxiety level,
: 28 books (2000-2010), 2 websites, 1 journal
: i - xiii, 57 pages, 12 tables, 7 appendices, 2 figures
The title of the thesis
A student of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences college of Yogyakarta
3
A lecturer of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences college of Yogyakarta
2
Latar belakang masalah
Menurut data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan,
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara
garis besar angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain
sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup.
“Pada tahun 2007 menyebutkan AKI menjadi 228/100.000 kelahiran hidup,
dibanding dengan angka kematian ibu di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia,
dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal, karena
Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan
yang sangat ideal. Pada tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu menurunkan
AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi baru lahir
(AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup pada tahun 2009.
Millenium Development Goals (MDGS) yang bertujuan pembangunan
millenium adalah salah satu deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah
disetujui oleh 189 negara anggota termasuk oleh negara Indonesia telah sepakat
untuk mencapai MDGS tersebut. Salah satu target MDGS tahun 2015 adalah
menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Target menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dari 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi
102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 akan sulit dicapai, diperkirakan tahun
2015 angka kematian ibu masih berkisar 163/100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak, paling banyak
adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat
mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya, terlambat mencapai
fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan (Dinkes
Kaltim, 2008). Walaupun secara kondisi suami tidak dapat melahirkan, tetapi tetap
memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dengan istri dalam kesehatan
reproduksi khususnya kesehatan ibu dan anak (MNPP, 2001).
Pada kenyataannya di Indonesia masih terjadi permasalahan adanya
ketimpangan gender baik dalam akses informasi maupun peran sehingga masih
adanya anggapan bahwa kesehatan reproduksi adalah urusan perempuan. Selama ini
pendampingan suami dalam proses persalinan dianggap aneh bahkan cenderung
suami tidak ingin tahu bagaimana penderitaan istri yang sedang berjuang dengan
penuh resiko dalam menghadapi persalinan.
Penelitian menunjukan bahwa calon ibu yang persalinannya didampingi oleh
suami lebih jarang mengalami depresi pasca persalinan dibandingkan yang tidak
didampingi. Penelitian lain terhadap 200 ibu melahirkan di rumah sakit yang berada
di 5 kota besar di Indonesia, diperoleh fakta sekitar 86,2% menyatakan perasaan
senang dan bahagia karena selama proses persalinan didampingi oleh suami dan
sisanya merasa senang bila didamping keluarga khususnya ibu kandung
(Aswiningrum, 2009). Pendamping terutama orang terdekat selama proses persalinan
ternyata dapat membuat persalinan menjadi lebih singkat, nyeri berkurang, robekan
jalan lahir lebih jarang serta nilai APGAR pun menjadi lebih baik (Iskandar, 2005).
Saat ini partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah,
masih banyak suami belum mampu menunjukkan dukungan penuh terhadap proses
persalinan, terdapat sekitar 68% persalinan di Indonesia tidak didampingi suami
selama proses persalinan (Cholil, 2002). Hubungan yang buruk dengan suami
berpengaruh dengan depresi dan penderitaan juga mood ibu hamil, hubungan yang
buruk ini selama kehamilan dapat meningkatkan resiko adanya gangguan mental
pada ibu hamil (Dennis & Ross. 2006).
Menurut Cholil (2002) peran suami menempati posisi yang penting dalam
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Hal ini didukung oleh berbagai
penemuan hasil penelitian tentang ciri-ciri kematian karena hamil dan bersalin
memperlihatkan ada kaitannya dengan peran dan dukungan suami. Untuk
mengurangi atau mengatasi kecemasan pada ibu hamil, dukungan tersebut dapat
berupa dukungan informasi, emosi, penilaian, dan instrumental (Astuti dkk, 2000).
Seorang wanita ditakdirkan dengan peran biologis yang mulia memiliki
keutamaan untuk dapat hamil dan melahirkan anak, sebagai penerus suatu generasi.
Proses kehamilan pada umumnya mendatangkan suatu kebahagiaan tersendiri bagi
wanita, karena telah merasa lengkap menjalani fungsi kewanitaan dalam hidupnya.
Namun tidak
jarang saat menghadapi persalinan seorang wanita (ibu hamil)
mengalami berbagai kecemasan. Ibu hamil, terutama pada kehamilan pertama dapat
mengalami berbagai perasaan yang bercampur aduk. Selain perasaan bahagia yang
tidak terlukiskan, juga kecemasan, kekhawatiran, takut karena ia belum pernah
mengalami proses tersebut. Ibu hamil dalam proses kehamilannya juga merasakan
kondisi tubuh yang lemah sehingga dapat memunculkan perasaan tertekan dan tidak
berdaya (Moordiningsih, 2001).
