ISSN 2303-1433 FAKTOR RESIKO PREEKLAMPSIA BERAT DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOH. SOEWANDHI SURABAYA Risk factors for the development of severe preeclampsia in general hospital of Dr. Moh. Soewandhi Surabaya Latifiyan Nurnaningtiyas Aminoto1, Setyawati Soeharto Karyono.2, Dina Dewi S. L. I.3 1 Program Magister Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 3 Program Magister Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ABSTRACT Severe preeclampsia is a problem that causes emergency, thus increasing morbidity and maternal mortality. There are several risk factors that influence the occurrence of severe preeclampsia. This study aimed to explore the risk factors associated with severe preeclampsia. The study design is cross sectional. sample 64 respondents, divided into 32 severe preeclampsia and mild preeclampsia 32 hospitals in the delivery room. dr. Moh. Soewandhi Surabaya. Logistic regression analysis of the test, it was found that obesity and stress is a risk factor that significantly affects the occurrence of severe preeclampsia. Keywords : Risk factors, severe preeclampsia Pendahuluan waktu bersalin. Dimana penyebab kematian Penyebab kematian maternal dan perinatal terbesar di negara maju dan berkembang adalah 27,27% preeklampsia (Luealon, 2010). Menurut 6,06% infeksi dan 15,47% kasus lain. Dari WHO, sekitar 585.000 ibu meninggal per persentase yang didapatkan, 60% wanita tahun saat hamil atau bersalin, dimana preeklampsia terjadi di Surabaya (Rahaju, 58,1% oleh 2012). Berdasarkan laporan dari rekam preeklampsia dan eklampsia (Manuaba, medis, wanita yang datang untuk bersalin Di 2007). Menurut Ghulmiyyah (2012), Dari RSUD. dr. Moh. Soewandhi Surabaya 63.000 wanita yang meninggal di Asia, dengan Afrika, Karibia, eklampsia rata-rata sebanyak 45 wanita tiap preeklampsia atau eklamsia berkontribusi bulannya pada tahun 2012. Sedangkan sebesar 9% terhadap kematian wanita tiap pada tahunnya. mengalami Preeklampsia juga merupakan penyebab Januari utama kematian ibu di Jawa Timur. Jumlah februari 54 kunjungan. Kematian Preeklampsia diantaranya Amerika Maternal dikarenakan Latin dan sebesar 627 kasus adalah 29,35% preeklampsia, diagnosa tahun 15,47% jantung, preeklampsia 2013, jumlah peningkatan, sebanyak perdarahan, 53 tersebut dimana bulan kunjungan merupakan dan dan gangguan dengan rincian 48,17% pada masa nifas, multisistem yang mengancam nyawa ibu 22,49% kematian masa hamil, dan 29,35% dan Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 janin (Steegers, 2010). Namun, 32 ISSN 2303-1433 mekanisme penyebab pre-eklampsia tetap preeklampsia berat yaitu paritas, riwayat tidak sepenuhnya dipahami. Para peneliti hipertensi, riwayat diabetes, obesitas dan mengemukakan stress bahwa preeklamsia dikaitkan dengan kegagalan invasi trofoblas METODE dari arteri spiralis ibu, yang menyebabkan Pada penelitian ini menggunakan desain peningkatan resistensi pembuluh darah dari cross arteri rahim dan penurunan aliran darah consecutive sampling dengan kriteria inklusi uteroplasenta (Sibai, 2005). Manifestasi ibu nifas yang bersedia menjadi responden klinis yang muncul yaitu hipertensi dan dan merupakan pasien rujukan dan kriteria protein urin (Querini, 2007), edema, nyeri inklusi ibu dengan gemeli. kepala, dan nyeri epigastrum (Jhaveri, Desain ini menelaah hubungan antara 2009). faktor sectional. risiko Subyek yaitu dipilih paritas, secara riwayat sudah hiperrtensi, riwayat diabetes, obesitas dan dilaksanakan dalam menurunkan angka stress sebagai variabel bebas dengan kematian variabel dependent preeklampsia berat.. Usaha pemerintah ibu yang meliputi pelayanan antenatalcare, deteksi dini untuk ibu dengan