PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU SELFIE SISWA/SISWI SMK/SMA DI KOTA KENDARI *Sabaruddin**Sumadi Dilla***Saidin Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Thridharma Anduonohu, Kendari. Email : [email protected] ABSTRAK Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Foto Selfie Siswa/Siswi SMK/SMA di Kota Kendari (Studi Pada Masyarakat Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari)”. Sebuah penelitian mengenai perilaku foto selfie di kalangan siswa/siswi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskripif kualitatif dengan jumlah informan penelitian sebanyak 10 orang yang berasal dari masyarakat Kelurahan Rahandouna yang diambil secara sengaja (purposive sampling). Dalam melakukan pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi (pengamatan dan wawancara). Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukan bahwa persepsi masyarakat Kelurahan Rahandouna terhadap perilaku foto selfie siswa/siswi SMK/SMA di Kota Kendari, dapat dilihat dari 2 item yang dijadikan indikator yakni background dan gaya berfoto. Background atau latar belakang yang digunakan oleh siswa/siswi ketika melakukan foto selfie melahirkan persepsi yang berbeda-beda dari kalangan masyarakat yang menyaksikan. Ada yang menganggap bahwa kebiasaan itu merupakan bentuk aktualisasi diri siswa/siswi dan adapula yang menganggap bahwa hal itu merupakan hal yang wajar karena merupakan perilaku remaja saat ini. Sedangkan gaya berfoto gaya berfoto selfie pada siswa/siswi melahirkan persepsi yang positif maupun negatif. Dianggap kebiasaan yang positif sebenarnya hanya dirasakan oleh si pelaku selfie, namun bagi masyarakat yang menyaksikan kebiasaan itu tidak satupun yang menganggapnya positif. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi yakni pertama, latar belakang budaya yang cenderung masyarakat menilai perilaku selfie siswa/siswi dari indikator latar belakang budaya yang dimiliki, misalnya latar belakang keluarga yang disiplin. Kedua, pengalaman masa lalu yang cukup mempengaruhi masyarakat kelurahan Rahandouna dalam memberikan penilaian terkait dengan perilaku selfie siswa/siswi. Dan terakhir adalah faktor berita-berita yang berkembang atau seputar informasi mengenai perilaku selfie yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi masyarakat kelurahan Rahandouna. Kata Kunci: Persepsi, Perilaku Selfie, Siswa/Siswi PENDAHULUAN Perkembangan gadget di area abad ini semakin membuat penggunanya mudah untuk bertukar informasi, dalam perkembangannya gadget juga membuat perusahaan elektronik seperti perusahaan telepon genggam semakin berinofasi dengan produknya. Salah satunya dengan membuat gadgethandphone yang di lengkapi dengan kamera depan, dengan gadget tersebut terdapat suatu aktifitas baru yang berasal dari kamera dan perkembangan smartphone yang semakin berkembang, yakni fenomena selfie. Selfie merupakan gaya foto yang menampilkan diri sendiri baik itu wajah, seluruh tubuh atau bagian tertentu dari tubuh. Foto selfie ini dilakukan oleh diri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain untuk memotret. Saat melakukannya, si pelaku selfie akan memegang ponsel berkamera atau kamera dengan salah satu tangannya dan mengarahkan lensa ke bagian yang ingin di foto. Selfie sendiri merupakan gambaran prestasi diri dimana bertujuan untuk menampilkan diri dengan cara-cara yang membuat kesan baik. Prestasi diri di sini maksudnya bagaimana suatu individu menampilkan dirinya pada publik untuk membuat kesan yang baik.Pelaku selfie biasanya mengambil selfie berkali-kali dengan berbagai macam gaya, mengabiskan waktu untuk mengedit foto supaya terlihat sempurna, menggungah hasil selfie ke media sosial yang lebih baik. Mengunggah foto selfie kedalam media sosial sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk adanya rasa kepercayaan diri seseorang untuk menunjukan sisi dari dirinya kepada orang lain. Kebiasaan ini banyak dilakukan oleh kalangan remaja, khususnya remaja putri. Di usia remaja sendiri dimana saat-saat mereka berkspresi berfikir secara abstrak apa yang ada di dalam kepala mereka. Selfie pada remaja dilakukan dalam berbagai macam kesempatan dan berbagai macam tujuan, dapat dikatakan pula salah satu bentuk aktualisasi diri remaja tersebut melalui selfie. Secara tak langsung selfie sendiri memperlihatkan seberapa besar kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri atau self esteem sendiri menurut Coopersmith (1976) merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima dan menolak, juga indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuanya, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Pernyataan serupa juga di ungkapkan oleh