Perencanaan dan Pembuatan Static Var Compensator

advertisement
PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA INSTALASI RUMAH TANGGA 2200 VA
DILENGKAPI DENGAN DISPLAY DAN PENSTABIL TEGANGAN
( Sub Judul : Perbaikan Faktor Daya )
Herman Filani1, Ir.Abdul Nasir2 , Epyk Sunarno. SST,MT.3
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri, PENS-ITS, Surabaya ,Indonesia,
1
e-mail: [email protected]
2
Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri, PENS-ITS,Surabaya ,Indonesia.
3
Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri, PENS-ITS,Surabaya ,Indonesia.
Abstrak
Pemakaian daya listrik untuk kebutuhan rumah tangga umumnya mempunyai beban bersifat reaktif induktif
yang menyebabkan gelombang arus tertinggal dari gelombang tegangan. Pada umumnya yang dimaksud dengan
daya listrik dengan kualitas baik adalah bila Power Factor >0,85. Sedangkan kita tahu bahwa sebagian besar beban
dari PLN adalah bersifat induktif, hal ini menyebabkan rendahnya nilai faktor daya (Cos φ). Untuk mengetahui
persoalan tersebut diatas maka perlu dipasang Capacitor Bank yang bekerja secara otomatis.Dengan kombinasi
rangkaian kapasitor ini diharapkan akan didapatkan nilai faktor daya yang maksimal. Power Factor Regulator yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Mikrokontroller AT Mega 16 yang berfungsi sebagai controller.
Permasalah selanjutnya adalah sumber PLN 220 volt sering tidak stabil, terjadi penurunan atau kenaikan sehingga
mengurangi usia peralatan. Hal itulah yang menyebabkan kami membuat alat perbaikan faktor daya yang dilengkapi
dengan penyetabil tegangan. Prinsip kerja dari penyetabil tegangan ini adalah pengaturan putaran motor servo oleh
mikokontroler untuk memutar variable transformer sesuai dengan setting point yang diinginkan. Dengan Alat ini dapat
mengatasi permasalahan mengenai power factor yang jelek dan tegangan yang tidak stabil. Dengan demikian Power
factor bisa lebih baik ( > 0,85 ) dan tegangan sumber dari PLN akan stabil 220 volt Sehingga daya terpasang lebih
efisien dan resiko kerusakan alat akan lebih bisa diminimalisir..
Kata Kunci : faktor daya, induktif, power faktor regulator, phase detector, capacitor bank.
Abstract
Power consumption for household generally has inductive reactive loads that cause the current wave lags
behind the voltage wave. In general, the meaning of power with good quality is when Power Factor> 0.85. While we
know that the vast majority of the PLN's load is inductive in nature, this causes the low value of power factor (Cos φ).
To find these problems need to be installed above the Capacitor Bank that works otomatis. With series combination
of capacitors is expected to get the maximum value of power factor. Power Factor Regulator used in this study using
Microcontroller AT Mega 16 which serves as a controller. The next problems are the source of PLN 220 volts are
often unstable, there is a decrease or increase, thereby reducing the life of the equipment. That's what causes us to
make a repair tool that comes with a power factor of a voltage stabilizer so that the source voltage of 220 volts PLN
will be stable and the risk of further damage to the equipment will be minimized. The working principle of a voltage
stabilizer is a setting a servo motor rotation by mikokontroler to rotate the variable transformers in accordance with
the desired setting point.With this tool can solve the problems of poor power factor and voltage fluctuation. Thus
the power factor could be better ( > 0.85) and the source voltage from 220 volts to be stable PLN So the installed
power more efficiently and the risk of further damage to the equipment will be minimized.
Key words: power factor, inductive, power factor regulator, phase detector, capacitor bank.
kombinasi kapasitor yang masing-masing kapasitornya
bisa terangkai seri maupun paralel. Dengan kombinasi
ini diharapkan nilai faktor daya yang telah diperbaiki
mampu mendekati nilai maksimumnya.
