Inovasi Proses Produksi Garam Untuk Kemandirian

advertisement
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
“ Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan
Program Swasembada Garam Konsumsi pada tahun 2012 dan Garam Industri
pada tahun 2015.”
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat
melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan
lempeng tektonik dan pegunungan muda sehingga menyebabkan terbentuknya
berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan. Selain
itu, Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia, yang di
dalam lautannya terkandung berbagai kekayaan alam lainnya seperti ikan laut,
rumput laut, mineral garam terlarut, mutiara serta tambang minyak bumi. Namun,
kekayaan alam Indonesia yang melimpah tersebut belum dapat dimanfaatkan dan
diolah secara optimal. Indonesia masih membutuhkan impor produk tertentu dari
luar negeri, padahal bahan dasar produk tersebut telah tersedia secara melimpah di
bumi Indonesia.
Salah satu contohnya adalah produksi garam. Produksi garam merupakan
salah satu isu nasional yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Indonesia
sebagai sebuah negara kepulauan dengan panjang pesisir pantainya yang
mencapai 81.000 km (Wikipedia, update 7-9-2010) merupakan potensi yang
tinggi untuk menghasilkan produksi garam dalam jumlah besar. Beberapa pulau
yang terkenal dengan produksi garamnya antara lain Madura dan NTT. Namun
kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan garam nasional, Indonesia masih harus
melakukan impor garam. Indonesia masih harus mengimpor garam dari negara
tetangga, Australia. Jika ditinjau dari panjang pantai, Australia hanya memiliki
garis pantai sekitar 5.000 km, jauh lebih kecil daripada garis pantai Indonesia.
Data dari kementrian perindustrian menyebutkan bahwa pada tahun 2009,
produksi garam nasional mencapai 1.265.600 ton, masih jauh lebih rendah dari
kebutuhan garam nasional yang mencapai sebesar 2.865.600 ton per tahun.
Sedangkan tahun 2010, produksi garam nasional diperkirakan hanya sebesar dua
persen dari total kebutuhan garam nasional. Rendahnya produksi ini disebabkan
oleh faktor curah hujan yang tinggi sehingga sangat mempengaruhi proses
produksi nasional yang sebagian besar masih menggunakan teknologi sederhana,
yaitu pengeringan yang hanya bergantung pada sinar matahari.
Permasalahan produksi garam nasional lainnya seperti kualitas garam yang
dihasilkan dari produksi dalam negeri masih kalah bersaing dengan garam impor.
Saat penulis melakukan sebuah studi lapangan pada tanggal 10 November 2010 di
salah satu lahan produksi garam di pulau madura, diperoleh sebuah hasil analisis
bahwa petani garam masih sangat memegang teguh proses sederhana yang ada
dan belum mengetahui tentang peranan IPTEK dalam pengembangan kualitas dan
kuantitas produksi garam. Jika kita melakukan studi komparasi dengan produksi
garam di luar negeri seperti USA, Cina dan Australia. Negara-negara tersebut
telah mengkolaborasikan IPTEK ke dalam bagian proses produksinya, sehingga
dengan potensi alam yang lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia, namun
mereka dapat menghasilkan garam dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
2
Cara pengolahan garam di Indonesia cenderung masih konvensional dan
bergantung terhadap keadaan alam. Proses pengolahan garam di negara ini masih
menggunakan prinsip penjemuran dengan sinar matahari dan membutuhkan waktu
10 – 15 hari. Proses pengolahan garam yang membutuhkan waktu lama dan terlalu
bergantung terhadap sinar matahari yang akhir-akhir ini tidak menentu
kondisinya, membuat garam hasil produksi dalam negeri tidak sebanding dengan
permintaan masyarakat. Selain itu, garam hasil produksi dalam negara yang hanya
dijemur, kualitasnya masih jauh di bawah negara – negara yang dengan teknologi
canggihnya dapat menghasilkan garam dalam waktu cepat namun dengan kualitas
yang baik.
Salah satu cara mengatasi masalah ini sekaligus untuk mewujudkan program
pemerintah untuk melakukan swasembada garam konsumsi pada tahun 2012 dan
garam industri pada tahun 2015 adalah dengan mencari suatu teknologi (aplikasi
IPTEK) yang dapat mempercepat proses produksi garam, mulai melepaskan
kebergantungan terhadap kondisi alam, namun tetap menghasilkan garam yang
berkualitas dan dapat bersaing dengan garam impor. Oleh karena itu, tim penulis
sebagai mahasiswa kimia yang berasal dari daerah Madura mempunyai niat untuk
berkontribusi dengan menggagas teknologi sederhana yang menerapkan beberapa
konsep keilmuan kimia. Harapannya pengembangan konsep teknologi sederhana
ini dapat menjadi sebuah solusi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
garam nasional yang mendukung program swasembada garam nasional.
Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penulisan gagasan “Inovasi Proses Produksi
Garam untuk Kemandirian Indonesia” antara lain :
• Meningkatkan nilai manfaat dari potensi kekayaan alam di Indonesia
khususnya kekayaan pesisir pantai untuk produksi garam nasional dengan
sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi sederhana.
• Berkontribusi untuk mewujudkan program swasembada garam nasional.
Manfaat
Manfaat yang akan dapat diperoleh dengan adanya gagasan “Inovasi Proses
Produksi Garam untuk Kemandirian Indonesia” adalah :
• Manfaat untuk Tim Penulis
- Menjadi media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dan
meningkatkan keterampilan dalam menyampaikan gagasan.
- Sebagai bentuk kontribusi anak bangsa dalam mewujudkan kemandirian
Indonesia.
• Manfaat untuk masyarakat
- Gagasan ini dapat diaplikasikan sehingga tercipta lapangan pekerjaan baru
dan menurunkan jumlah pengangguran di Indonesia.
- Membuka pemikiran masyarakat tentang pentingnya penerapan ilmu
pengetahuan & teknologi dalam meningkatkan pemanfaatan sumber daya
alam.
3
•
Manfaat untuk pemerintah
- Gagasan yang dapat mendukung usaha untuk memenuhi kebutuhan garam
nasional.
- Jika gagasan ini dapat diaplikasikan, akan menambah pendapatan bagi
daerah/negara melalui pajak bahkan ekspor jika produksi semakin
berkembang
GAGASAN
Sekilas Tentang Air Laut dan Mineral Garam
Garam yang kita bahas saat ini adalah garam yang merupakan gabungan dua
unsur yaitu Natrium dan Klorida, yang membentuk suatu ikatan ionik dengan
nama kimia Natrium Klorida (NaCl) atau Sodium Klorida. Garam yang berbentuk
kristal putih, tidak berbau, memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air, dan
memiliki titik didih yang sangat tinggi yaitu sekitar 1413oC.
Salah satus sumber garam sodium klorida berasal dari air laut. Di dalam
1000 gr air laut, terdapat 96.6% air murni dan sekitar 3.5% zat terlarut yang
meliputi zat – zat anorganik, senyawa organik yang berasal dari makhluk hidup
dan gas – gas yang terlarut. Zat – zat anorganik utama yang terdapat dalam air laut
adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium
(1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat,
bromida, asam borak, strontium dan florida. Zat – zat anorganik ini bersumber
dari pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang
hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
Berdasarkan fungsinya, garam terbagi menjadi dua jenis yaitu garam
konsumsi dan garam industri. Garam konsumsi merupakan jenis garam yang biasa
dikonsumsi sebagai pemberi rasa asin dan gurih pada makanan. Garam jenis ini
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung fungsi organ tubuh. Menurut
Ahli Gizi dari Klinik Hang Lekiu dr Inayah Budiasti MS SpGK, di dalam tubuh
manusia keberadaan garam berguna untuk membantu kontraksi otot, membantu
sel –sel saraf bekerja, membantu konsentrasi otak dan menjaga tubuh agar tidak
lemas. Selain itu, konsumsi garam dalam batas normal dapat membantu
mempertahankan cairan dalam tubuh untuk proses sirkulasi dalam darah.
Garam jenis kedua adalah garam industri yaitu garam yang digunakan baik
sebagai bahan baku maupun sebagai bahan tambahan untuk industri lain. Di
dalam industri klor-alkali, garam digunakan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan gas klorin, soda kaustik, dan berbagai produk lainnya. Selain itu,
garam juga digunakan di industri pengolahan logam sebagai pemurni alumunium,
di industri sabun sebagai pemisah gliserol dari air, di industri karet sebagai
pemisah karet dari getahnya, dan industri – industri lain seperti industri tekstil,
minyak, keramik, farmasi , kertas, dsb.
Berbagai manfaat yang terkandung di dalam garam, membuat permintaan
garam khususnya di Indonesia cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
penduduk Indonesia mengkonsumsi sekitar 7 – 10 gram garam per hari atau sama
dengan 3 kg per tahun. Jika populasi Indonesia sekitar 230 juta jiwa di tahun
4
2009, maka konsumsi garam nasional hampir 700.000 ton per tahun atau
mendekati angka yang sering disebut dalam berbagai diskusi garam yaitu
(kebutuhan garam nasional) hampir 2 juta ton setahun dengan 855.000 ton untuk
garam makanan dan sisanya untuk garam industri (digunakan dalam industri
farmasi, pengeboran minyak, kertas, soda, tekstil, es, dsb).
