analisis penerapan corporate social responsibility

advertisement
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL 3
SUMATERA SELATAN
S K R I P S I
OLEH :
AMRAN HAKIM FITRIANSAH
NIM : 13210074.P
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG
2015
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL 3
SUMATERA SELATAN
S K R I P S I
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH :
AMRAN HAKIM FITRIANSAH
NIM : 13210074.P
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG
2015
S K R I P S I
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL 3
SUMATERA SELATAN
Dipersiapkan dan Disusun Oleh:
AMRAN HAKIM FITIRIANSAH
13210074.P
AKUNTANSI
Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Pada Tanggal 8 Agustus 2015
Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat
TIM PENGUJI
Ketua
:EFFRIYANTI SE, AK,M.SI.CA
(.................................)
Anggota :PANDRIADI SE, M.SI
(.................................)
Penelaah :ENDANG, K NINGSIH SE, M.SI
(.................................)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi,
R.Y. EFENDI SE, M.SI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG
Tanda Persetujuan Skripsi
Nama
: AMRAN HAKIM FITRIANSAH
NPM
: 13210074.P
Program Study
: AKUNTANSI
Mata Kuliah Pokok
: Teory Akuntansi
Judul Skripsi
:ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PADA PT.KERETA API INDONESIA
(PERSERO) DIVISI REGIONAL 3 SUMATERA
SELATAN.
Tanggal Persetujuan : 8 Agustus 2015
PEMBIMBING SKRIPSI
Ketua,
Anggota,
EFFRIYANTI SE, AK, M.SI.CA
PANDRIADI SE, M.SI
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi,
R.Y. EFENDI SE, M.SI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: AMRAN HAKIM FITRIANSAH
Tempat/Tanggal Lahir
: Palembang/02 April 1991
Program Studi
: Akuntansi
NPM
: 13210074.P
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Seluruh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahsan dan
kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebut
sumbernya, adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan serta
pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.
2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas IBA maupun diperguruan
tinggi lainnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian
hari ditemukan adanya bukti ketidag benaran dalam pernyataan tersebut diatas,
maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang
saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.
Palembang, 8 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
AMRAN HAKIM FITIRANSAH
Nim 13210074.P
iv
MOTTO : “Ingatlah Allah dimanapun berada, dan ingatlah ridho Allah terdapat
ridho orang tua”
“Janganlah
malas dan suka marah, karena keduanya adalah kunci
segala keburukan. Barang siapa yang malas, ia tidak akan dapat
melaksanakan hak (orang lain), dan barang siapa yang suka marah,
maka ia tidak akan sabar mengemban kebenaran”
“Jika salah perbaiki. Jika gagal coba lagi. Dan jika kamu menyerah
semuanya selesai”
Dengan segala kerendahan hati
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Abah dan ibu tercinta,
Saudara-saudaraku tersayang,
Para pendidikku yang sangat kuhormati,
Sahabat-sahabatku terkasih,
Teman-teman seperjuangan,
Dan almamaterku.
v
ANALISIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL 3
SUMATERA SELATAN
Oleh:
AMRAN HAKIM FITIRIANSAH
Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan:
EFFRIYANTI SE, AK, M.SI.CA
Sebagai ketua,
PANDRIADI SE, M.SI
Sebagai anggota
ABSTRAK
Pelaksanaan dan penerapan tata kelola yang baik atau GCG di Indonesia
melahirkan Corporate Social Responsibility yang merupakan kewajiban
perusahaan dan perseroan yang dimana pencataannya dapat dilakukan secara
terpisah maupun digabungkan dalam laporan tahunan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan/
CSR yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional 3
Sumatera selatan apakah sesuai dengan peraturan.
Penelitian ini adalah penelitian analisis kualitatif yang bertujuan untuk
menklasifikasikan dan menganalisis penerapan CSR pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divisi regional 3 Sumatera selatan. Data yang digunakan
dalam menganalisa adalah dengan data sekunder.
vi
Berdasarkan hasil dari penelitian dan data-data yang diperoleh hasi
sebagai berikut: (1) Penerapan dan Pelaksanaan Program CSR pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divisi regional 3 Sumatera selatan secara umum sudah
sesuai dengan ketentuan UU NO. 40 Tahun 2007 yang mana telah menjalankan
kegiatan dan melaksanakan tanggung jawab sosial demgan menjalankan PKBL
(2) Penerapan analisa besaran dana Program CSR pada PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divisi regional 3 Sumatera selatan secara umum telah sesuai dengan
PER-08/MBU/2013
pasal 9 berasal dari 2% laba bersih perusahaan setelah
dikurangi pajak.(3) Penerapan Analisa Pencatatan Transaksi CSR pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divisi regional 3 Sumatera selatan secara umum Sistem
pencatatan yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
regional 3 Sumatera selatan yaitu menggunakan sistem cash basic berbasis
komputerisasi mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Dimana Cash
Basic merupakan teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benarbenar diterima atau dikeluarkan.(4). Pelaporan yang dilakukan oleh PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divisi regional 3 Sumatera selatan telah sesuai dengan
PER-05/MBU/2007 dengan melaporkan kegiatan PKBL dengan Laporan Posisi
Keuangan, Laporan Aktifitas, dan Laporan Arus Kas. Dimana PER05/MBU/2007 kemudian dirubah dengan PER-08/MBU/2013 dengan beberapa
tambahan dan penghapusan pada pasal-pasalnya.
Kata Kunci : Pelaksanaan CSR, PT. Kereta Api Indonesia, tanggung jawab
sosial.
vii
ANALYSIS OF APPLICATION OF CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY IN PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
REGIONAL DIVISION 3 SOUTH SUMATRA
By:
AMRAN HAKIM FITIRIANSAH
This thesis under the guidance of:
EFFRIYANTI SE, AK, M.SI.CA
As chairman,
PANDRIADI SE, M.SI
As members
ABSTRACT
TheImplementation and application of good governance or GCG in
Indonesia spawned Corporate Social Responbility that is the obligation of
company and perseroan where the recording can be done separately or
incorporated in the annual report. The research aims to know the extent to the
application Corporate Social Responbility/ CSR conducted by PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Regional Division 3 South Sumatra whether it is in
accordance with the regulations.
This research is qualitative analysis research that aims to classify and
analyze the application of CSR to PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Regional
Division 3 South Sumatra. The data used in the analysis is the secondary data.
Based on the result of research and the data obtained are as follows: (1)
The Application and Implementation of CSR Program to PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Regional Division 3 South Sumatra have been generally in
conformity with the provision of law No. 40 Year 2007 which has been run by
conducting activities and implement corporate social responbility by conducting
PKBL. (2) The application of analysis of the amount of funds CSR Program to
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Regional Division 3 South Sumatra has been
viii
generally in conformity with PER-08/MBU/2013 pasal 9 derived from 2% the
company’s net profit after tax. (3) The application of recording transaction CSR
analysis to PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Regional Division 3 South
Sumatra is generally that the recording system is done by PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Regional Division 3 South Sumatra by using basic cash
system based computerized to follow the development of the most advanced era.
Where Cash Basic is a recording technique when the transaction occurs where the
money is actually received or released. (4) The reporting is done by PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Regional Division 3 South Sumatra that has been with
Per-05/MBU/2007 by reporting CSR activities with financial reports, activity
reports, and cash flow reports. Where PER - 05 / MBU / 2007, subsequently
amended by PER - 08 / MBU / 2013, with some additions and deletions to the
articles.
Keyword : Implementation of CSR, PT. Kereta Api Indonesia, Corporate
Social Responbility
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,karena berkat
rahmat dan karunia-Nya jua penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Penerapan Corporate Social Responsibility Pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divisi Regional 3 Sumatera Selatan”.
Skripsi ini merupakan tugas dan kewajiban guna melengkapi syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi. Dalam penulisan ini penulis telah berusaha
sebaik mungkin, namun penulis juga menyadari masih terdapat banyaknya
kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dan untuk itu kiranya pembaca dapat
memaklumi ekurangan tersebut.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala
bantuan, bimbingan, petunjuk dan nasihat yang tak terhingga dari awal sampai
selesainya skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
Ibu Dr. Ir. Karlin Agustina, M.Si selaku Rektor Universitas IBA
Palembang
Bapak R.Y. Effendi SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
IBA Palembang.
Ibu Masamah, SE., M.Si Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas IBA Palembang.
Ibu Sri Ermeila, SE., M.Si Selaku wakil Dekan II Fakultas Ekonomi
Universitas IBA Palembang.
Ibu Ellys, SE., MP Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas
IBA Palembang.
Ibu Endang K. Ningsih SE,M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas IBA Palembang.
Ibu Effrianti SE,M.Si,CA selaku Ketua Pembimbing.
Bapak Pandriadi SE,M.Si selaku anggota Pembimbing.
Ibu Endang K. Ningsih SE,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
Fakultas Ekonomi Universitas IBA Palembang sekaligus penelaah skripsi
Seluruh dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas IBA
Palembang, yang telah banyak membantu dalam segala hal dari pertama
hingga akhir penyususnan skripsi ini.
Bapak pimpinan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel
beserta Staffnya yang telah bersedia memberikan data untuk kelancaran
penulisan skripsi ini.
Kedua Orang tua dan Saudara-saudaraku yang selalu memberikan
semangat, inspirasi, dorongan dan motivasi serta do’a yang tak pernah
putus untuk penulis.
Buat sahabat saya Yenida, dan A.ramadhan, Mbak Ria, yang selalu
membantu saya dalam segala hal.
x
Teman-teman PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Crew KA Kertapati yang
telah banyak membantu saya selama ini.
Teman-teman seperjuanganku anak akuntansi 2013 umumnya dan
khususnya teman-teman transisi yang tidak bisa saya sebutkam satu
persatu, terima kasih banyak atas bantuan selama ini kepada penulis. Hal
terindah bisa mengenal kalian, semoga kebersamaan kita tidak berhenti
sampai disini.
Serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
banayak memberikan bantuan pada penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini secara teknis maupun materi masih jauh
dari kata sempurna sebagai bentuk karya ilmiah, mengingat keterbatasan
kemampuan, serta pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih
minim.oleh karena itu penulis mengaharapak kritik dan saran guna
perkembngan ilmu pengetahuan. Akan tetapi penulis yakin bahwa tulisan ini
akan dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, semoga karya tulis ilmiah ini
dapat bermanfaat dan berguna untuk kita semua. Aamiin.
Palembang, 8 Agustus 2015
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................
1.5 Kerangka Pemikiran ...............................................................
1.5.1 Good Corporate Governance ...............................
1.5.2 Corporate Sosial Responsibilty ............................
1.5.2.1 Defenisi Corporate Sosial Responsibilty ........
1.5.2.2 Manfaat Corporate Sosial Responsibilty ........
1.5.2.3 PSAK Yang berkaitan Dengan Corporate
Sosial Responsibilty ........................................
1.5.2.4 Akuntansi Sosial Ekonomi..............................
1.6 Metodologi penelitian ............................................................
1.6.1 Objek penelitian ...................................................
1.6.2 Ruang Lingkup CSR ............................................
1.6.3 Desain Penelitian..................................................
1.6.4 Data Yang Digunakan ..........................................
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................
1.6.6 Metode Analisis ...................................................
1.7 Sistematika Penulisan.............................................................
10
11
12
12
12
12
12
13
13
14
BAB II Landasan Teori ..................................................................................
2.1 Good Corporate Governance ................................................
2.1.1 Perkembangan Good Corporate Governance (GCG) ..
2.1.2 Defenisi GCG ...............................................................
2.1.3 Akuntansi Sosial ...........................................................
16
16
16
20
23
xii
1
1
5
6
6
7
7
8
8
8
2.2 Corporate Social Responsibility............................................
2.2.1 Perkembangan Corporate Social Responsibility .........
2.2.2 Defenisi CSR...............................................................
2.2.3Manfaat CSR dan Arti Penting CSR Bagi Perusahaan
2.2.3.1 Manfaat CSR .......................................................
2.2..3.2Arti Penting CSR Bagi Perusahaan .....................
2.2.4 Bentuk-Bentuk CSR ....................................................
2.2.5 Ruang Lingkup CSR ...................................................
2.2.6 Prinsip Pelaksanaan CSR ............................................
2.2.7 PSAK Yang Berkaitan Dengan CSR ..........................
2.2.8 Dasar Hukum Tanggung Jawab SosialPerusahaan .....
2.3 Pengertian Akuntansi sosial Ekonomi...................................
2.3.1 Latar Belakang Munculnya Akuntansi Sosial
Ekonomi......................................................................
2.3.2 Pengukuran Dalam SEA .............................................
2.3.3 Sustanability Reporting ...............................................
2.3.4 Pelaporan .....................................................................
2.4 Peneliti Terdahulu .................................................................
24
24
26
27
27
30
31
32
33
36
37
40
BAB III Metodologi Penelitian ......................................................................
3.1 Objek penelitian ....................................................................
3.1.1 Visi Dan Misi Perusahaan ...........................................
3.1.1.1 Visi ....................................................................
3.1.1.2 Misi ...................................................................
3.1.2 Struktur Organisasi PT. Kereta Api (Persero) Divre 3
3.1.3 Tugas Pokok, Tanggung Jawab dan Tata Laksana
Unit PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 ......
3.1.4 Visi, Misi dan Tujuan CSR PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) .....................................................
3.1.5 Ruang Lingkup CSR PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 ........................................................
3.2 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
3.3 Desain Penelitian ...................................................................
3.4 Data yang digunakan .............................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................
3.6 Metode Analisis.....................................................................
49
49
49
49
49
49
BAB IV Analisis dan Pembahasan ................................................................
4.1 Penerapan Dan Pelaksanaan Program CSR Pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ..................
4.2 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ..........................
4.3 Analisis Penetapan Besaran Dana CSR pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ..............................
4.3.1 Teori Penetapan Besaran Dana CSR......................
4.3.2 Praktek Penetapan Besaran Dana CSR pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ....
59
xiii
42
44
45
47
48
51
55
55
55
56
56
57
57
59
63
66
66
68
4.3.3
Analisis Penetapan Besaran Dana pada PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ....
4.4 Analisis Pencatatan Transaksi CSR pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel .....................................
4.4.1 Teori Pencatatan Transaksi CSR ...........................
4.4.2 Ppraktek Pencatatan Transaksi pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ...............
4.4.3 Analisis Pencatatan Transaksi pada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ...............
4.5 Analisis Pelaporan CSR pada PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel .....................................................
4.5.1 Teori Pelaporan CSR .............................................
4.5.2 Praktek Pelapoan CSR pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ......................
4.5.3 Analisis Pelaporan CSR pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel ......................
72
73
73
78
80
80
80
83
84
BAB V Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 86
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 86
5.2 Saran ................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 92
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kegiatan Corporate Social Responsibility .................................... 33
Tabel 4.3 Realisasi Corporate Social Responsibility di Divre 3 Palembang
Tahun 2014 Program Kemitraan ................................................... 71
Tabel 4.4 Realisasi Corporate Social Responsibility di Divre 3 Palembang
Tahun 2014 Program Bina Lingkungan ........................................ 71
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.2 struktur organisasi PT. Kereta Api Indonesia(Persero) Divre
3 Sumsel ................................................................................. 50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Laporan Laba/rugi PT. Kereta api Indonesia (Persero) per
31 Desember 2013
Laporan Laba/Rugi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divre 3 sumsel per 31 Desember 2013
Laporan Posisi Keungan PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 sumsel per 31 desember 2014
Laporan Aktifitas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre
3 sumsel per 31 desember 2014
Laporan Arus Kas PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divre 3 sumsel per 31 desember 2014
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik atau lebih dikenal dengan
Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang mengemuka di Indonesia
(krisis ekonomi tahun 1997). Akibat buruknya tata kelola pemerintahan dan
perusahaan di Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi terpuruk.
Untuk dapat bangkit dari keterpurukan tersebut, Indonesia harus memulai dengan
tata kelola yang baik dari pemerintah, perusahaan pemerintah dan swasta.
Berbagai upaya dalam memperbaiki tata kelola perusahaan dilakukan dengan
menetapkan GCG (Zarkarsyi, 2008).
Penerapan Good Corporate Governance perlu didukung oleh tiga pilar yang
saling berhubungan. Tiga pilar itu bertujuan untuk dapat menciptakan pasar yang
efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan dan
perangkatnya yang menciptakan peraturan perundang-undangan, dunia usaha
sebagai pelaku pasar yang menerapkan Good Corporate Governance sebagai
pedoman pelaksanaan, masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa serta pihak
yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan (Zarkarsyi, 2008).
Pada dasarnya ada empat prinsip dalam GCG, yaitu Transparansi,
akuntabilitas, Responsibitas, dan fairness (Azheri, 2012). Prinsip Responsibilitas
dalam GCG ini melahirkan gagasan Corporate Social Responsibility (CSR)
sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan dalam kehidupan masyarakat.
1
2
Hal ini didukung oleh Murwaningsari dalam Ramdhaningsih dan Utama (2013)
bahwa CSR sangat berkaitan erat dengan GCG dan CSR ini juga sejalan dengan
salah satu prinsip GCG yaitu responsibility.
Menurut Broadshaw dan vogel dalam Azheri (2012) terdapat beberapa
bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang berupa kegiatan
perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Kegiatan ini dibagi
menjadi tiga yaitu : (1).Corporate Philanthropy, (2).Corprate Responsibilty,
(3).Corporate policy.