Permasalahan yang kedua adalah tegangan jalajala pada sambungan rumah 2200 VA tidak stabil 220
volt, tetapi terjadi fluktuasi tegangan. Hal ini
mengakibatkan resiko rusaknya peralatan rumah
tangga. Sehingga alat ini dilengkapi juga dengan
rangkaian penstabil tegangan. Apabila tegangan
mengalami penurunan atau kenaikan alat ini secara
otomatis akan menstabilkan tegangan, sehingga resiko
rusaknya peralatan rumah tangga bisa lebih
diminimalisir lagi.
1. PENDAHULUAN
Permasalahan yang ada pada konsumen PLN,
terutama pada sambungan rumah tangga adalah
rendahnya kualitas daya yang disebabkan beban
induktif. Kualitas daya yang baik akan memperbaiki
drop tegangan, faktor daya, rugi–rugi daya, kapasitas
daya dan efisiensi energi listrik. Perbandingan antara
daya aktif (kVA) dan daya nyata (kW) akan
menghasilkan power factor (Cos φ). Beban dengan
jenis induktif ini menyebabkan rendahnya power factor
(Cos φ).
Untuk memperbaiki power factor (Cos φ) pada
sistem tenaga listrik dengan beban induktif diperlukan
suatu kompensator daya reaktif dengan menggunakan
mikrokontroler sebagai kontroler otomatis. Sistem yang
akan dirancang ini adalah sistem yang menghubungkan
rangkaian yang diukur faktor dayanya dengan suatu
2. DASAR TEORI
1
Teori
yang
digunakan
sebagai
dasar
pelaksanaan tugas akhir ini adalah:
2.1 Kualitas Daya
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran
energi listrik dalam sirkuit listrik. Satuan SI daya listrik
adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik
yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian
dengan hambatan listrik menimbulkan kerja. Peranti
mengkonversi kerja ini ke dalam berbagai bentuk yang
berguna, seperti panas (seperti pada pemanas listrik),
cahaya (seperti pada bola lampu), energi kinetik (motor
listrik), dan suara (loudspeaker). Listrik dapat diperoleh
dari pembangkit listrik atau penyimpan energi seperti
baterai
Perkalian arus dan tegangan efektif dalam
rangkaian AC dinyatakan dalam voltampere (VA) atau
kilovoltampere (KVA). Satu KVA sama dengan 1.000
VA. Daya yang berguna atau daya nyata diukur dalam
watt dan diperoleh jika voltampere dari rangkaian
dikalikan dengan faktor yang disebut dengan faktor
daya. Maka dalam rangkaian AC satu phase adalah:
Gambar 2.2 Beban Resistif
Beban yang bersifat induktif atau kapasitif dapat
menggeser titik persilangan nol antara tegangan dan
arus. Bila bebannya merupakan beban induktif
persilangan nol gelombang arus muncul beberapa saat
setelah persilangan nol gelombang tegangan muncul.
Hal ini biasa dikatakan sebagai arus tertinggal.
Gambar 2.3 Beban Induktif
Sebaliknya untuk arus beban yang bersifat
kapasitif, persilangan nol gelombang arus akan muncul
beberapa saat sebelum persilangan nol gelombang
tegangan. Hal ini biasa dikatakan sebagai arus
mendahului.
P(dalam watt) = V x I x faktor daya
Faktor daya =
P(dalam watt)
VxI
P = V × Iaktif
P = VI Cos θ
Oleh karena daya adalah EI dikalikan dengan
faktor daya, maka faktor daya suatu rangakaian AC
sama dengan kosinus dari sudut phase. Hubungan
antara daya dalam watt (P), voltampere (VA) dan
voltampere reaktif (VAR) dapat dinyatakan dengan
segitiga seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1.
sudut θ adalah sudut phase rangkaian. Alas segitiga
menyatakan daya nyata (VA), tingginya menyatakan
daya reaktif (VAR), dan hipotunosa menyatakan daya
aktif (W).
