d:\pasca 2011\akademik\jurnal s

advertisement
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
STUDI PENDAHULUAN
MODEL PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR
PARTISIPATIF AKOMODATIF GUNA ANTISIPASI
KONFLIK PEMBAGIAN AIR
(Kasus Sumberawan Kecamatan Singosari Malang)
Abdul Kadir Rahardjanto
Mahasiswa Program Doktor Universitas Indonesia
Abstract
This study aimed to describe the parties involved in the management of water
resources in Sumberawan, Singosari, Malang. This study used a qualitative approach
this. Data collection techniques used in this study is oservasi nini and in-depth
interviews of four key nforman. This study also used the document to supplement
the data collected through observation and interviews in depth. The results of this
study produced the following findings: first, the user water resources are separated
into two categories, namely non-commercial users and commercial. Commercial users
tend to expand and ignore those non-commercial which is actually more right to use
water resources. Second, water resource users tend to ignore their obligations so that
threaten the availability of water resources, present and future. Third, regulation
of water resource management not yet fully available, allowing multiple parties get
around these regulations.
LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber daya alam penting bagi kehidupan manusia. Tidak
salah kalau ada yang menyebut setetes air adalah sumber kehidupan
(Admawirya, 2002). Namun sejak beberapa dasawarsa terakhir ini keberadaan
air sebagai suatu sumberdaya sudah mencapai titik kritis yang mengkhawatirkan
banyak orang karena akan sangat mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia
selanjutnya. Kerawanan telah terjadi tidak hanya ditinjau dari sudut pandang
ketimpangan antara jumlah ketersediaan yang semakin tak sepadan dengan
kebutuhan saja, tetapi kerawanan juga terjadi di seluruh dimensi keberadaan
air itu sendiri. Kerawanan itu terjadi pula dari sudut mutu, temporal maupun
spasial.
Permasalahan sumberdaya air menjadi semakin berkembang kegagalan
pemerintah masa lalu untuk mewujudkan tujuan pembangunan telah
menimbulkan efek dan dampak negatif yang sangat luas dalam hidup dan
91
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
kehidupan manusia Indonesia. Ketaksepadanan pengelolaan hulu dan hilir sungai
telah menyebabkan kemunduran kondisi Daerah Aliran Sungai (Iskandar, 2003).
Kemunduran kondisi juga disebabkan oleh pemanfaatan air tanah secara
berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah air tanah,
meningkatnya intrusi air laut dan amblesan tanah. Pembahasan kelangkaan air
sangat terkait dengan suplai air dan permintaan air.
Sejalan dengan nafas UU No 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah juga
terjadi desentralisasi pengelolaan sumberdaya air. Terdapat tiga manfaat yang
umumnya diharapkan dari penyelenggaraan otonomi daerah melalui
desentralisasi : Pertama, prakarsa dan kreativitas daerah dapat lebih berkembang
sehingga masalah dan tantangan yang muncul di daerah dapat lebih mudah
dan cepat diatasi ; Kedua, beban persoalan dapat lebih dibagi antara pemerintah
pusat dan daerah sehingga memungkinkan kesempatan yang lebih luas bagi
pusat untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang bersifat
strategis; dan Ketiga, membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat
di tingkat lokal dan daerah sehingga mampu meningkatkan rasa keadilan dan
tanggung jawab bersama dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Pengalaman dalam mengupayakan otonomi daerah selama ini
menunjukkan alotnya proses yang berlangsung guna mewujudkan otonomi
daerah itu sendiri. Kondisi menimbulkan berbagai permasalahan. Penelitian
berusaha menjawab beberapa permasalahan: 1). Siapa saja pihak-pihak yang
terkait dengan keberadaan sumber air Sumberawan di Desa Toyomarto
Kecamatan Singosari?: 2). Peran apa saja yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait
ini dalam hubungannya dengan manajemen sumberdaya air?; dan 3). Bagaimana
dampak kelangkaan sumberdaya air, yang dicerminkan menurunnya debit, air
terhadap prilaku pihak-pihak yang terkait dengan sumber air Sumberawan di
Desa Toyomarto Kecamatan Singosari ini?
KAJIAN PUSTAKA: MOD EL EKON OMI N EO-KLASIK VS MOD EL
EKONOMI EKOLOGIS
Dalam ekonomi neo-klasik diasumsikan sumberdaya alam dianggap sama
dengan faktor produksi lainnya, sehingga dalam proses maksimalisasi
ekternalitas dianggap sama dengan nol. Dengan mengacu hukum kekkekalan
massa dan hukum termodinamika II (kekekalan energi), maka selain terjadi
penggunaan yang dikehendaki maka juga terjadi sisaan atau tidak dikehendaki.
Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa jumlah massa sebelum sama
dengan jumlah massa sesudah reaksi. Jadi dalam tranformasi faktor produksi
92
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
menjadi produksi pasti diikuti sejumlah limbah tertentu. Demikian juga halnya
dengan proses konsumsi, hasil produksi sebagian besar dikonsumsi dan terdapat
sisaan. Hukum kekekalan energi menjelaskan tidak ada sistem yang efesien,
sehingga selain terjadi energi yang terpakai juga terdapat energi yang terbuang
atau limbah. Dalam ekonomi neo klasik pengaruh limbah atau sisaan dianggap
sama dengan nol (Tietenberg, 1998). Ekonomi ekologis yang mensintesakan
ilmu ekonomi neo-Malthusian, Neo-klasik dan ilmu ekonomi Neo Marxist
menganggap perlu peninjauan kembali asumsi lingkungan sebagai faktor
produkdi yang dicerminkan dengan biaya ekstraksi atau sama dengan faktor
produksi lainnya (Prugh,1995).
Perbedaan pola pandang mengenai sumberdaya lingkungan, menyebabkan
para digma berpikir juga berbeda . pemikiran ekonomi neo klasik yang
mengabaikan pengaruh eksternalitas cenderung menghasikan perilaku
industriawan bersifat social trap yang meniadakan eksternalitas yang tidak
menguntungkan dan hanya bersedia mengeluarkan biaya produksi langsung
saja. Biaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan
diangap sebagai biaya eksternal dibebankan kepada masyarakat. Kelangkaan
sumberdaya dicerminkan dengan scarcity rent. Sebaliknya ekonomi ekologis
menganggap bahwa aliran sumberdaya bersifat dinamis dan terjadi proses
trasformasi sumberdaya. Sumberdaya alam dianggap ebagai kumpulan segala
sesuatu yang dapat menghasilkan aliran barang-barang dan jasas-jasa yang
beguna. Sumberdaya alam mempunyai fungsi regulasi, fungsi ruang dan media
tumbuh, fungsi produksi dan fungsi informasi. Model pemikiran ekonomi
neo-klasik dan ekonomi ekologis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Model Ekonomi Neo-klasik. Dalam model ekonomi neo-klasik
sumberdaya alam diperlakukan sebagai faktor produksi lainnya. Tingkat ekstrasi
sumberdaya didasarkan pada valuasi cadangan sumberdaya yang dicerminkan
pada pasar sumberdaya alam. Hubungan sebab akibat mekanisme strutural
yang menjelaskan pembentukan harga neto dan tingkat konsumsi sumberdaya
menurut Ekonmi neo-klasik dapat dilihat pada Gambar 1.