Sementara itu berbagai perusahaan telah
sadar akan pentingnya
menjalankan CSR meski banyak juga yang masih belum menjalaninya dengan
benar. Disinilah letak pentingnya CSR di Indonesia agar daya atur, daya ikat, dan
daya dorong CSR yang semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR
yang lebih bersifat wajib (mandatory) (Azhery, 2012). Dengan demikian,
kontribusi dunia usaha diharapkan terukur dan sistematis dalam rangka ikut
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya disisi lain, masyarakat juga
tidak bisa melakukan tuntutan kepada perusahaan apabila harapannya itu berada
diluar batas aturan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
pasal 74 ayat (2) mengatur bahwa CSR merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Selain itu, menurut
PP Nomor 47 tahun
2012 menjelaskan bahwa realisasi anggaran untuk
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilaksanakan oleh
3
perseroan mendapat persetujuan dewan komisaris atau RUPS sesuai dengan
anggaran dasar perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundangundangan.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan biasanya dicatatkan
dalam suatu laporan yang dapat dilaporkan secara terpisah maupun digabung
dalam laporan tahunan. Pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkungan di
indonesia diatur IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) yang menyarankan kepada
perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab mengenai sosial dan
lingkungan sebagaimana tertulis pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 1
(Revisi 2009) yang berbunyi :
“entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan,
laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value
added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting bagi perusahaan dan bagi industri
yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan
yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut diluar
lingkup Standar Akuntansi Keuangan”.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang berstatus sebagai perusahaan milik Negara,
dan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional 3 Sumatera Selatan yang
merupakan cabang perusahaan kereta api diwilayah sumatera selatan dan
lampung selalu menuntut akan sikap yang profesional dan arif dalam membina
hubungan
dengan
mayarakat
disekitar
perusahaan.
Untuk
menunjang
kelangsungan bisnis Perusahaan, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional 3 Sumatera Selatan memiliki tanggung jawab terhadap pelestarian
lingkungan, kehidupan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. PT.
4
Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional 3 Sumatera Selatan menganggap
bahwa peran serta masyarakat tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kegiatan
bisnis perusahaan.
Salah satu wujud kepedulian PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional 3 Sumatera Selatan adalah dengan menyelenggarakan program
Corporate Social Responsibility (CSR) untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar perusahaan. Dalam melaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) yang diselenggarakan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divisi Regional 3 Sumatera Selatan secara kontinyu adalah yaitu dengan
melalui pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Penerapan CSR akan berdampak positif bagi kegiatan bisnis perusahaan.
Keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan CSR akan berdampak positif bagi
kegiatan operasional perusahaan. keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan
berkelanjutan dan perusahaan akan mendapatkan citra yang positif dari
masyarakat luas (Wibisono, 2007). Hal ini didukung dengan penelitian Heal dan
Garret (2004) yang menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen
yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, dapat memberikan kontribusi
kepada manajemen risiko dan CSR ini pula mampu memelihara hubungan yang
dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan (“Pengaruh
Corporate Social Responsibility”)
Akuntansi dengan pelaporan keuangan sebagai produk utamanya diharapkan
dapat membantu perusahaan dalam mengungkapkan dan melaporkan tanggung
jawab sosial perusahaan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap
5
lingkungan sosialnya. Menyikapi hal ini maka telah dikembangkan suatu bentuk
akuntansi yang disebut akuntansi sosial ekonomi atau akuntansi pertanggung
jawaban sosial yang diharapkan dapat mengakomodasi kepedulian sosial
perusahaan dalam bentuk pelaporan pertanggung jawaban sosial perusahaan.
Bentuk akuntansi ini belum mempunyai format atau standart yang baku sehingga
menyebabkan masih banyak perusahaan ragu dan malas untuk melaporkan
pertanggung jawaban sosial perusahaannya.
Dengan menerapkan akuntansi sosial ekonomi ini diharapkan akan
memperoleh respon positif dari masyarakat, karyawan dan pihak luar karena
perhatian dan tindakan perusahaan dalam kepedulian terhadap lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat. Agar dikemudian hari hal ini akan berdampak baik bagi
kelangsungan aktifitas perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan
judul
“ANALISIS
RESPONSIBILITY
PENERAPAN
CORPORATE
SOCIAL
PADA PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
DIVISI REGIONAL 3 SUMATERA SELATAN”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1.
Bagaimana penetapan besaran biaya Corporate Social responsibility yang
dianggarkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel?
6
2.
Bagaimana sistem pencatatan transaksi Corporate Social responsibility yang
dikeluarkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel?
3.
Bagaimana dengan pelaporan Corporate Social responsibility yang telah
dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran, data dan
informasi yang diperlukan :
1.
Untuk mengetahui penetapan besaran biaya Corporate Social responsibility
yang dianggarkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
2.
Untuk
mengetahui
sistem
pencatatan
transaksi
Corporate
Social
responsibility yang dikeluarkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divre 3 Sumsel.
3.
Untuk mengetahui pelaporan Corporate Social responsibility yang telah
dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Secara Teoritis
Penelitian ini sangat erat hubungannya dengan menambah wawasan,
pengalaman dan bahan penerapan
ilmu metode penelitian khususnya
mengenai penerapan Corporate Social responsibility yang pada kesempatan
7
ini diselenggarakan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3
Sumsel.
b.
Secara Praktisi
Memberikan masukan saran dan sumbangsih pemikiran kepada PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel dan cara menentukan kebijakan serta
prosedur dalam melakukan penerapan Corporate Social responsibility yang
diselenggarakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
c.
Secara Akademik
Dapat digunakan sebagai bahan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan
dibidang akuntansi dan juga dapat dijadikan perbandingan serta landasan teori
bagi peneliti yang dilakukan dimasa yang akan datang.
1.5 kerangka Pemikiran
1.5.1 Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance menurut Sutedi (2011) adalah
“suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ
perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris, dewan
pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika”.
Terdapat lima prinsip pada GCG, dimana salah satunya adalah prinsip
Responsibilitas. Prinsip
Responsibilitas dalam
GCG
inilah
yang
melahirkan gagasan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
8
didukung oleh Murwaningsari dalam Ramdhaningsih dan Utama (2013)
bahwa CSR berkaitan erat dengan GCG dan CSR ini juga sejalan dengan
salah satu prinsip GCG yaitu responsibility.
1.5.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
1.5.2.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Untung (2008) Corporate Social responsibility (CSR)
adalah suatu komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi
dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan tetap
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan. Akan tetapi harus
tetap menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
1.5.2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggung
jawab social perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat,
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Wibisono (2007)
menguraikan manfaat yang akan diterima dari pelaksanaan CSR
diantaranya:
1.
Bagi
perusahaan.
perusahaan
Terdapat
dengan
empat
manfaat
mengimplementasikan
yang
diperoleh
CSR.
Pertama,
keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan
perusahaan mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas.
Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal
(capital). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya
9
manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan
dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis
(critical
decision
making)
dan
mempermudah
pengelolaan
manajemen resiko (risk magement).
2.
Bagi masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai
tambah adanya perusahaan disuatu daerah karena akan menyerap
tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial didaerah tersebut. Pekerja
lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya
sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal,
praktek CSR akan menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal
tersebut,
3.
Bagi lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan
atas sumber daya alam,
menjaga kualitas lingkungan dengan
menekan tingkat polusi dan justru perusahaan terlibat mempengaruhi
lingkungannya.
4.
Bagi Negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang
disebut “corporate miscounduct” atau malpraktek bisnis seperti
penyuapan pada aparat negara atau aparat hukum yang memicu
tingginya korupsi. Selain itu, Negara akan menikmati pendapatan
dari pajak yang wajar (yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.
10
1.5.2.3 PSAK yang berkaitan dengan Corporate Social resonsibility
Adapun
PSAK
yang
berkaitan
dengan
corporate
Social
Responsibility adalah sebagi berikut :
a.
PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf 12 berbunyi:
“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan,
laporan mengenai lingkungan hidup, dan laporan nilai tambahan
(vallue added statement), khususnya bagi industri dimana faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri
yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan
yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut diluar
lingkup Standar Akuntansi Keuangan”
b.
PSAK No. 24 (Imbalan kerja) paragraf 22 berbunyi :
“kewajiban yang timbul dalam program bagi laba dan bonus
merupakan akibat jasa pekerja dan bukan transaksi dengan pemilik
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan mengakui bagi laba dan
bonus ini sebagai beban tahun berjalan dan bukan sebagai distribusi
laba bersih”.
c.
PSAK No. 45 (Revisi 2011) tentang pelaporan keuangan entitas
nirlaba yang berbunyi pada ruang lingkup bagian 03 yang
berbunyi:
11
“laporan keuangan entitas nirlaba terdiri dari laporan posisi
keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas
laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berbeda dengan
laporan keuangan untuk entitas bisnis pada umumnya”.
1.5.2.4 Akuntansi Sosial Ekonomi
Akuntansi sosial ekonomi adalah ilmu yang berfungsi mencoba
mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social
benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini
sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan
keputusan untuk meningkatkan peran lembaga, baik perusahaan atau
yang lainnya (Harahap, 2011).
Menurut Harahap (2011) ada beberapa metode pengukuran
akuntansi sosial, yaitu :
1.
Menggunakan penelitian dengan menghitung oportunity cost
approach.
2.
Menggunakan daftar kuisioner, survey, lelang dimana mereka
merasa dirugikan.
3.
Menggunakan hubungan antara kerugian masal, dengan permintaan
barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
4.
Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga.
12
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Objek Penellitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divre 3 Sumatera Selatan yang berlokasi di Jalan
Ahmad Yani no 541 kelurahan 13 ulu kecamatan seberang ulu II plaju
palembang.
1.6.2 Ruang lingkup Penelitian
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumatera Selatan dilakukan dengan menunggu
proposal yang diajukan oleh pihak ketiga (pihak eksternal) dalam ruang
lingkup divre 3 sumsel.
1.6.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk
dalam jenis metode analisis kualitatif. Dimana analisis kualitatif adalah
suatu metode yang dimulai dengan cara mengumpulkan data, mencatat
data, mengklasifikasikan data dan menganalisis data berdasarkan
permasalahan yang telah dirumuskan dan kemudian menarik kesimpulan.
1.6.4 Data Yang Digunakan
Dalam menganalisa data yang ada, penulis menggunakan data
sekunder yaitu dengan menganalisa data untuk memecahkan masalahmasalah yang ada didalam penelitian ini.
13
1.6.5
Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik dokumenter. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca
buku-buku dan literatur-literatur dan sumber bacaan lainnya yang
berhubungan dengan masalah yang dianalisa dan
dengan cara
mengumpulkan data yang diperoleh dari media internet dan data langsung
dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel yang telah disusun
oleh perusahaan.
1.6.6 Metode Analisis
Metode yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yang telah
dirumuskan adalah dengan analisis kualitatif. Dimana langkah yang
dilakukan dalam analisis kualitatif yaitu dengan cara:
1.
Menjelaskan bagaimana besaraan dana CSR didapatkan berdasarkan
teori dan praktek yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel.
2.
Menjelaskan pencatatan transakasi CSR berdasarkan teori dan praktek
yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3
Sumsel.
3.
Menjelaskan pelaporan transaksi CSR berdasarkan teori dan parktek
yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3
Sumsel.
4.
Analisis penerapan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
14
1.7 Sistematika Pembahasan
Pada sistematika pembahasan ini, penulis akan menguraikan secara
singkat isi dan penjelasan bab demi bab untuk membantu memahami dan
mengerti secara keseluruhan dari skripsi ini, maka sistematika penulis
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian,
dan sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORY
Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan Corporate
Sosial Responsibility (CSR) dan teori-teori yang berhubungan dengan
perumusan masalah yang dibahas dan merupakan analisis untuk
penyusunan skripsi ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi objek penelitian, ruang lingkup penelitian, desain
penelitian, data yang digunakan, teknik pengumpulan data dan metode
analisis pada penelitian Penerapan Corporate Social Responsibilty
(CSR) pada PT. Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel.
BAB IV : HASIL ANALISIS
Bab ini mencakup gambaran umum perusahaan, hasil penelitian dari
penelitian Analisis Penerapan Corporate Social Responsibilty (CSR)
pada PT. Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel.
15
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari pembahasan yang berisikan
kesimpulan dari uraian pada bab empat dan saran-saran yang kiranya
dapat bermanfaat bagi PT. Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Good Corporate Governance (GCG)
2.1.1
Perkembangan Good Corporate Governance (GCG)
Krisis keuangan yang melanda kawasan asia sekitar tahun 1997-1998,
termasuk Indonesia didalamnya telah dirasakan amat memberatkan kehidupan
diberbagai kalangan dimasyarakat. Kerusakan itu tidak hanya dialami oleh rakyat
miskin melainkan kalangan pelaku usaha juga tidak terkecuali ikut merasakannya.
Pada saat itu negara kita bukan hanya mengalami krisis keuangan saja tetapi telah
meluas menjadi krisis ekonomi.
Good Corporate Governance (GCG) muncul pertama kali di Indonesia pada
tahun 1998. Hal ini bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan
pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur
mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk
mengangkat komisaris independent dan membentuk komite audit pada tahun
tersebut. Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan
(Letter of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong
terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan CG (Amri, 2011). Hal ini
mengakibatkan munculnya Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman
Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-23/MPM.PBUMN/2000 pada tanggal 13 Mei 2000 tentang Pengembangan Praktik
16
17
Good Corporate Gonvernance dalam perusahaan perseroan yang menegaskan
bahwa Good Corporate Govermance adalah prinsip perusahaan, semata-mata
demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangkai mencapai maksud dan
tujuannya (Azheri, 2012).
Kebijakan ini pun ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2000 tentang Penerapan Praktik Good
Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana pada
pasal 2-nya menenggaskan (Azheri, 2012) :
1.
BUMN wajib menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten
dan/atau menjadikan Good Corporate Governance sebagai landasan
operasionalnya.
2. Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN dilaksanakan
berdasarkan keputusan ini dengan tetap memerhatikan ketentuan dan norma
yang berlaku dan anggaran dasar BUMN
Setelah itu Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus yang
bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)
melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan
Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKCG merumuskan
dan menyusun rekomendasi
kebijakan nasional
mengenai
GCG,
serta
memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di
Indonesia. (Amri, 2011).
18
Tugas KNKCG pun selalu diperbaharui dan diperluas hingga pada tahun
2006 tugas KNKCG pun disempurnakan dengan pedoman CG yang telah
diterbitkan
agar
sesuai
dengan
perkembangan.
Dimana
hal-hal
yang
disempurnakan pada Pedoman Umum GCG tahun 2006 (Amri, 2011) adalah :
1.
Memperjelas peran tiga pilar pendukung (Negara, dunia usaha, dan
masyarakat) dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan
GCG.
2.
Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku.
3.
Kelengkapan Organ Perusahaan seperti komite penunjang dewan komisaris
(komite audit, komite kebijakan resiko, komite nominasi dan remunerasi,
komite kebijakan corporate governance).
4.
Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal dalam
kerangka
penerapan
GCG
yaitu
kepengurusan,
manajemen
resiko,
pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial.
5.
Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain pemegang
saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta pengguna produk
dan jasa.
6.
Pernyataan tentang penerapan GCG.
7.
Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG;
Pada tahun 2011 Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-
MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek GCG pada
BUMN, telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor:
PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
19
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BPKP, “Good
Corporate Governance”). Dimana pada peraturan tersebut menekankan kewajiban
bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan
prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika
Menyadari pentingnya GCG dalam pengelolaan perusahaan pada suatu
negara, maka United Nation Development Program (UNDP) dalam Azheri (2012)
menjelaskan bahwa Good Governance harus mengandung sembilan unsur yaitu
sebagai berikut:
1.
Participation, hal ini dibangun atas dasar demokrasi dan pratisipasi secara
konstruksif
2.
Rule of law, bahwa hukum harus mencerminkan nilai keadilan dan kesamaan
setiap orang di depan hukum serta dilakukannya law enforcement dan hak
asasi manusia.
3.
Transparency, hal ini dibangun atas dasar kebebasan informasi, dimana
proses informasi dapat langsung diakses oleh pihak– pihak yang
membutuhkan.
4.
Responsiveness, bahwa setiap proses dan kelembagaan yang ada harus dapat
melayani setiap stakeholders.
20
5.
Consensus Orientation, hal ini menyelesaikan bahwa prinsip Corporate
Governance menjadi mediasi antara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas dalam
setiap kebijakan maupun prosedur.
6.
Equity, bahwa semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam
upaya meningkatkan dan mepertahankan kesejahteraan.
7.
Effectiveness dan Efficiency, adanya jaminan bahwa setiap proses dan
lembaga yang ada harus menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan program
yang telah digariskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
8.
Accountability, bahwa pengambil keputusan dalam pemerintahan sektor
swasta dan masyarakat (civil society) mesti bertanggung jawab kepada publik
dan lembaga – lembaga stakeholders.
9.
Strategic Vision, pimpinan suatu perusahaan harus berlandaskan prespektif
Corporate Governance
2.1.2
Defenisi GCG
GCG menurut Forum for corporate governance in indonesia (FCGI) dalam
Hery (2010) mendefinisikan GCG sebagai berikut :
“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.
Tujuan corporate governance ialah utuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”
21
Sedangkan menurut Kissane dalam Azhery (2012) menjelaskan pengertian
GCG yang artinya yaitu sebagai sistem hukum dan praktik untuk menjalankan
kewenangan dan kontrol didalam aktifitas bisnis suatu perusahaan. Termasuk
didalamnya hubungan antara shareholder, board director, dan komite-komitenya,
seperti pejabat eksekutif dan konsituen lainnya, yaitu meliputi karyawan,
masyarakat lokal, dan konsumen serta pemasok.
Berdasarkan pengertian diatas, GCG dapat diartikan sebagai suatu sistem
hukum dan praktik yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan sistem pengendalian internal perusahaan. GCG ini memiliki
tujuan untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan
perusahaan dan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.
Menurut Valery (2012), Prinsip GCG yaitu sebagai berikut:
1.
Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan informasi (secara akurat dengan tepat
waktu) mengenai kinerja perusahaan.
2.
Kemandirian (indenpendency)
Kemandirian adalah bentuk tanggung jawab yang mensyaratkan agar
peusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan
tanpa ada tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
22
3.
Akuntanbilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah bentuk tanggung jawab korporasi yang diwujudkan
dengan menyediakan seluruh perangkat pengawasan secara komprehensif
serta siap untuk digugat sesuai dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.
4.
Responsibilitas (Responsibility)
Responsibilitas adalah bentuk pertanggung jawaban seluruh internal,
stakeholder (bussines owner RUPS, komisaris dan direksi, karyawan) kepada
para eksternal stakeholders lainnya. Termasuk seluruh masyarakat melalui
misi menjadikan perusahaan berkategori sehat, penciptaan lapangan
pekerjaan, serta nilai tambah bagi masyarakat dimana bisnis mendapatkan
manfaat dari aktivitasnya.
5.
Kewajaran ( fairness)
Kewajaran adalah perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham,
khususnya menyangkut hak dan kewajiban mereka, termasuk bagi pemegang
saham minoritas/asing.
Salah satu prinsip dalam GCG sebagaimana dikemukakan diatas yaitu
prinsip Responsibilitas telah melahirkan gagasan Corporate Social Responsibility
(CSR) sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini didukung oleh Murwaningsari dalam Ramdhaningsih dan
Utama (2013) bahwa CSR berkaitan dengan GCG dan CSR ini sejalan dengan
salah satu prinsip dari GCG yaitu responsibility.
23
Dalam pelaksanaan GCG, menurut Rustiarini dalam Ramdhaningsih dan
Utama (2013) mengungkapkan bahwa salah satu faktor GCG yang berpengaruh
untuk pelaksanaan CSR adalah Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional). Dimana kepemilikan manajerial dilihat dari besarnya
persentase kepemilikan saham pihak manajemen perusahaan dan kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan dari sebuah institusi.
2.1.3
Akuntansi Sosial
Akuntansi sosial mempunyai beberapa tujuan. Tujuan akuntansi sosial yang
dikemukakan oleh Ramanhatan (2000) adalah sebagai berikut:
1.
Akuntansi sosial bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur kontribusi
sosial bersih suatu periode, yang tidak hanya menetralisasi cost dan benefit
pada perusahaan tetapi juga ditimbulkannya dari pengaruh externalist yang
berbeda dari tiap kelompok sosial.
2.
Akuntansi sosial bertujuan untuk membantu menetapkan apakah praktikpraktik dan strategi perusahaan secara langsung mempengaruhi sumber
dayaan kemampuan seseorang, komunitas, kelompok-kelompok sosial, dan
generasi tetap konsisten dengan prioritas sosial yang benar-benar terbagi
secara luas pada suatu sisi dan aspirasi legitimasi seseorang pada sisi lain.
3.
Akuntansi sosial bertujuan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai tujuan perusahaan, program kerja, dan kontribusi untuk tujuan
sosial bagi semua kelompok sosial. Informasi yang disediakan untuk
akuntabilitas publik dan yang memfasilitasi pembuatan keputusan
24
berkenaan dengan social choice (pilihan-pilihan) dan alokasi sumber daya
sosial.
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa tujuan pertama dan kedua
berkaitan dengan pengukuran akuntansi sosial dan tujuan yang ketiga berkaitan
dengan proses pelaporan akuntansi sosial. Pada dasarnya akuntansi sosial
bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan untung rugi dan biaya sosial yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan kepada masyarakat.
2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.1 Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebagaimana pendapat yang menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial
adalah terpisah dan bertentangan adalah pandangan yang keliru. Perusahaan tidak
berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan
perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana
perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida CSR yang dikemukakan
Elkingston’s harus dipahami sebagai satu kesatuan sehingga korporasi atau
perusahaan dapat menjaga keseimbangan antara tujuan mendapatkan laba (profit)
dan tujuan sosial (people) serta lingkungan (Plannet) atau yang disebut dengan
triple bottom lines (Lako, 2011). Dimana Profit, Perusahaan tetap harus
berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus
beroperasi dan berkembang. People, Perusahaan harus memiliki kepedulian
terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program
CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana
25
pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada
perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga
setempat.
Plannet,
Perusahaan
peduli
terhadap
lingkungan
hidup
dan
keberlanjutan keragaman hayati Beberapa program CSR yang berpijak pada
prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air
bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme) (Porter
dalam Tanudjaja, 2006).
Dalam kaitan itulah, penerapan CSR dipandang sebagai sebuah keharusan.
CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR
adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka,
bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba, tapi juga sebagai sebuah institusi
pembelajaran. Bisnis harus mengandung kesadaran sosial terhadap lingkungan
sekitar.
Pada saat sekarang ini, CSR tidak hanya menjadi suatu tradisi yang
dilaksanakan oleh perusahaan. Konsep dan eksistensi CSR telah mulai diangkat
kedalam posisi yang lebih tinggi, tidak hanya di ruang lingkup privat perusahaan
tetapi juga telah menjadi perhatian oleh sektor publik yakni pemerintah. Hal ini
dapat dicermati dari adanya isu hangat dunia mengenai pentingnya kontribusi
perusahaan dan pemerintah dalam perbaikan, pengembangan dan perlindungan
terhadap lingkungan dan masyarakat yang dicetuskan dalam World Summit on
Sustainable Development (WSSD) di Johannesburg, Afrika Selatan pada tahun
2002 yang menekankan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan.
Perkembangan CSR pada dekade ini pun diikuti dengan diperkuatnya eksistensi
26
CSR tersebut kedalam kewajiban yang bersifat normatif diberbagai negara.
Meskipun baru hanya beberapa negara yang berani untuk mengambil tindakan
tersebut dimana Indonesia termasuk salah satu negara didalamnya, hasil ini
merupakan perkembangan yang sangat positif bagi CSR itu sendiri (Firman,
2014).
2.2.2 Defenisi CSR
CSR
menurut
Mardikanto
(2014)
adalah
suatu
komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat malalui praktik bisnis. Akan tetapi, hal
tersebut bukanlah amal melainkan sebuah strategi bisnis inti dari sebuah
organisasi.
Menurut Azheri (2012) CSR adalah suatu komitmen perusahaan untuk
melaksanakan kewajiban yang didadasarkan atas keputusan untuk mengambil
kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan kepentingan para stakeholder dan
lingkungan. dimana perusahaan yang melakukan aktifitas ini didasarkan pada
ketentuan hukum yang berlaku.
Menurut Branco dan Rodriguez dalam Oktaviani (2012), CSR dimaksudkan
merupakan upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah
sosial dan lingkungan perusahaan. Baik dalam kegiatan usahanya maupun pada
cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara sukarela.
Pada tanggal 1 Nopember 2012, telah resmi dirilis ISO 26000 tentang
International Guidance On Social Responsibility yang memberikan rumusan resmi
tentang definisi social responsibility sebagai berikut :
27
“Tanggung jawab korporasi atas; dampak yang ditimbulkan
sebagai akibat dari keputusan dan aktifitasnya dalam masyarakat,
dan lingkungan, melalui prilaku yang etis dan transparan yang
berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan; termasuk
kesehatan dan kesejahteraaan masyarakat; memperhatikan
ekspekstasi pemangku kepentingan; mentaati peraturan dan
perundangan yang berlaku dan konsisten dengan norma prilaku
internasional; dan terintegrasi dalam organisasi serta
diimplementasikan dalam seluruh aktifitas organisasi yang terkait
dengan organisasi korporasi.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa CSR adalah suatu komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan untuk
meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan. Akan tetapi
dalam pelaksanaanya tetap sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku.
2.2.3
Manfaat CSR Dan Arti Penting CSR Bagi Perusahaan.
2.2.3.1 Manfaat CSR
Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya. Wibisono (2007) menguraikan manfaat yang
akan diterima dari pelaksanaan CSR diantaranya:
1.
Bagi perusahaan. Terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan
mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh
dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra yang positif dari
masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap
modal (capital). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya
manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical
28
decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen resiko (risk
magement).
2.
Bagi masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai tambah
adanya perusahaan disuatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja,
meningkatkan kualitas sosial didaerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap
akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika
terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan
menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut.
3.
Bagi lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas
sumber daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat
polusi dan justru perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannya.
4.
Bagi Negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut
“coporate miscounduct” atau malpraktek bisnis seperti penyuapan pada
aparat negara atau aparat hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu,
Negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar (yang tidak
digelapkan) oleh perusahaan.
Menurut Untung (2008) manfaat CSR bagi perusahaan adalah :
1.
Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
2.
Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
3.
Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
4.
Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
5.
Membuka peluang yang lebih luas bagi perusahaan.
6.
Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuatan limbah.
29
7.
Memperbaiki hubungan dengan stkeholders.
8.
Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9.
Meningkatkan semangat produktivitas karyawan.
10. Peluang mendapatkan penghargaan.
Dzahro dalam Mardikanto (2014) mengemukakan beberapa manfaat CSR
bagi perusahaan, sebagai berikut:
1.
Meningkatkan citra perusahaan. Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen
dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan
kegiatan yang baik bagi masyarakat.
2.
Memperkuat “Brand” perusahaan. Melalui kegiatan memberikan Product
Knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis,
dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan
sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan.
3.
Mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan.
4.
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu
mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan,
seperti pemerintah daerah, masyarakat dan universitas lokal. Maka
perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku
kepentingan tersebut.
5.
Membedakan perusahaan dengan pesaingnya. Jika CSR dilakukan sendiri
oleh
perusahaan,
perusahaan
mempunyai
kesempatan
menonjolkan
keunggulannya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang
menawarkan produk atau jasa yang sama.
30
6.
Menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh
perusahaan. Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama
perusahaan memerlukan kreatifitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan
berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.
2.2.3.2 Arti Penting CSR Bagi Perusahaan
Heiman dalam Mardikanto (2014) menyebutkan beberapa alasan mengapa
CSR perlu dilaksanakan yaitu:
1.
Merupakan hal etis yang dilakukan.
2.
Meningakatkan citra perusahaan
3.
Hal ini diperlukan dalam rangka untuk menghindari peraturan yang
berlebihan.
4.
Jenis kegiatan dari tanggung jawab sosial juga dapat menguntungkan.
5.
Lingkungan sosial yang lebih baik akan bermanfaat bagi perusahaan.
6.
Dapat menarik minat para investor.
7.
Dapat meningkatkan motivasi karyawan.
8.
Dapat membantu untuk memperbaiki masalah sosial yang disebabkan oleh
bisnis.
Penelitian Heal dan Garret (2004), menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat
menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, dapat
memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan dapat memelihara hubungan
yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Sedangkan
Penelitian Siegel dan Paul (2006), menunjukkan bahwa aktivitas CSR memiliki
31
dampak produktif yang signifikan terhadap efisiensi, perubahan teknikal, dan
skala ekonomi perusahaan. (“Pengaruh Corporate Social Responsibility”)
Dipihak lain, Caroll dalam Mardikanto (2014) menyampaikan beberapa
alasan yang membuat korporasi tertarik untuk semakin memiliki rasa tanggug
jawab sosial sebagai berikut:
1.
Terkait dengan reputasi perusahaan
2.
Merupakan suatu keunggulan kompetitif.
3.
Penghematan biaya perusahaan.
4.
Sudah merupakan kecenderungan dunia industri.
5.
Komitmen dewan komisaris.
6.
Permintaan/tuntutan pelanggan.
7.
Tuntutan investasi yang bertanggung jawab sosial (SRI)
8.
Pertumbuhan yang dibangun “dari atas” (top-line growth).
9.
Tuntutan pemilik/pemegang saham.
10. Aksesibiltas permodalan.
2.2.4
Bentuk-Bentuk CSR
Bentuk-bentuk CSR Menurut Brodswey dan Vogel dalam Azheri (2012)
mempunyai tiga bentuk CSR yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut :
a.
Corporate Philantrophy
Adalah usaha-usaha amal yang dilakukan oleh suatu perusahaan, dimana
usaha-usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan
normal perushaan.
32
b.
Corporate Responsibility
Adalah usaha sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan ketika sedang
mengejar profitabilitas sebagai tujuan perusahaan.
c.
Corporate Policy
Adalah berkaitan erat dengan bagaimana hubungan perusahaan dengan
pemerintah yang berkaitan dengan posisi tawar suatu perusahaan dengan
adanya kebijaksanaan pemerintah yang mempengaruhi perusahaan maupun
masyarakat secara keseluruhan.
2.2.5
Ruag Lingkup CSR
CSR yang merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
kontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan
antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. Oleh sebab itu
perusahaan harus bertanggung jawab atas semua tindakan yang diambil oleh
perusahaan tersebut.
Hardinsyah & Iqbal dalam Azheri (2012) mewujudkan ketiga aspek yaitu
sosial, ekonomi dan lingkungan yang diwujudkan dalam kegiatan sebagaimana
terlihat pada tabel berikut:
33
No
Aspek
1
Sosial
Tabel 2.1
Kegiatan Corporate Social Responsibility
Muatan
Pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan, penguatan
kelembagaan
(secara
internal
termasuk
kesejahteraan
karayawan), kesejahteraan sosial, olahraga, pemuda, wanita,
agama, kebudayaan dan sebagainya.
2
Ekonomi
Kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit mikro kecil
dan
menegah
(KUB/UMKM),
agrobinis,
pembukaan
lapangan kerja, infrasruktur ekonomi, dan usaha produktif
lain.
3
Lingkungan
Penghiajuan, reklamasi lahan, pengelolaan alam, pelestarian
alam, ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian
polusi, serta penggunaan produksi dan energi secara efisien.
Sumber : Azheri (2012)
2.2.6
Prinsip Pelaksanaan CSR
Menurut ISO 26000 dalam Priyanti (2013) tentang petunjuk pelaksanaan
CSR menetapkan tujuh prinsip sebagai prilaku perusahaan yang didasarkan atas
standar dan panduan prilaku dalam konteks situasi tersebut. Ketujuh prinsip
tersebut adalah:
1.
Akuntabilitas, hal ini terlihat dari prilaku organisasi yang berkaitan dengan
masyarkat dan lingkungan.
2.
Transparansi, hal ini terlihat dari pengambilan keputusan dan aktifitas yang
berdampak terhadap pihak lain (stakeholders).
34
3.
Prilaku Etis, hal ini berkaitan dengan prilaku etis perusahaan sepanjang
waktu.
4.
Stakeholders, hal ini berkaitan dengan penghargaan dan mempertimbangkan
kepentingan stakeholder-nya.
5.
Aturan Hukum, hal ini berkaitan dengan penghormatan dan kepatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
6.
Norma International, terutama berkaitan dengan penghormatan dan
penghargaan terhadap norma internasional, terutama berkaitan dengan norma
yang lebih mendukung pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat, dan
7.
Hak Asasi Manusia, berkaitan dengan pemahaman mengenai arti penting hak
asasi manuia (HAM) sebagai konsep universal.
Terkait dengan hal tersebut, Organization For Economic Coopertion and
Development-OECD dalam Azheri (2012), merumuskan prinsip-prinsip sebagai
pedoman dalam implementasi CSR bagi perusahaan transnasional, yaitu sebagai
berikut:
1.
Memberi kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan
bedasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
2.
Menghormati hak-hak azazi manusia, sejalan dengan kewajiban dan
komitmen pemerintah dinegara tempat perusahaan beroperasi.
3.
Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerja sama yang erat
dengan komunitas lokal termasuk kepentingan bisnis.
35
4.
Mendorong pembentukan human capital, khususnya melalui penciptaan
kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi karyawan.
5.
Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pembebasan diluar yang
dibenarkan secara hukum yang terkait dengan lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja, perburuhan, perpajakan, insentif finansial dan lain-lain.
6.
Mendorong
dan
memegang
teguh
prinsip-prinsip
GCG
serta
mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik tata kelola perusahaan
yang baik.
7.
Mengembangkan dan menerapkan praktik-praktikik sistem manajemen yang
mengatur diri sendiri (self regulation) secara efektif guna menumbuh
kembangkan relasi saling percaya diantara perusahaan dan masyarakat
setempat dimana perusahaan beroperasi.
8.
Mendorong kesadaran pekerja yang sejalan dengan kebijakan perusahaan
melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan-kebijakan pada pekerja
melalui program-program latihan.
9.
Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih dan indisipliner.
10.
Mengembangkan mitra bisnis, termasuk para pemasok dan subkontraktor,
untuk menerapkan aturan perusahaan yang sejalan dengan pedoman
tersebut.
11.
Bersikap abstain terhadap semua keterlibatan yang tidak sepatutnya dalam
kegiatan-kegiatan politik lokal.
36
Sedangkan Golodets dalam Mardikanto (2014) mengemukakan prinsipprinsip CSR yang meliputi:
1.
Mengembangkan mutu produk dan layanan bagi konsumen.
2.
Menciptakan keleselamatan kerja, melalui pengembangan produk dan sumber
daya manusia.
3.
Mengatasi keluhan masyarakat berdasarkan hukum baik yang menyangkut:
pajak, ketenagakerjaan, lingkungan dan yang lainnya,
4.
Integritas dan hubungan timbal balik dengan semua stakeholders.
5.
Melakukan bisnis yang efisien, menciptakan nilai tambah ekonomi, dan
mengembangkan keunggulan bersaing guna memperoleh manfaat bagi
pemilik/ pemegang saham atau masyarakat.
6.
Bekontribusi terhadap evolusi masyarakat-sipil melalui kemitraan dan
pengembangan proyek-proyek sosial.
2.2.7
PSAK Yang Berkaitan Dengan CSR
Adapun PSAK yang berkaitan dengan CSR adalah sebagi berikut :
1.
PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf 12 berbunyi:
“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai
lingkungan
hidup,
dan
laporan
nilai
tambahan
(vallue
addedstatement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Laporan tambahan tersebut diluar lingkup Standar Akuntansi Keuangan”
37
2.
