1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motif juga

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Motif juga dapat membantu seseorang untuk mengadakan prediksi
tentang perilaku. Apabila orang dapat menyimpulkan motif dari perilaku
seseorang dan kesimpulan tersebut dengan benar, maka orang dapat
memprediksi tentang apa yang akan diperbuat oleh orang yang
bersangkutan dalam waktu yang akan datang. Contohnya orang yang
mempunyai motif berafiliasi yang tinggi, maka ia akan mencari orangorang untuk berteman dalam banyak kesempatan.
Jadi sekalipun motif tidak menjelaskan secara pasti apa yang akan
terjadi, tetapi dapat memberikan ide tentang apa yang sekiranya akan
diperbuat oleh seorang individu. Misalnya orang yang butuh akan prestasi,
maka ia akan bekerja keras, secara baik dalam belajar, bekerja ataupun
dalam aktivitas-aktivitas lainnya.1
Sedangkan motivasi dapat dikatakan pula sebagai pendorong usaha
atau pencapaian prestasi. Adapun tujuan dari motivasi adalah mendorong
timbulnya perbuatan seperti belajar, mengarahkan aktifitas lanjut usia di
Yayasan Pusaka karena besar kecilnya motivasi mempengaruhi dan
menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.
Sepanjang
rentang
perubahan fisik dan
1
kehidupan,
psikologis.
Walgito, Pengantar Psikologi Umum. h. 221
1
seseorang
akan
mengalami
Dalam psikologi perkembangan
disebutkan bahwa dalam diri manusia terjadi perubahan-perubahan fisik,
bahkan sampai pada anggapan bahwa masa tua merupakan masa yang
mudah dihinggapi segala penyakit dan mengalami kemunduran mental
seperti menurunnya daya ingat, masa inilah yang disebut masa lansia.2
Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir didalam
rentang kehidupan manusia didunia ini, Banyak hal penting yang perlu
diperhatikan guna mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan
sebaik-baiknya.
Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun keatas.
Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan
indikator utama yang tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan
periode-periode sebelumnya.
Dalam psikologi perkembangan ada beberapa perubahan fisik yang
terjadi pada masa lansia diantaranya rambut yang sudah memutih, kulit
yang mengering dan keriput serta gigi yang telah tanggal. 3
Seseorang menjadi tua merupakan fenomena perkembangan
manusia yang alamiah dalam kehidupan manusia yang tidak mungkin
dihindari, jika diberi umur panjang oleh Allah SWT. Namun bagi sebagian
orang menjadi tua merupakan suatu yang menakutkan karena dengan
berfikir menjadi tua mereka tidak dibutuhkan, dihargai dan menganggap
keberadaannya menjadi beban keluarga dan anak cucu mereka sehingga
pemikiran itu akan berpengaruh pada kejiwaannya.
2
3
Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga,1998) h. 380
Zahrotun, Psikologi Perkembangan . h.126
2
Seperti yang telah dijelaskan bahwa proses menua merupakan
proses yang disertai dengan penurunan fungsi fisik, mental dan sosial yang
saling berinteraksi satu dengan yang lain memiliki potensi menimbulkan
masalah kesehatan jiwa pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering
dialami adalah gangguan depresi dan lain sebagainya.4
Menurut Sarlito W.S bahwa pada saat dipensiunkan maka
seseorang akan merasa kehilangan kesibukan sekaligus merasa kurang
duperlukan lagi, bertepatan dengan itu anak-anak mulai berubah dan akan
meninggalkan rumah, badan mulai melemah, dan tidak mungkin untuk
berpergian jauh. Sebagai akibatnya semangat mulai menurun, mudah
terserang penyakit dan segera akan mengalami kemunduran mental, hal ini
disebabkan oleh mundurnya fungsi-fungsi otak dan daya konsentrasi
berkurang.5
Uraian diatas menjadi pendorong dan sekaligus melatarbelakangi
penulis untuk mengangkat judul skripsi ini yaitu “ peran pembimbing
dalam memberikan motivasi hidup pada lansia di Yayasan Pusaka
Cengkareng Jakarta Barat “ .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Harapan-harapan menurut David Berry, merupakan imbangan dari
norma-norma sosial karena itu dapat dikatakan peranan-peranan ini
dapat ditentukan oleh norma-norma di masyarakat. Artinya seseorang
4
Dep.Kes.RI, Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut, (Jakarta:
Dirjen.Pelayanan Medik,1995),h.5
5
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, ( Jakarta: Bulan Bintang,
2001),Cet ke-8,h.35
3
diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan pekerjaannya
dan dalam pekerjaan-pekerjaan lain.
Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas terhadap masalahmasalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan pembatasan
masalah pada peran pembimbing dalam memberikan motivasi hidup
pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng Jakarta Barat
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagaimana cara pembimbing dalam memberikan motivasi hidup
pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng?
b. Apakah harapan para lansia tentang pemberian motivasi hidup?
c. Apakah terdapat kesesuaian antara cara pembimbing dalam
memberikan motivasi hidup dengan harapan lansia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui cara pembimbing dalam memberikan motivasi
hidup pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng.
b. Untuk mengetahui harapan para lansia tentang pemberian motivasi
hidup.
c. Untuk mengetahui terdapat kesesuaian antara cara pembimbing
dalam memberikan motivasi hidup dengan harapan lansia.
4
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan, baik tentang
program, kondisi maupun kesesuaian antara cara konselor dengan
harapan para lansia. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan evaluasi bagi konselor dalam melakukan konseling.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi atau acuan
bagi para keluarga yang memiliki orangtua yang mempunyai usia
di atas 60 tahun agar dapat membimbingnya dengan baik.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian lapangan (field research) dimana peneliti langsung ke
lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini
mengenai peran pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada
lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6 Dalam
6
Lexy J.Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2007),Cet.ke-33,edisi revisi,h.4.
5
hal ini yang diteliti adalah peran pembimbing dalam memberikan motivasi
hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Pusaka Cengkareng, yang beralamat di
jalan Cendrawasih IV Rt.0012/07 Cengkareng Barat, Jakarta Barat 11730.
Adapun waktu penelitian dimulai dari 26 Februari 2009 hingga 30 Mei
2009.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah konselor yang terlibat langsung
dalam memberikan motivasi hidup dan lansia yang juga terlibat dalam
proses konseling tersebut. Kemudian objeknya yaitu peran pembimbing
dalam memberikan motivasi hidup pada lansia.
5. Metode Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode
observasi, wawancara yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera.
Sumber utama peneltian ini adalah objek penelitian, yakni pada
konseling yang diberikan untuk memotivasi lansia Pusaka Cengkareng.
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka
instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi
segalanya dan keseluruhan proses penelitian.7
7
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.168.
6
Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapangan,
handycame, dan pedoman wawancara.
7. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemerikasaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki
kriteria :
a. Kredibilitas (derajat kepercyaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik
pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,
hal itu dapat dicapai dengan jalan :
1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain, Dalam hal ini penulis
membandingkan jawaban yang diberikan oleh pembimbing dengan
klien mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2) Membandingkan
hasil
wawancara
dengan
dokumen
yang
berkaitan.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan
mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
8. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
7
a. Observasi, yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera. Terkait dengan masalah bagaimana peran pembimbing dan
metode yang digunakan dalam memberikan motivasi hidup pada lansia
di Pusaka Cengkareng.
b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada
konselor untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis
terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang
berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang
dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu
dengan handycam untuk merekam hasil wawancara dan mencatat
informasi yang didapat waktu itu.
c. Dokumentasi, yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki
yayasan.
9. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara,
penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian
menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak
pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil
pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai
dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara
sistematis.
8
E. Tinjauan Pustaka
Sebelumnya ada skripsi yang membahas mengenai lansia yang
telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi
penelitian diuraikan sebagai berikut yaitu dengan Judul skripsi, Konselor
dalam memberikan bimbingan rohani islam di usia lanjut di Panti Jompo
Cipayung Jakarta Timur, penulis Siti Zulaeha, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2001, yang berisi
tentang bimbingan rohani pada lansia.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini
penulis membahas mengenai peran pembimbing dalam memberikan
motivasi hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan merupakan bab awal yang berisi latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian dan sistematika penulisan
BAB II
Kajian Teori yang berisikan masalah inti dalam judul
skripsi ini, yaitu memuat tentang pengertian teori peran,
pengertian pembimbing, pengertian motivasi hidup, prinsipprinsip
motivasi
hidup,
pengertian
lansia,
peran
pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada lansia
serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III
Gambaran Umum. Dalam bab ini akan dijelaskan sejarah
9
berdirinya, visi, misi, struktur Organisasi dan kondisi lansia
di Pusaka Cengkareng Barat Jakarta Barat
BAB IV
Temuan analisa yang terdiri dari bagaimana cara konselor
dalam memberikan motivasi hidup pada lansia, harapan
para
lansia
dan
kesesuaian
antara
cara
konselor
memberikan motivasi hidup dengan harapan para lansia.
BAB V
Penutup berisi kesimpulan dan saran
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Peran
1. Pengertian Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ Peran adalah beberapa
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat dan harus dilaksanakan.”8
Dalam kamus ilmiah popular, peran diartikan sebagai fungsi,
kedudukan atau bagian dari kedudukan, seseorang dikatkan berperan atau
memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai status dalam
masyarakat.
Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang
lainnya tersebut. Akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai
dengan statusnya. Menurut Soerjano Soekanto, “peran dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”9
Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan
status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda akan tetapi saling
berhubungan erat antara satu sama lainnya.
Karena yang satu tergantung pada yang lainnya begitu juga
sebaliknya, maka peran diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang
berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dapat
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka 1998),h. 667
9
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka 1998) Cet ke-1,
h. 667
11
dikatakan berperan atau memiliki peran dikarenakan seseorang tersebut
mempunyai status dalam masyarakat walau kedudukan ini berbeda antara
satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya memiliki
peran yang sesuai dengan statusnya.
Pengertian peran menurut Jenning yang dikutip oleh Ira Yoga yaitu
“cara berinteraksi yang melibatkan tingkah laku oleh dan untuk individu,
yang pada akhirnya ada proses penempatan status peranan seseorang
dalam keluarga, orang, masyarakat dan sebagainya.” Adapun Gibb dan
Gordon, sebagaimana yang dikutip oleh Ira Yoga mendefinisikan “peran
yaitu lahir dari interaksi dalam masyarakat itu sendiri dengan
memposisikan peran interaksi mereka dalam masyarakat, melalui
partisipasi dalam memainkan peran tertentu.”10
Sedangkan
David
Berry
mendefinisikan
“peran
sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu.11
Harapan-harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan
imbangan dari norma-norma sosial karena itu dapat dikatakan perananperanan ini dapat ditentukan oleh norma-norma di masyarakat.
Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang
diharapkan pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lain.
Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama
bahwa “harapan tentang peran adalah harapan-harapan lain pada umumnya
10
http://ireyoga.org/adapt/modul_kepemimpinan
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)
Cet.Ke-3, h.99
11
12
tentang perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh
seseorang yang mempunyai peran tertentu.”12
Peran sangat menentukan kelompok social masyarakat, dalam
artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan
agar menjalankan perannya yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan)dimana ia bertempat
tinggal.
Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta
menjalankan peran.13
David Berry mengatakan bahwa didalam “ peran terdapat dua
macam harapan yaitu : Pertama, harapan-harapan masyarakat terhadap
pemegang peran dari pemegang peran.
Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau
kewajiban-kewajiban dari pemegang peran terhadap orang
yang
berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajibankewajibannya.
2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk
sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk
atau manusia lainnya.
Maka pada posisi semacam inilah, peran sangat menentukan
kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing-
12
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial,(Jakarta: CV Rajawali, 1984),
Cet.Ke-1.h.235
13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2002), Cet.Ke-34,h.243
13
masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya
yaitu menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengn kedudukannya
dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia bertempat tinggal.
Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari
masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan
sebagaimana mestinya sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan
tersebut.
Individu dituntut memegang peran yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya, dalam hal ini peran dapat dilihat sebagian dari struktur
masyarakat, misalnya peran-peran dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan
dan peran-peran lainnya yang diciptakan oleh masyarakat.
Dari penjelasan dapat terlihat suatu gambaran bahwa suatu peran
tidak dapat berjalan tanpa adanya atau memiliki kedudukan, maksudnya
yaitu dengan adanya kedudukan tersebut maka peranan itu dapat berjalan
sesuai dengan tugas yang dimilikinya.
B. Pengertian Pembimbing
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pembimbing adalah orang yang
membimbing,
pemimpin,
penuntun.14
Sedangakan
menurut
Prayitno,
”Pembimbing adalah orang yang membantu individu untuk membantu mereka
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat
pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi yang diperlukan untuk
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka 1998),h. 152
14
menyesuaikan diri yang baik.” Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas
pembimbing adalah melakukan bimbingan terhadap lansia itu sendiri.15
Menurut M. Hamdani Adz-Dzaky menguraikan pengertian konseling
adalah aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan
saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan
klien, dimana konseling datang dari pihak klien yang disebabkan
ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan
kepada pembimbing agar dapat memberikan bimbingan dengan metodemetode psikologis dalam pelaksanaan :
1. Mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh.
2. Mengembangkan kualitas kesehatan mental.
3. Mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri
individu dan lingkungannya.
4. Menanggulangi problem hidup dan kehidupan secara mandiri.16
1. Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan
kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
b. Memperoleh wawasan baru tentang berbagai alternatif, pandangan dan
pemahaman-pemahaman, serta ketrampilan-ketrampilan baru
c. Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri; mencapai kemampuan untuk
mengambil keputusan dan keberanian untuk melaksanakannya;
15
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka cipta), h. 94
16
M.Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi Dan Konseling Islam Penerapan Metode
Sufistik, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru , 2001), Cet ke-I,h.128-129
15
kemampuan untuk mengambil resiko yang mungkin ada dalam proses
pencapaian tujuan yang dikehendaki.
