1 PENDAHULUAN Latar Belakang “ Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan Program Swasembada Garam Konsumsi pada tahun 2012 dan Garam Industri pada tahun 2015.” Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan pegunungan muda sehingga menyebabkan terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia, yang di dalam lautannya terkandung berbagai kekayaan alam lainnya seperti ikan laut, rumput laut, mineral garam terlarut, mutiara serta tambang minyak bumi. Namun, kekayaan alam Indonesia yang melimpah tersebut belum dapat dimanfaatkan dan diolah secara optimal. Indonesia masih membutuhkan impor produk tertentu dari luar negeri, padahal bahan dasar produk tersebut telah tersedia secara melimpah di bumi Indonesia. Salah satu contohnya adalah produksi garam. Produksi garam merupakan salah satu isu nasional yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan dengan panjang pesisir pantainya yang mencapai 81.000 km (Wikipedia, update 7-9-2010) merupakan potensi yang tinggi untuk menghasilkan produksi garam dalam jumlah besar. Beberapa pulau yang terkenal dengan produksi garamnya antara lain Madura dan NTT. Namun kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan garam nasional, Indonesia masih harus melakukan impor garam. Indonesia masih harus mengimpor garam dari negara tetangga, Australia. Jika ditinjau dari panjang pantai, Australia hanya memiliki garis pantai sekitar 5.000 km, jauh lebih kecil daripada garis pantai Indonesia. Data dari kementrian perindustrian menyebutkan bahwa pada tahun 2009, produksi garam nasional mencapai 1.265.600 ton, masih jauh lebih rendah dari kebutuhan garam nasional yang mencapai sebesar 2.865.600 ton per tahun. Sedangkan tahun 2010, produksi garam nasional diperkirakan hanya sebesar dua persen dari total kebutuhan garam nasional. Rendahnya produksi ini disebabkan oleh faktor curah hujan yang tinggi sehingga sangat mempengaruhi proses produksi nasional yang sebagian besar masih menggunakan teknologi sederhana, yaitu pengeringan yang hanya bergantung pada sinar matahari. Permasalahan produksi garam nasional lainnya seperti kualitas garam yang dihasilkan dari produksi dalam negeri masih kalah bersaing dengan garam impor. Saat penulis melakukan sebuah studi lapangan pada tanggal 10 November 2010 di salah satu lahan produksi garam di pulau madura, diperoleh sebuah hasil analisis bahwa petani garam masih sangat memegang teguh proses sederhana yang ada dan belum mengetahui tentang peranan IPTEK dalam pengembangan kualitas dan kuantitas produksi garam. Jika kita melakukan studi komparasi dengan produksi garam di luar negeri seperti USA, Cina dan Australia. Negara-negara tersebut telah mengkolaborasikan IPTEK ke dalam bagian proses produksinya, sehingga dengan potensi alam yang lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia, namun mereka dapat menghasilkan garam dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. 2 Cara pengolahan garam di Indonesia cenderung masih konvensional dan bergantung terhadap keadaan alam. Proses pengolahan garam di negara ini masih menggunakan prinsip penjemuran dengan sinar matahari dan membutuhkan waktu 10 – 15 hari. Proses pengolahan garam yang membutuhkan waktu lama dan terlalu bergantung terhadap sinar matahari yang akhir-akhir ini tidak menentu kondisinya, membuat garam hasil produksi dalam negeri tidak sebanding dengan permintaan masyarakat. Selain itu, garam hasil produksi dalam negara yang hanya dijemur, kualitasnya masih jauh di bawah negara – negara yang dengan teknologi canggihnya dapat menghasilkan garam dalam waktu cepat namun dengan kualitas yang baik. Salah satu cara mengatasi masalah ini sekaligus untuk mewujudkan program pemerintah untuk melakukan swasembada garam konsumsi pada tahun 2012 dan garam industri pada tahun 2015 adalah dengan mencari suatu teknologi (aplikasi