PSAK No. 24 (Imbalan kerja) paragraf 22 berbunyi :
“Kewajiban yang timbul dalam program bagi laba dan bonus merupakan
akibat jasa pekerja dan bukan transaksi dengan pemilik perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan mengakui bagi laba dan bonus ini sebagai beban tahun
berjalan dan bukan sebagai distribusi laba bersih”.
3.
PSAK No. 45 (Revisi 2011) tentang pelaporan keuangan entitas nirlaba yang
berbunyi pada ruang lingkup bagian 03 yang berbunyi:
“laporan keuangan entitas nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk entitas
bisnis pada umumnya”.
2.2.8
Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Adapun dasar hukum yang membahas mengenai penerapan prinsip
tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan antara lain:
1.
Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi dalam
Pasal 11 ayat (3) butir (k) dan pasal 40 ayat (5) yang berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 11
(3). Kontrak kerja sama sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) wajib
memuat paling sedikit ketentuan ketentuan pokok yaitu (k). Tentang
pengelolaan lingkungan hidup
38
Pasal 40
(5). Badan Usaha atau usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha
minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ikut bertanggung
jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.
2.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam
pasal 15 (b) dan pasal 34 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 15
(a). Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
(b). Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
(c).Membuat
laporan
tentang
kegiatan
penanaman
modal
dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman modal.
(d).Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal, dan
(e).Mematuhi semua ketentuan perundang-undangan.
Pasal 34
(1). Badan usaha atau badan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 yang tidak mematuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal
15 dapat dikenakan sanksi administratif berupa; (a). Peringatan tertulis; (b).
Pembatasan kegiatan usaha; (c). Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal; atau (d). Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal.
39
(2). Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan dengan ketentuan
peraturan.
(3). Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan
dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam
Bab V pasal 74 ayat (1), (2), (3) dan (4) yang berbunyi sebagai berikut:
(1). Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
(2). Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
(3). Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4). Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
diatur oleh peraturan pemerintah.
4.
Undang-undnag Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada bagian menimbang butir a,b,d,e, pasal 1
butir 1,2,3 dan pasal 3.
40
5.
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program
Bina Lingkungan yang terakhir telah diubah dengan Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-08/MBU/2013 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program
Bina Lingkungan.
6.
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan (TJSLP)
2.3 Pengertian Akuntansi Sosial Ekonomi
Socio Economic Accounting (SEA) masih merupakan fenomena baru dalam
ilmu akuntansi. Istilah Socio Economic Accounting (SEA) atau akuntansi sosial
ekonomi yang digambarkan oleh para ahli ini cukup beragam. Beberapa para ahli
telah mendefinisikan akuntansi sosial ekonomi, antara lain sebagai berikut:
1.
Menurut Belkaoui dalam Harahap (2011), Akuntansi Sosial Ekonomi dari
penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut pengaturan,
pengukuruan analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari
kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang
bersifat mikro dan makro. Dimana pada tingkat makro bertujuan untuk
mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara
mencakup Social Accountinng and Reporting peranan akuntansi dalam
pembangunan ekonomi. Sedangkan pada tingkat mikro bertujuan untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahan terhadap
41
lingkungannya, mencakup; finansial, dan managerial Social Accounting,
Social Auditing.
2.
Menurut Harahap (2011), Akuntansi Sosial Ekonomi adalah suatu bidang
ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasi, mengukur,
menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang
ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan
sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan
keputusan untuk meningkatkan peran lembaga, baik perusahaan atau yang
lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara
keseluruhan.
3.
Menurut Wikipedia Indonesia Akuntansi sosial (dikenal juga sebagai
akuntansi sosial dan lingkungan, pelaporan sosial perusahaan, pelaporan
tanggung jawab sosial perusahaan, pelaporan non-keuangan, atau akuntansi
keberlanjutan) adalah suatu proses mengkomunikasikan dampak sosial dan
lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi. Untuk kepentingan kelompok
tertentu dalam masyarakat dan untuk masyarakat luas.
Jadi Akuntansi Sosial Ekonomi adalah suatu proses analisis yang digunakan
oleh
lembaga
atau
perusahaan
untuk
mengukur,
mengungkapkan,
mengidentifikasi, menilai dan melaporkan kegiatan ekonomi dalam mengambil
keputusan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara
keseluruhan.
42
2.3.1
Latar Belakang Munculnya Akuntansi Sosial Ekonomi
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yag dapat memberikan
banyak keuntungan bagi masyarakat. Ia bisa memberikan kesempatan kerja,
menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, membayar
pajak, memberikan sumbangan dan lain-lain.
Dari sinilah ilmu akuntansi yang selama ini dikenal hanya memberikan
informasi tentang kegiatan perusahaan dengan pihak kedua. Dengan adanya
tuntutan ini, akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang hubungan
perusahaan dengan pihak kedua (partner bisnisnya), tetapi juga dengan
lingkungannya pihak ketiga. Ilmu akuntasi yang mencatat, mengukur, melaporkan
externalities ini disebut dengan Socio Economic Accounting (SEA).
Dalam akuntansi konvensional yang menjadi fokus perhatiannya adalah
pencatatan dan pengkuran terhadap kegiatan atau dampak yang timbul akibat
hubungan antara perusahaan dengan pelanggan lainnya (Reciprocal Transaction).
Sedangkan SEA menyoroti aspek sosial atau dampak (externalities) dari kegiatan
pemerintah dan perusahaan.
Literatur dalam ilmu sosial, ilmu sosiologi, dan khususnya kegiatankegiatan sosial merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya SEA.
Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan individu kearah
kesejahteraan sosial. Kecenderungan ini semua dapat dilihat dari beberapa
paradigma berikut ini (Ramanhatan, 2000) :
43
a.
Kecenderungan Tehadap Kesejahteraan Sosial.
Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan
masyarakat yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja antar unitunit masyarakat itu sendiri. Kenyataan ini semakin disadari dan semakin
dibutuhkan pertanggung jawabannya untuk mengetahui gambaran yang
jelas tentang keterkaitan saling pengaruh mempengaruhi antara negara dan
rakyat, antara perusahaan dan masyarakat, SEA ini sangat berperan.
b.
Kecenderungan Terhadap Kesadaran Lingkungan
Dalam literatur paradigma ini dikenal dengan line human exceptionalism
paradigm menuju the new environment paradigm. Paradigma yang
pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik dibumi ini
yang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh
kepentingan
makhluk
lain.
Sebaliknya,
paradigma
yang
terlahir
menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-macam
makhluk yag mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan
sebab-akibat, dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik
sosial, ekonomi atau politik. Kesadaran akan kebenaran environment
pardigm ini merupakan salah satu pendorong munculnya SEA.
c.
Perspektik Ekosistem
Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efesiensi
profit maximazion menimbulkan krisis ekonomi. Salah satu kelompok
tingkat dunia yang menaruh perintah terhadap ekosistem ini adalah Clun
Of Rome yang dikenal dengan pendapatnya limits to growth, salah satu
44
putera terbaik kita, almarhum Dr. Soedjatmoko, mantan rektor universitas
PBB dijepang, termasuk salah satu anggotanya. Tanpa pembatas terhadap
tingkah laku manusia tampaknya yang timbul hanya terdapat kehancuran
dan kekacauan termasuk gempa bumi dan tsunami. Perspektif terhadap
ekosistem ini yang mendorong SEA.
d.
Ekonomisasi vs Sosialisasi
Ekonomisasi hanya mengarahkan perhatian kepada kepuasan individual
sebagai suatu unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa
memperhatikan
kepentingan
masyarakat.
Sebaliknya
sosialisasi
memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu
mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.
Akhirnya, perlu alat ukur sampai seberapa jauh pengaruh perusahaan
terhadap masyarakat.
2.3.2
Pengukuran Dalam SEA
Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam SEA ini.
Dalam akuntansi konvensional jelas bahwa setiap transaksi baru dapat dicatat jika
sudah mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Dalam SEA kita harus
mengukur dampak positif (social benefit) dan dampak negatif (social Cost) yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan.
Menurut Harahap (2011) sosial benefit adalah kontribusi positif yang
diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat dapat berupa:
1.
Penyediaan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan kualitas yang
baik.
45
2.
Pembayaran imbalan atas pengguanaan elemen-elemen sumber daya
masyarakat melalui; penyediaan kesempatan kerja (gaji dan upah)
pembayaran pajak pemberian sumbangan.
3.
Pemberian sumbangan dan penyediaan fasilitas pelayanan umum yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
4.
Perbaikan terhadap lingkungan.
5.
Perbaikan rumah ibadah.
Sedangkan social cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan
dan masyarakat. Yang meliputi polusi udara, polusi air dan polusi tanah yang
diakibatkan dari kegiatan perusahaan tersebut..
Menurut Harahap (2011) ada beberapa metode pengukuran akuntansi
sosial, yaitu :
1.
Menggunakan penelitian dengan menghitung oportunity cost approach.
2. Menggunakan daftar kuisioner, survey, lelang dimana mereka merasa
dirugikan.
3. Menggunakan hubungan antara kerugian masal, dengan permintaan barang
perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
4.
Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga.
2.3.3
Sustainability Reporting
Standar pelaporan CSR harus perlu diperhatikan dengan benar oleh dunia
usaha. Karena dalam Undang-undang tidak diatur pedoman penyusunan
laporannya, meskipun standar pelaporan merupakan hal yang sangat penting dan
46
berguna sehingga berfungsi sekali untuk tahap persiapan, pemantauan, evaluasi
hasil kinerja dari CSR hingga untuk penyempurnaan pada laporan berikutnya
(Ramanhatan, 2000). Apabila setiap perusahaan membuat standar pelaporan CSR
yang berbeda-beda, akan menyulitkan bagi para pembaca untuk menganalisis
antar perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Tetapi, walaupun standar
pelaporannya tidak diatur dalam undang-undang, namun pada Pasal 66 ayat (2)
butir (c)
diterangkan bahwa Perseroan menyampaikan laporan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan (baca:CSR) dalam laporan tahunan. Jadi,
laporan CSR sangat perlu dibuat karena memang telah diwajibkan dalam undangundang. Dan tentunya berfungsi sebagai media komunikasi sekaligus pertanggung
jawaban kepada stakeholders. Menurut Global Reporting Initiative (GRI) versi
3.0 (2000-2006) menjelaskan bahwa laporan berkelanjutan adalah praktek
pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan
baik internal maupun eksternal. Laporan keberlanjutan juga menggambarkan
laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial (misalnya triple
bottom line, laporan pertanggung jawaban perusahaan, dan lain sebagainya). GRI
adalah sebuah lembaga independen, didirikan pada tahun 1997 di Boston AS,
sekarang berpusat di Belanda. Setelah standar tersebut diterapkan selama tiga
tahun, banyak masukan perbaikan dari penggunanya sehingga sejak akhir tahun
2005. GRI kembali bekerja menyiapkan revisi GRI Guidelines 2002.
47
Indonesia yang belum mempunyai standar nasional dalam menyusun
laporan keberlanjutan perlu memiliki standar tersendiri yang merupakan
konvergensi atas GRI Guidelines. Konvergensi ini penting agar investor dan
stakeholders lainnya dapat memperoleh informasi sustainability dalam format
yang sama dengan standar global. Untuk itulah, dengan diprakarsai oleh IAIKAM pada pertengahan 2005, telah didirikan lembaga semacam GRI yang diberi
nama “National Center For Sustainability Reporting (NCSR)”. Lembaga
independen ini memiliki misi: “Meyusun dan meyebarluaskan pedoman
penyusunan laporan keberlanjutan untuk organisasi/perusahaan di Indonesia”
(IAI, 2008).
2.3.4
Pelaporan
Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan oleh
perusahaan ada beberapa teknik pelaporan SEA ini misalnya Diller dalam Priyanti
(2013) mengungkapkan tekniknya sebagai berikut:
1.
Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan
tahunan atau bentuk laporan lainnya.
2.
Pengungkpan dalam catatan atas laporan keuangan.
3.
Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun)
penyisihan
sebagainya.
kerusakan
lokasi,
biaya
pemeliharaan
lingkungan
dan
48
2.4 Peneliti Terdahulu
Priyanti (2013). Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mulia Darma
Pratama dengan penelitian yang berjudul “ Evaluasi Penerapan Akuntansi
Corporate Social responsibility pada PT. PLN (Persero) Wilayah S2JB
Palembang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan
akuntansi Corporate Social responsibility (CSR) dan pencatatan yang dilakukan
oleh PT. PLN (Persero) wilayah S2JB palembang. Pada penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan hasil penelitian yang telah
dilakukannya secara simultan menunjukkan bahwa penerapan yang telah
dilakukan oleh PT. PLN (Persero) wilayah S2JB Palembang telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah Serta PT.PLN (Persero)
wilayah S2JB Palembang telah melakukan pencatatan tersendiri dimana rekening
CSR berbeda dengan rekening bank PT.PLN (Persero) wilayah S2JB palembang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penellitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumatera Selatan yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No 541
kelurahan 13 ulu kecamatan seberang ulu II plaju palembang.
3.1.1 Visi Dan Misi Perusahaan
3.1.1.1 Visi
Terwujudnya Kereta Api sebagai pilihan utama jasa transportasi yang
mengutamakan keselamatan, kehandalan dan pelayanan
3.1.1.2 Misi
Mewujudkan jasa pelayanan transportasi masal dengan menghasilkan
jasa sesuai kebutuhan pelanggan dan stkeholders, meningkatkan keselamatan
dan pelayanan serta penyelenggaraan yang semakin efisien.
3.1.2 Struktur Organisasi PT. Kereta Api (persero) Divre 3
Pada struktur organisasi PT. Kereta Api (persero) Divre 3 sumsel terdiri
dari seorang kepala divisi, beberapa bidang yang masing-masing membawahi
beberapa seksi dan unit pelaksan teknis (UPT) dibawahnya serta dua subdivisi
yang memiliki beberapa seksi dan upt tersendiri.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menyajikan struktur organisasi PT.
Kereta Api (persero) Divre 3 sumsel sebagai berikut:
49
Gambar 3.1.2
Struktur Organisasi
PT.KERETA API INDONESIA (Persero) DIVISI REGIONAL 3 SUMATERA SELATAN
EVP DIVRE 3
DEPUTY EVP
Manager Humasda
Manager Hukum
Sensor Manager SDM dan Umum
Sensor Manager Keuangan
Manager Pelanggan
Seketariat
Manager
SDM
Manager Dokumen &
Kerumahtangaan
Manager Hiperkes
& lingkungan
Manager
Anggaran
Manager perawatan &
Bangunan Dinas
Manager
Akuntansi
Manager
Keungan
Manager Kas Besar
Anggota
Senior Manager Sarana
Senior Manager Jalan &
Jembatan
Senior Manager Sintels
Manager Program
Anggaran Sarana
Manager Program Anggaran
Jalan rel&Jembatan
Manager Program
Anggaran Sintelis
Manager Perawatan
Lokomotif
Manager Kontruksi Jalan
Rel&Jembatan
Manager Perawatan
Sinyal
Manager Perawatan
Kereta &Gerbong
Gudang
Persediaan Lahat
Senior Manager Operasi
Senior Manager Komersial
Manager Perencana
Opka
Manager Pemasaran Angkutan
Penumpang & Customer Care
Manager Pelayanan
dan Kamtib
Manager Pemasaran Angkutan Barang
Manager Pengusaha Asset
Manager Operasi
Manager Fasilitas Sarana
Pemeliharaan JJ&Evaluasi
Balai Yasa
Lahat
VP SUB DIVRE
KPT
Manager Perawatan
Telekomunikasi&Listr
ik
VP SUB DIVRE
KPT
Manager Sistem Informasi
Manager Pengendalian
Opka
Ass.Manager
Renc.Eva &TU
Ass.Manager
Dal.Opka
Ass.Manager
Operator Radio
Ass.Manager
Dal.Sarana
50
51
3.1.3 Tugas pokok, dan Tanggung Jawab Unit di PT. Kereta api Indonesia
(Persero)
Unit-unit di dalam organisasi PT.kereta Api Indonesia (persero) memiliki
Tugas Pokok, Tanggung Jawab dan Tata laksananya masing-masing. Untuk itu,
penulis akan menyajikan Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Unit didalam
organisasi PT. Kereta api Indonesia (Persero) Divre 3 sumsel sebagai berikut:
SEKSI KEUANGAN
1.
Bidang Keuangan Divre 3 Sumsel, adalah satuan organisasi di lingkungan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang berada di bawah organisasi Divre
3 Sumsel dan berkedudukan di Palembang.
2.
Bidang Keuangan Divre 3 Sumsel dipimpin oleh seorang Senior Manager
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Executive Vice President
(EVP) Divre 3 Sumsel.
Senior Manager Keuangan Divre 3 Sumsel mempunyai tugas pokok dan
tanggung jawab:
a. Merumuskan penjabaran strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditetapkan Kantor Pusat, di
Wilayah Divre 3 Sumsel.
b. Terselenggaranya proses peningkatan kualitas (quality improvement)
secara berkelanjutan serta pengelolaan resiko di Seksinya.
c. Mengkoordinir penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan Divre 3
Sumsel dan melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan rencana serta
pelaksanaan anggaran.
52
d. Pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan Divre 3 Sumsel
serta pembinaannya.
e. Melaksanakan Administrasi Perpajakan.
f. Melaksanakan
pengelolaan
administrasi
keuangan,
pengesahan
pembayaran non gaji pegawai, pengesahan pembayaran kepada pihak
ketiga serta penyelesaian dokumen analisa dan tata usaha keuangan.
g. Melaksanakan tata laksana perbendaharaan dan pengelolaan tata usaha
Kas Besar Divre 3 Sumsel.
h. Melaksanakan pemantauan, penyelesaian dan pelaporan tindak lanjut
temuan Pemeriksaan Internal maupun Eksternal.
i. Melaksanakan Pemantauan dan pengendalian atas pengelolaan penagihan
Piutang Angkutan Penumpang, Angkutan Barang dan Pengusahaan Asset.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya, Senior
Manager Keuangan Divisi Regional 3 Sumatera Selatan dibantu oleh:
1.
