PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU SELFIE SISWA

advertisement
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU SELFIE
SISWA/SISWI SMK/SMA DI KOTA KENDARI
*Sabaruddin**Sumadi Dilla***Saidin
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Thridharma Anduonohu, Kendari.
Email : [email protected]
ABSTRAK
Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Foto Selfie Siswa/Siswi
SMK/SMA di Kota Kendari (Studi Pada Masyarakat Kelurahan Rahandouna
Kecamatan Poasia Kota Kendari)”. Sebuah penelitian mengenai perilaku foto
selfie di kalangan siswa/siswi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskripif
kualitatif dengan jumlah informan penelitian sebanyak 10 orang yang berasal dari
masyarakat Kelurahan Rahandouna yang diambil secara sengaja (purposive
sampling). Dalam melakukan pengumpulan data dilakukan melalui teknik
observasi (pengamatan dan wawancara).
Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukan bahwa persepsi
masyarakat Kelurahan Rahandouna terhadap perilaku foto selfie siswa/siswi
SMK/SMA di Kota Kendari, dapat dilihat dari 2 item yang dijadikan indikator
yakni background dan gaya berfoto. Background atau latar belakang yang
digunakan oleh siswa/siswi ketika melakukan foto selfie melahirkan persepsi yang
berbeda-beda dari kalangan masyarakat yang menyaksikan. Ada yang
menganggap bahwa kebiasaan itu merupakan bentuk aktualisasi diri siswa/siswi
dan adapula yang menganggap bahwa hal itu merupakan hal yang wajar karena
merupakan perilaku remaja saat ini. Sedangkan gaya berfoto gaya berfoto selfie
pada siswa/siswi melahirkan persepsi yang positif maupun negatif. Dianggap
kebiasaan yang positif sebenarnya hanya dirasakan oleh si pelaku selfie, namun
bagi masyarakat yang menyaksikan kebiasaan itu tidak satupun yang
menganggapnya positif. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi yakni
pertama, latar belakang budaya yang cenderung masyarakat menilai perilaku selfie
siswa/siswi dari indikator latar belakang budaya yang dimiliki, misalnya latar
belakang keluarga yang disiplin. Kedua, pengalaman masa lalu yang cukup
mempengaruhi masyarakat kelurahan Rahandouna dalam memberikan penilaian
terkait dengan perilaku selfie siswa/siswi. Dan terakhir adalah faktor berita-berita
yang berkembang atau seputar informasi mengenai perilaku selfie yang pada
akhirnya mempengaruhi persepsi masyarakat kelurahan Rahandouna.
Kata Kunci: Persepsi, Perilaku Selfie, Siswa/Siswi
PENDAHULUAN
Perkembangan gadget di area abad ini semakin membuat penggunanya
mudah untuk bertukar informasi, dalam perkembangannya gadget juga membuat
perusahaan elektronik seperti perusahaan telepon genggam semakin berinofasi
dengan produknya. Salah satunya dengan membuat gadgethandphone yang di
lengkapi dengan kamera depan, dengan gadget tersebut terdapat suatu aktifitas
baru yang berasal dari kamera dan perkembangan smartphone yang semakin
berkembang, yakni fenomena selfie.
Selfie merupakan gaya foto yang menampilkan diri sendiri baik itu wajah,
seluruh tubuh atau bagian tertentu dari tubuh. Foto selfie ini dilakukan oleh diri
sendiri tanpa meminta bantuan orang lain untuk memotret. Saat melakukannya, si
pelaku selfie akan memegang ponsel berkamera atau kamera dengan salah satu
tangannya dan mengarahkan lensa ke bagian yang ingin di foto.
Selfie sendiri merupakan gambaran prestasi diri dimana bertujuan untuk
menampilkan diri dengan cara-cara yang membuat kesan baik. Prestasi diri di sini
maksudnya bagaimana suatu individu menampilkan dirinya pada publik untuk
membuat kesan yang baik.Pelaku selfie biasanya mengambil selfie berkali-kali
dengan berbagai macam gaya, mengabiskan waktu untuk mengedit foto supaya
terlihat sempurna, menggungah hasil selfie ke media sosial yang lebih baik.