IPTEK) yang dapat mempercepat proses produksi garam, mulai melepaskan kebergantungan terhadap kondisi alam, namun tetap menghasilkan garam yang berkualitas dan dapat bersaing dengan garam impor. Oleh karena itu, tim penulis sebagai mahasiswa kimia yang berasal dari daerah Madura mempunyai niat untuk berkontribusi dengan menggagas teknologi sederhana yang menerapkan beberapa konsep keilmuan kimia. Harapannya pengembangan konsep teknologi sederhana ini dapat menjadi sebuah solusi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produksi garam nasional yang mendukung program swasembada garam nasional. Tujuan Tujuan yang diharapkan dari penulisan gagasan “Inovasi Proses Produksi Garam untuk Kemandirian Indonesia” antara lain : • Meningkatkan nilai manfaat dari potensi kekayaan alam di Indonesia khususnya kekayaan pesisir pantai untuk produksi garam nasional dengan sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi sederhana. • Berkontribusi untuk mewujudkan program swasembada garam nasional. Manfaat Manfaat yang akan dapat diperoleh dengan adanya gagasan “Inovasi Proses Produksi Garam untuk Kemandirian Indonesia” adalah : • Manfaat untuk Tim Penulis - Menjadi media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dan meningkatkan keterampilan dalam menyampaikan gagasan. - Sebagai bentuk kontribusi anak bangsa dalam mewujudkan kemandirian Indonesia. • Manfaat untuk masyarakat - Gagasan ini dapat diaplikasikan sehingga tercipta lapangan pekerjaan baru dan menurunkan jumlah pengangguran di Indonesia. - Membuka pemikiran masyarakat tentang pentingnya penerapan ilmu pengetahuan & teknologi dalam meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam. 3 • Manfaat untuk pemerintah - Gagasan yang dapat mendukung usaha untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. - Jika gagasan ini dapat diaplikasikan, akan menambah pendapatan bagi daerah/negara melalui pajak bahkan ekspor jika produksi semakin berkembang GAGASAN Sekilas Tentang Air Laut dan Mineral Garam Garam yang kita bahas saat ini adalah garam yang merupakan gabungan dua unsur yaitu Natrium dan Klorida, yang membentuk suatu ikatan ionik dengan nama kimia Natrium Klorida (NaCl) atau Sodium Klorida. Garam yang berbentuk kristal putih, tidak berbau, memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air, dan memiliki titik didih yang sangat tinggi yaitu sekitar 1413oC. Salah satus sumber garam sodium klorida berasal dari air laut. Di dalam 1000 gr air laut, terdapat 96.6% air murni dan sekitar 3.5% zat terlarut yang meliputi zat – zat anorganik, senyawa organik yang berasal dari makhluk hidup dan gas – gas yang terlarut. Zat – zat anorganik utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Zat – zat anorganik ini bersumber dari pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Berdasarkan fungsinya, garam terbagi menjadi dua jenis yaitu garam konsumsi dan garam industri. Garam konsumsi merupakan jenis garam yang biasa dikonsumsi sebagai pemberi rasa asin dan gurih pada makanan. Garam jenis ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung fungsi organ tubuh. Menurut Ahli Gizi dari Klinik Hang Lekiu dr Inayah Budiasti MS SpGK, di dalam tubuh manusia keberadaan garam berguna untuk membantu kontraksi otot, membantu sel –sel saraf bekerja, membantu konsentrasi otak dan menjaga tubuh agar tidak lemas. Selain itu, konsumsi garam dalam batas normal dapat membantu mempertahankan cairan dalam tubuh untuk proses sirkulasi dalam darah. Garam jenis kedua adalah garam industri yaitu garam yang digunakan baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan tambahan untuk industri lain. Di dalam industri klor-alkali, garam digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan gas klorin, soda kaustik, dan berbagai produk lainnya. Selain itu, garam juga digunakan di industri pengolahan logam sebagai