BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari harta perusahaan dalam bentuk barang yang ditujukan untuk dijual maupun untuk di proses lebih lanjut sebelum dijual. Pengertian persediaan mengemukakan definisi yang didalam beberapa kepustakaan berbeda meski maksud yang umumnya terkandung didalamnya hampir sama. Ikatan Akuntan Indonesia, (No. 14, paragraf 03), mendefinisikan Persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah aktiva: 1. Tersedia untuk dijual dalam usaha kegiatan normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau 3. Dalam bentuk badan/perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi/pembenahan jasa Sedangkan Wiwin Rahmanti ( 2004 : 129 ) memberi pengertian sebagai berikut: Persediaan adalah aktiva yang dimiliki perusahaan untuk dijual atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam proses produksi pembuatan barang. Dari pengertian persediaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan usaha normal, apakah itu merupakan jenis persediaan barang jadi, barang dalam produksi atau bahan baku. Ketiga jenis persediaan tersebut berfungsi sebagai barang yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi ataupun langsung diperdagangkan tergantung dari jenis perusahaan yang bersangkutan. Ketentuan suatu barang digolongkan sebagai persediaan adalah tergantung pada tujuan perusahaan untuk memiliki atau untuk memperlakukannya, sebab persediaan pada suatu perusahaan belum tentu sebagai persediaan pada perusahaan lain. Menurut Soemarso S.R ( 2002 : 384 ) pengertian persediaan adalah sebagai berikut: Pengertian persediaan barang dagang ( merchandise inventory ) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi. Dari berbagai macam pendapat yang telah dikemukakan diatas tentang arti atau istilah persediaan. Pada dasarnya persediaan mempermudahkan atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang hams dilakukan berturutturut untuk memproduksi barang-barang yang selanjutnya disampaikan kepada konsumen. Tetapi walau bagaimanapun pentingnya persediaan yang dibutuhkan perusahaan, persediaan hams dikendalikan sesuai pemakaian kebutuhan yang sesuai dikarenakan persediaan juga merupakan salah satu bagian dari harta perusahaan yang memerlukan investasi yang cukup besar. 1. Jenis Persediaan Jenis persediaan sering juga disebut dengan istilah keluaran produk (product output), dimana hampir setiap orang mengidentifikasikan secara cepat sebagai persediaan. Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengolahan yang berbeda. Soemarso S.R ( 2002 : 171 ) mengemukakan tentang jenis-jenis persediaan yaitu: a. Persediaan Bahan Baku ( Raw Materials Stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber aJam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melakukan beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi (finished goods ). b. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli ( purchased parts/komponents stock ) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan Iain, yang dapat secara langsung diassembling dengan pars lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. c. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan ( supplies stock ) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses ( work in process/progress stock ) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembaii untuk kemudian menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksinya memang sampai disitu saja. Mungkin pula barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang akan memproses menjadi barang jadi. Jadi pengertian dari barang setengah jadi atau barang dalam proses adalah merupakan barangbarang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih merupakan proses lebih lanjut lagi di pabrik itu sehingga menjadi barang jadi yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen atau pelanggan. e. Persediaan barang jadi ( finished goods stock ) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan siap untuk dijual. Biayabiaya yang meliputi pembuatan produk selesai ini terdiri dari biaya bahan baku, upah buruh langsung, serta biaya overhead yang berhubungan dengan produk tersebut. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan dapat dibedakan menurut jenisnya dilihat dari bentuk perusahaannya, yaitu sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur (industri atau pabrikan), jenis persediaannya: 1) Bahanmentah 2) Barang dalam proses 3) Barang jadi b. Perusahaan dagang, jenis persediaannya : 1) Barang jadi 2) Barang konsinyasi 2. Fungsi Persediaan Menurut Eddy Herjanto (2001 : 220) fungsi persediaan dibedakan menjadi: a. Fluctuation Stock Merupakan persediaan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi jika kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang. b. Anticipation Stock Merupakan jenis persediaan untuk mengahadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan kemungkinan sukarnya ini juga diperoleh dimaksudkan untuk bahan sehingga baku menjaga tidak mengakibatkan terhentinya produksi. c. Lot-Size Inventory. Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang ( potongan kuantitas ) karena pembelian dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan perunit yang lebih rendah. d. Pipeline Inventory. Merupakan persediaan dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang dikirim dari pabrik ke tempat penjual, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu. 3. Macam-macam Biaya Persediaan Menurut Eddy Herjanto ( 2001 : 219 ) menjelaskan persediaan adalah: Bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tnjuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan metah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi atau suku cadang. Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik, kekurangan dapat berakibat larinya pelanggan sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran proses produksi. Untuk pengambilan keputusan penentu jumlah besamya persediaan, perlu dipertimbangkan biaya-biaya variabelnya. Menurut Eddy Herjanto ( 2001 : 225 ) unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi tiga : 10 a. Biaya pemesanan ( ordering costs ) adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanaan bahan/barang sejak dari penempatan, pemesanan sampai terjadinya barang digudang. Biaya pemesanan ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang tersebut, yang dapat mencakup biaya administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan vendor/pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan barang. Biaya pemesanan tidak bergantung pada jumlah yang dipesan, tetapi bergantung dari berapa kali pesanan dilakukan. Dalam kegitan produksi, biaya ini sering disebut sebagai set up cost, yaitu biaya yang diperlukan untuk menyiapkan mesin-mesin atau proses manufaktur dari suatu rencan produksi. b. Biaya penyimpanan ( carrying costs ) adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini, antara lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana pergudangan, biaya listrik, biaya modal yang tertanam kerusakan. dalam kehilangan persediaan, atau biaya penyusutan asuransi barang ataupun selama biaya dalam penyimpanan. Biaya modal merupakan komponen biaya penyimpanan yang terbesar, baik itu berupa biaya bunga kalau modal berasal dari pinjaman maupun biaya oportunitas apa bila modalnya milik sendiri. Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai 11 presentase dari nilai rata-rata persediaan pertahun dan dalam bentuk rupiah pertahun perunit barang. c. Biaya kekurangan persediaan ( shortage costs ) adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata ( nil ), melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Termasuk dalam biaya ini antara lain semua biaya kesempatan yang timbul karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses, biaya administrasi tambahan, biaya tertundanya penerimaan keuntungan, bahkan biaya kehilangan pelanggan. B. Sistem Pencatatan Persediaan Pencatatan memegang peranan penting dalam sistem pencatatan persediaan, karena pencatatan merupakan bentuk dokumentasi tertulis dari suatii transaksi yang akan memberikan informasi untuk pemecahan masalah dalam pengelolaan persediaan. Disamping itu berguna dalam membantu kegiatan yang dilakukan manajemen untuk mempermudah pekerjaan menjadi efektif dan efisien berdasarkan laporan yang tersusun dengan baik dan relevan. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield ( 2002 : 446 ), ada 2 metode yang sering digunakan oleh perusahaan dalam kegitan usahanya yaitu: 12 1. Sistem perpetual Menurut sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system), catatan yang berkelanjutan dicerminkan dalam penjualan akun (pengeluaran) menyangkut persediaan. barang perubahan Yaitu, dicatat persediaan semua pembelian dan secara langsung ke akun Persediaan pada saat terjadi. Karakteristik dari akun perpetual adalaah : a. Pembelian barang dagangan untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke Persediaan dan bukan Pembelian. b. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian dicatat dalam Persediaan bukan dalam akun terpisah. c. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit Persediaan. d. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di tangan. Sistem persediaan perpetual menyediakan catatan yang berkenjutan tentang saldo baik dalam akun Persediaan maupun akun Harga Pokok Penjualan. 13 Menurut sistem pencatatan yang terkomputerisasi, penambahan dan pengeluaran persediaan dapat dicatat hampir secara langsung. Naiknya popularitas dan kemampuan perangkat lunak (software) akuntansi yang terkomputerisasi telah membuat sistem perpetual menjadi hemat biaya (efektif biaya) bagi banyak jenis perusahaan. Pencatatan penjualan dengan pemindai optik pada register kas telah dipadukan ke dalam sistem akuntasi perpetual dibanyak toko ritel. Untuk mengilustrasikan sistem persediaan perpetual, asumsikan bahwa Fesmeire Company memiliki transaksi-transaksi berikut selama tahun berjalan. Persediaan awal 100 unit @ $ 6 - $ 600 Pembelian 900 unit @ $ 6 = $5,400 Penjualan Persediaan akhir 600 400 unit unit @ @ $ 12 $ 6 = = $7,200 $2,400 Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah : Sistem Persediaan Perpetual 1 Persediaan awal, 100 unit @ 6 : Akun persediaan memperlihatkan persediaan ditangan senilai $ 600 2 Pembelian900unit®6 Persediaan 5.400 Hutang usaha 3 5.400 Penjualan 60 unti @ 12 Piutang usaha 7.200 Penjualan Hargapokokpenjual (600 @6) 7.200 3.600 persediaan 4 3.600 Ayat jurnal akhir periode untuk akun persediaan, 400 unti @ 6 : Tidak diperlukan