Mengunggah foto selfie kedalam media sosial sendiri dapat dikatakan
sebagai bentuk adanya rasa kepercayaan diri seseorang untuk menunjukan sisi
dari dirinya kepada orang lain. Kebiasaan ini banyak dilakukan oleh kalangan
remaja, khususnya remaja putri. Di usia remaja sendiri dimana saat-saat mereka
berkspresi berfikir secara abstrak apa yang ada di dalam kepala mereka. Selfie
pada remaja dilakukan dalam berbagai macam kesempatan dan berbagai macam
tujuan, dapat dikatakan pula salah satu bentuk aktualisasi diri remaja tersebut
melalui selfie. Secara tak langsung selfie sendiri memperlihatkan seberapa besar
kepercayaan diri seseorang.
Kepercayaan diri atau self esteem sendiri menurut Coopersmith (1976)
merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasan memandang dirinya
terutama mengenai sikap menerima dan menolak, juga indikasi besarnya
kepercayaan individu terhadap kemampuanya, keberartian, kesuksesan, dan
keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai
perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu
terhadap dirinya. Pernyataan serupa juga di ungkapkan oleh Lutan (2003) yang
memaparkan bahwa self esteem adalah penerimaan diri sendiri yang berkaitan
denagan kita pantas, berharga, mampu dan berguna, tak peduli dengan apa yang
sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan ‘aku bisa’dan ‘aku
berharga’ merupakan inti dari pengertian self esteem.
Pentingnya penemuan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada
kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki
harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan
perilaku sosialnya, merasa inferrior dan canggung. Namun apabila kebutuhan
harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan
memperoleh sukses dalam menampilkan prilaku sosialnya, tampil dengan
keyakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan
sosialnya.
Self esteem dalam bentuk selfie tersebut memotivasi mereka untuk
mengunggah foto di media sosial. Motivasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor dalam remaja, salah satunya kebutuhan dalam aktualisasi diri pada remaja.
Hal ini terjadi pada siswa/siswiSMP, SMA maupun SMKdi Kota Kendari
terutama remaja putri yang sangat gemar melakukan foto selfie pada jam istirahat.
Dari self esteem yang dimiliki oleh seorang remaja, mereka menunjukan dengan
cara mengaktulisasikan diri mereka, salah satunya adalah dengan mengunggah
foto-foto selfie nya di media sosial.
Kebiasaan menampilkan diri atau selfie pada diri siswa yang idealnya
adalah remaja sekaligus generasi bangsa, akan melahirkan berbagai pandangan
dari masyarakat sekitar sekolah tersebut, baik persepsi yang negatif maupun
positif. Olehnya itu dilakukan penelitian tentang “Persepsi Masyarakat Terhadap
Perilaku Foto Selfie Siswa-Siswi.
Teori Behaviorisme
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori behaviorisme karya
Dollard & Miller (Rakhmat, 2003). Teori ini menekankan pada kebiasaankebiasaan yang timbul dari hasil hubungan antara respon dan stimulus yang terus
terjadi, menurut mereka perilaku seseorang tidaklah muncul dari hasil spontan
respon yang seseorang berikan karena adanya sebuah stimulus saja, melainkan
juga harus ada dorongan-dorongan dari dalam diri (drive) yang ia tidak sadari
ataupun dorongan yang ia sadari yang akhirnya membuat individu itu bergerak.
Selain hanya mengandalkan stimulus dan respon Dollard & Miller juga
memasukan unsur-unsur kognitif atau proses berpikir (train of tough) dalam
teorinya. Menurutnya sebuah stimulus yang diterima oleh seseorang bisa
bergeneralisasi menjadi model stimulus yang lain, begitu juga dengan responnya.
Individu bisa memberikan sebuah pemaknaan yang lain dan berbeda-beda dalam
sebuah stimulus dan respon. Hal ini terjadi pada masyarakat yang ada di Kota
Kendari dimana setiap individu bisa memberikan reasoning atas apa yang ingin
atau yang harus ia perbuat untuk memunculkan respon tertentu.