(Coleman, dalam Thompson & Rudolph, 1983)
d. Tujuan konseling dapat terentang dari sekedar klien mengikuti
kemauan-kemauan konselor sampai pada masalah pengambilan
keputusan,
pengembangan
kesadaran,
pengembangan
pribadi,
penyembuhan, dan penerimaan diri sendiri.
(Thompson & Rudolph, 1983).17
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Fungsi pemahaman
a. Pemahaman tentang klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya
pemeberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau
pihak-pihak lai dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka
mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu
itu. Pemahaman tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan
lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang
pribadi
klien,
kekuatan
dan
kelemahannya,
serta
kondisi
lingkungannya.
b. Pemahaman tentang masalah klien
Pemahaman terhadap masalah klien itu terutama menyangkut
jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan
kemungkinan berkembangnya (kalau tidak segera diatasi). Pemahaman
17
Prayitno dan Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, h.112
16
masalah oleh individu (klien) sendiri merupakan modal dasar bagi
pemecahan masalah tersebut. Sejak awal prosesnya, pelayanan
bimbingan dan konseling diharapkan mampu mengantarkan klien
memahami masalah yang dihadapinya. Apabila pemahaman masalah
klien oleh klien itu sendiri telah tercapai maka pelayanan bimbingan
dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi pemahaman dengan
baik.
c. Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas”
Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas” artinya
dalam arti sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu
yang secara langsung mampengaruhi individu tersebut seperti keadaan
rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi dan sosio emosional
keluarga, hubungan antar tetangga dan lain sebagainya. Paparan
singkat lebih lajut berikut ini menyangkut beberapa jenis lingkungan
yang “lebih luas” seperti lingkungan sekolah bagi para siswa,
lingkungan kerja dan industri bagi para karyawan, dan lingkunganlingkungan kerja bagi para individu sesuai dengan sangkut-paut
masing-masing. Pemahaman yang baik terhadap hal-hal tersebut akan
memungkinkan menjalani kehidupan sebagaiman dikehendaki.
2. Fungsi Pencegahan
a.
Pengertian pencegahan
Pencegahan yaitu upaya mempengaruhi dengan cara yang
positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan
kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-
17
benar terjadi (Horner & McElhaney,1993). Lingkungan yang baik
akan memberikan pengaruh positif terhadap individu. Oleh karena
itu lingkungan harus dipelihara dan dikembangkan. Adapun
aplikasi upaya pencegahan adalah bahwa:
(1) Mencegah adalah menghindari timbulnya atau meningkatnya
kondisi bermasalah pada diri klien
(2) Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik
dan stres
(3) Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri dan dukungan
kelompok.
b. Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan yang harus dilakukan konselor adalah :
(1) Mendorong perbaikan lingkungan yang kalu diberikan akan
berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan
(2) Mendorong perbaikan kondisi diri pada diri klien
(3) Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang
diperlukan
dan
mempengaruhi
perkembangan
dan
kehidupannya.
(4) Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan
memberi resiko besar dan melakukan sesuatu yang akan
memberikan manfaat.
(5) Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang
bersangkutan.
18
3. Fungsi Pengentasan
Upaya pengentasan msalahnya pada dasarnya dilakukan secara
perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang
diderita oleh individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan
demikian penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap
kondisi masing-masing masalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki
ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untuk menangani
berbagai masalah yang beraneka ragam.
4. Fungsi pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang
baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan
maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.
Pemeliharaan
yang
demikian
itu
adalah
pemeliharaan
yang
membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan.
Oleh karena itu kedua fungsi itu tidak dapat dipisahkan. Dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan
dan program.
Selain
fungsi
bimbingan
dan
konseling
yang
sudah
dikemukakan di atas, ulasan dalam pelayanannya juga memiliki tujuan
yang jelas menurut George dan Christiani, seperti yang dikutip Singgih
D.Gunarsa adalah sebagai berikut :
19
1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku
2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukkan keputusan
4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan
5. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan klien.18
C. Pengertian Motivasi Hidup
Motif sebagai pendorong pada umunya tidak berdiri sendiri, tetapi
saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, hal-hal yang dapat mempengaruhi
motif disebut motivasi. Motivasi sendiri merupakan keadaan dalam diri
individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.19 Sedangkan
pengertian hidup adalah yang menjadikan sesuatu merasa dan mengetahui juga
bergerak, yang selalu ditandai dengan rasa, gerak dan sadar.
Menurut hemat saya pengertian motivasi itu sendiri berarti suatu
dorongan untuk tetap terus bergerak, sadar dan merasakan. Artinya dorongan
yang mengarah kepada eksistensi hidup.
Manusia ingin tetap dapat bergerak, merasakan dan sadar dalam
kehidupan, sehingga dibutuhkan motivasi atau dorongan agar hidup atau rasa
itu dapat bermakna.
Motivasi memiliki 3 aspek antara lain :
1. Keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu kesiapan bergerak karena
kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau
karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berfikir
dan ingatan.
18
Singgih D.Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi,(Jakarta: PT. Gunung Mulia,1992), Cet
ke-23, h. 24
19
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1980) h. 220
20
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini
3. Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
Salah satu aspek dalam konseling yaitu motivasi, yaitu memberikan
dorongan kepada klien agar mampu melaksanakan perilaku dalam upaya
memecahkan masalahnya secara efektif dan produktif.
Memahami motivasi merupakan satu hal yang sangat penting bagi para
konselor dalam proses konseling karena beberapa alasan, yaitu : (1) klien
harus didorong untuk bekerja sama dalam konseling dan senantiasa berada
dalam situasi itu, (2)klien harus senantiasa dorong untuk berbuat dan berusaha
sesuai dengan tuntutan , (3) motivasi merupakan hal yang penting dalam
memelihara dan mengembangkan suasana konseling.
Motivasi
dapat
diartikan
sebagai
suatu
dorongan
untuk
mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu.
Motivasi memiliki karakteristik :
(1) Sebagai hasil dari kebutuhan
(2) Terarah kepada suatu tujuan
(3) Menopang perilaku.
Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan dan
penaksiran perilaku. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong
individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada pencapaian suatu
tujuan. Dalam bentuk uang sederhana, motivasi dapat digambarkan dalam
kerangka :
Motif - - - - perilaku - - - - tujuan
21
Ada lima hal yang menjadi alasan bahwa motivasi itu merupakan
suatu proses yang kompleks, yaitu:
1. Motif yang menjadi sebab dari tindakan seseorang itu tidak dapat diamati
akan tetapi hanya diperkirakan.
2. Individu mempunyai kebutuhan atau harapan yang senantiasa berubah dan
berkelanjutan
3. Manusia memuaskan kebutuhannya dengan bermacam-macam cara
4. Kepuasan dalam satu kebutuhan tertentu dapat mengarah kepada intensitas
kebutuhan
5. Perilaku
yang mengarah kepada tujuan,
tidak selamanya
dapat
menghasilkan kepuasan.
Sesuai dengan kerangka diatas maka dari setiap proses motivasi dan
perilaku
akan menghasilkan berbagai peristiwa yang bervariasi antara
individu yang satu dengan yang lainnya ataupun pada setiap individu dalam
waktu dan tempat yang berbeda. Setiap orang selalu terdorong untuk
melakukan tindakan yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang telah
diinginkan. Bilamana tujuan itu tercapai, maka kemungkinan ia akan
memperoleh kepuasan.