Dalam model ini diasumsikan terdapat kemanpuan teknologi yang tidak
terbatas dimasa mendatang untuk menggunakan sumberdaya alam dan
penawaran sumberdaya alam tidak terbatas.dalam model ini eksploitasi dan
penggunan sumberdaya alam didasarkan pada prinsip maksimalisasi nilai neto
sekarang (NPV), dengan menggunakan teknologi yang ada saat ini. Dalam
menentukan nilai neto sekarang ini di gunakan faktor disconto utiliti masa
93
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
mendatang. Tingkat disconto dikaitkan dengan biaya produksi dan tingkat
bunga dengan harga neto sumberdaya. Lebih lanjut, harga neto sumberdaya
dipertimbangkan harga kelangkaan dan produksi penyokong (back stop
production). Untuk sumberdaya tertentu nilai neto sumber daya juga ditentukan
produksi penyokong dan tingkat konsumsi sumberdaya (Sasmojo,1994).
Gambar 1. Hubungan sebab akibat mekanisme sruktural yang menjelaskan
pembentukan harga neto dan tingkat konsumsi sumberdaya menurut Ekonomi
Neo-klasik.
Sumber : Sasmojo, 1994.p.52.
94
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
Dalam model ekonomi neo-klasik ini di abaikan mengenai kemajuan
teknologi yang dianggap sebagi salah satu komponen utama untuk menjelaskan
dampak aktivitas ekonomi terhadap sumberdaya lingkungan. Salah satu
rumusan penting dalam menjelaskan dampak aktivitas ekonomi terhadap
sumberdaya lingkungan ini dinyatakan dengan
Dampak = Jumlah penduduk X kekayaan X teknologi
Rumusan di atas menjelaskan bahwa untuk mengurangi dampak dapat
dilakukan dengan beberapa cara, misalnya mengurangi pertumbuhan penduduk,
mengurangi konsumsi sumberdaya alam atau menggunakan teknologi hemat
pemakaian sumberdaya alam. Jadi model ekonomi neo-klasik cenderung
memeksimalisasi keuntungan atau memaksimalisasi utiliti serta mengabaikan
faktor lingkungan yang bersifat dinamis (Prugh, 1995).
Keseimbangan Produsen menurut ekonomi Neo-klasik. Dengan
menganggap bahwa sumberdaya air sama dengan faktor produsi lainnya, maka
keseimbangan produsen dapat dijelaskan dengan Gambar 2.
Gambar 2. Keseimbangan pasar dan keseimbanga perusahaan menurut
Ekonomi Neo-klasik.
Harga P
Harga P
MC
E
P*
0
Sumber
P*
Q*
output pasar
0
Q*
output firm
: Case and Fair, 1996.p.405
Dengan asumsi produsen bekerja pada pasar persaingan dan berorientasi
memaksimalkan keuntungan, maka keseimbangan produsen tercapai pada saat
P= MR+ MC. Keseimbanga pasar (market clering) tercapai pada harga dan
jumlah keseimbangan masing-masing sebesar P* dan Q*. perusahaan yang
beroperasi pada struktur pasar persaingan bertindak sebagai price taker, yaitu
95
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
menerima sebesar harga yang berlaku di pasar. Dengan kata lain perusahaan
secara individual tidak mampu mengubah harga yang berlaku di pasar dan
penerimaan marjinal (MR) sama dengan harga (P) yang berlaku di pasar. Pada
gambar di atas, keseimbangan produsen terjadudi di titik E yaitu dengan
memproduksi output sebanyak q* unit.
Model Ekonomi Ekologis. Sumberdaya alam dalam model ekonomi
ekologis dianggap sebagai kumpulan segala sesuatu yang dapat menghasilkan
aliran barang-barang dan jasa-jasa yang berguna. Sumberdaya ini bervariasi
ada yang dapat diperbarui, tidak dapat diperbarui dan konbinasi diantara
keduanya (Prugh, 1995). Dengan macam sumberdaya yang demikian ini, maka
penggunaan sumberdaya sangat ditentukan macam sumberdaya alam tersebut.
Gambar 3. Aliran sumberdaya alam dinamis dan proses tranformasi pada model
Ekonomi Ekologis
Sumber
: Sasmojo, 1994. P. 57.
Panayotou (1994) menganggap bahwa sumberdaya ini bersifat dinamis.
Tingkat pengeluaran sumberdaya mempengaruhi jumlah pengeluaran
sumberdaya. Dalam hal ini tingkat reklamasi sangat menetukan berapa besar
sumberdaya ayng dapat dieksploitasi. Pada sumberdaya tertentu memerlukan
regenerasi, khususnya sumberdaya pertanian. Tingkat regenerasi ini sangat
menetukan potensi sumberdaya yang dapat dipakai, yang pada akhirnya
eksplorasi sangat menetukan jumlah sumberdaya yang diekploitasi. Sumberdaya
96
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
yang tidak dapat diperbarui pada umumnya langsung dapat dipakai dan untuk
itu memerlukan proses daur ulang. Tingkat ekploitasi secara langsung akan
mempengaruhi jumlah sumberdaya yang dapat dieksploitasi. Dengan demikian,
kesediaan pelaku-pelaku ekonomi untuk mengeluarkan biaya perbaikan
lingkungan atau pengurangan konsumsi sangat menentukan jumlah sumberdaya
yang dapat dipakai.
Keseimbangan Produsen menurut Ekonomi Ekologis. Ekonomi ekologis
memandang proses produksi yang dilakukan suatu perusahaan membebankan
biaya eksternal kepada masyarakat. Perusahaan terjerat dalam sosial trap yang
hanya beersedia membayar sebesar biaya finasialnya, sedangka biaya perbaikan
kualitas lingkungan di bebankan kepada masyarkat. Dengan demikian biaya
sosial marjinal (MSC) merupakan penjumlahan biaya marjinal dan biaya
kerusakan lingkungan yang diakibatkan proses produksi. Keseimbangan
produsen menurut ekonomi ekologis dijelaskan dengan Gambar 4.