Lutan (2003) yang memaparkan bahwa self esteem adalah penerimaan diri sendiri yang berkaitan denagan kita pantas, berharga, mampu dan berguna, tak peduli dengan apa yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan ‘aku bisa’dan ‘aku berharga’ merupakan inti dari pengertian self esteem. Pentingnya penemuan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferrior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan prilaku sosialnya, tampil dengan keyakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya. Self esteem dalam bentuk selfie tersebut memotivasi mereka untuk mengunggah foto di media sosial. Motivasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam remaja, salah satunya kebutuhan dalam aktualisasi diri pada remaja. Hal ini terjadi pada siswa/siswiSMP, SMA maupun SMKdi Kota Kendari terutama remaja putri yang sangat gemar melakukan foto selfie pada jam istirahat. Dari self esteem yang dimiliki oleh seorang remaja, mereka menunjukan dengan cara mengaktulisasikan diri mereka, salah satunya adalah dengan mengunggah foto-foto selfie nya di media sosial. Kebiasaan menampilkan diri atau selfie pada diri siswa yang idealnya adalah remaja sekaligus generasi bangsa, akan melahirkan berbagai pandangan dari masyarakat sekitar sekolah tersebut, baik persepsi yang negatif maupun positif. Olehnya itu dilakukan penelitian tentang “Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Foto Selfie Siswa-Siswi. Teori Behaviorisme Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori behaviorisme karya Dollard & Miller (Rakhmat, 2003). Teori ini menekankan pada kebiasaankebiasaan yang timbul dari hasil hubungan antara respon dan stimulus yang terus terjadi, menurut mereka perilaku seseorang tidaklah muncul dari hasil spontan respon yang seseorang berikan karena adanya sebuah stimulus saja, melainkan juga harus ada dorongan-dorongan dari dalam diri (drive) yang ia tidak sadari ataupun dorongan yang ia sadari yang akhirnya membuat individu itu bergerak. Selain hanya mengandalkan stimulus dan respon Dollard & Miller juga memasukan unsur-unsur kognitif atau proses berpikir (train of tough) dalam teorinya. Menurutnya sebuah stimulus yang diterima oleh seseorang bisa bergeneralisasi menjadi model stimulus yang lain, begitu juga dengan responnya. Individu bisa memberikan sebuah pemaknaan yang lain dan berbeda-beda dalam sebuah stimulus dan respon. Hal ini terjadi pada masyarakat yang ada di Kota Kendari dimana setiap individu bisa memberikan reasoning atas apa yang ingin atau yang harus ia perbuat untuk memunculkan respon tertentu. Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Terbentuknya persepsi melalui suatu proses, dimana secara alur proses persepsi berawal dari objek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan tesebut mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu rangsangan yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak/pusat kesadaran itulah dinamakan dengan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indra (reseptor). Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang menghasilkan respon atau tanggapan yang dimana setelah rangsangan diterapkan keapada manusia. Subprosesnya adalah pengenalan,perasaan, dan penalaran. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari, khususnya pada masyarakat Perumnas Poasia, Kelurahan Rahandouna yang tinggal di sekitar sekolah-sekolah baik SMA maupun SMK dengan pertimbangan bahwa siswa/siswi tersebut gemar melakukan foto selfie. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di Perumnas Poasia Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari, dan siswa/siswi SMKN 4 Kendari. Informan Penelitian Informan penelitian ini adalah masyarakat Perumnas Poasia yang tinggal di sekitar sekolah yang berjumlah 14 informan. Teknik Penentuan Informan Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pemilihan informan yang dipilih secara sengaja dengan beberapa pertimbangan. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah: 1. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh disajikan dalam bentuk bentuk tabel dengan mengunakan angka-angka atau presentase. 2. Data kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh dari persepsi masyarakat terhadap perilaku remaja dalam melakukan foto selfie berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer, yaitu data yang di peroleh secara langsung yang bersumber dari lapangan penelitian dengan menggunakan wawancara. 2. Data sekunder, yaitu data yang di peroleh dari lokasi penelitian berupa geografis serta gambaran lokasi penelitian. Teknik Penggumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen penggumpulan data yaitu: 1. Pengamatan (Observastion) yaitu teknik pengumpulan data melalui proses mengamati objek penelitian dilapangan. 