pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis

advertisement
1
TESIS
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA,
KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI
PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN
PERWAKILAN PROVINSI BALI
PUTU PURNAMA DEWI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
2
TESIS
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA,
KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI
PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN
PERWAKILAN PROVINSI BALI
PUTU PURNAMA DEWI
NIM 1291661007
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
3
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA,
KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI
PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN
PERWAKILAN PROVINSI BALI
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTU PURNAMA DEWI
NIM 1291661007
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
4
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 22 Juni 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA
NIP. 195905101990031001
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi, Ak
NIP. 196610081993032001
Mengetahui
Ketua Program Magister Akuntansi,
Program Pascasarjana
Unversitas Udayana,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak
NIP. 196412241991031002
Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 19590215985102001
iii
5
Penetapan Panitia Penguji
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 22 Juni 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No.: 1699/UN14.4/HK/2015, Tanggal 11 Juni 2015
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA
Anggota :
1.
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi, Ak
2.
Dr. I D G Dharma Suputra, SE, MSi, Ak
3.
Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi, Ak
4.
Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi, Ak
iv
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya/ karunia-Nya,
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, Orientasi Etika, Komitmen
dan Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali” dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Prof. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., CPA.
selaku pembimbing I dan Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak. selaku
pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Pasca Sarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga
ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Prof. Dr.
dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K), Ketua Program Magister Akuntansi Universitas
Udayana yang dijabat oleh Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa pada Program Pasca
Sarjana Magister Akuntansi Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis
v
7
untuk mengikuti pendidikan Program Pasca Sarjana. Pada kesempatan ini, penulis
juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Ketua Jurusan Akuntansi, Dr. A. A.
G. P. Widanaputra, SE., MSi., Ak. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
para penguji tesis, yaitu Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., MSi., Dr. I Dewa
Nyoman Badera, SE., MSi., dan Dr. I. D. G. Dharma Suputra, SE., MSi., Ak.
yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini
dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus serta penghargaan
kepada seluruh pengajar serta pegawai Program Magister Akuntansi yang telah
membimbing penulis, memberikan bantuan serta perhatian selama perkuliahan.
Terima kasih juga kepada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data sehingga
tesis ini dapat terselesaikan. Juga penulis ucapkan terima kepada Bapak dan Ibu
yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir
logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk
berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada
suami tercinta Made Ananta Kusuma, ST., yang telah memberikan semangat,
dorongan, motivasi kepada penulis untuk mengikuti Program Pasca Sarjana
Magister Akuntansi dan memberikan kesempatan untuk lebih berkonsentrasi
menyelesaikan tesis ini, juga kepada keluarga serta sahabat yang mendukung
terselesaikannya tesis ini.
8
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar 13 April 2015
Penulis
9
ABSTRAK
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN
BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN
PROVINSI BALI
Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan
budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak
60 responden. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman tidak berpengaruh
signifikan pada sensitivitas auditor BPKP namun arahnya positif. Idealisme berpengaruh
positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Sedangkan relativisme berpengaruh negatif
pada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen profesional berpengaruh positif pada
sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen organisasional berpengaruh positif pada
sensitivitas etika auditor. Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas
etika auditor BPKP.
Kata kunci:
sensitivitas etika, pengalaman, idealisme, relativisme,
komitmen
profesional, komitmen organisasional, budaya etis organisasi.
vi
10
ABTSRACT
THE INFLUENCE OF EXPERIENCE, ETHICAL ORIENTED, COMMITMENT
AND ETHICAL CULTURE ORGANIZATION TOWARDS SENSITIVITY OF AN
AUDITOR OF THE FINANCE AND DEVELOPMENT SUPERVISOR AGENCY,
BALI REPRESENTATIVE.
This research examines the influence of experience, ethical oriented, commitment
and ethical culture organization towards sensitivity of an auditor of the finance and
development supervisor agency (BPKP),Bali representative. Number of respondents
taken in this research were 60 respondents. Data was obtained through questionnaire by
distributing it to the auditors of the finance and development supervisor agency (BPKP).
Multiple linear regression analysis was used within this research.
This research indicates that auditors experiences have no significant effects on
their sensitivity. Idealism has positive effects on the sensitivity of an auditor, whereas
relativism has negative effects on the sensitivity of an auditor in the finance and
development supervisor agency (BPKP). Professional commitment has positive impacts
on the sensitivity of an auditor. Organizational commitment also has positive impacts on
the sensitivity of an auditor of the finance and development supervisor agency (BPKP).
Ethical Culture of organizations do have a positive influence to the sensitivity of an
auditor of the finance and development supervisor agency (BPKP).
Key words:
sensitivity of ethics, experience, idealism, relativism, professional
commitment, organizational commitment, ethical culture organization
vii
11
RINGKASAN
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN
BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN
PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN
PROVINSI BALI
Auditor dituntut untuk lebih profesional dan beretika didalam melaksanakan
tugas-tugas profesinya. Auditor internal sering menghadapi situasi yang dilematis dalam
menjalankan tugas auditnya. Selain harus patuh pada pimpinan tempat bekerja, juga harus
menghadapi tuntutan dari masyarakat untuk memberikan laporan yang jujur (Westra,
1986). Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah auditor internal
dalam pengelolaan keuangan negara. Masalah etika muncul ketika auditor
menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terkait (Shaub et al., 1993).
Kemampuan seorang profesional untuk berperilaku etis sangat dipengaruhi oleh
sensitivitas individu tersebut (Falah, 2006).
Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan
budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak
60 responden. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman tidak berpengaruh
signifikan pada sensitivitas auditor BPKP. Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas
etika auditor BPKP. Namun relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika
auditor BPKP. Komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
BPKP. Komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
BPKP. Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP.
viii
12
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ………………………………………………...................
i
PRASYARAT GELAR …………………………………………....................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………….. ..................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………...................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………....................
v
ABSTRAK ......................................................................... ...............................
vi
ABSTRACT ………………………………………………………. .................
vii
RINGKASAN ……………………………………………………… ...............
viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
8
KAJIAN PUSTAKA ....................................................................
9
2.1 Landasan Teori ......................................................................
9
2.1.1
Teori Etika .................................................................
9
2.1.2
Teori Perkembangan Moral Kognitif ........................
11
2.1.3
Sensitivitas Etika …………………………. ............
11
ix
13
BAB III
2.1.4
Pengalaman ……………………………..................
12
2.1.5
Orientasi Etika ………. .............................................
13
2.1.6
Komitmen .................................................................
14
2.1.7
Budaya Etis Organisasi..............................................
15
2.1.8
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) ..............................................
15
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................
17
KERANGKA BERPIKIR, DESAIN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................
20
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................
20
3.2 Konsep Penelitian ..................................................................
21
3.3 Hipotesis Penelitian ...............................................................
21
3.3.1
Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika
Auditor ......................................................................
22
Pengaruh Orientasi Etika pada Sensitivitas Etika
Auditor ......................................................................
22
Pengaruh Komitmen pada Sensitivitas Etika Auditor
……………………………………. ..........................
23
Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas
Etika Auditor ............................................................
24
METODE PENELITIAN ............................................................
26
4.1 Rancangan Penelitian .............................................................
26
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
28
4.3 Metode Penentuan Sampel ....................................................
28
4.4 Variabel Penelitian .................................................................
28
3.3.2
3.3.3
3.3.4
BAB IV
14
4.4.1
Identifikasi Variabel .................................................
28
4.4.2
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel ....................................................................
29
4.5 Teknik Analisis Data .............................................................
34
4.5.1
Intervalisasi Data …………………………. ............
34
4.5.2
Pengujian Instrumen .................................................
35
4.5.3
Uji Asumsi Klasik ....................................................
35
4.5.4
Pengujian Hipotesis Penelitian .................................
36
HASIL PENELITIAN .................................................................
39
5.1 Gambaran Umum Responden ……………………..................
39
5.1.1 Responden Penelitian ……………………....................
39
5.1.2 Karakteristik Responden …………………...................
40
5.2 Statistik Deskriptif ……………………………….. .................
43
5.3 Pengujian Hipotesis ………………………………. ...............
44
5.3.1 Uji Instrumen ………………………………. ..............
44
5.3.2 Uji Asumsi Klasik …………………………. ...............
47
5.3.3 Uji Regresi Linear Berganda ……………… ...............
51
5.3.4 Uji Statistik F ………………………………. ..............
53
5.3.5 Uji Statistik t ……………………………….. ..............
54
5.4 Pembahasan ……………………………………….. ..............
61
SIMPULAN DAN SARAN ……………………………. ...........
67
6.1 Simpulan …………………………………………… .............
67
6.2 Saran ……………………………………………….. .............
68
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… ..............
70
BAB V
BAB VI
15
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya ....................................................
19
5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ………… .....................
40
5.2 Karakteristik Responden …………………………………….. ...................
41
5.3 Hasil Statistik Deskriptif …………………………………….. ...................
43
5.4 Hasil Uji Validitas …………………………………………….. .................
45
5.5 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………….. .................
47
5.6 Hasil Uji Normalitas ………………………………………….. ..................
48
5.7 Hasil Uji Multikolinearitas …………………………………… ..................
49
5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………………………………… ..................
50
5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda …………………………... ..................
52
5.10 Ringkasan Hasil Uji Statistik t …………………………….. .....................
60
x
16
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
3.1 Kerangka Berpikir.........................................................................................
20
3.2 Konsep Penelitian .........................................................................................
21
4.1 Rancangan Penelitian....................................................................................
27
xi
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden
Lampiran 3
Transformasi Data Ordinal ke Interval
Lampiran 4
Uji Validitas
Lampiran 5
Uji Reliabilitas
Lampiran 6
Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 7
Uji Normalitas
Lampiran 8
Uji Multikolinearitas
Lampiran 9
Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 10
Uji Regresi Linear Berganda
Lampiran 11
Hasil Wawancara dengan auditor BPKP
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Transparansi dan akuntabilitas sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
keuangan negara guna mewujudkan stabilitas ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Auditor merupakan ujung tombak dalam
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dalam pengelolaan keuangan tersebut. Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah auditor internal dalam
pengelolaan keuangan negara. BPKP melakukan tugas pengawasan keuangan dan
pembangunan berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan korupsi,
kolusi, nepotisme (KKN) serta pendidikan dan pelatihan pengawasan sesuai
dengan peraturan yang berlaku (http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014).
Auditor internal sering menghadapi situasi yang dilematis dalam
menjalankan tugas auditnya. Selain harus patuh pada pimpinan tempat bekerja,
juga harus menghadapi tuntutan dari masyarakat untuk memberikan laporan yang
jujur (Westra, 1986). Meskipun demikian, kemampuan untuk membuat
pertimbangan etis dan bertindak secara etis merupakan syarat bagi auditor untuk
mengenali suatu isu etis (Shaub et al., 1993). Kondisi ini menunjukkan bahwa
profesi auditor tidak terlepas dari masalah-masalah etika. Masalah etika muncul
ketika auditor menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terkait (Shaub
et al., 1993).
Etika berkaitan erat dengan nilai-nilai dan tatacara hidup yang baik yang
dianut dan diwariskan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya. Etika dalam
1
2
profesi akuntan diatur dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang menjadi
panduan dan aturan bagi setiap anggota. Auditor dituntut untuk lebih profesional
dan
beretika
didalam
melaksanakan
tugas-tugas
profesinya.
Didalam
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen
perusahaan, seorang auditor akan menghadapi kondisi dilematis baik dari dirinya
sendiri maupun dari pihak eksternal, sehingga auditor harus mampu menjunjung
tinggi etika profesinya.
Etika auditor sering dikaitkan dengan perilaku etis auditor dalam mengambil
keputusan. Beberapa kasus audit yang dialami oleh Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) yaitu perihal laporan hasil audit tim BPKP atas
perhitungan kerugian keuangan negara dalam perkara dugaan tindak pidana
korupsi penggunaan jaringan frekuensi 2,1 GHz/Generasi 3 (3G) oleh Indosat
Mega Media (IM2) sebesar Rp 1,3 Triliun dan kasus dugaan korupsi oleh PT.
Chevron Pacifik Indonesia sebesar USD 9,9 juta. Namun pihak Indosat Mega
Media (IM2) menggugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atas
keputusan BPKP tersebut. PTUN mengabulkan gugatan pihak Indosat Mega
Media (IM2), dengan membatalkan laporan audit BPKP dan mengkaji ulang
persyaratan kerjasamanya. Kasus lain juga terjadi di Semarang, BPKP digugat
atas laporan audit yang diterbitkan dengan kesimpulan adanya kerugian Negara
sebesar 2,5 miliar terkait kasus tukar guling tanah Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah di Desa Nyatnyono Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Namun
Pengadilan Negeri Semarang berkesimpulan bahwa BPKP telah melakukan
pelanggaran hukum dengan mengeluarkan hasil audit tersebut. Sehingga BPKP
3
dikenakan denda inmateriil sebesar 200 juta dan menyatakan laporan hasil audit
BPKP Nomor SR-10916/PWII/2012 batal demi hukum.
Kegagalan atau penyimpangan audit yang dilakukan oleh auditor,
mendorong diperlukannya suatu kemampuan auditor untuk mempertimbangkan
etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit. American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA) mensyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas profesional
dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya (Andersen dan Ellyson, 1986).
Beberapa kasus mengenai kegagalan auditor dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi untuk meningkatan etika profesional akuntan publik yang memiliki tugas
dalam jasa audit.
Sensitivitas etika adalah kemampuan seseorang dalam mengambil suatu
keputusan dengan mempertimbangkan sifat dasar etika dari keputusan tersebut
(Shaub et al., 1993). Sensitivitas etika diukur dengan menilai kegagalan auditor
dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan
jam kantor untuk kepentingan pribadi, subordinasi auditor dalam hubungannya
dengan prinsip-prinsip akuntansi. Kemampuan seorang profesional untuk
berperilaku etis sangat dipengaruhi oleh sensitivitas individu tersebut (Falah,
2006).
Pengalaman audit merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap
sensitivitas etika auditor, karena auditor yang berpengalaman dianggap lebih
konservatif dalam menghadapi dilema etika (Larkin, 2000). Pengalaman audit
berkaitan dengan jabatan auditor, lama tahun bekerja, keahlian yang dimiliki
dalam audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang
4
audit (Gusnardi, 2003). Melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman, seorang
auditor dapat lebih obyektif dalam mengambil keputusan menyangkut hasil
auditnya.
Higgins dan Kelleher (2005) mengungkapkan alternatif lain dalam
menyelesaikan dilema etika yaitu orientasi etika. Orientasi etika dikendalikan oleh
dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth, 1980). Idealisme
mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang
dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Relativisme adalah
suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan
perilaku etis (Forsyth, 1980). Kedua konsep tersebut bukan merupakan hal yang
berlawanan namun penting digunakan dalam mengukur tingkat sensitivitas etika.