Persepsi tidak
terjadi
begitu
saja,
tetapi
melalui
suatu
proses.
Terbentuknya persepsi melalui suatu proses, dimana secara alur proses persepsi
berawal dari objek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan tesebut
mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik).
Kemudian rangsangan yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf
sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Selanjutnya terjadilah
suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima
dengan reseptor itu, sebagai suatu rangsangan yang diterimanya. Proses yang
terjadi dalam otak/pusat kesadaran itulah dinamakan dengan proses psikologis.
Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari
tentang apa yang diterima melalui alat indra (reseptor).
Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang menghasilkan respon
atau tanggapan yang dimana setelah rangsangan diterapkan keapada manusia.
Subprosesnya adalah pengenalan,perasaan, dan penalaran. Persepsi dan kognisi
diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar bukan merupakan
bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan
tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap
dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari, khususnya pada masyarakat
Perumnas Poasia, Kelurahan Rahandouna yang tinggal di sekitar sekolah-sekolah
baik SMA maupun SMK dengan pertimbangan bahwa siswa/siswi tersebut gemar
melakukan foto selfie.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di
Perumnas Poasia Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari, dan
siswa/siswi SMKN 4 Kendari.
Informan Penelitian
Informan penelitian ini adalah masyarakat Perumnas Poasia yang tinggal
di sekitar sekolah yang berjumlah 14 informan.
Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pemilihan informan yang dipilih secara sengaja dengan
beberapa pertimbangan.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah:
1. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh disajikan dalam bentuk bentuk tabel
dengan mengunakan angka-angka atau presentase.
2. Data kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh dari persepsi
masyarakat terhadap perilaku remaja dalam melakukan foto selfie berdasarkan
hasil observasi dan wawancara.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer, yaitu data yang di peroleh secara langsung yang bersumber dari
lapangan penelitian dengan menggunakan wawancara.
2. Data sekunder, yaitu data yang di peroleh dari lokasi penelitian berupa
geografis serta gambaran lokasi penelitian.
Teknik Penggumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen penggumpulan data
yaitu:
1. Pengamatan (Observastion) yaitu teknik pengumpulan data melalui proses
mengamati objek penelitian dilapangan.
2.
Wawancara yaitu data yang dikumpulkan dengan memberikan pertanyaan
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, dengan tanya jawab
langsung atau tatap muka dengan informan menggunakan pedoman
wawancara.
3.
Studi pustaka (Library Study) yaitu cara memperoleh data dengan
mempelajari literatur laporan dan bahan tertulis lainnya yang ada
hubungannya dengan judul penelitian.
4.
Dokumentasi, merupakan sumber pelengkap dari metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sebagai sumber pelengkap
dengan cara pengumpulan data dalam memperbanyak data yang dibutuhkan
untuk peneliti dengan maksud agar data yang dikumpulkan lebih akurat.
Teknik Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya akan di
analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yakni data
tersebut disajikan dalam bentuk deskripsi sehinga menjadi jelas, dapat dimengerti
dan dapat menjawab permasalahan penelitian ini tentang persepsi masyrakat
terhadap
perilaku
remaja
dalam
melakukan
foto
selfie,
kemudian
diinterprestasikan dalam bentuk narasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Foto Selfie Siswa/Siswi
Perilaku Siswa
Fenomena selfie pada siswa/siswi menjadi pemandangan yang lumrah bagi
masyarakat di sekitar sekolah tersebut, namun tak jarang kebiasaan itu pada
akhirnya melahirkan pandangan atau persepsi dari kalangan masyarakat yang
berdomisili di sekitar sekolah dimaksud. Persepsi ini lahir sebagai respon
masyarakat terhadap kebiasaan selfie siswa/siswi yang dilakukan tanpa mengenal
waktu baik pada saat istirahat, makan di warung, dan aktifitas lainnya di sekitar
lingkungan sekolah mereka.
Namun bagi siswa/siswi sebagai pelaku foto selfie, justru menganggapnya
sebagai perilaku yang biasa dan lumrah bagi kalangan remaja seumuran mereka.
