Risk factors for the development of severe preeclampsia in general

advertisement
ISSN 2303-1433
FAKTOR RESIKO PREEKLAMPSIA BERAT DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DR. MOH. SOEWANDHI SURABAYA
Risk factors for the development of severe preeclampsia
in general hospital of Dr. Moh. Soewandhi Surabaya
Latifiyan Nurnaningtiyas Aminoto1, Setyawati Soeharto Karyono.2, Dina Dewi S. L. I.3
1
Program Magister Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
3
Program Magister Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
ABSTRACT
Severe preeclampsia is a problem that causes emergency, thus increasing morbidity and
maternal mortality. There are several risk factors that influence the occurrence of severe
preeclampsia. This study aimed to explore the risk factors associated with severe preeclampsia.
The study design is cross sectional. sample 64 respondents, divided into 32 severe
preeclampsia and mild preeclampsia 32 hospitals in the delivery room. dr. Moh. Soewandhi
Surabaya. Logistic regression analysis of the test, it was found that obesity and stress is a risk
factor that significantly affects the occurrence of severe preeclampsia.
Keywords : Risk factors, severe preeclampsia
Pendahuluan
waktu bersalin. Dimana penyebab kematian
Penyebab kematian maternal dan perinatal
terbesar
di negara maju dan berkembang adalah
27,27%
preeklampsia (Luealon, 2010).
Menurut
6,06% infeksi dan 15,47% kasus lain. Dari
WHO, sekitar 585.000 ibu meninggal per
persentase yang didapatkan, 60% wanita
tahun saat hamil atau bersalin, dimana
preeklampsia terjadi di Surabaya (Rahaju,
58,1%
oleh
2012). Berdasarkan laporan dari rekam
preeklampsia dan eklampsia (Manuaba,
medis, wanita yang datang untuk bersalin Di
2007). Menurut Ghulmiyyah (2012), Dari
RSUD. dr. Moh. Soewandhi Surabaya
63.000 wanita yang meninggal di Asia,
dengan
Afrika,
Karibia,
eklampsia rata-rata sebanyak 45 wanita tiap
preeklampsia atau eklamsia berkontribusi
bulannya pada tahun 2012. Sedangkan
sebesar 9% terhadap kematian wanita tiap
pada
tahunnya.
mengalami
Preeklampsia juga merupakan penyebab
Januari
utama kematian ibu di Jawa Timur. Jumlah
februari 54 kunjungan.
Kematian
Preeklampsia
diantaranya
Amerika
Maternal
dikarenakan
Latin
dan
sebesar 627 kasus
adalah
29,35%
preeklampsia,
diagnosa
tahun
15,47%
jantung,
preeklampsia
2013,
jumlah
peningkatan,
sebanyak
perdarahan,
53
tersebut
dimana
bulan
kunjungan
merupakan
dan
dan
gangguan
dengan rincian 48,17% pada masa nifas,
multisistem yang mengancam nyawa ibu
22,49% kematian masa hamil, dan 29,35%
dan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
janin
(Steegers,
2010).
Namun,
32
ISSN 2303-1433
mekanisme penyebab pre-eklampsia tetap
preeklampsia berat yaitu paritas, riwayat
tidak sepenuhnya dipahami. Para peneliti
hipertensi, riwayat diabetes, obesitas dan
mengemukakan
stress
bahwa
preeklamsia
dikaitkan dengan kegagalan invasi trofoblas
METODE
dari arteri spiralis ibu, yang menyebabkan
Pada penelitian ini menggunakan desain
peningkatan resistensi pembuluh darah dari
cross
arteri rahim dan penurunan aliran darah
consecutive sampling dengan kriteria inklusi
uteroplasenta (Sibai, 2005). Manifestasi
ibu nifas yang bersedia menjadi responden
klinis yang muncul yaitu hipertensi dan
dan merupakan pasien rujukan dan kriteria
protein urin (Querini, 2007), edema, nyeri
inklusi ibu dengan gemeli.
kepala, dan nyeri epigastrum (Jhaveri,
Desain ini menelaah hubungan antara
2009).
faktor
sectional.
risiko
Subyek
yaitu
dipilih
paritas,
secara
riwayat
sudah
hiperrtensi, riwayat diabetes, obesitas dan
dilaksanakan dalam menurunkan angka
stress sebagai variabel bebas dengan
kematian
variabel dependent preeklampsia berat..
