Analisis Estimasi Biaya Bahan Baku Hanna Lestari, M.Eng Teknik Industri-UDINUS-2014 Pendahuluan Bahan baku bahan yang secara menyeluruh mendominasi pembentukan produk hingga selesai & dapat d iidentifikasi secara langsung pada produk yang bersangkutan. Bahan Baku Langsung Penolong Siklus Penggunaan Bahan Baku • Mendapatkan baku dari vendor • Permintaan bahan baku dari bagian produksi ke gudang bahan baku • Penilaian persediaan bahan baku dan aliran harga pokoknya. Basic of Logistics Tahap - Pembelian -Penerimaan Dokumen Perintah pembelian Vendor, Bag akuntansi, Bag perencanaan&pengendalian bahan baku, bag penerimaan bahan baku Lap penerimaan barang Bag akuntansi, perencanaan&pengendalian baku, Bag pembelian Lap pengecekan -Pengecekan -Penyimpanan -Pemakaian -Pemenuhan kembali Distribusi Dokumen Ringkasan persediaan catatan Permintaan bahan baku Permintaan pembelian bahan baku Bag bahan Bag akuntansi, Bag pembelian, Bag perencanaan&pengendalian bahan baku Bag Akuntansi biaya Bag.pembelian 7 Alur Mendapatkan Bahan baku dari Suplier : Persetujuan pemenuhan bahan baku Permintaan pembelian, digunakan bag pembelian untuk memenuhi kebutuhan Perintah pembelian, bahan baku dikirim oleh suplier Laporan penerimaan barang, pesanan tiba Faktur penjualan, suplier mengirimlan faktur yang harus dibayar 8 Elemen biaya bahan baku yang dibeli : • Jumlah yang tercantum dalam faktur • Pajak dan cukai • Biaya angkut pembelian Masalah Biaya Angkut Pembelian : yang menjadi masalah adalah biaya angkut pembelian. Jika dalam satu faktur ada pembelian lebih dari satu jenis bahan baku, maka biaya angkut pembelian bahan baku harus dialokasikan. 9 Metode alokasi biaya angkut pembelian : a. Perbandingan kuantitas fisik bahan • Dasar alokasi biaya angkut bahan atas dasar kuantitas fisik . • Kelemahan : pemakaiannya terbatas pada bahan yang dapat diukur dalam kuantitas fisik yang sama, contoh berat, volume, atau panjang dari bahan yang dibeli. b. Perbandingan harga faktur bahan yang dibeli • Kebaikan dasar perbandinga harga faktur adalah merupakan dasar yang paling mudah digunakan. • Kelemahan metode ini adalah bahan yang harganya mahal belum tentu memerlukan biaya angkutan yang tinggi. Biaya angkut lebih banyak dipengaruhi oleh factor fisik dan resiko. Contoh I : Pada tanggal 20 Maret 2008 PT Ungaran Garmen membeli 2 macam bahan baku yang terdiri dari 4.000 unit bahan baku X dengan harga per unit Rp 30.000, berat per unit bahan baku X adalah 1 Kg dan 8.000 bahan penolong Y dengan harga per unit Rp 15.000, berat per unit bahan baku Y adalah 1,5 Kg.Syarat pembayaran termin 5/10,n/30. Biaya angkut pembelian dibayar tunai sebesar Rp 500.000 • Tentukan alokasi biaya angkut dengan kedua metode. • Tentukan berapa kas yang dibayar PT Ungaran jika potongan pembelian 12 juta dan pembayaran dilakukan tanggal 30 Maret 2008 11 Alokasi Biaya Angkut dengan Metode Perbandingan Kuantitas : Bahan X = (4.000 : 12.000) x Rp 500.000 = Rp 166.667 Bahan Y = (8.000 : 12.000) x Rp 500.000 = Rp 333.333 Alokasi Biaya Angkut dengan Metode Perbandingan Harga Faktur : Bahan X = (120.000.000 : 240.000.000) x Rp 500.000 = Rp 250.000 Bahan Y = (120.000.000 : 240.000.000) x Rp 500.000 = Rp 250.000 12 • Kas yang harus dibayar adalah : (Harga Pokok Pembelian – Potongan Pembelian)+ Biaya Angkut Pembelian. = (Rp 240.000.000 - Rp 12.000.000) + Rp 500.000 = Rp 228.500.000 13 Contoh 2 : Diketahui jenis data sebagai berikut : Jenis Bahan Kuantitas Harga Faktur Bahan Baku Utama 300 Buah Rp. 5.000.000 Bahan Penolong 700 Buah Rp. 3.000.000 Total 1000 Buah Rp. 8.000.000 Total Biaya Angkut : Rp. 2.000.000 Hitunglah : 1. Alokasi biaya angkut kedalam harga perolehan bahan baku utama dan bahan penolong menggunakan kedua metode. 