Akan tetapi , tidak selamanya setiap perbuatan itu dapat mencapai
tujuan yang diinginkan dan menghasilkan kepuasan. Dalam situasi ini individu
akan mengalami kegagalan dan merasakan kekecewaan yang selanjutnya
dapat menimbulkan frustasi, dalam keadaan frustasi ini ada dua kemungkinan
tindakan sebagai reaksi seseorang terhadap kegagalan dan kekecewaannya,
22
yaitu tindakan yang tergolong konstruktif, dan tindakan yang tergolong
defensif.
Reaksi yang tergolong konstruktif adalah apabila individu mampu
menghadapi kegagalan secara realistik dan mampu melakukan tindakan untuk
menghadapi kegagalan secara realistik dan dapat dibenarkan menurut norma
yang berlaku. Reaksi inilah yang paling banyak diharapkan oleh setiap orang.
Sedangkan reaksi defensif adalah bentuk perilaku reaksi yang
ditunjukkan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari kegagalan
yang dihadapi.
Pada umumnya tindakan defensif ini terjadi dalam keadaan kurang
disadari dan kehilangan kontrol diri, sehingga dapat menimbulkan gejalagejala gangguan mental. Dari bentuk perwujudannya, ada beberapa bentuk
perilaku defensif sebagai reaksi frustasi disebut :
1. Rasionalisasi yaitu mencari-cari dalih atau alasan untuk menutupi
kegagalannya
2. Proyeksi adalah melempar sebab-sebab kegagalannya kepada pihak di
luar dirinya
3. Kompensasi, yaitu mencari sukses dalam bidang lain untuk menutupi
kegagalan dalam satu bidang
4. Regresi yaitu berperilaku kekanak-kanakan
5. Menarik diri, yaitu menghindarkan diri dari keadaan yang tidak
menyenangkan baik secara fisik maupun psikis
6. Represi,
yaitu menekan atau
menyenangkan
23
melupakan hal-hal yang tidak
7. Agresi, yaitu melakukan perlawanan atau penyerangan terhadap halhal yang dianggap sebagai penyebab kegagalannya.
8. Sublimasi, yiatu dengan mencari penyaluran atau tujuan pengganti
9. Cemas tak berdaya, yaitu keadaan diam tak berdaya tanpa melakukan
apa-apa.
Faktor yang menggerakan tingkah laku manusia dalam jiwa adalah
ilmu jiwa disebut dengan motif. Motif (motive) berasal dari kata
“Motion” memiliki arti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Menurut
istilah psikologi mengandung arti penyebab yang diduga untuk suatu
tindakan, suatu aktivitas yang sedang berkembang dan suatu kebutuhan.
Adapun faktor-faktor itu adalah :
1. Faktor Personal (biologis)
Motif biologis yang mempengaruhi perilaku manusia seperti
kebutuhan akan makan, minum dan istirahat serta kebutuhan seksual.
2. Faktor Sosiopsikologis
Merupakan faktor karakteristik yang disebabkan oleh proses
sosial yang dialami oleh setiap orang, karakteristik ini mempengaruhi
tingkah lakunya. Motif ini antara lain : Keingintahuan, motif
kompetensi, motif cinta, motif harga diri, nilai dan makna hidup,
kepercayaan.
3. Faktor Situasional
Faktor ini dapat mempengaruhi seseorang menyesuaikan
perilaku sesuai dengan keadaan, tempat dimana mereka berada.
24
4 . Faktor Rohaniah
Kebutuhan rohaniah dipengaruhi oleh tiga
hal,
yaitu
pendidikan, penglaman dan suasana yang melindunginya. Semakin
tinggi pendidikan seseorang dan semakin luas pengalamannya, maka
semakin banyak dan tinggi tingkat kebutuhan ruhaniahnya.20
Perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang
dibentuk dan perilaku yang dipelajari. Pembentukan perilaku dapat
melalui :
1. Imitasi (Peniruan) terhadap perbuatan orang lain merupakan salah
satu aspek dari kegiatan manusia (Menurut Charles Bird)
2. Sugesti juga merupakan faktor yang banyak mempengaruhi sikap dan
tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat.
3. Simpati yang berarti perasaan tertariknya seseorang kepada orang lain
yang membuat seseorang menjadi peniru sikap yang disimpatikan.
4. Situasi kebersamaan dalam situasi dimana sekumpulan manusia
berada pada suatu tempat dalam kurun waktu tertentu secara
insidental. Tingkah laku yang muncul bukan lagi sebuah tingkah laku
individual melainkan tingkah laku secara kolektif massal.21
D. Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Hidup
Beberapa konsep dan teori yang telah dikemukakan diatas, dapat
dijadikan kerangka acuan dalam mewujudkan berbagai upaya memberikan
motivasi. Berdasarkan hal iti, beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan
acuan adalah sebagai berikut :
20
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1999), h. 77
M.Arifin, Psikologi Dakwah, (Suatu pengantar studi), (Jakarta: Bumi aksara, 1997)
Cet.Ke-4, h. 113
21
25
1. Prinsip kompetisi
Maksudnya adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar
pribadi. Kompetisi inter pribadi yaitu kompetisi dalam diri pribadi masingmasing dari tindakan kerja dalam dimensi tempat atau waktu. Sedangkan
kompetisi antar pribadi adalah persaingan antar individu yang satu dengan
yang lain. Dengan persaingan sehat dapat ditimbulkan motivasi untuk
bertindak secara lebih baik. Melalui konseling, konselor dapat membantu
klien untuk mampu berkompetisi secara sehat dalam dirinya dan antar
pribadi maupun orang lain.
2. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada
pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat,
peringatan dsb.Dalam hal ini motif individu ditimbulkan dan ditingkatkan
melalui upaya secara teratur untuk mendorong selalu melakukan berbagai
tindakan sebaik mungkin.
3. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk
melakukan tindakan yang dilakukan. Setiap untuk kerja yang baik apbila
diberi
ganjaran
yang
memadai,
cenderung
akan
meningkatkan
motivasi.Demikian pula hukuman yang diberikan dapat menimbulkan
motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu. Hal yang harus diingat adalag agar ganjaran dan hukaman itu
dapat diterapkan secara tepat agar benar-benar dirasakan oleh yang
bersangkutan sehingga dapat memberikan motivasi.
26
4. Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan maka akan makin
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Konselor seyogyanya
membantu klien dalam memahami tujuannya secara jelas. Melalui
konseling, klien dibantu untuk membuat tujuan-tujuan yang masih umum
dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.
5. Pemahaman Hasil
Dalam kaitan ini konselor seyogianya selalu memberikan balikan
kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh klien. Umpan balik
ini akan bermanfaat untuk mengukur derajat kerja yang telah dihasilkan
untuk keperluan perbaikan dan pengingkatan selanjutnya.
Klien hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan
terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
6. Pengembangan Minat
Prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang cenderung
meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam
melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan
dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat seseorang dalam
melakukan tindakannya.
Para konselor diharapkan mampu menumbuhkan dan mengembangkan
minat klien dalam aktivitas konseling. Dengan demikian klien akan
memperoleh rasa senang dan kepuasam dalam keseluruhan kegiatan
konseling.