ayat jurnal, akun persediaan memperlihatkan saldo akhir sebesar $2,400 ($600 + $5,400 - $3,600) 14 2. Sistem periodik Menurut sistem persediaan periodik (periodic inventory system), kuantitas persediaan di tangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya. secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntasi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntasi ditambahkan ke biaya persediaan ditangan pada awal periode untuk menentukan tota biaya barang yang akan tersedia untuk dijual selama peride berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir untuk menentukan harga pokok penjualan. Perhatikan bahwa dalam sistem persediaan periodik, harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada hasil perhitungan persediaan akhir secara fisik. Untuk mengilustrasikan sistem persediaan periodik, dapat digunakan contoh soal Fesmeire Company seperti pada sistem persediaan perpetual dengan transaksi-transaksi berikut selama tahun berjalan. Persediaan awal 100 unit @ $ 6 = $ 600 Pembelian 900 unit @ $ 6 = $5,400 Penjualan Persediaan akhir 600 400 unit unit @ @ $12 $ 6 = = $7,200 $2,400 Ayatjurnal untuk mencatatan transaksi tersebut adalah : Sistem Persediaan Periodik 1 Persediaan awal, 100 unit @ 6 : Akun persediaan memperlihatkan persediaan di tangan senilai $ 600 2 Pembelian 900 unit @ 6 Pembelian 5.400 Hutang usaha 3 5.400 Penjualan 60 unti @ 12 15 Piutang usaha 7.200 Penjualan 4 7.200 Ayat jurnal akhir periode untuk akun persediaan, 400 unti @ 6 : Perseediaan (akhir, sesuai perhitungan) 2.400 Harga pokok penjualan 3.600 Pembelian 5.400 Persediaan (awat) 600 C. Metode Penilaian Persediaan Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2002 : 458), ada 2 metode penilaian persediaan yang sering digunakan oleh perusahaan dalam kegitan usahanya yaitu: 1. Metode harga pokok a. Identifikasi khusus Identifikasi khusus ( specific identification ) digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan. Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam harga pokok penjualan, sementara biaya barangbarang khusus yang masih berada ditangan dimasukkan pada persediaan. Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah dibedakan. Dalam perhiasan, jas kecil industri bulu, mobil, rite] dan item berharga tinggi dan dapat hal ini meliputi sejumlah beberapa jenis furnitur. Dalam area manufaktur, meliputi produk pesanan khusus dan banyak produk yang diproduksi menurut/ofe cost system. 16 Untuk mengilustrasikan metode identifikasi khusus, asumsikan bahwa 6.000 unit persediaan Call-Mart Inc. terdiri dari 1.000 unit yang berasal dari pembelian 2 Maret, 3.000 unit dari pembelian tanggal 15 Maret, dan 2.000 unit dari pembelian tanggal 30 Maret. Berikut adalah perhitungan persediaan akhir dan harga pokok penjualan : Jumlah Biaya Total Tanggal Unit per Unit Biaya 2 Maret 1.000 $4,00 $4,000,00 15 Maret 3.000 $4,40 $13,200,00 30 Maret 2.000 $4,75 $9,500,00 Persediaan akhir 6.000 $26,700,00 Biaya barang yang tersedia untuk dijual ( yang telah dihitung sebelumnya) $43,900,00 Dkurangi: Persediaan akhir $26,700,00 Harga pokok penjualan $17,200,00 Secara konseptual, metode ini tampak ideal karena biaya aktual ditandingkan ( matched ) dengan pendapatan aktual, dan persediaan akhir dilaporkan pada biaya aktual. Dengan kata lain, metode identifikasi khusus menandingkan arus biaya dengan arus fisik barang. Namun, jika diamati lebih lanjut, metode ini memiliki sejumlah kelemahan. Salah satu argumen yang menentang metode identifikasi khusus menyatakan bahwa metode ini memungkinkan perusahaan memanipulasi laba bersih. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan grosir membeli kayu lapis yang identik pada awal tahun dengan tiga harga berbeda. Saat kayu lapis itu dijual, perusahaan dapat 17 memilih harga tertinggi atau harga terendah yang akan dibebankan ke beban hanya dengan menentukan kayu lapis yang akan dikirim kepada pembeli. Oleh karena itu, seorang manajer bisnis dapat memanipulasi laba bersih dengan hanya memilih pos-pos berharga tinggi atau rendah untuk dikirim kepada pembeli, tergantung pada apakah yang akan diinginkan adalah laba yang lebih tinggi atau laba yang lebih rendah. Masalah lainnya berkaitan dengan alokasi biaya secara arbitrer yang kadang-kadang terjadi dengan pos-pos persediaan khusus. Dalam kondisi tertentu, sulit untuk mengaitkan secara memadahi , misalnya, beban pengiriman, biaya penyimpanan, dan diskon secara langsung ke pos persediaan tertentu. Alternatifnya adalah mengalokasikan biayabiaya ini secara arbitrer yang akan menyebabkan "penurunan" ketetapan metode identifikasi khusus. b. Metode FIFO Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan) sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan ( dalam perusahaan manufaktur ) atau dijual ( dalam perusahaan dagang ). Karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang yang dibeli paling terakhir. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan sistem persediaan periodik (j unitah persediaan hanya dihitung akhir tahun). Biaya persediaan akhir dihitung dengan mengambil biaya dari 18 pembelian paling terakhir dan dikerjakan kembali sampai semua unit dalam persediaan diperiiitungkan. Penentuan akhir dan harga pokok penjualan ditunjukkan seperti berikut ini: Jumlah Tanggal Biaya Total Per Unit Biaya 30 Maret 2.000 $4,75 $9,500 15 Maret 4.000 $4,40 $17,600 Persediaan akhir 6.000 $27,100 Biaya barang yang tersedia untuk dijual $43,900 Dikurangt: Persediaan akhir $27,100 Harga Pokok Penjualan $16,800 Jika yang digunakan adalah sistem persediaan perpetual baik dalam kuantitas maupun nilai dolar, maka angka biaya dikaitkan dengan setiap penarikan barang. Kemudian biaya dari 4.000 unit yang dikeluarkan pada tanggal 2 Maret dan 15 Maret. Nilai persediaan akhir menurut metode FIFO dalam sistem persediaan perpetual untuk CallMart Inc. Ditunjukkan seperti berikut: Tanggal Pembelian 02 Maret (2.000@$4,00) $8,000 15 Maret (6.000@$4,40) $26,400 Dijual atau digunakan Saldo (2.000@$4,00) $ 8.000 2.000 @ $4,00-. 6.000 @ $4,40f ($34,400) 2.000 @ $4,00\ 19 Maret 2.000 @ $4,40J ($16,800) 30 Maret (2.000@$4,75) $9,500 (2.000@$4,40) $ 17.600 4.000 @ $4,40T 2.000 @ $4,75-> ($27,100) 19 Nilai persediaan akhir dalam kasus ini adalah $ 27.100, dan harga pokok penjualan adalah $ 16.800 [(2.000 @ $4,00) + ( 2.000 @ $4,40)]. Perhatikan bahwa dalam kedna contoh FIFO di atas, harga pokok penjualan dan persediaan akhir adalah sama. Dalam semua kasus FIFO, persediaan dan harga pokok penjualan akan sama pada akhir bulan terlepas dari apakah yang dipakai adalah sistem persediaan perpetual atau periodik. Hal ini disebabkan karena yang akan menjadi bagian dari harga pokok penjualan adalah barang-barang yang dibeli terlebih dahulu, dan karenanya dikeluarkan lebih dulu, terlepas dari apakah harga pokok penjualan dihitung seiring barang dijual sepanjang periode akuntasi (sistem perpetual )atau sebagai residu pada akhir periode akuntansi (sistem periodik). Salah satu tujuan dari FIFO adalah menyamai arus fisik barang . jika arus fisik barang secara aktual adalah yang pertama masuk, yang pertama keluar, identifikasi maka khusus. metode Pada saat FIFO yang akan sama, menyerupai metode metode FIFO tidak memungkinkan perusahaan memanipulasi laba karena perusahaan tidak bebas memilih item-item biaya tertentu untuk dimasukkan ke beban. Keunggulan lain dari FIFO adalah mendekatkan nilai persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang akan keluar, maka nilai persediaan akhir akan 20 terdiri dari pembelian paling akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat. Pendekatan ini umumnya menghasilkan nilai persediaan akhir di neraca mendekati biaya pengganti ( replacement cost ) jika tidak terjadi perubahan harga sejak pembelian paling terakhir. Kelemahan mendasar dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba mgi. Biaya-biaya paling tua dibebakan ke pendapatan paling akhir, yang bisa mengarah pada distorsi laba kotor dan laba bersih. c. MetodeLIFO Metode LIFO menandingkan (matches) biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan periodik, maka akan diasumsikan bahwa biaya dari total kuatitas yang terjual atau dikeluarkan selama satu bulan berasal dari pembelian paling akhir. Persediaan akhir akan ditentukan dengan menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dan mengabaikan tanggal-tanggal pembelian yang terlihat. Contoh berikut mengasumsikan bahwa 4.000 unit yang dikeluarkan berasal dari 2.000 unit yang dibeli tanggal 30 Maret dan 2.000 unit ( dari 6.000 unit ) yang dibeli tanggal 15 Maret. Perhitungan persediaan dan harga pokok penjualan untuk situasi ini ditunjukkan seperti berikut ini: 21 «, , Jumlah Tanggal Biaya Total Per Unit Biaya 30 Maret 2.000 $4,00 $8,000 15Maret 4.000 $4,40 $17,600 Persediaan akhir 6.000 $25,600 Biaya barang yang tersedia untuk dijual $43,900 Dikurangi: Persediaan akhir $25,600 Harga Pokok Penjualan $18,300 Jika yang digunakan adalah sistem persediaan perpetual baik dalam kuantitas maupun nilai dolar, aplikasi metode LIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang berbeda, seperti ditunjukkan seperti berikut ini: Dijual atau Tanggal Pembelian 02 Maret (2.000@$4,00) $8,000 15Maret digunakan (2.000@$4,00) $8,000 2.000 @ $4,00"! (6.000@$4,40) $26,400 19 Maret Saldo 6.000 @ $4,40 | ($34,400) (4.000@$4,40) $17,600 2.000 @ $4,00*1 2.000 @ $4,40J ($16,800) 30 Maret (2.000@$4,75) 2.000 @ $4,00-1 $9,500 4.000 @ $4,40 > 2.000 @ $4,75^ ($26,300) Perhitungan persediaan periodik akhir bulan yang ditunjukkan dalam contoh diatas ( persediaan akhir $25,600 dan harga pokok penjualan $18,300 ) memperlihatkan hasil yang berbeda dengan hasil perhitungan persediaan perpetual (persediaan akhir $26,300 dan harga pokok penjualan $17,600 ). Perbedaan bulan bersangkutan dengan total pembelian untuk bulan yang sama dalam mengaplikasikan 22 metode LIFO, penarikan sementara dengan sistem pembelian perpetual terakhir menandingkan yang setiap mendahuluinya. Sebenarnya, perhitungan persediaan periodik mengasumsikan bahwa biaya barang yang dibeli pada tanggal 30 Maret telah dimasukkan dalam penjualan atau pengeluaran persediaan pada tanggal 19 Maret. d. Metode rata-rata Seperti dengan namanya, metode biaya rata-rata ( average cost method ) menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama satu periode. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Call-Mart Inc. menggunakan metode persediaan periodik, dimana persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan dihitung sebagai berikut dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang ( weighted-average method ): Tanggal Jumlah Biaya Total Unit per Unit Biaya 2 Maret 2.000 $4,00 $8,000,00 15 Maret 6.000 $4,40 $26,400,00 30 Maret 2.000 $4,75 $9,500,00 total barang tersedia $43,900,00 10.000 Biaya rata-rata tertimbang per unit $43,900 $10,000 Persediaan akhir dalam unit 6.000 Persediaan akhir 6.000 = $4,39 x $4,39 $26,340 Biaya barang yang tersedia untuk dijual $43,900 Dikurangi: Persediaan akhir $26,340 Harga pokok penjualan $17,560 23 Jika perusahaan memiliki persediaan awal, maka persediaan awal ini dimasukkan dalam total unit yang tersedia dan total barang yang tersedia untuk dijual ketika mengitung biaya rata-rata per unit. Metode biaya rata-rata yang lain adalah metode rata-rata bergerak ( moving average method), yang digunakan dalam sistem persediaan perpetual. Aplikasi metode biaya rata-rata untuk catatan persediaan perpetual ditunjukkan seperti berikut: Dijual atau digunakan Saldo Tanggal Pembelian 2Maret ( 2.000 @ $4.00 ) $8,000 ( 2.000 @ $4.00 ) ( 6.000 @ $4.40 ) ( 8.000 @ $4.30 ) $34,400 15Maret $26,400 ( 4.000 @ $4.30 ) $17,200 19Maret 30Maret $8,000 ( 2.000 @ $4.75 ) $9,500 ( 4.000 @ $4.30 ) $17,200 ( 6.000 @ $4.45 ) $26,700 Dalam metode ini, biaya rata-rata per unit yang bam akan dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Pada tanggal IS Maret, setelah 6.000 unit dibeli dengan harga $26,400, terdapat 8.000unit persediaan berharga pokok $34,400 ( $8,000 + $26,400 ). Dengan demikian, biaya rata-rata per unit adalah $34,400 dibagi 8.000, atau $4,30. biaya per unit ini digunakan dalam kalkulasi biaya penarikan sampai pembelian berikutnya dilakukan, ketika biaya rata-rata per unit yang baru dihitung. Oleh karena itu, biaya 4.000 unit yang dikeluarkan pada tanggal 19 Maret adalah $4,30, atau total harga pokok penjualan 24 sebesar $17,200. Pada tanggal 30 Maret, menyusul pembelian 2.000 unit seharga $9,500, biaya per unit yang baru sebesar $4,45 ditetapkan untuk persediaan akhir sebesar $26,700. Pemakaian metode rata-rata biasanya dapat dibenarkan dari sisi praktis, bukan karena alasan konseptual. Metode ini mudah diterapkan, objektif, dan tidak dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi laba seperti halnya dengan metode penentuan harga persediaan lainnya. Selain itu, pendukung metode biaya rata-rata berpendapat bahwa secara umum perusahaan tidak mungkin mengurus arus fisik persediaan secara khusus, dan karenanya, lebih baik menghitung biaya persediaan atas dasar biaya rata-rata. Argumen ini memang ada benarnya jika persediaan terlibat relatif bersifat homogen. 2. Metode taksiran a. Metode laba kotor Kadang-kadang, perhitungan fisik tidak praktis untuk dilakukan. Jika, ukuran yang lain dapat digunakan untuk mengestimasi persediaan yang ada di tangan. Salah satu metode yang dimaksud adalah metode laba kotor ( atau sering juga disebut metode marjin kotor). Metode ini digunakan secara luas oleh para auditor dalam situasi dimana hanya diperlukan satu estimasi atau persediaan perusahaan ( misalnya, laporan interim). Metode ini juga digunakan ketika catatan perusahaan atau persediaan itu sendiri telah musnah akibat kebakaran atau bencana lain. 25 Metode laba kotor ( gross profit method ) didasarkan pada tiga asumsi: 1) Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan. 2) Barang yang belum terjual hams berada di tangan. 3) Jika penjualan, persediaan dikurangi awal ditambah biaya, dikurangkan pembelian, maka dari jumlah hasilnya adalah persediaan akhir. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa Cetus Corporation memiliki persediaan awal sebesar $60,000 dan pembelian $200,000, keduanya berbasis biaya. Penjualan menurut harga jual berjumlah $280,000. laba kotor atas harga jual adalah 30%. Motode laba kotor diaplikasikan sebagai berikut: Persediaan awal (pada biaya) $60,000 Pembelian (pada biaya) $200.000 Barang yang tersdian (pada biaya) $260,000 Penjualan (pada harga jual) $280,000 Dikurangi: laba kotor (30 % dari $280,000) $84.000 Penjualan (pada biaya) $196.000 Perkiraan persdiaan (pada biaya) $64,000 Semua informasi yang dibutuhkan untuk menghitung persediaan Cetus pada biaya, kecuali persentase laba kotor, tersedia dalam catatan periode berjalan. Persentase laba kotor ditentukan dengan meninjau kebijakan perusahaan atau catatan periode sebelumnya. Dalam 26 sejumlah kasus, persentase ini harus disesuaikan jika periode sebelumnya dianggap tidak mewakili periode berjalan. b. Metode harga eceran Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis eceran memberikan sejumlah tantangan. Retailer yang memiliki jenis persediaan tertentu bisa memakai metode identifikasi khusus untuk menilai persediaannya. Pendekatan seperti ini dapat diterima jika setiap unit persediaan adalah signifikan, seperti mobil, piano, atau jas bulu. Akan tetapi, man kita bayangkan penggunaan pendekatan semacam itu di retailer bervolume tinggi yang memiliki banyak jenis persediaan yang berbeda. Akan sangat sulit untuk menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu, mengubah kode untuk mencerminkan penurunan nilai barang dagang, mengalokasikan biaya seperti transaksi, dan sebagainya. Alternatif yang bisa dilakukan adalah menyusun persediaan menurut harga eceran. Dalam sebagian besar pemsahaan eceran, terdapat pola yang dapat diamati antara biaya dengan harga. Karena itu, harga eceran dapat dikonversikan menjadi biaya dengan satu rumus. Metode ini, yang dinamakan metode persediaan eceran ( retail inventory method ), mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas : 1) Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli. 2) Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual. 3) Penjualan periode berjalan. 