Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak

advertisement
14. Angka Kematian Bayi (AKB)
Ukuran: Di bawah angka rata-rata nasional, dan menurun setiap tahun
Pertanyaan:
a. Berapa jumlah kematian bayi dan kelahiran hidup dalam jangka waktu satu tahun
berjalan dan tahun sebelumnya?
Jawab:
Tahun 2013 Angka kematian Ibu: 89,31/100.000 KH " 39 ibu meninggal (3 s.d 4 ibu
meninggal tiap bulannya), Angka Kematian Bayi: 4,81 / 1000 Kh " 193 bayi meninggal
(16-17 bayi meninggal tiap bulannya)
Tahun 2014 jumlah kematian bayi sebanyak
231, untuk Tahun 2015 ( januari &
Februari ) sebanyak 47. Jumlah Kelahiran Hidup Tahun 2014
sebanyak 43.353
(L= 23.185 P=20.168) Tahun 2015 ( januari & februari) sebanyak 6.652 (L= 3.528
P=3.124), secara terperinci dapat dijelaskan
(Data terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
b. Sebutkan jenis penyakit yang terbanyak penyebab utama kematian bayi!
Jawab:
Penyebab utama Kematian bayi yang ada di Kabupaten Malang antara lain dikarenakan
jenis penyakit :
1) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram), bayi berat lahir rendah dikelompkokkan menjadi 2
yang pertama yaitu bayi premature sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat
prematuritas yang di golongkan menjadi 3 kelompok (bayi sangat premature 24-30
minggu, bayi premature sedang 31-36 minggu, bayi bersifat premature dan matur
37-38 minggu). Yang kedua yaitu bayi premature kecil untuk masa kehamilan
(KMK). Untuk kasus bayi berat lahir rendah sebanyak 1497 bayi terdiri dari bayi
laki-laki sebanyak 825 bayi dan bayi perempuan sebanyak 642 bayi dari kasus
tersebuti kematian bayi akibat berat badan lahir rendah tahun 2014 sebanyak 101
bayi terdiri dari bayi laki-laki sebanyak 66, bayi perempuan 35, untuk tahun 2015
sampai dengan januari dan Februari sebanyak 16 kasus terdiri dari laki-laki
sebanyak 12 kasus dan perempuan 4 kasus.
2) Asfiksia
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. Penyebab
asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan
iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Beberapa kondisi tertentu pada ibu
hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga
pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim
ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru
lahir. Terjadinya afiksia pada bayi biasanya akibat beberapa factor, untuk Faktor ibu
terjadi karena Preeklampsia dan eklampsia. Pendarahan abnormal (plasenta previa
atau solusio plasenta), Partus lama atau partus macet, Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) atau Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42
minggu kehamilan), untuk Faktor Tali Pusat: Lilitan tali pusat, Tali pusat pendek,
Simpul tali pusat atau Prolapsus tali pusat, dan asfiksia bias juga terjadi karena
faktor Bayi yaitu karena Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), Persalinan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep), Kelainan bawaan (kongenital), Air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan). Kematian bayi akibat asfiksia di Kabupaten Malang pada tahun 2014
sebanyak 58 kasus yang terdiri dari laki-laki 34 dan perempuan, dan pada tahun
2015 sampai dengan bulan februari sebanyak 11 kasus terdiri dari laki-laki 8 bayi
dan perempuan 3 bayi.
3) Kelainan Bawaan
Kelainan bawaan merupakan kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolism
tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan, sekitar 3-4 % bayi baru lahir
memiliki kelainan bawaan yang berat, beberapa kelainan baru ditemukan pada saat
anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun,
tetapi kebanyakan bersifat ringan, penyebab bayi yang lahir dengan kelainan
bawaan memiliki orang tua yang tidak memiliki gangguan kesehatan maupun factor
resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti nasehat dokter agar kelak
melahirkan bayi sehat, mungkin saja melahirkan dengan kelainan bawaan, sekitar
60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui, sisanya disebabkan oleh
factor lingkungan atau genetic atau kombinasi dari keduanya. Kelainan struktur
atau kelainan metabolism biasanya terjadi akibat hilangnya bagian tubuh tertentu,
kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu, kelainan bawaan pada kimia tubuh,
kelainan struktur utama yang paling sering ditemukan adalah kelainan jantung.
Kelainan metabolism biasanya berupa hilangnya enzim atau tidak sempurnanya
pembentukan enzim, kelainan ini berbahaya bahkan bisa berakibat fatal, tetapi
biasanya tidak menimbulkan gangguan yang nyata pada anak, contoh dari kelinan
ini adalah penyakit fatal pada system saraf pusat. Kematian bayi akibat kelainan
bawaan yang terjadi di Kabupaten Malang dari semua kasus yang terjadi
diakibatkan karena kelainan struktur atau kelainan metabolism yang disebabkan
kelainan bawaan orang tua yang memiliki riwayat gangguan kesehatan dan factor
resiki, angka kematian bayi dengan kelainan bawaan di Kabupaten Malang pada
tahun 2014 sebanyak 48 kasus terdiri dari 25 laki-laki dan 23 perempuan,
sedangkan pada tahun 2015 sampai dengan bulan februari sebanyak 8 kasus yang
terdiri dari 6 laki-laki dan 2 perempuan.