Irawati dan Supriyadi (2012) menyatakan bahwa seorang auditor harus
berkomitmen pada kepentingan publik. Komitmen dibedakan menjadi dua
konstruk, yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional (Bline et al.,
1992). Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah dua hal yang
berbeda (Chang dan Choi, 2007). Komitmen profesional adalah loyalitas pada
profesi yang dimiliki oleh individu (Larkin, 2000) sedangkan komitmen
organisasional adalah loyalitas pada organisasi (Kwon dan Banks, 2004). Auditor
dapat bertahan sebagai anggota dari organisasi dan/ atau profesinya dengan cara
memahami sifat dasar etika dari suatu keputusan yang dibuat (Anderson dan
Ellyson, 1986).
Budaya etis organisasi merupakan pandangan luas tentang persepsi
karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di perusahaan dan
5
memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak bermoral (Hurt et al,
1986). Budaya kerja berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Permasalahan budaya kerja dalam sistem
pemerintahan yaitu terabaikannya nilai etika dan budaya kerja yg dapat
melemahkan disiplin dan etos kerja (Tamin, 2004).
Beberapa penelitian mengenai sensitivitas etika yaitu penelitian oleh Irawati
dan Supriyadi (2012) yang meneliti mengenai pengaruh orientasi etika pada
komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor
dengan variabel pemoderasi gender pada auditor BPK. Penelitian ini memperoleh
hasil bahwa gender tidak dapat memoderasi hubungan antara orientasi etika
dengan komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Januarti (2011) untuk menguji pengaruh
pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap
persepsi dan pertimbangan etis pada auditor BPK. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan
pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika
tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis. Selain itu Aziza dan
Salim (2007) serta Shaub (1993) menguji orientasi etika terhadap komitmen dan
sensitivitas etika pada auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen, dan
komitmen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Khomsiyah dan Nur
Indriantoro (1998) juga menguji pengaruh orientasi etika terhadap komitmen
profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika auditor Pemerintah
6
DKI Jakarta. Penelitian mengenai budaya etis organisasi dan orientasi etis
terhadap sensitivitas etika pada Bawasda dilakukan oleh Fallah (2006) dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif
terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme. Orientasi etika
berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme sedangkan idealisme
tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika.
Penelitian ini menguji pengaruh variabel pengalaman, orientasi etika,
komitmen dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika dalam dimensi waktu
dan tempat yang berbeda. Adanya perbedaan hasil dari beberapa penelitian
sebelumnya, serta beberapa permasalahan yang terdapat pada auditor internal,
memotivasi penelitian ini dilakukan pada auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) karena belum adanya penelitian serupa yang diadakan
di instansi tersebut. Selain itu, BPKP merupakan instansi yang berdiri sendiri,
tidak dalam satu kesatuan dengan istansi yang diauditnya, berbeda dengan
Bawasda yang merupakan auditor internal pemerintah yang masih dalam satu
kesatuan sistem pemerintah daerah. Berbeda juga dengan BPK yang merupakan
auditor eksternal pemerintah.
Penelitian ini ingin membuktikan apakah hasil
penelitian akan sama ataukah berbeda apabila dilakukan dengan variabel, waktu
dan tempat yang berbeda.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
7
1) Apakah pengalaman berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?
2) Apakah idealisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?
3) Apakah relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?
4) Apakah komitmen profesional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?
5) Apakah komitmen organisasional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?
6) Apakah budaya etis organisasi berpengaruh pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
2) Untuk mengetahui pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
3) Untuk mengetahui pengaruh relativisme pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
8
4) Untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali.
5) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali.
6) Untuk mengetahui pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, sebagai
berikut:
1) Manfaat teoretis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual
bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi keprilakuan yang
berhubungan dengan audit serta bagi peneliti sejenis maupun civitas akademi
lainnya.
2) Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi seluruh pihak
yang berkepentingan serta masukan kepada auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengenai sensitivitas etika auditor.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Etika
Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan
bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat
sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang
(Munawir, 1997). Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku bermoral. Moral
adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota
kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan
kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991).
Etika secara harfiah berasal dari kata Yunani yaitu ethos yang artinya sama
persis dengan moralitas yaitu adat kebiasaan yang baik (Keraf, 1998). Kamus
Bahasa Indonesia (1998) menyebutkan etika memiliki tiga arti yang salah satunya
adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Sedangkan etika dalam bahasa latin yaitu ethica yang berarti falsafah
moral. Etika adalah tatanan moral yang telah disepakati bersama dalam suatu
profesi dan ditujukan untuk anggota profesi (Risa, 2011).
Bertens (2000) menyebutkan bahwa teori etika dapat membantu proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan moral dan justifikasi terhadap
keputusan tersebut. Menurut Duska (2003), teori etika dikembangkan dalam tiga
bagian, yaitu:
9
10
1) Utilitarianism Theory
Teori ini membahas mengenai optimalisasi pengambilan keputusan individu
untuk memaksimumkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif.
Terdapat dua jenis utilitarisme, yaitu:
a.
Act Utilitarisme yaitu perbuatan yang bermanfaat untuk banyak orang.
b. Rule Utilitarisme yaitu aturan moral yang diterima oleh masyarakat luas.
2) Deonotologi Theory
Teori etika ini membahas mengenai kewajiban individu untuk memberikan
hak kepada orang lain, sehingga dasar untuk menilai baik atau buruk suatu hal
harus didasarkan pada kewajiban, bukan konsekuensi perbuatan.
3) Virtue Theory
Teori ini menjelaskan disposisi watak seseorang yang memungkinkan untuk
bertingkah laku baik secara moral. Ada dua jenis virtue theory, yaitu:
a. Pelaku bisnis individual, seperti: kejujuran, fairness, kepercayaan dan
keuletan.
b. Taraf perusahaan, seperti: kemarahan, loyalitas, kehormatan, rasa malu
yang dimiliki oleh manajer dan karyawan.
Auditor BPKP merupakan salah satu profesi yang tidak terlepas dari
permasalahan dilema etika. Auditor harus mempertimbangkan berbagai hal
didalam mengambil keputusan untuk pihak-pihak yang berkepentingan atas
laporan hasil audit.
11
2.1.2 Teori Perkembangan Moral Kognitif
Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey
dan selanjutnya dikembangkan lagi oleh Piaget dan Kohlberg. Moral kognitif
adalah faktor penentu dalam pengambilan keputusan etis (Kohlberg, 1971).
Kohlberg menyatakan bahwa personal value diperoleh melalui suatu proses
berpikir dan berpendapat. Terdapat enam tingkatan yang dikembangkan oleh
Kohlberg yaitu tahap pertama dan kedua dari perkembangan moral disebut dengan
Pre-coventional, yaitu kondisi dimana orang-orang membuat keputusan moral
berdasarkan pada imbalan dan hukuman. Tahap tiga dan empat disebut
Conventional, dalam tahap ini seseorang sudah memperhatikan aturan-aturan
sosial dan kebutuhan-kebutuhan sesama. Tahap kelima dan keenam disebut Postconventional, dimana kebaikan bagi masyarakat telah dimasukkan dalam
pemikiran moral (Kohlberg, 1971).
Trevino (1986), Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa budaya etis
organisasi merupakan faktor organisasional yang berpengaruh pada perilaku etis
seseorang. Trevino (1986) menitikberatkan teori yang dikembangkan Kohlberg
dalam mengidentifikasi pengaruh individu terhadap keputusan etis. Namun Hunt
dan Vitell (1986) memasukkan variabel personal value dalam pengambilan
keputusan.
2.1.3 Sensitivitas Etika
Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk
memahami masalah etis yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya, lingkungan
12
industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman pribadi. Sensitivitas etika
merupakan kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu
keputusan (Shaub et al., 1993). Sensitivitas etika diukur melalui penilaian
kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, dan subordinasi
akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Rest (1983)
mengajukan model atau rerangka analisis empat komponen kerangka kerja untuk
meneliti pengembangan proses berpikir moral dan perilaku individu dalam
mengambil keputusan. Empat komponen tersebut, yaitu:
1) Pengenalan individu akan keberadaan masalah etis dan pengevaluasian.
2) Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi.
3) Keputusan pada tindakan yang dimaksud berkaitan dengan berbagai hasil yang
dinilai dan implikasi moralnya.
4) Pelaksanaan perilaku yang dimaksud.
2.1.4 Pengalaman
Pengalaman audit dapat mengembangkan struktur memori yang luas dan
kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan-keputusan audit (Libby, 1993). Pengalaman dapat menghasilkan
struktur dalam proses penilaian auditor. Auditor yang berpengalaman memiliki
struktur memori mengenai pengetahuan audit dalam mengidentifikasi petunjukpetunjuk dari informasi tertentu yang berpengaruh terhadap kesimpulan hasil audit
(Bonner, 1996). Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan
13
bertambahnya pengalaman audit, diskusi audit, pelatihan, dan penggunaan standar
(Januarti, 2011). Auditor yang memiliki pengalaman yang lebih lama,
memungkinkan auditor lebih terampil dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaan
auditnya serta menghasilkan opini audit yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa
pengalaman auditor berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor. Gusnardi (2003)
menyatakan bahwa pengalaman audit diukur melalui lama auditor bekerja, jabatan
auditor, keahlian yang berhubungan dengan audit, dan pelatihan audit yang pernah
diikuti. Sehingga auditor yang berpengalaman dianggap lebih konservatif saat
menghadapi dilema etika (Larkin, 2000).
2.1.5 Orientasi Etika
Cohen et al. (1980) menyatakan bahwa orientasi setiap individu pertamatama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan tersebut menentukan harapan atau
tujuan dalam setiap perilakunya sehingga pada akhirnya individu tersebut
menentukan tindakan apa yang akan diambilnya. Higgins dan Kelleher (2005)
menjelaskan alternatif pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan
konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda akan menentukan
orientasi etis. Tetapi ada penentu lain dari orientasi etis yang dapat menunjukkan
adanya perbedaan individu, antara lain standar perilaku individu, standar perilaku
dalam keluarga serta standar perilaku dalam komunitas (Tsalikis dan Fritzsche,
1998; wiley, 1998). Higgins dan Kelleher (2005) mengungkapkan alternatif lain
dalam menyelesaikan dilema etika yaitu orientasi etika. Orientasi etika
dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth,
14
1980). Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan
konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral
sedangkan relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral
yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980).
2.1.6 Komitmen
Bline et al. (1992) membedakan komitmen menjadi dua konstruk, yaitu
komitmen profesional dan komitmen organisasional. Komitmen profesional dan
komitmen organisasional adalah dua hal yang berbeda (Chang dan Choi, 2007).
Aranya et al. (1981) serta Araya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen
sebagai berikut:
1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan tujuan pada nilai-nilai organisasi
dan/atau profesi.
2) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi.
3) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau
profesi.
Kwon dan Branks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional
berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional
diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi
dan karakteristik pekerjaan. Komitmen profesional yang kuat akan mengarahkan
auditor untuk taat pada aturan (Jeffrey dan Weatherholt, 1996).
15
2.1.7 Budaya Etis Organisasi
Schein (1992) menyatakan budaya adalah suatu proses pentransferan nilainilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku. Budaya
dapat berkembang dari upaya yang tidak disadari, tetapi sistematis dalam kurun
waktu tertentu. Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan
tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial
yang lain (Hofstede, 1994). Budaya etis organisasi merupakan pandangan luas
tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di
perusahaan dan memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak
bermoral (Hurt et al, 1986). Budaya organisasi merupakan salah satu variabel
penting bagi seorang pemimpin, karena mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan
menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi tersebut.
2.1.7 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah lembaga
pemerintahan nonkementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa audit, konsultasi,
asistensi, evaluasi, pemberantasan KKN serta pendidikan dan pelatihan
pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perkembangan lembaga
pengawasan ini diawali dengan terbentuknya Djawatan Akuntan Negara (DAN)
pada tanggal 31 Oktober 1936 dengan bersluit Nomor 44.
DAN bertugas
melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara atau
jawatan tertentu. DAN berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementrian
16
Keuangan. Kedudukan DAN ditingkatkan menjadi langsung di bawah Menteri
Keuangan setelah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961. Pada
tahun 1966 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 239 tentang pembentukan
Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen
Keuangan. Tugas DDPKN meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan
usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971, khusus pada
Departemen Keuangan, tugas pengawasan keuangan Negara dilakukan oleh
DDPKN.
DDPKN ditransformasikan menjadi BPKP setelah diterbitkannya
Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. BPKP
merupakan lembaga non departemen yang berkedudukan langsung dibawah
Presiden. Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata
kerja lembaga pemerintah non departemen diatur pada Keputusan Presiden Nomor
103 tahun 2001 yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 64 tahun 2005. Hasil pengawasan BPKP dilaporkan kepada
Presiden selaku kepala pemerintahan sebagai bahan pertimbangan untuk
menetapkan
kebijakan-kebijakan
dalam
menjalankan
pemerintahan
dan
memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. Hasil pengawasan tersebut juga diperlukan
oleh para penyelenggara pemerintahan lainnya termasuk pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota dalam pencapaian dan peningkatan kinerja instansi yang
dipimpinnya.
17
2.2
Hasil Penelitian Sebelumnya
Irawati dan Supriyadi (2012) meneliti pengaruh orientasi etika pada
komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor
dengan variabel pemoderasi gender. Sampel penelitian ini adalah auditor Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Metode analisis data yang digunakan adalah
Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian ini memperoleh hasil bahwa
gender tidak dapat memoderasi hubungan antara orientasi etika dengan komitmen
profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika.
Penelitian lain dilakukan oleh Januarti (2011) untuk menguji pengaruh
pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap
persepsi dan pertimbangan etis dengan sampel penelitian pada auditor BPK. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap
persepsi dan pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional,
dan nilai etika tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis.
Aziza dan Salim (2007), Shaub (1993) menguji orientasi etika terhadap
komitmen dan sensitivitas etika pada auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap
komitmen, dan komitmen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Metode
analisis data yang digunakan adalah Path Analysis. Fallah (2006) melakukan
penelitian mengenai budaya etis organisasi dan orientasi etis terhadap sensitivitas
etika pada Bawasda dengan hasil yang menunjukkan bahwa budaya etis organisasi
berpengaruh positif terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme.
Orientasi etika berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme
18
sedangkan idealisme tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Penelitian ini
menggabungkan model Structural Equation Modeling (SEM) dengan Path
Analysis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziza
dan Salim (2007) adalah metode analisis data yang digunakan. Sahub et al.,
(1993) menggunakan metoda analisis data Multivariate Analysis of Variance
(Manova).
Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) meneliti pengaruh orientasi etika
terhadap komitmen professional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika
auditor Pemerintah DKI Jakarta dengan metode Path Analysis. Hasil yang
diperoleh bahwa orientasi etika mempengaruhi komitmen profesional, komitmen
organisasional dan sensitivitas etika. Douglas et al., (2001) menguji pengaruh
budaya etis organisasi dan orientasi etis pada etika judgment akuntan. Penelitian
tersebut menggunakan Path Analysis membuktikan bahwa budaya etis organisasi
mempengaruhi orientasi etika dan etika judgment akuntan.