Kondisi Terkini dari Produksi Garam Dalam Negeri
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan
perairan. Garis pantainya merupakan yang terpanjang ke empat di dunia. Ini
merupakan potensi luar biasa bagi industri garam untuk dapat memenuhi
kebutuhan garam dalam negeri. Namun pada kenyataannya hingga saat ini
Indonesia masih harus mengimpor garam dalam jumlah yang tidak sedikit dari
negara lain, seperti Australia, Cina, dan India. Menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS), impor garam pada Oktober 2010 berjumlah 154.782,6 ton (7,9 juta dollar
AS) naik menjadi 275.027,2 ton (15,2 juta dollar AS) pada November 2010.
Selama Januari-November 2010 Indonesia sudah mengimpor 1,8 juta ton garam
dengan nilai 96,4 juta dollar AS.
Rendahnya produksi garam di Indonesia diakibatkan oleh masih
tradisionalnya sistem produksi yang digunakan oleh para petani garam.
Perkembangan ilmu pengetahuan tentunya harus dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Berbeda dengan negara-negara lain
yang sudah mengadaptasi ilmu pengetahuan ke dalam sistem produksinya,
masyarakat di Indonesia cenderung sulit untuk menerimanya. Hingga saat ini,
mereka masih tetap memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk
memproduksi garam. Sehingga saat cuaca tidak mendukung, misalnya hujan atau
mendung berkepanjangan, akan sangat mengganggu proses produksi. Hal ini juga
dipengaruhi oleh faktor kurangnya sosialisasi tentang bagaimana cara
pengembangan produksi garam yang lebih efektif dan efisien dari lembagalembaga yang memiliki bidang di pengembangan proses produksi garam dengan
para petani garam. Sedangkan di sisi yang lain, para petani garam Indonesia juga
kurang memiliki akses tentang perkembangan metode produksi yang dapat
dikolaborasikan dengan IPTEK (Observasi Lapangan, November 2010).
Bukan hanya dari segi kuantitas, kemurnian kristal garam produksi
Indonesia pun masih rendah, hanya mencapai 94%. Sedangkan garam yang
digunakan dalam industri non pangan harus memiliki tingkat kemurnian 99%.
Matahari hanya mampu menguapkan air, bukan zat pengotor yang ada di dalam
air laut. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pemisahan pengotor untuk
menghasilkan garam yang memiliki tingkat kemurnian tinggi.
Penelitian terus diadakan untuk meminimalisir jumlah pengotor dalam
garam agar dihasilkan garam dengan kualitas dan tentunya dalam kuantitas yang
lebih baik. Pemerintah menargetkan untuk swasembada garam pada tahun 2014
meski beberapa pihak ada yang merasa pesimis, mengingat belum ditemukannya
teknologi yang tepat yang dapat dikembangkan di Indonesia, serta keterbatasan
lahan yang tersedia untuk memproduksi garam.
5
Kondisi Terkini dari Produksi Garam di Luar Negeri
Secara studi komparatif, Indonesia memiliki pesisir pantai yang lebih
panjang daripada Australia dan India. Sehingga faktanya sumber mineral garam
dari air laut yang tersedia di Indonesia lebih besar dibandingkan sumber air laut di
kedua Negara tersebut. Namun, yang terjadi adalah Indonesia melakukan impor
garam dari kedua Negara tersebut.
Hasil yang diperoleh dari studi literatur melalui browsing internet pada
website-website perusahaan produksi garam di luar negeri contohnya seperti
Pyramid Salt Ltd di Australia dan Salt Institute di Amerika Serikat. Negara-negara
tersebut telah mempunyai pengembangan metode produksi garam yang sistematis.
Mereka tidak lagi bergantung pada cahaya matahari untuk mendapatkan mineral
garam dari air laut, tetapi juga menerapkan proses ekstraksi pelarut serta proses
evaporasi. Selain itu di luar negeri, sumber mineral garam sodium klorida tidak
hanya diproduksi atau diperoleh dari air laut, tetapi juga dari mineral-mineral
pertambangan secara langsung.