Gambar 4. Keseimbangan pasar dan keseimbangan perusahaan menurut
ekonomi Ekologis.
Harga P
Harga P
MSC
E
P*
0
Sumber
P*
Q*
output Pasar
0
MC
F
q* output perusahaan
: Case and Fair, 1996.p.405.
Dengan asumsi produsen bekerja pada pasar persaingan dan berorientasi
memaksimalkan keuntungan serta mengabaikan kerusakan lingkungan akibat
proses produksi yang dilakukan, maka keseimbangan produsen tercapai pada
saat P=MR+MC. Keseimbangan pasar (market clearing) tercapai pada harga
dan jumlah keseimbangan masing-masing sebesar P* dan Q*. jika perusahaan
hanya bersedia membayar biaya aktual saja, maka akan berproduksi sebesar
q* unit, dengan produksi sejumlah q* unit ini sebenarnya terdapat beban biaya
yang harus ditanggung masyarakat. Dengan kata lain biaya eksternal merupakan
97
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
selisih antara biaya marjinal sosial (MSC) dengan biaya marjinal (MC). Jadi
jumlah output keseimbangan dengan memepertimbangkan biaya perbaikan
lingkungan ini akan lebih kecil dari q* unit.
DESAIN DAN METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang dilakukan untuk
melakukan penyelidikan secara mendalam (investigasi) terhadap kemungkinankemungkinan yang terjadi pada pengelolaan sumberdaya air, Penelitian jenis
ini dilakukan, sebab peneliti ingin melakukan eksplorasi dan peneliti hanya
mempunyai pengetahuan yang sedikit sekali bahkan tidak memiliki pengetahuan
sama sekali, tmengenai pengelolaan sumberdaya air, khususnya sumberdaya
air Sumberawan. Tetapi peneliti yakin, cepat atau lambat akan terjadi kelangkaan
sumberdaya air yang memungkinkan terjadi konflik di antara pihak-pihak yang
terlibat dalam pengelolaan sumberdaya air ini.
Paradigma Penelitian
Dengan mempertimbangkan aspek realitas sosial, hakekat manusia, hakekat
ilmu pengetahuan dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan
paradigma Strukturalis Radikal (Burrell and Morgan, 1994). Pemilihan
paradigma ini dengan perimbangan sebagai berikut : 1). Realitas sosial : Realitas
sosial terletak di antara subyektif dan obyektif. Realitas diciptakan oleh manusia
yang dalam hal ini diilustrasikan dengan menggunakan sistem sosial yang
memiliki komponen-komponen sistem yang saling menekan satu sama lain.
Sumberdaya air sebagai barang publik menyebabkan sistem sosial berada pada
kondisi ketegangan dan konflik kepentingan. Pelaku-pelaku ekonomi berusaha
berperan sebagai gainer bahkan free rider akibat kelangkaan sumberdaya air, jika
perlu dilakukan dengan mengeksploitasi pihak-pihak lain yang terlibat dalam
pengelolaan sumberdaya air; 2). Hakekat manusia : Stake holder sumberdaya
air, yaitu masyarakat lokal, PDAM Kabupaten Malang dan instansi militer
bersifat dinamik yang berusaha melakukan adaptasi, agresi dan tindakan aktif
lainnya. Masing-masing pelaku dianggap sebagai penentu nasibnya sendiri yang
kemungkinan dalam melakukan interaksi ditekan, dieksploitasi, dibatasi atau
pun diasingkan, diarahkan, dikondisikan dan tidak ada kesempatan
mengaktualisasi dirinya. Proses penyesuaian dianggap sebagai kesempatan
mengaktualisasikan dirinya; 3). Hakek at ilmu pengetahuan : Hakekat ilmu
98
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
pengetahuan terletak diantara positivisme dan interpretivisme. Ilmu pengetahuan
menganggap manusia pada golongan tertentu dan berusaha mengubah nasibnya.
Ilmu pengetahuan bersifat tidak bebas nilai, karena harus dapat melindungi
golongan lemah, yaitu masyarakat lokal yang sejak dulu kala pengguna air
Sumberawan; dan 4). Tujuan penelitian : Tujuan ilmu pengetahuan adalah
mengungkap hubungan nyata (real relation) yang ada di bawah permukaan
mengungkap mitos yang dibangun pihak-pihak yang diuntungkan dalam suatu
sistem sosial berkaitan dengan penggunaan sumberdaya air Sumberawan. Ilmu
pengetahuan harus mampu menghilangkan kepercayaan dan ideologi yang
salah yang mungkin saja dibangun untuk mempertahankan pihak-pihak yang
diuntungkan sebelum terjadi perubahan. Tujuan ilmu pengetahuan harus dapat
membebaskan dan memberdayakan pihak-pihak yang kurang beruntung selama
ini (Kodoatie dan Sjarief, 2005).
Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja yaitu Dusun Sumberawan
D esa Toyomarto Kecamatan Singosari K abupaten Malang dengan
pertimbangan terdapat sumberdaya air yang melibatkan pihak-pihak terkait,
seperti masyarakat lokal, PDAM Kabupaten Malang dan Instansi militer. Dalam
kondisi normal dapat terpenuhi kebutuhan air tidak konflik, tetapi penurunan
pasokan air akan menyebabkan konflik.
Prosedur dan Pengumpulan Data Penelitian
Penelitian kualitatif ini memanfaatkan informasi yang berasal dari informan
kunci (key informan), yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui fenomena
yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air di Sumberawan Desa
Toyomarto Kecamatan Singosari. Informan kunci dalam penelitian ini meliputi
4 orang yang sudah dianggap cuklup untuk memperoleh informasi guna
menjawab fokus penelitian. Sesuai dengan kesepakatan dalam wawancara
mendalam, maka keempat informan kunci mempunyai inisial: 1). Sp 82 tahun
petani dan tetua desa, termasuk yang memimpin bersih sumber; 2). Sw (65
tahun) perangkat Desa Toyomarto yang mengetahui proses pengelolaan sumber
air Sumberawan; 3). Tw (48 tahun) pekerja serabutan memberi banyak proses
terjadi penurunan area tangkap air hujan; dan 4). Ry (45) tahun petani Desa
Candirenggo dan pengurus HIPAM di daerah aliran sungai yang bermata air
dari Dusun Sumberawan Desa Toyomarto. Informasi diperoleh dengan
wawancara mendalam yang menggunakan standar pertanyaan-pertanyaan kunci
yang didesain sebelumnya yang direkam dengan tape recorder. Pertanyaan
99
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
didesain dengan memanfaatkan Metode Smart Solution yang dikembangkan
Soemarno (1996), sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup guna
menjawab permasalahan penelitan.