27 Di sini akan dijelaskan cara kerjanya: Penjualan periode berjalan dikurangkan dari nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual guna mendapatkan estimasi persediaan ( barang di tangan ) pada eceran. Rasio biaya terhadap harga eceran untuk semua barang yang melalui sebuah departemen atau perusahaan kemudian ditentukan dengan membagi total barang yang tersedia untuk dijual pada biaya dengan total barang yang tersedia pada harga eceran. Persediaan yang dinilai menurut harga eceran kemudian dikonversikan menjadi persediaan akhir pada biaya dengan mengaplikasikan rasio biaya terhadap harga eceran. Metode persediaan eceran sangat umum dipakai. Sebagai contoh, toko serba ada milik Safeway menggunakan metode persediaan eceran sama seperti toko-toko swalayan milik Dayton Hudson Corporation. Berikut ini adalah ilustrasi tentang metode persediaan eceran yang digunakan oleh Jordan Guess Inc. JORDAN-GUESS INC. (Periode berjalan) Harga Biaya Eceran $20,000 Persediaan awat $14,000 Pembelia $63,000 $90,000 barang tersedia untuk dijual $77,000 $110,000 Dikurangi: Penjualan $85,000 Persediaan akhir, pada harga eceran $25,000 Rasio biaya terhadap harga eceran ($77,000 + $110.000) 70% Persediaan akhir pada biaya ( 70% x $17,500 $25,000) Untuk menghindari kemungkinan lebih saji persediaan, perhitungan persediaan periodik hams dilakukan, terutama dalam 28 bisnis eceran di mana kerugian akibat pencurian dan kerusakan sering terjadi. Ada beberapa versi metode persediaan eceran metode konvensional ( nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar ), metode biaya, metode eceran LIFO, metode eceran FIFO nilai dolar . tanpa memperlihatkan versi mana yang dipakai, metode persediaan eceran didukung oleh IRS, berbagai asosiasi perusahaan eceran, dan profesi akuntansi. Salah satu keunggualannya adalah bahwa saldo persediaan dapat diestimasi tanpa perhitungan fisik. Metode persediaan eceran sangat berguna bagi setiap jenis laporan interim, karena pengukuran nilai persediaan yang handal dan cepat biasanya dibutuhkan. Para penaksir akuntansi biasanya memakai metode ini untuk mengestimasi kerugian akibat kebakaran, banjir, atau bencana lainnya. Metode ini juga berfungsi sebagai perangkat pengendalian ( control device ) karena setiap penyimpangan dari hasil fisik pada akhir tahun harus dijelaskan. Selain itu, metode eceran ini juga memepercepat perhitunga fisik persediaan pada akhir tahun. Petugas yang melakukan perhitungan fisik persediaan hanya perlu mencatat harga eceran setiap barang, tidak perlu melihat biaya faktur setiap barang sehingga bisa menghemat waktu dan uang. 29 3 Metode penilaian persediaan selain harga pokok a. Metode nilai terendah antara biaya atau harga pasar Persediaan yang mengalami penurunan manfaat masa depan akan dinilai berdasarkan nilai terendah antara biaya dan harga pasar (lower of cost or market-LCM ), bukan berdasarkan biaya awal. Biaya atau harga pokok ( cost ) adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis identifikasi khusus, biaya rata-rata, FIFO atau LIFO. Istilah pasar ( market ) dalam frase "nilai terendah antara biaya dan harga pasar" ( LCM ) umumnya berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi. Dalam bisnis eceran, istilah pasar mengacu pada pasar tempat barang-barang dibeli, bukan tempat barang-barang dijual; dalam bisnis manufaktur, istilah pasar mengacu pada biaya reproduksi. Jadi aturan ini sebenarnya berarti bahwa barang hams dinilai berdasarkan biaya atau biaya pengganti, mana yang lebih rendah. Sebagai contoh, sebuah kakulator casio yang berharga $30,00 saat dibeli di toko eceran. Dapat dijual seharga $48,95 dan dapat diganti dengan harga $25,00 hams dinilai sebesar $25,00 untuk tujuan persediaan menurut aturan yang terendah antara biaya dan harga pasar (LCM). Penyimpangan dari konsep biaya histories dapat dibenarkan karena hilangnya manfaat harus dibebankan terhadap pendapatan 30 periode dimana kehilangan itu terjadi, bukan pada periode penjualan. Selain itu metode LCM merupakan pendekatan nilai persediaan yang konservatif yaitu, jika teidapat keraguan mengenai nilai aktiva, maka lebih baik mencatatnya pada nilai yang lebih rendah. D. Perbandian Antara Metode FIFO, LIFO dan Rata-rata Menurut Fred Skousen, Earl K Stice dan James D Stice ( 2001 : 538 ) : Metode penilaian persediaan mana yang seharusnya dipakai perusahaan? Situasi berbeda antara perusahaan, dan keputusan akan didasarkan pada sebuah analisis dari keempat faktor ini: 1. Pengaruh pajak penghasilan Jika perusahaan yang memiliki tingkat persediaan tinggi, sedangkan mengalami kenaikan biaya persediaan yang signifikan, dan tidak mengantisipasi pengurangan persediaan di membenkan keuntungan arus kas yang masa depan, substansial dalam LIFO kondisi penundaan pajak. Ini adalah alasan utama pengadopsian LIFO oleh kebanyakan perusahaan. Untuk banyak perusahaan dengan tingkat persediaan yang kecil atau dengan biaya persediaan yang datar atau menunin, LIFO membenkan keuntungan kecil, jika ada. Perusahaan yang seperti ini jarang menggunakan LIFO. 2. Biaya pembukuan Pembukuan yang diasosiasikan dengan LIFO lebih rumit dari pada FIFO atau nilai rata-rata. Dalam dolar dan sen, sebuah sistem LIFO lebih 31 mahal untuk digunakan. Karena alasan ini, LIFO kurang lunum digunakan di antara perusahaan kecil dimana tiap keuntungan pajak dapat ditekan oleh kenaikan biaya pembukuan.tetapi dengan teknologi informasi yang telah berkembang dan dengan penyederhanaan LIFO pools dan LIFO nilai dolar, biaya pembukuan LIFO yang incremental dapat diminimisasi. 