Usaha
pemerintah
ibu
yang
meliputi
pelayanan
antenatalcare, deteksi dini untuk ibu dengan
Sebanyak 64 sampel yang terbagi menjadi
risiko komplikasi kehamilan, pertolongan
32 preeklampsia berat dan 32 responden
persalinan oleh tenaga kesehatan, dan
dengan
pelayanan
dalam
bertempat di ruang bersalin RSUD. dr. Moh.
menjalankan program tersebut diperlukan
Soewandhi Surabaya. Pada bulan juni
koordinasi yang baik dengan bidan dan
sampai juli 2013.
puskesmas
2011).
Analisis data meliputi analisis deskriptif dan
Meskipun faktor risiko yang mempengaruhi
uji hipotesis. Data kategorik dinyatakan
terjadinya preeklampsia telah banyak diteliti
dengan destribusi frekuensi. Uji hipotesis
di
masih
variabel dilakukan dengan menggunakan
bertentangan. Beberapa penelitian telah
regresi logistik dengan nilai p dianggap
dilakukan untuk menemukan faktor risiko
bermakna
preeklampsia pada populasi Asia. Terdapat
dinyatakan dengan nilai odd ratio (OR),
perbedaan yang signifikan dalam prevalensi
dinyatakan sebagai faktor risiko bila OR>1.
faktor risiko di Asia dibandingkan dengan
Analisis
etnis lainnya (Luealon, 2010) seperti halnya
analisis regresi logistik dengan metode
di Indonesia yang kaya akan suku bangsa.
enter.
Terutama di Surabaya yang merupakan
HASIL PENELITIAN
kota
suku
Telah diperoleh data studi dokumentasi
pendatang, baik yang berasal dari dalam
selama Juni sampai Juli 2013 didapatkan
maupun luar negeri.
sampel penelitian 64 sampel terdiri dari 32
Tujuan dari penelitian ini untuk memprediksi
preeklampsia berat dan 32 preeklampsia
faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
ringan. Karakteristik subyek meliputi usia,
nifas,
beberapa
besar
yang
setempat
negara,
dengan
mana
(Rahaju,
hasilnya
berbagai
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
preeklampsia
bila
<0,05.
multivariat
ringan
Besar
dilakukan
yang
risiko
dengan
33
ISSN 2303-1433
pendidikan terakhir dan pekerjaan. Dari
Preeklampsia berat lebih banyak dialami
hasil penelitian didapatkan preeklampsia
oleh ibu tanpa adanya riwayat diabetes
berat lebih banyak dialami pada ibu dengan
yaitu 22 responden (34,4 %). Sama halnya
usia 20-35 tahun yaitu 17 responden
dengan
(26,6%).
dengan
besar dialami oleh ibu tidak memiliki riwayat
preeklampsia ringan, yang menunjukkan
penyakit diabetes, sebanyak 28 responden
bahwa
preeklampsia
(43,8 %). Preeklampsia berat lebih banyak
ringan, sebagian besar dialami oleh ibu
dialami oleh ibu dengan tingkat stress tinggi
dengan usia >35 dan 20-35 tahun masing-
yaitu 23 responden (35,9 %). Berbeda
masing sebanyak 15 responden (23,4%).