Data pendukung mengenai dampak menurunannya debit air terhadap
kehidupan masyarakat diperoleh melalui observasi langsung di lapang yang
didokumentasikan.
Metode Analisis Data
Proses penemuan masalah dan prioritas pemecahan masalah dapat menggunakan metode Smart Solution (Soemarno,1996) yang mengkaitkan masalah
dan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kondisi dan didukung dengan
sumberdaya setempat. Proses ini dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 5. Metode Smart Solution dalam Desain Model Partisipatif-Akomodatif
Dalam penelitian pendahuluan ini hanya membahas karakteristikisasi
pengguna-pengguna air dari sumber air Sumberawan. .
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Dalam bab hasil dan pembahasan penelitian ini akan dilakukan dulu
deskripsi penelitian yang merupakan aspek positif manajemen sumberdary air
dan dilanjutkan pembahasan yang memanfaatkan ekonomi kelembagaan
(institutional economics) dan manajemen air (water management) sebagai aspek
100
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
normatifnya, sehingga diperoleh celah antara aspek normatif dan aspek positif
yang memungkinkan dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan penelitian
yang memungkinkan dicari solusinya. Sebelum membahas pihak-pihak yang
terlibat dalam pengelolaan sumberdaya air di Sumberawan dan dampak
kelangkaan sumberdaya air terhadap masyarakat sekitar, maka perlu dibahas
Sumberdaya air dan Proyeksinya di Masa Mendatang terlebih dahulu. Informasi
yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi digunakan secara
simultan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai pengelolaan sumber
air Sumberawan Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Sumberdaya Air dan Proyeksinya di Masa Mendatang
Sumberdaya air termasuk barang publik. Barang publik merupakan barang
yang memberikan manfaat secara kolektif bagi anggota-anggota masyarakat,
dalam pengertian dikonsumsi secara kolektif. Pada umumnya seseorang
konsumen tidak dapat dikeluarkan dari proses konsumsi barang publik ini.
Dalam komersialisasi sumberdaya air dapat dipandang sebagai bentuk-bentuk
pengelolaan barang publik. Karakteristik barang publik ini tidak ada persaingan
dalam konsumsi (non-rival in consumption), konsumen tidak dapat dikeluarkan
dari proses konsumsi menikmati manfaat (non-excludable), adanya masalah
penunggang bebas (free-rider problem) dan memerlukan biaya besar yang tidak
tergantung pembayaran seseorang (drop-in-the bucket problem).
Barang publik dinyatakan dalam kondisi tidak ada persaingan dalam
konsumsi, apabila konsumsi seseorang tidak dipengaruhi konsumsi orang
lainnya. Hal ini berarti manfaat barang publik berlaku bagi setiap orang tanpa
pandang bulu. Sebaliknya pada barang privat terjadi persaingan, sebab konsumsi
seseorang akan dipengaruhi konsumsi orang lainnya. Setelah barang publik
diproduksi maka setiap orang dapat menikmatinya dan tidak ada seorang pun
dapat dikeluarkan agar tidak bisa dapat menikmatinya. Masalah pokok pada
barang publik adalah penunggang bebas, yaitu setiap anggota masyarakat ingin
memanfaatkan, dengan atau pun tanpa membayar. Pada umumnya setiap
anggota masyarakat enggan membayar dan tidak bersedia membayar barang
publik ini. Dalam konsumsi barang publik, jika seseorang akan menggunakan
akan menyatakan : It s mine , tetap setelah ada kerusakan barang publik dan
tidak dapat digunakan akan berbalik menyatakan: It s yours .
Pemerintah sesuai dengan pasal 5 Undang-undang No. 7 tahun 2004
tentang Sumberdaya Air bertanggung-jawab untuk menjamin hak setiap warga
101
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
negara untuk memperoleh air bagi kebutuhan hidup minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif. Meningkatnya jumlah
populasi dan gaya hidup menyebabkan semakin melebarnya jumlah permintaan
dan jumlah ketersediaan air.
Ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.000 meter kubik per kapita
per tahun. Ketersediaan tersebut bervariasi antar daerah tergantung dari debit
total dan populasi. Semakin tinggi populasi, semakin kecil persediaan. Misalkan
pada tahun 2007 jumlah persediaan per kapita per tahun hanya sebesar 1.750
meter kubik per kapita per tahun, yang lebih kecil dari standar kecukupan
yang sebesar 2.000 meter kubik per kapita per tahun. Kerusakan pada catchment
area dan sepanjang daerah aliran sungai menyebabkan penurunan ketersediaan
per kapita per tahun. Santono (2007) mengestimasi ketersediaan pada tahun
2020 hanya sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Jadi salah kelola
sumberdaya air dapat berpeluang menyebabkan konflik di masa yang akan
datang.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan Sumber air Sumberaw an
dan perannya
Dalam amatan peneliti jumlah pipa air yang terpasang di mata air
sumberawan sebanyak 40-an buah ukuran besar dan kecil. Pipa ukuran besar
dimiliki PDAM Kabupaten Malang, BLK Singosari dan instansi militer yang
terdiri dari Kostrad Divisi Infanteri 2 (TNI AD) dan Lanud Abdul Rachman
Saleh (TNI AU). Sedangkan pipa-pipa kecil milik HIPAM dan beberapa
kelompok masyarakat pengguna, yang pada umumnya merupakan tempat
dimana sumber air tersebut. Dengan informasi awal ini dapat disusun anatomi
pengguna air Sumberawan sebagaimana terlihat pada Gambar 6.
Dengan memperhatikan Gambar 6 terlihat bahwa pengguna sumber air
dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu sektor pemerintah
dan sektor swasta.
Pemerintah mempunyai dua peran penting dalam perekonomian, yaitu
sebagai pelaku ekonomi dan pembuat kebijakan. Pemerintah sebagai pelaku
ekonomi diwujudkan dalam Badan usaha milik negara (BUMN) atau pun
perusahaan milik daerah (BUMD). Perusahaan milik negara mempunyai tujuan
untuk memaksimumkan kesejahteraan sosial. Kegiatan yang dilakukan berupa
pemilihan kaidah-kaidah dan regulasi perekonomian sehingga dapat bekerja
optimal. Badan usaha milik negara juga berpengaruh menentukan struktur
102
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
pasar dalam kaitannya untuk menciptakan keseimbangan penawaran dan
permintaan. Badan usaha milik negara juga mempengaruhi insentif secara
formal dan non-formal yang mempengaruhi bekerjanya sistem perekonomian.
Selain itu badan usaha milik negara juga berperan dalam melakukan monitoring
terhadap dampak yang ditimbulkan suatu kebijakan, termasuk mengotpimalkan
dampak kebijakan yang diambil pemerintah.