Inovasi Proses Produksi Garam untuk Kemandirian Indonesia
AIR
LAUT
Gambar 01 : Gagasan Alur Proses Produksi Garam Putera Madura
Inovasi gagasan produksi garam yang diajukan dalam konsep bisnis ini
adalah peningkatan nilai tambah proses produksi secara kuantitatif dan kualitatif
dengan penerapan teknologi pemanas dan penerapan konsep kimia sederhana.
Proses produksi tidak lagi bergantung pada sinar matahari yang saat ini tidak lagi
dapat diperkirakan, namun menggunakan tungku pemanas untuk menguapkan air
dari kristal garam yang terlarut. Jika pada proses produksi garam tradisional yang
menggunakan sinar matahari dibutuhkan waktu produksi sekitar 10-15 hari dalam
1 kali operasi. Maka dengan penggunaan tungku pemanas, proses produksinya
beberapa kali lebih cepat. Operasional produksi pabrik ini rencananya dijalankan
setiap hari yaitu jam 07.30-16.00 dengan istirahat jam 12.00-13.00.Penjelasan alur
proses produksi sebagai berikut
Bahan baku air laut dengan volume tertentu akan dialirkan sesuai dengan
kapasitas volume tungku pemanas I. Bahan baku air laut tadi akan dideteksi
jumlah volumenya dan nilai kesadahannya secara uji titrasi sederhana.
Sehingga bisa ditentukan jumlah reagen yang diperlukan untuk mengendapkan
6
ion Ca2+ dan ion Mg2+, sehingga kedua ion tadi akan terendapkan lebih dahulu
dan dipisahkan.
Larutan garam (air laut) yang telah dipisahkan dari endapan Mg dan Ca,
dipanaskan sehingga seluruh pelarut air menguap dan tersisa endapan kristal
garam NaCl yang kemungkinan masih mengandung ion-ion pengotor.
Kristal garam NaCl yang telah terbentuk diayak sehingga bentuk dan
ukuran kristalnya lebih kecil dan halus, proses ini untuk memperluas
permukaan kristal NaCl dan mempermudah pemisahan garam NaCl dari
pengotor-pengotor yang terjebak diantara butiran kristal. Kemudian dicuci
dengar air kembali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas garam
yang dihasilkan. Air yang digunakan berasal dari air hasil kondensasi proses
awal yaitu penguapan air laut.
Kemudian larutan garam jenuh diuapkan kembali dengan pemanasan
sehingga terbentuk kembali kristal garam dengan kualitas yang lebih baik
(proses rekristalisasi)
Garam NaCl yang terbentuk kemudian diolah selanjutnya sesuai
kebutuhan menjadi garam dapur atau garam industry
Gambar 02 : Sketsa Rancang Peralatan dari Gagasan Garam Putera Madura
Analisis perhitungan produksi dari implementasi gagasan ini dapat
dilakukan sebagai berikut. Rencana spesifikasi tungku pemanasan: jari-jari = 2
meter, tinggi = 4 meter, sehingga kapasitas tungku pemanasan= Π x r2 x t = 3,14 x
2 m2 x 4 m = 50,24 m3 = 50.240 liter. Setiap hari dilakukan 4 kali operasi, setiap
operasi dialirkan volume air laut sejumlah 50.200 liter, dengan rata-rata kadar
garam pada air laut adalah 33 gram/1 liter.
Sehingga dapat dihasilkan maksimal= 50.200 x 33 gram =1.656.600 gram=
1.656,6 kg.
Mempertimbangkan galat dari berbagai faktor, ditargetkan hasil produksi bersih
tiap sekali operasi adalah 1.600 Kg.
Hasil produksi dalam 1 hari = 4 kali operasi x 1.600 Kg = 6.400 Kg
Hasil produksi dalam 1 tahun = 6.400 Kg x 300 hari efektif = 1.920.000 Kg =
1920 ton
7
Jadi 2 tungku dengan ukuran jari-jari 2 meter dan tinggi 4 meter mempunyai
kapasitas produksi 3840 ton/tahun. Angka tersebut akan semakin tinggi jika kita
meningkatkan kapasitas tungku atau menambah jumlah tungku. Jika kita
bandingkan dengan salah satu data hasil produksi dari petani garam tradisional,
dengan lahan ukuran 10x20 meter pada tahun 2000 sebelum cuaca semakin tidak
menentu, dapat dihasilkan jumlah garam sebesar 15 ton/tahun. Secara kuantitas,
tentu hasil proses tradisional jauh dibawah hasil proses produksi dengan
menggunakan tungku pemanasan.