Gambar 2.4 Beban Kapasitif
Sebuah kapasitor daya atau yang dikenal
dengan nama kapasitor bank harus mempunyai daya
Qc yang sama dengan daya reaktif dari sistem yang
akan diperbaiki factor dayanya. Jika keadaan ini
dipenuhi, kapasitor bank akan memperbaiki faktor daya
menjadi bernilai maksimum (factor daya = 1). Besarnya
daya reaktif yang diperlukan untuk mengubah faktor
daya dari cos 1 menjadi cos 2 dapat ditentukan
dengan :
Qc = P ( tan 1 - tan2 )
daya nyata ( VI cos θ )
θ
daya reaktif ( VI sin θ )
daya aktif (VI )
Gambar 2. 1 Hubungan antara daya, voltampere dan
voltampere reaktif
Oleh karena Voltampere sama dengan VI daya
nyatanya adalah VI Cos θ, dan voltampere reaktifnya VI
Sin θ. Juga terjadi hubungan sebagai berikut.
π‘‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘“ =
π‘‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘›π‘¦π‘Žπ‘‘π‘Ž
2
+ π‘‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘Ÿπ‘’π‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘“
2
Gambar 2.5 Prinsip Perbaikan Faktor Daya
2.2 Perbaikan Faktor Daya
2.3
Sensor tegangan
Untuk mengambil sinyal tegangan agar bisa
dibaca oleh rangkaian phasa detector digunakan
resistor pembagi tegangan dipasang secara paralel
antara phasa dengan netral. Fungsi resistor ini adalah
untuk menurunkan tegangan dari tegangan sumber
menjadi tegangan yang dikehendaki. Selain itu juga
penggunaan resistor tidak merubah harga beda phasa
yang terjadi pada beban induktif yang terpasang.
Dalam sebuah sumber arus bolak-balik, bila
beban yang diaplikasikan bersifat resistif murni, maka
gelombang tegangan dan arus adalah sefasa seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.2.
2
Gambar 2. 6 Rangkaian resistor pembagi tegangan
Vout =
𝑅2
𝑅1+𝑅2+𝑅3
× π‘‰π‘–π‘›
2.4
Sensor arus ACS712
Sensor arus ini adalah salah satu produk dari
allegro untuk solusi ekonomis dan presisi dalam
pengukuran arus AC maupun DC. Sensor ini memiliki
presisi, low-offset, dan rangkaian sensor linier hall
dengan konduksi tembaga yang ditempatkan dengan
permukaan dari aliran arus yang disensor. Ketika arus
mengalir pada permukaan konduktor maka akan
menghasilkan medan magnet yang dirasakan oleh IC
hall efect yang terintegrasi kemudian oleh piranti
tersebut dapat dirubah ke tegangan. Sensor ini
memungkinkan untuk tidak menggunakan optoisolator
karena antara terminal input arus dengan outputnya
sudah terisolasi secara kelistrikannya. Hal ini karena
yang dirasakan atau yang disensor adalah efek hall dari
arus input yang disensor. Berikut adalah gambar
aplikasi, blok diagram dan karakteristik input outputnya.
Gambar 2.9 Input dan output pada rangkaian phasa
detector
2.6
Kapasitansi Kapasitor Bank
Perhitungan nilai capasitor digunakan untuk
setiap beban yang terpasang pada sistem, sehingga
dapat memperbaiki power faktor dengan maksimal.
Dalam menentukan kapasitansi capasitor bank
dilakukan terlebih dahulu perhitungan daya reaktif
kompensator. Daya reaktif konpensator dibagi dengan
banyaknya step VAR kompensator. Daya reaktif
kompensator tiap step VAR kompensator digunakan
untuk perhitungan kapasitansi capasitor bank tiap step
VAR kompensator. Dengan demikian akan didapatkan
kapasitansi capasitor untuk tiap step VAR kompensator
yang digunakan.