3. Dampak pada laporan keuangan Ketika LIFO memberikan keuntungan pajak, ia juga memberikan pengurangan pada nilai pendapatan dari nilai persediaan yang dilaporkan. Pengaruh negatif dari laporan keuangan ini dapat membahayakan perusahaan karena akan membuat takut para pemegang saham, investor potensial, dan bank. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menyediakan laporan suplemen yang menjelaskan kepada para penguna laporan keuangan bagaimana bentuk laporan keuangan apabila yang digunakan adalah metode FIFO maupun nilai rata-rata. 4. Perbandingan industri Walaupun pengguna laporan keuangan harusnya meningkatkan pengetahuan mereka dalam memahami akuntansi persediaan, seringkali yang terjadi tidak demikian. Mereka mengabaikan laporan suplemen LIFO dan hanya membandingkan angka-angka yang disesuaikan. Jika perusahaan lain dalam suatu industri menggunakan FIFO laporan kinerja dari perusahaan yang menggunkian LIFO akan kelihatan buruk, jika dibandingkan. 32 £. Kartu Persediaan Menurut Soemarso S.R. Dalam metode perpetual, setiap jenis barang dibuat suatu catatan tersendin yang disebut kartu stock atau kartu persediaan ( Stock card ). Kumpulan dari kartu persediaan, untuk semua jenis barang yang ada. disebut buku stock atau buku tambahan persediaan (Inventory subsidiary ledger ). Buku stock, seperti halnya dengan buku piutang maupun buku hutang, merupakan buku tambahan ( buku pembantu ), yang dalam hal ini untuk mengetahui perkiraan persediaan barang dagangan. Seperti halnya dengan buku tambahan yang lain, kartu persediaan digunakan untuk mencatat penambahan, pengurangan, dan saldo akhir (juga terdapat kolom ralat/adjust) dari persediaan. Seperti transaksi pembelian bahan baku hams dicatat, baik dikartu persediaan maupun dikolom perkiraan persediaan dibuku besar. Apabila digunakan buku pembelian, maka setiap transaksi pembelian persediaan dicatat di kartu persediaan, sementara total dari kolom yang disediakan untuk pembelian tersebut, yang dalam hal ini kolomnya akan disebut dengan: Persediaan bahan baku, dicatat ke perkiraan persediaan bahan baku di buku besar. Demikian halnya, apabila teijadinya pengurangan, yang sebagian besar disebabkan oleh karena adanya penjualan. Harga pokok dari setiap transaksi penjualan hams dicatat baik kartu persediaan maupun diperkiraan bahan baku dibuku besar. 33 F. Pelaporan Persediaan Menurut Dedhy Sulistiawan dan Yie Ke Feliana bahwa : Melalui PSAK 14 IAI, menyatakan bahwa laporan keuangan harus melakukan pengungkapan segala aspek yang berhubungan dengan penyajian nilai persediaan, antara lain 1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengungkapan persediaan. Misalnya, pemilihan metode penilaian persediaan apakah menggunakan LIFO, FIFO atau yang lainnya. 2. Jumlah nilai tercatat secara total atau menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan. Misalnya, dengan menunjukkan nilai total persediaan dan nilai persediaan berdasarkan tingkat penyelesaiannya. 3. Jumlah tercatat persediaan yang tercatat menggunakan nilai pelepasan bersih. Misalnya, Perusahaan bisa menyajikan dicatatan laporan keuangan bahwa 40 % persediaan mereka menggunakan harga perolehan dan sisanya menggunakan nilai realisasi bersih. 4. Jumlah pemulihan atas penurunan persediaan Penggunaan LCM, akan memungkinkan terjadinya penurunan persediaan di bahwa harga perolehan, pemulihan atas penurunan itu diperbolehkan oleh profesi (IAI ). Untuk itu pemulihan ( meningkatkan kembali) nilai persediaan harus diungkapkan. agar pembaca bisa mengetahui peningkatan nilai tersebut. 5. Nilai persediaan yang digunakan sebagai jaminan kewajiban. 34 G. Penentuan Kuantitas Persediaan Menurut C. Wiyati Retno Astuti dan Cornelio Purwanti bahwa : Penentuan kuantitas persediaan di maksudkan untuk menentukan jumlah unit persediaan pada tanggal neraca. Dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : melakukan perhitungan fisik di gudang dan menentukan kepemilikan barang yang ada dalam perjalanan. 1. Perhitungan fisik digudang Untuk mengetahui jumlah barang pada tanggal neraca, dapat dilakukan dengan menghitung persediaan digudang. Untuk memperkecil kesalahan pada saat perhitungan maka dapat dilakukan sebagai berikut: a. Perhitungan dilakukan oleh orang yang tidak bertugas menyimpan persediaan. b. Tiap bagian mendapatkan tugas yang jelas mengenai jenis persediaan yang menjadi tanggung jawabnya. 