Hasil penelitian sebelumnya merupakan kajian empiris penelitian.
Penelitian ini mencoba menggabungkan variabel-variabel dari penelitianpenelitian sebelumnya mengenai sensitivitas etika dengan obyek dan waktu
penelitian yang berbeda. Beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai
sensitivitas etika dirangkum dalam Tabel 2.1. Uraian dari penelitian – penelitian
tersebut terdiri dari nama peneliti dan tahun penelitiannya, variabel penelitian,
teknik analisis data yang digunakan serta hasil penelitian.
19
Tabel 2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya
Peneliti
(Tahun)
Irawati dan
Supriyadi
(2012)
Dependen
Komitmen
Profesional,
Komitmen
Organisasional,
dan
Sensitivitas
Etika
Variabel
Independen
Orientasi
Etika
Moderasi
Gender
Teknik
Analisis
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
Januarti
(2011)
Persepsi dan
Pertimbangan
etis
Pengalaman
auditor,
Komitmen
Profesional,
Orientasi
Etis, dan
Nilai Etika
Regresi
Aziza dan
Salim
(2007)
Komitmen dan
Sensitivitas
Etika
Orientasi
Etika
Path
analysis
Falah
(2006)
Sensitivitas
Etika
Budaya etis
organsasi
dan
orientasi
etis
Structural
Equation
Modeling
(SEM) dan
Path
analysis
Khomsiyah
dan Nur
Indriantoro
(1998)
Komitmen
profesional,
komitmen
organisasional
dan sensitivitas
etika
Orientasi
Etika
Path
Analysis
Sumber : data diolah 2014
Hasil Penelitian
Gender tidak berhasil
memoderasi
hubungan antara
orientasi etika
terhadap komitmen
profesional,
komitmen
organisasional dan
sensitivitas etika
Orientasi etis
berpengaruh
signifikan terhadap
persepsi dan
pertimbangan etis
pengalaman,
komitmen
profesional, dan nilai
etika organisasi tidak
berpengaruh terhadap
persepsi dan
pertimbangan etis
Orientasi etika
berpengaruh terhadap
komitmen. Komitmen
profesional dan
organisasional tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
sensitivitas etika
Budaya etis
organisasi
berpengaruh positif
dengan idealisme tapi
tidak terhadap
relativisme, idealisme
berpengaruh positif
terhadap sensitivitas
etika. Relativisme
berpengaruh negatif
terhadap sensitivitas
etika
Orientasi etika
berpengaruh pada
komitmen
profesional,
organisasional dan
sensitivitas etika
20
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir
Penyatuan sintesis teori dan kajian pustaka yang dikaitkan dengan
rumusan masalah dalam penelitian ini membentuk kerangka berpikir mengenai
pengaruh orientasi etika, komitmen dan budaya etis organisasi terhadap
sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali. Gambar 3.1 menjelaskan kerangka berpikir dalam
penelitian ini.
Kajian Teori
Kajian Empiris
Teori Etika
Rumusan Masalah
Teori Perkembangan
Moral Kognitif
Irawati dan Supriyadi (2012)
Januarti (2011)
Aziza dan Salim (2007)
Hipotesis
Sensitivitas Etika
Falah (2006)
Pengalaman
Orientasi Etika
Uji Statistik
Khomsiyah dan Nur
Indriantoro (1998)
Komitmen
Budaya Etis Organisasi
Hasil
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
20
21
3.2
Konsep Penelitian
Konsep penelitian merupakan hubungan yang logis antara landasan teori
dengan kajian empiris yang telah diuraikan dalam kajian pustaka yang
menjelaskan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat dalam
penelitian ini. Konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Pengalaman
Idealisme
Relativisme
Sensitivitas
Etika
Komitmen
Profesional
Komitmen
Organisasional
Budaya
Etis Organisasi
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
3.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis
penelitian
merupakan
jawaban
sementara
dari
pokok
permasalahan penelitian yang diuji kebenarannya (Sugiyono, 2008). Berdasakan
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian teori serta hasil penelitian
sebelumnya, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
22
3.3.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor
Pengalaman merupakan hasil persentuhan alam dengan panca indra
manusia, sehingga pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan
hasilnya disebut dengan pengetahuan. Pengalaman adalah suatu proses
pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang baik dari pendidikan
formal
maupun
informal
(Knoers
dan
Haditono,
1999).
Pengalaman
mempengaruhi perkembangan moral kognitif seseorang (Jones, 1991). Larkin
(2000) juga menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman, lebih konservatif
saat menghadapi dilema etika. Dengan demikian, pengalaman auditor berkaitan
dengan kemampuan auditor dalam melaksanakan tugas auditnya yang
mempengaruhi sensitivitas etika auditor tersebut. Sehingga dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Pengalaman berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
3.3.2 Pengaruh Orientasi Etika pada Sensitivitas Etika Auditor
Orientasi setiap individu ditentukan oleh kebutuhannya, kemudian
berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem nilai individu yang akan
menentukan harapan-harapan atau tujuan dalam setiap perilaku sehingga individu
tersebut dapat menentukan tujuan apa yang akan diambil (Cohen et al, 1996).
Orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme
(Forsyth, 1980). Orientasi etika berhubungan dengan faktor eksternal seperti
lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi dan faktor internal
yaitu pengalaman pribadi (Hunt dan Vitell, 1986). Idealisme mengacu pada suatu
23
hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan
diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Relativisme adalah suatu sikap
penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku
etis (Forsyth, 1980). Orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan
pertimbangan etis (Januarti, 2011). Falah (2006) memperoleh hasil bahwa
idealisme berpengaruh positif terhadap sensitivitas etika dan relativisme
berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika. Hipotesis penelitian terhadap
variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H2a : Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
H2b : Relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor
3.3.3
Pengaruh Komitmen pada Sensitivitas Etika Auditor
Bline et al. (1992) membedakan komitmen menjadi dua konstruk, yaitu
komitmen profesional dan komitmen organisasional. Komitmen profesional dan
komitmen organisasional adalah pengalaman psikologis yang berbeda yang
dijelaskan oleh variabel individu dan organisasi yang berbeda (Chang dan Choi,
2007). Kwon dan Branks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional
berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional
diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi
dan karakteristik pekerjaan. Komitmen profesional berhubungan dengan sifat
yang dibentuk oleh individu terhadap profesi mereka masing-masing, sedangkan
komitmen organisasional diartikan sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh
mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut
24
(Robinson, 1996). Araya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai
berikut:
1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan tujuan pada nilai-nilai organisasi
dan/atau profesi.
2) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau
profesi.
3) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau
profesi.
Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) menemukan bahwa terdapat
pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika, sedangkan Irawati dan
Supriyadi (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh secara
signifikan terhadap sensitivitas etika. Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H3a : Komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika
auditor
H3b : Komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika
auditor
3.3.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Sensitivitas Etika Auditor
Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari
suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain
(Hofstede, 1994). Budaya organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam
meningkatkan kinerja organisasi. Schein (1992) menyatakan budaya adalah suatu
25
proses pentransferan nilai-nilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman
untuk berperilaku. Budaya dapat berkembang dari upaya yang tidak disadari,
tetapi sistematis dalam kurun waktu tertentu. Siagian (2002) menyatakan bahwa
budaya organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin,
karena budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi
pedoman bagi pelaku anggota organisasi. Budaya etis organisasi dapat
memberikan perubahan atas nilai personal seseorang dalam suatu organisasi
(Sims, 1992). Hurt et al, (1986) menjelaskan budaya etis organisasi merupakan
pandangan luas tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan
pentingnya etika di perusahaan dan memberikan penghargaan ataupun sanksi atas
tindakan tidak bermoral. Falah (2006) menyatakan budaya etis organisasi
berpengaruh positif dengan idealisme tapi tidak terhadap relativisme. Douglas et
al (2001) menemukan pengaruh signifikan antara budaya etis organisasi terhadap
orientasi etika. Hipotesis alternatif atas variabel ini adalah
H4 :
Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas auditor
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.
Rancangan Penelitian
Jogiyanto (2007) menyebutkan bahwa rancangan penelitian merupakan
rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset agar
sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien. Merancang
penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan
digunakan, dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi etika,
komitmen, dan budaya etis organisasi terhadap sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yaitu hasil
jawaban responden dalam kuesioner yang akan dibagikan. Responden yang dipilih
dalam penelitian ini adalah auditor yang ada di kantor BPKP perwakilan Provinsi
Bali. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sensitivitas etika auditor
sebagai variabel terikat dan variabel bebasnya adalah pengalaman, orientasi etika,
komitmen, serta budaya etis organisasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Sebelum dilakukan uji regresi, terlebih dahulu dilakukan
pengujian instrument dan diikuti oleh uji asumsi klasik. Hasil analisis data akan
diinterpretasikan kemudian ditarik kesimpulan. Rancangan penelitian ini
dirumuskan dalam Gambar 4.1
26
27
Penomena
Rumusan Masalah
Hipotesis
Variabel Penelitian:
Pengalaman, Idealisme & Relativisme, Komitmen Profesional &
Organisasional, Budaya Etis Organisasi serta Sensitivitas Etika
Instrumen dan Pengumpulan
Data
Metode Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
Pembahasan dan Interpretasi Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
28
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali. Waktu penelitian yang
digunakan adalah tahun 2014.
4.3.
Metode Penentuan Sampel
Sugiyono (2008) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik penentuan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan metode survey. Data yang digunakan adalah data
primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada auditor pada Kantor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi
Bali tahun 2014. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang
digunakan dalam penelitian Januarti (2011) dan Gusnardi (2003) untuk variabel
pengalaman, kuesioner dalam penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) untuk
variabel orientasi etika, komitmen dan sensitivitas etika, dan kuesioner penelitian
Fallah (2006) untuk variabel budaya etis organisasi.
4.4.
Variabel Penelitian
4.4.1. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas
(independent variable) adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab berubah dan timbulnya variabel terikat. Variabel terikat (dependent
29
variable) adalah suatu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya
variabel bebas. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (X), yaitu:
1) Pengalaman (X1)
2) Orientasi etika yang terdiri dari idealisme (X2) dan relativisme (X3)
3) Komitmen yang terdiri dari komitmen profesional (X4) dan komitmen
organisasional (X5)
4) Budaya etis organisasi (X6)
Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensitivitas etika
auditor.
4.4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang dinyatakan
dalam bentuk istilah secara spesifik atau dengan pengukuran tertentu (Ikhsan,
2008). Dalam penelitian ini, pengukuran variabel menggunakan skala Likert
empat poin mengacu pada pendapat Hadi (1991) yaitu pemberian kategori tengah
dapat memberikan arti ganda (multi interpretable), kategori jawaban tengah dapat
menimbulkan jawaban ketengah (central tendency effect) bagi auditor yang ragu
menanggapi pernyataan dalam kuesioner, serta banyaknya informasi yang hilang
dengan adanya kategori jawaban tengah tersebut. Adapun definisi operasional dan
pengukuran variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
4.4.2.1 Sensitivitas Etika
Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai
etika dalam suatu keputusan yang dinyatakan dalam penelitian Shaub et al.
30
(1993). Sensitivitas etika diukur berdasarkan skenario sensitivitas etika yaitu
kegagalan auditor dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, dan subordinasi
auditor dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi (Shaub et. al, 1993).
Variabel sensitivitas etika (Y) diukur dengan menggunakan empat indikator yang
tergambar dalam empat kasus pada lampiran kuesioner yang berkaitan dengan
sensitivitas etika. Guna mengurangi bias hasil penelitian atas jawaban netral dari
responden,
pengukuran
variabel
sensitivitas
etika
pada
penelitian
ini
menggunakan skala Likert 1 sampai 4. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan
semakin tinggi sensitivitas etika.
4.4.2.2 Pengalaman
Pengalaman merupakan proses pembelajaran dan pengembangan potensi
bertingkah laku baik yang diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal
atau bias diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu
pola tingkah laku yang lebih tinggi (Knoers dan Haditono, 1999). Pengalaman
audit diukur berdasarkan jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian,
serta pelatihan audit yang pernah diikuti oleh auditor (Gusnardi, 2003). Dalam
penelitian ini, variabel pengalaman (X1) diukur dengan empat indikator
pengukuran yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian, yaitu:
1) Penilaian jabatan auditor dimulai dari auditor pelaksana diberi skor 1,
auditor pelaksana lanjutan diberi skor 2, auditor penyelia diberi skor 3,
31
auditor pertama diberi skor 4, auditor muda diberi skor 5, auditor madya
diberi skor 6, auditor utama diberi skor 7.
2) Penilaian lama bekerja dimulai dari 1-3 tahun diberi skor 1, 4-6 tahun
diberi skor 2, 7-9 tahun diberi skor 3, dan ≥ 10 tahun diberi skor 4.
3) Penilaian tingkat pendidikan dimulai D3 diberi skor 1, S1 diberi skor 2, S2
diberi skor 3, dan S3 diberi skor 4.
4) Penilaian pelatihan yang pernah diikuti dimulai dari 1-3 kali diberi skor 1,
4-6 kali diberi skor 2, 7-9 kali diberi skor 3, dan ≥ 10 tahun diberi skor 4.
4.4.2.3 Orientasi Etika
Orientasi etika ditentukan oleh kebutuhan individu dalam mencapai tujuan
yang ingin dicapai, sehingga dapat menentukan tindakan apa yang dapat diambil
untuk pencapaian tersebut. Orientasi etika dibentuk oleh lingkungan budaya,
lingkungan industri dan pengalaman. Skala pengukuran orientasi etika dalam
penelitian ini yaitu idealisme dan relativisme sesuai dengan penelitian Finn et al.
(1988). Idealisme dan relativisme diidentifikasikan sebagai predikor penting dari
penilaian moral (Shaub et al., 1993). Idealisme merupakan sikap yang tidak
memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Berdasarkan penelitian Irawati
dan Supriyadi (2012) idealisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang
dikembangkan Forsyth (1981) yaitu kepastian hasil audit yang tidak merugikan
orang lain, perbuatan yang tidak dapat ditoleransi oleh auditor, perbuatan yang
tidak merugikan orang lain, auditor tidak boleh menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikologis, tidak mengancam, tidak merugikan pihak yang bersalah,
32
mempertimbangkan konsekuensi positif dan negatif, menjaga martabat dan
kesejahteraan orang lain, pengorbanan, dan penilaian atas suatu tindakan. Variabel
idealisme (X2) dalam penelitian ini diukur dengan sepuluh pertanyaan yang
dijabarkan dalam kuesioner penelitian dengan menggunakan skala penilaian 1
sampai 4 yang dimulai dari sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2),
setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4).
Relativisme adalah sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang
absolut
dalam
mengarahkan
perilaku
etis.
