PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL QUR’AN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah Disusun Oleh : DWI HARTININGSIH NIM : 11408173 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010 NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 Eks Hal : Naskah Skripsi Saudara Dwi Hartiningsih Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Dwi Hartiningsih NIM : 11408173 Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam Judul : PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL QUR’AN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag NIP 19730801 200312 1 002 ii DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:[email protected] PENGESAHAN Skripsi Saudara : DWI HARTININGSIH dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408173 yang berjudul: PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL QUR’AN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. 25 September 2010 M Salatiga, Syawal 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang Sekretaris Sidang Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002 Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005 Penguji I Penguji II ______________________ NIP. ____________________ NIP. Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag NIP. 19730801 200312 1 002 iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : DWI HARTININGSIH NIM : 11408173 Judul Skripsi : PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL QUR’AN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Salatiga, 25 September 2010 Yang Menyatakan DWI HARTININGSIH iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang – orang khusyuk”. (Q.S. Al Baqarah: 45) “Kesabaran yang selalu diikuti ketaqwaan kepada Allah SWT akan selalu membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita lakukan dan kita harapkan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan”. (Q.S. Al Insyirah: 6) PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu membimbing, mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran studyku, semoga Allah senantiasa meridhoinya. 2. Suami dan anakku tersayang 3. Rekan-rekan di STAIN Salatiga, yang senantiasa memberi dorongan kepada saya untuk menyelesaikan studi v KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL QUR’AN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN" Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi. 3. Bapak Muh Hafidz, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan iklhas dan sabar. 4. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin. vi Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya. Salatiga, Agustus 2010 Penyusun Dwi Hartiningsih vii ABSTRAK Dwi Hartiningsih. 2010. Peningkatan Pemahaman Kandungan Ayat Al Qur’an dalam Pelajaran Al Qur'an Hadits melalui Metode Contextual Teaching And Learning Siswa Kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Muh Hafidz, M.Ag Kata Kunci : Pemahaman Kandungan Al Qur'an dan Metode Contextual Teaching And Learning Membaca al-Qur’an bagian dari pendidikan agama Islam dan di sekolah mulai di tingkat dasar termasuk materi yang penting, disamping siswa diharapkan menjadi anak yang berbudi pekerti baik, rajin beribadah dan kuat imannya, maka tidak ada suatu alasan melainkan anak harus ditekan untuk belajar membaca alQur’an. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana aplikasi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Mata pelajaran Qur'an Hadits siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan? Bagaimana hasil pembelajaran mata pelajaran Qur'an Hadits dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek (siswa memahami arti surat pendek dengan nilai lebih dari 70) Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran pemahaman kandungan surat-surat pendek melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL) sisiwa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati kab. Grobogan dan untuk mengetahui hasil pembelajaran mata pelajaran Qur'an Hadits melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang terdiri 3 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peningkatan kemampuan siswa secara klasikal dalam memahami kandungan Al Qur’an berdasarkan hasil tes formatif dari siklus I, II dan III adalah 46,15%, 73,07% dan 92,30%. Dengan demikian melalui penerapan metode CTL mampu meningkatkan kemampuan dan pembelajaran dengan menggunakan metode CTL meningkatkan pemahaman siswa, yaitu nilai t hitung sebesar 3,548 dibandingkan dengan t tabel untuk sampel 26 sebesar 2,056 berarti lebih besar t hitung, sehingga dapat dinyatakan ada peningkatan pemahaman siswa viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................. i HALAMAN NOTA PEMBIMBING......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ v HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... vi ABSTRAK................................................................................................ viii HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................ viii HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................ x HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................ xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian.................................................................. 5 D. Hipotesis Tindakan .............................................................. 6 E. Kegunaan Penelitian ............................................................. 6 F. Definisi Operasional ............................................................. 7 G. Metode Penelitian ................................................................. 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemahaman kandungan surat-surat pendek........................... 14 B. Metode CTL ........................................................................ 21 C. Peningkatan Pemahaman surat pendek melalui CTL ............. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian................................................................ 38 B. Rancangan Penelitian ......................................................... 38 C. Deskripsi Per Siklus ........................................................... 41 ix D. Instrumen Penelitian........................................................... 43 E. Kriteria Penilaian ............................................................... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus ............................................................. 46 B. Pembahasan.......................................................................... 62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 70 B. Saran .................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN x DAFTAR TABEL TABEL I NILAI EVALUASI SIKLUS I TABEL II HASIL EVALUASI SIKLUS I TABEL III NILAI SETELAH SIKLUS II TABEL IV HASIL EVALUASI SETELAH SIKLUS II TABEL V NILAI SETELAH SIKLUS III TABEL VI HASIL EVALUASI SIKLUS III xi DAFTAR GAMBAR GAMBAR I GRAFIK NILAI SIKLUS I GAMBAR II GRAFIK NILAI SIKLUS II GAMBAR III GRAFIK NILAI SIKLUS III xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mewujudkan masyarakat yang Islami, banyak hal yang sangat dibutuhkan, antara lain adalah kemampuan membaca dan memahami Al Qur’an, karena Al Qur’an menganjurkan supaya manusia memperdalam pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dengan membaca dan memahami ayat-ayat Al Qur’an, maka seseorang akan dapat memahami kehidupan dunia dan akhirat. Setiap muslim yang mempercayai Al Qur’an mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya. Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkannya Al Qur’an adalah kewajiban yang suci lagi mulia. Rasulullah SAW telah mengatakan "Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya"1. Untuk mewujudkan kemampuan seseorang dalam membaca dan memahami Al Qur’an, orang tualah sebagai penanggung jawab yang pertama dan utama. Sebab orang tua selalu berharap agar anak-anaknya kemudian hari menjadi anak yang sholih dan sholikhah, selalu cinta kepada Al Qur’an, akhirnya akan selalu berbakti kepada orang tua, berguna bagi 1 Shohih Bukhari Muslim,, Jakarta, Pustaka Imani, 2002, hlm. 214 2 agama, negara dan bangsa serta menjadi orang yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Untuk menjadikan anak yang mampu dan pandai membaca Al Qur’an, bahkan dapat mengamalkannya perlu ditangani secara serius dan secara kontinyu2. Namun kadang-kadang orang tua kurang mampu untuk mengajar, mungkin karena berbagai keterbatasan. Keterbatasan itu antara lain mungkin keterbatasan waktu karena sibuk dengan pekerjaan, keterbatasan kemampuan dan keterampilan membaca Al Qur’an dan sebagainya. Pendidikan yang disampaikan guru merupakan upaya guru untuk membantu orang tua dalam memberikan pendidikan, karena guru merupakan orang tua kedua setelah orang tua yang sebenarnya dalam kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu, peran guru merupakan peran yang amat penting dalam mendidik anak. Guru memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Dipundaknya dipikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan persekolahan.3 Maka yang berperan dalam hal ini adalah guru, gurulah yang bertugas dalam mengelola siswa. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Di samping itu ia punya 2 3 Zainudin, Pendidikan dalam Keluarga Muslim, Jakarta, Bina Insani, 2001, hlm. 24 Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Depag RI, 2001, hlm. 4 3 tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah.4 Memahami kandungan ayat Al-Qur’an merupakan salah satu standar kompetensi Al-Qur’an yang diajarkan di dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam. Materi Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima kompetensi, yaitu kompetensi Al-Qur’an, akidah, akhlak, syariah/ ibadah dan tarikh/ sejarah. Kelima kompetensi tersebut tidak terlepas dari ayat-ayat Al-Qur’an yang dijadikan bahan rujukan atau dalil, sehingga siswa diharapkan mampu memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai dasar di dalam mewujudkan lima kompetensi tersebut. Namun kenyataannya siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan sebagian besar belum mampu memahami kandungan surat-surat pendek yang diajarkan dengan benar. Hal ini mungkin karena penerapan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang tepat. Metode pembelajaran yang dipakai masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa tidak tertantang untuk memahami surat-surat pendek. Akibatnya siswa kurang banyak yang memahami kandungan surat-surat pendek yang terlihat dari nilai siswa yang rendah dalam mata pelajaran PAI serta kurang aktifnya siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya penelitian ini, pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 4 Depag RI, Standar Mutu Pendidikan Agama Islam, Depag, 2001, hlm. 6 4 diharapkan pemahaman kandungan surat-surat pendek siswa kelas VI MI Manba'ul Ulum dapat meningkat, mencapai hasil belajar di atas batas tuntas dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu alternatif dari kondisi tersebut adalah penerapan metode baru yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa terlibat dalam melakukan pemahaman. Salah satunya dengan menerapkan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari; Sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat 5. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini mengangkat permasalahan aplikasi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Mata pelajaran Qur'an Hadits dalam meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan. 5 Nurhadi dan Senduk, Pembelajaran Kontekstual, Jakarta, Depdiknas, 2004, hlm. 7 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana aplikasi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Mata pelajaran Qur'an Hadits siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan? 2. Bagaimana hasil pembelajaran mata pelajaran Qur'an Hadits dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek (siswa memahami arti surat pendek dengan nilai lebih dari 70)? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran pemahaman kandungan suratsurat pendek melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL) sisiwa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati kab. Grobogan. 2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran mata pelajaran Qur'an Hadits melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan. 6 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Bahwa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan pemahaman kandungan ayat-ayat Al Qur’an siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan” E. Kegunaan Penelitian Apabila penelitian tersebut dapat terwujud, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik maupun manfaat praktis sebagai berikut: 1. Manfaat akademik Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar dan Sekolah lain pada umumnya. 2. Manfaat praktis a. Sebagai masukan bagi pengajar Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah kejujuran guna memenfaatkan pendekatan Contextual Teaching and Learning. 7 b. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dal;am mengelola sekolah khususnya memotivasi guru untuk selalu mencoba menggunakan berbagai pendekatan untuk meningkatkan prestasi belajr siswa. F. Definisi Operasional 1. Peningkatan Peningkatan merupakan suatu bentuk perubahan tingkat dari tingkat tertentu6. Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya lapis dari sesuatu yang bersusun atau berlenggek-lenggek seperti lantai yang berketinggian, lenggak rumah, tutupan pada tangga, jenjang, tingkatan: tinggi rendah martabat, kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dan sebagainya7. 2. Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham, yang mendapat konfiks pean. Pemahaman berarti sebagai suatu hasil dalam memahami sesuatu8. Pemahaman merupakan upaya untuk memahami suatu masalah dengan menggunakan metode tertentu. 3. Kandungan Kandungan secara harfiah dimaknai sebagai tempat untuk mengandung janin. Kandungan dalam penelitian ini berarti makna yang terkandung dalam sesuatu9. Kandungan yang dimaksud dalam penelitian 6 Lukman Ali, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Bina Cipta, 2000, hlm. 247 Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Setia Pustaka, Surakarta, 1999, hlm 538 8 Ibid, hlm. 224 9 Ibid, hlm. 167 7 8 ini adalah makna yang mendalam yang terdapat dalam suatu ayat, sehingga memberikan pengertian yang utuh terhadap suatu masalah. 4. Ayat Al Qur’an Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Menurut istilah : Al Qur’an adalah Kalam Allah yang bernilai mu’jizat yang diturunkan kepada penguasa para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat Al fatikah dan ditutup dengan surat An Nas10. Al-Qur'an adalah kalam Allah berupa mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf, dinukilkan secara mutawatir, merupakan ibadah bagi yang membacanya dan diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas11. 5. Contextual Teaching and Learning Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari; Sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai 10 Syekh Muhammad Ali Ash Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an, Jakarta, Pustaka Amanani, hlm. 3 11 Prof.Dr.Budihardjo, M.Ag, Ketika Kebajikan menjadi Sebuah Pilihan: Reorientasi ALBIRR dalam Tafsir Tematik, STAIN Salatiga Press, Salatiga, 2002, hlm. 3 9 bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.12 6. Siswa MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan Siswa MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan merupakan siswa kelas VI yang menjadi obyek penelitian. G. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan ytang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari rtindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakantindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan13. Sedangkan menurut Mukhlis PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk m,emperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, mengingat jumlah jam pelajaran Qur'an hadits yang hanya 2 jam 12 13 Nurhadi dan Senduk, opcit, hlm. 13 Mukhlis, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, Unnes, 2003, hlm.3 10 pelajaran dalam satu minggu. Setiap siklus memuat perencaan, tindakan/ pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Melalui dua siklus tersebut diharapkan pembelajaran dengan pendekatan CTL sudah dapat meningkatkan hasil pembelajaran. 2. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VI sebanyak 32 orang siswa. 3. Siklus Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus. Tetapi jika dengan dua siklus belum memenuhi apa yang diharapkan, peneliti mengambil tindakan kelas kembali. Setiap siklus dilaksanakan sesuai perencanaan dan harapan yang ingin dicapai. Sebagai langkah awal diadakan latihan soal untuk evaluasi. Untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan siswa dalam mengubah pangkat negative menjadi positif atau sebaliknya. Dari evaluasi tersebut diadakan refleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut. 11 a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru PAI, memantau kegiatan belajar mengajar di kelas, dan melakukan observasi pada siswa. b. Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran yang dilengkapi LKS. c. Menyiapkan alat dan bahan pelajaran untuk pelaksanaan pengamatan maupun diskusi. d. Membuat lembar observasi untuk menilai performance guru dalam pembelajaran 2. Pelaksanaan Langkah penelitian masing-masing siklus adalah sebagai berikut: a. Tahap apersepsi (inisisasi, invitasi, dan ekplorasi) yang mengemukakan contoh memahami kandungan ayat Al Qur’an. b. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui membaca sumber materi yang dimiliki dan menyimpulkannya. c. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisis isu atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya. d. Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberikan pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa. 12 e. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep. Hasil dianalisis kemudian dilanjutkan dengan siklus II. 3. Pengamatan Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara peneliti, teman sejawat, pembimbing, kepala sekolah dan siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan. a. Teman sejawat mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama difokuskan pada kegiatan guru dalam penggunaan metode CTL. b. Teman sejawat mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran 4. Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran PAI maka hasil refleksi kemudian dituliskan untuk dilanjutkan pada siklus II. 3. Instrumen Penelitian Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas meliputi lembar observasi, LKS dan tes baik lisan maupun tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa memahami ayat Al Qur’an. 4. Pengumpulan data a. Sumber data yang meliputi : siswa, guru, dokumen dan proses belajar mengajar. 13 b. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini : 1) rencana pembelajaran, 2) data-data di Sekolah; 3) hasil observasi; 4) hasil wawancara. c. Cara pengambilan data, yaitu : 1) observasi; 2) wawancara; dan 3) studi dokumentasi 5. Analisis Data Dalam penelitian tindakan kelas ini analisis data dilakukan dengan deskriptif persentase, yaitu hasil tes dievaluasi kemudian dilakukan analisis dengan kriteria sebagai berikut: Siswa dinyatakan tuntas dalam memahami ayat Al Qur’an jika ketuntasan klasikal yang dicapai > 75%. BAB II LANDASAN TEORI A. Pemahaman Kandungan Surat-surat Pendek Al Qur'an 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham, yang mendapat konfiks pean. Pemahaman berarti sebagai suatu hasil dalam memahami sesuatu 1. Pemahaman merupakan upaya untuk memahami suatu masalah dengan menggunakan metode tertentu. Pemahaman juga didefinisikan sebagai langkah untuk mendalami suatu materi dengan cara mencermati secara detail sehingga mengerti makna apa yang sedang dipelajari2. 2. Kandungan Surat-surat Pendek Al Qur'an Al-Quran adalah kitab suci agama Islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar. Di dalam surat-surat dan ayat-ayat Al Qur'an terkandung kandungan yang secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari masingmasing kandungan inti sarinya, yaitu sebagai berikut ini3: 1 Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Yogyakarta, Yrama Widya, 2008, hlm. 224 Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1998, hlm. 528 3 Sembodo Ari Widodo, Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta, Graha Ilmu, 2004, hlm. 28 2 14 15 a. Aqidah / Akidah Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir. b. Ibadah Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa4. Dari pengertian "fuqaha" ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya. c. Akhlaq / Akhlak Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap 4 Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009, hlm. 14 16 manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya. d. Hukum-Hukum Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur'an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu'amalat, munakahat, faraidh dan jihad. e. Peringatan / Tadzkir Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa'id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa'ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib. f. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan 17 sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar. g. Dorongan Untuk Berpikir Di dalam al-qur'an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta. 3. Pemahaman Kandungan Ayat Al Qur'an Setiap kepala manusia bisa jadi berbeda dalam memahami satu ayat di dalam Al-Qur‟an, makanya hal semacam ini dilarang di dalam agama, Nabi bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari, yang artinya, “Barangsiapa yang menafsirkan Al-Qur‟an dengan akalnya, bila mana benar pun, tetap dianggap salah.” 5 Salah satu hikmah yang dapat diambil dari hadist di atas adalah, apabila umat Islam satu jalan dalam memahami Al-Qur‟an, akan terwujudnya persatuan umat Islam yang didasari kepada kesatuan pemahaman. Yang jelas Al-Qur‟an harus dipahami sebagaimana pemahaman orang yang paling paham mengenai Al-Qur‟an itu sendiri. Sedangkan orang yang paling tahu mengenai Al-Qur‟an adalah Rasulullah. Inilah beberapa kaidah yang diajarkan oleh Rasullulah di dalam memahami Al-Qur‟an: 5 Nashih Ulwan, Kumpulan Hadits Shohih, Depag RI, Jakarta, 1998, hlm. 14 18 a. Menafsirkan Ayat Al-Qur’an Dengan Ayat Al-Qur’an Ini adalah martabat atau tingkat yang paling tinggi di dalam kaidah penafsiran Al-Qur‟an. Bagaimana contohnya? Sebagaimana firman Allah dalam surat Ath-Thariq ayat 1-3: Artinya: “Demi langit dan thariq. Tahukah kamu apakah thariq itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus.”6 (QS At Thorieq: 1-2) b. Menafsirkan Ayat Dengan Hadist Yang Shahih Jika satu kata di dalam sebuah ayat tidak ada penjelasannya di dalam ayat yang lain, maka perlu dicari penjelasan ayat tersebut dari hadist Rasulullah yang shahih, karena beliau adalah manusia yang paling tahu akan apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat-Nya. Bagaimana contohnya? Dari sahabat Ibnu Mas‟ud radhiyallahu‟anhu, ia berkata: Ketika turun ayat: Artinya: „Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan…‟ (QS Al An‟am: 82)7, 6 7 Depag RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1976, hlm. 1048 Ibid, hlm. 109 