pemurni alumunium, di industri sabun sebagai pemisah gliserol dari air, di industri karet sebagai pemisah karet dari getahnya, dan industri – industri lain seperti industri tekstil, minyak, keramik, farmasi , kertas, dsb. Berbagai manfaat yang terkandung di dalam garam, membuat permintaan garam khususnya di Indonesia cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia mengkonsumsi sekitar 7 – 10 gram garam per hari atau sama dengan 3 kg per tahun. Jika populasi Indonesia sekitar 230 juta jiwa di tahun 4 2009, maka konsumsi garam nasional hampir 700.000 ton per tahun atau mendekati angka yang sering disebut dalam berbagai diskusi garam yaitu (kebutuhan garam nasional) hampir 2 juta ton setahun dengan 855.000 ton untuk garam makanan dan sisanya untuk garam industri (digunakan dalam industri farmasi, pengeboran minyak, kertas, soda, tekstil, es, dsb). Kondisi Terkini dari Produksi Garam Dalam Negeri Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan. Garis pantainya merupakan yang terpanjang ke empat di dunia. Ini merupakan potensi luar biasa bagi industri garam untuk dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri. Namun pada kenyataannya hingga saat ini Indonesia masih harus mengimpor garam dalam jumlah yang tidak sedikit dari negara lain, seperti Australia, Cina, dan India. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor garam pada Oktober 2010 berjumlah 154.782,6 ton (7,9 juta dollar AS) naik menjadi 275.027,2 ton (15,2 juta dollar AS) pada November 2010. Selama Januari-November 2010 Indonesia sudah mengimpor 1,8 juta ton garam dengan nilai 96,4 juta dollar AS. Rendahnya produksi garam di Indonesia diakibatkan oleh masih tradisionalnya sistem produksi yang digunakan oleh para petani garam. Perkembangan ilmu pengetahuan tentunya harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Berbeda dengan negara-negara lain yang sudah mengadaptasi ilmu pengetahuan ke dalam sistem produksinya, masyarakat di Indonesia cenderung sulit untuk menerimanya. Hingga saat ini, mereka masih tetap memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk memproduksi garam. Sehingga saat cuaca tidak mendukung, misalnya hujan atau mendung berkepanjangan, akan sangat mengganggu proses produksi. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor kurangnya sosialisasi tentang bagaimana cara pengembangan produksi garam yang lebih efektif dan efisien dari lembagalembaga yang memiliki bidang di pengembangan proses produksi garam dengan para petani garam. Sedangkan di sisi yang lain, para petani garam Indonesia juga kurang memiliki akses tentang perkembangan metode produksi yang dapat dikolaborasikan dengan IPTEK (Observasi Lapangan, November 2010). Bukan hanya dari segi kuantitas, kemurnian kristal garam produksi Indonesia pun masih rendah, hanya mencapai 94%. Sedangkan garam yang digunakan dalam industri non pangan harus memiliki tingkat kemurnian 99%. Matahari hanya mampu menguapkan air, bukan zat pengotor yang ada di dalam air laut. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pemisahan pengotor untuk menghasilkan garam yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Penelitian terus diadakan untuk meminimalisir jumlah pengotor dalam garam agar dihasilkan garam dengan kualitas dan tentunya dalam kuantitas yang lebih baik. Pemerintah menargetkan untuk swasembada garam pada tahun 2014 meski beberapa pihak ada yang merasa pesimis, mengingat belum ditemukannya teknologi yang tepat yang dapat dikembangkan di Indonesia, serta keterbatasan lahan yang tersedia untuk memproduksi garam. 