Sebanyak 64 sampel yang terbagi menjadi risiko komplikasi kehamilan, pertolongan 32 preeklampsia berat dan 32 responden persalinan oleh tenaga kesehatan, dan dengan pelayanan dalam bertempat di ruang bersalin RSUD. dr. Moh. menjalankan program tersebut diperlukan Soewandhi Surabaya. Pada bulan juni koordinasi yang baik dengan bidan dan sampai juli 2013. puskesmas 2011). Analisis data meliputi analisis deskriptif dan Meskipun faktor risiko yang mempengaruhi uji hipotesis. Data kategorik dinyatakan terjadinya preeklampsia telah banyak diteliti dengan destribusi frekuensi. Uji hipotesis di masih variabel dilakukan dengan menggunakan bertentangan. Beberapa penelitian telah regresi logistik dengan nilai p dianggap dilakukan untuk menemukan faktor risiko bermakna preeklampsia pada populasi Asia. Terdapat dinyatakan dengan nilai odd ratio (OR), perbedaan yang signifikan dalam prevalensi dinyatakan sebagai faktor risiko bila OR>1. faktor risiko di Asia dibandingkan dengan Analisis etnis lainnya (Luealon, 2010) seperti halnya analisis regresi logistik dengan metode di Indonesia yang kaya akan suku bangsa. enter. Terutama di Surabaya yang merupakan HASIL PENELITIAN kota suku Telah diperoleh data studi dokumentasi pendatang, baik yang berasal dari dalam selama Juni sampai Juli 2013 didapatkan maupun luar negeri. sampel penelitian 64 sampel terdiri dari 32 Tujuan dari penelitian ini untuk memprediksi preeklampsia berat dan 32 preeklampsia faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ringan. Karakteristik subyek meliputi usia, nifas, beberapa besar yang setempat negara, dengan mana (Rahaju, hasilnya berbagai Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 preeklampsia bila <0,05. multivariat ringan Besar dilakukan yang risiko dengan 33 ISSN 2303-1433 pendidikan terakhir dan pekerjaan. Dari Preeklampsia berat lebih banyak dialami hasil penelitian didapatkan preeklampsia oleh ibu tanpa adanya riwayat diabetes berat lebih banyak dialami pada ibu dengan yaitu 22 responden (34,4 %). Sama halnya usia 20-35 tahun yaitu 17 responden dengan (26,6%). dengan besar dialami oleh ibu tidak memiliki riwayat preeklampsia ringan, yang menunjukkan penyakit diabetes, sebanyak 28 responden bahwa preeklampsia (43,8 %). Preeklampsia berat lebih banyak ringan, sebagian besar dialami oleh ibu dialami oleh ibu dengan tingkat stress tinggi dengan usia >35 dan 20-35 tahun masing- yaitu 23 responden (35,9 %). Berbeda masing sebanyak 15 responden (23,4%). dengan Preeklampsia besar dialami oleh ibu dengan tingkat stress Sama usia ibu halnya dengan berat dan preeklampsia ringan lebih banyak dialami oleh ibu dengan preeklampsia preeklampsia ringan, ringan, sebagian sebagian tinggi, sebanyak 27 responden (42,2 %) pendidikan terakhir SD masing-masing 28 Tabel 1 responden (43,8%) dan 29 responden Hasil Analisis Bivariat Regresi Logistik Sederhana (45,3). Preeklampsia beratb lebih banyak dialami oleh ibu rumah tangga yaitu sebesar 28 responden dengan (43,8%). preeklampsia Sama ringan, halnya sebagian besar dialami oleh ibu rumah tangga, Variabel Paritas Riwayat hipertensi Riwayat diabetes Obesitas Stress P value 0,611 0,071 0,066 0,002 0,001 sebanyak 30 responden (46,9%). Kejadian preeklampsia berat lebih banyak dialami oleh ibu multipara yaitu 18 responden (28,1 %). Sama halnya dengan preeklampsia ringan, sebagian besar Dari hasil analisa bivariat diatas, didapatkan hasil bahwa variabel yang memiliki nilai p <0,25 adalah riwayat hipertensi (0,071), riwayat diabetes (0,066), obesitas (0.002) dan stress (0,001). Tabel 2 dialami oleh ibu multipara yaitu sebanyak 20 responden (31,2 %). Sebagian besar ibu Hasil Analisis Multivariat Tahap Pertama dengan preeklampsia berat memiliki riwayat hipertensi yaitu 16 responden (25%). Preeklampsia ringan lebih banyak dialami oleh ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi yaitu 23 responden Variabel Riwayat hipertensi Riwayat diabetes Obesitas Stress P 0.984 OR 1.014 0.306 0.417 0.018 0.001 4.799 10.497 (35,9%). Preeklampsia berat lebih banyak dialami oleh ibu dengan obesitas yaitu 22 responden (34,4 %). Sebaliknya dengan preeklampsia ringan, sebagian besar dialami oleh ibu normal (tidak obesitas), sebanyak 22 responden (34,4 %). Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 34 ISSN 2303-1433 Tabel 3 pada Hasil Analisis Multivariat Tahap Kedua P value 0.303 0.018 0.011 Variabel Riwayat Diabetes obesitas Stress OR 0.418 4.8 10.442 wanita yang mengalami aborsi, memiliki perlindungan yang lemah. Hal ini dikaitkan dengan adanya mekanisme imunologi terhadap paparan antigen janin yang dimiliki ibu pada kehamilan pertama. Kekebalan tubuh didapatkan jika kehamilan Tabel 6 berikutnya terjadi dengan ayah yang sama. Hasil Analisis Multivariat Tahap Ketiga P value 0.025 0.001 Variabel obesitas Stress OR 4.186 12.598 Berdasarkan dari analisis regresi logistik, dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara paritas preeklampsia Berdasarkan hasil analisis multivariat multipara dengan berat. dan kejadian Wanita dengan primipara memiliki diatas, dapat diketahui bahwa variabel yang kemungkinan untuk terjadi preeklampsia memiliki hubungan dengan preeklampsia berat. Penelitian sebelumnya oleh Rozikhan berat yaitu obesitas dan stress. Obesitas (2007) memiliki kekuatan hubungan OR= 4.186, merupakan faktor resiko yang memiliki artinya ibu yang mengalami obesitas akan peran pada kejadian preeklampsia berat. memiliki kemungkinan 4.186 kali untuk Dari data yang diperoleh dapat dibuktikan terjadi preeklampsia berat jika dibandingkan tidak ada keterkaitan antara kelahiran yang dengan ibu yang normal. Stress memiliki pernah dialami oleh seseorang dengan kekuatan hubungan (OR) = 12.598, artinya kejadian ibu yang mengalami stress tinggi memiliki tidakterbukti adanya efek perlindungan yang kemungkinan terjadi preeklampsia berat didapatkan dari kehamilan sebelumnya. sebesar 12.598 kali dibandingkan dengan Hasil ibu yang mengalami stress ringan sependapat dengan penelitian sebelumnya Pembahasan dikarenakan oleh adanya faktor resiko lain Hubungan Antara Paritas dengan yang lebih dominan yaitu stress yang Preeklampsia Berat dialami oleh ibu dengan anak lebih dari satu Langelo (2012) menjelaskan bahwa paritas dan bertambahnya berat badan ibu yang adalah jumlah anak yang diakdung dan tidak terkontrol sehingga terjadi obesitas. dilahirkan oleh seorang wanita. Kehamilan Selain itu, wanita yang pernah mengandung pertama (primipara) memiliki resiko lebih dan tinggi mengalami untuk terjadi gangguan selama menyatakan bahwa preeklampsia penelitian yang melahirkan primipara berat didapat sebelumnya penurunan dan tidak akan vaskularisasi. kehamilan dan nifas seperti preeklampsia Desidua mengalami atropi akibat persalinan berat. Menurut Saftlas (2003), wanita yang sebelumnya hamil akan memberikan efek perlindungan plasenta terhadap menganggu fungsi yang akan berdampak pada terjadinya kehamilan preeklampsia berikutnya, berat sehingga tidak cukup, aliran hal darah ini ke dapat sedangkan Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 35 ISSN 2303-1433 pada gangguan pertumbuhan janin dan tidak mengetahui jika mengalami hipertensi preeklampsia berat (Wiknjosastro, 2005). sebelum Hubungan Antara Riwayat Hipertensi riwayat hipertensi sebelum hamil tidak Dengan Preeklampsia berat mengalami Bagian dari otak yang mengontrol hamil. Wanita yang preeklampsia