dengan
Preeklampsia
besar dialami oleh ibu dengan tingkat stress
Sama
usia
ibu
halnya
dengan
berat
dan
preeklampsia
ringan lebih banyak dialami oleh ibu dengan
preeklampsia
preeklampsia
ringan,
ringan,
sebagian
sebagian
tinggi, sebanyak 27 responden (42,2 %)
pendidikan terakhir SD masing-masing 28
Tabel 1
responden (43,8%) dan 29 responden
Hasil Analisis Bivariat Regresi Logistik
Sederhana
(45,3). Preeklampsia beratb lebih banyak
dialami oleh ibu rumah tangga yaitu sebesar
28
responden
dengan
(43,8%).
preeklampsia
Sama
ringan,
halnya
sebagian
besar dialami oleh ibu rumah tangga,
Variabel
Paritas
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes
Obesitas
Stress
P value
0,611
0,071
0,066
0,002
0,001
sebanyak 30 responden (46,9%).
Kejadian preeklampsia berat lebih banyak
dialami
oleh
ibu
multipara
yaitu
18
responden (28,1 %). Sama halnya dengan
preeklampsia
ringan,
sebagian
besar
Dari hasil analisa bivariat diatas, didapatkan
hasil bahwa variabel yang memiliki nilai p
<0,25 adalah riwayat hipertensi (0,071),
riwayat diabetes (0,066), obesitas (0.002)
dan stress (0,001).
Tabel 2
dialami oleh ibu multipara yaitu sebanyak
20 responden (31,2 %). Sebagian besar ibu
Hasil Analisis Multivariat Tahap Pertama
dengan preeklampsia berat memiliki riwayat
hipertensi
yaitu
16
responden
(25%).
Preeklampsia ringan lebih banyak dialami
oleh
ibu
yang
tidak
memiliki
riwayat
penyakit hipertensi yaitu 23 responden
Variabel
Riwayat
hipertensi
Riwayat
diabetes
Obesitas
Stress
P
0.984
OR
1.014
0.306
0.417
0.018
0.001
4.799
10.497
(35,9%).
Preeklampsia berat lebih banyak dialami
oleh
ibu
dengan
obesitas
yaitu
22
responden (34,4 %). Sebaliknya dengan
preeklampsia
ringan,
sebagian
besar
dialami oleh ibu normal (tidak obesitas),
sebanyak
22
responden
(34,4
%).
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
34
ISSN 2303-1433
Tabel 3
pada
Hasil Analisis Multivariat Tahap Kedua
P value
0.303
0.018
0.011
Variabel
Riwayat Diabetes
obesitas
Stress
OR
0.418
4.8
10.442
wanita
yang
mengalami
aborsi,
memiliki perlindungan yang lemah. Hal ini
dikaitkan
dengan
adanya
mekanisme
imunologi terhadap paparan antigen janin
yang dimiliki ibu pada kehamilan pertama.
Kekebalan tubuh didapatkan jika kehamilan
Tabel 6
berikutnya terjadi dengan ayah yang sama.
Hasil Analisis Multivariat Tahap Ketiga
P value
0.025
0.001
Variabel
obesitas
Stress
OR
4.186
12.598
Berdasarkan dari analisis regresi logistik,
dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan
antara
paritas
preeklampsia
Berdasarkan
hasil
analisis
multivariat
multipara
dengan
berat.
dan
kejadian
Wanita
dengan
primipara
memiliki
diatas, dapat diketahui bahwa variabel yang
kemungkinan untuk terjadi preeklampsia
memiliki hubungan dengan preeklampsia
berat. Penelitian sebelumnya oleh Rozikhan
berat yaitu obesitas dan stress. Obesitas
(2007)
memiliki kekuatan hubungan OR= 4.186,
merupakan faktor resiko yang memiliki
artinya ibu yang mengalami obesitas akan
peran pada kejadian preeklampsia berat.
memiliki kemungkinan 4.186 kali untuk
Dari data yang diperoleh dapat dibuktikan
terjadi preeklampsia berat jika dibandingkan
tidak ada keterkaitan antara kelahiran yang
dengan ibu yang normal. Stress memiliki
pernah dialami oleh seseorang dengan
kekuatan hubungan (OR) = 12.598, artinya
kejadian
ibu yang mengalami stress tinggi memiliki
tidakterbukti adanya efek perlindungan yang
kemungkinan terjadi preeklampsia berat
didapatkan dari kehamilan sebelumnya.