Gambar 6. Anatomi pengguna sumber air Sumberawan Tahun 2008
Sumber air Sumberawan
Pemerintah
militer
Swasta
sipil
Dalam desa
Komersial
Non-komersial
(PDAM Kab. Malang)
(BLK Singosari)
Non-komersial
Luar desa
Komersial
(HIPAM)
Sumber air Sumberawan
Peran lain pemerintah adalah pembuat kebijakan atau dalam arti luas
sebagai birokrasi. Tujuan birokrasi adalah memaksimumkan tingkat kepuasan.
Sebagai birokrasi pemerintah berperan untuk menentukan tingkat partisipasi
yang dikehendaki. Pemerintah juga harus dapat menciptakan regulasi yang
sederhana, tetapi juga transparan. Dampak kegiatan yang dilakukan pemerintah
sebagai regulasi ini harus dapat dirasakan oleh perusahaan publik dan
masyarakat. Pemerintah juga harus dapat memberikan insentif formal maupun
non-formal yang dapat mendorong produksi atau konsumsi produks pertanian
tertentu. Birokrasi yang mengendalikan jumlah produksi dan harga harus mampu
mengatur struktur pasar yang ada, sehingga terbentuk harga yang dapat
merangsang produksi maupun konsumsi.
Perusahaan swasta bertujuan memaksimumkan keuntungan. Kegiatankegiatan yang dilakukan berupa pembuatan keputusan untuk produksi atau
tidak berproduksi, mentaati kaidah-kaidah yang ditetapkan pemerintah dan
103
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
badan usaha milik negara, menghindari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Perusahaan swasta juga berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat.
Perusahaan swasta dalam operasinya dipengaruhi kebijakan pemerintah dan
badan usaha milik negara yang terkait. Dalam pengelolaan sumber air
Sumberawan ini perusahaan swasta berupa HIPAM yang tersebar di sekitar
sumber air.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pemerintah selain bertindak sebagai
regulator juga bertindak sebagai aktor ekonomi. Sektor pemerintah dibagi
menjadi dua, yaitu instansi militer dan instansi sipil. Instansi militer yang terdiri
dari Kostrad Divisi Infanteri 2 (TNI AD) dan Lanud Abdul Rachman Saleh
(TNI AU). Instansi militer menggunakan air ini untuk keperluan logistik, mandi,
cuci, kakus dan kepentingan lainnya.
Instansi sipil terdiri dari PDAM Kabupaten Malang dan BLK Singosari.
Batasan komersial suatu badan usaha atau instansi pada pengelolaan sumberdaya
air ini didasarkan pada beban yang ditanggung pengguna-pengguna yang berada
di bawah kontrolnya. Jika nilai pungutan total yang dibebankan jauh melebihi
biaya operasi dan perawatan (O& M Cost) dinyatakan bahwa intansi tersebut
instansi komersial. Dalam hal ini peneliti memberi batasan, apabila nilai pungutan
total lebih dari 1,5 kali biaya operasi dan perawatan dikategorikan instansi
komersial. Tetapi jika nilai pungutan total kurang dari 1,5 kali biaya operasi
dan perawatan, maka instansi tersebut dikategorikan instansi non-komersia.
Hal ini disebabkan untuk tetap bisa menjalankan operasi manajemen
sumberdaya air, juga diperlukan dana pengganti penyusutan alat-alat.
Pemerintah Daerah Kabupaten Malang sebagai regulator mengeluarkan perdaperda terkait pengelolaan sumber air dengan persetujuan DPR setempat.
Sebagai regulator pemerintah seharusnya memaksimalkan kesejahteraan sosial,
tentu tujuan ini berbeda jika Pemerintah Daerah Kabupaten Malang mengelola
PDAM yang berusaha memaksimumkan keuntungan. Sebagian besar atau
seluruh volume air dijual kepada masyarakat pemakai. Hal ini berbeda dengan
BLK Singosari yang sebagian air digunakan untuk keperluan domestik (mandi,
cuci dan kakus) serta kepentingan terkait pelatihan. Dengan menetapkan
klasifikasi nilai pungutan total ini, maka suatu instansi dapat berubah dari nonkomersial menjadi komersial. Hal ini sudah terjadi pada sektor swasta, khususnya
HIPAM (Himpunan Pengusaha Air Minum) yang berasal dari luar desa. Dengan
memanfaatkan harga relatif air yang disalurkan HIPAM dan PDAM, maka
HIPAM Desa Candirenggo dapat menetapkan harga yang lebih tinggi
dibanding HIPAM Desa Toyomarto. Penetapan harga yang lebih tinggi ini
104
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
dapat menghasilkan penerimaan yang jauh lebih besar dibanding biaya operasi
dan perawatan. Dalam kondisi yang demikian ini terjadi proses komersialisasi
air Sumberawan, sehingga HIPAM Desa Candirenggo berubah dari lembaga
non-komersial menjadi lembaga komersial.
Peran merupakan perolahan hak-hak setelah seseorang atau badan melak
sanakan kewajiban-kewajibannya. Hasil amatan dan informasi yang diperoleh
dari informan kunci menunjukkan bahwa tidak pernah ada perbaikan catchment
area guna menciptakan sumber air yang lestari. Masing-masing pengguna hanya
memperbaiki pipa saluran atau pun menjaga kebersihan mata air. Kegiatan
bersama yang sudah dilakukan adalah selamatan sumber. Ketidak-seimbangan
antara tuntutan atas hak-hak pengguna dibanding kewajiban yang dilakukan
tercermin oleh pernyataan Asisten Pemerintahan Kabupaten Malang pada
tanggal 17 Oktober 2008: Tahun depan, kami akan membuat semacam
program perlindungan mata air di sumber-sumber air yang ada di Kabupaten
Malang. Langkahnya, kami bersama masyarakat akan melakukan penghijauan
di sekitar sumber. Selama ini kan kita hanya mengambil air, tanpa memperhatikan
bagaimana kita melestarikan sumber yang ada . Pernyataan ini sangat jelas
pengguna-pengguna yang ada belum melakukan peran sebagaimana mestinya.
Ada informasi lain yang menyebutkan adanya upaya penanaman rambutan,
mahoni dan tanaman keras lainnya di Sumberawan sebanyak 509 bibit yang
dilakukan PDAM Kabupaten Malang dalam Program PDAM GAWE ALAS
ING SUMBER. Meskipun demikian, hasil observasi tidak menunjukkan adanya
perkembangan populasi tanaman di daerah tersebut. Pemahaman terminologi
catchment area perlu disosialisasi bahwa wilayah tersebut tidak saja terletak di
mata air saja, tetapi juga meliputi daerah-daerah sebelah barat, dimana akan
mengalir air tanah menuju mata air.