4) Infeksi
Kematian bayi akibat infeksi pada Tahun 2014 sebanyak 4 kasus terdiri dari laki-laki
sebanyak 2 bayi dan perempuan sebanyak 2 bayi, pada tahun 2015 sampai
dengan bulan februari sebanyak 2 kasus terdiri dari 2 bayi laki-laki dan perempuan
0. Pola infeksi yang menyebabkan kematian sangat beragam seperti tetanus,
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
sepsis, pneumonia, deare tetapi sebagian besar yang terjadi di diakibatkan oleh
infeksi tali pusat, bayi dengan tetanus neonaturum biasanya juga menderita infeksi
tali pusat, dimana penyebab utamanya adalah persalinan dan perawatan tali pusat
yang tidak bersih. Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sitemik pada
bayi baru lahir, sekitar 23% sampai 91% tali pusat yang tidak dirawat dengan
menggunakan antiseptic akan terinfeksi oleh kuman. Pada 72 jam pertama setelah
kelahiran kuman dapat menyebabkan postula, konjungtivitis atau infeksi pusat,
tanpa pengobatan dapat terjadi kematian dalam beberapa hari.
5) Trauma lahir
Trauma lahir merupakan trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses
kelahiran, trauma lahir bisa berupa trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat
dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa
persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau
perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau
dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan
kompeten, kematian bayi akibat trauma lahir pada tahun 2014 sebanyak 1 kasus
terdiri dari laki-laki 1 dan perempuan 0, untuk tahun 2015 tidak ada kasus kematian
bayi akibat trauma lahir .
6) Lain-lain
Ada beberapa factor akibat kematian bayi meliputi:
-
Keluarga dengan anak banyak, maksudnya adalah keluarga yang memiliki lebih
dari dua orang anak. Ini berakibat akan ada kompetisi gizi di keluarga, ini berarti
semakin banyak anak, semakin banyak juga jenis makanan yang harus di beri
pada masing-masing anggota keluarga, terutama pada anak khususnya bayi
yang harus memerlukan banyak gizi. Dampak kekurangan gizi seperti berat bayi
lahir rendah (BBLR), malnutrisi, dan tumbuh lambat. Banyak anggota keluarga
berarti memiliki kemungkinan risiko infeksi penularan yang cukup tinggi. Banyak
anak berarti banyak biaya yang harus di keluarkan dalam upaya kesehatan,
kebanyakan keluarga miskin yang memiliki banyak anak maka tidak begitu
mampu dalam hal kesehatan.
-
Pilihan dan akses terhadap kontrasepsi rendah, maksudnya pilihan jenis
kontrasepsi yang disediakan jumlahnya sangat terbatas sehingga menyebabkan
adanya kecinderungan sebuah keluarga menolak penggunaan alat kontrasepsi
karena tidak cocok dengan kondisi tubuh atau nilai dalam masyarakat.
-
Banyak Kelahiran ditolong petugas non Medis, terutama di daerah terpencil dan
pedesaan, yang kurang terjangkau oleh petugas medis dan kebanyakan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
ditolong oleh tetangganya, suaminya bahkan oleh dukun beranak yang kurang
memenuhi pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sangat berisiko bagi
kesehatan ibu dan bayinya.
-
Komplikasi serius kehamilan dan persalinan yang menyebabkan tingginya IMR.
Komplikasi kehamilan serta persalinan tersebut terjadi akibat beberapa faktor:
Dari beberapa factor penyebab diatas kematian bayi
akibat beberapa factor
tersebut pada tahun 2014 sebanyak 19 kasus yang terdiri dari laki-laki 10 bayi dan
perempuan 9 bayi, sedangkan pada tahun 2015 sampai dengan bulan februari
sebanyak 10 kasus yang terdiri dari laki-laki sebanyak 8 bayi dan perempuan 2
bayi.
Penyebab Utama Kematian Bayi Tahun Berjalan dan Tahun Sebelumnya
No.
1
Jumlah Kematian Bayi
Penyebab Utama Kematian
Bayi
BBLR
Tahun 2015
(Januari&Februari)
L=12 P=4 Total =16
Tahun 2015
L=66 P=35
Total =101
2
Asfiksia
L=8 P=3 Total= 11
L=34 P=24
Total = 58
3
Kelainan Bawaan
L=6 P=2 Total = 8
L=25 P=23
Total=48
4
Infeksi
L=2 P=0 Total=2
L=2 P=2
Total=4
5
Lain2
L=8 P= 2 Total=10
L=10 P=9
Total=19
6
Trauma Lahir
L=0 P=0 Total =0
L=1 P=O
Total =1
7
Tetanus
0
0
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
c. Berapakah cakupan Kepemilikan buku KIA?
Jawab:
Cakupan kepemilikan buku KIA dapat dijelaskan yaitu pada Ibu Hamil dan balita yang
memiliki buku KIA dan stiker Pada tahun 2010, Ibu hamil yang memiliki buku KIA dan
stiker meningkat menjadi sebesar 91 %(41.968) dari jumlah sasaran ibu hamil 46.119
sedangkan untuk balita yang memiliki buku KIA sebesar 14,92%. Pada tahun 2011 Ibu
hamil yang memiliki buku KIA dan stiker adalah sebesar 94%( 42.723) dari jumlah
sasaran ibu hamil 45.451 sedangkan untuk balita yang memiliki buku KIA sebesar
24,79%. Pada tahun 2012 Ibu hamil yang memiliki stiker dan buku KIA sebesar 97,80%
dari jumlah sasaran ibu hamil 45.664. sedangkan untuk balita yang memiliki buku KIA
sebesar 48,23%. Pada tahun 2013 Ibu hamil yang memiliki stiker dan buku KIA 99,98
% sedangkan Balita 95,41% , sedangkan pada tahun 2014
Ibu Hamil yang memiliki
stiker dan buku KIA 96,52% ,sedangkan Balita 96,69%.