memiliki dikarenakan adanya kewaspadaan yang lebih tinggi mekanisme konstriksi dan ralaksasi adalah dengan medulla, disebut dengan pusat vasomotor. sehingga lebih bisa menjaga pola hidup Dari pusat vasomotor ini, bermula jaras agar saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke Sedangkan korda spinalis dan keluar dari kolumna memiliki tekanan darah normal, kurang medulla spinalis ganglia simpatis di toraks berhati-hati dan tubuhnya hingga terjadi preeklampsia berat. abdomen. Rangsangan pusat kondisi kondisi yang tekanan wanita mereka darahnya yang dalam alami, stabil. sebelumnya menjaga kondisi vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls Hubungan Antara Riwayat Diabetes yang bergerak ke bawah melalui system dengan Preeklampsia Berat saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik Sekresi insulin oleh kelenjar pankreas yang ini, tidak adekuat menyebabkan neuron preganglion melepaskan terjadinya asetilkolin, yang akan merangsang serabut peningkatan saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, Laune, 2002). Hiperglikemia yang terjadi dimana dengan dilepaskannya norepineprin dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan konstriksi pembuluh darah menimbulkan komplikasi yang bersifat akut (Brunner & Suddarth, 2002 ). maupun kronis (Holt et al, 2010). Salah Berdasarkan dari penelitian ini, didapatkan satunya hasil bahwa tidak ada hubungan antara dengan adanya glomerulosklerosis yang riwayat hipertensi dengan preeklampsia mengakibatkan berat. Penelitian ini sama dengan penelitian glomerulus, sebelumnya oleh Rozikhan (2007), yang gagal menyatakan bahwa tidak ada hubungan Mekanisme yang antara hubungan diabetes melitus dengan penyakit riwayat hipertensi dengan kadar glukosa darah adalah nefropati ginjal berhubungan penurunan proteinuria, (Reich laju filtrasi hipertensi et al, dan 2008). menjelaskan tentang preeklampsia berat. Pendapat Lowe (2008) jantung didukung oleh Agudelo (2000), menyatakan tekanan darah dan efek dari metabolisme bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor seperti hiperinsulinemia dan hiperglikemia resiko (Gholap, 2011). yang berperan dalam kejadian adalah (De adanya peningkatan preeklampsia berat. Berdasarkan dari hasil penelitian yang Hasil penelitian yang diperoleh berbeda dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak dengan penelitian sebelumnya, adanya hubungan yang signifikan antara hal ini dikarenakan adanya faktor resiko lain yang riwayat lebih dominan. Selain itu, sebanyak 60% preeklampsia berat. Hasil ini sama dengan responden penelitian menyatakan bahwa meraka Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 diabetes yang dengan sebelumnya kejadian pernah 36 ISSN 2303-1433 dilakukan oleh Rozikhan (2007) Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah menyebutkan bahwa diabetes melitus tidak dilakukan, didapatkan hasil bahwa adanya merupakan yang hubungan yang signifikan antara obesitas preeklampsia yang dialami oleh ibu dengan preeklampsia faktor mempengaruhi risiko terjadinya berat. berat. Obesitas yang dialami oleh ibu hamil Data yang didapatkan berbeda dengan merupakan faktor penelitian sebelumnya, karena wanita hamil berperan dalam dengan lebih preeklampsia. Dimana ibu dengan obesitas kondisi memiliki resiko 4 kali mengalami obesitas Hal ini dikarenakan adanya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengalaman dan kemampuan mengontrol indeks masa tubuh normal. Penelitian ini pola hidupnya agar kondisi tubuh n janinnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan sehat. Wanita yang mengalami diabetes oleh Clausen (2006) di Norwegia dan Asim melitus bisa lebih rutin memeriksakan diri (2010) selama kehamilan, selain melihat kondisi menyatakan bahwa kelebihan berat badan janin juga melakukan pemeriksaan gula pada wanita hamil darah secara berkala, sehingga dapat risiko menurunkan angka kejadian preeklampsia berkembang menjadi preeklamsia berat berat. Kondisi gula darah normal, lebih sampai sering membuat wanita kurang waspada meningkatkan berbagai dan cenderung untuk tidak memeriksakan kehamilan dapat kadar gula darah mereka saat hamil. kondisi kegawatdaruratan Hubungan antara obesitas dengan juga meningkatkan risiko kematian, baik kejadian preeklampsia berat saat maternal maupun prenatal. Obesitas dapat diartikan sebagai akumulasi Berdasarkan dari data hasil wawancara lemak abnormal pada tubuh seseorang yang telah dilakukan dan catatan dari yang terjadi karena asupan energi yang antenatal melebihi pengeluaran kalori. Kondisi ini juga obesitas sebagian besar sudah memiliki dipengaruhi berat badan yang berlebih sebelum hamil. diabetes berrhati-hati tubuhnya. dalam oleh melitus akan menjaga faktor genetik, di resiko proses Kacachi hipertensi care, ibu Hospital Pakistan, dapat meningkatkan yang Kondisi ini akan akan komplikasi berakibat pada ibu dan janin yang mengalami metabolisme endokrin, faktor psikologis dan Kelebihan budaya. Wanita dengan obesitas memiliki dikarenakan risiko tinggi mengalami hipertensi dalam makanan kehamilan (Oken, 2007). Obesitas dapat makanan ringan. Kebiasaan mengkonsumsi mengakibatkan komplikasi pada kehamilan makanan yang tidak sehat seperti makanan dan persalinan seperti diabetes gestasional, siap saji seperti mie, nugget, dan sozzis. hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia, Responden lebih sering beli makanan jika kematian janin (Beaten, 2001), kematian dibandingkan dengan masak sendiri di neonatal, dan cacat lahir (Watkins, 2003). rumah. Dimana makanan yang di jual bebas Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 berat sangat terjadinya kehamilan eklampsia. yang yang badan kebiasaan yang berlebih tersebut, mengkonsumsi dan makan 37 ISSN 2303-1433 banyak mengandung bahan-bahan yang terjadi tidak vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga aman buat kesehatan, baik itu penurunan sensitivitas pewarna, pengawet, pemutih dan pemanis peningkatan buatan. Kebiasaan ini dikarenakan pasien langsung meningkatkan curah jantung dan mengalami tekanan darah. kondisi mual, tubuh muntah, dan penurunan ketidakmampuan besar terhadap volume darah Berdasarkan dari hasil wawancara yang memakan makanan tertentu pada trimester telah dilakukan, di dapatkan keterangan pertama. Saat mendekati trimester ketiga, bahwa semua responden mengakui dan responden mengerti bahwa mengalami stress, namun secara berlebihan mengkonsumsi makanan berlemak dan tidak bisa mengontrolnya sendiri. Semua rendah serat. responden Hubungan antara tingkat stress dengan hipertensi yang dialaminya karena stress kejadian preeklampsia berat yang dirasakannya saat hamil dan menuju Proses patofisiologi seperti disfungsi mengatakan dari stres kecerdasan dapat meningkatkan kondisi persalinan. Penyebab stress yang berasal endotel, aktivasi respon inflammatori dan oksidatif bahwa ibu itu sendiri emosional dan oleh kecerdasan terjadinya preeklampsia (Roberts, 2003). spiritual Bukti terbaru menunjukkan bahwa sitokin Sebagian ikut berpengaruh dalam stres oksidatif yang keterlambatan persalinan yang dialami oleh terkait dengan hipertensi dalam kehamilan ibu tersebut meningkatkan stress yang (Ghabel, mekanisme dirasakan oleh ibu, ditambah juga dengan neuroendokrin manusia, stres berkorelasi kekhawatiran akan kondisi janin saat terlalu positif dengan tingkat adrenocorticotropin lama berada di dalam