Relativisme
diukur
dengan
menggunakan sepuluh item berbeda yang dikembangkan Forsyth (1981) yaitu
pertimbangan prinsip etika dalam kode etik, perbedaan penerapan aturan etika,
subjektifitas, karakteristik prinsip moral, penilaian individu terhadap tindakan etis,
prinsip-prinsip moral, pertimbangan moral, penetapan aturan etika, formulasi
kebohongan terhadap peraturan, dan situasi yang mempengaruhi kebohongan
individu. Variabel relativisme (X3) dalam penelitian ini juga diukur dengan
sepuluh item penelitian yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian dengan
menggunakan skala Likert 1 sampai 4 penilaian yang dimulai dari sangat tidak
setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), dan sangat
setuju/SS (skor 4).
4.4.2.4 Komitmen
Komitmen dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua konstruk, yaitu
komitmen profesional dan komitmen organisasional sesuai dengan penelitian
Bline et al. (1992). Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah
33
dua hal yang berbeda dimana komitmen organisasional berkaitan dengan jenis
organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional merupakan dukungan
untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan.
Komitmen organisasional dan komitmen profesional dibedakan secara empiris
dan diprediksi oleh variabel yang berbeda (Brierly, 1996; Leong et al., 2003).
Komitmen profesional menggunakan lima item yang dikembangkan oleh Forsyth
(1981) yaitu keinginan melakukan usaha untuk kesuksesan profesi auditor,
kebanggaan diri, motivasi diri, kepedulian serta kebanggaan terhadap profesi
auditor. Variabel komitmen profesional (X4) dalam penelitian ini diukur dengan
lima indikator yang diuraikan dalam kuesioner penelitian dengan skala penilaian
dimulai dari sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (kor 2), setuju/S
(skor 3), dan sangat setuju/SS (skor 4).
Variabel komitmen organisasional (X5) diukur dengan menggunakan
empat item penelitian yang terdiri dari keinginan kuat sebagai anggota organisasi,
keinginan untuk bekerja keras, penerimaan nilai-nilai organisasi, dan pendukung
tujuan organisasi. Komitmen organisasional dalam penelitian ini menggunakan
empat item penelitian yang dinyatakan dalam kesioner penelitian dengan skala
penilaian sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor
3), dan sangat setuju/SS (skor 4).
4.4.2.5 Budaya Etis Organisasi
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang disebarluaskan dalam
perusahaan dan diacu sebagai filosofi kinerja karyawan. Budaya organisasi
34
merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial,
yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Hofstede, 1994). Budaya
organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja
organisasi. Budaya adalah suatu proses pentransferan nilai-nilai kepada anggota
yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku Schein (1992). Budaya
organisasi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai, sikap, norma, dan keyakinan
yang dipegang oleh responden. Budaya etis organisasi diukur dengan
menggunakan lima item yang dikembangkan oleh Hunt et al. (1989) yaitu
perilaku kurang etis pimpinan, perilaku etis yang dikompromikan, tidak ada
toleransi terhadap perilaku yang tidak etis, teguran akan perilaku tidak etis untuk
kepentingan individu, serta teguran atas perilaku tidak etis untuk kepentingan
organisasi. Variabel budaya etis organisasi (X6)dalam penelitian ini diukur dengan
lima item pernyataan yang diuraikan dalam kuesioner penelitian dengan penilaian
sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), dan
sangat setuju/SS (skor 4).
4.5.
Teknik Analisis Data
4.5.1. Intervalisasi Data
Penelitian ini menggunakan analisis parametrik sehingga diperlukan
intervalisasi data. Data ordinal (skor kuesioner) dapat diolah dalam analisis regresi
jika telah ditransformasi menjadi data interval dengan Method Succesive of
Interval (Idrus, 2007).
35
4.5.2. Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji
validitas dan uji reliabilitas.
1) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas
menggunakan nilai Pearson Correlation antar skor item dengan total item
kemudian dibandingkan dengan rkritis yang diperoleh melalui program SPSS.
Jika korelasi item terhadap skor total lebih besar dari rkritis (0,30) maka
instrumen penelitian tersebut dikatakan valid dan berlaku sebaliknya
(Ghozali, 2009).
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur indikator variabel atau konstruk
dari suatu kuesioner. Suatu kuesioner reliabel atau handal jika jawaban
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji
reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha. Jika nilainya lebih besar dari
0,60 maka instrumen penelitian tersebut dikatakan reliabel atau handal dan
berlaku sebaliknya (Ghozali, 2009).
4.5.3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi linier yang baik yaitu terbebas dari masalah-masalah
normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Untuk itu dalam penelitian
ini terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
36
1) Uji Normalitas
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji
apakah residu dari persamaan regresi berdistribusi normal atau tidak.
Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
menggunakan
statistik
Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal bila sig >
alpha.
2) Uji Multikolinearitas
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
sesama variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya. Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah
nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10.
3) Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji heteroskedastsitas dilakukan untuk
mengetahui
ada
atau
tidaknya
ketidaksamaan
varian.
Pengujian
menggunakan model Glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan
nilai absolut ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun nilai absolut
ei variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
maka tidak ada heteroskedastisitas.
4.5.4. Pengujian Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda.
Analisis tersebut dapat dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer yaitu
37
program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Teknik analisis ini
digunakan untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu
atau lebih variabel bebas (Wirawan, 2002). Persamaan untuk menguji hipotesis
secara keseluruhan dalam penelitian ini, yaitu:
4.5.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda. Wirawan (2002) menyatakan bahwa teknik analisis ini digunakan untuk
mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel
bebas. Persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ ε………………………(1)
Keterangan :
Y
= Sensitivitas Etika
α
= Bilangan Konstan
β1 – β6 = Koefisien Regresi
X1
= Pengalaman
X2
= Idealisme
X3
= Relativisme
X4
= Komitmen Profesional
X5
= Komitmen Organisasional
X6
= Budaya Etis Organisasi
ε
= Faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)
4.5.4.2 Uji statistik F
Uji F digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diuji. Langkahlangkah pengujianya adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis
38
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel
bebas secara bersama terhadap variabel terikat.
H0 : β1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel bebas
secara bersama terhadap variabel terikat.
2) Menentukan tingkat signifikan α = 5%
3) Menentukan besarnya tingkat signifikan F yang diperoleh dari hasil
pengujian dengan program SPSS.
4) Kriteria pengujian
Apabila tingkat signifikan F ≤ α = 0,05, maka H 0 ditolak, H1 diterima.
Apabila tingkat signifikan F > α = 0,05, maka H0 diterima, H1 ditolak.
4.5.4.3 Uji statistik t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis
H0 : βi = 0 berarti tidak ada pengaruh Xi terhadap Y dimana i adalah
variabel 1 (X1), 2 (X2), 3 (X3), 4 (X4), 5 (X5 ) dan 6 (X6 ).
H0 : βi ≠ 0 berarti ada pengaruh Xi terhadap Y dimana i adalah variabel 1
(X1), 2 (X2), 3 (X3), 4 (X4), 5 (X5 ) dan 6 (X6).
2) Menentukan tingkat signifikan pada uji satu sisi α = 0,05.
3) Membandingkan besarnya signifikansi t masing-masing variabel yang
diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS.
a. Tingkat signifikan t < α = 0,05, maka H0 ditolak, H1 diterima.
b. Tingkat signifikan t ≥ α = 0,05, maka H0 diterima, H1 ditolak.
39
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Responden
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan
auditor internal dalam pengelolaan keuangan negara. BPKP melakukan tugas
pengawasan keuangan dan pembangunan berupa audit, konsultasi, asistensi,
evaluasi, pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) serta pendidikan dan
pelatihan
pengawasan
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
(http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014). BPKP merupakan lembaga
non departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.
Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
perwakilan Provinsi Bali terdiri atas auditor pelaksana, auditor pelaksana lanjutan,
auditor penyelia, auditor pertama, auditor muda, serta auditor madya yang
terdaftar pada tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 orang
auditor.
5.1.1 Responden Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pengalaman,
orientasi etika, komitmen, dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan
Provinsi Bali. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner ke auditor yang
bertugas di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan
40
Provinsi Bali. Tingkat penyebaran dan pengembalian kuesioner dari auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi
Bali ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
No.
Keterangan
1.
Total kuesioner yang disebarkan
2.
Total kuesioner yang tidak kembali
3.
Total kuesioner yang kembali
4.
Response Rate
5.
Kuesioner yang tidak dapat digunakan dalam analisis
6.
Kuesioner yang dapat digunakan dalam analisis
7.
Useable Response Rate
Sumber: Data primer diolah (2015)
Jumlah
75
(10)
65
%
86,66
(5)
60
80
Total kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP perwakilan
Provinsi Bali sebanyak 75 kuesioner dan yang kembali sebanyak 65 kuesioner
(Response Rate = 86,66 %). Namun setelah dilakukan pemeriksaan, terdapat 5
kuesioner yang tidak dapat dianalisis karena diisi dengan tidak lengkap, sehingga
hanya terdapat 60 kuesioner yang layak untuk dianalisis (Useable Response Rate
= 80 %). Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji non respon bias karena
kuesioner yang disebarkan telah dikembalikan dalam waktu yang relatif
bersamaan.
5.1.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,
jabatan, lama bekerja, dan tingkat pendidikan auditor BPKP perwakilan Provinsi
Bali yang ditunjukkan dalam Tabel 5.2.
41
Tabel 5.2 Karakteristik Responden
Keterangan
a
Usia Auditor
≤ 30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
≥ 50 tahun
Total
Jenis Kelamin Auditor
Laki-laki
Perempuan
Total
Jumlah
Persentase
25
15
13
7
60
41,7%
25%
21,6%
11,7%
100%
35
25
60
58,3%
41,7%
100%
10
8
17
8
11
6
60
16,7%
13,3%
28,4%
13,3%
18,3%
10%
100%
20
39
1
60
33,3%
65%
1,7%
100%
14
5
6
35
60
23,3%
8,4%
10%
58,3%
100%
11
13
10
26
60
18,3%
21,6%
16,7%
43,4%
100%
b
c
Jabatan Auditor
Auditor Pelaksana
Auditor Pelaksana Lanjutan
Auditor Penyelia
Auditor Pertama
Auditor Muda
Auditor Madya
Total
d
Tingkat Pendidikan
D3
S1
S2
S3
Total
e
Lama Bekerja
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
≥ 10 tahun
Total
f
Pelatihan Yang Pernah Diikuti
1-3 kali
4-6 kali
7-9 kali
≥ 10 kali
Total
Sumber : Data primer diolah (2015)
42
Berdasarkan data dalam Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa profesi
auditor didominasi oleh auditor BPKP yang memiliki usia lebih kecil atau sama
dengan 30 tahun yaitu sebanyak 25 0rang (41,7%). Jumlah auditor BPKP yang
memiliki berusia 31 sampai 40 tahun sebanyak 15 orang (25%), jumlah auditor
BPKP yang berusia 41 sampai 50 tahun sebanyak 13 orang (21,6%), dan auditor
BPKP yang berusia lebih besar atau sama dengan 51 tahun sebanyak 7 orang
(11,7%). Data usia auditor BPKP tersebut dapat digunakan sebagai bahan riset
pada penelitian selanjutnya mengenai sensitivitas etika.
Data responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah
auditor BPKP laki-laki sebanyak 35 orang (58,3%), dan auditor BPKP perempuan
sebanyak 25 orang (41,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor BPKP
perwakilan Provinsi Bali masih didominasi oleh auditor laki-laki.
Berdasarkan jabatan auditor dapat dilihat bahwa auditor pelaksana
sebanyak 10 orang (16,7%), auditor pelaksana lanjutan sebanyak 8 orang (13,3%),
auditor penyelia sebanyak 17 orang (28,4%), auditor pertama sebanyak 8 orang
(13,3%), auditor muda sebanyak 11 orang (18,3%), auditor madya sebanyak 6
orang (10%).
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat bahwa
auditor BPKP dengan latar belakang pendidikan D3 sebanyak 20 orang (33,3%),
jumlah auditor dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 39 orang (65%), tingkat
pendidikan S2 sebanyak 1 orang (1,7%), serta belum ada auditor yang memiliki
43
tingkat pendidikan S3. Auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali didominasi oleh
auditor yang memiliki tingkat pendidikan S1.
Data auditor berdasarkan lama bekerja di Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali menunjukkan bahwa auditor yang
bekerja selama 1 sampai 3 tahun sebanyak 14 orang (23,4%), auditor yang bekerja
selama 4 sampai 6 tahun sebanyak 5 orang (8,3%), auditor yang bekerja selama 7
sampai 9 tahun sebanyak 6 orang (10%), serta yang bekerja selama 10 tahun atau
lebih sebanyak 35 orang (58,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa auditor
BPKP perwakilan Provinsi Bali didominasi oleh auditor yang bekerja selama 10
tahun atau lebih.
Berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti, dapat dilihat bahwa auditor
yang pernah mengikuti pelatihan 1 sampai 3 kali sebanyak 11 orang (18,3%), 4
sampai 6 kali sebanyak 13 orang (21,6), 7 sampai 9 kali sebanyak 10 orang
(16,7%), 10 kali atau lebih sebanyak 26 orang (43,4%).
5.2
Statistik Deskriptif
Data mengenai karakteristik variabel dalam penelitian ini ditunjukkan
pada tabel hasil statistik deskriptif yang disajikan dalam Tabel 5.3.
44
Tabel 5.3 Hasil Statistik Deskriptif
Variabel
Mean
N
Min
Sensitivitas Etika
60
12,98
5,34
Pengalaman
60
10,01
4
Idealisme
60
29,65
12,80
Relativisme
60
16,09
10
Komitmen Profesional
60
15,04
6,27
Komitmen
12,40
5,26
Organisasional
Budaya Etis Organisasi
60
16,35
6,34
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 4
Maks
15,57
15,80
38,74
35,44
18,61
15,14
Std
Deviasi
3,50
3,12
8,40
8,84
4,45
3,65
19,12
4,53
Nilai rata-rata (Mean) digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu
distribusi data, sedangkan standar deviasi digunakan untuk mengukur perbedaan
nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa
Mean variabel sensitivitas etika adalah 12,98 dengan standar deviasi sebesar 3,50.
Mean variabel pengalaman adalah 10,01 dengan standar deviasi sebesar 3,12.
Mean variabel idealisme adalah 29,65 dengan standar deviasi sebesar 8,40. Mean
variabel relativisme adalah 16,09 dengan standar deviasi sebesar 8,84. Mean
variabel komitmen profesional adalah 15,04 dengan standar deviasi sebesar 4,45.
Mean variabel komitmen organisasional adalah 12,40 dengan standar deviasi
sebesar 3,65. Mean variabel budaya etis organisasi adalah 16,35 dengan standar
deviasi sebesar 4,53. Nilai kisaran minimum dan maksimum pada penelitian ini
yaitu untuk variabel sensitivitas etika sebesar 5,34 dan 15,57, variabel pengalaman
sebesar 4 dan 15,80, variabel idealisme sebesar 12,80 dan 38,74, variabel
relativisme sebesar 10 dan 35,44, variabel komitmen profesional sebesar 6,27 dan
18,61, variabel komitmen organisasional sebesar 5,26 dan 15,14, serta variabel
45
budaya etis organisasi sebesar 6,34 dan 19,12. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai sentral dari distribusi data dengan nilai tertinggi adalah idealisme dan nilai
terendah adalah pengalaman. Variabel yang memiliki standar deviasi tertinggi
adalah relativisme dan yang memiliki nilai terendah adalah pengalaman.