Pemberian buku KIA merupakan salah satu bentuk diantara beberapa jenis pelayanan
kesehatan yang
diberikan oleh Puskesmas/Posyandu kepada bayi
dimana buku
tersebut diberikan kepada bayi yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan sebagai
acuan petugas kesehatan dalam membaca rekam medis bagi bayi/balita. Buku KIA
merupakan buku wajib yang harus dimiliki oleh setiap ibu yang baru hamil sampai
dengan anak tumbuh menjadi balita, Manfaat dari buku KIA sendiri meliputi:
Untuk mengetahui kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, KB, bayi lahir, bayi
dan balita.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
Untuk mengetahui status imunisasi ibu hamil dan bayi.
Untuk mengetahui riwayat penyakit bayi dan balita.
Untuk alat komunikasi, rujukan
Alat rekam medis selain buku KIA juga menggunakan stiker Amanat / Menyambut
Persalinan dengan dasar arahan dari Menteri Kesehatan pada Rapat Kerja Kepala
Dinas Kesehatan se Indonesia tanggal 23- 24 April 2007. Stiker merupakan penguatan
implementasi strategi program MPS (Making Pregnancy safer) yaitu menggerakkanmemberdayakan masyarakat dalam rangka mendukung desa siaga dimana di
Kabupaten Malang dalam nenerapkan desa siaga, telah terdapat kader desa siaga yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Malang, Kader Desa Siaga Aktif yang anda di
Kabupaten Malang sebanyak 1.950 orang yang selalu siap memberikan pelayanan
kepada ibu hamil, bayi dan anak-anak. Setiap ibu hamil juga diharapkan memiliki buku
KIA bersamaan dengan penggunaan stiker ”Amanat/ Menyambut Persalinan”.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Isi buku KIA meliputi:
KESEHATAN IBU
1) Identitas Keluarga
2) Pemeriksaan Kehamilan 7 T yang meliputi :
 TD
 Timbang BB,
 TB dan ukur LILA
 Tetanus Toxoid
 Tambah Darah
 Tes Laborat
 Temu Wicara
KESEHATAN ANAK
1. Perawatan bayi baru lahir sampai balita.
2. Perawatan sehari-hari balita.
3. Perawatan anak sakit.
4. Cara memberi makan anak-anak
5. Cara merangsang perkembangan anak.
(Data terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
d. Upaya apa saja yang dilakukan untuk menekan angka kematian bayi. Jelaskan!
Jawab:
Upaya untuk menekan kematian bayi diantaranya dengan mengadakan Audit Maternal
Perinatal untuk membahas kasus yang terjadi oleh tim dari Dinkes, Puskesmas, dan RS
yang terdiri dari dokter, Spesialis Anak dan Spesialis Kandungan dengan tujuan agar
tidak terulang kasus yang sama, dan juga mengadakan penyuluhan perorangan dan
kelompok di masyarakat, ikut serta di Forum Madani Kesehatan Ibu dan Anak ( MKIA ),
ikut serta juga program EMAS ( Expanding Maternal Antenatal Survival )
1) Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Perencanaan persalinan merupakan sebuah kegiatan Ante Natal Care (ANC) yang
dilakukan oleh bidan baik di Puskesmas, Pustu ataupun Polindes/ Ponkesdes. Bidan
sebagai tenaga kesehatan di lini paling depan mempunyai fungsi sosial bagi
masyarakat di lingkungan kerjanya berkait dengan program- program kesehatan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi sekaligus pemasangan stiker ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
ibu hamil, suami dan keluarga tentang risiko dan tanda bahaya kehamilan dan
persalinan. Selanjutnya dengan pengetahuan yang dimilikinya ibu hamil dan
keluarganya dapat membuat perencanaan persalinan.
Tujuan Umum P4K adalah meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan
(dokter/Bidan) sehingga menjamin keselamatan ibu hamil dalam persalinan,
murunkan kehamilan yang tidak diinginkan (”unmeet need”) KB pada ibu hamil.
Tujuan Khusus dari P4K antara lain: Keluarga dan masyarakat memahami bahwa
setiap persalinan mempunyai risiko,Bidan dapatmemfokuskan pola motivasi kepada
keluarga pada saat proses ANC, Terwujudnya kesepakatan antara 3 pihak (keluarga,
bidan dan kader) yang dituangkan dalam stiker dan blanko menyambut persalinan,
terwujudnya rencana dan kesepakatan keluarga untuk menggunakan alkon pasca
persalinan.
Kedudukan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dalam Siap Antar Jaga maupun Desa Siaga adalah, bahwa dalam konsep DESA
SIAGA Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi menjadi
bagian dari unsur SIAGA bidang kesehatan ibu dan anak. Dimana kata SIAGA
bidang
KIA
sendiri merupakan singkatan dari Siap: mencatat ibu hamil
dilingkungannya, mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawatdaruratan,
mempersiapkan calon pendonor darah, mempersiapkan transportasi menuju tempat
persalinan dan penaganan kegawatdaruratan. Jaga : menemani ibu hamil pada masa
persalinan, menganjurkan ibu segera meneteki bayi setelah bersalin dan jangan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
memberi makanan lain, cukup ASI saja, menemani istri dan bayi periksa dalam
seminggu setelah melahirkan.
Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dilakukan bersama oleh bidan,
ibu hamil/ keluarga dan kader dapat mengakses sumber daya yang berkaitan dengan
masalah kehamilan dan persalinannya. Diharapkan dengan perencanaan persalinan
yang baik dan siapnya sumber daya yang dibutuhkan
oleh bumil apabila terjadi
masalah kesehatan ibu, bayi dan balita dapat meningkat menjadi lebih baik.
Implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
melalui penyebarluasan program ini sampai ke tingkat operasional maka pemerintah
melakukan beberapa kegiatan yaitu: Orientasi di tingkat Propinsi pada tahun 2014
silam yang diikuti oleh Kabid PPKM , Kasi Kesga , Kasi Evapor, Kasi Promkes, Kasi
Pemberdayaan Kesehatan Dinkes Kab, Pokja IV Tim Penggerak PKK Kabupaten
Malang yang merupakan pertemuan penyamaan persepsi bagi pengelola program,
lintas program dan lintas sektor di tingkat propinsi ;Orientasi di tingkat Kabupaten
adalah untuk memberikan informasi dan penyamaan persepsi bagi dokter, bidan
Puskesmas termasuk juga lintas program dan lintas sektor. Selanjutnya ditindaklanjuti
dengan rencana kegiatan yang sesuai dengan kondisi masing- masing wilayah/
kecamatan.Kegiatan ini diikuti oleh Kepala Puskesmas, Bidan koordinator, perwakilan
satu bidan desa masing- masing wilayah Puskesmas, 33 orang Camat, 33 orang
Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan dan LSM pemerhati masalah kesehatan ibu
dan anak ( Fatayat, Aisyah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2014 setelah
orientasi tingkat propinsi dilaksanakan.; Orientasi dan Koordinasi di Tingkat Desa
yang bertujuan untuk memberikan informasi dan penyamaan persepsi bagi Kepala
Desa dan tokoh- tokoh masyarakat yang berpengaruh serta kader- kader kesehatan.
Dilanjutkan dengan koordinasi pelaksanaan program di desa yang melibatkan Kepala
Desa, TOMA dan kader kesehatan. Koordinasi ini bertujuan untuk membentuk
kelompok kerja (pokja) SIAGA Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pokja tersebut terdiri
dari pokja penandaan, pokja tabulin/dasolin, pokja donor darah. Petugas kesehatan
memberikan penjelasan tentang uraian kegiatan tiap- tiap pokja. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tahun 2014 Desa Siaga Komprehensif ( Ada kegiatan P4K) sudah
di kembangkan di 390 desa se wilayah Kabupaten Malang.
(Foto Terlampir)
2) Audit Maternal Perinatal
Pengertian audit maternal perinatal/neonatal tingkat kabupaten adalah serangkaian
kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal
guna mencegah kesakitan atau kematian serupa di masa yang akan datang. Di
Kabupaten Malang audit maternal perinatal/neonatal dilakukan secara sistematis dari
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
tingkat desa hingga tingkat Kabupaten. Pengkajian yang dilakukan harus menerapkan
prinsip menghormati dan melindungi semua pihak yang terkait, baik individu maupun
institusi. Sebelum proses audit dilakukan, harus ditekankan kembali kepada pihak
yang terkait bahwa Audit Maternal dan Perinatal/Neonatal Kabupaten/Kota ini tidak
dapat
digunakan untuk kepentingan hukum (digunakan untuk
bukti dalam
persidangan) maupun untuk kepentingan lainnya selain hanya untuk kajian terhadap
kasus. Pernyataan tersebut juga harus jelas tercantum dalam laporan Audit Maternal
Perinatal/Neonatal Kabupaten/Kota yang dibuat
AMP merupakan suatu investigasi kualitatif mendalam mengenai penyebab dan
situasi di seputar kematian maternal dan perinatal/neonatal baik yang ditangani di
fasilitas kesehatan termasuk bidan di desa atau bidan praktek swasta secara mandiri,
maupun di rumah. Kematian diidentifikasi pada fasilitas kesehatan, namun demikian
kajian yang dilakukan dapat diperluas dengan mengidentifikasi kombinasi dari faktorfaktor di fasilitas dan di komunitas yang berkontribusi terhadap kematian yang
sebenarnya dapat dicegah. Faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam kegiatan
audit ini adalah keakuratan data. Untuk menjamin perolehan data yang akurat dan
jujur, salah satu hal yang harus dikerjakan adalah penekanan kepada individu dan
institusi
yang
terlibat
bahwa
proses
Audit
Maternal
Perinatal/Neonatal
Kabupaten/Kota akan menerapkan prinsip kerahasiaan individu dan institusi pada
saat dilakukannya penilaian atau kajian kasus. Identitas individu kasus dan petugas
kesehatan dan institusi hanya akan diketahui sampai tingkat Koordinator Audit
Maternal Perinatal/Neonatal di Kabupaten/Kota. Dasar terjadinya kematian dan
kesakitan maternal dan perinatal/neonatal seharusnya dapat diungkap tanpa harus
membuka identitas pihak yang terkait kepada asesor. Adapun umpan balik untuk
kepentingan pembelajaran, pembinaan, dan perbaikan tetap dapat diberikan kepada
pihak yang bersangkutan karena identitas pihak yang terkait diketahui oleh
Koordinator AMP Kabupaten/Kota. Salah satu upaya percepatan penurunan AKI dan
