BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini manajemen keuangan memegang peranan yang sangat penting. Para ahli mengemukakan tentang nilai perusahaan dan kaitannya dengan fungsi manajemen keuangan. Secara umum menurut para pakar, inti dari manajemen keuangan menghasilkan tiga keputusan keuangan yaitu keputusan investasi keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Ketiga keputusan tersebut diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari perusahaan untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memperbesar laba yang diperoleh oleh perusahaan setiap tahunnya. Untuk suatu perusahaan terbuka tujuan mencari laba yang besar tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dengan cara membagikan dividen setiap tahunnya. Hal ini berarti memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan dalam kebijakan dividen, dimana kebijakan dividen perusahaan merupakan kebijakan yang menentukan prosentase laba yang ditahan untuk diinvestasikan dan laba yang akan dibayarkan sebagai dividen atau disebut sebagai Dividend Payout Ratio (DPR) Brigham dan Ehrhardt (2002:12). Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dalam setiap periodenya akan didistribusikan kepada para pemegang saham, dan sebagian lagi ditahan untuk diinvestasikan lagi dalam bentuk yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu manajemen harus dapat membuat suatu keputusan tentang besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang saham dan berapa yang harus ditahan untuk mendanai perkembangan atau pertumbuhan demi kelangsungan hidup perusahaan. Keputusan ini akan mempunyai pengaruh yang akan menentukan terhadap nilai perusahaan. Dengan adanya kesempatan berkembang yang dapat dijalankan dengan melakukan investasi, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk dapat melakukan investasi, agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan akses perusahaan tersebut kepada sumber dana yang tersedia, baik itu sumber dana dari luar perusahaan berupa pinjaman, maupun dari dalam berupa modal sendiri berupa saham ataupun laba ditahan. Ketersediaan dana tersebut dapat dilihat dari struktur modal perusahaan dimana struktur modal perusahaan diketahui dengan cara mengamati neraca perusahaan pada sisi pasiva. Struktur modal memberikan gambaran bagaimana pembiayaan perusahaan dilakukan dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, modal sendiri berupa saham biasa, saham preferen dan laba yang ditahan yang dapat diukur dengan besarnya tingkat Debt Equity Ratio. Berdasarkan uraian diatas bahwa struktur modal harus dapat memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham, maka istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditunjukkan oleh jumlah hutang dan equity tetapi juga oleh presentase kepemilikan oleh manajer, institusional dan publik (Jensen dan Meckling, 1976). Managerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui hutang atau right issue. (Tendi Haruman ,2008) Selanjutnya Moh’d (1998), mengadakan studi mengenai dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang. Dimana dalam penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh yang negatif dan signifikan antara struktur kepemilikan saham terhadap rasio utang dengan implikasi yang menunjukkan bahwa investor institusional secara efektif dapat melakukan monitoring terhadap manajemen perusahaan yang berdampak pada penurunan tingkat hutang dan meningkatkan kepemilikan manajerial maka peranan hutang dalam hal ini akan mengurangi masalah keagenan yang juga menunjukkan bahwa struktur kepemilikan juga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan fungsinya manajer keuangan harus dapat membuat suatu kebijakan dalam meningkatkan nilai perusahaan yang dikelolanya dimana kebijakan tersebut adalah kebijakan pendanaan, kebijakan investasi dan kebijakan dividen. Berbicara tentang keputusan pendanaan haruslah memperhatikan keputusan investasi yang dilakukan perusahaaan dan dalam keputusan investasi dapat dijabarkan oleh struktur kekayaan perusahaan. Dengan demikian, berbicara tentang keputusan pendanaan untuk investasi adalah bagaimana manajemen membentuk struktur modal perusahaan. Dalam hal ini, bagaimana manajer keuangan menggalang atau menyediakan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendanai aktiva tetap dan kebutuhan operasional perusahaan.Seperti yang dialami oleh beberapa perusahaan manufaktur di Indonesia yang salah satunya adalah industri Food and Beverages. Saat ini Industri Food and Beverages di Indonesia berkembang dengan sangat pesat, hingga tahun 2004 di Indonesia telah beredar 9.129 jenis produk Makanan dan Minuman (sumber: www.business-excellence.co.id). Peluang untuk menanamkan investasi pada sektor Industri makanan