Kehamilan sering menimbulkan kecemasan, rasa takut, bingung,dan tidak
jarang menimbulkan stres berat, terutama pada primigravida (Sujiono, 2004).
Primigravida biasanya mengalami kekhawatiran dan kecemasan yang lebih daripada
multigravida (Al `atiq, 2002). Perubahan psikologis berupa rasa gembira bercampur
takut karena kelahiran telah dekat, kecemasan dengan apa yang akan terjadi pada saat
melahirkan dan apakah bayi yang akan lahir sehat (Solihah, 2005).
Carpenito (2000) mengatakan bahwa kecemasan ialah keadaan dimana
individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi
sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas,
nonspesifik. Menurut Walkinson (2006) kecemasan merupakan suatu keresahan,
perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah yang disertai dengan respons
autonomis, sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu,
perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Kecemasan dibedakan
dengan ketakutan, karena ketakutan merupakan respon terhadap hal-hal yang bersifat
riil atau nyata sedangkan kecemasan merupakan respon terhadap hal-hal yang belum
pasti atau tidak riil (Priest, 2009).
Kecemasan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rasa sakit atau
nyeri dalam persalinan. Selain itu kecemasan berpengaruh tidak baik pada his dan
lancarnya pembukaan serviks. Kondisi kejiwaan tersebut dapat menyebabkan
kelainan persalinan seperti timbulnya inersia uteri, partus lama dan perdarahan pasca
persalinan (Wiknjosastro, 2002). Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi
uterus melalui skresi kadar katekolami dan kortisol yang meningkat dan akibatnya
mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga mempengaruhi aktivitas uterus yang
tidak koordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama (Suryainsaf, 2007)
Menurut Sujiono (2004) apabila perasaan cemas tidak terkendali terutama
jika terjadi pada awal kehamilan maka akan menyebabkan peningkatan kegiatan
janin dan denyut jantung janin. Keadaan ini berbahaya bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Akibat yang sangat fatal yang ditimbulkan oleh kondisi psikis
ibu,
menyebabkan
ketidakteraturan
pertumbuhan
fisik
(deformity)
dan
keterbelakangan mental (mental retardation).
Apabila kecemasan terus berlanjut sampai periode kehamilan akhir
mengakibatkan kelahiran prematur (Sujiono, 2004). Menurut Sujiono (2004) efek
tekanan
emosi
yang
berlangsung
lama
selama
kehamilan
mempengaruhi
keseimbangan endokrin, maka kegelisahan dapat terus terbawa sampai periode
pascanatal dan mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan pascanatal. Bayi
akan menunjukkan hiperaktivitas, yang menghambat penyesuaian pada pola makan,
tidur, bayi menangis terus menerus. Demikian juga menurut Hasuki (2000) ibu hamil
yang mengalami kecemasan, stres yang berkepanjangan selama hamil cendrung
melahirkan bayi yang hiperaktif.
Kepedulian pemerintah dalam menurunkan AKI di Indonesia pada tahun
2000 dengan
merancangkan Making Pregnensi Safer (MPS) yang merupakan
strategi sektor kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang
sistematis dan terpadu. Salah satu strategi MPS adalah mendorong pemberdayaan
perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan dari strategi tersebut adalah
menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan
meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI,
2001).
Untuk meningkatkan kepedulian suami terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas
terutama meningkatkan kesadaran suami tentang pentingnya keterlibatan dan
dukungan dalam kehamilan istrinya, maka pemerintah membuat program Gerakan
Sayang Ibu (GSI) dalam hal ini pengorganisasian suami siaga yang bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian suami dengan meningkatkan kesadaran laki-laki tentang
pentingnya
keterlibatan
mereka
dalam
kehamilan
istrinya
(Kementrian
Pemberdayaan Perempuan RI, 2004).