27
7. Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial
maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk
bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan
fisik konseling yang sebaik mungkin.22
E. Pengertian Lansia
Sepanjang rentang kehidupan, seseorang akan mengalami perubahan
fisik dan psikologis. Dalam psikologi perkembangan disebutkan bahwa dalam
diri manusia terjadi perubahan-perubahan fisik, bahkan sampai pada anggapan
bahwa masa tua merupakan masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan
akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, masa
inilah yang disebut dengan masa lansia.23
Tugas perkembangan yang hendaknya dilalui oleh para lansia adalah :
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Menjalin hubungan dengan orang-orang seusianya
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis
Menurut Thomae menganggap proses lansia sebagai interaksi
perubahan-perubahan dalam sepuluh subsystem yang menyebabkan orangorang pada usia lanjut begitu berbeda, antara lain :
22
Mohamad Surya, Psikologi Konseling,(Bandung: C.V Pustaka Bani Quraisy, 2003) h.
23
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga,1998) h. 380
113-116
28
1. Permasalahan belajar pada awal proses tua, misalnya riwayat
pendidikan, kebiasaan dalam mengadakan aktifitas fisik dan mental,
makanan, hobi, dan hubungan sosial.
2. Perubahan dalam system biologis, misalnya kesehatan, fungsi sensoris,
biomorfosa atau proses penuaan primer, kemunduran dalam ingatan.
3. Perubahan dalam peran sosial, misalnya pindah ke panti, kehilangan
teman hidup, sahabat atau keluarga lain, menjalin persahabatan baru,
peran sosial baru.
4. Situasi sosio-ekonomis dan ekologis, misalnya hal-hal yang berkaitan
dengan penghasilan, jaminan sosial, perumahan, kendaraan, jaminan
pelayanan medis.
5. Perubahan sifat-sifat kepribadian, misalnya dalam hal aktivitas,
perhatian, suasana hati, kreativitas, penyesuaian, kontrol diri.
6. Perubahan berbagai macam aspek kognitif
7. Ruang hidup individual seperti konsep diri, orientasi nilai dan agama,
sikap terhadap kematian.
8. Kepuasaan hidup atau keseimbangan yang dicapai antara kebutuhan
individual dan situasi kehidupan
9. Kemampuan untuk mengembalikan keseimbangan melalui sikap tidak
menyerah yang mengakibatkan tingkah laku prestasi.
10. Kompetensi sosial sebagai ukuran global kemampuan individu untuk
memenuhi tuntutan sosial dan biologis.24
Adapun perkembangan agama pada lansia berpusat pada kematian
24
F.J.Monks dan Siti Rahayu Haditono ,Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam
Berbagai Lainnya, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006 ) h. 334
29
yang menjadi sesuatu sifat yang pribadi. Dan menurunnya kehadiran dan
partisipasi dalam kegiatan dimasjid yang banyak disebabkan karena factorfaktor lain seperti keadaan kesehatan yang memburuk, tidak ada transportasi,
malu karena tidak memiliki pakaian yang sesuai ataupun tidak mampu
menyumbang uang dan perasaan yang tidak dibutuhkan oleh masyarakat.
Sehingga para lansia enggan untuk beribadah namun dengan perasaan
takutnya terhadap kematian.25
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap
keagamaan pada lansia, namun secara garis besarnya ciri-ciri keberagamaan
pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Kehidupan keagamaan pada lansia sudah mencapai tingkat kemantapan.
2. Meningkatnya kecenderungan untuk pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul terhadap pengakuan realitas tentang kehidupan akhirat
secara lebih sungguh-sungguh.
4. Timbul rasa takut terhadap kematian yang meningkat sejalan dengan
pertambahan usia lanjutnya.26
25
Neny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007) h.136
26
Jalaludin, Psikologi Agama,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007) h.112
30
BAB III
GAMBARAN UMUM
PUSAKA CENGKARENG JAKARTA BARAT
A. Pusaka Cengkareng Jakarta Barat
A. Sejarah berdirinya
Dalam rangka mewujudkan cita-cita untuk mencerdaskan anak
bangsa dan mengurangi kemiskinan, maka pada tanggal 19 januari 1983
didirikan Yayasan Pembina anak sehat Sosrokartono oleh Ir.R.Ng.Soearto
Sosrohadikoesoemo. Tujuannya ialah mengenang dan melestarikan
pemikiran-pemikiran pamannya yaitu Drs.R.M.Pandji Sosrokartono(18771952) sarjana Oosterse Talen,Univ LEIDEN, Nederland, lulusan tahun
1908 dan beliau adalah kakak Raden Ajdeng Kartini. Sosrokartono adalah
seorang Filosogf, Humanis, Suka menolong sesame dan pemerhati
pendidikan, termasuk pendidikan anak-anak keluarga kurang mampu.
Yayasan
ini
bergerak
dibidang
pendidikan,
sosial
dan
kemanusiaan. Pada tahun 1983 Ir.S.Sosrohadikoesoemo membeli sebidang
tanah seluas 375 m2 dan dengan bantuan sahabat-shabat di Nederland
didirikan sekolah Dasar Swasta “Sosrokartono”. Sebagian besar murid
tidak dipungut biaya, bahkan semua diberi makan siang dan seluruhnya
dikelola atas biaya sendiri. Sengaja dipilih daerah Rawa bengkel,
Cengkareng Barat, Jakarta Barat, karena daerah tersebut miskin dan sangat
memprihatinkan.
31
Adapun tiga terpadu yayasan adalah :
1. Bidang Pendidikan : SD.Sosrokartono
Sekolah dasar didirikan pada tahun 1983, di Jl.Cendrawasih
Rt.012/ Rw.07, Cengkareng Barat, Jakarta Barat, status sekolah:
akreditasi. Jumlah murid 120 anak, terdiri dari kelas I samapai kelas VI.
Murid-murid sebagian berasal dari keluarga yang tidak mampu dan
tidak dipungut bayaran sekolah, 35% murid membayar Rp.6.000/bulan.
Biaya operasional sekolah dan honor Guru/ Staf ditanggung oleh
yayasan. Tidak ada subsidi dari pemerintah, sedang anggaran
Rp.80.000.000,-
per
tahun.
Keadaan
sekolah
memprihatinkan,
memerlukan dana bantuan.
2. Bidang Sosial
Panti asuhan adinda didirikan pada tanggal 17 oktober 1998
menampung 35 anak yang keluar dari SD Sosrokartono karena adanya
krisis moneter dan mereka kebanyakan anak yatim/piatu. Mereka
disekolahkan sampai SMP/SMU/SMEA/SMK.
Dewasa ini panti asuhan adinda mengasuh dan menyekolahkan
50 anak usia 8-17 tahun. Mereka mendapat pakaian dan sepatu dll,
makan 3x sehari dan pengobatan yang memadai. Selain pelajaran
kesenian ( menyanyi dan menari) olahraga serta belajar keterampilan.
Sumber dana dan biaya operasional 125 juta pertahun: 50%
subsidi pemerintah, kekurangannya mencari donator tetap/ tidak tetap
dari masyarakat untuk biaya pendidikan tanpa membebani yayasan.