Pihak yang Dilibatkan
Gagasan ini harapannya dapat diimplementasikan menjadi sebuah bisnis
atau usaha pabrik produksi garam. Tentunya skala pabrik yang dapat dirangcang
dengan gagasan ini yaitu skala menengah hingga skala besar. Gagasan ini cukup
sulit untuk diimplementasikan pada skala usaha skala kecil rumah tangga.
Pihak yang berperan penting untuk implementasi gagasan ini adalah investor
untuk menanamkan atau memberikan pinjaman modal. Manfaat atau dampak
yang dapat diperoleh investor sesuai perannya antara lain adalah berkontribusi
dalam program pemerintah mewujudkan swasembada garam. Media investasi
dengan prospek pengembangan yang potensial ke depannya serta membantu
dalam melahirkan teknopreneurship di Indonesia. Investor tidak selalu berasal dari
pihak swasta, tetapi juga bisa dari pihak pemerintah khususnya dalam hal ini
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memiliki peran dalam pengembangan
proses produksi garam dalam negeri.
Sebuah pabrik akan membutuhkan tenaga untuk mengerjakan proses
produksi, distribusi, promosi, bahkan administrasi. Tentunya ini akan banyak
menyerap tenaga kerja yang akan diutamakan berasal dari warga sekitar. Para
petani garam yang sebelumnya memproduksi garam secara tradisional dapat
dipekerjakan di bagian produksi. Ibu-ibu rumah tangga dapat dimanfaatkan
tenaganya di bidang pengemasan. Karena bisnis ini merupakan bisnis skala besar
dan garam akan dihasilkan dalam jumlah besar, tentunya akan semakin banyak
pula ibu-ibu yang dapat dipekerjakan. Remaja daerah setempat dapat dipekerjakan
dibagian administrasi dan promosi. Dengan begitu banyaknya lahan pekerjaan
yang dibuka, secara tidak langsung, keberadaan pabrik garam ini akan
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah industri.
Pemerintah setempat pun akan terlibat, karena pabrik ini juga berpotensi
untuk meningkatkan pendapatan daerah. Koordinasi dengan pemerintah setempat
sangat diperlukan dalam kelancaran produksi dan legalitas usaha.
Strategi Pencapaian
1. Planning
Perencanaan yang matang mengenai konsep yang akan diimplementasikan
diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pabrik ini. Untuk dapat
merencanakan dengan baik, diperlukan analisis pasar. Konsumen merupakan
hal pertama yang harus dianalisa. Mereka tentunya menginginkan garam
dengan kualitas baik namun dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu,
kita sebagai produsen harus mampu menghasilkan garam dengan kualitas
8
terbaik dengan harga serendah mungkin. Apalagi dengan adanya kompetitor,
persaingan harga dan kualitas akan semakin ketat. Bukan hanya dengan
produsen lain yang ada di dalam negeri, melainkan juga dengan produsen lain
dari luar negeri. Karena meskipun dapat mengungguli kualitas garam dalam
negeri, persaingan harga dengan garam impor bukan hal yang mudah.
Mengingat negara lain sudah memiliki teknologi yang lebih canggih, sehingga
dihasilkan garam berkualitas dengan biaya produksi rendah.
Jika target konsumen sudah jelas, konsep produksi pun dapat disusun
untuk menghasilkan output sesuai keinginan pasar. Kekurangan dari proses
produksi di Indonesia adalah masih adanya kebergantungan petani garam
terhadap cahaya matahari dalam proses produksinya. Selain bergantung pada
cuaca, dibutuhkan waktu yang lama, tingkat kemurniannya pun sangat rendah.
Oleh karena itu, di sini kami menawarkan sebuah konsep bisnis yang dapat
menjawab semua kebutuhan pasar tersebut. Proses produksi dilakukan dalam
ruangan, sehingga tidak bergantung pada cuaca dan prosesnya menjadi jauh
lebih cepat dibandingkan dengan proses tradisional. Kemurniannya pun lebih
baik, karena ada pemisahan pengotor dari garam.
Pabrik ini akan menggunakan bahan bakar sebagai energi untuk
menggantikan peran matahari. Oleh karena itu kenaikan harga bahan bakar
dapat menjadi resiko bagi proses produksi, selain dampak bahan bakar itu
sendiri mengancam lingkungan sekitarnya. Diperlukan energi alternatif yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi namun ramah lingkungan dan
harganya terjangkau. Sesuai dengan kebutuhan ini lah, kami akan
menempatkan sejumlah orang yang kompeten di bidang tersebut untuk
meneliti dan mengkajinya. Sehingga meski pada awalnya kami masih
menggunakan bahan bakar, kedepannya kami akan mampu menciptakan
garam berkualitas tinggi dengan proses produksi ramah lingkungan dan harga
yang terjangkau oleh pasar.