Daya reaktif konpensator:
Qcap = P × (tan⁑θ1 − tan⁑θ2 )
Keterangan:
P
: Daya Aktif (watt)
Qcap
: Daya Reaktif Konpensator(VAR)
θ1
: sudut sebelum diperbaiki
θ2
: sudut setelah diperbaiki
Gambar 2. 7 Contoh aplikasi dari rangkaian sensor
arus ACS712
3. KONFIGURASI SISTEM
Pada perencanaan dan pembuatan perangkat
keras, rangkaian perbaikan faktor daya pada saluran
rumah tangga 2200 VA dilengkapi dengan display dan
penstabil tegangan mengacu pada blok diagram yang
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
2.5
Zero Crossing dan Phase Detector (Detektor
Phasa)
Rangkaian ini berfungsi untuk mendeteksi
perbedaan sudut phasa yang mengalir ke beban.
Detektor Phasa dibuat menggunakan komparator dan
gerbang logika XOR. Komparator digunakan untuk
mendapatkan informasi saat nilai tegangan dan nilai
arus tepat melewati titik nol. Gerbang logika XOR
digunakan untuk mengetahui nilai beda sudut phasa.
Nilai perbedaan sudut phasa didapat dengan
menghitung selang waktu antara tegangan naik dan
tegangan turun pada keluaran gerbang logika XOR.
Rangkaian detektor phasa ini ditunjukkan pada Gambar
2.8, serta sinyal input dan output pada rangkaian zero
crossing detector dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 3.1. Blok diagram rangkaian Perbaikan
Faktor Daya Pada Beban Rumah Tangga 2200VA
dilengkapi dengan display dan Penstabil Tegangan .
Tugas Akhir rancang bangun rangkaian
perbaikan faktor daya untuk beban rumah tangga
secara otomatis adalah memperbaiki power faktor (Cos
θ) pada sistem kelistrikan pada suatu rumah..
Berdasarkan Gambar 3.1 perencanaan dan
pembuatan perangkat keras pada Tugas Akhir ini
meliputi:
Gambar 2.8 Rangkaian Detektor Phasa
3
1)
2)
Perencanaan dan pembuatan sensor.
Perencanaan dan pembuatan mikrokontroller dan
display.
3) Perencanaan dan pembuatan kontrol soft switch
capasitor bank.
3.1
Sensor Tegangan
Sensor tegangan menggunakan resistor pembagi
tegangan dipasang secara paralel antara phasa dengan
netral. Fungsi resistor ini adalah untuk menurunkan
tegangan dari tegangan sumber menjadi tegangan yang
dikehendaki. Selain itu juga penggunaan resistor tidak
merubah harga beda phasa yang terjadi pada beban
induktif yang terpasang.
R2
Vout =
× Vin
R1 + R2 + R3
Dalam perhitungan Vin yang digunakan 220 volt dan
Vout yang diharapkan adalah 3 volt, sehingga:
R2
Vout =
× Vin
R1 + R2 + R3
R2
3=
× 220
R1 + R2 + R3
Dimana R1 = R3, maka:
R2
3=
× 220
2R1 + R2
6R1 + 3R2 = 220R2
217R2 = 6R1
6
R2 =
× R1
217
R2 = 0.028 × R1
Ditetapkan terlebih dahulu R1dan R3=390K, maka:
R2 = 0.028 × 390K
R2 = 10,78 K
Maka R2 yang digunakan adalah 10K karena
keterbatasan variasi nilai komponen.
Gambar 3.2. Rangkaian aplikasi sensor arus ACS 712
yang baru
Dari rangkaian aplikasi IC ACS 712 diatas,
didapatkan hasil output berupa tegangan AC tanpa
komponen DC. Setiap perubahan 1 ampere arus input
maka hasil output berupa tegangan AC akan berubah
tiap 100 mV.
Gambar 3.3. Gelombang tegangan output sensor arus
ACS 712 yang baru
Tegangan AC hasil output sensor terlalu kecil,
maka diperlukan penguatan agar hasil output sensor
menjadi lebih besar. Rangkaian penguatan berupa OpAmp µA 741.