2. Wawancara yaitu data yang dikumpulkan dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, dengan tanya jawab langsung atau tatap muka dengan informan menggunakan pedoman wawancara. 3. Studi pustaka (Library Study) yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari literatur laporan dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan judul penelitian. 4. Dokumentasi, merupakan sumber pelengkap dari metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sebagai sumber pelengkap dengan cara pengumpulan data dalam memperbanyak data yang dibutuhkan untuk peneliti dengan maksud agar data yang dikumpulkan lebih akurat. Teknik Analisis Data Data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya akan di analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yakni data tersebut disajikan dalam bentuk deskripsi sehinga menjadi jelas, dapat dimengerti dan dapat menjawab permasalahan penelitian ini tentang persepsi masyrakat terhadap perilaku remaja dalam melakukan foto selfie, kemudian diinterprestasikan dalam bentuk narasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Foto Selfie Siswa/Siswi Perilaku Siswa Fenomena selfie pada siswa/siswi menjadi pemandangan yang lumrah bagi masyarakat di sekitar sekolah tersebut, namun tak jarang kebiasaan itu pada akhirnya melahirkan pandangan atau persepsi dari kalangan masyarakat yang berdomisili di sekitar sekolah dimaksud. Persepsi ini lahir sebagai respon masyarakat terhadap kebiasaan selfie siswa/siswi yang dilakukan tanpa mengenal waktu baik pada saat istirahat, makan di warung, dan aktifitas lainnya di sekitar lingkungan sekolah mereka. Namun bagi siswa/siswi sebagai pelaku foto selfie, justru menganggapnya sebagai perilaku yang biasa dan lumrah bagi kalangan remaja seumuran mereka. Dengan demikian, tentu saja perilaku ini akan tetap terjadi pada siswa/siswi yang menganggap bahwa foto selfie mampu menunjukkan eksistensi diri mereka sebagai remaja kebiasaan ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: 1. Gender Gender merupakan indikator yang cukup menentukan bagi siapa saja yang gemar melakukan foto selfie. Kebanyakan yang terjadi adalah perempuanlah yang paling sering melakukan foto selfie. Hasil penelitian menggambarkan bahwa siapa saja dapat mengakui bahwa yang paling sering melakukan foto selfie adalah perempuan dibandingkan lakilaki. Pemandangan ini tentunya akan melahirkan persepsi pada kalangan masyarakat Kelurahan Rahandouna bahwa dunia remaja khususnya pada kalangan siswa/siswi merupakan kelompok umur yang paling rentan dengan aktifitasaktifitas yang menurut mereka tidak mendatangkan manfaat apa-apa. 2. Sikap Sikap ini sungguhnya lebih kepada cara siswa/siswi menyikapi dan mempraktekkan perilaku selfie. Ketika sebuah perbuatan dianggap mendatangkan hal positif atau menguntungkan bagi mereka, maka hal itupun dilakukan. Sama halnya ketika siswa/siswi menyikapi bahwa ternyata foto selfie itu merupakan hal yang menyenangkan ketika dilakukan, maka hal itupun dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bisa saja yang terjadi pada diri seorang siswi jarang melakukan foto selfie, tapi karena sudah sering menyaksikan kebiasaan teman-temannya berselfie maka hal itupun melahirkan sikap untuk meniru. Pada akhirnya setelah dilakukan, ternyata yang dirasakan adalah perasaan senang, sehingga perilaku inipun diulang-ulang. 3. Kenal Adapun maksud kenal dalam hal ini adalah bagaimana proses yang dialami oleh siswa/siswi dalam mengenali perilaku selfie sehingga pada akhirnya melahirkan tindakan. Bagi sebagian siswa/siswi tidak serta merta meniru kebiasaan selfie teman-temannya. Ada beberapa tahap yang diproses dalam pemikiran seorang siswa/siswi ketika menyaksikan perilaku selfie yang pada akhirnya menpengaruhi dirinya. Proses ini bermula ketika siswa/siswi menyaksikan perilaku selfie di lingkungan sekolahnya, yang pada akhirnya melahirkan pemikiran apakah hal itu perlu ditiru atau tidak. Proses itulah kemudian pada diri siswa/siswi mengenali apa yang dilihatnya. Jadi, ketika hal itu dianggapnya menyenangkan maka dilakukanlah perilaku itu, tetapi jika dianggap tidak menyenangkan maka tidak dilakukan pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku selfie bagi sebagian kalangan siswa/siswi membutuhkan proses untuk melakukannya. Hal itu bermula ketika siswa/siswi harus memproses dulu ketika menyaksikan kebiasaan teman sekolah melakukan foto selfie. Setelah itu melahirkan kesimpulan bahwa perilaku itu perlu ditiru atau tidak. Proses Persepsi Adapun fokus penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap perilaku foto