Dengan demikian, tentu saja perilaku ini akan tetap terjadi pada siswa/siswi yang
menganggap bahwa foto selfie mampu menunjukkan eksistensi diri mereka
sebagai remaja kebiasaan ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni:
1.
Gender
Gender merupakan indikator yang cukup menentukan bagi siapa saja yang
gemar melakukan foto selfie. Kebanyakan yang terjadi adalah perempuanlah yang
paling sering melakukan foto selfie.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa siapa saja dapat mengakui bahwa
yang paling sering melakukan foto selfie adalah perempuan dibandingkan lakilaki. Pemandangan ini tentunya akan melahirkan persepsi pada kalangan
masyarakat Kelurahan Rahandouna bahwa dunia remaja khususnya pada kalangan
siswa/siswi merupakan kelompok umur yang paling rentan dengan aktifitasaktifitas yang menurut mereka tidak mendatangkan manfaat apa-apa.
2. Sikap
Sikap ini sungguhnya lebih kepada cara siswa/siswi menyikapi dan
mempraktekkan perilaku selfie. Ketika sebuah perbuatan dianggap mendatangkan
hal positif atau menguntungkan bagi mereka, maka hal itupun dilakukan. Sama
halnya ketika siswa/siswi menyikapi bahwa ternyata foto selfie itu merupakan hal
yang menyenangkan ketika dilakukan, maka hal itupun dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bisa saja yang terjadi pada diri
seorang siswi jarang melakukan foto selfie, tapi karena sudah sering menyaksikan
kebiasaan teman-temannya berselfie maka hal itupun melahirkan sikap untuk
meniru. Pada akhirnya setelah dilakukan, ternyata yang dirasakan adalah perasaan
senang, sehingga perilaku inipun diulang-ulang.
3. Kenal
Adapun maksud kenal dalam hal ini adalah bagaimana proses yang
dialami oleh siswa/siswi dalam mengenali perilaku selfie sehingga pada akhirnya
melahirkan tindakan. Bagi sebagian siswa/siswi tidak serta merta meniru
kebiasaan selfie teman-temannya. Ada beberapa tahap yang diproses dalam
pemikiran seorang siswa/siswi ketika menyaksikan perilaku selfie yang pada
akhirnya menpengaruhi dirinya.
Proses ini bermula ketika siswa/siswi menyaksikan perilaku selfie di
lingkungan sekolahnya, yang pada akhirnya melahirkan pemikiran apakah hal itu
perlu ditiru atau tidak. Proses itulah kemudian pada diri siswa/siswi mengenali
apa yang dilihatnya. Jadi, ketika hal itu dianggapnya menyenangkan maka
dilakukanlah perilaku itu, tetapi jika dianggap tidak menyenangkan maka tidak
dilakukan pula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku selfie bagi sebagian
kalangan siswa/siswi membutuhkan proses untuk melakukannya. Hal itu bermula
ketika siswa/siswi harus memproses dulu ketika menyaksikan kebiasaan teman
sekolah melakukan foto selfie. Setelah itu melahirkan kesimpulan bahwa perilaku
itu perlu ditiru atau tidak.
Proses Persepsi
Adapun fokus penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap perilaku
foto selfie siswa/siswi adalah mengenai background foto ketika selfie serta gaya
berfoto siswa/siswi tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1.
Background Foto
Background foto merupakan gambar yang berada dibelakang objek, dan
berperan sebagai gambar yang mendukung dari peran utama gambar objek.
Background biasanya menjadi salah satu fokus perhatian orang yang melihat hasil
foto seseorang. Selain melihat gambar utama, orang yang melihat hasil foto selfie
juga akan menyampaikan persepsinya terhadap objek tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seolah kebiasaan selfie itu sudah
merupakan kebiasaan yang wajar bagi kalangan remaja. Khususnya bagi kalangan
siswa/siswi perilaku selfie bukanlah kebiasaan yang buruk, apalagi orientasinya
adalah untuk menghibur diri. Gambar latar belakang yang dijadikan pendukung
pada saat selfie dilakukan oleh siswa/siswi sesuai dengan selera mereka baik
ketika berada di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah
mereka.
2.