5.3
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengujian
instrument (validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik, uji regresi linear
berganda, uji F da uji t.
5.3.1 Uji Instrumen
Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan melaksanakan uji
validitas dan uji reliabilitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk memperoleh hasil
yang valid dan reliabel. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dalam instrumen tersebut. Sedangkan
instrumen yang reliabel atau handal adalah instrumen yang konsisten atau stabil
jika diukur berulang kali akan menghasilkan data yang sama pula.
1) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi
lebih besar dari 0,3 (Ghozali, 2009). Hasil pengujian validitas pada penelitian ini
menunjukkan seluruh nilai koefisien korelasi dari instrumen ini lebih besar dari
46
0,3 sehingga instrumen pada penelitian ini dikatakan valid, yang ditunjukkan pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas
No. Indikator
Koefisien Korelasi
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
0,851
0,734
0,423
0,689
0,793
0,838
0,877
0,670
0,807
0,905
0,895
0,870
0,897
0,838
0,770
0,847
0,858
0,935
0,958
0,962
0,806
0,913
0,936
0,906
0,892
0,866
0,911
0,925
0,933
0,955
0,904
0,903
0,958
0,904
0,964
0,888
0,902
0,921
0,934
0,774
0,859
0,909
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9
X2.10
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
X3.9
X3.10
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X5.1
X5.2
X5.3
X5.4
X6.1
X6.2
X6.3
X6.4
X6.5
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Y1.4
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 5
47
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabititas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Instrumen penelitian dikatakan
reliabel jika memiliki koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali,
2009). Hasil pengujian pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa seluruh nilai koefisien
Cronbach Alpha dari instrumen ini lebih besar dari 0,6, dengan demikian
instrumen tersebut dikatakan reliabel atau handal.
Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas
No.
Variabel
Koefisien Cronbach
Alpha
1. Pengalaman (X1)
0,611
2. Idealisme (X2)
0,954
3. Relativisme (X3)
0,970
4. Komitmen Profesional (X4)
0,944
5. Komitmen Organisasional (X5)
0,946
6. Budaya Etis Organisasi (X6)
0,951
7. Sensitivitas Etika (Y)
0,893
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 6
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
5.3.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat sehingga hasil analisis penelitian dapat
diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terbebas dari gejala-gejala
asumsi klasik (Ghozali, 2009). Uji asumsi klasik dapat dilakukan dengan uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
48
5.3.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik
yaitu model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Residual berdistribusi normal jika tingkat signifikansi atau Asymp.Sig(2-tailed)
lebih besar dari α = 0,05. Hasil pengujian normalitas pada penelitian ini
ditunjukkan pada Tabel 5.6 dengan nilai Asymp.Sig(2-tailed) dari uji normalitas
adalah sebesar 0,570 atau lebih besar dari α = 0,05 yang berarti model dalam
penelitian ini berdistribusi normal.
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
60
Normal Parameters
a,b
Mean
Std. Deviation
0,0000000
1,18396121
Most Extreme
Absolute
0,101
Differences
Positive
0,076
Negative
-0,101
Kolmogorov-Smirnov Z
0,784
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,570
a. Test distribution is Normal
b. Calculated from data
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 7
5.3.2.2 Uji Multikolinearitas
49
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Apabila variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10.
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien tolerance dari variabel
pengalaman adalah sebesar 0,375 lebih besar dari 0,10 dan VIF sebesar 2,664
lebih kecil dari 10. Variabel idealisme memiliki koefisien tolerance sebesar 0,631
lebih besar dari 0,10 dan VIF sebesar 1,585 lebih kecil dari 10. Variabel
relativisme memiliki koefisien tolerance sebesar 0,433 lebih besar dari 0,10 dan
VIF sebesar 2,310 lebih kecil dari 10. Variabel Komitmen profesional dan
komitmen organisasional masing-masing memiliki koefisien tolerance sebesar
0,492 dan 0,512 lebih besar dari 0,10 dengan VIF masing-masing sebesar 2,034
dan 1,951 lebih kecil dari 10. Koefisien tolerance dari variabel budaya etis
organisasi sebesar 0,479 lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF sebesar 2,090 lebih
kecil dari 10. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinear
pada variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional,
komitmen organisasional dan budaya etis organisasi pada penelitian ini.
50
Tabel 5.7 Hasil Uji Multikolinearitas
No.
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
Tidak terjadi
multikolinearitas
1.
Pengalaman (X1)
0,375
2,664
2.
Idealisme (X2)
0,631
1,585
3.
Relativisme (X3)
0,433
2,310
4.
Komitmen Profesional (X4)
0,492
2,034
5.
Komitmen Organisasional (X5)
0,512
1,951
6.
Budaya Etis Organisasi (X6)
0,479
2,090
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 8
5.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
residual pengamatan yang lain. Apabila residual satu pengamatan ke pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas,
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Pengujian ini dapat dilakukan dengan
uji Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel bebas.
Jika variabel bebas secara signifikan mempengaruhi variabel terikat, maka ada
indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak adanya indikasi heteroskedastisitas karena nilai absolut
residual variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Tabel 5.8 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini.
51
Tabel 5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
No.
Variabel
T
Sig.
Keterangan
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
1.
Pengalaman (X1)
1,708
0,093
2.
Idealisme (X2)
-0,210
0,835
3.
Relativisme (X3)
-0,815
0,419
4.
Komitmen Profesional (X4)
-1,192
0,238
5.
Komitmen Organisasional (X5)
-1,227
0,225
6.
Budaya Etis Organisasi (X6)
0,163
0,871
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 9
5.3.3 Uji Regresi Linear Berganda
Setelah uji asumsi klasik memperoleh hasil maka tahap selanjutnya adalah
melakukan uji regresi linear berganda dengan model sebagai berikut:
Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ ε………………………(1)
Keterangan :
Y
= Sensitivitas Etika
α
= Bilangan Konstan
β1 – β6 = Koefisien Regresi
X1
= Pengalaman
X2
= Idealisme
X3
= Relativisme
X4
= Komitmen Profesional
X5
= Komitmen Organisasional
X6
= Budaya Etis Organisasi
ε
= Faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)
52
Tabel 5.9 menunjukkan hasil uji regresi linear berganda dari variabel
pengalaman,
idealisme,
relativisme,
komitmen
profesional,
komitmen
organisasional dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika.
Tabel 5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model
No.
1
2
3
4
Variabel
Unstandardized
Coefficients
B
Std.
Error
0,118
0,085
0,067
0,024
-0,057
0,028
0,223
0,052
Standardized
Coefficients
Beta
Pengalaman (X1)
0,105
Idealisme (X2)
0,162
Relativisme (X3)
-0.143
Komitmen
0,288
Profesional (X4)
5
Komitmen
0,205
0,062
0,213
Organisasional
(X5)
6
Budaya
Etis 0,208
0,052
-0,143
Organisasi (X6)
1,430
Konstanta
Sig. F
0,000
Adjusted R Square
0,873
Sumber : Data Primer diolah (2015), Lampiran 10
t
Sig.
1,388
2,768
-2,029
4,274
0,171
0,008
0,048
0,000
3,287
0,002
3,287
0,000
Dari hasil analisis regresi linear berganda yang ditunjukkan pada Tabel
5.9, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 1,430 + 0,118X1 + 0,067X2 - 0,057X3 + 0,223X4 + 0,205X5 + 0,208X6 + ε...(1)
Koefisien persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel pengalaman,
idealisme, komitmen profesional, komitmen organisasional, dan budaya etis
organisasi memiliki pengaruh searah dengan variabel terikat yaitu sensitivitas
etika. Namun, variabel relativisme memiliki pengaruh terbalik dengan sensitivitas
etika sebagai variabel terikat. Hasil analisis regresi juga menunjukkan Adjusted R
53
Square sebesar 0,873 yang berarti bahwa variabilitas variabel sensitivitas etika
dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen
professional, komitmen organisasional, dan budaya etis organisasi sebesar 87,3
persen, sisanya sebesar 12,7 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
model penelitian.
Variabel pengalaman (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,118,
idealisme (X2) sebesar 0,067, relativisme (X3) sebesar -0,057, komitmen
profesional (X4) sebesar 0,223, komitmen organisasional (X5) sebesar 0,205, dan
budaya etis organisasi (X6) sebesar 0,208. Hal tersebut menggambarkan bahwa
variabel pengalaman, idealisme, komitmen profesional, komitmen organisasional
dan budaya etis organisasi memiliki pengaruh positif pada sensitivitas etika
auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Sedangkan, variabel relativisme
berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi
Bali.
5.3.4 Uji Statistik F
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel terikat. Uji ini dilakukan
sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis. Jika uji F menunjukkan hasil
yang signifikan, maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, sehingga
model yang digunakan layak untuk dilakukan pengujian hipotesis. Hasil uji F
pada Tabel 5.9 menunjukkan pengaruh seluruh variabel bebas pada variabel
terikat.
54
1) Rumusan hipotesis
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel
bebas secara bersama terhadap variabel terikat.
H0 : β1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel bebas
secara bersama terhadap variabel terikat.
2) Tingkat signifikan α = 0,05
3) Tingkat Probabilitas (sig.) F yang diperoleh dari hasil pengujian dengan
program SPSS adalah 0,000
4) Hasil pengujian :
Tingkat probabilitas (sig.) F = 0,000 ≤ α = 0,05 ; H1 diterima dan H0
ditolak.
Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari α
= 0,05, hal ini menyimpulkan bahwa variabel pengalaman, idealisme, relativisme,
komitmen profesional, komitmen organisasional dan budaya etis organisasi
mampu memprediksi dan menjelaskan sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
5.3.5 Uji Statistik t
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas pada variabel terikat. Hasil uji t pada Tabel 5.9 menunjukkan
pengaruh variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional,
komitmen organisasional dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
55
Pengujian variabel bebas pada variabel terikat dalam penelitian ini dijelaskan
sebagai berikut.
5.3.5.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali
Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh
positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan
perwakilan
Provinsi
Bali.
Pengujian
terhadap
pengaruh
pengalaman pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
1) Rumusan hipotesis
H0 : β1 = 0, berarti tidak ada pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
H0 : β1 ≠ 0, berarti ada pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05
3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel pengalaman adalah 0,171 > α = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, yang berarti
bahwa pengalaman tidak berpengaruh
pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
56
5.3.5.2 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali
Hipotesis kedua (H2a) menyatakan bahwa idealisme berpengaruh positif
pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh idealisme pada sensitivitas
etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
1) Rumusan hipotesis
H0 : β2 = 0, berarti tidak ada pengaruh idealisme pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
H0 : β2 ≠ 0, berarti ada pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali.
2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05
3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel idealisme adalah 0,008 < α = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H2a diterima dan H0 ditolak, yang berarti
bahwa idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
5.3.5.3 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali
Hipotesis ketiga (H2b) menyatakan bahwa relativisme berpengaruh negatif
pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh relativisme pada
sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
57
1) Rumusan hipotesis
H0 : β3 = 0, berarti tidak ada pengaruh relativisme pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
H0 : β3 ≠ 0, berarti ada pengaruh relativisme pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05
3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel relativisme adalah 0,048 < α = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H2b diterima dan H0 ditolak, yang berarti
bahwa relativisme
berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
5.3.5.4 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali
Hipotesis keempat (H3a) menyatakan bahwa komitmen profesional
berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh
komitmen profesional pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji
statistik t.
58
1)
Rumusan hipotesis
H0 : β4 = 0, berarti tidak ada pengaruh komitmen profesional pada
sensitivitas
etika
auditor
Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
H0 : β4 ≠ 0, berarti ada pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas
etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali.
2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05
3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel komitmen profesional adalah 0,000
< α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3a diterima dan H0 ditolak, yang
berarti bahwa komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas
etika
auditor
Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali.
5.3.5.5 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali
Hipotesis kelima (H3b) menyatakan bahwa komitmen organisasional
berpengaruh positif ada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh
komitmen organisasional pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil
uji statistik t.
59
1) Rumusan hipotesis
H0 : β5 = 0, berarti tidak ada pengaruh komitmen organisasional pada
sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali.
H0 : β5 ≠ 0, berarti ada pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas
etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05
3) Tingkat Probabilitas (sig.) t
variabel komitmen organisasional adalah
0,002 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3b diterima dan H0 ditolak,
yang berarti bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif pada
sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali.
5.3.5.6 Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali
Hipotesis keenam (H4) menyatakan bahwa budaya etis organisasi
berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh budaya
etis organisasi pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
60
1) Rumusan hipotesis
H0 : β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh budaya etis organisasi pada
sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali.
H0 : β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas
etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05
3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel budaya etis organisasi adalah 0,000 <
α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak, yang
berarti bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas
etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan
Provinsi Bali.
Untuk memudahkan membaca, hasil uji statistik t dapat dirangkum dalam tabel
5.10
Tabel 5.10 Ringkasan Hasil Uji Statistik t
No
Variabel
(Sig.)t
B
1
Pengalaman
0,171
0,118
2
Idealisme
0,008
0,067
3
Relativisme
0,048
-0,057
4
Komitmen Profesional
0,000
0,223
5
Komitmen Organisasional
0,002
0,205
6
Budaya Etis Organisasi
0,000
0,208
Keterangan
Pengalaman
tidak
berpengaruh
pada
sensitivitas etika auditor BPKP, namun
arahnya positif.
Idealisme
berpengaruh
positif
pada
sensitifitas etika auditor BPKP.
Relativisme berpengaruh negatif pada
sensitivitas etika auditor BPKP.
Komitmen Profesional berpengaruh positif
pada sensitivitas etika auditor BPKP.
Komitmen
Organisasional
berpengaruh
positif pada sensitivitas etika auditor BPKP.
Budaya Etis Organisasi berpengaruh positif
pada sensitivitas etika auditor BPKP.