AKB adalah melalui peningkatan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan difasilitas dan penanganan kegawat daruratan maternal neonatal sesuai
standar dan tepat waktu yang dapat di kaji melalui Audit Maternal dan Perinatal
(AMP). Terlambat dirujuk dan terlambat memperoleh penanganan difasilitas
kesehatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya kematian ibu dan
bayi baru lahir di Indonesia termasuk di Kabupaten Malang. Kondisi ini memerlukan
analisis yang lebih mendalam untuk mencari akar permasalahan dan pemikiran untuk
mencari alternatif solusinya. Salah satu kegiatan penting yang dapat digunakan untuk
membantu menganalisis hal tersebut adalah Audit Maternal Perinatal. Audit Maternal
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Perinatal merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualita pelayanan kesehatan
melalui kegiatan pembahasan kasus kesakitan, kematian ibu dan perinatal yang
bertujuan sebagai pembelajaran sehingga tidak terjadi lagi kasus yang sama di masa
yang akan datang. Pembahasan ini dilakukan oleh Tim AMP Kabupaten Malang
yang sudah terbentuk dengan berazaskan No Name, No Shame, No Blame dan No
Pro Justicia. Tim AMP Kabupaten Malang di dasari oleh Surat Keputusan Bupati
Malang Nomor:180/1254/KEP/421.013/2013 tentang Tim Audit Kematian Ibu dan Bayi
(Audit Maternal Perinatal -AMP) Kabupaten Malang. Kegiatan Kajian AMP/ RMP ini
dilaksanakan rutin dalam setahun dilakukan minimal 4 kali dalam setahun.
(Foto Terlampir)
3) Penyuluhan perorangan dan kelompok masyarakat
Bentuk penyuluhan meliputi:
a. Dialog Interaktif di Radio Kanjuruhan.
b. Penyuluhan massa.
c. Media promosi kesehatan berupa leaflet, poster, banner, dan lembar balik.
(Foto Terlampir)
4) Kemitraan Bidan dan Dukun
Didalam tiga pesan Making Pregnancy Safer (MPS) salah satunya adalah setiap
persalinan ,ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih (Bidan).Target Making
Pregnancy Safer untk pertolongan persalinan oleh bidan tahun 2014 = 100%.Namun
di Kabupaten malang tahun 2013 persalinan oleh dukun masih tercatat =0,3%.dari
semua persalinan.
Alih peran dukun lebih diarahkan pada perawatan ibu nifas dan perawatan bayi baru
lahir.Pola kemitraan bidan dan dukun adalah mengadakan pelatihan sederhana pada
dukun bayi berupa magang dukun bayi di puskesmas atau polindes dengan harapan
dukun bayi dapat lebih terampil dalam merawat ibu nifas dan bayi baru lahir serta
mendekatkan hubungan emosional antara dukun bayi dengan bidan sehingga mau
merujuk persalinan ke bidan. Kegiatan kemitraan antara bidan dan dukun bayi adalah:
merupakan perpaduan peran tradisional dukun di masy dan intervensi berdasarkan
bukti yg di jlnkan oleh pemerintah.Praktik risiko tinggi yg mengabaikan keluhuran lokal
dan praktikum sebelum ini,(secara berangsur) digantikan dg peran non-interventif
para klinik/partisipatif bagi keuntungan ibu,bayi,keluarga. Upaya kemitraan dapat
dilakukan sejak pelayanan Ante Natal Care, persalinan, Nifas dan KB atas dasar
pembagian tugas dan kewenangan masing- masing. Khusus untuk kemitraan
pertolongan persalinan,yg menjadi pertolongan persalinan bayi adalah Bidan bukan
dukun.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Implementasi kemitraan bidan dan dukun di Kabupaten Malang
semua telah
dilakukan namun sejauh ini kemitraan bidan dan dukun tidaklah semua bisa berjalan
lancar karena masih ada beberapa dukun bayi yang menolong persalinan . Tujuannya
dalam kemitraan bidan dan dukun adalah: Untuk Mengetahui keberhasilan dan per
masalahan hasil program kemitraan bidan dan dukun dalam mendukung kesehatan
ibu dan anak di Puskesmas. Pada tahun 2013 jumlah dukun yang menolong
persalinan si wilayah Kabupaten Malang
sejumlah 746 orang, sedangkan yang
bermitra dengan bidan sejumlah 575 orang dukun (77,07%). Pada tahun 2014 dukun
bermitra dengan bidan 572(82,07%) dari jumlah dukun 697 orang.
(Foto Terlampir)
5) Pelayanan Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang
aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan
dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap
seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus
memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat yang lebih tinggi
d. Merlaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD)
e. Memberikan injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dari tahun ketahun ada
fluktuasi pada capaian.Tahun 2008 sebesar 87,38% lalu pada 2009 meningkat
menjadi 90,07%, akan tetapi terjadi peningkatan pada tahun 2010 yakni sebesar
93,86%, pada tahun 2011 sebesar 97,09, Tahun 2012 sebesar 98,56 dan pada tahun
2013 meningkat menjadi 99,99% .Sedangkan pada tahun 2014 menurun sedikit yakni
sebesar 99,7%. Demi percepatan capaian MDG‟s maka pertolongan persalinan
diharapkan lebih berkualitas melalui peratolongan persalinan di fasilitas kesehatan.
Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan pada tahun 2009 baru berkisar 87,81%,
tampaknya ada peningkatan capaian pada tahun 2010 yaitu 95,7%. Sedangkan
capaian pada tahun 2011 meningkat melebihi target 96% menjadi sebesar 97,09%.
Pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi sebesar 98,57. Sedangkan pada tahun 2013
meningkat lagi menjadi 99,99% Hal ini dimungkinkan karena pelaporan pelayanan
persalinan oleh saranan pelayanan kesehatan negeri maupun swasta baik institusi
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
maupun praktek mandiri sudah semakin membaik. Pada tahun 2014 capaian juga
termasuk baik yaitu sebesar 99,3%.
Adapun pertolongan persalinan oleh dukun bayi tahun 2010 sudah dicatat secara
khusus. Persalinan oleh dukun pada tahun 2010 ternyata masih 3,56% dari total
persalinan, sedangkan pada tahun 2011 menurun menjadi 2,5% dan pada tahun 2012
menurun lagi menjadi sebesar 1, 43% , sedangkan pada tahun 2013 makin menurun
lagi menjadi 0,01%. Sedangkan pada tahun 2014 persalinan oleh dukun menjadi
sebesar 0,27. Dengan demikian masih tetap perlu ditingkatkan lagi program
”kemitraan bidan dan dukun” mengingat fungsi dukun bukan sebagai penolong
persalinan lagi tetapi dialihkan fungsinya menjadi pembantu bidan dan membantu
masa nifas.
(Foto Terlampir)
6) Pelayanan kesehatan Bayi
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahu sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi serta peningkatan kualitas
hidup bayi melalui stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut
meliputi: Pemberian imunisasi dasar lengkap(BCG, Polio 1,23,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun. Stimulasi deteksi intervensi
dini tumbuh
kembang bayi (SDIDTK), Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan), Konseling
ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda- tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi dirumah menggunakan buku KIA, penaganan dan rujukan
kasus bila diperlukan.
Capaian pelayanan kepada bayi dan balita sebagai berikut:
 Cakupan pelayanan bayi yang ada di Kabupaten Malang dengan jumlah
kunjungan pada tahun 2014 sebanyak 39.335 bayi terdiri dari laki-laki
sebanyak 19.744 dan perempuan sebanyak 19.591 dari jumlah bayi
sebanyak 39.995 terdiri dari laki-laki sebanyak 20.222 dan perempuan
sebanyak 19.774
 Cakupan pelayanan balita yang ada di Kabupaten Malang dengan jumlah
kunjungan pada tahun 2014 sebanyak 136.416 terdiri dari laki-laki sebanyak
67.410 dan perempuan 69.006 dari jumlah balita yang ada di Kabupaten
Malang sebanyak 162.072 terdiri dari laki-laki sebanyak 81.313 dan
perempuan sebanyak 80.759
(Foto Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
7) Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of Childhood Illness
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana bayi dan balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan di
pelayanan kesehatan dasar. MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen
penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria,
infeksi telinga, malnutrisi serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan
penyakit seperti imunisasi, pemberian vit.K, Vit.A dan konseling pemberian ASI atau
makan. MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus
sebagai pedoman bagi tenaga keprawatan (bidan dan perawat) khususnya di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar.
MTBS,
adalah
pendekatan
yang
mampu
mengintergrasi
dan
memadukan
penanganan berbagai masalah diatas. Penerapan MTBS dengan baik dapat
meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki manajemen
penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu- ibu
dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan sistim rujukan dari
masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai pusat rujukan.
Oleh karena itu MTBS sebagai salah satu intervensi berbasis data (EBI) dapat
berdampak langsung pada penurunan kematian neonatus, bayi dan anak balita
bilamana dapat dilaksanakan secara luas dan benar. Tentunya agar hal ini tercapai
diperlukan komitmen pejabat atau pengelola program terkait baik di Departemen
kesehatan, Dinas Kesehatan provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota hingga ke
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan di masyarakat. Komitmen tersebut
harus dapat diwujudkan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan anggaran untuk
pelatihan dan penerapan MTBS sesuai standar, pemantauan pasca pelatihan,
bimbingan teknis, evaluasi penerapan, penyediaan sarana dan prasarana serta obatobat pendukung pelayanan.
Kegiatan pelatiahan MTBS
rutin dilaksanakan setiap tahunnya sejak tahun 2006
sampai dengan tahun 2014, baik kepada dokter umum, bidan bahkan perawat. Untuk
fasilitator MTBS ada sebanyak enam (6) orang dokter umum antara lain: dr. Lidiya
Putri, dr.Titis Ari R, dr. Wahyu Widiyanti, dr. S.Kartika Rachmawati, dr. Sri Yuliati, dr.