dan Minuman di Indonesia masih cukup menjanjikan karena pasar masih lebar dengan jumlah penduduk yang besar. Pertumbuhan Industri Food and Beverages di Indonesia cukup baik yaitu mencapai 10-15%, hal ini disebabkan adanya pergeseran produk-produk pertanian yang tidak hanya dijual mentah tetapi diproses dulu menjadi makanan untuk mendapatkan pendapatan (sumber: kompas.com). Sehingga Industri Food and Beverages di Indonesia harus mampu bersaing dalam hal merebut minat konsumennya yang semakin ketat. Pengembangan kegiatan industri Food and Beverages memerlukan pembiayaan yang cukup besar sehingga diperlukan alternatif sumber pembiayaan. Melalui pasar modal industri tersebut dapat melakukan penawaran sahamnya sehingga bagi perusahaan Food and Beverages pertimbangan komposisi struktur keuangan perlu dilakukan, sebab struktur keuangan ini berperan penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan. (sumber: kompas.com). Seperti kegiatan perluasan usaha yang dilakukan oleh PT.Indofood Sukses Makmur yang merupakan salah satu perusahaan pada Industri Food and Beverages dimana pendanaan dalam perluasan usaha yang dilakukan PT Indofood sukses meraih dana dari luar negeri (dana asing) dengan penawaran dan penerbitan saham barunya. Indofood AgriResources Ltd berhasil menawarkan sejumlah 338 juta saham konsolidasian baru dengan harga tertinggi dari indikasi harga penawaran ($0.09-S$1.25) yaitu S$1.25 per sahamnya. Dana segar yang dihasilkan dari penawaran saham tersebut sejumlah S$404.4 juta atau 2.4 triliyun rupiah. Aliran dana segar tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha PT Salim Invomas Pratama (SIMP), antara lain untuk ekspansi perkebunan kelapa sawit, peremajaan dan relokasi pabrik pengolahan minyak goreng serta keperluan modal kerja. (sumber : kompas.com). Dari transaksi penawaran saham IndoAgri tersebut kepada investor asing berarti berhubungan dengan kepemilikan saham oleh asing. Dari sisi kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masyarakat asing ataupun perusahaan asing juga dominan berdasarkan pada data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 19 Oktober 2009 kepemilikan asing disaham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia senilai Rp 788.07 triliyun, setara 67.55 persen total saham tercatat di KSEI ini berarti orang asing melihat Indonesia masih cukup potensial sebagai tempat untuk membiakkan dana investasi mereka. (sumber: kompas.com). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai apakah kebijakan dividen, keputusan pendanaan dengan struktur modal yg dimiliki dan struktur kepemilikan berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan yang dituangkan dalam judul: “Pengaruh DPR, struktur modal dan struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan di Industri Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008”. 1.2 Identifikasi Masalah Mengacu kepada hal-hal di atas yang melatarbelakangi penelitian ini, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang ada pada penelitian kali ini kepada hal-hal sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan DPR, struktur modal, struktur kepemilikan dan nilai perusahaan pada industri Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 2. Bagaimana perkembangan nilai perusahaan pada industri Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan dividen, struktur modal dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan yang dimiliki perusahaaan pada industri Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008 baik secara simultan maupun parsial? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi program studi Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis DPR, struktur modal, struktur kepemilikan dan nilai perusahaan pada industri Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 2. Untuk menganalisis nilai perusahaan pada industri Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 3. Untuk menganalisis pengaruh antara kebijakan dividen, kebijakan struktur modal, struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan yang diterapkan di Perusahaan pada industri Food and Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008 baik secara simultan maupun parsial? 1.4 Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Emiten Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi pihak manufaktur sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam membuat keputusan mengenai kebijakan dividen, struktur modal, dan struktur kepemilikan dalam upaya untuk peningkatan nilai perusahaan. 2. Penulis Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan daya nalar penulis dengan membandingkan antara teori yang diperoleh selama proses perkuliahan dengan prakteknya di perusahaan, mengenai manajemen keuangan khususnya dalam hal kebijakan dividen, struktur modal, dan struktur kepemilikan dan nilai perusahaan. 