5 Kondisi Terkini dari Produksi Garam di Luar Negeri Secara studi komparatif, Indonesia memiliki pesisir pantai yang lebih panjang daripada Australia dan India. Sehingga faktanya sumber mineral garam dari air laut yang tersedia di Indonesia lebih besar dibandingkan sumber air laut di kedua Negara tersebut. Namun, yang terjadi adalah Indonesia melakukan impor garam dari kedua Negara tersebut. Hasil yang diperoleh dari studi literatur melalui browsing internet pada website-website perusahaan produksi garam di luar negeri contohnya seperti Pyramid Salt Ltd di Australia dan Salt Institute di Amerika Serikat. Negara-negara tersebut telah mempunyai pengembangan metode produksi garam yang sistematis. Mereka tidak lagi bergantung pada cahaya matahari untuk mendapatkan mineral garam dari air laut, tetapi juga menerapkan proses ekstraksi pelarut serta proses evaporasi. Selain itu di luar negeri, sumber mineral garam sodium klorida tidak hanya diproduksi atau diperoleh dari air laut, tetapi juga dari mineral-mineral pertambangan secara langsung. Inovasi Proses Produksi Garam untuk Kemandirian Indonesia AIR LAUT Gambar 01 : Gagasan Alur Proses Produksi Garam Putera Madura Inovasi gagasan produksi garam yang diajukan dalam konsep bisnis ini adalah peningkatan nilai tambah proses produksi secara kuantitatif dan kualitatif dengan penerapan teknologi pemanas dan penerapan konsep kimia sederhana. Proses produksi tidak lagi bergantung pada sinar matahari yang saat ini tidak lagi dapat diperkirakan, namun menggunakan tungku pemanas untuk menguapkan air dari kristal garam yang terlarut. Jika pada proses produksi garam tradisional yang menggunakan sinar matahari dibutuhkan waktu produksi sekitar 10-15 hari dalam 1 kali operasi. Maka dengan penggunaan tungku pemanas, proses produksinya beberapa kali lebih cepat. Operasional produksi pabrik ini rencananya dijalankan setiap hari yaitu jam 07.30-16.00 dengan istirahat jam 12.00-13.00.Penjelasan alur proses produksi sebagai berikut Bahan baku air laut dengan volume tertentu akan dialirkan sesuai dengan kapasitas volume tungku pemanas I. Bahan baku air laut tadi akan dideteksi jumlah volumenya dan nilai kesadahannya secara uji titrasi sederhana. Sehingga bisa ditentukan jumlah reagen yang diperlukan untuk mengendapkan 6 ion Ca2+ dan ion Mg2+, sehingga kedua ion tadi akan terendapkan lebih dahulu dan dipisahkan. Larutan garam (air laut) yang telah dipisahkan dari endapan Mg dan Ca, dipanaskan sehingga seluruh pelarut air menguap dan tersisa endapan kristal garam NaCl yang kemungkinan masih mengandung ion-ion pengotor. Kristal garam NaCl yang telah terbentuk diayak sehingga bentuk dan ukuran kristalnya lebih kecil dan halus, proses ini untuk memperluas permukaan kristal NaCl dan mempermudah pemisahan garam NaCl dari pengotor-pengotor yang terjebak diantara butiran kristal. Kemudian dicuci dengar air kembali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan. Air yang digunakan berasal dari air hasil kondensasi proses awal yaitu penguapan air laut. Kemudian larutan garam jenuh diuapkan kembali dengan pemanasan sehingga terbentuk kembali kristal garam dengan kualitas yang lebih baik (proses rekristalisasi) Garam NaCl yang terbentuk kemudian diolah selanjutnya sesuai kebutuhan menjadi garam dapur atau garam industry Gambar 02 : Sketsa Rancang Peralatan dari Gagasan Garam Putera Madura Analisis perhitungan produksi dari implementasi gagasan ini dapat dilakukan sebagai berikut. Rencana spesifikasi tungku pemanasan: jari-jari = 2 meter, tinggi = 4 meter, sehingga kapasitas tungku pemanasan= Π x r2 x t = 3,14 x 2 m2 x 4 m = 50,24 m3 = 50.240 liter. Setiap hari dilakukan 4 kali operasi, setiap operasi dialirkan volume air laut sejumlah 50.200 liter, dengan rata-rata kadar garam pada air laut adalah 33 gram/1 liter. Sehingga dapat dihasilkan maksimal= 50.200 x 33 gram =1.656.600 gram= 1.656,6 kg. Mempertimbangkan galat dari berbagai faktor, ditargetkan hasil produksi bersih tiap sekali operasi adalah 1.600 Kg. Hasil produksi dalam 1 hari = 4 kali operasi x 1.600 Kg = 6.400 Kg Hasil produksi dalam 1 tahun = 6.400 Kg x 300 hari efektif = 1.920.000 Kg = 1920 ton 7 Jadi 2 tungku dengan ukuran jari-jari 2 meter dan tinggi 4 meter mempunyai kapasitas produksi 3840 ton/tahun. Angka tersebut akan semakin tinggi jika kita meningkatkan kapasitas tungku atau menambah jumlah tungku. Jika kita bandingkan dengan salah satu data hasil produksi dari petani garam tradisional, dengan lahan ukuran 10x20 meter pada tahun 2000 sebelum cuaca semakin tidak menentu, dapat dihasilkan jumlah garam sebesar 15 ton/tahun. Secara kuantitas, tentu hasil proses tradisional jauh dibawah hasil proses produksi dengan menggunakan tungku pemanasan. Pihak yang Dilibatkan Gagasan ini harapannya dapat diimplementasikan menjadi sebuah bisnis atau usaha pabrik produksi garam. Tentunya skala pabrik yang dapat dirangcang dengan gagasan ini yaitu skala menengah hingga skala besar. Gagasan ini cukup sulit untuk diimplementasikan pada skala usaha skala kecil rumah tangga. Pihak yang berperan penting untuk implementasi gagasan ini adalah investor untuk menanamkan atau memberikan pinjaman modal. Manfaat atau dampak yang dapat diperoleh investor sesuai perannya antara lain adalah berkontribusi dalam program pemerintah mewujudkan swasembada garam. Media investasi dengan prospek pengembangan yang potensial ke depannya serta membantu dalam melahirkan teknopreneurship di Indonesia. Investor tidak selalu berasal dari pihak swasta, tetapi juga bisa dari pihak pemerintah khususnya dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memiliki peran dalam pengembangan proses produksi garam dalam negeri. Sebuah pabrik akan membutuhkan tenaga untuk mengerjakan proses produksi, distribusi, promosi, bahkan administrasi. Tentunya ini akan banyak menyerap tenaga kerja yang akan diutamakan berasal dari warga sekitar. Para petani garam yang sebelumnya memproduksi garam secara tradisional dapat dipekerjakan di bagian produksi. Ibu-ibu rumah tangga dapat dimanfaatkan tenaganya di bidang pengemasan. Karena bisnis ini merupakan bisnis skala besar dan garam akan dihasilkan dalam jumlah besar, tentunya akan semakin banyak pula ibu-ibu yang dapat dipekerjakan. Remaja daerah setempat dapat dipekerjakan dibagian administrasi dan promosi. Dengan begitu banyaknya lahan pekerjaan yang dibuka, secara tidak langsung, keberadaan pabrik garam ini akan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah industri. Pemerintah setempat pun akan terlibat, karena pabrik ini juga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan daerah. Koordinasi dengan pemerintah setempat sangat diperlukan dalam kelancaran produksi dan legalitas usaha. Strategi Pencapaian 1. Planning Perencanaan yang matang mengenai konsep yang akan diimplementasikan diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pabrik ini. Untuk dapat merencanakan dengan baik, diperlukan analisis pasar. Konsumen merupakan hal pertama yang harus dianalisa. Mereka tentunya menginginkan garam dengan kualitas baik namun dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, kita sebagai produsen harus mampu menghasilkan garam dengan kualitas 8 terbaik dengan harga serendah mungkin. Apalagi dengan adanya kompetitor, persaingan harga dan kualitas akan semakin ketat. Bukan hanya dengan produsen lain yang ada di dalam negeri, melainkan juga dengan produsen lain dari luar negeri. Karena meskipun dapat mengungguli kualitas garam dalam negeri, persaingan harga dengan garam impor bukan hal yang mudah. Mengingat negara lain sudah memiliki teknologi yang lebih canggih, sehingga dihasilkan garam berkualitas dengan biaya produksi rendah. Jika target konsumen sudah jelas, konsep produksi pun dapat disusun untuk menghasilkan output sesuai keinginan pasar. Kekurangan dari proses produksi di Indonesia adalah masih adanya kebergantungan petani garam terhadap cahaya matahari dalam proses produksinya. Selain bergantung pada cuaca, dibutuhkan waktu yang lama, tingkat