Daya resistor pembagi tegangan:
R tot = R1 + R2 + R3
20kΩ
= 390K + 10K + 390K = 790K
1
Vout dc 1kΩ
Vin
I=
R tot
2
3
uA 741
_
+
4
=
220V
= 0.278mA
790K
+Vcc 12 V
7
Vout dc
6
5
4700µF
16V
1kΩ
-Vcc 12 V
Gambar 3.4. Konfigurasi pin Op-Amp µA 741 dan
rangkaian inverting amplifier
P = I2 × R
= 0.278mA
Vout ac
8
2
× 390K = 0.03watt
Karena siyal tegangan output dari IC ACS 712
inverting maka menggunakan rangkaian inverting
amplifier dengan gain 20 kali. Maka dalam perhitungan
Rf dan Ri sebagai berikut:
Rf
Vout =
× Vin
Ri
Jika penguatan (gain) sebesar 20 kali, maka:
Vout
= 20
Vin
Sehingga,
Rf Vout
=
Ri
Vin
Rf
= 20
Ri
Rf = 20 Ri
Ditetapkan terlebih dahulu R1=1K, maka:
Rf = 20 × 1000
Rf = 20K
Daya resistor yang digunakan 1 4 watt.
3.2
Sensor Arus
Agar ouput sensor berupa tegangan AC tanpa
komponen DC 2,5 volt, maka digunakan rangkaian yang
baru
setelah
dilakukan
beberapa
percobaan.
Menggunakan power supply yang dimodifikasi untuk
menghasilkan tegangan ± 2,5 volt dan ground. Power
supply menggunakan trafo CT yang dicontrol dengan
transistor agar menghasilkan tegangan ± 2,5 volt dan
ground. Dengan demikian maka tegangan input sensor
VCC-GND tetap 5 volt dan output sensor hanya berupa
tegangan AC tanpa komponen DC.
4
3.4
Kapasitor Bank
Kapasitor Bank yang dipakai untuk perbaikan factor
daya ini adalah Kapasitor AC yang tegangan kerjanya
220 V. Pada saluran rumah tangga dengan daya
terpasang 2200VA,f = 50Hz, cosφ1 = 0,7 dan diinginkan
cosφ2 = 1Maka:
Rf berupa resistor variabel. Nilai yang digunakan adalah
20K agar bisa menghasilkan penguatan sebesar 20
kali.
3.3
Zero Crossing Detector (Detektor Phasa)
Untuk membaca nilai frekuensi, digunakan
rangkaian zero crossing detector yang berfungsi untuk
merubah gelombang sinus menjadi gelombang kotak,
namun frekuensi dari gelombang tersebut masih tetap
sama. Untuk membuat sebuah zero crossing detector,
digunakan komparator LM339 yang outputnya diberi
pull up. Dari gelombang kotak ini, kita bisa menghitung
frekuensi yang ada. Seperti ditunjukkan pada gambar
3.5. Sedangkan untuk mendeteksi beda phase, kita
dapat menggunakan EXOR yang masukkan nya berupa
gelombang kotak dari sinyal arus dan tegangan, seperti
ditunjukkan pada gambar 3.6.
diketahui
Cos θ1 = 0,6
Cos θ2 = 1
P = S x Cos phi
= 2200 x 0,6
= 1540 Watt
-1
-1
Qc = P x tan(cos θ1 – cos θ2)
-1
-1
= 1540 x tan (cos 0,7 – cos 1)
= 1540 (tan 45,57 – tan 0)
= 1540( 1.02 – 0)
= 1571 VAR
2
C = Qc / V ω
2
= Qc / V 2πœ‹π‘“
2
= 1571/( 220 x2x3,14x50) = 103,37 uF
100uF / 4kapasitor = 25uF
οƒΌ Relay aktif : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
3.5
Flowchart Program
Flowchart pemrograman memegang peranan
yang sangat penting dalam pembuatan tugas akhir ini.
Flowchart pemrograman ini merupakan urut-urutan
perintah dalam bahasa mesin yang yang membuat
sistem bekerja sesuai dengan perintah tersebut.