3. Civitas akademik Sebagai tambahan referensi, informasi dan wawasan teoritis sebagai hasil penelitian tentang manajemen keuangan khususnya kebijakan dividen, struktur modal, dan struktur kepemilikan dan nilai perusahaan. 1.5 Kerangka Pemikiran Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu Negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu Negara dengan Negara lain. Hampir semua Negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan aktivitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan. Gitman (2006:25) menjelaskan pasar modal yaitu: “A market that enables suppliers and demanders of long term funds to make transactions”. Pernyataan di atas menyebutkan bahwa pasar modal adalah sarana untuk melakukan jual beli modal jangka panjang. Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam perekonomian suatu negara. Fungsi ekonomi berarti mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang mempunyai dana ke pihak yang memerlukan dana. Fungsi keuangan ditunjukkan dari kemungkinan memperoleh imbalan bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka pilih. Masyarakat pemodal atau investor sangat berkepentingan terhadap perkembangan, kondisi serta kinerja perusahaan. Atas dasar itulah para investor mengukur kinerja perusahaan yang akan atau telah menjadi objek investasinya. Salah satu bentuk ukuran kinerja perusahaan adalah kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk kuantitatif, dimana informasi – informasi yang disajikan di dalamnya dapat membantu berbagai pihak (dalam mapun luar perusahaan) dalam mengambil keputusan yang sangat berpengaruh bagi hidup perusahaan. Namun dalam menginterprestasikan laporan keuangan dibutuhkan suatu tindak lanjut analisa agar laporan keuangan tersebut dapat menjadi informasi yang lebih tepat dan akurat. Dengan adanya analisis laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan karena pada dasarnya laporan keuangan suatu perusahaan berisi informasi penting untuk kalangan yang membutuhkan baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan yang diperlukan secara tepat untuk mengukur kondisi dan efisiensi perusahaan. Analisa dari laporan keuangan bersifat relatif karena didasarkan pengetahuan dan menggunakan ratio. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2004:75) analisa laporan keuangan adalah : ”Financial statement analysis is useful both to help anticipate future condition and more important as a starting point for planning action that will improve the firm’s future performance.” Artinya bahwa analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu dalam menggambarkan kondisi keuangan dimasa yang akan datang dan yang lebih pentingnya digunakan sebagai permulaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Pengertian rasio keuangan adalah sebuah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya ( Van Horne dan Wachowicz 2005:202). Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan kinerja serta kondisi keuangan perusahaan yang bisa digunakan untuk perencanaan keuangan perusahaan. Berdasarkan dari laporan keuangan tersebut manajer keuangan dapat menggunakan analisa laporan keuangan untuk pengambilan keputusan terutama dalam menjalankan tugasnya yang menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan kegiatan mengendalikan kegiatan keuangan. Di samping itu juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi dana optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Mengalokasikan dana secara efisien merupakan tugas perusahaan di dalam menginvestasikan dananya pada aktiva yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Dimana tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dimana terlihat dari harga saham dan dividen yang dibagikan. Nilai perusahaan (Value of Firm) berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham), maka nilai perusahaan akan maksimum. Memaksimumkan nilai perusahaan disebut juga (Stockholder sebagai wealth memaksimumkan maximization) yang kemakmuran dapat pemegang diartikan juga saham sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan (maximizing the price of the firm’s common stock). Memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Martono dan D. Agus Harjito (2002:13). Suatu perusahaan terbuka maupun perusahaan perseorangan memiliki tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaaan dan meningkatkan kesejahteraan para pemilik maupun investornya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memperbesar laba diperoleh oleh perusahaan setiap tahunnya. Untuk suatu perusahaan terbuka tujuan mencari laba yang besar tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dengan