61
5.4
Pembahasan
5.4.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali
Hasil pengujian hipotesis satu (H1) menunjukkan bahwa variabel
pengalaman tidak berpengaruh signifikan pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali yang
ditunjukkan oleh koefisien beta unstandardized sebesar 0,118 dan nilai (sig.) t
sebesar 0,171. Hal ini bertentangan dengan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa
variabel pengalaman berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
Berdasarkan hasil wawancara dengan auditor BPKP yang terdiri dari
auditor ahli dan auditor terampil menyatakan bahwa pengambilan keputusan
dalam pelaksanaan tugas dilakukan secara bersama-sama. Keputusan yang
diambil merupakan keputusan tim. Hal ini menunjukkan semakin tinggi jabatan
auditor tidak mempengaruhi sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi
Bali. Masa kerja auditor yang cukup lama tidak berpengaruh pada sensitivitas
etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Tingkat pendidikan terakhir serta
jumlah pelatihan yang pernah diikuti juga tidak berpengaruh pada sensitivitas
etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Hal tersebut didukung oleh
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER709/K/JF/2009 tentang pelaksanaan pengangkatan, kenaikan jabatan/pangkat,
pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian dalam dan
dari jabatan fungsional auditor. Peraturan tersebut menjelaskan mengenai jenjang
jabatan auditor BPKP yang berkaitan dengan tingkat pendidikan auditor. Auditor
62
dengan tingkat pendidikan D3 menduduki jabatan auditor terampil (auditor
pelaksana, pelaksana lanjutan, penyelia), sedangkan tingkat pendidikan S1
menduduki jabatan sebagai auditor ahli (auditor pertama, muda, madya, utama).
Meskipun masa kerja auditor belum cukup lama, dengan tingkat pendidikan S1
akan mampu menduduki jabatan sebagai auditor ahli. Walaupun menduduki
jabatan sebagai auditor ahli, keputusan yang diambil dalam pelaksanaan tugas
merupakan keputusan bersama. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman
tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Januarti (2011) yang menghasilkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh
signifikan pada persepsi dan pertimbangan etis auditor Badan Pemeriksa
Keuangan. Namun hal ini bertentangan dengan pendapat Larkin (2000) yang
menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman cenderung lebih konservatif
dalam menghadapi situasi dilema etis.
5.4.2 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali
Hasil pengujian hipotesis kedua (H2a) menunjukkan bahwa idealisme
berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Secara statistik, hasil analisis
menunjukkan koefisien beta unstandardized dari variabel idealisme sebesar 0,067
dengan (sig.) t sebesar 0,008. Nilai tersebut menunjukkan bahwa idealisme
berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
63
Penelitian sebelumnya yang memperkuat hasil penelitian ini adalah Shaub
et. al (1993) yang menyatakan bahwa orientasi etis mempengaruhi sensitivitas
etika, Fallah (2006) menunjukkan idealisme berpengaruh positif terhadap
sensitivitas etika, serta Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa orientasi etika
berpengaruh pada persepsi dan pertimbangan etis auditor. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa auditor dengan idealisme yang tinggi akan memiliki tingkat
sensitivitas yang tinggi, sehingga sikap idealisme auditor harus dipertahankan
agar dapat digunakan dalam mengambil keputusan yang tepat ketika menghadapi
dilema etika.
5.4.3 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali
Hasil pengujian hipotesis ketiga (H2b) menunjukkan bahwa variabel
relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa koefisien beta unstandardized variabel relativisme sebesar 0,057 dan nilai (sig.) t sebesar 0,048. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
relativisme
berpengaruh negatif pada sensitivitas etika Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai relativisme harus
dihilangkan oleh auditor, serta masih diperlukannya aturan-aturan etika oleh
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali
di dalam mengambil keputusan ketika menghadapi dilema etika. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian Fallah (2006) juga menemukan bahwa
64
relativisme berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika. Hasil penelitian
Januarti (2011) juga yang menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh pada
persepsi dan pertimbangan etis.
5.4.4 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali
Hasil pengujian hipotesis keempat (H3a) menunjukkan bahwa komitmen
profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan
Keuangan
dan
menunjukkan
Pembangunan
bahwa
koefisien
perwakilan
beta
Provinsi
unstandardized
Bali.
Hasil
variabel
analisis
komitmen
profesional sebesar 0,223 dan (sig.) t sebesar 0,000. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komitmen profesional akan berpengaruh pada sensitivitas
etika auditor dalam mengambil suatu keputusan, karena sikap profesionalisme
akan menuntun auditor didalam melakukan kegiatan audit yang sesuai dengan
standar yang berlaku.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Khomsiyah dan
Indriantoro (1998) menyatakan bahwa terdapat pengaruh komitmen profesional
terhadap sensitivitas etika. Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa komitmen profesional tidak
berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis auditor. Hasil
penelitian Aziza dan Salim (2007) juga menunjukkan bahwa komitmen
profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika auditor.
65
5.4.5 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali
Hasil pengujian hipotesis kelima (H3a) menunjukkan bahwa komitmen
organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai koefisien beta unstandardized variabel komitmen
organisasional sebesar 0,205 dan (sig.) t sebesar 0,002. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komitmen organisasional auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali berperan didalam
pembentukan sensitivitas etika auditor. Komitmen pada organisasi akan
memunculkan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
tersebut, serta mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Irawati dan Supriyadi
(2012) yang menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh terhadap
sensitivitas etika. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
Aziza dan Salim (2007) dan Shaub et. al (1993) yang menunjukkan tidak adanya
hubungan antara komitmen organisasional dengan sensitivias etika.
5.4.6 Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi
Bali
Hasil pengujian hipotesis keenam (H4) menunjukkan bahwa budaya etis
organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai koefisien beta unstandardized variabel budaya etis organisasi sebesar 0,208
66
dan (sig.) t sebesar 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya etis
organisasi berhubungan positif dengan sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali, dimana
budaya etis organisasi menjadi faktor yang akan mempengaruhi etika auditor
dalam mengambil keputusan. Semakin seringnya auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali melakukan aktivitas etis
akan meningkatkan konsistensi perilaku pada standar nilai dalam pengambilan
keputusan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Fallah (2006) yang menunjukkan bahwa
budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealisme auditor. Hasil ini sesuai
dengan pendapat Hunt dan Vitell (1986) dan Trevino (1986) bahwa budaya etis
organisasi berpengaruh terhadap perilaku etis individu.
67
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian
teori, kajian empiris, hipotesis, dan hasil pengujian, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Pengalaman tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini
berarti bahwa jabatan auditor, masa kerja, tingkat pendidikan serta pelatihan
yang diikuti tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP
perwakilan Provinsi Bali.
2) Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini
bermakna bahwa auditor yang memiliki idealisme akan memiliki tingkat
sensitivitas etika yang menguat.
3) Relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini
bermakna bahwa auditor yang memiliki relativisme akan memiliki tingkat
sensitivitas etika yang melemah.
4) Komitmen Profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
68
Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki komitmen profesional akan
memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.
5) Komitmen Organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki komitmen organisasional
akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.
6) Budaya Etis Organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki budaya etis organisasi akan
memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.
6.2
Saran
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. Berdasrkan
kesimpulan hasil penelitian, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1) Penelitian ini hanya fokus pada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Penelitian selanjutnya dapat
memperluas sampel penelitian pada auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan perwakilan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia.
2) Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada auditor Badan Pemeriksa
Keuangan, Bawasda serta Kantor Akuntan Publik.
3) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah
satu referensi untuk penelitian berikutnya dengan menemukan variabel-
69
variabel baru yang berpengaruh pada sensitivitas etika seperti usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan fee audit.
4) Pada penelitian ini hasil tabulasi data kuesioner salah satu indikator dari
variabel pengalaman yaitu tingkat pendidikan menunjukkan nilai yang sangat
kecil dibandingkan dengan yang lainnya, dikarenakan hanya terdapat dua
pilihan saja. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya
apakah tetap menggunakan empat indikator tersebut dalam menguji variabel
pengalaman.
70
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Auditoran Akuntan oleh Kantor Akuntan
Publik). Jakarta: Universitas Indonesia.
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik. Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.
Anderson, G. dan R. C. Ellyson. 1986. “Restructuring Proksional Standards: The
Anderson Report". Journal of Accountancy, September, pp. 92-104.
Aranya, N. and K.R. Ferris. 1984. “A Reexamination of Accountants
Organizational-Proksional Conflict” The Accounting Review, Vol. 59, pp. 1-15.
−−−−−−, N., A. Barack and Amernic, J. 1981. “A test of Hollands theory in a
population of accountants”, Journal of Vocational Behavior, Vol. 19 No. 1, pp.
15-24.
Aziza, N. dan Salim A. 2007. “Pengaruh Orientasi Etika Pada Komitmen dan
Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera
Se1atan)”. Simposium Nasional Akuntansi 11. Universitas Tanjung Pura,
Pontianak.
Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Bline, DM., Meixner, W.F and Aranya. N. 1992. “The Impact Of The Work
Setting On The Organizational & Proksional Commitment of Accountants”,
Research in Govermental & Non Profit Accounting, Vol. 7, pp.79-96.
Bonner. S, R. Libby dan M. W. Nelson. 1996. Using Decision Aids to Improve
Auditors Conditional Probability Judgements, The Accounts review.
Boyton, Kell, Johnson. 2003. Modern Auditing. Edisi ke 7. Jakarta: Erlangga.
Brierley, J. A. 1996. “The measurement of orgamkational commitment and
prokssional commitment”, The Journal of Social Psychology, 136, 265-267
Chang, J .Y. dan Choi, J .N. 2007. “The Dynamic Relation Between Organization
and Prokssional Commitment of Highly Educated Research Development (R&D)
Prokssionals”. The Journal of Social Psychology, 147(3), pp 299-315.
Cohen. J. R., L. W. Part and D.J Sharp. 1996. “Measuring The Ethical A wareness
and Ethical Orientation of Canadian Auditor”. Research in Accounting vol 7 pp
37-64.
71
Djakman, Chaerul D. 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi
Papan Bursa Efek Jakarta Simposium Nasional Akuntansi VI: Surabaya.
Douglas P. C, Ronals A. Davidson dan B. N Shwartz, 2001. “The Effect of
Organizational Culture and Ethical Orientation on Accountants Ethical
Judgements”, Journal of Business Ethics 34, pp.101-121.
Duska, Ronald,F., dan Btenda,S. 2003. Accounting Ethics. Blackwell Publishing
Ltd.
Dwyer, L., Mellor, R., Mistilis, N. and Mules, T. 2000. A framework for
evaluating and forecasting the impacts of special events. Proceedings of event
evaluation, research and education, Sydney: Australian Centre for Event
Management.
Falah, Syaikhul. 2008. Pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika
terhadap sensitivitas etika (studi empiris tentang pemeriksa internal di Bawasda
Pemda Papua Universitas Diponegoro.
Finn, Don W., Lawrence B., Chonko, dan Shelby D. Hunt. 1988. “Ethical
Problems in Public Accounting: The View From the Top”. Journal of Business
Ethics, Vol. 7, pp. 605-6l5.
Fisher, G Joseph. 1998. “Contingency T henry Management Control System and
Firm Outcomes: Past Results and Future Directions”. Behavioural Research in
Accounting Vol. 10. Supplement : 47-64.
Forsyth, D.R. 1980. “A Taxonomy of Ethical Ideology Journal of Personality and
Social Psychology”, Vol. 39, pp. 175-184.
−−−−−−, D.R. 1981. “Moral Judgment: The Influence of Ethical Ideology”
Personality and Social Psychology Bulletin”, Vol. 7, pp. 218-223.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi
ke 4. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gusnardi. 2003. Analisis Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Judgment Penetapan Risiko Audit oleh Auditor yang Berpengalaman dan Auditor
yang Belum Berpengalaman. Bandung : Universitas Padjadjaran (Tidak
Dipublikasikan)
Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir untuk Insrtumen Angket, Test dan Skala
Rating. Penerbit: Andi Offset, Yogyakarta.
72
Higgins dan Kelleher. 2005. “Comparative Perspectives on the Ethical
Orientations of Human Resources, Marketing and Finance Functional Managers
Journal of Business Ethics, Vol.56, pp. 275-288.
Hofstede, G., Bram, N., Denise, D.O. and Geert, S. 1994. “Measuring
Organizational Culture: A Quantitative Study Across Twenty Cases”.
Administrarive Science Quarterly. (35) : 286-316.
http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014, 14.00 WITA.
Hudayati, Ataina. 2002. Perkembangan Penelitian Akuntansi Keperilakuan
Berbagai Teori dan Pendekatan yang Melandasi. JAAI Volume 6 No. 2.
Hunt, S. D. dan S. J. Vite11. 1986. “A General Theory of Marketing Ethics
Journal of Macromarketing Spring pp. 5-16.
Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Edisi 1.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Irawati, Anik dan Supriyadi. 2012. Pengaruh Orientesi Etika Pada Komitmen
Profesional, Komitmen Organisasional dan Sensitivitas Etika Auditor dengan
Gender sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi XV:
Banjarmasin.
Januarti, Indira, 2011. Analisis pengaruh pengalaman auditor, komitmen
profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap persepsi dan pertimbangan
etis (auditor badan pemeriksa keuangan Indonesia). Simposium Nasional
Akuntansi XIV. Aceh.
Jensen, Michael C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics
3.
Jogiyanto. 2007. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: BPFE
Jones, T.M. 1991. ”Ethical Decision Making by Individuals in Organizations. An
Issue Contingent Model”. Academy of Management Review, vol. 16(2), 366-395
Jusup, A1. Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Buku I. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 1998. Pengaruh Orientasi Etika terhadap
Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. JRAI Vol. 1
13-28.
73
Kohlberg, L. 1971. “Stages Of Moral Development As A Basis Of Moral
Education”. Moral Education: Interdiciplinary Approaches: 23-92. New York:
Newman Press.
Kohlberg, L., 1977. “The Cognitive Development Approach To Moral Education”.
Issues In Adolescent Psychology: 283-299. New Jersey: Printice Hall, Inc.
Knoers dan Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagian, Cetakan ke-12, Gajah mada University Press, Yogyakarta.
Kwon, I. W. G., & Banks, D. W. (2004). “Factors related to the Organizational
and professional commitment of internal auditors”. Managerial Auditing Journal,
19, 606-622.
Larkin, Joseph, M. 2000, “The Ability of Internal Auditors to Identfy Ethical
Dilemmas”, Journal of Business Ethics, 23, 401-409.
Leong, L., Huang, S. Y., and Hsu, J. 2003. “An empirical study on prqkssional
commitment organizational commitment and job involvement in Canadian
Accounting firms”. Journal of American Academy of Business, 2, 360-3 70.
Leung, P. dan Cooper, B.J. 1995. "Ethical dilemmas in accountancy practice",
Australian Accountant. May, pp. 28-32.
Libby, R., K. T. Trotman, 1993, The Review Process as a Control for Differential
Recall of Evidence in Auditor Judgments, Accounting Research, Vol. 36, no. 1
(Spring), PP: 143-156.
Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah
Studi Interpretif Simposium Nasional Akuntansi 9: Padang.
Mowday, R.T; Steers, R.M.. and Porter. L.W. 1979. “The Measurement of
Organizational Commitment Journal of Vocational Behavioral, Vol. 14, pp.224247.
O’Leary dan Cotter. 2000. "The ethics of final year accountancy students: an
international comparison Managerial Auditing Journal Vol 15, pp. 108 – 115
Ponemon, L.A. dan Gabhart, D_R.L. 1993. "Ethical reasoning in accounting and
auditing" Research Monograph No, 21. CGA-Canada Research Foundation.