19 c. Menafsirkan Ayat Al-Qur’an Dengan Perkataan Para Sahabat Para sahabat adalah orang-orang yang belajar Islam langsung dari Rasulullah. Jadi penafsiran mereka (seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas‟ud dan yang lainnya) memiliki martabat yang perlu diperhitungkan, karena mereka selalu menemani Rasulullah serta banyak belajar dari beliau. Contohnya, Allah telah berfirman di dalam surat An-Nisa ayat 43 ... artinya:“……atau kamu telah menyentuh perempuan”8 Ibnu Abbas radhiyallahu‟anhu menjelaskan arti kata, “menyentuh” di dalam ayat tersebut bukan berarti menyentuh betulan, akan tetapi maknanya adalah jima‟ (hubungan badan suami istri). d. Menafsirkan Ayat Al-Qur’an Dengan Perkataan Para Tabi’in Tabi‟in itu adalah generasi setelah para sahabat. Mereka adalah orang-orang yang mengambil ilmu langsung dari para sahabat radhiyallahu‟anhum, sehingga pendapat atau penafsiran mereka layak mendapatkan martabat yang tinggi. Salah satu contoh penafsiran ayat Al-Qur‟an dengan perkataan para tabi‟in adalah keterangan mengenai istawaa di dalam surat Al-Baqarah ayat 29 yang artinya, “Kemudian Allah beristawa‟ menuju ke langit”, Mujahid berkata: “Arti Istawaa adalah alaa‟ alal Arsy (tinggi siatas 8 Ibid, hlm. 98 20 Arsy)”9. e. Menafsirkan Ayat Al-Qur’an Dengan Bahasa Arab Bagaimana contoh penafsiran Al-Qur‟an dengan bahasa Arab adalah kisah Nabi Ibrahim alaihi salam dalam Al-Qur‟an: (AlAnbiya:52) “(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:”At-Tamaatsil apakah yang kalian tekun beribadah kepadanya?”10 Makna at-Tamaatsil di dalam pengertian umum artinya adalah menyerupai ayat di atas, namun yang sesuai dengan pengertian bahasa Arab artinya adalah patung atau berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik. Itulah kaidah-kaidah singkat dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an. Intinya jangan sampai berani menjelaskan makna ayat Al-Qur‟an dengan akal. Yang dimaksud pemahaman kandungan ayat al qur'an dalam penelitian ini adalah pemahaman terhadap materi Al Qur'an hadits, terutama surat-surat pendek yang dipelajari siswa. B. 9 Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) M. Ali Haidar, Sejarah Perkembangan Nahdlatul Ulama, LP3S, Jakarta, 2001, hlm. 14 Depag RI, op.cit, hlm. 291 10 21 1. Pengertian Metode Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan 11. Metode harus menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Setiap metode memiliki sifat masingmasing baik kelebihan maupun kekurangan. Pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang anak didik, tujuan yang ingin dicapai, situasi yang ada, fasilitas yang tersedia dan kualitas guru. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 12 a. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 11 12 M. Mahfud, Metode Pembelajaran, Bina Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 24 M. Ngalim Purwanto, Belajar dan Pembelajaran, Studia Press, Jakarta, 2001, hlm. 26 22 Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah diilhami oleh teori belajar kontekstual. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. 23 Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru. Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain13. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan 13 Winarno Surachmad, Pendekatan dalam Pembelajaran, Graha Ilmu, Jakarta, 2000, hlm. 18 24 kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain. 25 Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut14: a. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap pembelajaran harus bertujuan, sehingga dalam proses pembelajarannya akan memerlukan suatu cara dan teknik yang efektif yang memungkinkan dapat tercapainya tujuan tersebut. b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran. Karakteristik metode pembelajaran dapat dijadikan pertimbangan untuk penilaian. d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok 2. Jenis Metode Pembelajaran Setiap metode pembelajaran masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam membentuk kemampuan siswa. Adapun jenis-jenis metode pembelajaran tersebut adalah15: a. Metode ceramah Metode ceramah ini banyak digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran secara klasikal. 14 15 Ibid., hlm. 34 Ibid., hlm. 64 26 b. Metode diskusi Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok. Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. c. Metode simulasi Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Mengajar dengan metode ini obyeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, tetapi kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. d. Metode demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang disajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung obyeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. e. Metode eksperimen Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. 27 3. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hakekat pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari16. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Terdapat 4 hal yang menjadi pertimbangan pendekatan kontekstual menjadi pendekatan pembelajaran yang dipilih untuk menerapkan KBK dalam sistem Pendidikan Nasional, yaitu: 1) Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapalkan. Kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan 16 Nurhadi dan Senduk, opcit., hlm. 48 28 ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi mengajar. Untuk itu perlulah untuk mencari strategi ‟baru‟ untuk lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi yang mampu mendorong siswa mengkonstrusikan pengetahuan di benak mereka; 2) Berdasarkan pada filosofi konstruktivisme, CTL menjadi salah satu alternatif strategi belajar yang memungkinkan siswa „mengalami‟ dalam proses belajarnya; 3) Pengetahuan dibangun oleh manusia. Pengetahuan bukanlah fakta, konsep, atau aturan yang menunggu untuk ditemukan. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang hadir bagi pembelajar. Tapi manusialah yang mencari dan membangun pengetahuan dalam diri mereka sejauh mana yang mereka usahakan dan berarti dalam pengalaman hidupnya. Semua yang kita ketahui adalah apa-apa yang kita usahakan untuk mengetahuinya; 4) Pengetahuan yang dibangun oleh manusia secara terus menerus akan menghasilkan pengalaman baru. Pengetahuan tumbuh melalui usaha pencarian. Pemahaman tentang pengetahuan akan semakin dalam dan kuat jika seseorang mengujinya dalam bentuk tantangan yang baru. Menurut Nurhadi pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu 17: a. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi 17 Ibid., hlm. 52 29 sedikit, dan diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak tiba-tiba tahu semua. Siswa dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi diri siswa, bergelut dengan ide-ide, menguji, dan juga menerapkan. Pembelajaran dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. b. Menemukan (Inquiry) Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat faktafakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Menemukan akan melalui proses siklus inquiry, yaitu: 1) Observasi (Observation); 2) Bertanya (Questioning); 3) Mengajukan dugaan (Hypothesis); 4) Pengumpulan data (Data gathering); 5) Penyimpulan (Conclusion). Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry): 1) Merumuskan masalah; 2) Mengamati atau melakukan observasi; 3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) Mengkomunikasikan atau 30 menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain. c. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Kegunaan bertanya adalah: 1) Menggali informasi, baik administrative maupun akademis; 2) Mengecek pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon kepada siswa; 4) Mengetahui sejauh mana keinginan siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; 6) Memfokuskan perhatian siswa pada suatu yang dikehendaki guru; 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; 8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya. d. Masyarakat belajar (Learning Community) 31 Masyarakat belajar bisa terjadi ada proses komunikasi dua arah. Dalam kelas CTL, guru disarankan untuk melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen. Siswa dituntut untuk melakukan sharing dalam proses belajar dengan arahan dari guru. Dalam kelompok, setiap orang bisa menjadi sumber belajar. Metode pembelajaran dengan teknik “learning community” sangat membantu dalam proses pembelajaran di kelas. Praktek dalam pembelajaran terwujud dalam: 1) Pembentukan kelompok kecil; 2) Pembentukan kelompok besar; 3) Mendatangkan ahli ke kelas; 4) Bekerja dengan kelas sederajat; 5) Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya; 6) Bekerja dengan masyarakat. e. Pemodelan (Modelling) Dalam sebuah pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan tertentu, dan model yang bisa ditiru. Model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, meniru gerakan, mengucap ulang, memberi contoh, dan lain-lain. Sebagian guru memberikan contoh tentang cara kerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas, misal bagaimana cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam CTL, guru bukan merupakan salah satu model, model dapat didatangkan dari luar sekolah. f. Refleksi (Reflection) 32 Refleksi adalah cara berpikir tentang sesuatu yang baru dipelajari atau berpikir tentang sesuatu yang sudah dilakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan baru yang diterima. Dalam melakukan refleksi siswa akan memperoleh sesuatu dari yang telah dipelajari. Realisasi dari refleksi dapat berupa: 1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya pada hari itu; 2) Catatan atau jurnal di buku siswa; 3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran; 4) Diskusi; 5) Hasil karya. g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena assessment menekankan pada proses belajar, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan oleh siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran yang benar, ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada informasi yang diperoleh sebanyak mungkin oleh 33 siswa diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar siswa dalam penilaian yang sebenarnya adalah diambil dari proses, bukan selalu dari hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya. Adapun karakteristik authentic assessment adalah: 1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; 2) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif; 3) Mengukur keterampilan dan performansi yang dimiliki siswa dan bukan hanya mengingat fakta; 4) Berkesinambungan; 5) Terintegrasi; 6) Dapat digunakan sebagai feed back. C. Peningkatan Pemahaman Kandungan Ayat Al Qur'an melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Implementasi Kurikulum 2004 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat tergantung pada penguasaan guru akan materi dan pemahaman mereka dalam memilih metode yang tepat untuk materi tersebut. Salah satu metode yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran Qur'an dan Hadits di sekolah adalah pendekatan CTL. Salah satu unsur terpenting dalam penerapan pendekatan CTL adalah pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guru–guru mengenai strategi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu model pengajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan 34 diterapkan oleh para guru Pendidikan Agama Islam di dalam kelas secara sederhana. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya18. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Dalam kurikulum 2004, guru dapat menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, lebih mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat 19. Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi lebih responsif dalam menggunakan pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki motivasi tinggi untuk belajar. Beberapa hal yang harus diperhatikan para guru dalam mengimplementasikan pendekatan kontekstual dalam memahami ayat Al Qur'an : 18 19 Dasim Budimansyah, PAKEM, Bandung, Genesindo, 2008, hlm. 74 Ibid, hlm. 75 35 1. Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah mengobservasi suatu fenomena, misalnya, menyuruh siswa membaca surat Al Fiil tentang kelahiran nabi. Langkah kedua yang dilakukan oleh guru adalah memerintahkan siswa untuk membaca ayat-ayat tersebut dengan memahami artinya. Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa diharuskan membuat catatan tentang pengalaman yang mereka alami, melalui diskusi dengan teman-temannya. Setelah mengamati dan melakukan aktivitas keagamaan siswa diwajibkan untuk mencatat hal-hal penting yang muncul serta mereka dapat mengungkapkan perasaannya kemudian mendiskusikan dengan teman sekelasnya. Langkah ketiga tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang ada. Langkah keempat guru diharapkan mampu untuk memotivasi siswa agar mereka berani bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang berbeda dengan mereka. 2. Memanfaatkan Lingkungan Siswa untuk Memperoleh Pengalaman Belajar Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan konteks lingkungan siswa, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penugasan kepada siswa di luar kelas. Misalnya mengikuti 36 sholat berjamaah, mengikuti sholat jum`at. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dari kegiatan yang mereka lakukan mengenai materi yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran. 3. Memberikan Aktivitas Kelompok Di dalam kelas guru diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa di bagi kedalam beberapa kelompok yang heterogen. Aktivitas pembelajaran kelompok dapat memperluas perspektif dan dapat membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. 4. Membuat Aktivitas Belajar Mandiri Melalui aktivitas ini peserta didik mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi sendiri dengan sedikit bantuan atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning). 37 5. Menyusun Refleksi Dalam melakukan refleksi, misalnya ketika pelajaran berakhir siswa merenungkan kembali pengalaman yang baru mereka peroleh dari pelajaran tentang surat Al Fiil dan kelahiran nabi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VI MI Manbaul Ulum Karanglangu dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang anak pada semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2010 pada siklus I, 22 Mei 2010 untuk siklus II, dan pada tanggal 29 Mei 2010 untuk siklus III. Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah tetapi mereka memiliki respon dan tanggung jawab paling baik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Mereka selalu berusaha membuat tugas-tugasnya sebaik mungkin dan mengumpulkannya tepat waktu. B. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan1. PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif 1 Mukhlis, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, Unnes, 2003, hlm.3 38 39 oleh pelaku tindakan untuk m,emperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkann praktek pembelajaran secara kesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.2 Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka peneliti menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart 3, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sabelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut: 2 3 Ibid., hlm. 5 Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Cipta, 2003, hlm. 6 40 Putaran 1 Refleksi Rencana awal/ Rancangan Tindakan/ Observasi Refleksi Putaran 2 Rencana yang direvisi Tindakan/ Observasi Refleksi Putaran 3 Rencana yang direvisi Tindakan/ Observasi Gambar alur PTK4 Penjelasan alur di atas adalah: a. rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. b. kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta 4 Mukhlis, Op.cit, hlm. 17 41 mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran pengajaran terarah melalui kegiatan membaca bersama. c. refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. d. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi menjadi dua putaran, yaitu putaran 1 dan 2 dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif diakhiri masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. C. Deskripsi Per Siklus Sebagai langkah awal diadakan latihan soal untuk evaluasi. Untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi. Dari evaluasi tersebut diadakan refleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. 42 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru kelas, memantau kegiatan belajar mengajar di kelas, dan melakukan observasi pada siswa. b. Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran yang dilengkapi LKS. c. Menyiapkan alat dan bahan pelajaran untuk pelaksanaan pengamatan maupun diskusi. d. Membuat lembar observasi untuk menilai performance guru dalam pembelajaran 2. Pelaksanaan Langkah penelitian masing-masing siklus adalah sebagai berikut: a. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan ekplorasi) yang mengemukakan contoh memahami kandungan ayat Al Qur’an. b. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui membaca sumber materi yang dimiliki dan menyimpulkannya. c. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisis isu atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya. d. Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberikan pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa. 43 e. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep. Hasil dianalisis kemudian dilanjutkan dengan siklus II dan III. 3. Pengamatan Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara peneliti, teman sejawat, pembimbing, kepala sekolah dan siswa kelas VI MI Manba'ul Ulum Karanglangu. a. Teman sejawat mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama difokuskan pada kegiatan guru dalam penggunaan metode CTL. b. Teman sejawat mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran 4. Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran pada setiap siklus mata pelajaran qur'an hadits maka hasil refleksi kemudian dituliskan untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai dengan siklus III. D. Instrument Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pembelajaran (RP) Yaitu merupakan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP 44 berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3. Tes Fomatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan. E. Kriteria Penilaian Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, Berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan sistem poin 100 yaitu: Poin Poin Poin A = 90 - 100 95 - 100 91 - 100 B = 80 - 89 85 - 94 86 - 90 C = 70 - 79 75 - 84 81 - 85 D = 60 - 69 65 – 74 75 - 80 E = di bawah 60 di bawah 65 di bawah 75 Prosentase dan jumlah kategori menunjukkan tingkat keberhasilan pembelajaran. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaaan belajar mengajar kurikulum 1994 yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap 45 lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P Siswa yang tuntas belajar x100% Siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus 1 a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung, selain itu juga dipersiapkan lembar observasi. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 26 siswa orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Dalam siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang direncanakan difokuskan pada penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi memahami kandungan Al Qur’an oleh siswa. Maka fokus penelitian adalah hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) serta dampaknya terhadap hasil pembelajaran. 46 47 Kondisi pembelajaran lebih interaktif, ditandai dengan terjadi kerjasama dan tanya jawab baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa. Terjadi pula komunikasi siswa dalam mengerjakan lembar kerja dan penyampaian rangkuman materi. Selain itu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan observasi yang dipadukan menciptakan keikutsertaan siswa pada proses kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya terpaku di bangku sebagai pendengar, tetapi berubah dengan kegiatan memahami materi dan menyimpulkan materi berdasarkan soal-soal yang diberikan oleh guru. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru kelas VI. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 1 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun hasil siklus I adalah sebagai berikut: TABEL 1 DAFTAR NILAI SIKLUS I Nomor Urut Induk Nama Siswa Nilai 1 Ratih Setiyowati 60 2 Sulistiyowati 60 3 Fihdhi Afrian 70 4 Nurul Hidayah 50 5 Muhamad Kaeroni 40 6 Sigit Prasetyo 60 48 7 Fahrudin 50 8 Pujo Utomo 70 9 Nur Lailatul M 60 10 Fauziyyah Nur 60 11 Kholifatur Rosyidah 40 12 Achmad Faza Imam 60 13 Shuntiya Nailal Irbach 80 14 Liya Kusumawardhani 70 15 Annisa Mushoffa 80 16 A. Fatchurrozi Lutfi 60 17 Amalia Zuhrofa 80 18 Fina Miratul Khasanah 50 19 Ayatullah Syariati 40 20 Alim Miftakhul Huda 50 21 Miftakhul Avivah 80 22 Hadi Setiawan 70 23 Sela Wulandari 90 24 Triyanto 80 25 Triyono 70 26 Oftavia Wulandari 80 Jumlah Nilai 1660 Rata-rata 63,85 Ketuntasan klasikal 46,15% 49 Tabel 2 HASIL EVALUASI SIKLUS I No 1 2 3 4 5 6 7 8 Rentang Penilaian 40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88 89-95 Jumlah Jumlah Siswa 3 4 7 5 6 1 26 Pada table 2 terlihat bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa 40 sedangkan yang tertinggi adalah 90. dari data perolehan siswa tersaji dalam 8 rentang nilai, dengan asumsi: Rentang nilai 40-46 sebanyak 3 anak, rentang nilai 47-53 ada 4 anak, rentang nilai 54-60 ada 7 anak, rentang nilai 61-67 tidak ada, rentang nilai 68-74 ada 5 anak, rentang nilai 75-81 ada 6 anak, rentang nilai 82-88 tidak ada, rentang nilai 89-95 1 orang. Berdasar nilai evaluasi sebelum perbaikan dapat disajikan dalam grafik pada gambar 1 berikut: 8 7 6 5 Jum lah Sisw a 4 3 2 1 0 40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88 89-95 Rentang Nilai GAMBAR 1 GRAFIK NILAI SISWA SIKLUS I 50 Tingkat keberhasilan dalam siklus 1 adalah 46,15%. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami penjelasan guru. Hasil observasi masih kurang memuaskan, karena perhatian siswa diperoleh secara paksa. Meskipun hanya tahap awal, perhatian tidak tumbuh secara alamiah. Hasil tersebut menunjukkan bahawa siklus pertama secara klasikal siwa belum tuntas belajar, karena siswa yang memahami materi memahami ayat Al Qur’an hanya sebesar 46,15% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model CTL. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1. Guru kurang baik dalam motivasi siswa dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Guru kurang baik dalam mengelola waktu 3. Siswa kurang antusias selama pembelajaran berlangsung d. Revisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 51 1. Guru perlu lebih terampil dalam motivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu memberi catatan. 3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam motivasi siswa sehingga siswa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan belajar aktif dan lembar observasi guru dan siswa. b. Tahap Pelaksanaan dan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pasa tanggal 22 Mei 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan tau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. 52 Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru kelas lain. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II sebagai berikut: TABEL 3 DAFTAR NILAI SESUDAH PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Nomor Urut Induk Nama Siswa Nilai 1 Ratih Setiyowati 90 2 Sulistiyowati 80 3 Fihdhi Afrian 70 4 Nurul Hidayah 90 5 Muhamad Kaeroni 80 6 Sigit Prasetyo 90 7 Fahrudin 50 8 Pujo Utomo 80 9 Nur Lailatul M 70 10 Fauziyyah Nur 80 11 Kholifatur Rosyidah 50 12 Achmad Faza Imam 80 13 Shuntiya Nailal Irbach 60 14 Liya Kusumawardhani 60 15 Annisa Mushoffa 90 16 A. Fatchurrozi Lutfi 70 53 17 Amalia Zuhrofa 60 18 Fina Miratul Khasanah 80 19 Ayatullah Syariati 60 20 Alim Miftakhul Huda 50 21 Miftakhul Avivah 80 22 Hadi Setiawan 80 23 Sela Wulandari 90 24 Triyanto 80 25 Triyono 90 26 Oftavia Wulandari 70 Jumlah Nilai 1930 Rata-rata 74,23 Ketuntasan klasikal 73,07% Tabel 4 HASIL EVALUASI SIKLUS II No 1 2 3 4 5 6 7 Rentang Penilaian 50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85 86-91 Jumlah Siswa 3 4 4 9 6 Jumlah 26 Pada perbaikan pembelajaran siklus II perolehan nilai terendah 50 dan tertinggi 90. penyajian data nilai terbagi menjadi 7 kelas interval sebagai berikut: 54 1. Kelas interval pertama 50-55, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 3 orang 2. Kelas interval pertama 56-61, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 4 orang 3. Kelas interval pertama 62-67, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini tidak ada 4. Kelas interval pertama 68-73, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 4 orang 5. Kelas interval pertama 74-79, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini tidak ada 6. Kelas interval pertama 80-85, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 9 orang 7. Kelas interval pertama 86-91, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 6 orang Tabel 2 dapat pula divisualisasikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: 10 8 Jum lah Sisw a 6 4 2 0 50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85 86-91 Rentang Nilai GAMBAR 2 GRAFIK NILAI SISWA SETELAH PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS II 55 Pada siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 73,07%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pendekatan CTL. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1. Guru motivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam kelompoknya 2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep 3. Pengelolaan waktu d. Revisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain : 1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 56 2. Guru lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengamukakan pendapat atau bertanya. 3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. 4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 3, soal tes formatif 3 alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersipkan lembar observasi pengelolaan cara belajar aktif model pengajaran terarah dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b. Tahap Kegiatan dan Pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, 57 sehingga atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru kelas lain. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun hasil belajar pada siklus III adalah sebagai berikut: TABEL 5 DAFTAR NILAI SESUDAH PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS III Nomor Urut Induk Nama Siswa Nilai 1 Ratih Setiyowati 70 2 Sulistiyowati 80 3 Fihdhi Afrian 90 4 Nurul Hidayah 90 5 Muhamad Kaeroni 80 6 Sigit Prasetyo 90 7 Fahrudin 80 8 Pujo Utomo 90 9 Nur Lailatul M 70 10 Fauziyyah Nur 80 11 Kholifatur Rosyidah 80 12 Achmad Faza Imam 80 58 13 Shuntiya Nailal Irbach 80 14 Liya Kusumawardhani 80 15 Annisa Mushoffa 100 16 A. Fatchurrozi Lutfi 80 17 Amalia Zuhrofa 60 18 Fina Miratul Khasanah 100 19 Ayatullah Syariati 100 20 Alim Miftakhul Huda 90 21 Miftakhul Avivah 90 22 Hadi Setiawan 100 23 Sela Wulandari 100 24 Triyanto 60 25 Triyono 90 26 Oftavia Wulandari 80 Jumlah Nilai 2190 Rata-rata 84,23 Ketuntasan klasikal 92,30% Tabel 6 HASIL EVALUASI SIKLUS III No 1 2 3 4 5 6 7 Rentang Penilaian 59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100 Jumlah Jumlah Siswa 2 2 10 7 5 26 59 Pada perbaikan pembelajaran siklus III perolehan nilai terendah 60 dan tertinggi 100. penyajian data nilai terbagi menjadi 7 kelas interval sebagai berikut: 1. Kelas interval pertama 59-64, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 2 orang 2. Kelas interval pertama 65-70, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 2 orang 3. Kelas interval pertama 71-76, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini tidak ada 4. Kelas interval pertama 77-82, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 10 orang 5. Kelas interval pertama 83-88, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini tidak ada 6. Kelas interval pertama 89-94, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 7 orang 7. Kelas interval pertama 95-100, siswa yang memperoleh nilai pada rentang ini ada 5 orang Tabel 3 dapat pula divisualisasikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: 60 12 10 8 Jumlah Siswa 6 4 2 0 59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100 Rentang Nilai GAMBAR 3 GRAFIK NILAI SISWA SETELAH SIKLUS III Tingkat keberhasilan pada siklus III adalah 92,30%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus III ini ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan CTL sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. c. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan belajar aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa 61 aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan dua hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. d. Refisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan refisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada gambar 3 terlihat adanya perbedaan pergerakan pada batang kelas interval. Tetapi walaupun ada perbedaan pergerakan pada batang kelas interval, hasil belajar pada perbaikan siklus III mengalami peningkatan, peningkatan hasil evaluasi belajar mulai dari pembelajaran pada siklus I 62 sampai pada perbaikan pembelajaran siklus III, dapat pula dijelaskan sebagai berikut: I. Hasil evaluasi Siklus I 1. Rata-rata nilai : 63,85 2. jumlah siswa yang tuntas : 12 3. Jumlah siswa yang belum tuntas : 14 4. prosentase ketuntasan belajar : 46,15% II. Hasil evaluasi siklus II 1. Rata-rata nilai : 74,23 2. jumlah siswa yang tuntas : 19 3. Jumlah siswa yang belum tuntas :7 4. prosentase ketuntasan belajar : 73,07% III. Hasil evaluasi siklus III B. 1. Rata-rata nilai : 84,23 2. jumlah siswa yang tuntas : 24 3. Jumlah siswa yang belum tuntas :2 4. prosentase ketuntasan belajar : 92,30% Pembahasan Setiap Siklus 1. Siklus I Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode ini merupakan penerapan metode yang menggambarkan pemahaman 63 siswa secara mandiri dengan guru memberikan soal untuk dijawab oleh siswa secara individu kemudian di bahas dan disimpulkan sendiri oleh siswa.. Pada kegiatan inti siswa secara mengerjakan soal yang diberikan guru, kemudian soal dibahas secara klasikal dan akhirnya disimpulkan sendiri oleh siswa. Siswa harus merangkum sendiri materi berdasarkan jawaban-jawaban yang benar yang dibahas bersama untuk menemukan inti dari materi yang dipelajari. Perolehan tingkat pemahaman siswa pada siklus I masih belum optimal yaitu hanya sebesar 46,15%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu saja yang sudah aktif dalam pembelajaran dan siswa yang aktif itu pun sebagian besar merupakan siswa yang sudah aktif sebelum dilakukan tindakan dan juga merupakan siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi. Siswa yang belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena mereka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat. Kurangnya pemahaman siswa pada siklus I juga disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Siswa yang kurang pandai belum percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya dalam menjawab pertanyaan. Siswa tampaknya masih 64 perlu berlatih untuk mengemukakan pendapat dan menumbuhkan sikap percaya diri. Belum optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada siklus I ini siswa yang tuntas belajar baru mencapai 46,15% dengan nilai rata-rata 64. siswa yang turut aktif dalam menemukan konsep tentang materi yang dipelajari akan lebih mudah paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar melihat dan mengamati. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Darsono bahwa siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang mendalam1. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu sedapat mungkin guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif dan agar mereka berusaha menemukan sesndiri suatu konsep yang dipelajari. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa seperti melakukan kegiatan kerjasama, kegiatan diskusi maupun pengamatan langsung. Hal ini seperti pendapat Mulyasa dalam Darsono yang menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator merupakan pembimbing proses, orang sumber, 1 Darsono, Penilaian Hasil belajar, Rajawali, Jakarta, 2002, hlm. 16 65 orang yang menunjukkan dan mengenalkan kepada peserta didik tentang masalah yang dihadapi2. Berdasarkan hasil analisis data di atas, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Guru harus lebih banyak memberikan motivasi yang dapat membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pemantauan atas jalannya diskusi secara menyeluruh kepada semua kelompok sehingga kegiatan diskusi dapat berkembang dengan baik dan guru dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Guru harus selalu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, tidak menegangkan, serta memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsusng dalam proses pembelajaran. 2. Siklus II Perbaikan pembelajaran pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru, prosentase pembelajaran maupun prosentase ketuntasan belajar. Namun demikian hasil belajar siswa belum maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa yang menjadi kendalanya adalah kurang optimalnya penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL), terutama penjelasan guru 2 Ibid., hlm. 17 66 terhadap jawaban soal yang diberikan kepada siswa, sehingga siswa kesulitan dalam merangkum materi. Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran, difokuskan pada pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) yang lebih optimal, yaitu siswa mengerjakan soal, dibahas secara klasikal, dan guru membimbing siswa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih proaktif. Hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai 73,07% meskipun belum dapat mencapai 100%, sehingga siswa belum mencapai ketuntasan belajar sebab belum memenuhi standar ketuntasan belajar 75%. Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi sangat rendah dan motivasi belajarnya kurang. 3. Siklus III Berdasarkan refleksi pada siklus II terlihat masih kurangnya pemberian motivasi dari guru dan masih kurang antusiasnya siswa dalam kegiatan belajar mengajar, baik secara individu maupun dalam kegiatan kelompok. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa yang menjadi kendalanya adalah kurang optimalnya penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL), terutama kemampuan siswa 67 menemukan konsep, sehingga siswa kesulitan memahami materi yang berakibat banyak siswa yang kurang mampu menjawab soal tes formatif. Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran, difokuskan pada pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) yang lebih optimal, yaitu siswa mengerjakan soal, dibahas secara klasikal, dan guru membimbing siswa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih proaktif. Hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai 92,30% meskipun belum dapat mencapai 100%, sehingga siswa belum mencapai ketuntasan belajar sebab belum memenuhi standar ketuntasan belajar 75%. Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi sangat rendah dan motivasi belajarnya kurang. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman setelah siklus III menggunakan rumus sebagai berikut: x – o t= s/n Keterangan x = rata-rata o = batas ketuntasan s = simpangan baku n = sampel 68 Untuk mengetahui pemahaman siswa dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 7 Tabel uji t No Siklus III 1 26 70 80 90 90 80 90 80 90 70 80 80 80 80 80 100 80 60 100 100 90 90 100 100 60 90 80 Rata-rata 84.23 Skor Tertinggi 100 Simp Baku 60.46 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 69 Berdasarkan tabel di atas kemudian dimasukkan rumus sebagai berikut: x – o t= s/n 84,23 – 70 t= 20.46/26 t =14,23 / 4.01 t = 3.548 t hitung sebesar 3,548 dibandingkan dengan t tabel untuk sampel 26 sebesar 2,056 berarti lebih besar t hitung, sehingga dapat dinyatakan ada peningkatan pemahaman siswa. 70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus I, II dan siklus III maka penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Peningkatan kemampuan siswa secara klasikal dalam memahami kandungan Al Qur’an berdasarkan hasil tes formatif dari siklus I, II dan III adalah 46,15%, 73,07% dan 92,30%. Dengan demikian melalui penerapan metode CTL mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami kandungan Al Qur’an. 2. Pembelajaran dengan menggunakan metode CTL meningkatkan pemahaman siswa, yaitu nilai t hitung sebesar 3,548 dibandingkan dengan t tabel untuk sampel 26 sebesar 2,056 berarti lebih besar t hitung, sehingga dapat dinyatakan ada peningkatan pemahaman siswa. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi pelajaran meningkat adalah: 1. Menggunakan metode yang tepat agar situasi di kelas tidak monoton 2. Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan. 70 71 3. Membimbing siswa untuk membuat rangkuman berdasarkan jawaban sehingga siswa menguasai materi pelajaran. 72 DAFTAR PUSTAKA Darsono dkk, 2000. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Cipta Depag RI, 1997, Standar Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Depag RI Depag RI, 1976. Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI Depag RI, 2001. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Depag RI Depdiknas, 2003. Belajar Tuntas, Jakarta: Depdiknas Haidar, M. Ali. 2001. Sejarah Perkembangan Nahdlatul Ulama, Jakarta: LP3S Hamalik, Oemar, 2001. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar, 2003. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Cipta Hasibuan dan Moedjiono, 2004. Konsep dan Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Studia Press Mahfud, M, 1999. Metode Pembelajaran, Jakarta: Bina Cipta Mukhlis, 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Unnes Nasution, 1999. Kurikulum dalam Pengajaran, Jakarta: Rajawali Nurhadi, 2005. Strategi Pembelajaran Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta Nurhadi dan Senduk, 2004. Pembelajaran Kontekstual, Jakarta: Depdiknas Nurhadi dan Senduk, 2004. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Jakarta: Graha Ilmu Purwanto, M. Ngalim, 2001. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Studia Press Purwanto, M Ngalim, 2001. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Rusyan, 1994. Teknik Belajar Mengajar, Bandung: Alfabeta Slameto, 2003. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana, 2005. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Jakarta: Rajawali 72 73 Sumantri dan Permana, 2004. Metode Belajar Mengajar, Jakarta: Graha Ilmu Surachmad, Winarno, 2001. Pendekatan dalam Pembelajaran, Jakarta: Graha Ilmu Ulwan, Nashih,1998. Kumpulan Hadits Shohih, Jakarta: Depag RI Zainudin, 2001. Pendidikan dalam Keluarga Muslim, Jakarta: Bina Insani