Dampak kelangkaan sumber air Sumberawan
Dampak kelangkaan sumber air Sumberawan, yang ditunjukkan dengan
penurunan debit air, dapat dilihat dengan beberapa cara, di antara melalui
perubahan agroekologi dan stabilitas kelompok sosial.
Perubahan agroekologi merupakan fenomena tangible yang secara mudah
dapat diobservasi, misal penurunan permukaan air pada kolam Sumberawan,
mengeringnya beberapa mata air, memendeknya aliran sungai dan konversi
lahan sawah menjadi tegal dan pekarangan.
Penurunan permukaan kolam Sumberawan menurut informan kunci
terjadi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970-an kolam air Sumberawan sekitar
105
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
2 hektar, luas kolam menurun menjadi sekitar 0,5 hektar pada tahun 2008 ini.
Penurunan luas kolam ini menunjukkan adanya penurunan debit air. Hasil amatan
juga menunjukkan adanya beberapa mata air yang mengering, sehingga pipapipa penyalur air dipindahkan ke mata air-mata air baru.
Debit air di Sumberawan sesuai dengan lokasi layanannya dapat dikelom
pokkan menjadi tiga, yaitu: Pertama, Toyomarto I dengan debit air 37 liter per
detik untuk melayani 46 hektar lahan pertanian di Desa Toyomarto; Kedua,
Toyomarto II dengan debit air 87 liter per detik untuk melayani 105 hektar
lahan pertanian di Desa Candirenggo, yang terletak di sebelah timur Desa
Toyomarto; dan Ketiga, Sumberawan dengan debit air 76 liter per detik yang
dialirkan untuk Desa Gunungrejo, dengan luas lahan pertanian yang akan dialiri
sekitar 93 hektar. Pada daerah hulu banyak dilakukan usahatani padi, sebab air
tersedia sepanjang tahun.
Produktivitas padi cukup tinggi, yaitu sekitar 8 sampai 12 ton per hektar.
Pilihan usahatani padi di daerah hulu merupakan pilihan rasional berdasarkan
ekspektasi keuntungan per hektar dan kecukupan air irigasi. Pada saat ini lahanlahan di daerah hulu air irigasi sangat terjamin dan usahatani padi dapat dilakukan
sepanjang tahun. Padahal pada tahuin 1970-an sampai di daerah hilir masih
dilakukan usahatani padi. Petani melakukan usahatani berdasarkan etika subsisten, yaitu minimal dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Penurunan daya
dukung lahan di daerah tengah dan hilir terjadi sekitar tahun 1983-an
menyebabkan petani melakukan diversifikasi horisontal dari tanaman padi ke
tanaman yang kurang intensif air sesuai dengan modal yang dimiliki. Diversifikasi horisontal ini merupakan salah satu cara petani untuk menggulangi kegagalan
panen. Petani hilir yang mempunyai modal besar pada umumnya melakukan
diversifikasi dari tanaman padi ke tanaman tebu, sedangkan yang mempunyai
modal kecil mengalihkan tanaman usahatani dari padi menjadi jagung, ubi
kayu dan ubi jalar. Ini menunjukkan bahwa penurunan debit air menyebabkan
memen-dekknya aliran sungai dan konversi lahan dari sawah menjadi tegal
dan pekarangan.
Berbeda dengan perubahan agroekologi yang dapat diamati dengan kasat
mata, maka perubahan padsa kelompok sosial memerlukan amatan yang sensitif
dengan membaca instabilitas kelompok dan penyesuaian-penyesuaiannya.
Dalam penelitian ini kelompok sosial (social group) dari pengguna sumber air
Sumberawan merupakan kesatuan-kesatuan pengguna (user) air Sumberawan
yang mengadakan interaksi satu dengan lainnya dalam rangka pemanfaatan
106
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
sumber air tersebut. Dalam kelompok sosial ini dibutuhkan beberapa
persyaratan: 1). Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa merupakan
bagian kelompok sosial tersebut; 2). Ada hubungan timbal balik antar anggota;
3). Ada faktor kepentingan bersama, dalam kasus ini adalah ketersediaan air.
Pengguna satu dengan berkepentingan untuk membagi debit dan merawat
mata air secara bersama; 4). Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola
perilaku. Apabila elemen-elemen kelompok sosial dapat menjalankan
kewajibannya dan menerima hak-hak yang sepadan, maka akan terbentuk
kelompok sosial yang stabil atau dengan kata lain kesesuaian peran dengan
wewenangnya menjadikan kelompok sosial langgeng, sehingga tidak terjadi
interaksi-interaksi sosial yang bersifat persaingan dan konflik. Persaingan dalam
hal ini disebabkan keterbatas-an sumberdaya air yang diperebutkan banyak
pihak. Persaingan sampai dalam batas tertentu dapat menyebabkan konflik.
Konflik petani dengan pihak lain pada umumnya terjadi apabila etika
subsistensinya terganggu sebagaimana disinyalir Twanney: Kemiskinan petani
sudah pada bagian lehernya, karena riak ombak sekecil apa pun akan tenggelam
dia . Konflik air juga dapat dipandang sebagai gangguan etika subsistensi
dalam arti luas, tidak saja menyangkut pangan, tetapi juga penyediaan air bersih
untuk mandi, cuci dan kakus. Setelah pihak-pihak terkait memberikan reaksi
terhadap situasi, maka akan diperoleh situasi setelah kelompok sosial
memberikan reaksi dan akhirnya kelompok sosial setelah melakukan menambah
pengetahuan akibat pengurangan debit air ini.
Dengan demikian proses pengurangan debit air pada kelompok sosial
akan diikuti dengan proses disfungsi, disorganisasi dan reorganisasi serta penyesuaianpenyesuaian sehingga diperoleh struktur kelompok sosial yang baru. Proses
ini dapat terhenti, jika kelompok sosial tersebut sudah stabil. Sebaliknya dapat
labil, akan terjadi sosial process, segmentation, structural change dan change in group
structure secara kualitatif. Setiap aksi yang dilakukan elemen kelompok akan
memperoleh reaksi dari elemen-elemen lain, terutama terjadi bila aksi yang
dilakukan suatu elemen merugikan elemen-elemen kelompok sosial lainnya.
Konflik sumberdaya air didefinisikan sebagai situasi sosial yang mana
sedikitnya dua pengguna air dalam waktu bersamaan beruasha memperoleh
akses terhadap sujumlah sumberdaya air tertentu. Konflik sumberdaya air selain
memberikan dampak negatif yang berupa kebringasan massa juga memberikan
ruang artikulasi, sehingga kepentingan satu pihak akan diketahui pihak lain,
dicarikan kompromi dan pemecahannya (Anonymous, 2004).