Manager Anggaran, yang mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab
mengkoordinasi penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan Daerah
Operasi, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan rencana serta
pelaksanaan anggaran.
2.
Manager Akuntansi, yang mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab
melaksanakan pengelolaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan
Divisi Regional 3 Sumatera Selatan.
3.
Manager Keuangan dan Pajak, yang mempunyai tugas pokok dan
tanggung jawab melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan,
53
pengesahan pembayaran non gaji pegawai, pengesahan pembayaran
kepada
pihak
ketiga,
melakukan
verifikasi
dan
mengkompilasi
pembayaran untuk mengidentifikasi objek pemotongan, kelengkapan
tagihan dan menentukan jumlah yang dibayarkan atas Kewajiban
Pemotongan : PPh Pasal 21, 23, 4 ayat 2, PPN : SPT Masa PPN 1111, PPN
keluaran, PPN Masukan, PPN Masukan tidak dapat dikreditkan. SPT Masa
PPN 1107 (PUT), dan PPh Badan : Bukti Pemungutan PPh Pasal 22, Bukti
Pemotongan PPh Pasal 23, Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2; telah
kontrak perjanjian, penyelesaian keberatan, pemeriksaan pajak dan lainlain termasuk hubungan dengan kantor pajak setempat; serta penyelesaian
dokumen analisa dan tata usaha keuangan.
4.
Manager Kas Besar, yang mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab
menerima, menyimpan. mengeluarkan, mencatat transaksi kas dan setara
kas tunai atau pada rekening Bank Daerah (BD) di wilayah kerjanya
dengan rincian tugas sebagai berikut:
a. Melaksanakan penerimaan uang yang berasal dan pendapatan non
angkutan tunai atau melalui rekening Bank Daerah (BD), pencairan
piutang Perusahaan dan droping BKU ke BD.
b. Melaksanakan pengeluaran untuk transaksi setoran pendapatan non
angkutan baik yang diterima tunai maupun melalui rekening Bank
Daerah (BD), ke rekening Bank Koordinator Daerah (BKD),
pembayaran utang Perusahaan melalui pengesahan bukti pembayaran
(A.9) serta pembayaran pajak yang menjadi kewajiban Perusahaan.
54
c.
Melaksanakan penyimpanan uang tunai di brankas dan di Bank
Daerah (BD).
5.
Assistant Manager Penagihan, yang mempunyai tugas pokok dan tanggung
jawab inelaksanakan penagihan atas Piutang Angkutan Penumpang.
Angkutan Barang dan Pengusahaan Asset (Rekening G.2 I 5/SAB) serta
Tata Usaha Administrasi Piutang (Aging Schedule).
UNIT SISTEM INFORMASI
Unit sistem Informasi Divisi Regional 3 Sumatera Selatan adalah satuan
organisasi di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang berada di
bawah organisasi Divisi Regional 3 Sumatera Selatan dan berkedudukan di
Palembang.
Unit sistem Informasi Divisi Regional 3 Sumatera Selatan, dipimpin oleh
seorang Manager yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Executive Vice President (EVP) Divisi Regional 3 Sumatera Selatan
Manager Sistem Informasi Divisi Regional 3 Sumatera Selatan
mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab mengelola infrastruktur teknologi
inforrnasi (perangkat keras, perangkat lunak pendukung. dan perangkat
jaringan,). mengelola aplikasi disisi pengguna, inelakukan penanganan jika
terjadi gangguan pada sislern informasi. serta mernastikan kualitas layanan
sistem informasi terjaga dengan balk dalain wilayah Divisi Kantor Regional 3
Sumatera Selatan di Palembang.
.
55
3.1.4 Visi, Misi dan Tujuan CSR PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
1. Visi CSR adalah meningkatkan manfaat Perusahaan bagi Stakeholder,
melalui peningatan aktivitas PKBL serta CR.
2. Misi CSR adalah meningkatkan Corporate Image melalui kegiatan
PKBL dan CR yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi
Perusahaan dalam menjaiankan visi, misi dan tujuan korporasi.
3. Tujuan CSR adalah menciptakan lingkungan masyarakat sekitar lokasi
aktivitas Perusahaan yang mandiri secara sosial ekonomi melalui
kegiatan PKBL dan CR sehingga dapat menjadi mitra sejati dalam
kelangsungan
usaha
Perusahaan
dan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
3.1.5 Ruang Lingkup CSR PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3
Sumsel
Ruang lingkup CSR yang diselenggarakan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel berada disekitar wilayah perusahaan dan sekitar area
stasiun dalam wilayah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divre 3 Sumatera Selatan dilakukan dengan proposal yang diajukan oleh pihak
ketiga (pihak eksternal) dalam ruang lingkup divre 3 sumsel.
56
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis
metode analisis kualitatif. Dimana analisis kualitatif adalah suatu metode yang
dimulai dengan cara mengumpulkan data, mencatat data, mengklasifikasikan data
dan menganalisis data berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan
kemudian menarik kesimpulan. Alasan melakukan metode analisis kualitatif
adalah karena dalam melakukan analisis kualitatif penulis mampu mendapatkan
rincian yang kompleks tentang permasalahan yang ada didalam penelitian ini
sehingga dalam menganalisis permasalahan diharapkan akan mencapai hasil yang
lebih optimal.
3.4 Data Yang Digunakan
Dalam menganalisa data yang ada, penulis menggunakan data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ada didalam
penelitian ini. Data-data yang dipilih yaitu data-data yang telah tersedia di
perusahaan dalam kesempatan ini adalah PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divre 3 Sumatera Selatan yaitu profil perusahaan, laporan keuangan, dan laporan
PKBL.
57
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
data dan dengan membaca buku-buku dan literatur-literatur dan sumber bacaan
lainnya seperti dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan,
baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan masalah yang dianalisa (Margono, 2007). Cara yang
dilakukan adalah dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari media internet,
dengan bertanya secara langsung kepada pegawai yang bertugas yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis mendapatkan
data langsung dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumatera Selatan
yang telah disusun oleh perusahaan seperti profil perusahaan, laporan keuangan,
dan laporan PKBL.
3.6 Metode Analisis
Menurut Sugiyono (2010), menyatakan bahwa teknik analisis dalam
penelitian ada dua macam yaitu :
a.
Metode Kuantitatif
Disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka
b.
Metode Kualitatif
Disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya
bersifat kualitatif.
58
Metode yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yang telah
dirumuskan pada skripsi ini adalah dengan analisis kualitatif. Dimana langkah
yang dilakukan dalam analisis kualitatif yaitu dengan cara:
1.
Menjelaskan bagaimana besaraan dana CSR didapatkan berdasarkan teori dan
praktek yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3
Sumsel.
2.
Menjelaskan pencatatan transakasi CSR berdasarkan teori dan praktek yang
dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
3.
Menjelaskan pelaporan transaksi CSR berdasarkan teori dan parktek yang
dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
4.
Analisis penerapan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Penerapan dan Pelaksanaan Program CSR Pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel
CSR mulai menjadi topik dan pembahasan didunia bisnis sejak tahun
1953. Hal ini diperkuat dengan beberapa pendapat dari ahli terdahulu diantaranya
Bowen (1953), Frederick (1960), Friedman (1962) Davis dan Blomstrom (1966),
Sethi (1975) dan beberapa para ahli lainnya (Mardikanto, 2014). Dengan adanya
pembahasan tersebut diketahui bahwa perusahaan di berbagai belahan dunia telah
mulai melaksanakan kegiatan CSR walaupun hanya beberapa perusahaan saja
yang melakukannya dan perusahaan tersebut hanya melakukan kegiatan CSR
tersebut dengan motif untuk menjaga hubungan dengan para Stakeholders.
Di Indonesia sendiri, CSR menjadi topik yang hangat diperbincangkan
saat berada di rezim orde baru. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang semakin
berani beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan
dunia bisnis (Daniri dalam Oktaviani, 2012). Masyarakat menuntut para pelaku
bisnis dalam menjalankan usahanya harus semakin bertanggung jawab sehingga
para pelaku bisnis yang takut akan terjadi konflik dengan masyarakt sekitar
dengan merealisasikan tuntutan mereka yaitu melaksanakan CSR (Untung, 2008).
59
60
Menyikapai hal tersebut, pemerintah Indonesia membuat peraturan
perundangan-undangan yang mengatur tentang tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan diantaranya UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas
Bumi yang diantaranya mengatur perusahaan yang mengelola gas dan bumi harus
melaksanakan tanggung jawab sosial, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal yang diantaranya mengatur badan usaha atau badan
perorangan yang melakukan kontrak kerja harus melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan, dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN yang diantaranya mengatur tentang PKBL. Disini jelas bahwa perusahaan
yang telah memenuhi kriteria dan BUMN harus melaksanakan CSR.
Tidak berhenti sampai disana, pemerintah kembali mengambil sikap dengan
suatu kebijakan yang menormakan CSR yang sebelumnya didasari atas nilai etika
bisnis yang syarat dengan nilai moral kemudian dituangkan kedalam sebuah
peraturan perundang-undangan. Sehingga pada hari jumat 20 juli tahun 2007
pemerintah meresmikan undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas (Azhery, 2012).
Menurut undang-undang No 40 tahun 2007 pada pasal 74 yang berbunyi:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
61
sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
oleh peraturan pemerintah.
Dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007 juga menyebutkan beberapa hal
yang berhubungan dengan kegiatan CSR seperti pasal 63 yang menegaskan:
a. Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku
yang akan datang
b. Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada pasal (1) memuat juga
anggaran tahunan perseroan untuk buku yang akan datang.
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa peraturan ini menegaskan perseroan
wajib melaksanakan CSR (Azhery, 2012). Dimana perseroan yang berkaitan
dengan SDA diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
(CSR) dan dalam melaksanakan kegiatan tersebut perseroan juga harus
menganggarkan dan memperhitungkan biaya tersebut sebagai biaya perseroan
tetapi selalu dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
PT. Kereta Api (Persero) yang merupakan salah satu BUMN pemerintah
telah melaksanakan program CSR. Program CSR PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) yaitu dengan melaksanakan program PKBL yang mempunyai Lingkup
Tugas dalam pelaksanaan yaitu melaksanakan mandat yang diberikan oleh
Pemerintah dalam rangka mengatasi masalah sosial kemasyarakatan dan membina
62
hubungan baik dengan komunitas yang ada di masyarakat untuk kelangsungan
usaha Perusahaan (PT. Kereta api, 2015).
Menurut Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN yang
menjelaskan tujuan berdirinya BUMN yang tertuang dalam pasal 2 ayat (1) huruf
e yang berbunyi “turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat”. Sebagai
jawabannya maka lahirlah PKBL (Azhery, 2012) yang didukung dengan pendapat
Thohir (2008) bahwa Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
merupakan perwujudan tanggung jawab BUMN kepada masyarakat. Kemudian
muncullah Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. KEP05/MBU/2007 menegasakan bahwa PKBL sebagai bagian dari CSR bagi BUMN
tidak lagi sebagai kegiatan yang bersifat voluntary melainkan telah berubah
menjadi kegiatan yang bersifat mandatory (Azhery, 2012). Disini jelas bahwa
PKBL merupakan CSRnya BUMN dan PKBL ini telah dilaksanakan oleh PT.
Kereta Api Indonesia (Persero).
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) juga telah membentuk unit-unit PKBL
untuk membantu melaksanakan program PKBL di seluruh Indonesia yang
tersebar berdasarkan daerah operasi dan divisi regional. Dimana salah satu unit
PKBLnya yang berada di Divre 3 Sumsel. Unit PKBL yang berada di sumsel
tepatnya berada di divre 3 melaksanakan tugas tersebut dengan melaksanakan
PKBL yang mempunyai ruang lingkup disekitar perusahaan dan stasiun tempat
beroperasinya perusahaan.
63
4.2 Program Kemitraan dan Bina lingkungan Hidup
BUMN sebagai Badan Usaha yang berada dibawah naungan pemerintah
mempunyai dua tanggung jawab yaitu tanggung jawab kepada pemegang saham
dan tanggung jawab kepada masyarakat (Thohir, 2008). salah satu tujuan yang
berdirinya BUMN tertuang di dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2003 pasal 2
ayat (1) huruf e yang berbunyi “turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan
kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat” (Azhery,
2012). Oleh sebab itu maka dalam prakteknya lahirlah Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL) yang merupakan perwujudan tanggung jawab BUMN
kepada masyarakat (Thohir, 2008). Hal ini juga didukung oleh IAI dalam
majalahnya yang berjudul “CSR voluntary or mandatory” bahwa bila dilihat dari
perspektif bisnis, PKBL merupakan wujud kepedulian sosial terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitarnya atau lebih dikenal dengan CSR (IAI, 2008).
PKBL diatur lebih terperinci dengan Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara No. KEP-05/MBU/2007 yang kemudian diubah dengan
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-08/MBU/2013.
PKBL mempunyai dua sub program yaitu program kemitraan dan program bina
lingkungan. Program kemitraan ditujukan bagi para pengusaha menengah dan
kecil agar mereka dapat meningkatkan kemampuan usahanya sehingga bisa
menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan bagian laba BUMN dan
program bina lingkungan ditujukan untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat sekitar wilayah usaha BUMN (Thohir, 2008)
64
Menurut ketentuan pada pasal 11 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara No. PER-08/MBU/2013 menegasakan bahwa program kemitraan
diberikan dalam bentuk:
1.
Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka mcningkatkan produksi dan penjualan.
2.
Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kcgiatan
usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek
dalam rangka memenuhi pesanan dan rekanan usaha Mitra Binaan.
3.
Beban Pembinaan yang meliput:
a.
Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi, dan halh al lain yang menyangkut peningkatan produktivitas
Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan
Program Kemitraan.
b.
Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh
persen) dan dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun
berjalan;.
c.
Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan
Mitra Binaan.
Sedangkan ruang lingkup bantuan program Bina Lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Bantuan korban bencana alam.
2. Bantuan pendidikan danlatau pclatihan.
3. Bantuan peningkatan kesehatan
65
4. Bantuan pengembangan prasarana danlatau sarana umum.
5. Bantuan sarana ibadah.
PT. Kereta api Indonesia (Pesero) yang telah melaksanakan salah satu
tugas yang dimandatkan oleh pemerintah yaitu dengan melaksanakan program
PKBL mempunyai arah Kebijakan yang dilaksanakannya yang meliputi:
1.
Terciptanya jaminan Keselamatan Perjalanan Kereta Api.
2.
Keberpihakan pada masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah untuk
dijadikan masyarakat yang berdaya saing, tumbuh dan mandiri secara sosial
dan ekonomi
3.
Pengentasan kemiskinan melalui pembentukan Desa Binaan, yang dapat:
a.
Meningkatkan jumlah Mitra Binaan
b.
Memfokuskan penyaluran dana Bina Lingkungan kepada sektor
kesehatan, prasarana/sarana umum dan pelestarian alam
c.
Melakukan penyaluran dana Program Kemitraan dengan sistem
kluster/sentra-sentra untuk meningkatkan pendapatan ekonomi Mitra
Binaan
d.
Peningkatan pemasaran produksi Mitra Binaan.
4. Melaksanakan Kegiatan Bina Lingkungan yang meliputi:
a.
Bantuan Korban Bencana Alam
b.
Bantuan Pendidikan dan/atau Pelatihan
c.
Bantuan Peningkatan Kesehatan
d.
Bantuan Pengembangan Prasarana dan/atau sarana umum
e.
Bantuan sarana ibadah
66
f.
Bantuan pelestarian alam
g.
Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan.
4.3 Analisis Penetapan Besaran Biaya CSR Pada PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel.
4.3.1
Teori Penetapan Besaran Biaya CSR.
Pemerintah Indonesia telah membuat Peraturan Menteri Negara BUMN No.
PER-05/MBU/2007 tentang Program kemitraan Badan usaha Milik Negara
dengan usaha kecil dan Program Bina lingkungan (PKBL) dalam rangka
memperkuat PKBL (Azhery, 2012). Didalam peraturan ini lebih ditegaskan untuk
besaran dana PKBL yaitu di dalam pasal 9 yang berbunyi sebagai berikut:
1.
Dana Program Kemitraan bersumber dari :
a.
Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen).
b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau
jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban
operasional.
c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
2.
Dana Program BL bersumber dari :
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen).
b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.
67
Terdapat persamaan dengan pasal 8 Keputusan Menteri Negara BUMN No. 236
tahun 2003, dimana didalam PER-05/MBU/2007 juga menyebutkan dalam
menetapkan besaranmya, dana PKBL BUMN harus ditetapkan oleh Menteri
(untuk perum) atau RUPS (untuk persero).
PER-05/MBU/2007 kembali diubah oleh pemerintah dengan mengeluarkan
PER-08/MBU/2013 dimana didalam peraturan ini terdapat beberapa bagian yang
dihapus dan ditambah. Salah satunya untuk besaran dana CSR yang tertuang
dalam pasal 9 yang berbunyi sebagai berikut:
1.
Dana Program Kemitraan bersumber dari:
a. Anggaran perusahaan yang diperhitungkan sebagai biaya, maksimal 2%
dari laba bersih tahun sebelumnya, dan bagi BUMN yang tidak
memperoleh
laba,
besarannya
ditetapkan
tanpa
memperhatikan
persentase tertentu dari laba bersih.
b. Saldo dana Program Kemitraan yang berasal dari penyisihan sebagian
laba BUMN yang teralokasi sampai dengan akhir tahun 2012.
c. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau
jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban
operasional.
d. Pelimpahan dana Program Kemitraan dan BUMN lain, jika ada.
2.