Bahasa yang digunakan dalam perancangan alat ini
adalah bahasa C mikrokontroller AT Mega16.
Flowchart dari pemrogaman adalah sebagai berikut.
Gambar 3.5. Zero Crossing Detector (Detektor Phasa)
START
Gambar 3.6. Rangkaian zero crossing dan EXOR untuk
mendapatkan nilai beda phase
Inisialisasi SP
3.4 Rangkaian control switch kapasitor
Switch kapasitor mengggunakan relay sebanyak
tujuh buah yang dipasang sedimikian rupa sehingga
membentuk rangkaian kombinasi dari empat buah
kapasitor .Bentuk dari rangkaian switch kapasitor dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
Baca Zero Crossing
Beda Fasa
(PF), DFF
PF = SP ?
N
Kombinasi Kapasitor ++
Y
Delay
DelaySwitch
Switch
PF>SP&&DFF=1
N
Delay Switch
Gambar 3.7 Rangkaian control switch kapasitor
Kombinasi Kapasitor - -
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwasannya
dalam proyek akhir ini menggunakan empat buah
kapasitor yang dikombinasikan oleh tujuh buah relay.
Dengan tujuh relay tersebut, maka empat kapasitor ini
akan mempunyai banyak kondisi rangkaian baik seri
maupun paralel. Dengan demikian, nilai dari kapasitor
bisa variabel.:
Tampilkan Cosphi
End
5
Y
4. PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pengujian rangkaian sensor digunakan untuk
melihat dan membandingkan apakah output dari sensor
sesuai dengan yang diharapkan. Hasil sensing
diharapkan dapat sesuai dengan alat ukur terutama
berkaitan dengan cos pi.
4.1 Pengujan Sensor tegangan
Sensor tegangan menggunakan rangkaian
pembagi tegangan sesuai dengan harapan. Hasil
rangkaian sensor tegangan tidak menimbulkan
pergeseran fasa yang biasa terjadi pada sensor
tegangan dengan rangkaian perbandingan trafo. Hasil
sensor tegangan akan digunakan untuk mendeteksi
beda phase di rangkaian zero crossing
Gambar 4.3 Gelombang tegangan keluaran sensor
arus ASC 712
4.2
Pengujian Zero Crossing Detector
Rangkaian zero crossing dan phase detector
merupakan kelanjutan sensor arus dan sensor
tegangan, sinyal output yang dihasilkan sensor
tegangan dan sensor arus kemudian diolah oleh
rangkaian zero crossing dan kemudian diolah oleh ICXOR dan kemudian menghasilkan sinya step yang
menginformasikan data beda fasa antara tegangan dan
arus.
IC-XOR digunakan sebagai penjumlah dari 2
sinyal input yaitu sinyal arus dan tegangan yang
merupakan keluaran dari zero crossing yang
mempunyai beda phase, seperti yang kita ketahui
bahwa IC-XOR memiliki cara kerja sebagai berikut:
1. Jika kedua input berlogika sama maka output akan
bernilai logika "0".
Gambar 4.1. Sinyal keluaran sensor tegangan
4.2 Pengujan Sensor Arus
Dari rangkaian aplikasi IC ACS 712 diatas,
didapatkan hasil output berupa tegangan AC tanpa
komponen DC. Setiap perubahan 1 ampere arus input
maka hasil output berupa tegangan AC akan berubah
tiap 100 mV. Sinyal output yang dihasilkan IC ACS
712 merupakan inverting dari sinyal input. Sehingga
diperlukan inverting amplifier agar sinyal output sama
dengan sinyal input IC ACS 712.
No.
1
2
3
4
5
2. Jika kedua input berlogika tidak sama maka output
akan bernilai logika "1".
Sinyal gelombang kotak yang keluar dari zero
crossing arus dan tegangan masuk ke rangkaian
komparator untuk dibandingkan dengan menggunakan
IC TTL XOR 74LS86 sehingga diketahui perbedaan
sudut phase antara tegangan dan arus mengalir pada
beban.