Gaya Berfoto
Gaya berfoto merupakan pose atau posisi dan ekspresi seseorang ketika
melakukan foto selfie. Gaya berfoto dalam penelitian ini merupakan salah satu
unsur yang menjadi stimulus dan kemudian akan dipersepsi oleh masyarakat.
Dalam hal ini ketika masyarakat melihat gaya berfoto siswa/siswi, maka dapat
dikatakan proses ini merupakan proses sensasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gaya berfoto selfie pada siswa/siswi
melahirkan persepsi yang positif maupun negatif. Dianggap kebiasaan yang
positif sebenarnya hanya dirasakan oleh si pelaku selfie, namun bagi masyarakat
yang menyaksikan kebiasaan itu tidak satupun yang menganggapnya positif.
Justru yang ada hanyalah persepsi yang menggambarkan kenetralan bahkan dirasa
lucu tetapi hal ini tidak bisa dikatakan positif, dan persepsi yang negatif karena
terkadang gaya berfoto selfie menunjukkan model-model jorok dan tidak sopan.
Contohnya adalah dengan memonyongkan bibir atau menjulurkan lidah. Dengan
demikian gaya berfoto selfie siswa/siswi berjumlah tiga macam yakni
memonyongkan bibir, menjulurkan lidah, dan memainkan mata.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
1.
Latar Belakang Budaya
Remaja saat ini sudah banyak terpengaruh oleh budaya hedonis yaitu gaya
hidup yang glamour, dimana para remaja khususnya remaja putri yang masih
duduk dibangku SMA, banyak meniru budaya orang barat yang cenderung
kapitalis. Terpaan media yang terus mengkampanyekan budaya barat membuat
sebagian para remaja hidup konsumtif mengikuti para publik figur.
Berhubungan dengan latar belakang budaya, persepsi itu terikat oleh
budaya. Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan
bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Semakin besar perbedaan budaya
antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap suatu
realitas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan orientasi kegiatan dimana
orientasi kegiatan ini adalah salah satu unsur budaya yang secara langsung
mempengaruhi persepsi seseorang. Akibat budaya hedonis atau suka bermewahmewahan dengan teman-teman pergaulan, membuat seorang siswi menganggap
selfie itu sebagai hal yang biasa saja. Bahkan bisa jadi hal ini sudah dijadikan
sebagai gaya hidup. Tak hanya itu, kebiasaan selfie pada akhirnya melahirkan
budaya pamer dalam diri seorang siswa/siswi.
2.
Pengalaman
Audience atau khalayak, umumnya pernah memiliki suatu pengalaman
tertentu atas objek yang dibicarakan. Makin intensif hubungan antara objek
tersebut dengan audience, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh
audince. Selama audience menjalin hubungan dengan objek, ia akan melakukan
penilaian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman yang berbeda akan
menimbulkan persepsi yang berbeda.
3.
Berita-Berita yang Berkembang
Berita-berita yang berkembang adalah berita-berita seputar seputar produk
baik melalui media massa maupun informasi dari orang lain yang dapat
berpengaruh terhadap persepsi seseorang. Berita yang berkembang merupakan
salah satu bentuk rangsangan yang menarik perhatian khalayak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa berita yang berkembang turut
memberikan andil dalam mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu
fenomena seperti yang terjadi yaitu foto selfie dimana saat ini digemari segala
kalangan khususnya remaja yang bersekolah di SMKN 4 Kendari. Berita
kecelakaan, ataupun pengrusakan lingkungan dan fasilitas umum yang terjadi
akibat selfie membuat masyarakat berpendapat bahwa foto selfie memilki dampak
negatif tetapi mereka juga mengatakan bahwa fenomena ini juga memilki dampak
positif selama selfie dilakukan dengan sewajarnya.
KESIMPULAN
Dari pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka yang menjadi
kesimpulan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Persepsi masyarakat terhadap perilaku foto selfie siswa/siswi dapat dilihat
dari dua indikator yakni background foto dan gaya berfoto. Background atau
latar belakang yang digunakan oleh siswa/siswi ketika melakukan foto selfie
melahirkan persepsi yang berbeda-beda dari kalangan masyarakat yang
menyaksikan. Sebagian masyarakat menganggap bahwa kebiasaan foto selfie
dengan memilih latar belakang sesuka hati merupakan bentuk aktualisasi diri.