Dana Program BL bersumber dari:
a. Anggaran perusahaan yang diperhitungkan sebagai biaya, maksimal 2%
dari Laba bersih tahun sebelumnya, dan bagi BUMN yang tidak
68
memperoleh
laba,
besarannya
ditetapkan
tanpa
memperhatikan
persentase tertentu dari laba bersih.
b. Saldo dana Program BL yang berasal dari penyisihan sebagian laba
BUMN yang teralokasi sampai dengan akhir tahun 2012.
c. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL yang
masih tersisa dan dana Program BL tahun sebelumnya, apabila ada.
Selain itu, Untuk penetapan besarnya alokasi dana Program Kemitraan dan
Program BL yang dianggarkan dan diperhitungkan pun mengalami perubahan.
Dimana besarnya alokasi dana Program Kemitraan dan Program BL yang
dianggarkan dan diperhitungkan ditctapkan oleh:
a.
Menteri untuk Perum.
b.
RUPS untuk Persero.
c.
Dewan Komisaris untuk Persero Terbuka.
4.3.2
Praktek penetapan Besaran Biaya yang dilakukan Oleh PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel dalam melaksanakan
PKBL awalnya memerlukan proposal yang ditujukan kepada bagian PKBL PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel. Format Proposal untuk program
kemitraan pun sudah disiapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3
Sumsel yang mempunyai isi minimal memuat identitas pemilik usaha, data
perkembangan usaha yang menunjukkan keadaan keuangan, serta rencana
penggunaan dana sedangkan untuk Bina Lingkunaan, Perusahaan tidak
menyediakan format proposal calon penerima dana bina lingkungan namun
69
mensyaratkan proposal harus memuat nama penanggung jawab, identitas
kelompok pemohon, alamat, besarnya dana yang dibutuhkan, dan peruntukan
bantuan. Petugas dari PKBL melaksanakan observasi, evaluasi, dan seleksi atas
permohonan yang diajukan calon penerima dana Bina Lingkungan melalui
wawancara dan pengamatan langsung ke lokasi. Proposal ini kemudian ditindak
lanjuti untuk diperiksa kembali oleh unit PKBL. Apabila proposal ini
mendapatkan persetujuan maka, proposal ini akan kembali dilakukan proses
pengajuan kepusat agar dana yang menyangkut proposal tersebut dapat
dikeluarkan dengan sebelumnya mendapatkan persetujuan di unit PKBL pusat.
Dapat disimpulkan bahwa dana yang tersedia untuk program PKBL berada
di pusat dan dalam menentukan besaran dana yang dilaksanakan oleh PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) maka diperlukan laporan laba/rugi PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) pusat. Untuk itu penulis menyajikan laporan laba/rugi
perusahaan yang dapat dilihat pada lampiran 1.
Dengan adanya laporan laba/rugi tersebut maka dapat diketahui bahwa
besaran
dana
laba
bersih
perusahaan
pada
tahun
2013
sebesar
Rp
370.994.967.645. Dengan demikian maka dapat diperhitungkan besaran dana
yang dikeluarkan dari laba yaitu sebagai berikut::
Besaran dana dari laba bersih = 2% x Rp 370.994.967.645
= Rp 7.419.899.352,9
70
Menurut PER-08/MBU/2013 dana PKBL berasal dari perhitungan Laba
tahun sebelumnya yaitu besaran dana yang diperhitungkan diatas sebesar
Rp7.419.899.352,9
dimana
anggaran
pada
tahun
2014
adalah
sebesar
Rp9.900.000.000. Hal ini menandakan bahwa sebagian dana anggaran PKBL
memang berasal dari 2% laba bersih perusahaan.
Adapun untuk memperkirakan besaran dana yang diterima oleh PT. Kereta
Api Indonesia (persero) Divre 3 Sumsel maka diperlukan laporan laba/rugi divre
3. Untuk itu penulis menyajikan laporan laba rugi/rugi divre 3 tahun 2013 yang
dapat dilihat pada lampiran 2 dan dapat diketahui bahwa divre 3 sumsel
mempunyai laba bersih sebesar Rp 1.655.525.038.289. Oleh karena itu dapat
diperhitungkan besaran dana bagian Divre 3 sumsel dalam melaksanakan PKBL
yaitu:
Besaran dana PKBL bagian divre 3=
=
= Rp 441.776.824.643,32
Catatan : Laba bersih divre 3 merupakan laba riil divre sebelum diakumulasikan
terhadap bebab-beban pusat sehingga nilai tersebut terlihat lebih besar
dari laba PTKAI pusat.
71
Dengan demikian, besaran dana PKBL bagian Divre 3 Sumsel yaitu
sebesar Rp 441.776.824.643,32. Adapun realisasi PKBL yang dilaksanakan oleh
PT.Kereta Api Indonesia (persero) Divre 3 sumsel pada tahun 2013 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3
REALISASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DI DIVRE III PALEMBANG TAHUN 2014
PROGRAM KEMITRAAN
No
Mitra Binaan
Jenis Usaha
Waktu
Nilai (Rp)
Perdagangan
13/10/2014
50.000.000
1 MOH. SOLICHIN JASA PEMBUATAN
Perdagangan
13/10/2014
50.000.000
2 SITI SALAMAH WARUNG SEMBAKO
13/10/2014
50.000.000
3 SUHAIMAN M. SOLEH Perdagangan
- PEDAGANG
Perdagangan
13/10/2014
50.000.000
4 SUPARNO - SERVICE
AC
24/12/2014
40.000.000
5 AHMAD QOSTALANI - Perdagangan
DEPOT
Perdagangan
24/12/2014
40.000.000
6 EDI KURNIADI DISTRO ADI CLOPS
Perdagangan
24/12/2014
25.000.000
7 FAUZIA ALI - REFAH
SONGKET
Perdagangan
24/12/2014
40.000.000
8 SUSMAWATI KOPERASI SERBA
Total penyaluran
345.000.000
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia(Persero) Divre3 Sumsel
Tabel 4.4
REALISASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DI DIVRE III PALEMBANG TAHUN 2014
PROGRAM BINA LINGKUNGAN
No
Kegiatan
Lokasi
Waktu
Nilai (Rp)
Bantuan Sarana Ibadah
Palembang
April
46.976.000
1
Wantilan
Bantuan Pembangunan
Lahat
Juli
35.692.000
2
Menara
Total Penyaluran
82.668.000
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia(Persero) Divre3 Sumsel
72
Terlihat jelas bahwa pada tahun 2014, PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divre 3 Sumsel hanya menggunakan dana sebesar Rp 427.668.000. Dimana dana
tersebut masih jauh berada dibawah besaran dana yang telah kita perhitungkan
sebelumnya yaitu hanya sekitar Rp441.776.824.643,32. Adapun untuk dana yang
tidak habis terpakai pada tahun berjalan akan dijadikan sebagai saldo awal tahun
berikutnya sebagaimana yang tertuang didalam PER-05/MBU/2007 kemudian
dirubah dengan PER-08/MBU/2013 yang didalamnya terdapat beberapa tambahan
dan penghapusan pada pasal-pasalnya
4.3.3
Analisis Penetapan Besaran Biaya CSR Pada PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah melaksanakan dalam mencari
dana PKBL berdasarkan PER-05/MBU/2007 yang kemudian diubah dengan PER08/MBU/2013 dengan mengambil dana 2% dari laba bersih perusahaan di pusat,
dan sisa dana yang tersisa akan dijadikan saldo awal tahun berikutnya. Selain itu,
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 sumsel selaku cabang telah
melaksanakan PKBL dengan baik dengan mendapatkan sebagian dana yang
dianggarkan pusat akan tetapi melihat nilai yang diperhitungkan pada pembahasan
diatas maka seharusnya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel harus
mendapatkan dana PKBL lebih banyak dari daerah lain dikarenakan kontribusi
laba yang dihasilkan lebih besar dari divre dan daerah operasi yang lain.
73
4.4 Analisis Pencatatan Transaksi CSR Pada PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel
4.4.1
Teori Pencatatan Transaksi CSR
Akuntansi Sosial Ekonomi adalah bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan
mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social
benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga (Harahap, 2011).
Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan
dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga,
baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dan lingkungan secara keseluruhan.
Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam SEA.
Dalam akuntansi konvensional jelas bahwa setiap transaksi baru dapat dicatat jika
sudah mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Dalam SEA kita harus
mengukur dampak positif (social benefit) dan dampak negatif (social Cost) yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan.
Menurut Kotler dan Amstrong dalam Mahardika (2013) sosial benefit
adalah
pendekatan
dengan
menambahkan manfaat
sosial
dan
berusaha
meningkatkan ikatan sosial dengan cara meneliti kebutuhan dan keinginan
pelanggan dan memberikan pelayanan lebih pribadi. Sedangkan menurut Harahap
(2011) sosial benefit adalah kontribusi positif yang diberikan oleh perusahaan
kepada masyarakat dapat berupa:
1. Penyediaan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan kualitas yang
baik.
74
2.
Pembayaran imbalan atas pengguanaan elemen-elemen sumber daya
masyarakat melalui; penyediaan kesempatan kerja (gaji dan upah)
pembayaran pajak pemberian sumbangan.
3.
Pemberian sumbangan dan penyediaan fasilitas pelayanan umum yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
4.
Perbaikan terhadap lingkungan.
5.
Perbaikan rumah ibadah.
Sedangkan social cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan
dan masyarakat sekitarnya, yang meliputi polusi udara, polusi air dan polusi tanah
yang diakibatkan dari kegiatan perusahaan.
Menurut Harahap (2011) ada beberapa metode pengukuran akuntansi sosial,
yaitu :
1.
Menggunakan penelitian dengan menghitung oportunity cost approach.
2.
Menggunakan daftar kuisioner, survey, lelang dimana mereka merasa
dirugikan.
3.
Menggunakan hubungan antara kerugian masal, dengan permintaan barang
perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
4.
Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga.
Clark, eat al. dalam Budiono (2012) telah mengkategorikan metode-metode
pengukuran nilai sosial berdasarkan fungsinya kedalam tiga kategori umum, yaitu:
1.
Metode Proses: alat yang digunakan untuk memantau efisiensi dan efektivitas
dari output , variabel, maupun indikator yang digunakan manajemen untuk
75
melacak proses yang sedang berjalan. Output tersebut kemudian dapat
dievaluasi dalam hal sejauh mana output memiliki korelasi atau menyebabkan
suatu outcomes sosial yang diinginkan.
2.
Metode Dampak: alat penghubung outputs (keluaran) dan outcomes (hasil)
yang dapatdigunakan untuk membuktikan outcome tambahan relatif terhadap
alternatif lainnya.
3.
Metode Monetisasi: mengkonversikan keluaran/dampak dengan menetapkan
kesetaraan nilai uang.
Menurut Magrifoh dalam Yunita ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan perusahaan sebagai pedoman dalam penyajian akuntansi sosial yaitu
perluasan laporan keuangan (Extention of financial statment) sebagai berikut:
1.
Pengungkapan dengan secara naratif (narative disclosure) Pengungkapan
secara naratif ini umumnya bersifat kualitatif dengan cara : pelaporan secara
kualitatif dalam letter to shareholder, pelaporan secara kualitatif dalam
catatan atas laporan keuangan (notes to financial statment), pelaporan secara
kuantitatif dalam catatan atas laporan keuangan.
2.
Perkiraan tambahan (additional account) Dampak kerusakan lingkungan
karena aktivitas perusahaan dapat diungkapkan melalui perkiraan tambahan
dalam laporan keuangan.
Belum adanya peraturan yang baku yang mengatur tentang pencatatan dan
pelaporan CSR menjadi masalah yang sangat rumit. Sedangkan PKBL yang
merupakan CSR nya BUMN memiliki Jurnal standar (sebagai ilustrasi) yang
dapat menjadi acuan bagi Unit PKBL untuk melakukan pencatatan atas transaksi
76
yang terjadi. Acuan ini sangat penting untuk mencapai keseragaman pencatatan
suatu transaksi yang selanjutnya akan meningkatkan daya banding Laporan
Keuangan yang dihasilkan unit PKBL satu dengan yang lainnya (Okta, 2012).
Dalam penulisan pencatatan yang dilakukan oleh unit PKBL yaitu dengan
menggunakan dasar akrual (accrual basic) yang dimana pencatatan harus
dilakukan ketika suatu transaksi terjadi walaupun penerimaan atau pengeluaran
kas atau setara kas belum dilakukan oleh unit PKBL (Suryanto). Didalam accrual
basic yaitu beban segera diakui dalam laporan aktifitas jika pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan atau sepanjang manfaat ekonomi
masa depan tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan posisi
keuangan sebagai aset (Priyanti, 2013).
Adapun jurnal yang terjadi saat adanya transaksi dalam metode acrual basic
yang tertuang didalam pedoman akuntansi PKBL yang dipublikasikan oleh Okta
(2012) yaitu sebagai berikut:
ASET
1. Kas dan Setara Kasa.
a. Kas (Cash on Hand)
Kas
xxx
Piutang
1. pencatatan penerimaan angsuran dari Mitra Binaan:
Bank
xxx
Piutang Pinjaman Mitra Binaan
2.Kas/Bank Yang Dibatasi Penggunaannya
Kas/Bank yang Dibatasi Penggunaannya
xxx
Bank-Bina Lingkungan
3.Investasi
Investasi
xxx
Kas
4.Piutang.
Piutang Penyisihan Laba Kepada BUMN Pembina
xxx
Alokasi Bagian Laba dari BUMN Pembina
5.Piutang Kepada BUMN Pembina Lain/Lembaga Penyalur
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
77
Piutang Kepada BUMN Pembina Lain/Lembaga Penyalur
Bank
6.Beban Dibayar Dimuka
Beban Sewa Dibayar Dimuka
xxx
Beban Sewa
6.Aset Tetap.
Inventaris dan Peralatan
xxx
Kas
LIABILITAS
1. Utang
Inventaris dan Peralatan
xxx
Utang
2.Biaya Yang Masih Harus Dibayar
Beban Pemeliharaan
xxx
Biaya Yang Masih Harus Dibayar
3.Utang Pajak
Kas
xxx
Utang Pajak
4.Angsuran Belum Teridentifikasi
Bank
xxx
Angsuran Belum Teridentifikasi
5.Utang Sewa Pembiayaan
Bangunan
xxx
Utang Sewa Pembiayaan
Utang Sewa Pembiayaan
xxx
Beban dan Pengeluaran lainnya (jika ada)
xxx
Bank
6.Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman
Piutang Mitra Binaan
xxx
Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman
7.Pendapatan Bunga
Bank/Piutang lain-lain
xxx
Pendapatan Bunga
BEBAN
1 Dana Pembinaan Kemitraan
Dana Pembinaan Kemitraan
xxx
Bank
2Penyaluran Bina Lingkungan
Penyaluran Bina Lingkungan BUMN Pembina
Bank
3Pelimpahan Dana ke Unit PKBL Lain
Pelimpahan Dana ke Unit PKBL Lain
xxx
Bank
4Beban Pembinaan
Beban Pembinaan
xxx
Kas
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
78
5Beban Survey
Beban Survey
Kas
6Beban Monitoring
Beban Monitoring
Kas
7Beban Penagihan Pinjaman
Beban Penagihan
Kas
8Beban Upah Tenaga Harian/Honorer
Beban Upah Tenaga Harian/Honorer
Kas
9Beban Administrasi dan Umum
Beban Administrasi dan Umum
Kas
4.4.2
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Praktek Pencatatan yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel.
Sistem pencatatan yang dilakukan oleh PT. KAI (Persero) Divre 3 Sumsel
yaitu menggunakan sistem cash basic berbasis komputerisasi mengikuti
perkembangan zaman yang semakin maju. Dimana Cash Basic merupakan teknik
pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau
dikeluarkan. Dalam metode cash basis, pendapatan diakui ketika kas diterima
sedangkan beban diakui pada saat kas dibayarkan, artinya perusahaan mencatat
beban didalam transaksi jurnal entry ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan dan
pendapatan dicatat ketika kas masuk atau diterima (Sartika, 2011). Hal ini
dilakukan agar sistem yang ada pada perusahaan bisa berjalan secara efektif dan
efisiensi.
79
Adapun jurnal yang terbentuk saat adanya transaki yang terjadi di unit
PKBL PT. Kereta api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel yaitu sebaga berikut:
Bank BNI-Kemitraan
xxx
Pendapatan jasa administrasi pinjaman-sektor perdaganagn
xxx
Piutang pinjaman mitra binaan-sektor perdagangan
xxx
Beban ATK
xxx
Beban umum lainnya
xxx
Bank BNI-kemitraan
Putang pinjaman mitra binaan-sektor peternakan
xxx
xxx
Bank BNI-kemitraan
Bank BNI-kemitraan
xxx
xxx
Angsuran belum teridentifikasi
Beban PPh pasal 23 jasa giro-program kemitraan
xxx
xxx
Bank BNI-kemitraan
Bank BNI-kemitraan
xxx
xxx
Pendapatan jasa giro-program kemitraan
Beban administrasi bank-program kemitraan
xxx
xxx
Bank BNI-kemitraan
Biaya bantuan CSR
Biaya bantuan CSR
xxx
xxx
xxx
80
4.4.3
Analisis Pencatatan Transaksi CSR Pada PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel.
Adanya perbedaan antara teory dan praktek yang dilaksanakan oleh PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel. Dimana pada teory sistem
pncatatan yang dilakukan menggunakan dasar akrual (Accrual Basic) yaitu beban
segera diakui dalam laporan aktifitas jika pengeluaran tidak menghasilkan
manfaat ekonomi di masa depan atau sepanjang manfaat ekonomi masa depan
tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan posisi keuangan sebagai
aset sedangkan pada praktek ataupun penerapan yang dilakukan menggunakan
sistem cash Basic yaitu pendapatan diakui ketika kas diterima sedangkan beban
diakui pada saat kas dibayarkan, artinya perusahaan mencatat beban didalam
transaksi jurnal entry ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan dan pendapatan
dicatat ketika kas masuk atau diterima. Akan tetapi hal ini tidak ada permasalahan
dikarenakan belum adanya aturan yang baku yang mengatur tentang metode
pencatatan yang harus dipakai oleh perusahaan, apakah menggunakan dasar
accrual basic maupun cash basic.
