PERBANDINGAN COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN KETOROLAC INJEKSI DENGAN KALTROFEN SUPPOSITORIA PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 Artikel Penelitian Oleh : RIFANY HIJRIANI NIM. 050112a076 PROGRAM STUDI ILMU FARMASI SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PERBANDINGAN COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN KETOROLAC INJEKSI DENGAN KALTROFEN SUPPOSITORIA PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 Rifany Hijriani Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ngudi Waluyo, Ungaran ABSTRACT Background: Pain management in patients of post sectio caesarea needs effective analgesic drugs to shorten the length of staying in hospital related to costs for patients during their staying in hospital. Objectives: To Know which analgesic having higher effectiveness between Ketorolac Injection and Kaltrofen suppository with lower cost for analgesic of post sectio caesarea in Sultan Agung Islamic Hospital Semarang using Cost Effectiveness Analysis method. Methods: This study was non-experimental by collecting data retrospectively and analyzed descriptively. Sampling was done by sampling method and amounted to a total of 23 patients. Results: Data were grouped based on the per-class treatment and calculated the average length of staying, and ACER. The results show that Kaltrofen suppository is the most cost effective analgesic with an average length of staying for 3,3 days and ACER value 2.781.573 rupiahs. Conclusions: Kaltrofen suppository is the most cost effective analgesic. Suggestion: There should be a similar research using a combination of analgesic or different surgical cases. Keywords : Analgesic, Post Sectio Caesarea, Cost Effectiveness Analysis (CEA) Bibliographies : 35 (1996 - 2015) INTISARI Latar Belakang: Penanganan nyeri pada pasien post sectio caesarea membutuhkan obat pereda nyeri/analgesik yang efektif sehingga memperpendek lama tinggal di rumah sakit yang berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan pasien selama di RS. Tujuan: Mengetahui analgetik manakah diantara Ketorolac Injeksi dengan Kaltrofen Suppositoria yang memiliki efektivitas tinggi dengan biaya yang lebih rendah untuk analgetik post sectio caesarea di RSI Sultan Agung Semarang dengan menggunakan metode Cost Effectiveness Analysis. Metode: Penelitian ini bersifat non eksperimental dengan mengumpulkan data secara retrospektif yang dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling dan berjumlah 23 pasien. Hasil: Data dikelompokkan berdasarkan per kelas perawatan dan dihitung rata-rata lama perawatan dan ACER. Didapatkan hasil bahwa Kaltrofen Suppositoria merupakan analgetik yang paling cost effective dengan rata-rata lama perawatan selama 3,3 hari dan nilai ACER sebesar 2.781.573 rupiah. Simpulan: Kaltrofen Suppositoria merupakan analgetik yang paling cost effective. Saran: Perlu adanya penelitian serupa dengan menggunakan kombinasi anlagetik atau kasus pembedahan yang berbeda. Kata kunci : Analgetik, Post Sectio Caesarea, Cost Effectiveness Analysis (CEA) Kepustakaan : 35 (1996 - 2015) PENDAHULUAN Kesehatan merupakan sebuah urgensi yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan setiap insan di dunia ini, kesehatan tidak kalah penting dengan kebutuhan manusia akan sandang, pangan maupun papan, karena tidak ada satupun manusia yang tidak menginginkan hidup sehat. Hal tersebut juga berlaku bagi seorang ibu yang sedang mengandung, yang mana pasti menginginkan sang buah hati terlahir dengan selamat dan sehat. Persalinan terdapat dua macam persalinan yakni persalinan secara normal (alamiah) dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan medis. Emergency dalam persalinan merupakan tindakan persalinan buatan, salah