cara membagikan dividen setiap tahunnya. Besarnya dividen yang akan dibagi oleh perusahaan tersebut terlebih dulu dikaji sebaik mungkin. Ini mengingat adanya pandangan dalam menyikapi kebijakan perusahaan dalam menentukan pembayaran dividen yang akan menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi perusahaan. Menurut Brigham dan Gapenski (2004:437) kebijakan dividen adalah : “Dividend policy, involves the decision to payout earning as dividend’s versus retaining and reinvesting then in the business, it has to key elements (1) what fraction of earning should be paid on average: over time? This is target payout policy decision, (2) should the firm attempt to pay a stable, predictable dividend, or should it very its dividend payments from year to year depending on its internal needs and cash flow? This is dividend stability policy decision.” Hal ini berarti memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan dalam kebijakan dividen, dimana kebijakan dividen perusahaan merupakan kebijakan yang menentukan persentase laba yang ditahan untuk diinvestasikan dan laba yang akan dibayarkan sebagai dividen atau disebut sebagai dividend payout ratio (DPR) (Brigham And Ehrhardt 2002:12). Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan mendatang. Keputusan pembagian dividen ditentukan oleh pemegang saham melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) yang memberikan konsekuensi bahwa besar kecilnya dividen dapat dijadikan alat bagi pemegang saham untuk mengendalikan manajemen. Beberapa penelitian tentang bagaimana dividen dijadikan dasar bagi pemegang saham dalam mengendalikan manajemen,yaitu Schooley (1994) mengungkapkan bahwa kebijakan dividen digunakan menurunkan biaya keagenan. Pembayaran dividen menyebabkan jumlah dana yang dikelola oleh perusahaan menjadi semakin kecil. Masalah keagenan juga dapat dihilangkan melalui konsentrasi kepemilikan. Hal ini diungkapkan oleh Densetz dan Lenh (1985), Bathala, Moon dan Rao (1994) menyimpulkan bahwa level kepemilikan manajerial yang lebih tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan. Masalah keagenan akan semakin kecil apabila manajemen juga merupakan sebagai pemegang saham. ( Tendi Haruman ,2008) Jensen dan Meckling (1976:81) sebagaimana dikutip oleh Tendi H (2008) (Jurnal Keuangan & Perbankan Perbanas Volume 10 No. 2, Desember 2008) menyatakan hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (pemilik perusahaan) menggaji individu lain (manajer) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada manajer. Seringkali prinsipal merasa khawatir agen melakukan tindakan yang tidak disukai oleh prinsipal seperti memanfaatkan fasilitas perusahaan secara berlebihan atau membuat keputusan yang penuh risiko misalnya dengan menciptakan utang yang tinggi untuk meningkatkan nilai perusahaan (atas biaya pemilik) dimana tindakan ini disebut moral hazard (Scott, 1997:371) dalam Ali (2002:88). Penyebab konflik lainnya antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan (1) aktivitas pencarian dana (financing decision) dan (2) pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh tersebut diinvestasikan. Berbicara tentang keputusan pendanaan berarti berhubungan dengan kesempatan suatu perusahaan dalam perluasan usahanya. Kesempatan berkembang suatu perusahaan bisa dicapai dengan melakukan investasi, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk dapat melakukan investasi, agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan akses perusahaan tersebut kepada sumber dana yang tersedia, baik itu sumber dana dari luar perusahaan berupa pinjaman, maupun dari dalam berupa modal sendiri. Struktur Modal perusahaan dapat diketahui dengan cara mengamati neraca perusahaan pada sisi pasiva. Bambang Riyanto ( 2003; 21) menyatakan bahwa ”Struktur Modal mencerminkan cara bagaimana aktiva – aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang pada neraca. Struktur Modal mencerminkan pula perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing ( jangka panjang) dengan jumlah sendiri” Kemudian menurut Gitman (2000:140) bahwa struktur modal diukur dengan tingkat Debt Equity Ratio (DER), yang diformulasikan oleh besarnya pinjaman jangka panjang dibagi dengan modal sendiri. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur modal memberikan gambaran bagaimana pembiayaan perusahaan dilakukan dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, modal sendiri berupa saham biasa, saham preferen dan laba yang ditahan yang dapat diukur dengan besarrnya tingkat Debt Equity Ratio. Rasio DER digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan dan dirumuskan sebagai berikut: DER Total Debt Total Equity Bauran hutang dan modal sendiri untuk pendanaan perusahaan merupakan bahasan utama dari keputusan struktur modal. Bauran modal yang efisien dapat menekan biaya modal, yang dapat meningkatkan kembalian ekonomi neto dan meningkatkan nilai perusahaan. (BrighamAnd Ehrhardt 2004 : 167 – 768). Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade-off antara risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang tidak hanya memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Brigham & Houston (2001:5) struktur modal yang optimal sebagai berikut: “Struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian yang memaksimumkan harga saham”. Dari konsep yang diutarakan di atas dalam menetapkan struktur modal perusahaan harus mempertimbangkan risiko dan tingkat pengembalian agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai saham biasa perusahaan ditambah dengan nilai pasar utang perusahaan sehingga untuk memaksimalkan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menunjukkan struktur modal yang tepat untuk membentuk nilai perusahaan yang maksimal, dimana nilai pasar saham adalah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham yang dibandingkan dengan keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham dan nilai pasar hutang adalah biaya bunga yang dibandingkan dengan tingkat hutang. Suatu perusahaan umumnya sangat tergantung pada hutang sebagai pembiayaan eksternal, baik dari investor individual maupun institusional (domestik atau asing). Oleh sebab itu, istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditunjukkan oleh jumlah hutang dan equity tetapi juga oleh persentase kepemilikan oleh manajer, institusional dan publik (Jensen dan Meckling, 1976) sebagaimana dikutip oleh Tendi Haruman (2008) (Jurnal Keuangan & Perbankan Perbanas Volume 10 No. 2, Desember 2008). Managerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui hutang berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Investor institusional dapat di subtitusikan untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt (hutang) dalam struktur modal. Penelitian yang dilakukan Sudarma (2004) menghasilkan kesimpulan bahwa struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional) saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa yang komposisinya diukur dari kepemilikan manajerial dan institusional menjadi penentu nilai perusahaan. Semakin berkurangnya komposisi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional serta meningkatnya kepemilikan public akan berpengaruh terhadap naiknya nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia perlu memperbesar struktur kepemilikan publik untuk mendorong agar pihak manajemen perusahaan lebih transparan dan ada keinginan untuk melakukan penyebaran kepemilikan. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kepemilikan saham institusional secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini berarti bahwa naiknya kepemilikan institusional akan berpengaruh terhadap penurunan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Pasar Modal Laporan Keuangan Fungsi Keuangan Pendanaan Investasi Struktur Modal DER Struktur Kepemilikan MPUB MO WN Aktiva MINS DPR Nilai Perusahaan Keterangan : Sumber : data yang diolah Kebijakan Dividen = Diteliti = Tidak diteliti Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diambil suatu hipotesis yang menyatakan : ”Bahwa DPR, struktur modal dan struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara simultan maupun parsial” 1.6 Metodologi Penelitian Penulis menganalisis laporan keuangan perusahaan pada industri Food and Beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008 dengan terlebih dahulu melakukan pengumpulan data dan fenomena-fenomena yang terkait dengan penelitian melalui studi pustaka dan studi literatur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Menurut Mohammad Nazir (2003;54): ”Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan metode verifikasi menurut Marzuki Usman (2003 : 7) adalah : “Metode yang menguji suatu pengetahuan. Tujuan dari penelitian verifikatif ini adalah dimana penulis melakukan pengujian hipotesis yang dianalisis dengan metode statistik, apakah suatu hipotesis diterima atau ditolak.” Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen, struktur modal dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan digunakan analisis yaitu uji normalitas, analisis jalur, korelasi linear, dan pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk analisis parsial dan uji F untuk analisis simultan. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Data penunjang untuk penelitian ini diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia-Capital Market Center Universitas Sangga Buana YPKP di jalan P.H Hasan Mustopa 68 Bandung. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari tahun 2010.