kemurniannya pun sangat rendah. Oleh karena itu, di sini kami menawarkan sebuah konsep bisnis yang dapat menjawab semua kebutuhan pasar tersebut. Proses produksi dilakukan dalam ruangan, sehingga tidak bergantung pada cuaca dan prosesnya menjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan proses tradisional. Kemurniannya pun lebih baik, karena ada pemisahan pengotor dari garam. Pabrik ini akan menggunakan bahan bakar sebagai energi untuk menggantikan peran matahari. Oleh karena itu kenaikan harga bahan bakar dapat menjadi resiko bagi proses produksi, selain dampak bahan bakar itu sendiri mengancam lingkungan sekitarnya. Diperlukan energi alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi namun ramah lingkungan dan harganya terjangkau. Sesuai dengan kebutuhan ini lah, kami akan menempatkan sejumlah orang yang kompeten di bidang tersebut untuk meneliti dan mengkajinya. Sehingga meski pada awalnya kami masih menggunakan bahan bakar, kedepannya kami akan mampu menciptakan garam berkualitas tinggi dengan proses produksi ramah lingkungan dan harga yang terjangkau oleh pasar. 2. Organizing Untuk memaksimalkan potensi sebuah bisnis diperlukan penempatan sumber daya manusia sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Dalam keberjalanannya, untuk menjaga mutu hasil produksi, pabrik ini akan menetapkan standar yang tinggi dalam perekrutan karyawannya. Sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berdomisili di sekitar pabrik, warga yang belum memenuhi standar akan diberikan pelatihan keahlian hingga standar kompetensinya terpenuhi. Sedangkan untuk tenaga ahlinya akan melibatkan penduduk daerah setempat yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sehingga diharapkan bisnis ini bukan hanya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut, tetapi juga menarik para perantau untuk kembali ke daerah asalnya dan turut serta membangun daerahnya sendiri. 3. Leading Peran seorang pemimpin dalam sukses atau tidaknya suatu bisnis merupakan hal yang sangat mendasar. Oleh karena itu dalam bisnis ini akan dipilih pemimpin yang mampu memimpin dan membawa pabrik garam ini mewujudkan mimpinya sebagai solusi dari permasalahan kurangnya produksi garam di Indonesia saat ini. 9 4. Controlling Seiring berjalannya waktu tentunya diharapkan pabrik ini dapat lebih baik lagi dalam semua aspek. Sehingga diperlukan evaluasi berkala untuk menjaga kualitas hasil produksi terus bergerak naik. Evaluasi bukan hanya berlaku bagi produk, tapi juga bagi sumber daya manusianya. Hasil evaluasi akan ditindaklanjuti melalui perbaikan atau bahkan perubahan. KESIMPULAN Gagasan yang kami ajukan adalah sebuah inovasi dalam proses produksi garam. Gagasan produksi garam ini memanfaatkan teknologi tungku pemanas untuk meningkatkan kuantitas garam yang dihasilkan dan mengimplemetasikan proses pemisahan pengotor dari mineral garam untuk meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan. Gagasan ini dapat diimplementasikan melalui perancanangan dan pembangunan sebuah pabrik dengan penerapan gagasan yang diajukan. Prediksi tentang perancangan pabrik untuk implementasi gagasan ini kami lakukan dengan analisis ekonomi (perhitungan lebih lengkap akan ditempatkan pada bagian lampiran) yaitu sebagai berikut: Pabrik direncanakan menghasilkan kristal garam yang berkapasitas produksi garam 3840 ton/tahun sesuai yang kami jelaskan di bagian gagasan. Dari hasil analisa pasar dan analisa resiko, pabrik ini dibutuhkan oleh pasar dan dapat bersaing dengan kompetitor dalam maupun luar negeri. Sedangkan perhitungan aspek ekonomi pabrik ini diperoleh nilai modal investasi sebesar Rp. 860.000.000,- kemudian biaya produksi sebesar Rp. 587.250.000,- sedangkan hasil penjualan per tahun sebesar Rp. 1.920.000.000,- sehingga laba bersih setelah pajak adalah Rp. 330.925.000. Dari hasil analisa ekonomi, nilai profit margin adalah 24,62%, nilai break even point sebesar 27,56%, nilai return on investment adalah 38,48% dan nilai pay out time adalah 2,6 tahun. Berdasarkan data-data diatas maka dapat disimpulkan bahwa perancangan pabrik produksi garam ini layak didirikan. DAFTAR PUSTAKA • • • • • Purbani, D. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pusat riset wilayah laut dan sumberdaya nonhayati. Jakarta. 2001. Lee,J.D., CONCISE INORGANIC CHEMISTRY, Mc Graw Hill Company. New York:1981. Clark, V.L.,2009, Food Inggridient, http://www.vlclark.com/foodaddive.html, diakses tanggal 25 Februari 2011 Salt Institute,.2011. http://www.saltinstitute.org/Production-industry / Production.html diakses tanggal 20 Februari 2011 Wiendy,.2010., http://wiendy89.blogspot.com/2010/01/fungsi-manajemenstrategis.html diakses tanggal 20 Februari 2011 10 CV TIM PENULIS 1. Nama lengkap : Shofarul Wustoni Nama panggilan : Toni Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam No.HP : +6285 721 355 347 NIM : 10507035 TTL : Bangkalan, 26 September 1989 Alamat Bandung : Cisitu Indah V No.13, Dago 40135 Alamat libur : Jalan Raya Blega No.15, Bangkalan 69174 Pekerjaan Ayah : Pensiunan PNS Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Email : [email protected] Riwayat pendidikan: 1.TK Blega 1995 2.SDN 4 Blega 1995-2001 3.SMPN 1 Blega 2001-2004 4.SMAN 1 Bangkalan 2004-2007 5. Institut Teknologi Bandung 2007-sekarang Pengalaman Organisasi : 1. Organisasi Siswa Intra Sekolah / Osis SMP Ketua Umum 1. Organisasi Siswa Intra Sekolah / Osis SMA Ketua Divisi Organisasi&Kepemimpinan 2. Keluarga Mahasiswa FMIPA 2007 Ketua Angkatan 3. Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB Deputi Kontribusi Keprofesian 4. Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA” Wakil Ketua Divisi Keprofesian 5. Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA” Ketua Himpunan Prestasi akademik/non-akademik: • Beasiswa Unggulan dari Departemen Pendidikan Nasional ( 2007-2011) • Peraih High Distinction pada Australian National Chemistry Quiz yang dilaksanakan oleh Royal Australian Chemical Institute (2005) • Peraih Medali Perunggu Olimpiade Kimia Nasional yang diselenggarakan DEPDIKNAS (2006) • Penghargaan dari FMIPA ITB sebagai mahasiswa predikat ‘Cum Laude’ (2007-2009) • Finalis Kompetisi Essai Ekonomi yang diselenggarakan oleh FEUI (2009) • Peraih Dana Riset PKM dari DIKTI (2008) • Pemenang Dana Riset dari Hibah Penelitian FMIPA ITB (2010) • Pemenang Dana Riset dari Tanoto Foundation (2010) • Peraih Medali Perak ON MIPA PT 2010 yang diselenggarakan DIKTI (2010) • Juara II OSN PTI 2010 Bidang Kimia Tingkat Jawa Barat • Pemenang Ketiga Emil Salim Award 2010 11 2. Nama lengkap : Almasul Alfi Nama panggilan : Alfi Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam No.HP : +628567131035 NIM : 10509080 TTL : Sampang, 11 September 1991 Alamat Bandung : Jl.Ir.H.Juanda 399, Bandung 40132 Alamat libur : Bumi Cibinong Endah Blok D8/3, Cibinong, Kab.Bogor Pekerjaan Ayah : Dosen Institut Pertanian Bogor Pekerjaan Ibu : PNS Pemda Kab.Bogor Email : [email protected] Riwayat pendidikan: 1.TK Kasih Ibu 1995-1996 2.TK Islam Ananda 1996-1997 3.SDN Muara Beres 1997-2003 4.SMPN 1 Bogor 2003-2006 5.SMAN 1 Bogor 2006-2009 6. Institut Teknologi Bandung 2009-sekarang Pengalaman Organisasi : 1.Karate SMPN 1 Bogor Anggota, 2003-2006 2.PMR Unit SMAN 1 Bogor Anggota Unit Rohani, 2006-2007 Anggota Unit Persahabatan, 2007-2008 3.KIR SMAN 1 Bogor Koordinator Divisi Bilogi, 2006-2007, 2007-2008 4.DKM SMAN 1 Bogor Staff Departemen Dakwah Umum, 2006-2007, 2007-2008 5.Bullet's (Bulletin Smansa) SMAN 1 Bogor Tim Online, 2006-2007, 2007-2008 6.Karate SMAN 1 Bogor Sekretaris, 2007-2008 7.Karate ITB Anggota, 2009-sekarang 8.PSTK (Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan) ITB Anggota, 2010-sekarang 9.HMK AMISCA ITB Sekretaris, 