2. c. Lakukan perhitungan ke dua oleh orang yang berlainan. d. Gunakan kartu persediaan yang bernomer unit tercetak. e. Ada petugas yang mengawasi bahwa semua persediaan diberi kartu. Barang dalam pejalanan Barang dalam perjalanan meliputi barang yang pada tanggal neraca masih berada ditangan pihak pengangkut. Contoh perusahaan pengangkut adalah perusahaan kereta api, perusahaan pengkapalan dan sebagainya. Perlakuan terhadap barang dalam perjalanan ini tergantung dari syarat 35 penjualan yang disepakati oleh pembeli dan penjual. Syarat penjualan ada dua macam yaitu : a. FOB ( Free On Board ) shipping point Menurut FOB shipping point, pemilikan atas barang akan berpindah ke tangan pembeli saat pihak pengangkut menerima barang ditangan penjual. b. FOB destination FOB ini mengakui kepemilikan tetap ditangan penjual sampai barang diserahkan ke tangan pembeli oleh perusahaan pengangkut. H. Penentuan Harga Pokok Persediaan Menurut C. Wiyati Retno Astuti dan Comelio Purwanti bahwa : Harga pokok persediaan atau harga peroiehan adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk memperoleh dan menempatkan barang sehingga barang tersebut siap dijual. Segala sesuatu tersebut meliputi pengeiuaran-pengeluaran, potongan tunai pembelian dan retur pembelian. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga peroiehan dapat di lihat sepeti berikut ini: Faktor Nama Rekening Pengaruh terhadap harga pokok peroiehan 1 Harga faktur 2 Biaya angkut Biaya angkut pembelian 3 Potongan tunai pembelian Potongan tunai pembelian 4 Retur dan potongan pembelian Retur dan potongan pembelian Pembelian ( sistem fisik ) Persediaan ( sistem perpetual) 36 Secara teori pengeluaran untuk pembelian dan penyimpanan barang tennasuk komponen harga perolehan. Tetapi, karena sulit untuk mengalokasikan ke setiap unit persediaan, maka dalam bentuk praktek sering dimasukkan dalam biaya operasi perusahaan. I. Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan menurut Haryono Jusuf ( 2001 : 333 ) adalah sebagai berikut: Sesuai dengan prinsip penanding ( matching principle), laba bersih suatu perusahaan dagang didihitung dengan cara mengurangkan biaya untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan pada periode yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut meliputi harga pokok ( Cost ) barang yang terjual dan biaya-biaya operasi yang terjadi selama periode yang bersangkutan. Harga pokok barang yang telah laku dijual biasa disebut harga pokok penjualan Dalam perusahaan dagang, yang dimaksud dengan harga pokok penjualan adalah saldo awal persediaan ditambah harga perolehan barang-barang yang dibeli lalu dikurangkan jumlah persediaan akhir. Untuk perusahaan industri harga pokok barang yang diproduksi pada saldo awal barang jadi, kemudian dikurangkan dengan saldo akhir persediaan barang jadi. Harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya produksi tak langsung, dengan mempertimbangkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam proses pengolahan. Dengan sistem pencatatan persediaan perpetual, harga pokok penjualan dihitung setiap kali terjadi penjualan sedangkan dalam sistem pencatatan persediaan periodik. Setelah diadakan perhitungan secara fisik terhadap persediaan barang dagangan yang ada. Dengan demikian, dalam sistem 37 perpetual harga pokok penjualan dapat diketahui setiap waktu dan untuk itu diperlukan perhitungan secara fisik terlebih dahulu. Walaupun demikian, untuk menghasilkan sistem baik, selalu dianjurkan agar perhitungan fisik secara berkala tadi tetap dilakukan, paling tidak sekali dalam setahun. Hasil dari perhitungan fisik ini kemudian dibandingkan dengan kuantitas barang yang ada menumt kartu persediaan. Setiap perbedaan yang ada perlu dicari penyebabnya. Jika adanya perbedaan, kartu persediaan harus disesuaikan dengan hasil perhitungan secara fisik (adjust). Dalam menetapkan harga pokok persediaan secara teknis, tidak ada perbedaan apakah perusahaan itu mengunakan sistem periodik ataupun sistem perpetual. Perbedaannya terletak pada kapan penetapan dilakukan. Kalau dalam sistem periodik, penetapan harga pokok dilakukan secara berkala. Sementara, dalam sistem perpetual, penetapan harga pokok dilakukan setiap kali ada pemakaian. Apabila metode penilaian persediaan di perbandingkan akan tampak bahwa nilai persediaan dan harga pokok penjualan yang dihasilkan berbeda. Akibat adanya perbedaan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah berbedanya laba bersih, total aktiva dan total modal. Laba bersih tertinggi akan diperoleh apabila perusahaan mengunakan metode FIFO. Laba bersih terendah akan dihasilkan oleh metode LIFO. Pada metode FIFO total aktiva dan modal juga menghasilkan angka yang tertinggi sedangkan metode LIFO menghasilkan angka terendah. Metode rata-rata akan menghasilkan laba bersih, total aktiva dan total modal diantara nilai menurut FIFO dan LIFO. 38 Ketika metode tersebut boleh dipilih untuk diterapkan dalam perusahaan. Menajemen dalam memilih salah satu dari ketiganya harus memperhatikan manfaatnya. Apabila harga beli barang dipasaran mengalami penurunan, maka, hasil analisis yang diperoleh merupakan kebalikan dari padanya. Dalam keadaan ini, laba bersih dan nilai persediaan tertinggi akan diperoleh apabila menggunakan metode LIFO dan laba bersih serta nilai persediaan tercndah akan diperoleh apabila menggunakan metode FIFO. Metode rata-rata tidak berubah, nilai persediaan dan harga pokok penjualannya akan terletak diantara FIFO dan LIFO. 39