2. Organizing
Untuk memaksimalkan potensi sebuah bisnis diperlukan penempatan
sumber daya manusia sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Dalam
keberjalanannya, untuk menjaga mutu hasil produksi, pabrik ini akan
menetapkan standar yang tinggi dalam perekrutan karyawannya. Sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berdomisili di sekitar
pabrik, warga yang belum memenuhi standar akan diberikan pelatihan
keahlian hingga standar kompetensinya terpenuhi. Sedangkan untuk tenaga
ahlinya akan melibatkan penduduk daerah setempat yang memiliki latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sehingga
diharapkan bisnis ini bukan hanya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
yang berdomisili di daerah tersebut, tetapi juga menarik para perantau untuk
kembali ke daerah asalnya dan turut serta membangun daerahnya sendiri.
3. Leading
Peran seorang pemimpin dalam sukses atau tidaknya suatu bisnis
merupakan hal yang sangat mendasar. Oleh karena itu dalam bisnis ini akan
dipilih pemimpin yang mampu memimpin dan membawa pabrik garam ini
mewujudkan mimpinya sebagai solusi dari permasalahan kurangnya produksi
garam di Indonesia saat ini.
9
4. Controlling
Seiring berjalannya waktu tentunya diharapkan pabrik ini dapat lebih baik
lagi dalam semua aspek. Sehingga diperlukan evaluasi berkala untuk menjaga
kualitas hasil produksi terus bergerak naik. Evaluasi bukan hanya berlaku bagi
produk, tapi juga bagi sumber daya manusianya. Hasil evaluasi akan
ditindaklanjuti melalui perbaikan atau bahkan perubahan.
KESIMPULAN
Gagasan yang kami ajukan adalah sebuah inovasi dalam proses produksi
garam. Gagasan produksi garam ini memanfaatkan teknologi tungku pemanas
untuk meningkatkan kuantitas garam yang dihasilkan dan mengimplemetasikan
proses pemisahan pengotor dari mineral garam untuk meningkatkan kualitas
garam yang dihasilkan. Gagasan ini dapat diimplementasikan melalui
perancanangan dan pembangunan sebuah pabrik dengan penerapan gagasan yang
diajukan.
Prediksi tentang perancangan pabrik untuk implementasi gagasan ini kami
lakukan dengan analisis ekonomi (perhitungan lebih lengkap akan ditempatkan
pada bagian lampiran) yaitu sebagai berikut:
Pabrik direncanakan menghasilkan kristal garam yang berkapasitas produksi
garam 3840 ton/tahun sesuai yang kami jelaskan di bagian gagasan. Dari hasil
analisa pasar dan analisa resiko, pabrik ini dibutuhkan oleh pasar dan dapat
bersaing dengan kompetitor dalam maupun luar negeri. Sedangkan perhitungan
aspek ekonomi pabrik ini diperoleh nilai modal investasi sebesar Rp.
860.000.000,- kemudian biaya produksi sebesar Rp. 587.250.000,- sedangkan
hasil penjualan per tahun sebesar Rp. 1.920.000.000,- sehingga laba bersih setelah
pajak adalah Rp. 330.925.000. Dari hasil analisa ekonomi, nilai profit margin
adalah 24,62%, nilai break even point sebesar 27,56%, nilai return on investment
adalah 38,48% dan nilai pay out time adalah 2,6 tahun. Berdasarkan data-data
diatas maka dapat disimpulkan bahwa perancangan pabrik produksi garam ini
layak didirikan.
DAFTAR PUSTAKA
•
•
•
•
•
Purbani, D. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pusat riset wilayah laut
dan sumberdaya nonhayati. Jakarta. 2001.
Lee,J.D., CONCISE INORGANIC CHEMISTRY, Mc Graw Hill Company.
New York:1981.