Arus AC
(Ammeter)
Tegangan Sensing Out
ACS
(Vac)
1A
91 mV
2A
195 mV
3A
293 mV
4A
394 mV
5A
495 mV
Tabel 4.1 Data percobaan ACS
Gambar 4.4 Gelombang sensor tegangan dan sensor
arus beban lampu pijar
Salah satu hasil dari pengujian sensor arus ACS
712, arus yang disensor berupa arus AC sebesar 4
ampere dan hasil tegangan sensing keluaran ACS
sebesar 394 mV berupa tegangan AC. Hal tersebut
terlihat dari hasil keluaran sensor arus ACS 712 pada
oscilloscope.
Gambar 4.5 Gelombang output pembagi tegangan
sensor tegangan dan sensor arus
Gambar 4.2. Arus masukan sensor arus ACS 712 dan
tegangan keluaran sensor arus ACS 712
Gambar 4.6 Gelombang output EX-OR 74ls86 beban
lampu pijar
6
Dari gambar diatas dapat kita amati untuk beban
lampu pijar hampir tidak ada perbedaan phase antara
sinyal arus dan sinyal tegangan ( gambar 4.4. ) . Dari
gelombang sinus sinyal arus dan tegangan diubah oleh
komparator LM 339 sehingga menjadi sinyal kotak
seperti yang terlihat pada gambar 4.5. Dengan
sedikitnya perbedaan phase antara sinyal arus dan
tegangan maka exor 74LS86 menghasilkan gelombang
output yang lebar periodenya sangat kecil.
4.4 Pengujian Rangkaian Driver Relay
4.3
4.4.1 PIND.7 berlogika 0
Pada pengujian ini dilakukan pengetesan
terhadap
rangkaian
driver
relay
yang
akan
mengkombinasikan empat kapasitor. Driver relay
dikontrol dari PORT mikro, sehingga ketika PORT mikro
diberi logika 0 , mka Relay akan aktif dan
mengkombinasikan kapasitor sesuai dengan data yang
ada pada tabel3.2. Berikut ini adalah data dari
pengujian driver relay yang telah dilakukan.
Pengujian Output ex-or 74ls86 dengan Cos
phi Meter Menggunakan beban TL 1x18W
Pada pengujian kali ini membandingkan
pembacaan gelombang keluaran sinyal XOR melalui
pembacaan osiloskop dengan menggunakan Cosphi
Meter.
C1
C2
C3
C4
Gambar 4.9 nilai kapasitor , relay aktif ,dan
kombinasi kapasitor saat PIND.7=0
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ketika
PIND.7 berlogika 0, maka hanya relay 7 yang aktif .
Karena hanya relay 7 saja yang aktif maka empat
kapasitor
yang
dipakai
dikombinasikan
seri
semuanya,dan nilai kapasitor yang terbaca sebesar
5,01uF.
Gambar 4.7 Gelombang output LM339 antara tegangan
dan arus
Dari gambar diatas dapat dihitung besarnya
cosphi untuk beban TL1x18W.
Diketahui :
ο‚·
Time/div = 2 ms
ο‚·
Lebar pulsa= 1,3 div
Maka :
ton = lebar pulsa x Time/div
= 1,4 x 2 ms
= 2,6 ms
4.4.2 PIND.1, PIND.2, PIND.3, PIND.4, PIND.5, PIND.6,
PIND.7 berlogika 0
Φ = [ton / periode (ms)] x periode(sudut)]
Φ = ( 2,6 / 20 ) x 360°
Φ = 0,13 x 360°
= 46,8°
Cos Φ = 0,68
C1
C2
C3
C4
Gambar 4.10 nilai kapasitor , relay aktif ,dan
kombinasi kapasitor saat PORTD=0
Gambar 4.8 Pembacaan cos pi menggunakan cosphi
meter
Ketika PORTD berlogika 0, maka semua relay
akan aktif. Dengan demikian, maka empat kapasitor
yang
dipakai
dikombinasikan
secara
paralel
semuanya,dan nilai kapasitor yang terbaca sebesar
80,6uF.