selfie siswa/siswi adalah mengenai background foto ketika selfie serta gaya berfoto siswa/siswi tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Background Foto Background foto merupakan gambar yang berada dibelakang objek, dan berperan sebagai gambar yang mendukung dari peran utama gambar objek. Background biasanya menjadi salah satu fokus perhatian orang yang melihat hasil foto seseorang. Selain melihat gambar utama, orang yang melihat hasil foto selfie juga akan menyampaikan persepsinya terhadap objek tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seolah kebiasaan selfie itu sudah merupakan kebiasaan yang wajar bagi kalangan remaja. Khususnya bagi kalangan siswa/siswi perilaku selfie bukanlah kebiasaan yang buruk, apalagi orientasinya adalah untuk menghibur diri. Gambar latar belakang yang dijadikan pendukung pada saat selfie dilakukan oleh siswa/siswi sesuai dengan selera mereka baik ketika berada di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah mereka. 2. Gaya Berfoto Gaya berfoto merupakan pose atau posisi dan ekspresi seseorang ketika melakukan foto selfie. Gaya berfoto dalam penelitian ini merupakan salah satu unsur yang menjadi stimulus dan kemudian akan dipersepsi oleh masyarakat. Dalam hal ini ketika masyarakat melihat gaya berfoto siswa/siswi, maka dapat dikatakan proses ini merupakan proses sensasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa gaya berfoto selfie pada siswa/siswi melahirkan persepsi yang positif maupun negatif. Dianggap kebiasaan yang positif sebenarnya hanya dirasakan oleh si pelaku selfie, namun bagi masyarakat yang menyaksikan kebiasaan itu tidak satupun yang menganggapnya positif. Justru yang ada hanyalah persepsi yang menggambarkan kenetralan bahkan dirasa lucu tetapi hal ini tidak bisa dikatakan positif, dan persepsi yang negatif karena terkadang gaya berfoto selfie menunjukkan model-model jorok dan tidak sopan. Contohnya adalah dengan memonyongkan bibir atau menjulurkan lidah. Dengan demikian gaya berfoto selfie siswa/siswi berjumlah tiga macam yakni memonyongkan bibir, menjulurkan lidah, dan memainkan mata. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi 1. Latar Belakang Budaya Remaja saat ini sudah banyak terpengaruh oleh budaya hedonis yaitu gaya hidup yang glamour, dimana para remaja khususnya remaja putri yang masih duduk dibangku SMA, banyak meniru budaya orang barat yang cenderung kapitalis. Terpaan media yang terus mengkampanyekan budaya barat membuat sebagian para remaja hidup konsumtif mengikuti para publik figur. Berhubungan dengan latar belakang budaya, persepsi itu terikat oleh budaya. Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap suatu realitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan orientasi kegiatan dimana orientasi kegiatan ini adalah salah satu unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi seseorang. Akibat budaya hedonis atau suka bermewahmewahan dengan teman-teman pergaulan, membuat seorang siswi menganggap selfie itu sebagai hal yang biasa saja. Bahkan bisa jadi hal ini sudah dijadikan sebagai gaya hidup. Tak hanya itu, kebiasaan selfie pada akhirnya melahirkan budaya pamer dalam diri seorang siswa/siswi. 2. Pengalaman Audience atau khalayak, umumnya pernah memiliki suatu pengalaman tertentu atas objek yang dibicarakan. Makin intensif hubungan antara objek tersebut dengan audience, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh audince. Selama audience menjalin hubungan dengan objek, ia akan melakukan penilaian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman yang berbeda akan menimbulkan persepsi yang berbeda. 3. Berita-Berita yang Berkembang Berita-berita yang berkembang adalah berita-berita seputar seputar produk baik melalui media massa maupun informasi dari orang lain yang dapat berpengaruh terhadap persepsi seseorang. Berita yang berkembang merupakan salah satu bentuk rangsangan yang menarik perhatian khalayak. Hasil penelitian menunjukan bahwa berita yang berkembang turut memberikan andil dalam mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu fenomena seperti yang terjadi yaitu foto selfie dimana saat ini digemari segala kalangan khususnya remaja yang bersekolah di SMKN 4 Kendari. Berita kecelakaan, ataupun pengrusakan lingkungan dan fasilitas umum yang terjadi akibat selfie membuat masyarakat berpendapat bahwa foto selfie memilki dampak negatif tetapi mereka juga mengatakan bahwa fenomena ini juga memilki dampak positif selama selfie dilakukan dengan sewajarnya. KESIMPULAN Dari pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka yang menjadi kesimpulan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap perilaku foto selfie siswa/siswi