107
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
Pada konflik tahun 2001 dipicu ketidak-samaan sudut pandang antara
PDAM Kabupaten Malang dengan HIPPA dan HIPAM, khususnya yang ada
di Desa Toyomarato dan Desa Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang. Pelaksanaan otonomi daerah memaksa pemerintah-pemerintah daerah
berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Pendapatan asli daerah
merupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja daerah, semakin tinggi
pendapatan asli daerah semakin dinyatakan semakin berhasil pembangunan
suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Malang menanggapi aplikasi indikator
keberhasil an ini dengan cara menggerakkan unit pelaksana teknis daerah
(UPTD) untuk menciptakan keuntungan, dengan target yang semakin besar
dari tahun ke tahun, salah satu yang diberi beban meningkatkan pendapatan
asli daerah ini adalah PDAM Kabupaten Malang. Semakin tinggi pendapatan
PDAM Kabupaten Malang, semakin tinggi pula PAD Kabupaten Malang.
PDAM Kabupaten Malang mengimplementasikan peningkatan
pendapatan nya dengan mempebesar volume air yang dijual, yaitu dengan
memperbesar pipa saluran atau pun menambah pipa saluran. Radikalisame
masyarakat Desa Toyomarato dan Desa Candirenggo dipicu kebijakan yang
kurang memihak ini, sebab secara historis penduduk sekitar lah yang
menggunakan sumber air tersebut, sebelum PDAM Kabupaten Malang dan
Kabupaten Malang didirikan. Regulator yang bertindak sebagai aktor ekonomi,
meskipun melalui PDAM Kabupaten Malang, menyebabkan pemerintah
Kabupaten Malang sulit menanggapi konflik ini. Pada satu sisi PDAM
Kabupaten Malang merupakan sumber pendapatan asli daerah, pada sisi lain
masyarakat Desa Toyomarato dan Desa Candirenggo merupakan jumlah
signifikan bagi Bupati Sujud Pribadi, SE. S.Sos yang ingin mencalonkan pada
periode kedua. Konflik antara PDAM Kabupaten Malang dengan masyarakat
Desa Toyomarato dan Desa Candirenggo seperti bara dalam sekam, yang
sewaktu-waktu angin bertiup akan membara.
PDAM K abupaten Malang memandang bahwa ekspansi usaha
merupakan hak yang diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang dan
bersifat legal. Jika dilihat dari jumlah pipa yang dipasang PDAM Kabupaten
Malang memang sedikit, yaitu dua buah. Tetapi jika dilihat dari volume air,
sangatlah besar. Padahal selain PDAM Kabupaten Malang terdapat pengguna
lain yang juga menyedot mata air Sumberawan cukup besar, yaitu instansi
militer yang terdiri dari Kostrad Divisi Infanteri 2 (TNI AD) dan Lanud
Abdul Rachman Saleh (TNI AU). Protes terhadap PDAM Kabupaten Malang
harus dilihat dari dua aspek: Pertama, komersialisasi air oleh PDAM Kabupaten
108
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
Malang dianggap mencederai kepentingan masyarakat sekitar mata air
Sumberawan secara turun-menurun. Hal ini tersirat jelas pernyataan informan
kunci Ry: PDAM Kabupaten Malang tidak menjalankan fungsinya sebagai
perusahaan daerah yang membela rakyat daerah, tetapi lebih mementingkan
2
dirinya. Amprah PDAM saat ini bisa menembus Rp 2 juta. Sedangkan iuran
bulanan mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 100 ribu. Tentu masyarakat memilih
HIPAM, karena harga amprah murah, dengan ongkos bulanan hanya Rp 5
ribu. Sekitar tahun 2001 lalu terjadi perang antara HIPAM dan PDAM (baca :
PDAM Kabupaten Malang) di kawasan ini. Saat itu HIPAM dilarang mengambil
air dari mata air Candi Sumberawan, akhirnya karena diprotes warga dan
pemilik HIPAM larangan itu dicabut. Banyak pipa milik PDAM Kabupaten
Malang dirusak masyarakat. Jumlah warga yang langganan PDAM Kabupaten
Malang makin mengecil, bahkan nyaris hilang . Ini menunjukkan bahwa
komersialisasi air yang merupakan barang publik dapat menimbulkan konflik.
dan ; Kedua, peringatan dan artikulasi masyarakat terhadap intansi lain seperti
BLK Singosari, Kostrad Divisi Infanteri 2 (TNI AD) dan Lanud Abdul
Rachman Saleh (TNI AU), sehingga tidak ikuta-ikutan mengkomersialisasi air
tersebut.
Jangankan untuk irigasi dan rekreasi, di masa yang akan datang keperluan
air untuk minum, masak, mencuci, dan sanitasi bisa juga tidak terpenuhi secara
kuantitas maupun kualitasnya. Jika dihitung secara matematis, dalam keadaan
normal setiap orang membutuhkan air untuk kepentingan minum, masak,
mencuci, dan sanitasi tidak kurang dari 50 liter per hari. Saat ini air masih
dipandang sebagai sumber daya alam yang tidak terbatas sehingga perilaku
boros air masih sering mewarnai kehidupan masyarakat kita. Jika paradigma
ini tidak berubah, dikhawatirkan lima miliar penduduk dunia akan tinggal di
kawasan yang tidak punya akses terhadap air bersih pada tahun-tahun
mendatang. Meskipun melalui siklus hidrologis air dipandang sebagai
sumberdaya yang dapat diperbaharui, tetapi sebenanrnya terjadi penurunan
kualitas dari waktu ke waktu.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan memperhatikan hasil penelitian di atas, terdapat beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dalam manajemen sumber air Sumberawan,
yaitu meliputi:
1. Peran pengelolaan air tidak dapat diberikan pada swasta yang menaruh
keuntungan sebagai tujuan pertama (profit first). Privatisasi akan membuat
109
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
2.
3.
4.
5.
6.
akses masyarakat terhadap air terbatas dan mahal. Karena seluruh biaya
pengelolaan dan perawatan jaringan air dan sumber air lainnya bergantung
semata pada pemakai dalam bentuk tarif. Privatisasi di berbagai negara
juga menunjukkan fenomena monopoli baru dan harga yang meningkat
beberapa kali lipat.