Pujiati, D. 2002. Hubungan antara Panisipasi dan Kepuasan Pemakai dalam
Pengembangan Sistem Informasi: Tinjauan terhadap Empat Faktor Kontinjensi
(studi Empiris pada, Bank Umum di Kotamadya Semarang). (tidak
dipublikasikan).
74
Rest, James, R. 1983. “Received Manual For The Defining Issues Test: An
Objective Test For Moral Judgment Development”. Minnepolis: Minnesota Moral
Research Project.
Rustiana, 2006. Eksplorasi Pembuatan Keputusan Etis Mahasiswa Akuntansi
dalam Situasi Dilema Etis Akuntansi. Modus, vol 18(1), 49-6l.
−−−−−−−, 2006. Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi dan Auditor dalam Situasi
Dilema Etis Akuntansi. Kinerja vol 10(2), 116-128.
Shaub, M.K., Don W. Finn dan Paul Munter. 1993. "The Ejects of Auditors
Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity". Behavioral Research
in Accounting Vol. 5,pp. 145-169.
SiegeL Gary & Helene Ramanauskas Marconi. 1989. “Behavioral Accounting".
South Western Publishing Co. Cicinnati, Ohio.
Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi.
Yogyakarta : Andi Offset.
Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan
Auditor dengan Kredibilitas Klien Sebagai Variabel Moderating. Universitas
Diponegoro.
Trevino, Linda Klebe. 1986. “Ethical Decision Making in Organization: A Person
Situation Interactionist Model”. Academy of Management Review, July pp. 601617.
Tsalikis, J. and D. J. Fritzche. 1989. “Business Ethics: A Literatur Review with a
Focus on Marketing Ethics", Journal of Business Ethics, Vol.8, No.9, pp.695-743.
Westra, L.S. 1986. “Whose Loyal Agent Toward an Ethnical of Accounting”.
Journal of Business Ethnics, vol. 5 pp. 119-128.
Wiley, C. 1998. “Reexamining Perceived Ethics Issues and Ethics Roles Among
Employment Managers”, Journal of Business Ethics, Vol.l7, pp. 147-161.
Wirawan, Nata. 2002. Statistik 2 Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua,
Denpasar. Keraras Emas.
75
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER
Denpasar, …./…./2014
Kepada
Yth.
Bapak/Ibu Responden.
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Putu Purnama Dewi
NIM
: 1291661007
Adalah mahasiswi Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana semester akhir yang sedang menyusun tugas akhir berupa tesis. Adapun
judul dari penelitian saya adalah Pengaruh Pengalaman, Orientasi etika,
Komitmen, dan Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
Saya berharap Bapak/Ibu berkenan membantu proses pengumpulan data
dengan menjawab pertanyaan maupun pernyataan dalam kuesioner ini. Saya
mohon dibaca terlebih dahulu petunjuk kuesioner dan diberikan jawaban yang
jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Saya berharap agar kuesioner yang
telah terjawab dapat saya ambil kembali secepatnya.
Atas kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban atas
kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih, sekaligus permohonan maaf apabila
penelitian ini mengganggu pekerjaan Bapak/Ibu responden.
Peneliti
Putu Purnama Dewi
NIM. 1291661007
76
Lampiran 1
Saya mohon Bapak/Ibu menjawab pada tempat yang telah disediakan dan
pilihlah jawaban pada pertanyaan pilihan dengan memberikan tanda silang (X)
pada satu jawaban yang sesuai dengan kondisi sebelumnya.
Identifikasi Responden
Nama Responden
Usia
Jenis Kelamin
:
: …… Tahun
: a. Laki-Laki
b. Perempuan
Instrumen : Pengalaman
Jabatan
:
Lama bekerja
: …… Tahun
Pendidikan terakhir yang telah ditempuh :
a. D3
c. S2
b. S1
d. S3
Pelatihan yang pernah diikuti : ……..kali
Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang dianggap paling sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya diantara pilihan berikut:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
Instrumen : Orientasi Etika
Kuisioner Orientasi Etika
Idealisme
Pernyataan/Skor
STS TS S
SS
1. Auditor harus memastikan terlebih dahulu bahwa hasil audit
1
2
3
4
2.
3.
4.
mereka tidak pernah secara sengaja merugikan orang lain, dalam
tingkat sekecil apapun.
Perbuatan merugikan orang lain tidak dapat ditoleransi oleh
auditor, seberapa kecil pun tingkat kerugian itu.
Melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain adalah
tindakan yang salah, walaupun tindakan tersebut menguntungkan
auditor.
Dalam melakukan pekerjaan sebagai profesional, auditor tidak
boleh menyakiti dan merugikan orang lain secara fisik maupun
psikologis.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
77
Kuisioner Orientasi Etika
Idealisme
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pernyataan/Skor
STS TS S
SS
Dalam melakukan pekerjaan profesional, auditor tidak boleh
1
2
3
4
melakukan tindakan mengancam.
Auditor tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat
merugikan pihak yang tidak bersalah.
Dalam memutuskan untuk melakukan suatu tindakan yang
tidak bermoral, auditor perlu mempertimbangkan konsekuensi
negatif dan positif dari perbuatan tersebut.
Martabat dan kesejahteraan orang seharusnya menjadi
perhatian paling penting dalam suatu masyarakat.
Auditor jangan pernah sampai mengorbankan kesejahteraan
orang lain.
Tindakan moral adalah tindakan yang sesuai dengan tindakantindakan yang sifatnya ideal/sempurna.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Kuisioner Orientasi Etika
Relativisme
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pernyataan/Skor
STS TS S SS
Tidak ada prinsip-prinsip etika yang begitu penting untuk
1
2
3 4
dijadikan bagian dari kode etik auditor.
Aturan-aturan etika berbeda antara tim audit satu dengan yang
lain, demikian juga dengan penerapannya, berbeda antara situasi
satu dengan yang lainnya.
Prinsip-prinsip harus dipandang sebagai suatu yang sifatnya
subjektif. Apa yang dianggap seseorang bermoral, mungkin saja
dianggap tidak bermoral bagi orang lain.
Adanya perbedaan dalam sistem atau sikap moral tidak dapat
dianggap sebagai suatu perbedaan yang telah menjadi sifat atau
karakteristik dari prinsip-prinsip moral.
Pertanyaan-pertanyaan tentang apakah sesuatu itu bersifat etis
atau tidak bagi setiap orang tidak akan pernah bisa diselesaikan
karena apa yang dianggap bermoral atau tidak bermoral
tergantung pada penilaian individu.
Prinsip-prinsip moral adalah aturan yang sifatnya personal, yang
mengidentifikasi bagaimana seseorang seharusnya bertingkah
laku dan tidak dapat digunakan untuk membuat penilaian
terhadap orang lain.
Pertimbangan moral dalam hubungan antar pribadi adalah
sangat kompleks dimana individu diijinkan untuk memiliki kode
etik sendiri.
Penetapan aturan-aturan etika secara tegas yang dapat
menghilangkan tindakan-tidakan tertentu (adanya keseragaman
tindakan), akan menciptakan suatu hubungan manusia yang
lebih baik.
Tidak ada peraturan yang berkaitan dengan kebohongan yang
dapa diformulasikan, apakah suatu kebohongan dapat diijinkan
atau tidak sepenuhnya tergantung pada situasi yang ada.
Apakah suatu kebohongan itu dinilai bermoral atau tidak
bermoral sepenuhnya tergantung pada situasi yang
mengelilinginya.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
78
Instrumen : Komitmen
Kuisioner Komitmen
Komitmen Profesional
1.
2.
3.
4.
5.
Pernyataan/Skor
STS TS S
SS
Saya ingin melakukan usaha luar biasa melebihi yang
1
2
3
4
diharapkan demi kesuksesan profesi auditor.
Saya bangga memberitahu orang lain bahwa saya adalah bagian
dari profesi auditor.
Profesi auditor menginspirasi saya untuk bekerja dengan
sebaik-baiknya.
Saya sangat peduli dengan perkembangan profesi auditor di
Indonesia.
Bagi saya, profesi auditor adalah profesi terbaik dibandingkan
dengan profesi lainnya.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Kuisioner Komitmen
Komitmen Organisasional
1.
2.
3.
4.
Pernyataan/Skor
STS TS S
SS
Saya memiliki keinginan kuat untuk selalu tetap menjadi
1
2
3
4
anggota instansi
Saya selalu memiliki keinginan kuat untuk berusaha keras demi
instansi
Saya menerima nilai-nilai yang diterapkan oleh instansi
Saya menerima apapun yang telah menjadi tujuan instansi
1
2
3
4
1
1
2
2
3
3
4
4
Instrumen : Budaya Etis Organisasi
Kuisioner Komitmen
Budaya Etis Organisasi
1.
2.
3.
4.
5.
Pernyataan/Skor
STS TS
S SS
Pimpinan instansi saya tidak berperilaku yang kurang etis
1
2
3
4
Untuk mensukseskan instansi saya, seringkali perilaku etis
1
2
3
4
dikompromikan
Pimpinan instansi tidak membiarkan adanya ketidakpastian
sehingga perilaku yang tidak etis itu tidak akan ditoleransi
Jika Pimpinan instansi mengetahui perilaku yang tidak etis itu
menyebabkan kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada
instansi, pegawai akan langsung ditegur
Jika Pimpinan instansi mengetahui perilaku yang tidak etis itu
menyebabkan kepentingan instansi lebih diutamakan daripada
kepentingan pribadi, pegawai akan langsung ditegur juga
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Instrumen : Sensitivitas Etika
Dalam membaca skenario pemeriksaan di bawah ini Bapak/Ibu ditempatkan
sebagai auditor (pemeriksa). Kemudian indikasikan tingkat pentingnya masalah
tersebut menurut Bapak/Ibu dengan memberi tanda silang (X) sebagai berikut:
STS = Sangat Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
79
Kasus 1
Max adalah auditor yang bertanggung jawab atas audit terhadap Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Pagi ini ia telah menghabiskan waktunya selama
dua jam untuk persiapan rapat dengan tim auditnya, sebelum mengadakan
pertemuan dengan pihak manajemen tersebut untuk pemeriksaan awal. Disisi lain,
pekerjaan akhir tahun menumpuk karena beberapa staff tidak dapat membantu,
karena ditugaskan ke tempat lain. Pekerjaan diharapkan diselesaikan pertengahan
tahun, akan tetapi karena ada auditor yang mengundurkan diri, pekerjaan menjadi
menumpuk pada akhir tahun. Walaupun pemeriksaan yang akan dilaksanakan
telah sesuai dengan anggaran, tapi Max tahu bahwa beberapa auditor telah gagal
memenuhi estimasi waktu audit. Padahal jam kerja audit tahun ini 3% dibawah
tahun lalu.
STS
TS
S
SS
Kasus 2
Max telah menemukan adanya kelemahan dalam struktur pengendalian internal
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang disebabkan adanya perubahan
pada kwartal sebelumnya. Perubahan tersebut sudah didokumentasikan oleh
auditor yang berpengalaman dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan
tingkat keyakinan terhadap keandalan pengendalian internal dan luasnya
pengujian pada akhir tahun.
STS
TS
S
SS
Kasus 3
Max menghadapi masalah dengan prestasi kerjanya, karena setelah menjadi
auditor prestasinya dinilai hanya diatas rata-rata. Temannya yang bekerja di
BUMN mengajak untuk bergabung. Max sulit memutuskan, karena merasa
nyaman bekerja di instansinya saat ini. Ia memerlukan waktu 45 menit untuk
menyatakan kepada temannya bahwa ia mempertimbangkan tawaran itu.Ia
80
mungkin tidak akan pernah selesai memikirkannya jika bukan pimpinannya
meminta Max untuk menemuinya.
STS
TS
S
SS
Kasus 4
Max telah memberitahukan pihak pimpinan bahwa dia tidak setuju terhadap
kapitalisasi bunga yang dilakukan oleh staf PDAM terhadap beberapa proyek.
Pihak pimpinan yang memihak staf tersebut dalam masalah ini menyatakan bahwa
meskipun secara teknis Max mungkin benar, posisi staf tersebut juga masih dapat
diterima, sehingga Max mengubah kertas kerja, dan menyatakan bahwa praktek
tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
STS
TS
S
SS
NB: Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua pernyataan sudah
dijawab.