Program pemerintah pada Desember 2006 dengan menyerukan Desa Siaga
diseluruh wilayah Indonesia. Desa siaga merupakan masyarakat tingkat desa yang
memiliki kemampuan dalam menemukan permasalahan yang ada, kemudian
merencanakan dan melakukan pemecahannya sesuai potensi yang dimilikinya, serta
selalu siap siaga dalam menghadapi masalah kesehatan, bencana, dan kegawat
daruratan. Pada tahun 2007 Depkes telah berhasil membentuk 50% dari total desa
yang ada telah memiliki status desa siaga. Pada tahun 2009, total 70.000 desa yang
ada di Indonesia telah memiliki desa siaga, dalam upaya menurunkan AKI, AKB
serta mengatasi masalah kesehatan lain (Depkes RI, 2010)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Temanggung pada
tanggal 24 Januari 2011 dari 10 orang ibu hamil primigravida terdapat 7 orang (70%)
yang menyatakan mengalami kecemasan karena kurangnya dukungan suami
trimester 3 akhir. Memperhatikan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil
primigravida trimester 3 akhir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan
tingkat kecemasan ibu hamil primigravida menjelang persalinan di RSUD
Temanggung.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan waktu
cross sectional. Populasi ibu hamil primigravida pada bulan Januari-Desember 2010
sejumlah 324 orang sehingga rata-rata ibu hamil primigravida yang melahirkan
setiap bulannya adalah 27 orang, oleh karena itu diprediksikan pada tahun 2011
populasinya hampir sama. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semua ibu primigravida trimester 3 di RSUD Temanggung
Penelitian ini menggunakan sistem Accisidental sampling, dengan cara
pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Besarnya
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10% dari 348 yaitu 33 orang.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur dukungan suami dan tingkat
kecemasan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Analisis data dengan mengkorelasikan data dari dua variabel berbentuk
ordinal by ordinal dengan menggunakan uji statistika korelasi yakni uji statistik
kendal tau.
Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik Responden Berdasarkan umur
Tabel 1
Disribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan umur
No.
1.
2.
3.
Umur
20-25 tahun
26-30 tahun
> 30 tahun
Total
F
18
13
2
33
%
54,5%
39,4%
6,1%
100%
Tabel 1. menunjukkan bahwa responden yang paling banyak berumur 20-25
tahun yaitu 18 orang (54,5%) sedangkan yang paling sedikit berumur lebih dari 30
tahun yaitu 2 orang (6,1%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 2
Disribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
1.
2.
3.
4.
Tingkat
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total
F
%
10
12
10
1
33
30,3%
36,4%
30,3%
3%
100%
Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP
yaitu 12 orang (36,4%) sedangkan yang paling sedikit berpendidikan PT yaitu 1
orang (3%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3
Disribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Pekerjaan
IRT
petani
PNS
swasta
wiraswasta
Total
F
16
6
1
3
7
33
%
48,5%
18,2%
3%
9,1%
21,2%
100%
Tabel 3. menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak
adalah IRT yaitu 16 orang (48,5%) sedangkan yang paling sedikit adalah PNS yaitu
1 orang (3%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Tabel 4
Disribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan
No.
1.
2.
Penghasilan
< 1 juta
1 juta ke atas
Total
F
25
8
33
%
75,8%
24,2%
100%
Tabel 4. menunjukkan bahwa responden yang paling banyak mempunyai
penghasilan keluarga kurang dari 1 juta yaitu 25 orang (75,8%) sedangkan yang
paling sedikit mempunyai penghasilan keluarga 1 juta ke atas yaitu 8 orang (24,2%).
Dukungan Suami
Tabel 5
Disribusi Frekuensi Dukungan Suami
No.
1.
2.
3.
Dukungan suami
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
F
11
16
6
33
%
33,3%
48,5%
18,2%
100%
Tabel 5. menunjukkan bahwa responden yang paling banyak mendapatkan
dukungan suami dengan kategori sedang yaitu 16 orang (48,5%) sedangkan yang
paling sedikit adalah mendapatkan dukungan suami dengan kategori rendah yaitu 6
orang (18,2%).
Dukungan suami yang tergolong sedang dapat disebabkan karena suami
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kehamilan. Pengetahuan tentang
kehamilan dapat diperoleh melalui buku dan tulisan mengetahui kehamilan. Dengan
banyak membaca buku dan tulisan mengenai kehamilan, hal-hal yang tidak jelas dan
membingungkan dapat teratasi dan makin mudah bagi suami untuk turut merasakan
yang diderita istri. Pengetahuan ini juga akan membuat proses kehamilan menjadi
lebih menarik bagi suami (Solihah, 2005). Menurut Cholil (2001) rendahnya
partisipasi suami dalam kehamilan ibu dikarenakan kurang mendapat informasi yang
berkaitan dengan masalah kehamilan.