2. Harga perolehan bahan baku utama dan bahan penolong Masalah Potongan Pembelian : mengenai ketidakpastian diambil tidaknya potongan tersebut. Contoh : termin 3/10,n/30. Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat dua cara pencatatan : 1. Mencatat harga faktur kotor (sebelum dikurangi potongan pembelian) pada saat terjadi pembelian tersebut. 2. Mengakui potongan pembelian sebagai pendapatan pada saat pembayaran dilakukan pada periode potongan, 15 Penilaian Persediaan Bahan Baku : Kegiatan produksi akan melibatkan pembelian bahan baku, kemudian penggunaan bahan baku untuk proses produksi. Supaya tidak terjadi penumpukan persediaan perlu dilakukan pembelian secara berulang yang tentunya mengakibatkan perbedaan harga pokok 16 Alokasi harga pokok Bahan Baku Produksi dan Penentuan Nilai Persediaan Akhir Sistem Periodik (Fisik) • • • • • • Identifikasi Khusus Rata – rata sederhana Rata – Rata tertimbang FIFO (MPKP) LIFO (MTKP) Metode Persediaan Dasar Sistem Perpetual (Permanen) • Rata – rata bergerak • FIFO • LIFO Sistem Periodik ( Fisik ) • Digunakan oleh perusahaan relatif kecil • Nilai persediaan barang akhir periode diketahui setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik kemudian dikalikan dengan harga satuan. • Harga satuan barang yang digunakan sebagai dasar penilaian persediaan bergantung kepada metode penilaian yang digunakan Identifikasi Khusus Contoh : Terdapat persediaan akhir barang AB sebanyak 7500 kg yang terdiri atas 75 karung @ 100kg. Tanda pengenal khusus: • 40 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.800.000 • 30 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.600.000 • 5 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.400.0000 Jawab : 40 x Rp 2.800.000 = Rp 112.000.000 30 x Rp 2.600.000 = Rp 78.000.000 5 x Rp 2.400.000 = Rp 12.000.000 Total persediaan akhir Rp 202.000.000 Rata – Rata Sederhana • • • • • TGL KETERANGAN 1/1/12005 Persd.Awal 14/4/2005 Pembelian 28/8/2005 Pembelian 30/11/2005 Pembelian Jumlah UNIT HP/UNIT 200 Rp.20 400 Rp.21 600 Rp.22 800 Rp23 2.000 TOTAL H.P Rp 4.000 Rp 8.400 Rp13.200 Rp18.400 Rp 44.000 Perhitungan rata-rata sederhana per unit diperoleh sbb: Rp20 + Rp 21 + Rp 22 + Rp 23 = Rp 86 = Rp 21,5 Metode rata-rata sederhana ini mempunyai 2 (dua) kelemahan yaitu : • Tidak memperhitungkan jumlah unit yang dibeli • Bisa dipengaruhi oleh harga beli perunit yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah Karenanya untuk harga rata-rata dalam pencatatan akuntansinya lebih dianjurkan untuk tidak digunakan. Rata – rata tertimbang Contoh: • Selama suatu periode PT. X membeli barang dagang Rp 98.000.000 sebanyak 40.000 unit. Pada akhir periode, sisa barang dagang tersebut sebanyak 7.500 unit. Jawab: • Harga rata-rata = (98jt/40ribu) = Rp 2.450 Sehingga, nilai persediaan pada akhir periode yaitu 7.500 unit x Rp 2.450 = Rp 18.375.000 • FIFO Contoh: pembelian selama bulan maret • 1 Persediaan 6000 unit @ 2000 = Rp 12.000.000,• 5 pembelian 6000 unit @ 2200 = Rp 13.200.000,• 10 pembelian 5000 unit @ 2400 = Rp 12.000.000,• 15 pembelian 8000 unit @ 2600 = Rp 20.800.000,• 20 pembelian 4000 unit @ 2700 = Rp 10.800.000,• 26 pembelian 6000 unit @ 2600 = Rp 15.600.000,• 30 pembelian 5000 unit @2.800 = Rp 14.000.000,• Barang yang tersedia dijual bulan maret 40.000 unit Rp 98.400.000,• Dari data tersebut diketahui persediaan akhir digudang sebanyak 7.500 unit. Jawab : • Maret 1 6000 x 2.000 = Rp 12.000.000,• 5 1500 x 2.200 = Rp 3.300.000,• Total Rp 15.300.000,- LIFO • Menurut metode LIFO (Last In First Out) atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan akhir merupakan nilai pada pembelian awal. Contoh (Menggunakan data FIFO) Persediaan akhir menurut metode LIFO