satu tindakan tersebut adalah persalinan sectio caesarea (SC). Persalinan dengan sectio caesarea memiliki resiko tinggi karena dilakukan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau insisi transabdominal uterus. Pasien dengan post sectio caesarea akan merasakan nyeri. Penanganan nyeri pascabedah sectio caesaria memerlukan perhatian tersendiri oleh karena harus mempertimbangkan dua faktor, yakni ibu dan bayinya. Oleh karena itu diperlukan penanganan nyeri akut pascabedah yang efektif untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, memperpendek masa penyembuhan pasien pascabedah dan lama tinggal di rumah sakit, memperbaiki fungsi sosial ibu terutama dalam merawat bayinya dan juga mencegah terjadinya nyeri kronik (Vascopous., 2010). Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan operasi bedah caesar. Biaya yang dikeluarkan pascabedah caesar dapat dianalisis berdasarkan ilmu farmakoekonomi dengan menggunakan metode Cost Effectiveness Analysis (CEA). Analisis efektivitas biaya biasanya dipergunakan untuk menilai beberapa alternatif yang tujuan atau luarannya sama, dan efektivitas diukur dalam satuan luaran seperti jumlah pasien yang sembuh, jumlah tindakan, kematian yang dapat dicegah atau satuan lainnya. Dengan analisis yang mengukur biaya sekaligus hasilnya ini, pengguna dapat menetapkan bentuk intervensi kesehatan yang paling efisien membutuhkan biaya termurah untuk hasil pengobatan yang menjadi tujuan intervensi tersebut. Dengan kata lain, metode ini dapat digunakan untuk memilih intervensi kesehatan yang memberikan nilai tertinggi dengan dana yang terbatas jumlahnya. Dari penggunaan analgesik yang berbeda mengakibatkan besarnya biaya obat yang dikeluarkan pasien bervariasi sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui terapi mana yang paling cost-effective antara penggunaan Ketorolac Injeksi dengan penggunaan Kaltrofen suppositoria pada post sectio caesarea. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis efektivitas biaya pada penggunaan obat analgetik Ketorolac Injeksi dengan Kaltrofen suppositoria di kelas perawatan I, II dan II pada pasien yang menjalani penanganan nyeri post sectio caesarea. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan perbedaan biaya antara kedua obat. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui obat analgetik manakah yang penggunaannya lebih efektif dengan biaya yang lebih rendah pada kelas perawatan I, II dan III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan secara non eksperimental (observasional), dengan rancangan analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif. Data yang diperoleh dari penelusuran rekam medik dan catatan keuangan pada pasien post sectio caesar yang menjalani rawat inap di RSI Sultan Agung secara retrospektif yaitu penelitian dengan menggunakan data yang lalu (Notoatmodjo, 2010) untuk menggambarkan analgesik yang digunakan post sectio caesarea. LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di RSI Sultan Agung di bagian rekam medik dan catatan keuangan pasien. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2016. Populasi dan sampel Populasi adalah pasien yang mendapat tindakan sectio caesarea di RSI Sultan Agung tahun 2015 dan dari data rekam medis didapatkan populsi sebesar 40 orang pasien yang mendapat tindakan sectio caesarea sepanjang tahun 2015. Sampel yang digunakan adalah pasien di instalasi rawat inap RSI Sultan Agung tahun 2015. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dengan cara total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu : a. Pasien post sectio caesarea. b. Pasien yang mendapatkan analgetik Ketorolac injeksi. c. Pasien yang mendapatkan analgetik Ketoprofen Suppositoria. d. Data lengkap pasien yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. e. Pasien yang dirawat di Ruang Baitunnisa’ 2 dengan kelas perawatan 1, 2, dan 3. f. Pasien dengan cara bayar umum. 2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002), yaitu : a. Pasien yang pulang paksa dan pasien yang meninggal post sectio caesarea. b. Pasien yang dirawat di Ruang Baitunnisa’ 2 dengan kelas perawatan VIP. c. Pasien yang tidak memiliki data yang lengkap. Variabel Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari suatu subjek ke subjek lain (Alimul, 2007). Variabel independent (bebas) adalah variabel yang nilainya menentkan variabel lain. Sedangkan variabel dependent (terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini ada dua variabel independent yaitu Cost-Effectiveness Analysis dengan rata-rata lama hari perawatan dan perhitungan ACER sedangkan variabel dependentnya yaitu Ketorolac Injeksi dan Ketoprofen Suppositoria yang merupakan analgetik (pereda nyeri). Analisis data Data yang diperoleh meliputi biaya pengobatan (terdiri dari biaya obat), biaya perawatan (terdiri dari biaya visite, jasa perawatan dan biaya penggunaan fasilitas perawatan) dan biaya laboratorium. Dari data tersebut, dapat dihitung variabel yaitu direct medical cost dalam penelitian ini dengan parameter rata-rata lama perawatan dan ACER. Direct medical cost digunakan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan pada penggunaan analgetik baik dengan Ketorolac injeksi maupun Kaltrofen suppositoria. Besarnya ACER dari masing-masing analgetik dihitung secara manual, dengan menjumlahkan biaya pengobatan (terdiri dari biaya obat), biaya perawatan (terdiri dari biaya visite, jasa perawatan dan biaya penggunaan fasilitas perawatan) dan biaya laboratorium kemudian dibagi dengan lama rawat inap pasien. Setelah itu ditentukan besarnya ACER dari masing-masing analgetik dengan rumus : ACER = total biaya langsung Efektivitas Perhitungan persentase dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah pasien dari tiap kelas dengan jumlah total pasien dari semua kelas kemudian dikali seratus persen. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Bagian Rekam Medik dan Bagian Keuangan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang diperoleh data pasien yang menjalani sectio caesarea sebanyak 40 orang. Penelitian ini tidak hanya pada satu ruang kelas ruang perawatan sehingga biaya total pengobatan dihitung pada masingmasing kelas ruang perawatan. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 23 orang yang terdiri dari 7 pasien di kelas I, 6 pasien di kelas II dan 10 pasien di kelas III. Data pasien yang diambil dari bagian rekam medik yaitu : nomor rekam medik, nama pasien, umur, tanggal masuk, tanggal keluar, kelas perawatan, dan analgetik yang digunakan. Sedangkan dari bagian keuangan, data yang diambil adalah biaya medis langsung yang terdiri dari: biaya obat, biaya tambahan obat, biaya lab, dan biaya perawatan (biaya ruang kelas perawatan, visite dokter spesialis, konsultasi telepon, tindakan medik operatif, tindakan medik non operatif, administrasi dan lain-lain). A. Jenis Analgetik yang digunakan Pada penelitian ini analgetik yang digunakan pasien post sectio caesarea yang dirawat inap di ruang Baitun Nisa’ 2 RSI Sultan Agung Semarang adalah Ketorolak Injeksi dan Kaltrofen Suppositoria. Analgetik diberikan secara injeksi intravena dan suppositoria per vaginal. Tabel 4.1 Gambaran penggunaan analgetik pada pasien pasca sectio caesarea di ruang perawatan kelas I PERSENTASE RATA-RATA LAMA ANALGETIK JUMLAH ANALGETIK HARI PERAWATAN PASIEN Ketorolak Injeksi 2 orang 3,5 hari 28,57 % Kaltrofen Suppositoria 5 orang 3,4 hari 71,43 % Berdasarkan tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas perawatan I, jumlah pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebanyak 2 orang pasien sedangkan yang menggunakan Kaltrofen Suppositoria sebanyak 5 orang pasien dan dapat diketahui persentase pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebesar 28,57 % sedangkan pasien yang menggunakan Kaltrofen Suppositoria memiliki persentase penggunaan sebesar 71,43 %. Tabel 4.2 Gambaran penggunaan analgetik pada pasien pasca sectio caesarea di ruang perawatan kelas II PERSENTASE JUMLAH RATA-RATA LAMA ANALGETIK ANALGETIK PASIEN HARI PERAWATAN Ketorolak Injeksi 1 orang 4 hari 16,67 % Kaltrofen Suppositoria 5 orang 3,6 hari 83,83 % Berdasarkan tabel 4.2, jumlah pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebanyak 1 orang pasien sedangkan yang menggunakan Kaltrofen Suppositoria sebanyak 5 orang pasien dan persentase pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebesar 16,67 % sedangkan pasien yang menggunakan Kaltrofen Suppositoria persentase penggunaan sebesar 83,83 %. Tabel 4.3 Gambaran penggunaan analgetik pada pasien pasca sectio caesarea di ruang perawatan kelas III PERSENTASE JUMLAH RATA-RATA LAMA ANALGETIK ANALGETIK PASIEN HARI PERAWATAN Ketorolak Injeksi 5 orang 3,2 hari 50 % Kaltrofen Suppositoria 5 orang 3,2 hari 50 % Berdasarkan tabel 4.3, jumlah pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebanyak 5 orang pasien sedangkan yang menggunakan Kaltrofen Suppositoria sebanyak 5 orang pasien dengan persentase pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi dengan Kaltrofen Suppositoria sama yaitu 50 %. Dari hasil tersebut dapat dilihat Kaltrofen suppositoria merupakan analgetik yang paling banyak digunakan. B. Efektivitas Pengobatan berdasarkan rata-rata lama perawatan Berdasarkan tabel 4.1, rata-rata lama perawatan pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi selama 3,5 hari dengan persentase penggunaan sebesar 28,57 % sedangkan Kaltrofen Suppositoria selama 3,4 hari dengan persentase penggunaan sebesar 71,43 %. Pada tabel 4.2 dapat dilihat rata-rata lama perawatan pasien yang menggunakan Ketorolak Injeksi selama 4 hari dengan persentase penggunaan sebesar 16,67 % sedangkan Kaltrofen Suppositoria selama 3,6 hari dengan persentase penggunaan sebesar 83,33 % dan pada tabel 4.3, rata-rata lama perawatan dan persentase penggunaan antara Ketorolak Injeksi dengan Kaltrofen Suppositoria sama yaitu 3,2 hari dan 50%. C. Efektivitas pengobatan berdasarkan ACER Nilai ACER (Average Cost-Effectiveness Ratio) atau ratio rata-rata efektivitas biaya digunakan untuk melihat analgetik manakah yang efektif dengan biaya lebih rendah. Tabel 4.4 Hasil perhitungan ACER pada kelas perawatan I RATA-RATA RATA-RATA TOTAL BIAYA ANALGETIK LAMA HARI ACER MEDIS PERAWATAN LANGSUNG Ketorolak Injeksi 9.715.900 3,5 hari 2.775.971 Kaltrofen Suppositoria 9.476.120 3,4 hari 2.787.147 ACER : rata-rata total biaya medis langsung / rata-rata lama hari perawatan Berdasarkan tabel 4.4, hasil perhitungan ACER pada kelas perawatan I yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebesar 2.775.971 rupiah sedangkan Kaltrofen Suppositoria sebesar 2.787.147. Tabel 4.5 Hasil perhitungan ACER pada kelas perawatan II RATA-RATA RATA-RATA TOTAL BIAYA ANALGETIK LAMA HARI ACER MEDIS PERAWATAN LANGSUNG Ketorolak Injeksi 9.377.100 4 hari 2.344.275 Kaltrofen Suppositoria 8.627.080 3,6 hari 2.396.411 ACER : rata-rata total biaya medis langsung / rata-rata lama hari perawatan Pada tabel 4.5, nilai ACER pada kelas perawatan II yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebesar 2.344.275 rupiah sedangkan Kaltrofen Suppositoria sebesar 2.396.411 rupiah. Tabel 4.6 Hasil perhitungan ACER pada kelas perawatan III RATA-RATA RATA-RATA TOTAL BIAYA ANALGETIK LAMA HARI ACER MEDIS PERAWATAN LANGSUNG Ketorolak Injeksi 9.253.480 3,2 hari 