Sebagaian pula menganggap bahwa aktifitas selfie itu di satu sisi dianggap
merupakan hal yang wajar, namun ada baiknya jangan terlalu berlebihan.
Sedangkan gaya berfoto selfie pada siswa/siswi melahirkan persepsi yang
positif maupun negatif. Dianggap positif sebenarnya hanya dirasakan oleh si
pelaku selfie, namun bagi masyarakat kebiasaan itu tidak satupun yang
menganggapnya
positif.
Justru
yang
ada
hanyalah
persepsi
yang
menggambarkan kenetralan bahkan dirasa lucu tetapi hal ini tidak bisa
dikatakan positif, dan persepsi yang negatif karena terkadang gaya berfoto
selfie
menunjukkan
model-model
jorok
dan
tidak
sopan
seperti
memonyongkan bibir atau menjulurkan lidah.
2.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu a) latar belakang
budaya memandang bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek atau
lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut, b) pengalaman,
berpandangan bahwa khalayak umumnya pernah memiliki suatu pengalaman
tertentu atas objek yang dibicarakan. Makin intensif hubungan antara objek
tersebut dengan audience, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki
oleh audience, c) berita yang berkembangdapat berpengaruh terhadap
persepsi seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: JICA IMSTEP
UPI Bandung.
Asrori. 2009. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Berelson dan G. A. Steiner. 1964. Human Behavior: an Inventory of Scientific
Findings. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.
Bloom, B.S.1956. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive
Domain. New York: Davis McKay.
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor, 1993. Kualitatif: Dasar-Dasar Penelitian,
Usaha Nasional, Surabaya.
Coopersmith, Stanley.1976. The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco:
Freeman.
Dadang Hawari, 1997, 1997, Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan
Jiwa. Dana Bakti Prima Yasa, Yogyakarta.
Davis, Berry. 2003, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Rajawali, Jakarta.
Dirgagunarsa, Singgih. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.
Djuretnaa Imam Muhni, 1994, Moral Dan Religi, Kanisius, Yogyakarta.
Hennesy, Bernard. 1981. Public Opinion. Wadsworth Inc.
Irwanto. 1991. Kepribadian Keluarga dan Narkotika: Suatu Tinjaun Psikologis.
Jakarta: Arcan.
Ivancevich, John M. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi Ke-7,
Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat. 2009, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Lutan. 2003. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring. Didalam:
Kumpulan Naskah KONAS XIII. Bali :16
Matlin, M.W. 1989. Cognition, Second Edition. New York: Holt, Rinehart and
Winston, Inc.
Matsumono, David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya; Buku teks utama
dalam kelas psikologi Lintas Budaya tingkat awal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum PAI Islam di Sekolah, Madarasah,
dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan Edisi I. Yogyakarta: Andi Offset.
Rakhmat, Jallaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
---------------------. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi jilid 1, alih bahasa. Jakarta: PT.
Indeks Kelompok Gramedia
Sarwono, S.W. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
---------------, 1985, Perspektif Teoritis Studi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali
Press, Jakarta.
---------------, 1981, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali, Jakarta.
Soelaeman M Munandar. 1987. Ilmu Sosial Dasar. Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
PT. Eresco. Bandung.
Soleman B. Taneko, 1984, Struktur Dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, Rajawali, Jakarta.
Syani, Abdul, 1986. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Fajar Agung,
Jakarta.
----------------, 1994, Sosiologi, Skematika, Teori Dan Terapan, Bina Aksara,
Jakarta.
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Offset.
Wiranata, I Gede A.B, 2002, Antropologi Budaya, PT Aditya Bakti, Bandung.
Sumber Elektronik:
http://masirul.com/pengertian-selfie-sejarah-selfie/, diakses 8 september 2016.
http://hottreding.blogspot.com/2014/04/pengertian-dan-sejarah
perkembangan.html. diakses 8 september 2016.
http://jadiberita.com/55641/asal-mula-selfie.html. diakses 8 september 2016.
Download