3. Bidang Kemanusiaan : Santunan Bagi Lansia
32
Mereka tergabung dalam pusaka VIII (Pusat santunan dalam
keluarga). PUSAKA VIII merupakan suatu lembaga/ proyek pelayanan
kesejahteraan social yang menyantuni Lanjut usia 60 tahun keatas dari
keluarga kurang mampu dan gizi buruk dan bertemnpat tinggal tidak
layak huni. Diseluruh Jakarta ada 114 pusaka, tergabung dalam Badan
Kerja Sama Pusaka (BKSP), pusaka VIII didirkan dan diketuai oleh
Almarhumah Ibu Joyce Sosrohadikoesoemo (1979-2002), sampai
sekarang anggotanya berjumlah 50 lansia.
Pelayanan yang diberikan adalah memberikan makanan
3xseminggu( untuk 2x makan sehari) bagi lansia yang tinggal di Rawa
bengkel, Cengkareng Barat, Jakarta Barat. Untuk lansia yang
bertempat tinggal di luar Cengkareng mendapat santunan bulanan dan
makanan berupa natura(beras, mie instant dll). Kegiatan-kegiatan
lainnya adalah pemeriksaa kesehatan oleh Puskesmas Cengkareng,
pengajian dan senam lansia seminggu sekali, santunan Hari raya
dengan pemberian paket lebaran serta rekreasi.
B. Letak Geografis
PUSAKA 8 “Yayasan Sosrokartono” Cengkareng Barat, Jakarta
Barat terletak di jalan Cendrawasih VI RT.0012/07 No.47, Cengkareng
Barat, Jakarta Barat 11730.
C. Visi dan Misi
Visi yayasan sosrokartono adalah menjadikan yayasan sebagai
pusat kegiatan didalam tiga bidang yaitu pendidikan, sosial dan
kemanusiaan.
33
Misi yayasan sosrokartono adalah memberikan pendidikan kepada
anak yatim, yatim-piatu dan anak-anak keluarga yang tidak mampu, serta
lansia dengan membina dan mengembangkan kualitas jasmaniah, mental
dan rohaniah mereka sesuai dengan perkembangannya agar mencapai taraf
hidup yang lebih baik.
D. Struktur Organisasi Pusaka “Yayasan Sosrokartono”
STRUKTUR KEPENGURUSAN
PUSAKA CENGKARENG
Pengurus Yayasan
: P.A.S Sosrokartono
Kepala Bidang Sosial
: Ny.Sukadari Honggowongso
Ketua Pusaka 8
: Hj. Sri Murdjiah
Bendahara
: Dewi. N. Kartini SE
Sekretaris
: Dra. Dewi Pujiwati
Pendamping/ Pelayanan Teknis
1. Pelayanan Keterampilan
: Ny. Murtini
2. Pelayanan Kesehatan
: Ny. Yetti Hadi
3. Pelayanan Mental Spiritual /Keagamaan
: Ny. Sukarsih
4. Pelayanan Makanan
: Ny. Sutanti
5. Pelayanan Rekreasi / Olahraga
: Ny. Emi
34
Pengurus Yayasan
P.A.S. Sosrokartono
Kepala Bidang Sosial
Ny. Sukadari
Ketua Pusaka VII
Hj. Sri Murdjiah
Bendahara
Dewi. N. Kartini, SE
Sekretaris
Dra. Dewi Pujiwati
Pendamping/ Pelayanan Teknis
Pelayanan Keterampilan
Ny. Murtini
Pelayanan Kesehatan
Ny. Yetti Hadi
Pelayanan Spiritual /Keagamaan
Ny. Sukarsih
Pelayanan Makanan
Ny. Sutanti
Pelayanan Rekreasi / Olahraga Ny.
Deni Kurniati/ Emi
LANSIA
35
E. Kondisi Lansia
Pusaka yang merupakan singkatan dari Pusat Santunan Keluarga yang
berarti lansia mendapatkan santunan dan ilmu agama kesehatan dan yang
lainnya namun mereka tetap tinggal bersama keluarga mereka masingmasing.
Kondisi lansia di Pusaka ini sangat baik. Kondisi tubuhnya yang
sudah mulai renta tidak menyurutkan niat mereka untuk menuntut ilmu
agama, apalagi mengingat mereka merasa sudah mulai lupa dengan apa
yang telah dipelajari sebelumnya sehingga membuat mereka termotivasi
untuk belajar lagi yang telah dipelajari dulu.
Adapun dua orang lansia yang mempunyai kekurangan dalam
penglihatan dalam hal ini lansia yang tunanetra, tetapi mereka tidak
meratapi apa yang ada didirinya, mereka tetap bersemangat untuk belajar
tentang pengetahuan agama. Dan mereka tidak rendah diri, mereka tetap
sempurna seperti lansia yang lainnya.
Lansia yang terdapat di Pusaka mayoritas adalah warga sekitar yang
memiliki keadaan ekonomi bawah sehingga selain mendapatkan
pengetahuan agama dan sosial merekapun mendapatkan santunan berupa
makanan pokok sehari tiga kali yaitu pagi, siang, dan sore.
Dengan kondisi ekonomi yang lemah tidak membuat mereka
menjadi orang yang tidak berdaya tetapi mereka justru sangat menyadari
pentingnya menuntut ilmu apalagi ilmu agama sebagai bekal di hari akhir
nanti.
36
Jadi dapat dikatakan bahwa lansia yang berada di Pusaka mayoritas
dari warga sekitar yang dapat dikatakan tidak mampu dan perlu dibantu
agar terpenuhinya kebutuhan rohani maupun jasmaninya secara baik.
Mereka
pun
sangat
antusias
terhadap
kegiatan-kegiatan
yang
diselenggarakan oleh Pusaka.
Para lansia pun sangat merasa nyaman dengan memiliki ketua
Pusaka dan Penanggungjawab harian yang sangat ramah dan baik,
sehingga mereka tidak segan untuk bercerita tentang apapun yang terjadi
padamya saat itu.
37
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai peran konselor dalam
memberikan motivasi hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat yang
meliputi bagaimana peran konselor dalam memberikan motivasi hidup pada
lansia, harapan-harapan lansia dan kesesuian antara harapan lansia dengan
konseling yang diberikan oleh konselor.
A. Identifikasi Subyek (Informan)
Identifikasi subyek (Informan) di Yayasan Pusaka ini terdapat 4
informan yang terlibat langsung pada proses bimbingan antara lain :
1. Ibu Hj. Sri Murdjiati selaku ketua yayasan Pusaka, yang juga terlibat pada
aktivitas lansia dan proses bimbingan itu. Ibu Sri ini yang juga
memberikan bimbingan keagamaan terhadap lansia di sela-sela aktivitas
yang dilakukan oleh lansia.
2. Ibu Hj. Nani selaku penanggung jawab harian yang bertugas mengontrol
setiap kegiatan lansia, dan beliau pun menyampaikan bimbingan yang
bersifatnya sosial kemasyarakatan agar lansia dapat bersosialisasi dengan
baik di umurnya yang sudah tidak muda lagi.