sebesar 12.598 kali dibandingkan dengan
Hasil
ibu yang mengalami stress ringan
sependapat dengan penelitian sebelumnya
Pembahasan
dikarenakan oleh adanya faktor resiko lain
Hubungan Antara Paritas dengan
yang lebih dominan yaitu stress yang
Preeklampsia Berat
dialami oleh ibu dengan anak lebih dari satu
Langelo (2012) menjelaskan bahwa paritas
dan bertambahnya berat badan ibu yang
adalah jumlah anak yang diakdung dan
tidak terkontrol sehingga terjadi obesitas.
dilahirkan oleh seorang wanita. Kehamilan
Selain itu, wanita yang pernah mengandung
pertama (primipara) memiliki resiko lebih
dan
tinggi
mengalami
untuk
terjadi
gangguan
selama
menyatakan
bahwa
preeklampsia
penelitian
yang
melahirkan
primipara
berat
didapat
sebelumnya
penurunan
dan
tidak
akan
vaskularisasi.
kehamilan dan nifas seperti preeklampsia
Desidua mengalami atropi akibat persalinan
berat. Menurut Saftlas (2003), wanita yang
sebelumnya
hamil akan memberikan efek perlindungan
plasenta
terhadap
menganggu fungsi yang akan berdampak
pada
terjadinya
kehamilan
preeklampsia
berikutnya,
berat
sehingga
tidak
cukup,
aliran
hal
darah
ini
ke
dapat
sedangkan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
35
ISSN 2303-1433
pada gangguan pertumbuhan janin dan
tidak mengetahui jika mengalami hipertensi
preeklampsia berat (Wiknjosastro, 2005).
sebelum
Hubungan Antara Riwayat Hipertensi
riwayat hipertensi sebelum hamil tidak
Dengan Preeklampsia berat
mengalami
Bagian
dari
otak
yang
mengontrol
hamil.
Wanita
yang
preeklampsia
memiliki
dikarenakan
adanya kewaspadaan yang lebih tinggi
mekanisme konstriksi dan ralaksasi adalah
dengan
medulla, disebut dengan pusat vasomotor.
sehingga lebih bisa menjaga pola hidup
Dari pusat vasomotor ini, bermula jaras
agar
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
Sedangkan
korda spinalis dan keluar dari kolumna
memiliki tekanan darah normal, kurang
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
berhati-hati
dan
tubuhnya hingga terjadi preeklampsia berat.
abdomen.
Rangsangan
pusat
kondisi
kondisi
yang
tekanan
wanita
mereka
darahnya
yang
dalam
alami,
stabil.
sebelumnya
menjaga
kondisi
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
Hubungan Antara Riwayat Diabetes
yang bergerak ke bawah melalui system
dengan Preeklampsia Berat
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
Sekresi insulin oleh kelenjar pankreas yang
ini,
tidak adekuat menyebabkan
neuron
preganglion
melepaskan
terjadinya
asetilkolin, yang akan merangsang serabut
peningkatan
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
Laune, 2002). Hiperglikemia yang terjadi
dimana dengan dilepaskannya norepineprin
dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
menimbulkan komplikasi yang bersifat akut
(Brunner & Suddarth, 2002 ).
maupun kronis (Holt et al, 2010). Salah
Berdasarkan dari penelitian ini, didapatkan
satunya
hasil bahwa tidak ada hubungan antara
dengan adanya glomerulosklerosis yang
riwayat hipertensi dengan preeklampsia
mengakibatkan
berat. Penelitian ini sama dengan penelitian
glomerulus,
sebelumnya oleh Rozikhan (2007), yang
gagal
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
Mekanisme yang
antara
hubungan diabetes melitus dengan penyakit
riwayat
hipertensi
dengan
kadar glukosa darah
adalah
nefropati
ginjal
berhubungan
penurunan
proteinuria,
(Reich
laju
filtrasi
hipertensi
et
al,
dan
2008).