4.5 Analisis Pelaporan CSR pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3
Sumsel.
4.5.1
Teori Pelaporan CSR
Dalam melakukan penerapan akuntansi sosial ekonomi untuk melaporkan
atas biaya sosial masih menjadi polemik yang sulit untuk dilakukan. Walaupun
bebesrapa ahli telah mengungkapkan beberapa metode dalam melaporkannya.
81
Seperti halnya Diller dalam Priyanti (2013) mengungkapkan teknik pelaporan
SEA sebagai berikut:
1.
Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan
tahunan atau bentuk laporan lainnya.
2.
Pengungkpan dalam catatan atas laporan keuangan.
3.
Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun)
penyisihan
kerusakan
lokasi,
biaya
pemeliharaan
lingkungan
dan
sebagainya.
Menurut lako (2011) pelaporan atau pengungkapan informasi akuntansi
sosial-lingkungan merupakan pelaporan informasi yang terkait dengan aspekaspek interaksi antara organisasi perusahaan dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya (alam). Sehingga pelaporan dan pengungkapan informasi
akuntansi sosial lingkungan ini dianggap sangatlah penting.
Adanya masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas bisnis
perusahaan. Maka sudah selayaknya entitas bisnis bersedia untuk menyajikan
suatu laporan yang dapat mengungkapkan bagaimana kontribusi mereka terhadap
berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya.
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan tranparensi yang tinggi, perusahaan
perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam ”laporan CSR” atau ”laporan
keberlanjutan” (sustainability report). Melalui laporan ini akan terungkap apakah
tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu level dengan harapan masyarakat.
Laporan sebaiknya dibuat berdasarkan standar pelaporan yang berterima umum.
82
Pada tingkat global, standar laporan keberlanjutan dikeluarkan oleh Global
Reporting Intiative (GRI), berpusat di Belanda (IAI, 2008).
Belum adanya standar akuntansi CSR dan PSAK di Indonesia yang mengatur
laporan dan pencatatan laporan biaya sosial atau laporan keberlanjutan membuat
problem yang dilematasi perusahaan, sehingga banyak perusahaan yang belum
mengungkapkan pelaporan CSR ini (IAI, 2008). Panduan yang umum digunakan
perusahaan swasta adalah pedoman yang dikeluarkan oleh GRI dengan pedoman
terbaru disebut GRI G4 (Puspitasari dkk, 2015). Walau ada pula perusahaan yang
membuat laporan CSR sesuai dengan standar perusahaan masing-masing.
Menurut Lamborghini dalam Puspitasari, dkk (2015) menjelaskan bahwa dalam
aturan G4 laporan tanggungjawab sosial perusahaan harus memuat profil semua
item yang diungkapkan, pendekatan manajemen dan indikator kunci, GRI content
index, dan pernyataan dari pimpinan perusahaan bahwa laporan disusun
berdasarkan pedoman GRI. Ada beberapa aspek kegiatan pertanggungjawaban
sosial yang dilaporkan perusahaan yakni aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.
pemerintah Indonesia perlu mempunyai standar nasional yang merupakan
konvergensi atas GRI Guidelines. Sehingga konvergensi tersebut dapat menjadi
acuan perusahaan di Indonesia (IAI, 2008).
PKBL yang merupakan CSRnya BUMN telah memiliki peraturan tersendiri
mengenai pelaporannya yaitu Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER05/MBU/2007 pasal 31 menentukan pedoman akuntansi PKBL, yaitu penerapan
pedoman akuntansi Program Kemitraan dan Program BL. Dimana penerapan
pedoman ini bertujuan untuk terciptanya informasi keuangan Program Kemitraan
83
dan Program BL yang accountable (wajar dan dapat diandalkan) serta auditable
(IAI, 2008).
Laporan keuangan Program Kemitraan dan Program BL terdiri dari Laporan
Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas, serta Catatan Atas
Laporan Keuangan. Pada pasal 22 dinyatakan bahwa Direksi BUMN Pembina
wajib menyampaikan Laporan Tahunan termasuk laporan keuangan PKBL
(audited) kepada Menteri/Pemegang Saham dengan tembusan kepada Komisaris/
Dewan Pengawas paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan. PER-05/MBU/2007 mulai berlaku untuk tahun buku
2007 (IAI, 2008). Dimana PER-05/MBU/2007 kemudian diubah dengan PER08/MBU/2013 yang didalamnya terdapat beberapa tambahan dan penghapusan
pada pasal-pasalnya.
4.5.2
Praktek Pelaporan yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divre 3 Sumsel.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 sumsel dalam menyampaikan
laporan tahunanan PKBL telah melakukan pelaporan PKBLnya dengan
melaporkan kegiatannya dengan laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan
laporan arus kas. Hal tersebut dapat kita lihat laporan-laporan Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan PT. KAI (PERSERO) Divre 3 Sumsel pada lampiran 3
sampai dengan 5.
84
4.5.3
Analisis Pelaporan CSR pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divre 3 Sumsel.
Unit PKBL PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel telah
melaksanakan Pelaporan PKBL seperti yang disebutkan dalam peraturan
05/MBU/2007 dimana dalam
melakukan pelaporan transaksi PKBL yang
dilakukan dengan membuat laporan-laporan:
1.
Laporan posisi keuangan.
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aset, liabilitas, dan aset neto serta informasi mengenai hubungan di
antara unsur–unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan
posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi
dalam
laporan
keuangan
lain
dapat
membantu
BUMN
Pembina,
anggota,kreditur, dan pihak lain untuk menilai:
a.
Kemampuan
Unit
PKBL
untuk
memberikan jasa
secara
berkelanjutan,dan
b.
Likuiditas,
fleksibilitas
keuangan,
kemampuan
liabilitasnya, dankebutuhan pendanaan eksternal.
untuk
memenuhi
Laporan posisi
keuangan mencakup Unit PKBL secara keseluruhan dan menyajikan total
aset, liabilitas dan aset neto
2.
Laporan aktivitas.
Laporan aktivitas ini juga menyajikan klasifikasi pendapatan, beban,
kenaikan dan penurunan aset neto serta informasi pemberian jasa.
85
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
a.
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan
sifat aset neto.
b.
Hubungan antartransaksi, dan peristiwa lain
c.
Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai
program atau jasa.Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan
bersama dengan pengungkapan
Informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu BUMN
Pembina, anggota dan kreditur dan pihak lain untuk:
a.
Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode
b.
Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan Unit PKBL dan
memberikan jasa
c.
3.
Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja pengelola Unit PKBL.
Laporan arus kas.
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas harus melaporkan
arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan.
Dimana PER-05/MBU/2007 kemudian diubah dengan PER-08/MBU/2013 yang
didalamnya terdapat beberapa tambahan dan penghapusan pada pasal-pasalnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.
PT. Kereta Api Indonesia (persero) Divre 3 Sumsel dalam
melakukan
penetapan besaran biaya Corporate Social responsibility yang dianggarkan
berdasarkan laba perusahaan. Dimana hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-08/MBU/2013.
2.
Pencatatan yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) Divre 3
Sumsel dilakukan dengan melakukan sistem Cash Basic yang dilakukan
dengan melakukan motode komputerisasi agar sistem yang ada pada
perusahaan bisa berjalan secara efektif dan efisiensi walau pun pada teorinya
unit PKBL menggunakan dasar Accrual Basic. Akan tetapi Akan tetapi hal ini
tidak ada permasalahan dikarenakan belum adanya aturan yang baku yang
mengatur tentang metode pencatatan yang harus dipakai oleh perusahaan,
apakah menggunakan dasar accrual basic maupun cash basic.
86
87
3.
Pelaporan yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) Divre 3
Sumsel dilakukan dengan melaporkan aktivitas PKBL nya dengan laporan
posisi keuangan, aktivitas, dan laporan arus kas. Dimana hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007
pasal 31 yang kemudian dirubah dengan PER-08/MBU/2013 dengan
beberapa tambahan dan penghapusan pada pasal-pasalnya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yag telah dijabarkan, maka dapat disampaikan
beberapa saran, yaitu:
1.
Bagi perusahaan,
a) Ada baiknya pelaporan CSR yang dilakukan di oleh PT. Kereta Api
Indonesia (persero) Divre 3 dibukukan juga dibagian akuntansi sehingga
masyarakat lebih mudah mngetahui berapa jumlah biaya sosial yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
b) PT. Kereta Api Indonesia (persero) Divre 3 seharusnya dana yang
diberikan untuk Divre 3 Sumsel harus lebih besar dikarenakan Divre 3
Sumsel memberikan kontribusi laba yang cukup besar.
c) PT. Kereta Api Indonesia (persero) Divre 3 sebaiknya membuat data
back-up agar bila dalam menjalankan pelaporan yang menggunakan
sistem komputerisasi dimana sistem itu mngalami kegagalan ataupun
juga mengalami pembaharuan maka unit PKBL PT. Kereta Api
88
Indonesia (persero) Divre 3 mempunyai data yang hilang atau yang
mengalami eror.
d) PT. Kereta Api Indonesia (persero) Divre 3 sebaiknya membuat suatu
perlindungan
terhadap
sistem
komputerisasi
dikarenakan
sistem
komputerisasi yang berstatus online sewaktu-waktu dapat dirusak atau
dihacker oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga dapat
membuat kerugian dimasa yang akan datang.
2.
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan
disebabkan oleh keterbatasan data yang ada. Maka, peneliti mengharapkan
kepada peneliti selanjutnya untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan
yang ada sehingga dalam melakukan penelitian selanjutnya penelit yang lain
akan mendapatkan penulisan yang jauh lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Amri. 2011. Sejarah Lahirnya GCG dan perkembangannya di Indonesia.
http://gustiphd.blogspot.com/2011/10/sejarah-lahir-gcg-danperkembangannya.html
Anonim.
Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja
Perusahaan.
Artikel
Skripsi.
http://stiepena.ac.id/wpcontent/uploads/2012/02/paper17.doc.(Diakses Tanggal 9 April 2015)
Azheri, busyra. 2012. corporate social responsibilty dari voluntari menjadi
mandatory,Edisi 1, cetakan kedua, PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta
BPKP.GoodGovernaceGovernment.http://www.bpkp.go.id/dan/konten/299/GoodCorporate.bpkp. (Diakses Tanggal 2 Mei 2015)
Budiono,
Arip. 2012. Pengukuran dampak sosial: sebuah tinjauan
literaturterhadap
metode,
keterbatasan,
dan
aplikasinya.
http://www.academia.edu/3782255/Pengukuran Dampak Sosial Sebuah
Tinjauan Literatur Terhadap Metode Keterbatasan Dan Aplikasinya.
(diakses 4 juli 2015).
Fakultas ekonomi universitas iba. 2012. buku pedoman penyusunan skripsi. unsri
press: palembang.
Firman. 2014, Corporate Social Responsibility.Tugas CSR. Universitas
Lalangbuana Bandung. http://firmanfathirexy.blogspot.com/2014/04/tugascsr.html
Harahap, sofyan syafri, 2011, teori akuntansi, edisi revisi, PT. Raja
grafindopersada: jakarta.
Hery. 2010. protect profesi audit internal. alfabeta: Bandung.
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_sosial
IAI. 0ktober 2008. CSR Mandatory or Voluntary. Jakarta selatan.
http://www.iaiglobal.or.id/data/referensi/ai_edisi_12.pdf (diakses tanggal 14
juni 2015)
Lako, andreas. 2011. Dekonstruksi CSR & reformasi paradigma bisnis &
akuntansi. Erlangga : Jakarta.
Mahardika,
Andi.
2013.
Social
Benefit
=
Manfaat
Sosial.
http://andimahardika.blogspot.com/2013/06/social-benefit-manfaatsosial.html (diakses 4 juli 2015)
Mardikanto, Toto. 2014. CSR corporate social responsibity (tanggung jawab
sosial korporasi), cetakan kesatu. Alfabeta : bandung
89
90
Margono. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT. Rineka
Cipta.
Okta, Rizky. 2012. Draft Pedoman Akuntansi PKBL 23-02-12.
https://ml.scribd.com/doc/97641800/Draft-Pedoman-Akuntansi-PKBL-2302-12. (diakses 5 juli 2015)
Oktaviani, Rachmawati Meita. 2012. corporate social responsibility dan strategi
perusahaan: perspektif pendekatan kualitatif (studi kasus pada pt apac inti
corpora bawen semarang). skripsi. universitas stikubank: semarang.
http://eprints.unisbank.ac.id/1311/1/CORPORATE%20SOCIAL%20RESP
ONSIBILITY%20DAN%20STRATEGI%20PERUSAHAAN_%20PERSP
EKTIF%20PENDEKATAN%20KUALITATIF%20(STUDI%20.pdf
(diakses pada tanggal 9 april 2015).
Priyanti, Yenida. 2013. evaluasi penerapan akuntansi corporate social
responsibility pada pt. pln (persero) wilayah s2jb Palembang: stie mulia
darma pratama Palembang.
Puspitasari dkk. 2015. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Sebagai
Implementasi Tanggungjawab Sosial Badan Usaha Milik Negara : Studi
Pelaksanaan Pkbl Perum Jasa Tirta I. Artikel Skripsi. Universitas Brawijaya:
semarang.http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/1768/162
0. (diakses Mei 2015)
Ramanhatan, 2000, toward a theory of corporate social accounting. Edisi
accounting review. New York.
Ramdhaningsih, Amalia dan I Made Karya Utama. 2013. Pengaruh indikator
Good Corporate Governance dan profitabilitas pada pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Dalam jurnal akuntansi Universitas
Udayana. Hal 65-82.
Sartika. Metode Akuntansi Cash Basis dan Accrual Basic. http://tikamyjournal.blogspot.com/2011/02/metode-akuntansi-cash-basis-danaccrual.html (diakses 10 juli 2015 Pukul 08.45)
Sugiyono, 2010. Metode penelitian bisnis.alfabeta: Bandung.
Sutedi, Adrian. 2011. good corporate governance. Pt. sinar grafika: Jakarta
Suryanto, Rudy. Penyusunan Laporan Keuangan Pkbl Berdasarkan PSAK ETAP.
https://dailyrudy.files.wordpress.com/2009/12/penyusunan-laporankeuangan-pkbl-psak-etap-rudy-8-feb-2013.pptx.(Diakses juli 2015)
Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility Di
Indonesia.
Nirmana,
VOL.8,
NO.
2,
Juli
2006:
92-98.
www.researchgate.net/publication/43330531_perkembangan_corporate_soc
ial_responsibility_di_indonesia.
Thohir, Nurul Aini. 2008. Analisis Efektifitas Penyaluran Dana Program
Kemitraan. Skripsi BAB I hal. 1-10. Universitas Indonesia.
91
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126687-6103-Analisis%20efektivitasPendahuluan.pdf. (diakses pada Mei 2015)
Untung, Budi Hendrik. 2008. corporate social responsibility, Pt. sinar grafika:
Jakarta.
Valery. G. 2011. internal audit. Erlangga: Jakarta.
Wibisono. 2007. mengukur kinerja tanggung jawab social perusahaan informasi
corporate social responsibility sangat terbatas, bisnis indonesia.
www.kereta-api.co.id.
Yunita, Anggraeni. “Biaya sosial sebagai bagian corporate social Responsibility”
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=273875&val=5431&titl
e=BIAYA%20SOSIAL%20SEBAGAI%20BAGIAN%20CORPORATE%2
0SOCIAL%20RESPONSIBILITY%20DALAM%20SUDUT%20PANDAN
G%20AKUNTANSI. (diakses 4 juli 2015)
Zarkarsyi. 2008. cetakan kesatu. good corporate governance pada badan usaha
manufaktur, perbankan, dan jasa keuangan lainnya. Bandung: Alfabeta.
92
93
Lampiran 1
PT. Kereta Api (Persero)
Laporan Posisi Keuangan (Laba Rugi) Tahun 2013
Keterangan
Jumlah
Pendapatan
7.128.922.754.953
Beban Pokok Pendapatan
4.890.199.163.142
Laba Kotor
2.238.723.591.811
Beban Usaha:
Beban Umum dan Administrasi
1.413.913.183.389
Laba Usaha
824.810.408.422
PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Pendapatan Bunga
Beban Bunga Pinjaman
Pendapatan Deviden
Lain-lain – Bersih
Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
18.917.176.957
(299.201.889.828)
7.447.310.682
(12.252.797.232)
(285.090.199.421)
539.720.209.001
MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN
Pajak Kini
Pajak Tangguhan
Jumlah Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan
Laba Bersih Tahunan Berjalan
(138.568.389.750)
(30.156.851.606)
168.725.241.356
370.994.967.645
Pendapatan Komperhensif Lain
Jumlah Pendapatan Komperhensif
Laba Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik
Entitas Induk
Dasar
Sumber: PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
370.994.967.645
112.540,48
94
Lampiran 2
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3
Laporan Laba/Rugi Komprehensif
Periode 1 Januari s/d 31 Desemeber 2013
URAIAN
Divre 3
PENDAPATAN OPERASI
A Pendapatan Angkutan KA Penumpang
.
1. Kelas Eksekutif
22.270.987.000
2. Kelas Bisnis
16.420.362.000
3. Kelas Ekonomi
24.943.488.300
Jumlah Pendapatan Angk KA Pnp
63.634.837.300
B Pendapatan Angkutan KA Barang
.
1. KA Barang Batu Bara
2.067.999.282.307
2. KA Barang Bahan Bakar Minyak (BBM)
71.861.476.399
3. KA Barang Peti Kemas
4. KA Barang Semen
24.775.004.400
5. KA Barang Perkebunan
36.931.405.441
6. KA Barang Parcel/Hantaran
7. KA Barang Logam/Besi Baja
8. KA Barang Lainnya
275.814.700
Jumlah Pendapatan Angk KA Barang
2.201.842.983.247
C Pendapatan Pendukung Angkutan KA
.