Yulia Rachmawati. Hampir semua Puskesmas sudah di latih MTBS yang dimulai
sejak tahun 2006 sampai dengan 2014. Petugas puskesmas yang sudah di latih
antara lain: dr. Sri Juliati,Bidan Sri mulyani (Tumpang), Bidan Nunun Siswanti
(Jabung); dr.Fitra, bidan Yulida T (Singosari); dr. Marita (Ardimulyo); dr.Ruri
Pujiati,Bidan Sulistiani (Dau); dr.Kristin (Pujon);dr.Helma, Bidan Elikah, Bidan
Muntamah (Kasembon);
Bidan Triwayati (Kepanjen);
dr.Eko Nofiyanto,Bidan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Suyati,Bidan
Tutik
Nusa,
Yunanik
(Sumberpucung);
dr.Amalia
Ika Wardani
(Kromengan);Bidan Khotik(Pakisaji); dr.Wahyu W(Wonosari); Bidan Utami,Bidan
Mahmuda(Wagir); dr.Andrew William, Bidan Suprapti (Pagak); dr.Wiwit Wijayanti
(Sumbermanjing Kulon); Bidan Yuli Astuti, Bidan Suwati (Kalipare); dr Dyah Ayu
(Wonokerto);
dr.Teguh,Bidan
Sukemi
(Gedangan);
dr.Kartika,
Bidan
Arik
(Godanglegi), Bidan Agnes (Ketawang), Bidan Suhartatik,Bidan Warni‟ah (Wajak);
Bidan
Musrifah
habibah
(Tajinan);
dr.Firmina,
dr.Fery,Bidan
Ruminawati
(Turen),dr.Titis Ari R (Dampit), Bidan Nina (Pamotan); dr.Dian, Bidan Hamidah
(Sumbermanjing Wetan); Bidan Maryati (Ampelgading); dr.Didik Sulistyanto, Bidan
Andari (Tirtoyudo), dr. Samsu Nurhuda, Bidan Suyati, Bidan Sri Hardini ( Pagelaran).
Pelaksanaan kegiatan MTBS masuk dalam PWS KIA sejak tahun 2009 capaian
program MTBS masih belum di prosentase karena Propinsi masih melakukan uji
coba format laporan PWS KIA, dan laporan dari Puskesmas masih berupa sampling,
baru pada tahun 2011 format PWS dengan kegiatan MTBS dilaksanakan secara rutin
. Untuk tahun 2011 capaian Balita sakit di MTBS adalah sebesar 55,69 % (48.641)
dari balita sakit sejumlah 87.342 . Sedangkan pada tahun 2012 capaian Balita sakit di
MTBS adalah sebesar 69,27%(38.396) dari Balita sakit sejumlah 55.429. Pada tahun
2013 ada kenaikan capaian Balita sakit di MTBS adalah sebesar 90,78% (8.095) dari
jumlah balita sakit sejumlah 8.917. Pada tahun 2014 capaian Balita sakit di MTBS
adalah sebesar 92%( 7.054 ) dari jumlah Balita sakit sejumlah 7.679 orang.
(Foto Terlampir)
8) Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival)
Tujuan dari Program EMAS adalah untuk memperkuat mekanisme akuntabilitas bagi
Pemerintah Daerah dan Penyedia Layanan Kesehatan agar dapat meyediakan yang
lebih baik sesuai kebutuhan masyarakat. Mengidentifikasi dan melakukan kemitraan
dengan “stakeholders” terkait seperti tokoh masyarakat, professional dan kelompok
masyarakat seperti Aisyiah, Perkumpulan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), Aliansi
Pita Putih, Asosiasi Ibu Menyusui, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) agar bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Daerah dan Pemerintah Daerah dalam menyuarakan
kebutuhan pada akses dan layanan iu melahirkan dan bayi baru lahir yang
berkualitas. Untuk Wilayah Kabupaten Malang tidak semua Puskesmas menjadi
vanguard Emas tetapi hanya ada 8 Puskesmas, 3 Rumah Sakit Swasta dan 1 RS
Negeri saja yang menjadi vanguard Emas yaitu: Puskesmas Pakisaji, Puskesmas
Sumberpucung,
Puskesmas
Pagak,
Puskesmas
Turen,
Puskesmas
Dampit,
Puskesmas Ampelgading, Puskesmas Donomulyo, Puskesmas Gondanglegi, RSI
Gondanglegi, RS Bokor Turen, RS Mitra Delima dan RSUD Kanjuruhan.
(Adapun Perjanjian Kerjasama dan Foto Program Emas terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
9) Program Sutera Emas (Survailans Epidimologi Terpadu Berbasis Masyarakat)
Yaitu suatu program yang melibatkan masyarakat untuk meningkatkan deteksi dini
bagi Ibu beresiko dini, balita gizi buruk dan balita gizi kurang serta penyakit-penyakit
lain yang menyertai kesehatan ibu dan anak.
1. Adapun konsep dasar Survailans Epidimologi Terpadu Berbasis Masyarakat
meliputi:
One RT One Kader (satu wilayah RT diamati 1 orang kader Sutera Emas
One Mother At Risk (1 Bumil resti didampingi oleh 1 orang kader Sutera
Emas
One Newborn At Risk (1 Bayi baru lahir resti didampingi oleh 1 orang kader
Sutera Emas
One Infant At Risk (1 Bayi resti didampingi oleh 1 orang kader Sutera
Emas)
One Child Under 5 Ys Old At Risk (1 Balita resti didampingi oleh 1 orang
kader Sutera Emas)
One Human At Risk (1 Orang beresiko tinggit penyakit didampingi oleh 1
Orang kader Sutera Emas.
a.