TERIMA KASIH
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
Lampiran 4
Uji Validitas pada Variabel Pengalaman
Correlations
X1.1
X1.1
Pearson Correlation
X1.2
1
Sig. (2-tailed)
N
X1.2
.368
Sig. (2-tailed)
.045
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X1.4
N
.431
.851
**
.045
.000
.017
.000
30
30
30
30
-.157
.388
*
.406
.034
.000
1
.734
**
30
30
30
30
-.157
1
.094
.423
.000
.406
.620
.020
.690
30
*
30
30
30
*
.094
1
.017
.034
.620
30
30
30
30
30
**
**
*
**
1
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
.690
X1
*
**
.431
Pearson Correlation
.368
X1.4
**
30
Pearson Correlation
N
X1
*
Pearson Correlation
N
X1.3
30
X1.3
*
.851
*
.388
.734
.423
**
.000
.689
.000
.000
.020
.000
30
30
30
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
.689
30
94
Uji Validitas pada Variabel Idealisme
Correlations
X2.1
X2.1
Pearson Correlation
X2.2
1
Sig. (2-tailed)
N
X2.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.8
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.9
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.10 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
30
**
.606
X2.3
X2.5
X2.6
X2.7
.616**
.599**
.528**
.711**
.834**
.000
.000
.000
.003
.000
.000
30
30
30
30
30
30
1
**
*
**
**
.727**
.000
30
30
**
**
.616
X2.4
.606**
.839
.839
.457
.678
.771
.000
.011
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.760**
.000
.549
.680
.826
.000
.000
.002
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.599**
.457*
.549**
1
.601**
.480**
.555**
.000
.011
.002
.000
.007
.001
30
30
30
30
30
30
30
.528**
.678**
.680**
.601**
1
.725**
.657**
.003
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.711**
.771**
.826**
.480**
.725**
1
.809**
.000
.000
.000
.007
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.834**
.727**
.760**
.555**
.657**
.809**
1
.000
.000
.000
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.595**
.661**
.685**
.545**
.614**
.767**
.691**
.001
.000
.000
.002
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.579**
.717**
.720**
.457*
.717**
.790**
.736**
.001
.000
.000
.011
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.741**
.637
.559
.666
.497
.584
.684
.000
.001
.000
.005
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.895**
.793
.838
.877
.670
.807
.905
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
95
Correlations
X2.8
X2.1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.8
Pearson Correlation
X2.9
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.10 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2
.579**
.637**
.793**
.001
.001
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
.838**
.000
.661
.717
.559
.000
.000
.001
30
30
30
30
.685**
.720**
.666**
.877**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.545**
.457*
.497**
.670**
.002
.011
.005
.000
30
30
30
30
.614**
.717**
.584**
.807**
.000
.000
.001
.000
30
30
30
30
.767**
.790**
.684**
.905**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.691**
.736**
.741**
.895**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
.912**
.795**
.870**
.000
.000
.000
Sig. (2-tailed)
X2.9
X2.10
.595**
30
30
30
30
.912**
1
.847**
.897**
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
1
.838**
.795
.847
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
1
.870
.897
.000
.838
.000
.000
.000
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
96
Uji Validitas pada Variabel Relativisme
Correlations
X3.1
X3.1
Pearson Correlation
X3.2
1
Sig. (2-tailed)
N
X3.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.8
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.9
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.10 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
30
**
.509
X3.3
X3.5
X3.6
X3.7
.637**
.765**
.670**
.695**
.586**
.004
.000
.000
.000
.000
.001
30
30
30
30
30
30
1
**
**
**
**
.648**
.004
30
30
**
**
.637
X3.4
.509**
.848
.848
.705
.827
.802
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.686**
.000
.709
.802
.802
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.765**
.705**
.709**
1
.865**
.924**
.705**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.670**
.827**
.802**
.865**
1
.898**
.762**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.695**
.802**
.802**
.924**
.898**
1
.802**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.586**
.648**
.686**
.705**
.762**
.802**
1
.001
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.661**
.738**
.686**
.897**
.879**
.867**
.595**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.001
30
30
30
30
30
30
30
.655**
.786**
.768**
.836**
.930**
.866**
.786**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.637**
.673
.718
.749
.873
.866
.898
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.806**
.770
.847
.858
.935
.958
.962
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
97
Correlations
X3.8
X3.1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.8
Pearson Correlation
X3.9
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.10 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3
.655**
.673**
.770**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
.847**
.000
.738
.786
.718
.000
.000
.000
30
30
30
30
.686**
.768**
.749**
.858**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.897**
.836**
.873**
.935**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.879**
.930**
.866**
.958**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.867**
.866**
.898**
.962**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.595**
.786**
.637**
.806**
.001
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
.896**
.845**
.913**
.000
.000
.000
Sig. (2-tailed)
X3.9
X3.10
.661**
30
30
30
30
.896**
1
.765**
.936**
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
1
.903**
.845
.765
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
1
.913
.936
.000
.903
.000
.000
.000
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
98
Uji Validitas pada Variabel Komitmen Profesionalisme
Correlations
X4.1
X4.1
Pearson Correlation
X4.2
1
Sig. (2-tailed)
N
X4.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X4.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X4.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X4.5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X4.3
**
.712
.000
X4.4
**
.728
.000
X4.5
**
.797
.000
X4
**
.892**
.000
.000
.792
30
30
30
30
30
30
.712**
1
.728**
.675**
.792**
.866**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.728**
.728**
1
.875**
.797**
.911**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
1
**
.925**
.797
.675
.875
.846
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
1
.933**
.792
.792
.797
.846
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
1
.892
.866
.911
.925
.000
.933
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
99
Uji Validitas pada Variabel Komitmen Organisasional
Correlations
X5.1
X5.1
Pearson Correlation
X5.2
1
Sig. (2-tailed)
N
X5.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X5.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X5.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
30
**
.801
X5.3
X5
.877**
.866**
.955**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
**
**
.904**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.903**
.000
.000
.000
30
30
**
**
.877
X5.4
.801**
.687
.687
.878
.815
.000
.000
30
30
30
30
30
.866**
.878**
.815**
1
.958**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.955**
.904**
.903**
.958**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
30
100
Uji Validitas pada Variabel Budaya Etis Organisasi
Correlations
X6.1
X6.1
Pearson Correlation
X6.2
1
Sig. (2-tailed)
N
X6.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X6.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X6.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X6.5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X6.3
X6.5
X6
.763**
.784**
.763**
.904**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.964**
30
**
.841
.000
30
30
**
**
.763
X6.4
.841**
.841
.841
.821
.910
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
**
**
.888**
.000
.717
.763
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.784**
.821**
.717**
1
.784**
.902**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.763**
.910**
.763**
.784**
1
.921**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.904**
.964**
.888**
.902**
.921**
1
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
30
101
Uji Validitas pada Variabel Sensitivitas Etika
Correlations
Y.1
Y.1
Pearson Correlation
Y.2
1
Sig. (2-tailed)
N
Y.2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y.3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y.4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
30
**
.674
Y.3
Y
.764**
.784**
.934**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
*
**
.774**
.015
.000
.000
30
30
30
1
**
.859**
.000
.000
.000
30
30
**
*
.764
Y.4
.674**
.439
.439
.608
.773
.000
.015
30
30
30
30
30
.784**
.608**
.773**
1
.909**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.934**
.774**
.859**
.909**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.000
30
102
Lampiran 5
Uji Reliabilitas pada Variabel Pengalaman
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
a
Excluded
Total
%
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.611
4
Item Statistics
Mean
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
Std. Deviation
2.5000
1.9667
1.7000
1.4667
N
1.07479
1.35146
.53498
.81931
30
30
30
30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
Scale Variance if
Item Deleted
5.1333
5.6667
5.9333
6.1667
Corrected Item- Cronbach's Alpha
Total Correlation
if Item Deleted
3.499
3.747
6.340
4.902
.652
.325
.241
.469
Scale Statistics
Mean
7.6333
Variance
7.275
Std. Deviation
2.69717
N of Items
4
.307
.654
.636
.500
103
Uji Reliabilitas pada Variabel Idealisme
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.954
10
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
X2.1
3.3000
.65126
30
X2.2
3.4667
.68145
30
X2.3
3.2667
.73968
30
X2.4
3.2667
.58329
30
X2.5
3.1333
.68145
30
X2.6
3.1333
.73030
30
X2.7
3.4000
.72397
30
X2.8
3.5333
.73030
30
X2.9
3.5000
.77682
30
X2.10
3.5333
.68145
30
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Item-Total Statistics
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
X2.1
30.2333
29.013
.746
.951
X2.2
30.0667
28.409
.798
.949
X2.3
30.2667
27.582
.842
.948
X2.4
30.2667
30.409
.610
.956
X2.5
30.4000
28.662
.760
.951
X2.6
30.4000
27.421
.878
.946
X2.7
30.1333
27.568
.865
.946
X2.8
30.0000
27.724
.834
.948
X2.9
30.0333
27.068
.866
.946
X2.10
30.0000
28.414
.797
.949
Scale Statistics
Mean
33.5333
Variance
34.671
Std. Deviation
5.88823
N of Items
10
104
Uji Reliabilitas pada Variabel Relialisme
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.970
10
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
X3.1
2.8000
.71438
30
X3.2
2.4333
.62606
30
X3.3
2.5000
.68229
30
X3.4
2.5000
.82001
30
X3.5
2.6333
.85029
30
X3.6
2.4667
.81931
30
X3.7
2.4333
.62606
30
X3.8
2.4333
.77385
30
X3.9
2.6000
.85501
30
X3.10
2.4000
.67466
30
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Item-Total Statistics
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
X3.1
22.4000
37.490
.721
.972
X3.2
22.7667
37.633
.817
.969
X3.3
22.7000
36.976
.827
.968
X3.4
22.7000
34.769
.916
.965
X3.5
22.5667
34.185
.945
.964
X3.6
22.7333
34.478
.951
.964
X3.7
22.7667
37.978
.769
.970
X3.8
22.7667
35.495
.890
.966
X3.9
22.6000
34.386
.916
.965
X3.10
22.8000
36.648
.881
.967
Scale Statistics
Mean
25.2000
Variance
44.303
Std. Deviation
6.65608
N of Items
10
105
Uji Reliabilitas pada Variabel Komitmen Profesional
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.944
5
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
X4.1
3.4333
.77385
30
X4.2
3.4333
.77385
30
X4.3
3.4667
.73030
30
X4.4
3.5333
.73030
30
X4.5
3.6333
.71840
30
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Item-Total Statistics
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
X4.1
14.0667
7.306
.826
.935
X4.2
14.0667
7.444
.786
.943
X4.3
14.0333
7.413
.859
.929
X4.4
13.9667
7.344
.880
.925
X4.5
13.8667
7.361
.894
.923
Scale Statistics
Mean
17.5000
Variance
11.362
Std. Deviation
3.37077
N of Items
5
106
Uji Reliabilitas pada Variabel Komitmen Organisasional
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.946
4
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
X5.1
3.4333
.81720
30
X5.2
3.4667
.68145
30
X5.3
3.5333
.62881
30
X5.4
3.4667
.77608
30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
X5.1
10.4667
3.775
.911
.919
X5.2
10.4333
4.461
.837
.940
X5.3
10.3667
4.654
.842
.941
X5.4
10.4333
3.909
.920
.914
Scale Statistics
Mean
13.9000
Variance
7.334
Std. Deviation
2.70823
N of Items
4
107
Uji Reliabilitas pada Variabel Budaya Etis Organisasi
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.951
5
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
X6.1
3.6667
.66089
30
X6.2
3.6333
.76489
30
X6.3
3.6667
.66089
30
X6.4
3.4667
.77608
30
X6.5
3.6667
.66089
30
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Item-Total Statistics
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
X6.1
14.4333
7.013
.854
.941
X6.2
14.4667
6.257
.940
.926
X6.3
14.4333
7.082
.830
.945
X6.4
14.6333
6.516
.838
.945
X6.5
14.4333
6.944
.878
.938
Scale Statistics
Mean
18.1000
Variance
10.438
Std. Deviation
3.23078
N of Items
5
108
Uji Reliabilitas pada Variabel Sensitivitas Etika
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.893
4
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
Y.1
3.4667
.77608
30
Y.2
3.5333
.62881
30
Y.3
3.6000
.67466
30
Y.4
3.6667
.66089
30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
Y.1
10.8000
2.855
.862
.824
Y.2
10.7333
3.789
.627
.908
Y.3
10.6667
3.402
.748
.868
Y.4
10.6000
3.283
.835
.836
Scale Statistics
Mean
14.2667
Variance
5.720
Std. Deviation
2.39156
N of Items
4
109
Lampiran 6
Statistik Deskriptif Data Uji
Descriptive Statistics
N
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Y
Valid N (listwise)
Minimum
60
60
60
60
60
60
60
60
4.00
12.80
10.00
6.27
5.26
6.34
5.34
Maximum
15.80
38.74
35.44
18.61
15.14
19.12
15.57
Mean
10.0190
29.6582
16.0975
15.0438
12.4047
16.3552
12.9875
Std. Deviation
3.12263
8.40450
8.84066
4.44673
3.65127
4.53454
3.50203
110
Lampiran 7
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
60
.0000000
1.18396121
.101
.076
-.101
.784
.570
111
Lampiran 8
Uji Multikolinearitas
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
1
X6, X2, X5, X4,
a
X3, X1
Variables
Removed
Method
. Enter
a. All requested variables entered.
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
X1
.375
2.664
X2
.631
1.585
X3
.433
2.310
X4
.492
2.034
X5
.512
1.951
X6
.479
2.090
a. Dependent Variable: Y
112
Lampiran 9
Uji Heterokedastisitas
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
1
X6, X2, X5, X4,
a
X3, X1
Variables
Removed
Method
. Enter
a. All requested variables entered.
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1.372
.947
X1
.097
.057
X2
-.003
X3
X4
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.449
.153
.362
1.708
.093
.016
-.034
-.210
.835
-.015
.019
-.161
-.815
.419
-.041
.035
-.221
-1.192
.238
X5
-.051
.041
-.223
-1.227
.225
X6
.006
.035
.031
.163
.871
a. Dependent Variable: ABSRES
113
Lampiran 10
Regresi Linear Berganda
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
1
X6, X2, X5, X4,
a
X3, X1
Variables
Removed
Method
. Enter
a. All requested variables entered.
b
Model Summary
Model
R
1
Adjusted R
Square
R Square
.941
a
.886
Std. Error of the
Estimate
.873
1.24918
a. Predictors: (Constant), X6, X2, X5, X4, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
640.885
6
106.814
82.704
53
1.560
723.589
59
F
Sig.
68.451
.000
a
a. Predictors: (Constant), X6, X2, X5, X4, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1.430
1.423
X1
.118
.085
X2
.067
X3
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.005
.319
.105
1.388
.171
.024
.162
2.768
.008
-.057
.028
-.143
-2.029
.048
X4
.223
.052
.283
4.274
.000
X5
.205
.062
.213
3.287
.002
X6
.208
.052
.269
4.008
.000
a. Dependent Variable: Y
114
Hasil Wawancara Dengan Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali
Peneliti
: Apa itu BPKP?
Auditor
: BPKP merupakan badan pengawasan keuangan negara dan
pembangunan yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.
BPKP adalah lembaga non departemen yang merupakan auditor
internal pemerintah. Berbeda dengan BPK yang merupakan
auditor eksternal pemerintah.
Peneliti
: Ada berapa jenjang jabatan auditor BPKP?
Auditor
: Auditor terampil terdiri dari auditor pelaksana, auditor pelaksana
lanjutan, auditor penyelia. Auditor ahli terdiri dari auditor
pertama, auditor muda, auditor madya, auditor utama.
Peneliti
Auditor
: Bagaimana penentuan jabatan auditor tersebut?
: Jabatan auditor ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan auditor
pada saat diterima. Auditor dengan tingkat pendidikan S1
menduduki jabatan sebagai auditor ahli, tingkat pendidikan D3
menduduki jabatan sebagai auditor terampil.
Peneliti
: Ada berapa bidang pekerjaan dalam auditor BPKP?
Auditor
: Ada 5 bidang pada yaitu bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Pusat (PIPP), bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah, bidang
Akuntan Negara, bidang Investigasi, bidang Pembinaan Jabatan
Profesional Auditor (JPA)
Peneliti
: Apa saja pelaksanaan tugas masing- masing bidang tersebut?
115
Auditor
: Bidang PIPP melaksanakan tugas audit dan pengawasan pada
instansi pemerintah pusat, bidang akuntabilitas pemerintah daerah
yaitu melaksanakan audit dan pengawasan pada instansi
pemerintah daerah seperti pada pemerintah kota dan kabupaten,
bidang akuntan negara melaksanakan audit serta pengawasan
pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bidang investigasi
melaksanakan pemeriksaan terhadap indikasi penyimpangan yang
merugikan negara, bidang JPA melakukan pembinaan pada
auditor.
Peneliti
: Bagaimana sistem pelaksanaan tugas untuk masing-masing
bidang tersebut?
Auditor
: Pelaksanaan tugas pada masing-masing bidang dilakukan oleh tim
yang dibentuk dalam setiap penugasan pada masing-masing
bidang. Tim tersebut terdiri atas auditor ahli dan auditor terampil.
Penugasan dilakukan sesuai dengan tugas serta waktu yang telah
ditentukan. Pengambilan keputusan dilakukan secara bersamasama yang merupakan hasil dari penugasan tersebut. Hasil
tersebut akan dilaporkan kepada kepala perwakilan.
Peneliti
: Untuk mendukung pelaksanaan tugas pelatihan/ diklat apa saja yg
diberikan oleh BPKP?
Auditor
: Pelatihan atau diklat ada 2 terdiri dari substansi yang mendukung
teknis pekerjaan, serta sertifikasi yang mendukung jenjang
jabatan auditor.
Download