dihitung: • Maret 30 5000 x 2.800 = Rp 14.000.000,• 26 2.500 x 2.600 = Rp 6.500.000,Total Rp 20.500.000,- Persediaan Dasar • Persediaan dasar barang ABC ditentukan sebanya 6.000 kg dengan harga Rp 2.200,00 tiap kg. Harga pasar barang pada saat perhitungan adalah Rp 2.800,00Persediaan pada 31 Mei sebanyak 7.500 kg Sehingga dinilai : • Sediaan dasar : 6000 x 2.200 = 13.200.000 • Ditambah kelebihannya : 1500 x 2.800 = 4.200.000 • Jumlah = 17.400.000 Sistem Perpetual • Biasa digunakan di perusahaan besar • Pencatatan persediaan pada sistem ini dilakukan setiap terjadi transaksi. • Penilaian persediaan pada sistem ini bukan mencari persediaan akhir seperti halnya sistem periodik. • sistem perpetual penilaian digunakan untuk mencari total persediaan yang keluar sesuai harga beli atau disebut dengan harga pokok penjualan. • Biasanya untuk memudahkan, perhitungan HPP ini dilakukan dengan pembuatan Kartu Persediaan. Contoh Soal : Diketahui data transaksi pada perusahaan ABC sebagai berikut: Mei • • • • • 1 5 10 16 20 26 Persediaan Pembelian Penjualan pembelian Pembelian Penjualan 120 unit @ 54.000 180 unit @ 60.000 200 unit 200 unit @ 63.000 120 unit @ 64.000 280 unit = 6,48 jt = 10,8 jt = 12,6jt = 7,68 jt Rata – Rata Bergerak • Penerapan metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode rata-rata bergerak (Moving Average Method). • Disebut demikian, karena tiap terjadi transaksi pembelian, harga rata-rata per satuan barang harus dihitung, sehingga rata-rata per satuan akan berubah-ubah. • Harga pokok satuan barang yang dijual adalah harga pokok rata-rata yang berlaku pada saat terjadi transaksi penjualan. • Mei 10 Penjualan 200 unit, Dihitung dengan mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu: Sediaan 1 Mei 120 x 54.000 = 6.480.000 Pembelian 5 Mei 180 x 60.000 =10.800.000 Jumlah 300 unit 17.280.000 HP rata-rata/unit = = Rp 57.600 Jadi, Penjualan 200 unit adalah 200 x 57.600 = Rp 11.520.000 • Coba hitung Mei 26….. ? Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa: Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit)(Rp 28.880.000,00) Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.680.000,00 FIFO : barang yang pertama kali masuk dijual terlebih dulu.kekurangan diambil dari barang masuk berikutnya, begitu seterusnya. Mei 10 • Mei • • Mei 26 Mei • • Penjualan 200 unit , Dihitung dari : 1 120 x 54.000 = 6.480.000 5 80 x 60.000 = 4.800.000 Jumlah Rp 11.280.000 Penjualan 280, Dihitung dari: 5 100 x 60.000 = 6.000.000 16 180 x 63.000 = 11.340.000 Jumlah Rp 17.340.000 Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO: • HPP Mei 10 Rp 11.280.000 • HPP Mei 26 Rp 17.340.000 • Total HPP Rp 28.620.000 Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa: Persediaan awal periode a 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 28.620.000,00) Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.940.000,00 FIFO………………Memaksimalkan Laba bersih LIFO: harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang dijual lebih dulu.kekurangannya diambil dari barang yang masuk sebelumnya, begitu seterusnya • • • • • • • Mei 10 Mei 5 1 Penjualan 200 unit, Dihitung dari : 180 x 60.000 = 10.800.000 20 x 54.000 = 1.080.000 Jumlah = Rp 11.880.000 Mei 26 Penjualan 280, Dihitung dari: Mei 20 120 x 64.000 = 7.680.000 16 160 x 63.000 = 10.080.000 Jumlah = 17.760.000 • Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode LIFO: • HPP Mei 10 Rp 11.880.000 • HPP Mei 26 Rp 17.760.000 Total HPP = 29.640.000 Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa: Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 29.640.000,00) Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 7.920.000,00 LIFO ------ < Meminimalkan Pajak Penghasilan