Pengelolaan sumber daya alam harus diorientasikan untuk mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkelanjutan dari generasi
ke generasi;
Sumber daya alam harus dimanfaatkan dan dialokasikan secara adil dan
demokratis di antara genrasi sekarang maupun yang akan datang dalam
kesetaraan gender;
Pengelolaan sumber daya alam harus mampu menciptakan kohesivitas
masyarakat dalam berbagai lapisan dan kelompok serta mampu
melindungi dan mempertahankan eksistensi budaya yang mencerminkan
kearifan lokal, termasuk sistem hukum yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat adat;
Pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan dengan pendekatan sistem
ekologi (ecosystem) untuk mencegah terjadinya praktik-praktik pengelolaan
yang bersifat parsial, ego-sektoral, ego-daerah, tidak terpadu dan
terkoordinasi; dan
Kebijakan pengelolaan sumber daya alam harus bersifat spesifik lokal
dan disesuaikan dengan kondisi ekosistem dan sosial-budaya masyarakat
lokal.
Prinsip-prinsip di atas satu sama lain saling terkait dan saling mempengaruhi,
sebagai satu kesatuan yang mengandung makna bahwa pengelolaan sumber
daya alam ditujukan untuk menggapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
secara berkeadilan dan berkelanjutan, sesuai dengan amanat UUD 1945, dengan
berbasis pada kemajemukan budaya dan kesatuan bangsa Indonesia. Inti dari
prinsip-prinsip di atas adalah :Kebijakan pengelolaan sumber daya alam tidak
berorientasi pada eksploitasi (use oriented), tetapi mengedepan kan kepentingan
keber-lanjutan sumber daya alam (sustainable resource management).
Pengelolaan sumber daya alam tidak bercorak sentralistik, tetapi bercorak
desentralisasi kewenenangan pengelolaan; pengelolaan sumber daya alam tidak
mengedepankan pendekatan sektoral tetapi mengutamakam pendekatan
holistik/komprehensif; Memberi ruang bagi partisipasi publik dan transparansi;
mengakui dan melindungi akses dan hak-hak masyarakat atas penguasaan dan
110
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
pemanfaatan sumber daya alam; dan Memberi ruang hidup bagi kebudayaan
lokal termasuk kearifan lingkungan lokal, kemajemukan hukum (legal pluralism)
yang secara nyata hidup dan berkembang dalam masyarakat. Dalam persepktif
otonomi daerah, prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam di atas
mencerminkan nuansa ke-otonomi-an masyarakat lokal untuk menguasai,
mengelola, dan memafaatkan sumber daya alam lokal, karena makna dan
hakikat dari otonomi daerah harus diterjemahkan sebagai pemberian otonomi
kepada masyarakat di daerah, masyarakat adat/ lokal, dan bukan semata-mata
pemberian otonomi kepada pemerintah daerah. Ini merupakan manifestasi
dari paradigma pengelolaan sumber daya alam yang berbasis komunitas
(community-based resource management), sebagai pengalihan dari pengelolaan
sumber daya alam yang berbasis negara/ pemerintah dengan strukturnya di
daerah (state-based resource management).
KESIMPULAN
Dengan mempertimbangkan hasil dan pembahasan, maka dalam penelitian
ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengguna sumberdaya air dipisahkan menjadi dua, yaitu pengguna
komersial dan non-komersial. Pengguna komersial cenderung melakukan
ekspansi dan mengabaikan pihak-pihak yang secara trsdional sebenarnya
lebih berhak dibanding pengguna komersial.
2. Pengguna-pengguna masih dalam kondisi banyak menuntut hal dibanding
menjalankan kewajiban-kewajibannya, sehingga mengancam kertersediaan
sumberdaya air, saat ini dan masa mendatang.
3. Regulasi manajemen sumberdaya air belum tersedia sepenuhnya, sehingga
memungkinkan beberapa pihak menyiasati regulasi tersebut.
Dengan mempertimbangkan kesimpulan penelitian ini, maka untuk
menghindari salah kelola sumberdaya air saat ini dan masa yang akan datang
perlu:
1. Penanganan penyediaan air melalui intervensi infrastruktur dan kegiatankegiatan yang terkait.
2. Penyesuaian kembali alokasi antar pengguna dan antar peruntukan,
sehingga diperoleh manfaat besar dari penggunaan sumberdaya air ini.
111
Volume 13 Nomor 2 Juli - Desember 2010
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1995, Statistik Lingkungan hidup Indonesia, Biro Pusat Statistik,
Jakarta. Pp. 318-323.
Admawirya,2002, Kerja Keras demi Air Bersih, Intisari On Line. hal. 12.
th
Case and Fair, 1996, Principles of Microeconomics, 4 edt, Prentice-Hall,
New Jersey. Pp. 403-433.
Eskeland, G.S. and Jimenez, E., 1994, Policy Instrument for pollution Control
in Developing Countries , in SPES, Economy and Ecology in
Sustainable Development, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pp.219265.
Hufschmidt, M.M. Dkk., 1986, Lingkungan, Sistem Alami Dan Pembangunan:
Pedoman Penilian Ekonomi, Gajah Mada Ekonomi Press,
Yokyakarta.
Landsburg, S.E., 1992, Price Theory And Application, The Dryden Press,
Orlando. pp. 463-482.
Muryunani, 1999, Hak Kepemilikan, Efisiensi Dan Distribusi Pendapatan,
Modul Ekonomi Manajement Lingkungan, Program Pascasarjana,
Uiversitas Brawijaya,pp. 8-11
Panayotou,T., 1994, Economy And Ecology In Sustainable Development ,
In SPESS, Economy And Ecology In Sustainable Development,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. pp. 3-45.
Prough, T., 1994, Natural Capital And Human Economic Survival, ISEE
Press, Solomons. pp 3-162.
Randall,A., 1981, Resource Economic: An Economic Approach To Natural
Resource And Environmental Policy, Grid Pueblo. Inc., Colombus.
Reksohadiprodjo, S. dan Brodjonegoro, A.B.P., 1989, Ekonomi Lingkungan:
Suatu Pengantar, BPFE Universtas Gajah Mada, Yokyakarta. pp.89102.
Sasmojo, S., 1994, Managing The Rate Of Natural Resource Use: An
Underlying Key Factor For Developing Countries In The Persuit
Of Sustainable Development, In SPESS, Economy And Ecology
In Sustainable Development, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. pp.
47-65.
Suparmoko, M., 1989, Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, Pusat
112
Studi Pendahuluan Model Pengelolaan Sumberdaya Air
Antar Universitas- Study Ekonomi, Universitas Gajah Mada. pp.
171-186.
Tietenberg, T.H., 1992, Environmental And Natural Resource Economics,
Harper Collins-Publ., New York.
nd
, 1998, Environmental Economics And Policy, 2 ., AdisonWsley, Massachusetts, pp. 441-43.
Word Bank, 1994, Indonesia Environtment And Development: Challenges
For The Future, Report No.12083-IND, Washington, pp.35-64.
113
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
Download