menjelaskan tentang
preeklampsia berat. Pendapat Lowe (2008)
jantung
didukung oleh Agudelo (2000), menyatakan
tekanan darah dan efek dari metabolisme
bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor
seperti hiperinsulinemia dan hiperglikemia
resiko
(Gholap, 2011).
yang
berperan
dalam
kejadian
adalah
(De
adanya
peningkatan
preeklampsia berat.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
Hasil penelitian yang diperoleh berbeda
dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak
dengan penelitian sebelumnya,
adanya hubungan yang signifikan antara
hal ini
dikarenakan adanya faktor resiko lain yang
riwayat
lebih dominan. Selain itu, sebanyak 60%
preeklampsia berat. Hasil ini sama dengan
responden
penelitian
menyatakan
bahwa
meraka
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
diabetes
yang
dengan
sebelumnya
kejadian
pernah
36
ISSN 2303-1433
dilakukan
oleh
Rozikhan
(2007)
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
menyebutkan bahwa diabetes melitus tidak
dilakukan, didapatkan hasil bahwa adanya
merupakan
yang
hubungan yang signifikan antara obesitas
preeklampsia
yang dialami oleh ibu dengan preeklampsia
faktor
mempengaruhi
risiko
terjadinya
berat.
berat. Obesitas yang dialami oleh ibu hamil
Data yang didapatkan berbeda dengan
merupakan
faktor
penelitian sebelumnya, karena wanita hamil
berperan
dalam
dengan
lebih
preeklampsia. Dimana ibu dengan obesitas
kondisi
memiliki resiko 4 kali mengalami obesitas
Hal ini dikarenakan adanya
dibandingkan dengan ibu yang memiliki
pengalaman dan kemampuan mengontrol
indeks masa tubuh normal. Penelitian ini
pola hidupnya agar kondisi tubuh n janinnya
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sehat. Wanita yang mengalami diabetes
oleh Clausen (2006) di Norwegia dan Asim
melitus bisa lebih rutin memeriksakan diri
(2010)
selama kehamilan, selain melihat kondisi
menyatakan bahwa kelebihan berat badan
janin juga melakukan pemeriksaan gula
pada wanita hamil
darah secara berkala, sehingga dapat
risiko
menurunkan angka kejadian preeklampsia
berkembang menjadi preeklamsia berat
berat. Kondisi gula darah normal, lebih
sampai
sering membuat wanita kurang waspada
meningkatkan
berbagai
dan cenderung untuk tidak memeriksakan
kehamilan
dapat
kadar gula darah mereka saat hamil.
kondisi kegawatdaruratan
Hubungan antara obesitas dengan
juga meningkatkan risiko kematian, baik
kejadian preeklampsia berat
saat maternal maupun prenatal.
Obesitas dapat diartikan sebagai akumulasi
Berdasarkan dari data hasil wawancara
lemak abnormal pada tubuh seseorang
yang telah dilakukan dan catatan dari
yang terjadi karena asupan energi yang
antenatal
melebihi pengeluaran kalori. Kondisi ini juga
obesitas sebagian besar sudah memiliki
dipengaruhi
berat badan yang berlebih sebelum hamil.
diabetes
berrhati-hati
tubuhnya.
dalam
oleh
melitus
akan
menjaga
faktor
genetik,
di
resiko
proses
Kacachi
hipertensi
care,
ibu
Hospital
Pakistan,
dapat meningkatkan
yang
Kondisi
ini
akan
akan
komplikasi
berakibat
pada
ibu dan janin
yang
mengalami
metabolisme endokrin, faktor psikologis dan
Kelebihan
budaya. Wanita dengan obesitas memiliki
dikarenakan
risiko tinggi mengalami hipertensi dalam
makanan
kehamilan (Oken, 2007). Obesitas dapat
makanan ringan. Kebiasaan mengkonsumsi
mengakibatkan komplikasi pada kehamilan
makanan yang tidak sehat seperti makanan
dan persalinan seperti diabetes gestasional,
siap saji seperti mie, nugget, dan sozzis.
hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia,
Responden lebih sering beli makanan jika
kematian janin (Beaten, 2001), kematian
dibandingkan dengan masak sendiri di
neonatal, dan cacat lahir (Watkins, 2003).
rumah. Dimana makanan yang di jual bebas
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
berat
sangat
terjadinya
kehamilan
eklampsia.
yang
yang
badan
kebiasaan
yang
berlebih
tersebut,
mengkonsumsi
dan
makan
37
ISSN 2303-1433
banyak mengandung bahan-bahan yang
terjadi
tidak
vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
aman
buat
kesehatan,
baik
itu
penurunan
sensitivitas
pewarna, pengawet, pemutih dan pemanis
peningkatan
buatan. Kebiasaan ini dikarenakan pasien
langsung meningkatkan curah jantung dan
mengalami
tekanan darah.
kondisi
mual,
tubuh
muntah,
dan
penurunan
ketidakmampuan
besar
terhadap
volume
darah
Berdasarkan dari hasil wawancara
yang
memakan makanan tertentu pada trimester
telah dilakukan, di dapatkan keterangan
pertama. Saat mendekati trimester ketiga,
bahwa semua responden mengakui dan
responden
mengerti bahwa mengalami stress, namun
secara
berlebihan
mengkonsumsi makanan berlemak
dan
tidak bisa mengontrolnya sendiri. Semua
rendah serat.
responden
Hubungan antara tingkat stress dengan
hipertensi yang dialaminya karena stress
kejadian preeklampsia berat
yang dirasakannya saat hamil dan menuju
Proses
patofisiologi
seperti
disfungsi
mengatakan
dari
stres
kecerdasan
dapat
meningkatkan
kondisi
persalinan. Penyebab stress yang berasal
endotel, aktivasi respon inflammatori dan
oksidatif
bahwa
ibu
itu
sendiri
emosional
dan
oleh
kecerdasan
terjadinya preeklampsia (Roberts, 2003).
spiritual
Bukti terbaru menunjukkan bahwa sitokin
Sebagian
ikut berpengaruh dalam stres oksidatif yang
keterlambatan persalinan yang dialami oleh
terkait dengan hipertensi dalam kehamilan
ibu tersebut meningkatkan stress yang
(Ghabel,
mekanisme
dirasakan oleh ibu, ditambah juga dengan
neuroendokrin manusia, stres berkorelasi
kekhawatiran akan kondisi janin saat terlalu
positif dengan tingkat adrenocorticotropin
lama berada di dalam kandungan.
hormone (ACTH) dan kortisol, sedangkan
Selain kondisi ibu itu sendiri, lingkungan
dukungan sosial yang tinggi berkorelasi
juga ikut menentukan peningkatan stress
negatif dengan ACTH dan kortisol (Fortner,
yang dirasakan oleh ibu hamil. Seperti
2009).
kebutuhan hidup yang semakin meningkat
2003).
Stress
menyebabkan
Pada
emosi
yang
peningkatan
terjadi
pelepasan
corticotropic-releasing
hormone
oleh
yang
hipothalamus,
(CRH)
kemudian
dari
dipengaruhi
dimana
ibu
tidak
peningkatan
masing-masing
individu.
menyatakan
bahwa
diikuti
dengan
penghasilan
dari
adanya
suami
maupun diri sendiri. Berdasarkan data juga
menyebabkan peningkatan kortisol. Efek
bisa
kortisol
tubuh
ketergantungan ekonomi yang tinggi pada
untuk berespons terhadap semua stresor
penghasilan suami, dimana 90% responden
dengan meningkatkan respons simpatis,
merupakan ibu rumah tangga . Kondisi
termasuk respons yang ditujukan untuk
ekonomi ini juga merupakan penyebab
meningkatkan
adalah
mempertahankan
mempersiapkan
curah
tekanan
di
ketahui
bahwa
tingkat
jantung
dan
kecemasan dari responden saat hamil
darah.