Clark, V.L.,2009, Food Inggridient, http://www.vlclark.com/foodaddive.html,
diakses tanggal 25 Februari 2011
Salt Institute,.2011. http://www.saltinstitute.org/Production-industry /
Production.html diakses tanggal 20 Februari 2011
Wiendy,.2010.,
http://wiendy89.blogspot.com/2010/01/fungsi-manajemenstrategis.html diakses tanggal 20 Februari 2011
10
CV TIM PENULIS
1. Nama lengkap
: Shofarul Wustoni
Nama panggilan : Toni
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
No.HP
: +6285 721 355 347
NIM
: 10507035
TTL
: Bangkalan, 26 September 1989
Alamat Bandung : Cisitu Indah V No.13, Dago 40135
Alamat libur
: Jalan Raya Blega No.15, Bangkalan 69174
Pekerjaan Ayah : Pensiunan PNS
Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Email
: [email protected]
Riwayat pendidikan:
1.TK Blega 1995
2.SDN 4 Blega 1995-2001
3.SMPN 1 Blega 2001-2004
4.SMAN 1 Bangkalan 2004-2007
5. Institut Teknologi Bandung 2007-sekarang
Pengalaman Organisasi :
1. Organisasi Siswa Intra Sekolah / Osis SMP
Ketua Umum
1. Organisasi Siswa Intra Sekolah / Osis SMA
Ketua Divisi Organisasi&Kepemimpinan
2. Keluarga Mahasiswa FMIPA 2007
Ketua Angkatan
3. Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB
Deputi Kontribusi Keprofesian
4. Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA”
Wakil Ketua Divisi Keprofesian
5. Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA”
Ketua Himpunan
Prestasi akademik/non-akademik:
• Beasiswa Unggulan dari Departemen Pendidikan Nasional ( 2007-2011)
• Peraih High Distinction pada Australian National Chemistry Quiz yang
dilaksanakan oleh Royal Australian Chemical Institute (2005)
• Peraih Medali Perunggu Olimpiade Kimia Nasional yang diselenggarakan
DEPDIKNAS (2006)
• Penghargaan dari FMIPA ITB sebagai mahasiswa predikat ‘Cum Laude’
(2007-2009)
• Finalis Kompetisi Essai Ekonomi yang diselenggarakan oleh FEUI (2009)
• Peraih Dana Riset PKM dari DIKTI (2008)
• Pemenang Dana Riset dari Hibah Penelitian FMIPA ITB (2010)
• Pemenang Dana Riset dari Tanoto Foundation (2010)
• Peraih Medali Perak ON MIPA PT 2010 yang diselenggarakan DIKTI
(2010)
• Juara II OSN PTI 2010 Bidang Kimia Tingkat Jawa Barat
• Pemenang Ketiga Emil Salim Award 2010
11
2. Nama lengkap
: Almasul Alfi
Nama panggilan : Alfi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
No.HP
: +628567131035
NIM
: 10509080
TTL
: Sampang, 11 September 1991
Alamat Bandung : Jl.Ir.H.Juanda 399, Bandung 40132
Alamat libur
: Bumi Cibinong Endah Blok D8/3, Cibinong, Kab.Bogor
Pekerjaan Ayah : Dosen Institut Pertanian Bogor
Pekerjaan Ibu
: PNS Pemda Kab.Bogor
Email
: [email protected]
Riwayat pendidikan:
1.TK Kasih Ibu 1995-1996
2.TK Islam Ananda 1996-1997
3.SDN Muara Beres 1997-2003
4.SMPN 1 Bogor 2003-2006
5.SMAN 1 Bogor 2006-2009
6. Institut Teknologi Bandung 2009-sekarang
Pengalaman Organisasi :
1.Karate SMPN 1 Bogor
Anggota, 2003-2006
2.PMR Unit SMAN 1 Bogor
Anggota Unit Rohani, 2006-2007
Anggota Unit Persahabatan, 2007-2008
3.KIR SMAN 1 Bogor
Koordinator Divisi Bilogi, 2006-2007, 2007-2008
4.DKM SMAN 1 Bogor
Staff Departemen Dakwah Umum, 2006-2007, 2007-2008
5.Bullet's (Bulletin Smansa) SMAN 1 Bogor
Tim Online, 2006-2007, 2007-2008
6.Karate SMAN 1 Bogor
Sekretaris, 2007-2008
7.Karate ITB
Anggota, 2009-sekarang
8.PSTK (Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan) ITB
Anggota, 2010-sekarang
9.HMK AMISCA ITB
Sekretaris, 2010-sekarang
Prestasi akdemik/non-akademik:
1.Juara 3 Lomba Pelatihan Remaja Sebaya MAM III
2007
2.Juara 2 Lomba Cepat Tepat AKAS XI
2008
3.Peserta Olimpiade Kimia Tingkat SMA se-Provinsi Jawa Barat
2008
12
3. Nama lengkap
: Aisyah