2010-sekarang Prestasi akdemik/non-akademik: 1.Juara 3 Lomba Pelatihan Remaja Sebaya MAM III 2007 2.Juara 2 Lomba Cepat Tepat AKAS XI 2008 3.Peserta Olimpiade Kimia Tingkat SMA se-Provinsi Jawa Barat 2008 12 3. Nama lengkap : Aisyah Nama panggilan : Aisyah Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam No.HP : 085721212406 NIM : 10509057 TTL : Bandung,1 Desember 1992 Alamat Bandung : Jl Sarijadi Blok 1 no 84 Pekerjaan Ayah : Pensiunan PNS Pekerjaan Ibu : Pensiunan PNS Email : [email protected] Riwayat pendidikan: 1.TK Aisyiyah XI 1997-1998 2.SDN Sukarasa 3 Bandung 1998-2004 4.SMPN 1 Bandung 2004-2007 5.SMAN 3 Bandung 2007-2009 6. Institut Teknologi Bandung 2009-sekarang Pengalaman Organisasi : 1.OSIS SMPN 1 Bandung Wakil Ketua OSIS, 2005-2006 2.Paskibra SMPN 1 Bandung Wakil Koordinator , 2005-2006 3. MPK SMAN 3 Bandung Staf Divisi Controller OSIS 2007-2008 4. Lingkung Seni Sunda ITB Anggota 2009-sekarang 5. Majelis Ta’lim Salman Anggota 2009 – sekarang 6. HMK AMISCA ITB Staf divisi akademik dan keprofesian, 2010 – sekarang Prestasi akdemik/non-akademik: 1.Juara 2 Lomba Cerdas Cermat Matematika 2006 2.Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Pasteur Hyper Flora 2008 LAMPIRAN • Perhitungan Analisis Ekonomi Pada perhitungan biaya ini, akan kami rinci dari modal investasi hingga analisis ekonomi untuk menentukan kelayakan usaha ini. Perhitungan didasarkan pada pabrik dengan operasional produksi dari 2 tungku dengan 300 hari efektif dalam 1 tahun. Modal Investasi Modal investasi adalah sejumlah modal untuk mendirikan pabrik dan memulai usaha sampai mampu menarik hasil penjualan, modal investasi terdiri dari Modal Investasi Tetap Langsung Modal Investasi Tetap Tidak Langsung Komponen Jumlah (Rp) Komponen Jumlah (Rp) Harga Tanah 90.000.000 Biaya Perizinan 5.000.000 13 • • • • Harga Bangunan 150.000.000 Biaya Tak Terduga 10.000.000 Biaya Instalasi Peralatan 400.000.000 Biaya Instalasi Listrik 70.000.000 Biaya Inventaris Kantor 40.000.000 Biaya Perlengkapan Kerja 25.000.000 Biaya Sarana Transportasi 70.000.000 Total 845.000.000 Total 15.000.000 Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan selama pabrik berproduksi mulai dari pengadaan bahan baku, biaya pemasaran dan biaya umum yang terdiri dari Biaya Tetap Biaya Variabel Komponen (1 tahun) Jumlah (Rp) Komponen Jumlah (Rp) Gaji Karyawan 460.000.000 Biaya Pemasaran 20.000.000 Biaya Bahan Kimia 12.000.000 Biaya Distribusi 50.000.000 Biaya Tetap Perawatan 10.000.000 Biaya Lainnya 10.000.000 Biaya Laboratorium, 15.000.000 penelitian&pengembangan Biaya Asuransi 8.450.000 Pajak Bumi&Bangunan 1.800.000 Total 507.250.000 Total 80.000.000 Hasil Penjualan per Tahun Penjualan diperoleh dari hasil penjualan produk garam selama setahun yaitu = 3.840.000 Kg x Rp. 500/Kg = Rp. 1.920.000.000 Laba Bersih Laba sebelum pajak = Rp. 1.920.000.000 – Rp. 1.447.250.000 = Rp. 472.750.000 Pajak Penghasilan = 30% x Rp. 472.750.000 = Rp. 141.825.000 Laba setelah pajak = Rp. 472.750.000 – Rp. 141.825.000 = Rp. 330.925.000 Analisis Ekonomi Pada bagian ini, akan dihitung beberapa parameter untuk menentukan kelayakan usaha. Pengolahan data untuk perhitungan dicantumkan pada halaman lampiran A. Profit Margin : merupakan persentase yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan sebelum pajak penghasilan dengan total penjualan. PM = 24,62% B. BEP (Break Event Point) : merupakan titik keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. BEP = 27.56 %. Dari data feasibilitas (Timmerhaus, 1991), BEP </= 50% adalah pabrik layak (feasible) C. ROI (Return On Investment) : merupakan pengembalian modal tiap tahun. ROI = 38,48% artinya termasuk kategori resiko pengembalian modal ratarata D. POT (Pay Out Time) : menunjukkan jangka waktu pengembalian modal dengan asumsi bahwa pabrik beroperasi dengan kapasitas penuh tiap tahun. POT = 2,6 Tahun