Dari pengambilan data sensor beda phasa
dibandingkan dengan pembacaan cos θ melalui Cosphi
Meter didapatkan error yang dapat dilihat pada
perhitungan dibawah ini.
% error cos Φ = pembacaan cosphi meter – osiloskop
pembacaan cosphi meter
x 100%
= 0,71 – 0,68
0,71
= 0,03 x 100%
0,71
% error cos Φ = 4,22%
x 100%
7
7. DAFTAR PUSTAKA
4.4.3 Data Pengujian Alat Secara Keseluruhan
Pengujian kali ini dilakukan dalam dua tahap,
yaitu pengujian sebelum dipasang alat dan
pengujian setelah dipasang alat (pengujian alat
tanpa beban dan pengujian alat dengan beban).
Dari hasil pengujian tersebut, diperoleh data
sebagai berikut
a.Data sebelum dipasang alat dengan beban=
2xTL 18W, 1 lampu pijar 100W, dan motor
induksi 1 phase 125W
V= 211,3 Volt
P= 260 Watt
π‘π‘œπ‘ πœƒ= 0.76
1. Abdul Hadi Ir,1994,”Sistim Distribusi Daya Listrik”,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
2.
Indhana Sudiharto,2006,”Desain Soft Switched
Static Var Compensator Untuk Mengurangi Inrush
Current Pada Capacitor Bank”, Jurusan Teknik
Elektro, ITS, Surabaya.
2. Malvino Albert Paul,1996,”Prinsip–Prinsip Elektronika
Edisi ketiga Jilid 2”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
3.
Coughlin Roberet F,1987,”Operational Amplifiers
And Integrated Circuit Third Edition”.
4. Grob Bernard,1985,” Basic Electronic Fifth Edition”.
b.Data setelah dipasang alat dengan beban= 2xTL
18W, 1 lampu pijar 100W, dan motor induksi 1
phase 125W
Vin= 209,7 Volt
Vout= 220,7 Volt
P= 318 Watt
π‘π‘œπ‘ πœƒ= 0.93
5. Epcos,2003,”Power Quality”.
6. Epcos,2005,”Power Factor Correction”.
7.
c. Data setelah dipasang alat perbaikan faktor
daya dan penstabil tegangan, tanpa beban
Vin= 213,9 Volt
Vout= 220,6 Volt
P= 50 Watt
π‘π‘œπ‘ πœƒ= 0.79
5. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses perencanaan,
pembuatan dan pengujian alat serta dengan
membandingkan dengan teori-teori penunjang,
dan dari data yang didapat maka dapat kami
simpulkan mengenai rancang bangun
1. Kapasitor bank dapat dikombinasikan secara
seri maupun paralel untuk mendapatkan hasil
kompensasi faktor daya yang lebih optimal.
2. Sensing arus dan tegangan haruslah valid agar
didapatkan nilai beda fasa yang benar.
Sehingga didapatkan nilai cos pi yang sesuai
dengan pembacaan alat ukur.
3. Kelemahan dari alat ini adalah pada saat
beban nol, alat ini menyerap daya sekitar 50
watt dan Power Faktor turun menjadi 0,79.
6. Saran-saran
Pada pengerjaan Tugas Akhir ini tentu tidak
lepas dari berbagai macam kekurangan dan
kelemahan, baik itu pada sistem maupun pada
peralatan yang telah dibuat. Untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dari peralatan, saran
kami adalah :
1. Diperlukan
rangkaian
kombinasi
kapasitor yang lebih bervariasi lagi
dengan selisih yang lebih kecil agar bisa
memperbaiki power faktor beban dengan
daya kecil.
2. Sebaiknya digunakan kontrol otomatis
agar pada saat beban nol alat ini secara
otomatis tidak bekerja, sehingga tidak
menyerap daya.
8
Indhana
Sudiharto
dan
Yahya
Chusna
Arif,2001,”Power
Factor
Regulator
(PFR)
menggunakan
PLC”,EEPIS
Journal,Volume
6,Surabaya.
Download