dapat dilihat dari dua indikator yakni background foto dan gaya berfoto. Background atau latar belakang yang digunakan oleh siswa/siswi ketika melakukan foto selfie melahirkan persepsi yang berbeda-beda dari kalangan masyarakat yang menyaksikan. Sebagian masyarakat menganggap bahwa kebiasaan foto selfie dengan memilih latar belakang sesuka hati merupakan bentuk aktualisasi diri. Sebagaian pula menganggap bahwa aktifitas selfie itu di satu sisi dianggap merupakan hal yang wajar, namun ada baiknya jangan terlalu berlebihan. Sedangkan gaya berfoto selfie pada siswa/siswi melahirkan persepsi yang positif maupun negatif. Dianggap positif sebenarnya hanya dirasakan oleh si pelaku selfie, namun bagi masyarakat kebiasaan itu tidak satupun yang menganggapnya positif. Justru yang ada hanyalah persepsi yang menggambarkan kenetralan bahkan dirasa lucu tetapi hal ini tidak bisa dikatakan positif, dan persepsi yang negatif karena terkadang gaya berfoto selfie menunjukkan model-model jorok dan tidak sopan seperti memonyongkan bibir atau menjulurkan lidah. 2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu a) latar belakang budaya memandang bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut, b) pengalaman, berpandangan bahwa khalayak umumnya pernah memiliki suatu pengalaman tertentu atas objek yang dibicarakan. Makin intensif hubungan antara objek tersebut dengan audience, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh audience, c) berita yang berkembangdapat berpengaruh terhadap persepsi seseorang. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: JICA IMSTEP UPI Bandung. Asrori. 2009. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Berelson dan G. A. Steiner. 1964. Human Behavior: an Inventory of Scientific Findings. New York: Harcourt, Brace & World, Inc. Bloom, B.S.1956. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain. New York: Davis McKay. Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor, 1993. Kualitatif: Dasar-Dasar Penelitian, Usaha Nasional, Surabaya. Coopersmith, Stanley.1976. The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: Freeman. Dadang Hawari, 1997, 1997, Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa. Dana Bakti Prima Yasa, Yogyakarta. Davis, Berry. 2003, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Rajawali, Jakarta. Dirgagunarsa, Singgih. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara. Djuretnaa Imam Muhni, 1994, Moral Dan Religi, Kanisius, Yogyakarta. Hennesy, Bernard. 1981. Public Opinion. Wadsworth Inc. Irwanto. 1991. Kepribadian Keluarga dan Narkotika: Suatu Tinjaun Psikologis. Jakarta: Arcan. Ivancevich, John M. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi Ke-7, Jakarta: Erlangga. Koentjaraningrat. 2009, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta. Lutan. 2003. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring. Didalam: Kumpulan Naskah KONAS XIII. Bali :16 Matlin, M.W. 1989. Cognition, Second Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Matsumono, David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya; Buku teks utama dalam kelas psikologi Lintas Budaya tingkat awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum PAI Islam di Sekolah, Madarasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Edisi I. Yogyakarta: Andi Offset. Rakhmat, Jallaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. ---------------------. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi jilid 1, alih bahasa. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia Sarwono, S.W. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soekanto, Soerjono 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta. ---------------, 1985, Perspektif Teoritis Studi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali Press, Jakarta. ---------------, 1981, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali, Jakarta. Soelaeman M Munandar. 1987. Ilmu Sosial Dasar. Teori dan Konsep Ilmu Sosial. PT. Eresco. Bandung. Soleman B. Taneko, 1984, Struktur Dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, Rajawali, Jakarta. Syani, Abdul, 1986. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Fajar Agung, Jakarta. ----------------, 1994, Sosiologi, Skematika, Teori Dan Terapan, Bina Aksara, Jakarta. Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Offset. Wiranata, I Gede A.B, 2002, Antropologi Budaya, PT Aditya Bakti, Bandung. Sumber Elektronik: http://masirul.com/pengertian-selfie-sejarah-selfie/, diakses 8 september 2016. http://hottreding.blogspot.com/2014/04/pengertian-dan-sejarah perkembangan.html. diakses 8 september 2016. http://jadiberita.com/55641/asal-mula-selfie.html. diakses 8 september 2016.