Nama panggilan : Aisyah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
No.HP
: 085721212406
NIM
: 10509057
TTL
: Bandung,1 Desember 1992
Alamat Bandung : Jl Sarijadi Blok 1 no 84
Pekerjaan Ayah : Pensiunan PNS
Pekerjaan Ibu
: Pensiunan PNS
Email
: [email protected]
Riwayat pendidikan:
1.TK Aisyiyah XI 1997-1998
2.SDN Sukarasa 3 Bandung 1998-2004
4.SMPN 1 Bandung 2004-2007
5.SMAN 3 Bandung 2007-2009
6. Institut Teknologi Bandung 2009-sekarang
Pengalaman Organisasi :
1.OSIS SMPN 1 Bandung
Wakil Ketua OSIS, 2005-2006
2.Paskibra SMPN 1 Bandung
Wakil Koordinator , 2005-2006
3. MPK SMAN 3 Bandung
Staf Divisi Controller OSIS 2007-2008
4. Lingkung Seni Sunda ITB
Anggota 2009-sekarang
5. Majelis Ta’lim Salman
Anggota 2009 – sekarang
6. HMK AMISCA ITB
Staf divisi akademik dan keprofesian, 2010 – sekarang
Prestasi akdemik/non-akademik:
1.Juara 2 Lomba Cerdas Cermat Matematika 2006
2.Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Pasteur Hyper Flora 2008
LAMPIRAN
•
Perhitungan Analisis Ekonomi
Pada perhitungan biaya ini, akan kami rinci dari modal investasi hingga
analisis ekonomi untuk menentukan kelayakan usaha ini. Perhitungan
didasarkan pada pabrik dengan operasional produksi dari 2 tungku dengan 300
hari efektif dalam 1 tahun.
Modal Investasi
Modal investasi adalah sejumlah modal untuk mendirikan pabrik dan
memulai usaha sampai mampu menarik hasil penjualan, modal investasi
terdiri dari
Modal Investasi Tetap Langsung
Modal Investasi Tetap Tidak Langsung
Komponen
Jumlah (Rp)
Komponen
Jumlah (Rp)
Harga Tanah
90.000.000 Biaya Perizinan
5.000.000
13
•
•
•
•
Harga Bangunan
150.000.000 Biaya Tak Terduga
10.000.000
Biaya Instalasi Peralatan
400.000.000
Biaya Instalasi Listrik
70.000.000
Biaya Inventaris Kantor
40.000.000
Biaya Perlengkapan Kerja
25.000.000
Biaya Sarana Transportasi 70.000.000
Total
845.000.000
Total
15.000.000
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan selama pabrik
berproduksi mulai dari pengadaan bahan baku, biaya pemasaran dan biaya
umum yang terdiri dari
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Komponen (1 tahun)
Jumlah (Rp)
Komponen
Jumlah (Rp)
Gaji Karyawan
460.000.000 Biaya Pemasaran
20.000.000
Biaya Bahan Kimia
12.000.000 Biaya Distribusi
50.000.000
Biaya Tetap Perawatan
10.000.000 Biaya Lainnya
10.000.000
Biaya
Laboratorium, 15.000.000
penelitian&pengembangan
Biaya Asuransi
8.450.000
Pajak Bumi&Bangunan
1.800.000
Total
507.250.000
Total
80.000.000
Hasil Penjualan per Tahun
Penjualan diperoleh dari hasil penjualan produk garam selama setahun yaitu
= 3.840.000 Kg x Rp. 500/Kg = Rp. 1.920.000.000
Laba Bersih
Laba sebelum pajak = Rp. 1.920.000.000 – Rp. 1.447.250.000 = Rp.
472.750.000
Pajak Penghasilan = 30% x Rp. 472.750.000 = Rp. 141.825.000
Laba setelah pajak = Rp. 472.750.000 – Rp. 141.825.000 = Rp. 330.925.000
Analisis Ekonomi
Pada bagian ini, akan dihitung beberapa parameter untuk menentukan
kelayakan usaha. Pengolahan data untuk perhitungan dicantumkan pada
halaman lampiran
A. Profit Margin : merupakan persentase yang menunjukkan perbandingan
antara keuntungan sebelum pajak penghasilan dengan total penjualan. PM
= 24,62%
B. BEP (Break Event Point) : merupakan titik keseimbangan antara
penerimaan dan pengeluaran. BEP = 27.56 %. Dari data feasibilitas
(Timmerhaus, 1991), BEP </= 50% adalah pabrik layak (feasible)
C. ROI (Return On Investment) : merupakan pengembalian modal tiap
tahun.
ROI = 38,48% artinya termasuk kategori resiko pengembalian modal ratarata
D. POT (Pay Out Time) : menunjukkan jangka waktu pengembalian modal
dengan asumsi bahwa pabrik beroperasi dengan kapasitas penuh tiap
tahun.
POT = 2,6 Tahun
Download