3. Ibu Emi selaku pendamping keseluruhan lansia, artinya tugas beliau
adalah mengatur lansia di dalam kegiatan. Pendamping lansia di Yayasan
ini selain mendampingi lansia juga membantu dalam kegiatan juga.
4. Ibu Rojiah sebagai perwakilan lansia yang menjabat juga sebagai ketua
kelas dari lansia.
38
B. Program Bimbingan Bagi Lansia
Program bimbingan pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng ini terdapat 4
bidang antara lain :
1. Bidang Kegamaan
Bidang Kegamaan mencakup pelatihan-pelatihan iqro atau Al-Qur’an dan
yasin setiap hari kamis pukul 09.30 – 11.00. Pelatihan ini di ikuti oleh
seluruh lansia pada Yayasan Pusaka ini. Tujuan di adakannya bimbingan
atau pelatihan ini agar lansia masih dapat mengingat dan mengucapkannya
dengan baik walaupun di usianya yang sekarang ini. Selain itu ada juga
ceramah kegamaan yang dilakukan pada hari yang sama yaitu hari kamis
pukul 11.00 – 12.00, tujuannya adalah membimbing dan memotivasi
lansia agar tetap semangat dalam menuntut ilmunya terutama dibidang
kegamaan.
Selain itu adapaun layanan curhat di sesi ceramah keagamaan agar lansia
dapat langsung berdiskusi dan dapat bertukat fikiran.
2. Bidang Kesenian dan Keterampilan
Bidang kesenian merupakan bidang yang paling di minati oleh lansia,
karena lansia dapat mengapresiasikan kreasinya melalui sebentuk kegiatan
yang mengarah kepada bidang kesenian contoh kegiatannya adalah :
a. Bermain alat musik ataupun tes vokal artinya bernyanyi dan dapat juga
kesenian berupa tarian daerah dan tak ketinggalan yaitu modeling.
Kegiatan ini dilakukan pada hari selasa dan sabtu pada pukul 09.00 –
12.00. Untuk modeling biasanya hanya di latih untuk keperluan
perlombaan saja.
39
b. Membuat kue atau jenis masakan yang bebas dari kolesterol, karena
mengingat kondisi lansia yang tidak memungkinkan untuk memakan
makanan yang tidak sehat. Kegiatan ini dilakuka pada hari rabu pukul
09.00 – 12.30. Pada kegiatan ini lansia dapat membuat kreasi makanan
non kolesterol menjadi makanan yang enak dan lezat.
c. Melukis atau menggambar sesuai dengan kreatif dan sesuai dengan
kehendaknya tetapi tetap dibatas normal. Kegiatan ini dilakukan pada
hari selasa dan sabtu pukul 15.00 – 17.00 bertujuan untuk mengetahui
apa yang sedang dialami oleh lansia pada saat itu.
3. Bidang Olahraga dan Kesehatan.
a. Mengadakan olahraga berupa senam kebugaran jasmani, ataupun jalan
santai yang diadakan dua minggu sekali. Tepatnya pada hari senin dan
jum’at pada pukul 07.00- 08.00. Kegiatan ini biasa dilakukan di
Yayasan atau terkadang di lapangan yang ada diluar yayasan namun
letaknya bersebelahan dengan yayasan.
b. Mengadakan pengobatan gratis sebulan sekali untuk mengecek
kesehatan lansia. Sehingga lansia tetap dapat sehat dan bugar.
Biasanya juga diberikan vitamin seminggu sekali yang berguna
menambah stamina agar dapat menjalani aktivitas dengan baik dan
lancar.
C. Peran Pembimbing dalam Pemberian Motivasi Hidup Pada Lansia
1. Mengarahkan lansia dalam segi perilaku dan kemasyarakatan agar tetap
terarah baik.
40
2. Membimbing lansia pada setiap persoalan-persoalan yang di alami atau
yang mereka hadapi saat itu.
3. Membantu lansia dalam setiap kegiatan yang mereka laksanakan, artinya
pembimbing juga terlibat pada kegiatan.
4. Memberikan arahan yang bersifat kegamaan pada saat ceramah
keagamaan yang bertujuan agar lansia tetap mengingat ajaran dan anjuran
agama.
5. Menjadi sahabat lansia yang baik, karena lansia itu telah mengalami
perubahan-perubahan
secara
fisik
maupun
psikologis
sehingga
pembimbing harus lebih perhatian seperti memperhatikan anak-anak kecil.
D. Harapan Lansia terhadap Pemberian Motivasi Hidup
Menurut lansia, motivasi hidup pada lansia sangat dibutuhkan sebagai
semangat untuk menjalani kehidupan walaupun perubahan-perubahan yang
banyak terjadi pada lansia. Namun ternyata lansia memiliki harapan terhadap
pemberian motivasi hidup yang baik menurut lansia, adalah pemberian
motivasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pendekatan yang dilakukan
pun akan terasa lebih bermanfaat yang dirasakan, karena lansia tidak merasa
di ceramahi atau di nasehati dengan seseorang yang jauh lebih muda dan tidak
berpengalaman dibanding lansia.
Harapan itu menjadi acuan konselor agar dapat menimbulkan konseling
yang efektif artinya konseling atau pemberian motivasi yang disampaikan pun
bermanfaat bagi tumbuh kembang lansia.
Lansia sangat membutuhkan semangat dalam menjalani kehidupan ini
dimasa tuanya, karena itu harapan itu mengarah pada pengharapan agar
41
motivasi itu dapat bermanfaat bagi dirinya. Dan dapat diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari.
Selain itu adapun keinginan lansia adalah ingin sejahtera, yang dapat
diartikan ingin bahagia secara fisik dan psikis, terpenuhinya kebutuhan akan
makan, dan berkembang dengan baik. Selain itu lansia ingin untuk terlibat dan
ikut serta dalam berbagai kegiatan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Sehingga dapat disimpulkan harapan itu antara lain :
1. Agar terpenuhinya kebutuhan psikisnya, artinya lansia membutuhkan
teman untuk sharing atau curhat artinya tempat untuk berbagi apa yang
menjadi masalah dan persoalan yang melanda dirinya saat itu.
2. Memiliki wadah dan bimbingan dalam mengapresiasikan berbagai
kesenian, keterampilan ataupun bidang lainnya.
3. Mendapatkan motivasi atau semangat yang dapat terus mempertahankan
kualitas hidupnya.
Karena sesuai dengan namanya yaitu Pusaka Santunan Keluarga yang
berarti lansia hanya mengikuti program yang telah ditentukan dan
mendapatkan santunan berupa makanan sehari-hari, sembako, ataupun uang
tunai. Sehingga untuk tempat tinggal, mereka dikembalikan lagi pada
keluarganya.
Ditinjau dari kerjasama ini merealisasikan bahwa peran pembimbing
dan lansia sangat penting dalam mencapai tujuan pembimbing dalam
memberikan motivasi hidup itu sendiri.
Hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Gibb dan Gordon,
sebagaimana yang dikutip oleh Ira Yoga mendefinisikan peran yaitu lahir dari
42
interaksi dalam masyarakat itu sendiri dengan memposisikan peran interaksi
mereka dalam masyarakat, melalui partisipasi dalam memainkan peran
tertentu.