Dukungan yang diberikan oleh suami kepada istrinya juga dapat disebabkan
karena pengalaman. Pengalaman seorang suami dari orang lain dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan akan berpengaruh positif terhadap dukungan yang
diberikan kepada istrinya (Solihah, 2005). Seorang suami dari ibu primigravida
belum dapat secara langsung berperan sebagai ayah yang ideal, karena kehamilan ini
merupakan sesuatu yang baru yang belum pernah dihadapi (Solihah, 2005).
Dukungan yang dapat diberikan suami kepada istrinya dapat berupa informasi
tentang kehamilan baik tanda bahaya kehamilan untuk dihindari Bantuan informasi
dengan membantu individu untuk menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian
masalah. Informasi dibutuhkan oleh ibu primigravida mengingat apa yang sedang
mereka jalani adalah hal baru dalam hidupnya (Astuti dkk, 2000).
Penelitian Puspitasari (2003) dengan judul partisipasi suami ibu hamil
primigravida dalam perawatan kehamilan di klinik Bhayangkara Surakarta tahun
2003 menunjukkan bahwa partisipasi suami ibu hamil primigravida dalam perawatan
kehamilan dengan kategori baik sejumlah 70%, cukup 26,67% dan kurang baik
3,33%.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat 6 orang (18,2%) yang
mendapatkan dukungan suami dengan kategori rendah. Suami yang memberikan
dukungan dengan kategori rendah kepada rendah kepada istrinya dapat disebabkan
karena ketidaktahuan peranan dukungan suami terhadap istrinya yang sedang
mengandung. Saat ini partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi masih sangat
rendah, masih banyak suami belum mampu menunjukkan dukungan penuh terhadap
proses persalinan, terdapat sekitar 68% persalinan di Indonesia tidak didampingi
suami selama proses persalinan (Cholil, 2002). Hubungan yang buruk dengan suami
berpengaruh dengan depresi dan penderitaan juga mood ibu hamil, hubungan yang
buruk ini selama kehamilan dapat meningkatkan resiko adanya gangguan mental
pada ibu hamil (Dennis & Ross. 2006).
Responden yang mendapatkan dukungan rendah dari suaminya akan
mempunyai
beban
psikologis
dan
emosional
yang
dapat
membahayakan
kehamilannya. Dukungan yang rendah dapat menimbulkan kecemasn pada ibu yang
sedang mengandung. Kecemasan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
rasa sakit atau nyeri dalam persalinan. Selain itu kecemasan berpengaruh tidak baik
pada his dan lancarnya pembukaan serviks. Kondisi kejiwaan tersebut dapat
menyebabkan kelainan persalinan seperti timbulnya inersia uteri, partus lama dan
perdarahan pasca persalinan (Wiknjosastro, 2002).
Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester 3
Tabel 6
Disribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester 3
No.
1.
2.
3.
Tingkat kecemasan ibu hamil
primigravida trimester 3
Ringan
Sedang
Berat
Total
F
%
12
14
7
33
54,3%
37,1%
8,6%
100%
Tabel 6. menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami
kecemasan sedang yaitu 14 orang (37,1%) sedangkan yang paling sedikit mengalami
kecemasan berat yaitu 7 orang (8,6%).
Kecemasan yang dialami responden dapat disebabkan karena responden yang
berpendidikan SMP yaitu 12 orang (36,4%) sebagaimana diperlihatkan tabel 6.
Pendidikan responden yang tergolong rendah berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan responden tentang kehamilan. Semakin rendah tingkat pendidikan
seseorang maka pengetahuan yang dimilikinya juga akan rendah. Menurut
Prawirohoesodo (2001) tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu sekolah dasar
(SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), digolongkan pendidikan rendah,
sekolah lanjutan tingkat atas dan perguruan akademik dan perguruan tinggi
digolongkan tinggi. Pengetahuan tentang kehamilan mempengaruhi tingkat
kecemasan ibu hamil primigravida (Sujiono, 2004).