Pada
dengan anak yang telah dimilikinya lebih
wanita dengan preeklamsia/eklamsia, tidak
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
dari satu.
38
ISSN 2303-1433
Sebagian besar responden (40%) masih
Masalah keperawatan yang muncul pada
tinggal serumah dengan mertua atau orang
responden
tua, dimana dalam satu rumah ada lebih
kebutuhan tubuh dan mekanisme koping.
dari
yang
Menurut Wiedenbach, inti dari pemberian
memungkinkan terjadi peningkatan stress
asuhan keperawatan adalah pengalaman
saat terjadi ketidakcocokan dengan anggota
individu. Kondisi individu sebelum terjadinya
keluarga lain yang beragam. Selain konflik
penyakit merupakan acuan utama dalam
dengan mertua, orang tua, dan saudara
pemberian asuhan keperawatan. Hal ini
lainnya,
menjadi
satu
kepala
responden
keluarga
juga
ada
yang
adalah
pedoman
nutrisi
bagi
perawat
bermasalah dengan suami mereka sendiri.
mengatasi
Responden
suami
mengidentifikasi
faktor
akan
mempengaruhi
terrjadinya
yang
memiliki
temperamen
cenderung
mengakibatkan
peningkatan
stress.
masalah
lebih
pasien
dari
untuk
dengan
resiko
yang
preeklampsia
berat. Faktor resiko ditentukan dengan
Responden mengaku hampir setiap hari
mmengidentifikasi,
bertengkar dengan suami mereka karena
memvalidasi. Setelah didapatkan hasilnya,
ketidakcocokan
maka bisa dipublikasikan dengan semua
dan
tidak
terpenuhinya
pencatatan
dan
harapan.
tenaga medis supaya dapat berkolaborasi
Semua responden tidak bisa tidur saat
dalam
menunggu persalinan dan bisa tidur dengan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
nyenyak setelah terjadi persalinan. Hal ini
bahwa faktor resiko yang mempengaruhi
dikarenakan program dari rumah sakit untuk
terjadinya preeklampsia adalah obesitas
membatasi jam besuk dan jumlah keluarga
dan stress (Parker, 2010)
yang bisa bertemu dengan responden
Berdasarkan
selama waktu perawatan. Responden juga
Wiedenbach, tindakan keperawatan yang
mengaku bisa tidur dengan nyenyak dan
bisa
terasa lebih tenang saat bayi mereka sudah
memberikan motivasi
dilahirkan
individu
dengan
selamat.
Mereka
mengatasi
masalah
teori
diberikan
pada
untuk
responden.
keperawatan
pasien
dengan
dan memfasilitasi
berupaya
mengatasi
mengaku merasakan rasa ngantuk dan
masalahnya. Saat seseorang mengalami
kelelahan setelah melahirkan bayinya.
stress,
Peran Perawat
dalam diri sendiri untuk mengatasinya.
Weidenbach menjelaskan bahwa prinsip
Kecerdasan emosional dan spiritual dalam
keperawatan yang bisa dilakukan pada
diri seseorang bisa dioptimalkan untuk
pasien
menurunkan stress yang dialami meraka,
dengan
maternitas
kegawatdaruratan
kemampuan
dengan demikian diperlukan kemampuan
aplikasinya
perawat “nursing art” dalam memberikan
menggunakan pedoman need for help.
asuhan keperawatan. Prinsip need for help
Masalah
diterapkan
art
yang
utama
berat)
adanya
yaitu
nursing
(preeklampsia
diperlukan
dalam
yang
muncul
pada
responden adalah obesitas dan stress.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
keperawatan
dalam
pada
memberikan
preeklampsia
asuhan
berat,
39
ISSN 2303-1433
dimana
pasien
membutuhkan
perawat
dalam
mengatasi
bantuan
masalahnya
(Parker, 2010).
KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
faktor resiko yang dominan mempengaruhi
terjadinya preeklampsia berat yaitu obesitas
dan stress yang dialami oleh responden. Ibu
dengan obesitas memiliki resiko 4 kali untuk
terjadi preeklampsia berat jika dibandingkan
pada ibu yang tidak obesitas dan keadaa
stress tinggi yang dialami menyumbangkan
12
kali
kemungkinan
preeclampsia
berat.
untuk
Variabel
terjadi
paritas,
riwayat hipertensi dan riwayat diabetes tidak
merupakan
mempengaruhi
faktor
terjadinya
resiko
yang
preeklampsia
berat.
DAFTAR PUSTAKA
Agudelo A., Belizan J. (2001). Risk Factors
for Pre-Eclampsia in Large Cohort of
Latin American and Caribbean Women,
BJOG. 107 (1): 75-83.
Beaten JM, Bukusi EA, Lambe M. (2001).
Pregnancy complications and utcomes
in overweight and obese nulliparous
women. Am J Public Health, 91, 436-40
De laune, C.S., Ladner, K.P. (2002).
Fundamentals of nursing. Standard &
practice. Second Edition. New York : D
elmar Thomson Learning. Inc.
Clausen T, Oyen N, Henriksen T. (2006).
Pregnancy complications by overweight
And residential area:a prospective
study of an urban Norwegian cohort.
Acta
Obstet
Gynecol
Scand
2006;85:526-33.
Fortner Shannon. (2009). Modifable Risk
Factors for Hypertensive Disorders of
Pregnancy Among Latina Women.
Public
Health
Biostatistics
and
Epidemiology
.
University
of
Massachusets Amherst.
Ghabel M, Mohamadalizade S, Mahdavi R.
(2003). Comparing the Condition of
Nutrition
in Pre-eclampsia and
Normotensive
Pregnant
Women.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
Journal of Mashhad School of Nursing
& Midwifery, 5, 1-8.
Ghulmiyyah L, Sibai B. (2012). Maternal
mortality from preeclampsia/eclampsia.
Sem Perinatol, 36,56–59.
Jhaveri K. D. Aelion A. Wanchoo R. (2009).
Pre-eclampsia presenting as
hyponatremia:
an
uncommon
presentation of pre-eclampsia in a twin
pregnancy-a case report and review of
the literature. Clinical Nephrology, 72, 6
(492-496).
Langelo W. (2012). Faktor Resiko Kejadian
Preeklampsia Di RSKD Ibu dan Anak
Siti Fatimah Makassar. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Lowe S. A., Brown M. A., Dekker G., Gatt
S., McLintock C., McMahon L,et all.
(2008).
Guidelines
For
The
Management Of Hypertensive disorders
Of Pregnancy 2008. Society Of
Obstetric Medicine of Australia and new
Zealand.
Luealon P., Phupong V . (2010). Risk
Factors of Preeclampsia in Thai
Women. J. Med Assoc Thai, 93, 6.
Oken E, Ning Y, Rifas-Shiman SL, RichEdwards JW, Olsen SF, et al. (2007).
Diet during pregnancy and
risk of
preeclampsia
or
gestational
hypertension. Ann Epidemiol 17: 663668.
Parker M. E., Smith, M. C. (2010). Nursing
theories
and
nursing
practice.
Philadelphia :F. A. Davis Company
Querini. (2007). Signals of cell death and
tissue turnover during physiological
pregnancy,
pre-eclampsia,
and
autoimmunity. , 40(4), 290–294
Rahaju Budi. (2012). Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur.
Reich, H.N. et al. (2008). Decreased glomer
ular and tubular expression of ACE2
in patients with type 2 diabetes and kidne
y disease. Kidney International, 74: 16101616.
Roberts JM, Pearson G, Cutler J,
Lindheimer M (2003). Summary of the
NHLBI Working Group on Research on
Hypertension
During
Pregnancy.
Hypertension, 41, 437-445.
40
Download