Demikian pula dengan apa yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto
bahwa “ peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian
diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar
menjalankan perannya. Yaitu menjalankan hak dan kwajiban sesuai dengan
kedudukannya dalam masyarakat ( lingkungan ) dimana ia bertempat tinggal.
Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan
suatu peranan.27
Setelah mendapatkan motivasi hidup melalui bimbingan agama dan
layanan konseling yang dapat membantu mereka dalam mengatasi masalah
yang tengah mereka hadapi membuat mereka merasa nyaman dan dianggap
layak berada di Pusaka.
Sehingga dapat dianalisis bahwa terjadinya kenaikan yang cukup baik
dari segi psikologis lansia itu sendiri. Lansia dimanapun mereka berada, pasti
terjadi pergeseran kebutuhan, artinya mereka sudah tidak perlu lagi mengurus
hal-hal yang berat ataupun yang dapat dikerjakan oleh orang yang lebih muda
dan tidak mampu mengerjakannya. Itulah yang
membuat lansia merasa
terabaikan dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial ataupun lingkungan
yang lainnya yang sudah tidak memerlukan tenaganya lagi.
27
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2002), Cet.Ke-34,h.243
43
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
peran
pembimbing
dalam
memberikan motivasi hidup itu dapat berbagai cara dengan mengadakan
kegiatan yang memacu kreatifitas, kesenian ataupun keterampilan lansia.
E. Kesesuaian antara harapan dengan Konseling yang baik
Kesesuian berarti selaras dan seimbang apa yang diharapkan dengan
kenyataan yang didapat. Kesesuian antara harapan lansia dengan penangan
konseling yang telah diberikan oleh pembimbing telah dapat dikatakan
berhasil atau sesuai, karena dapat dianalisis bahwa apa yang menjadi harapanharapan lansia dapat diwujudkan dengan konseling yang efektif dari konselor.
Penanangan konseling yang baik adalah dapat mewujudkan apa yang
menjadi harapan lansia. Jika terjadi keseuaian , maka itulah yang dinamakan
berhasil. Setelah dilihat, diamati dan ditinjau lebih jauh lagi ternyata di Pusaka
ini terjadinya kesesuaian apa yang menjadi harapan lansia. Peran pembimbing
dapat membangkitkan motivasi hidup atau dorongan untuk tetap terus
bergerak, sadar dan dapat merasakan didalam lansia.
Karena kemampuan dan kualitas pembimbing yang cukup baik, juga
dapat membantu Pusaka dalam mengendalikan dan mengatur lansia didalam
program maupun diluar program.
Itu menandakan bahwa terjadinya, kerjasama yang mutualisme, yang
berarti saling menguntungkan antara pihak yang satu dengan yang lainnya
atau dapat dikatakan antara konselor dengan pihak Pusaka.
Sehingga penulis dapat menyimpulkan, bahwa terjadinya kesesuian
antara harapan lansia dengan cara pembimbing dalam memberikan motivasi
hidup pada lansia sehingga dapat dikatakan konseling yang diberikan berhasil.
44
Dengan keberhasilan pembimbing menjalankan perannya dalam
memberikan motivasi hidup pada lansia telah mampu meningkatkan kualitas
lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat.
Optimalisasi pembimbing yang berada di Pusaka Cengkareng
diantaranya membimbing dan mendampingi lansia dalam mengikuti program
yang telah ditentukan ataupun kegiatan yang telah dibuat. Pembimbing ikut
serta dalam berbagai kegiatan, sehingga pembimbing adalah pemain juga, dan
bukan pemantau ataupun seorang yang memerintah untuk itulah pembimbing
dituntut dapat berperan didalam segala hal yang berkenaan dengan program
sehingga dapat mendapatkan hasil yang optimal atau dapat diartikan bahwa
pembimbing atau pendamping ini bersifat fleksibel.
Dari faktor inilah perkembangan lansia dapat dikatakan pesat.
Sehingga kerjasama yang terjadi antara pembimbing ataupun pendamping
dapat dikatakan suatu kesatuan yang menunjukan besar pengaruhnya
pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada lansia di Pusaka.
Perkembangan lansia yang demikian baik tidak terlepas dari peran
pembimbing yang lain untuk bekerja sama dengan pembimbing secara
berkesinambungan guna mencapai tujuan yang hendak dicapai yaitu
memberikan motivasi hidup dan program yang telah ditetapkan agar lansia
tetap sehat secara fisik dan psikologis dan memiliki wawasan yang baik.
Dengan tercapainya tujuan yang dicapai oleh pembimbing dalam
memberikan motivasi hidup pada lansia ini membuktikan kerjasama yang
telah
terjadi
menunjukkan
tanggungjawab
45
menjalankan
peran
dan
kewajibannya secara penuh sehingga hasil atau tujuan yang didapatkan
optimal.
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai pembahasan sebelumnya, penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa peran konselor dalam memberikan motivasi hidup pada lansia di
Pusaka Cengkareng Jakarta Barat dalam pelaksanaannya konselor sangat
berperan penting dalam perkembangan lansia dan mewujudkan apa yang
menjadi harapan lansia.
Penilaian tersebut dapat dilihat kesimpulan sebagai berikut :
1. Peran konselor yang sangat berpengaruh pada lansia terutama psikisnya.
Itu terlihat dari perkembangan lansia yang baik dan selalu bersemangat
karena motivasi yang diberikan efektif.
2. Harapan lansia tentang konseling yang baik.
3. Kesesuaian antara harapan lansia dengan penanganan konseling yang baik
telah berhasil dilaksanakan, karena telah terjadi kesesuian antara harapan
itu dengan cara konselor dalam melakukan konseling.
Konselor telah berhasil mewujudkan apa yang menjadi harapan
lansia. Motivasi hidup yang diberikan ternyata berpengaruh besar dalam
kehidupannya. Sehingga lansia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam
bidang psikisnya.
Itu semua dapat terlihat dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan
oleh lansia sangat berbeda dengan lansia yang tidak mendapatkan kebutuhan
47
psikisnya. Mereka terabaikan dan jauh untuk dari kata sehat psikisnya. Namun
berbeda hal dengan yang mendapatkan motivasi hidup dari konselor yang
cukup profesional, lansia terlihat sehat fisiknya maupun psikisnya.
Semua hal yang berkaitan dengan harapan lansia dapat terwujud
dengan
layanan
konseling
yang
diberikan.
Artinya
terselesaikannya
problematika yang lansia hadapi membuat lansia sehat secara psikis.
B. Saran
Untuk lebih memaksimalkan peran konselor dalam memberikan
motivasi hidup pada lansia, didasari hasil studi dan penelaahan serta observasi
yang tertera dalam penelitian ini, penulis akan mengemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pembimbing hendaknya merencanakan program baru atau kreatif yang baru
agar lansia tidak jenuh dengan kegiatan yang telah diatur.
2. Pembimbing hendaknya menjalin kerjasama dengan pihak lain berkaitan
dengan program kegiatan selain dapat memperluas jaringan dan
mensosialisasikan (mempublikasikan) program, hal itu juga dapat
digunakan untuk mencari dana tambahan untuk membantu merealisasikan
program yang telah direncanakan.
48
Download