Penelitian ini juga menyebutkan, terdapat 7 orang (8,6%) responden yang
mengalami kecemasan berat. Kecemasan berat yang dialami responden dapat
ditunjukkan dengan ketegangan otot, nafas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas, wajah merah dan pucat, takikardi, berkeringat, tangan terasa dingin,
diare, mulut kering, sering kencing, sulit menelan, rasa takut, sulit konsentrasi,
hipervigilance (siaga berlebihan), insomnia, libido turun, rasa mengganjal
ditenggorokan dan rasa mual diperut. Kecemasan berat secara fisiologis
menyebabkan terjadinya perubahan terhadap tingkat rasa takut yang dapat
berkembang menjadi ketakutan. Secara emosional menyebabkan konsep diri
terancam, merasa tidak berguna, tingkah laku tidak sesuai, banyak menggunakan
mekanisme koping, disorientasi, bingung, bahkan halusinasi.
Kecemasan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rasa sakit atau
nyeri dalam persalinan. Selain itu kecemasan berpengaruh tidak baik pada his dan
lancarnya pembukaan serviks. Kondisi kejiwaan tersebut dapat menyebabkan
kelainan persalinan seperti timbulnya inersia uteri, partus lama dan perdarahan pasca
persalinan (Wiknjosastro, 2002). Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi
uterus melalui skresi kadar katekolami dan kortisol yang meningkat dan akibatnya
mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga mempengaruhi aktivitas uterus yang
tidak koordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama (Suryainsaf, 2007)
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih
(2003) dengan judul
tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester 1 di
poliklinik kebidanan RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2003 hasil bahwa
61,9% ibu hamil primigravida mengalami kecemasan menghadapi kehamilan
terutama pada trimester 1. Dari 61,9% responden yang mengalami cemas terdapat
42,9% dengan kecemasan ringan, 14,3% dengan kecemasan sedang, dan 4,8%
kecemasan berat.
Menurut Sujiono (2004) apabila perasaan cemas tidak terkendali terutama
jika terjadi pada awal kehamilan maka akan menyebabkan peningkatan kegiatan
janin dan denyut jantung janin. Keadaan ini berbahaya bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Akibat yang sangat fatal yang ditimbulkan oleh kondisi psikis
ibu,
menyebabkan
ketidakteraturan
pertumbuhan
fisik
(deformity)
dan
keterbelakangan mental (mental retardation).
Hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida
trimester 3 di RSUD Temanggung.
Tabel 7
Disribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Hamil Primigravida Trimester 3 di RSUD Temanggung
No.
Kecemasan
Dukungan
1.
Tinggi
2.
Sedang
3.
Rendah
Total
Sumber : data primer 2011
Ringan
f
%
7
9,1
5 15,2
0
0
12 36,4
Sedang
f
%
3
9,1
11 33,3
0
0
14 42,4
Berat
f
%
1
3
0
0
6 18,2
7 21,2
Total
f
%
11 33,3
16 48,5
6 18,2
33 100
Tabel 7. menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan suami dengan
kategori sedang mengalami kecemasan sedang yaitu 11 orang (33,3%) dan yang
mendapatkan dukungan suami dengan kategori tinggi mengalami kecemasan berat
yaitu 1 orang (3%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai τ sebesar 0,587 dengan signifikansi (p)
0,000 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan
suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester 3 di RSUD
Temanggung.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa responden yang
mendapatkan dukungan suami dengan kategori sedang juga mengalami kecemasan
dengan kategori sedang dalam menjalani kehamilan trimester III. Dukungan yang
diberikan suami berpengaruh terhdap kecemasan ibu hamil terutama ibu
primigravida. Ibu primigravida yang kurang mendapatkan dukungan dari suaminya
lebih mudah mengalami kecemasan yang dapat menimbulkan depresi. Penelitian
menunjukan bahwa calon ibu yang persalinannya didampingi oleh suami lebih jarang
mengalami depresi pasca persalinan dibandingkan yang tidak didampingi. Penelitian
lain terhadap 200 ibu melahirkan di rumah sakit yang berada di 5 kota besar di
Indonesia, diperoleh fakta sekitar 86,2% menyatakan perasaan senang dan bahagia
karena selama proses persalinan didampingi oleh suami dan sisanya merasa senang
bila didamping keluarga khususnya ibu kandung (Aswiningrum, 2009). Pendamping
terutama orang terdekat selama proses persalinan ternyata dapat membuat persalinan
menjadi lebih singkat, nyeri berkurang, robekan jalan lahir lebih jarang serta nilai
APGAR pun menjadi lebih baik (Iskandar, 2005).