1. Suplisi
214.416.500
2. Bagasi
3. Pendapatan Angkutan Lanjutan
4. Pendapatan Pendukung Angkutan KA
Lainnya
214.416.500
Jumlah Pendapatan Pendukung Angk KA
D Pendapatan Usaha Non Angkutan
.
1. Pekerjaan Pihak ke-3 (Penjualan Jasa
1.780.337.247
Tekhnis)
2. Pendapatan Optimalisasi Aset
a. Sewa Menyewa
13.803.224.772
b. Pendapatan KSO
c. Pendapatan KSU
Jumlah Pendapatan Optimalisasi Aset
13.803.224.772
3. Pendapatan Non Angkutan Lainnya
2.975.000
Jumlah Pendapatan Usaha Non Angkutan
15.586.537.019
E Kompensasi Pemerintah (PSO-IMO)
.
95
1. Kontribusi Pemerintah sebagai bentuk
kewajiban pelayanan publik (PSO)
2. Kontribusi Pemerintah sebagai bentuk
subsidi angkutan perintis
3. Kontribusi Negara untuk Penyediaan
Prasarana (IMO)
Jumlah Kompensasi Pemerintah
Jumlah pendapatan operasi
BEBAN POKOK PENJUALAN
A Beban Operasi Sarana
.
1. Beban BBM & Listrik Aliran Atas
2. Perawatan Sarana Perkeretaapian
2, Perawatan Sarana Perkeretaapian di Dipo
1
a. Lokomotif
b. KRD
1) KRD Komersial
2) KRD Ekonomi
c. KRL
1) KRL Komersial
2) KRL Ekonomi
d. Kereta
1) Kereta Komersial
2) Kereta Ekonomi
e. Gerbong
f. Sarana Perkeretaapian Khusus
g. Beban perawatan Fasilitas Dipo
h. BBM perawatan
1) Beban BBM perawatan Lokomotif
2) Beban BBM perawatan Gerbong
3) Beban BBM perawatan
Kereta/KRD/KRL Komersial
4) Beban BBM perawatan
Kereta/KRD/KRL Ekonomi
5) Beban BBM perawatan Sarana
Perkeretaapian Khusus
6) Beban BBM perawatan Fasilitas,
Instalasi & Perlengkapan
i
Beban Pegawai Perawatan Sarana Dipo
j.
Beban Overhead perawatan Dipo
2.281.278.774.066
-
214.471.235.783
-
14.353.738.067
352.544.700
12.436.900
3.824.993.966
2.670.025.270
11.434.590.859
3.940.272.491
14.380.450
214.182.164
513.937.983
37.904.922
27.589.136
32.357.895.084
96
1) Beban Pegawai Kantor Perawatan
Sarana Dipo
2) Beban Pendukung Perawatan
Sarana Dipo
3) Beban Penyusutan Fasilitas
Perawatan Dipo
Jumlah 2.1
2. Perawatan Sarana Perkeretaapian di
2 Balaiyasa
a. Lokomotif
b. KRD
1) KRD Komersial
2) KRD Ekonomi
c. KRL
1) KRL Komersial
2) KRL Ekonomi
d. Kereta
1) Kereta Komersial
2) Kereta Ekonomi
e. Gerbong
f. Sarana Perkeretaapian Khusus
g. Beban perawatan Fasilitas BY
h. BBM perawatan
1) Beban BBM perawatan Lokomotif
2) Beban BBM perawatan Gerbong
3) Beban BBM perawatan
Kereta/KRD/KRL Komersial
4) Beban BBM perawatan
Kereta/KRD/KRL Ekonomi
5) Beban BBM perawatan Sarana
Perkeretaapian Khusus
6) Beban BBM perawatan Fasilitas,
Instalasi & Perlengkapan
i.
Beban Pegawai perawatan Sarana
Balaiyasa
j.
Beban Overhead perawatan Balaiyasa
1) Beban Pegawai Kantor Perawatan
Sarana (By)
2) Beban Pendukung Perawatan
Sarana Balaiyasa
3) Beban Penyusutan Fasilitas
Perawatan Balaiyasa
Jumlah 2.2
Jumlah Perawatan Sarana Perkeretaapian
6.070.010.258
3.545.242.340
79.369.744.590
2.500.000
3.369.130
5.869.130
79.375.613.720
97
3. Beban Pendukung Ktr Unit Sarana
4. Beban Pendukung Operasional
a. Beban Kantor unit Operasi,
Pelayanan,dan keamanan
b. Beban Kantor Unit Komersial-Angk
KA
c. Beban Griya Karya
d. Beban Pelayanan Kesehatan
Penumpang
e. K3 Pengoperasian Sarana
Jumlah Beban Pendukung Operasional
5. Beban Sewa Guna Usaha Sarana dan
Fasilitas Bengkel
6. Beban BBM All In
7. Beban Pegawai Operasional dan Komersial
a. Beban Pegawai Operasi Niaga dan
Komersial Angk KA
b. Beban Pegawai Operasi Sarana
c. Beban Pegawai Kantor unit Sarana
d. Beban Pegawai Awak KA
Jumlah Beban Pegawai Operasional dan
Komersial
8. Beban Penyusutan Sarana Perkeretaapian
a Beban Penyusutan Sarana Perkeretaapian
. Lokomotif
b Beban Penyusutan Sarana Perkeretaapian
. KRD
c Beban Penyusutan Sarana Perkeretaapian
. KRL
d Beban Penyusutan Sarana Perkeretaapian
. Kereta
e Beban Penyusutan Sarana Perkeretaapian
. Gerbong
f. Beban Penyusutan Sarana Khusus
Perkeretaapian
g Beban Penyusutan Aset Sewaan - Sarana
. Perkeretaapian
Jumlah Beban Penyusutan Sarana
9. Beban Pendukung Angkutan KA
a. Beban Tuslah
b. Beban Angk Lanjutan
Jumlah Beban Pendukung Angkutan KA
1 Beban Terminal Peti Kemas
0.
730.343.764
2.184.109.978
2.121.925.263
1.463.755.850
5.873.408.613
11.643.199.704
8.155.279.109
11.037.498.586
28.321.236.164
6.095.052.469
75.843.306.594
121.297.093.813
24.242.033.487
53.058.527
1.792.697.941
40.609.237.012
66.697.026.967
926.919.090
926.919.090
-
98
a.
Beban Operasional Terminal Peti
Kemas
b. Beban Pegawai TPK
c. Beban Pendukung TPK
Jumlah Beban Terminal Peti Kemas
1 Beban Asuransi
1.
Jumlah Beban Operasi Sarana
B Beban Operasi Prasarana
.
Beban perawatan Prasarana
1. Beban perawatan Prasarana Pendukung Ang
KA :
2. Beban Perawatan dan Operasi Prasarana
Perkeretaapian:
a. Beban Perawatan Prasarana
Perkeretaapian :
1) Beban perawatan - Bangunan
Stasiun
2) Jalan Rel
3) Jembatan dan Terowongan
4) Sinyal dan Telekomunikasi
5) Pusat Listrik Aliran Atas
6) Peralatan Khusus Prasarana
7) Beban Renwas STDS
8) Beban BBM Mekanik Prasarana
Jumlah Beban Perawatan Prasarana
Perkeretaapian :
b. Beban Perawatan Fasilitas Prasarana
1) Jalan Rel
2) Jembatan dan Terowongan
3) Sinyal dan Telekomunikasi
Jumlah Beban Perawatan Fasilitas Prasarana
c. Beban Pegawai Prasarana
Perkeretaapian
1) Beban Pegawai perawatan
Prasarana Perkeretaapian
2) Beban Pegawai Pengoperasian
Prasarana Perkeretaapian
3) Beban Pegawai Renwas
Jumlah Beban Pegawai Prasarana
Perkeretaapian
d. Beban Umum Prasarana
100.243.220
100.243.220
503.396.955.169
4.838.985.846
827.311.587
46.288.837.740
8.332.291.534
11.324.778.606
66.773.219.467
1.968.075.126
1.968.075.126
33.084.035.250
62.658.955.233
11.752.688.683
107.495.679.166
8.299.017.867
99
Jumlah Beban Perawatan dan Operasi Prasarana
Perkeretaapian :
3. Beban Sewa Prasarana (TAC)
4. Beban Penyusutan AT Prasarana
5. Amortisasi AT Prasarana
6 Beban Stasiun
a. Beban Pegawai Stasiun
b. Beban Pendukung Stasiun
Jumlah Beban Stasiun
7. Beban K3
8. Beban Asuransi Penyelenggaraan Prasarana
Jumlah Beban Operasi Prasarana
C Beban Optimalisasi Aset
.
1. Beban perawatan Aset Property PT. KA
2. Biaya Pdkg Kantor Unit Komersial Property
3. Beban Pegawai Komersial - PropertyOptimalisasi
4. Beban Penyusutan AT (Aset Property)
Jumlah Beban Optimalisasi Aset
Jumlah Beban Pokok Penjualan
LABA (RUGI) OPERASI
BEBAN USAHA (BIAYA UMUM)
A Beban Pegawai Umum
B Beban Imbalan Pasca Kerja (PSL)
.
C Beban Umum & Administrasi
.
1.
Biaya Rapat / Akomodasi
2.
Biaya Perjalanan Dinas
3.
Biaya LAT
4.
Biaya ATK
5.
Biaya Kerumahtanggaan
6.
Biaya Inventaris
7.
Biaya Pengiriman Barang
8.
Biaya Penjualan Kantor Pusat
9.
Biaya Pendidikan
10. Biaya Litbang
11. Biaya Pemeriksaan
184.535.991.626
942.538.131
9.000.391.163
8.772.388.692
3.458.362.503
12.230.751.195
9.027.792.575
220.576.450.536
700.847.256
1.447.987.516
3.300.501.521
5.449.336.293
729.422.741.999
1.551.856.032.068
32.963.637.799
1.174.279.877
959.214.203
1.989.562.288
837.908.525
6.319.891.696
1.017.769.622
6.555.000
198.998.283
373.465.600
-
100
12. Biaya Kehumasan
13. Biaya Administrasi
14. Biaya Mess
15
Biaya Pelayanan Kesehatan Umum
16
Biaya Asuransi
Jumlah Beban Umum & Administrasi
D Penyusutan AT Lainnya (Fasilitas Umum)
.
E PBB
.
Jumlah Beban Usaha
315.232.321
28.870.538
1.377.849.821
14.599.597.774
4.948.606.168
LABA (RUGI) USAHA
PENDAPATAN / BEBAN NON OPERASI
A Pendapatan Non Operasi
.
1. Bunga/ Deposito/ Jasa Giro
2. Pendapatan non operasi Lainnya
Jumlah Pendapatan Non Operasi
1.498.845.479.987
-
B Beban Non Operasi
.
LABA (RUGI) NON OPERASI
498.710.339
53.010.552.080
392.986.420
28.690.455.663
29.083.442.083
(127.596.116.219)
156.679.558.302
LABA (RUGI) SEBELUM KERUGIAN LUAR
1.655.525.038.289
BIASA
LABA (RUGI) LUAR BIASA
LABA (RUGI) SBLM BUNGA DAN PAJAK
1.655.525.038.289
PENGHASILAN
BUNGA
LABA (RUGI) SETELAH BUNGA
1.655.525.038.289
BEBAN PAJAK PENGHASILAN
A Pajak Kini
.
B Pajak Tangguhan
.
LABA (RUGI) BERSIH
1.655.525.038.289
Sumber : PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Divre 3 Sumsel
101
Lampiran 3
PT. Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2014
KETERANGAN
2014
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas
Kas/bank yang dibatasi penggunaannya
Piutang pinjaman
4.651.148
0
1.074.431.963
Alokasi penyisishan piutang pinjaman mitra binaan
Piutang penyisihan laba
Piutang jasa
(541.212.116)
0
Alokasi penyisihan piutang jasa
Deposito berjangka
Beban dibayar dimuka
Aset tidak lancar
Aset tetap bersih
Dana KUM-LTA
Piutang bermasalah
Alokasi penyisishan piutang bermasalah
Piutang lain-lain
Akun perantara
JUMLAH ASET
LIABILITAS DAN ASET NETTO
LIABILITAS
Liabilitas jangka pendek
Utang jangka pendek
Beban yang masih harus dibayar
Utang pajak
Bagian lancar utang jangka panjang kepada BUMN pembina lain
Bagan lancar utang janka panjang
Kelebihan pembayaran angsuran
Angsuran Yang Belum Teridentifikasi
Liabilitas jangka panjang
Utang sewa pembayaan
Utang jangka panjang kepada BUMN pembina lain
Utang lain-lain
Jumlah Liabiltas
ASET NETTO
94.244.160
(1.873.763)
0
0
0
0
0
72.682.936
(72.682.936)
0
(43.515.000)
586.690.392
0
0
0
0
0
1.572.000
0
0
0
0
1.572.000
102
Aset neto tidak terikat
Aset neto terikat
JUMLAH ASET NETO
JUMLAH LIABILITAS DAN ASET NETO
Sumber: PT. Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel
700.084.969
0
700.084.969
700.084.969
103
Lampiran 4
PT. Kereta Api (Pesero) Divre 3 Sumsel
Laporan Aktivitas
31 Desember 2014
KETERANGAN
PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT
PENDAPATAN
Alokasi laba dari BUMN pembina
Penerimaan pelimpahan dana dari unit PKBL lain
Penggantian beban operasional
Sumbangan
Pendapatan jas administrasi pinjaman
Pendapatan bunga
Pendapatan lain-lain
JUMLAH (1)
ASET
NETO
YANG
BERAKHIR
PEMBATASANNYA
Alokasi dana BUMN peduli
ABT-berakhir pemenuhan program
ABT-berakhir waktu
JUMLAH (2)
JUMLAH PENDAPATAN (3)=(1)+(2)
BEBAN
Dana pembinaan kemitraan
Penyaluran-bina lingkungan
Perlimbahan dana ke PKBL lain
Bebn pembinaan
Beban upah tenaga harian
Beban administrasi dan umum
Beban pemeliharaan
Beban sewa
Beban penyusutan aktiva tetap
Beban penyisihan penurunan nilai piutang pinjaman
Beban dan pengeluaran lainnya
JUMLAH (4)
KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO TIDAK
TERIKAT (5)=(3)-(4)
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER
Aset bersih terikat-penyisihan BUMN peduli
Aset bersih terikat-terbebaskan
KENAIKAN
(PENURUNAN)
ASET
NETO
TERIKAT TEMPORER (6)
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT PERMANEN
Alokasi bagian laba dari BUMN pembina
2014
0
0
0
0
(4.582.036)
2.596.806
0
(1.985.230)
0
0
0
0
(1.985.230)
0
0
0
7.516.463
0
819.366
0
0
0
85.983.116
0
94.318.945
(96.304.175)
0
0
0
0
104
Sumbangan
KENAIKAN (PENURUNAN) ASET NETO TERIKAT
PERMANEN (7)
KENAIKAN
(PENURUNAN)
ASET
NETO
(8)=(5)+(6)+(7)
ASET NETO AWAL TAHUN (9)
ASET NETO AKHIR TAHUN (10)=(8)+(9)
Sumber: PT. Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel
0
0
18.662.402
681.422.567
700.084.969
105
Lampiran 5
PT.Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel
LAPORAN ARUS KAS
31 Desember 2014
KETERANGAN
AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan dana BUMN pembina
Pengembalian pinjaman mitra binaan
kelebihan pembayaran angsuran
Angsuran belum teridentifikasi
Pendapatan jasa administrasi pinjaman
Pendapatan bunga deposito dan jasa giro
Pengembalian dana penjamin KUM-LTA
Pendapatan lain-lain
Pemindah bukuan dari daerah
Pemindah bukuan dari pusat
Penyaluran pinjaman kemitraan
Dana pembinaan kemitraan
Penyaluran bina lingkungan
Pembayaran dan penjamin KUM-LTA
Pembayaran hutang
Pembayaran beban dibayar dimuka
Beban pembinaan
Beban upah tenaga harian
Beban administrasi dan umum
Pembayaran beban pemeliharaan
Pembayaran beban sewa
Pembayaran pajak
Pembayaran beban dan pengeluaran lainnya
Pemindah bukuan ke daerah
Perpindahan buku ke pusat
Perpindahan antar rekening
KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) UNTUK
AKTIVITAS OPERASI (1)
AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan aktiva tetap
Penerimaan kembali investasi
Pembelian aktiva tetap
Penempatan investasi
KAS NETO DITERIMO (DIGUNAKAN) UNTUK
AKTIVITAS INVESTASI (2)
AKTIVITAS PENDANAAN
Pengembalian pinjaman
Pelimpahan dana dari unit PKBL lain
Aktiva bersih terikat berakhir pembatasaanya
2014
0
139.465.033
20.000
0
21.711.967
2.596.806
0
0
0
0
(345.000.000)
0
0
0
0
0
(7.516.463)
0
(300.000)
0
0
(519.366)
0
0
0
0
(189.542.023)
0
0
0
0
0
0
0
0
106
Penyisihan program BUMN
peduli
Penyaluran program BUMN peduli
Pembayaran hutang
Pelimpahan ke unit PKBL lain/lembaga penyalur
KAS NETO DITERIMA (DIGUNAKAN) AKTIVITAS
PENDANAAN (3)
KENAIKAN (PENURUNAN) NETO DALAM KAS DAN
SETARA KAS (4)=(1)+(2)+(3)
ASET NETO AWAL TAHUN (9)
ASET NETO AKHIR TAHUN (10)=(8)+(9)
Sumber : PT. Kereta Api (Persero) Divre 3 Sumsel
0
0
0
0
0
(49.329.565)
194.157.171
144.827.606
Download