kandungan. hormone (ACTH) dan kortisol, sedangkan Selain kondisi ibu itu sendiri, lingkungan dukungan sosial yang tinggi berkorelasi juga ikut menentukan peningkatan stress negatif dengan ACTH dan kortisol (Fortner, yang dirasakan oleh ibu hamil. Seperti 2009). kebutuhan hidup yang semakin meningkat 2003). Stress menyebabkan Pada emosi yang peningkatan terjadi pelepasan corticotropic-releasing hormone oleh yang hipothalamus, (CRH) kemudian dari dipengaruhi dimana ibu tidak peningkatan masing-masing individu. menyatakan bahwa diikuti dengan penghasilan dari adanya suami maupun diri sendiri. Berdasarkan data juga menyebabkan peningkatan kortisol. Efek bisa kortisol tubuh ketergantungan ekonomi yang tinggi pada untuk berespons terhadap semua stresor penghasilan suami, dimana 90% responden dengan meningkatkan respons simpatis, merupakan ibu rumah tangga . Kondisi termasuk respons yang ditujukan untuk ekonomi ini juga merupakan penyebab meningkatkan adalah mempertahankan mempersiapkan curah tekanan di ketahui bahwa tingkat jantung dan kecemasan dari responden saat hamil darah. Pada dengan anak yang telah dimilikinya lebih wanita dengan preeklamsia/eklamsia, tidak Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 dari satu. 38 ISSN 2303-1433 Sebagian besar responden (40%) masih Masalah keperawatan yang muncul pada tinggal serumah dengan mertua atau orang responden tua, dimana dalam satu rumah ada lebih kebutuhan tubuh dan mekanisme koping. dari yang Menurut Wiedenbach, inti dari pemberian memungkinkan terjadi peningkatan stress asuhan keperawatan adalah pengalaman saat terjadi ketidakcocokan dengan anggota individu. Kondisi individu sebelum terjadinya keluarga lain yang beragam. Selain konflik penyakit merupakan acuan utama dalam dengan mertua, orang tua, dan saudara pemberian asuhan keperawatan. Hal ini lainnya, menjadi satu kepala responden keluarga juga ada yang adalah pedoman nutrisi bagi perawat bermasalah dengan suami mereka sendiri. mengatasi Responden suami mengidentifikasi faktor akan mempengaruhi terrjadinya yang memiliki temperamen cenderung mengakibatkan peningkatan stress. masalah lebih pasien dari untuk dengan resiko yang preeklampsia berat. Faktor resiko ditentukan dengan Responden mengaku hampir setiap hari mmengidentifikasi, bertengkar dengan suami mereka karena memvalidasi. Setelah didapatkan hasilnya, ketidakcocokan maka bisa dipublikasikan dengan semua dan tidak terpenuhinya pencatatan dan harapan. tenaga medis supaya dapat berkolaborasi Semua responden tidak bisa tidur saat dalam menunggu persalinan dan bisa tidur dengan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nyenyak setelah terjadi persalinan. Hal ini bahwa faktor resiko yang mempengaruhi dikarenakan program dari rumah sakit untuk terjadinya preeklampsia adalah obesitas membatasi jam besuk dan jumlah keluarga dan stress (Parker, 2010) yang bisa bertemu dengan responden Berdasarkan selama waktu perawatan. Responden juga Wiedenbach, tindakan keperawatan yang mengaku bisa tidur dengan nyenyak dan bisa terasa lebih tenang saat bayi mereka sudah memberikan motivasi dilahirkan individu dengan selamat. Mereka mengatasi masalah teori diberikan pada untuk responden. keperawatan pasien dengan dan memfasilitasi berupaya mengatasi mengaku merasakan rasa ngantuk dan masalahnya. Saat seseorang mengalami kelelahan setelah melahirkan bayinya. stress, Peran Perawat dalam diri sendiri untuk mengatasinya. Weidenbach menjelaskan bahwa prinsip Kecerdasan emosional dan spiritual dalam keperawatan yang bisa dilakukan pada diri seseorang bisa dioptimalkan untuk pasien menurunkan stress yang dialami meraka, dengan maternitas kegawatdaruratan kemampuan dengan demikian diperlukan kemampuan aplikasinya perawat “nursing art” dalam memberikan menggunakan pedoman need for help. asuhan keperawatan. Prinsip need for help Masalah diterapkan art yang utama berat) adanya yaitu nursing (preeklampsia diperlukan dalam yang muncul pada responden adalah obesitas dan stress. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 keperawatan dalam pada memberikan preeklampsia asuhan berat, 39 ISSN 2303-1433 dimana pasien membutuhkan perawat dalam mengatasi bantuan masalahnya (Parker, 2010). KESIMPULAN Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor resiko yang dominan mempengaruhi terjadinya preeklampsia berat yaitu obesitas dan stress yang dialami oleh responden. Ibu dengan obesitas memiliki resiko 4 kali untuk terjadi preeklampsia berat jika dibandingkan pada ibu yang tidak obesitas dan keadaa stress tinggi yang dialami menyumbangkan 12 kali kemungkinan preeclampsia berat. untuk Variabel terjadi paritas, riwayat hipertensi dan riwayat diabetes tidak merupakan mempengaruhi faktor terjadinya resiko yang preeklampsia berat. DAFTAR PUSTAKA Agudelo A., Belizan J. (2001). Risk Factors for Pre-Eclampsia in Large Cohort of Latin American and Caribbean Women, BJOG. 107 (1): 75-83. Beaten JM, Bukusi EA, Lambe M. (2001). Pregnancy complications and utcomes in overweight and obese nulliparous women. Am J Public Health, 91, 436-40 De laune, C.S., Ladner, K.P. (2002). Fundamentals of nursing. Standard & practice. Second Edition. New York : D elmar Thomson Learning. Inc. Clausen T, Oyen N, Henriksen T. (2006). Pregnancy complications by overweight And residential area:a prospective study of an urban Norwegian cohort. Acta Obstet Gynecol Scand 2006;85:526-33. Fortner Shannon. (2009). Modifable Risk Factors for Hypertensive Disorders of Pregnancy Among Latina Women. Public Health Biostatistics and Epidemiology . University of Massachusets Amherst. Ghabel M, Mohamadalizade S, Mahdavi R. (2003). Comparing the Condition of Nutrition in Pre-eclampsia and Normotensive Pregnant Women. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013 Journal of Mashhad School of Nursing & Midwifery, 5, 1-8. Ghulmiyyah L, Sibai B. (2012). Maternal mortality from preeclampsia/eclampsia. Sem Perinatol, 36,56–59. Jhaveri K. D. Aelion A. Wanchoo R. (2009). Pre-eclampsia presenting as hyponatremia: an uncommon presentation of pre-eclampsia in a twin pregnancy-a case report and review of the literature. Clinical Nephrology, 72, 6 (492-496). Langelo W. (2012). Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin. Lowe S. A., Brown M. A., Dekker G., Gatt S., McLintock C., McMahon L,et all. (2008). Guidelines For The Management Of Hypertensive disorders Of Pregnancy 2008. Society Of Obstetric Medicine of Australia and new Zealand. Luealon P., Phupong V . (2010). Risk Factors of Preeclampsia in Thai Women. J. Med Assoc Thai, 93, 6. Oken E, Ning Y, Rifas-Shiman SL, RichEdwards JW, Olsen SF, et al. (2007). Diet during pregnancy and risk of preeclampsia or gestational hypertension. Ann Epidemiol 17: 663668. Parker M. E., Smith, M. C. (2010). Nursing theories and nursing practice. Philadelphia :F. A. Davis Company Querini. (2007). Signals of cell death and tissue turnover during physiological pregnancy, pre-eclampsia, and autoimmunity. , 40(4), 290–294 Rahaju Budi. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Reich, H.N. et al. (2008). Decreased glomer ular and tubular expression of ACE2 in patients with type 2 diabetes and kidne y disease. Kidney International, 74: 16101616. Roberts JM, Pearson G, Cutler J, Lindheimer M (2003). Summary of the NHLBI Working Group on Research on Hypertension During Pregnancy. Hypertension, 41, 437-445. 40