Salah satu dukungan suami yang dapat ditunjukkan adalah dukungan
emosional. Dukungan emosional yaitu sejauh mana individu merasa orang
disekitarnya memberikan perhatian, mendorong, serta membantu memecahkan
masalah yang dihadapi individu (Astuti dkk, 2000). Perhatian secara emosional yang
berupa kehangatan, kepedulian, dan empati yang diberikan oleh orang lain (Utami
dan Hasanat, 2001). Perhatian emosional dapat membuat ibu hamil merasa yakin
bahwa dirinya tidak seorang diri melewati kehamilan (Astuti dkk, 2000).
Dukungan emosional dapat ditunjukkan dengan perhatian istrinya untuk
mengkonsumsi tablet Fe. Dengan adanya perhatian dari suaminya, maka responden
lebih patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Penelitian Sulwati (2003) dengan judul
hubungan peran suami dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi di RS
Queen latifa gamping Sleman tahun 2003 menunjukkan bahwa ada hubungan yang
positif antara peran suami dan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi.
Penelitian ini juga didapatkan responden yang mendapatkan dukungan suami
dengan kategori tinggi mengalami kecemasan berat yaitu 1 orang (3%). Responden
yang mendapatkan dukungan suami dengan kategori tinggi namun mengalami
kecemasan berat dapat disebabkan karena kehamilan yang sekarang adalah
kehamilan yang pertama dan responden tidak mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang kehamilan. Meskipun responden mendapatkan dukungan yang
tinggi dari suaminya, namun ketidaktahuan tentang kehamilan menyebabkan
responden merasakan kehamilannya sebagai beban psikologis yang menimbulkan
kecemasan.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain Pengambilan data hanya
menggunakan kuesioner tanpa melakukan wawancara sehingga hasil yang diperoleh
masih belum maksimal.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: 1) Dukungan suami pada ibu hamil primigravida trimester 3 di
RSUD Temanggung dengan kategori sedang 16 orang (48,5%) sedangkan yang
mendapatkan dukungan suami dengan kategori rendah 6 orang (18,2%); Tingkat
kecemasan ibu hamil primigravida trimester 3 di RSUD Temanggung dengan
kategori sedang 14 orang (37,1%) sedangkan yang mengalami kecemasan berat 7
orang (8,6%); Hasil uji statistik didapatkan nilai τ sebesar 0,587 dengan signifikansi
(p) 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester 3 di
RSUD Temanggung
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat kepada 1) Bagi RSUD
Temanggung, Agar dapat menginformasi kepada suami atau keluarga responden
tentang pentingnya dukungan keluarga terutama suami terhadap istrinya yang sedang
hamil. Pemberian informasi dapat dilakukan dengan menyebarkan leaflet tentang
peranan dukungan suami terhadap istrinya yang sedang hamil; 2) Bagi suami
responden, Agar meningkatkan dukungan kepada istrinya yang sedang hamil
sehingga istrinya dapat menjalani masa kehamilan dan persalinannya dengan tenang
tanpa merasakan kecemasan. Dukungan sosial dapat dilakukan dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang yang lebih banyak daripada sebelum hamil
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Astuti, A. B., Santoso, S. W., Utami, M.H., 2000, Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Penyesuaian Diri Perempuan Pada Kehamilan Pertama, Jurnal
psikologi, Edisi Kedua, Hal 84-95, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta
Cholil, A., 200 , Penyelamat Kehidupan Gerakan Sayang Ibu di Indonesia, Galang
Communication, Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI., 1999. Upaya Akselerasi Penurunan Angka Kematian
Ibu, Departemen Kesehatan RI., Jakarta
Hasuki, I., 2000, Trauma Kehamilan dan Pengaruhnya Pada Janin, 28 Desember
2000, http://www.tabloid‐nakita.com.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI., 2004, Gerakan Sayang Ibu, KPPRI,
Jakarta
Musbikin, I., 2005. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan, Mitra Pustaka,
Yogyakarta
Prawirohusodo, S., 2001, Menejemen Stres dan Kecemasan, Kumpulan Makalah
Syimposium Stress dan Kecemasan, FK UGM, Yogyakarta
Ratnaningsih, 2003, Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester I di
poliklinik kebidanan RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2003,
Yogyakarta
Sholihah, L., 2005, Rahasia Hamil Sehat, Cetakan pertama , Diva Press, Yogyakarta
Sujiono, B., Sujiono, Y.n., 2004, Seri Mengembangkan potensi Anak Persiapan dan
Saat Kehamilan, Elex Media Komputindo, Jakarta
Wiknjosastro, H., 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Mitra, Jakarta
Download