2.891.713 Kaltrofen Suppositoria 8.560.760 3,2 hari 2.675.238 ACER : rata-rata total biaya medis langsung / rata-rata lama hari perawatan Pada tabel 4.6, nilai ACER pada kelas perawatan III yang menggunakan Ketorolak Injeksi sebesar 2.891.713 sedangkan Kaltrofen Suppositoria sebesar 2.675.238. Pada sectio caesarea pasien diperbolehkan pulang apabila nyeri yang dirasakan berkurang dan pasien sudah bisa mobilisasi dengan baik. Untuk pereda nyeri pengganti bentuk injeksi maupun suppositoria, pasien diberikan obat oral yaitu Asam Mefenamat. Perhitungan biaya medis langsung ditunjukkan pada lampiran. Hasil perhitungan ratarata biaya medis langsung dengan menjumlahkan semua biaya yang dikeluarkan oleh pasien yang terdiri dari : biaya obat, biaya tambahan obat, biaya lab, dan biaya perawatan (biaya ruang kelas perawatan, visite dokter spesialis, konsultasi telepon, tindakan medik operatif, tindakan medik non operatif, administrasi dan lain-lain) kemudian dibagi dengan jumlah pasien pada tiap kelas perawatan. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan biaya pada tiap kelas perawatan. Pada kelas perawatan I, terdapat perbedaan biaya tambahan obat, biaya perawatan dan biaya. Begitu pula pada kelas perawatan II dan III. Pada pasien dengan lama perawatan selama 4 hari, membutuhkan biaya yang lebih banyak sehingga semakin lama pasien dirawat di rumah sakit maka semakin besar biaya yang digunakan sehingga dibutuhkan analgetik yang efektif untuk memperpendek lama hari perawatan pasien. Pada lembar pengumpulan data, terlampir berbagai frekuensi pasien dalam menerima analgetik sehingga berpengaruh pada biaya obat analgetik yang dikeluarkan oleh pasien. Selain analgetik, pasien juga menerima beberapa obat seperti : analgetik oral, antibiotik, relaksan rahim untuk perdarahan postpartum, mutivitamin, penambah darah, infus, pelancar ASI dll. Selain itu, terdapat perbedaan biaya pada biaya laboratorium. Tes laboratorium diperlukan sebelum dan sesudah pasien menjalani bedah caesar. Terdapat perbedaan pada biaya lab disebabkan karena perbedaan kondisi pasien, jenis dan jumlah pemeriksaan lab yang dijalani pasien. Kemudian terdapat perbedaan pada biaya perawatan yang terdiri dari biaya kelas perawatan, biaya visite dokter, biaya konsultasi telepon, biaya medis operatif, biaya medis non operatif, biaya administrasi dan lain-lain. Pada kelas perawatan I, rata-rata biaya yang sama untuk pasien adalah biaya kelas perawatan, biaya visite dokter, biaya konsultasi telepon, biaya medis operatif, biaya administrasi dan lain-lain. Begitu juga pada kelas perawatan II dan III. Biaya yang berbeda antar pasien adalah biaya medis non operatif. Dari data keuangan yang peneliti peroleh dari Bagian Keuangan Rumah Sakit, tidak dijelaskan secara rinci tindakan medis non operatif apa saja yang diterima oleh pasien. Dari semua kelas perawatan, dapat dilihat bahwa analgetik yang memiliki rata-rata lama perawatan lebih cepat dengan biaya pengobatan yang lebih sedikit adalah Kaltrofen Suppositoria sehingga analgetik yang cost-effective pada penelitian ini adalah Kaltrofen Suppositoria. Analisis efektivitas biaya merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis atau pengambil keputusan (Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi Kementrian Kesehatan, 2013). DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmodjo Soekidjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama, Jakarta : Rineka Cipta. 2. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. 3. Notoadmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta. 4. Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika 5. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. 6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Jakarta : Kemenkes RI.