Filosofi
Early Case Finding (Penemuan Kasus dan masalah kesehatan
secara dini)
Early Case Reporting (pelaporan kasus dan masalah kesehatan
secara dini)
Early Case Holding (penanganan kasus dan masalah kesehatan
secara dini)
Community Empowering (pemberdayaan masyarakat.
b. Tujuan Program
Merupakan sistem kewaspadaan dini
Pemberdayaan
masyarakat
dalam
proses
pembangunan
kesehatan
Meningkatkan angka penemuan pelaporan dan penanganan kasus
penyakit berpotensi KLB, penyakit menular, tidak menular, Ibu
hamil
dan
balita
beresiko
tinggi
serta
faktor-faktor
yang
berpengaruh pada kesehatan masyarakat secara dini.
Meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan balita
Menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
10) Gerakan Sayang Ibu
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan
pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan
yang mempunyai dampak terhadap upaya percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) karena hamil, bersalin, dan nifas serta penurunan Angka Kematian Bayi
(AKB). Pemerintah
berturut turut
Kabupaten Malang telah memperoleh penghargaan 5 tahun
tingkat propinsi sebagai pelaksana terbaik Kecamatan Sayang Ibu.
Dalam gerakan sayang ibu mempunyai scub pelayanan meliputi pertama adalah
Kecamatan Sayang Ibu (KSI) yang merupakan Kecamatan yang telah mempunyai
Satuan Tugas (Satgas) Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan melaksanakan program
Gerakan Sayang Ibu (GSI) secara terprogram dan didukung oleh Desa/Kelurahan
Siap Antar Jaga (SIAGA). Kedua adalah Desa/Kelurahan Siaga adalah Desa atau
Kelurahan yang memiliki sistem pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir
serta penanggulangan komplikasi serta proses rujukan menghadapi persalinan bagi
Ibu hamil ke fasilitas kesehatan. Ketiga adalah Suami Siaga adalah kondisi
kesiagaan suami dalam upaya memberikan pertolongan dalam merencanakan dan
menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas istrinya. Dari 33 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Malang telah memiliki Satgas Gerakan Sayang Ibu yang di tandai dengan
Keputusan Camat.
a) Tujuan
 Tujuan Umum
Meningkatkan derajad kesehatan perempuan menjelang, selama masa
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kerjasama, kolaborasi dan integrasi program lintas
sektor dan komponen.
2. Meningkatkan
jumlah
sistem
antisipasi
dan
penanganan
kegawatdaruratan berbasis masyarakat untuk penanganan masalah
reproduksi dan persalinan yang berkualitas.
3. Meningkatkan
kualitas
petugas
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan reproduksi dan persalinan yang berkualitas.
4. Meningkatkan upaya perubahan perilaku perempuan untuk memelihara
kehamilan, melakukan persalinan aman, kesehatan reproduksi dan
wawasan tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan
Keluarga Sakinah.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
5. Meningkatkan jumlah inisiatif lokal guna menunjang keberlanjutan
program Gerakan Sayang Ibu (GSI).
b) Strategi
Strategi dalam pencapaian tujuan dalam Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu
(GSI) Kabupaten Malang adalah :
1. Memperkuat koordinasi dan sinergitas lintas sektor dan program untuk
pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI).
2. Pengorganisasian masyarakat untuk mengembangkan sistem antisipasi
dan penanganan kegawatdaruratan selama kehamilan, persalinan dan
pasca persalinan.
3. Penguatan satgas dan kader diberbagai tingkatan agar dapat memberikan
pelayanan yang optimal untuk mendukung Gerakan Sayang Ibu (GSI).
4. Melakukan informasi, komunikasi, dan edukasi tentang perubahan perilaku
masyarakat
untuk
meningkatkan
kesehatan
terutama
kesehatan
kesadaran
reproduksi,
pentingnya
kehamilan,
menjaga
persalinan,
pemeliharaan Bayi dan Balita.
5. Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam perencanaan
hidup sehat dan generasi berkualitas.
c) Tugas Kelompok Kerja Tetap (Pokjatap) Gerakan Sayang Ibu (Gsi) Kabupaten
Kelompok Kerja Tetap (POKJATAP) Gerakan Sayang Ibu sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KESATU mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan perumusan dan penyusunan kebijakan strategis dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) karena hamil, melahirkan dan nifas serta Angka
Kematian Bayi (AKB) sesuai kebijakan, strategis dan pedoman yang
ditetapkan oleh Kelompok Kerja Tetap Gerakan Sayang Ibu Nasional.
2. Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu di Tingkat Kecamatan.
3. Menghimpun,
menggerakkan,
menyediakan
dan
memanfaatkan
sumberdaya baik yang berasal dari pusat, daerah, masyarakat dan
bantuan luar negeri secara efektif untuk kegiatan percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) karena hamil, melahirkan dan nifas serta Angka
Kematian Bayi (AKB).
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi,
organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan.
5. Menyebarluaskan informasi serta melakukan penyuluhan tentang upaya
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI)
karena
hamil,
melahirkan dan nifas serta Angka Kematian Bayi (AKB) kepada Aparat
dan Masyarakat.
6. Memfasilitasi Satuan Tugas Gerakan Sayang Ibu Kecamatan dan Satuan
Tugas Gerakan Sayang Ibu Desa/Kelurahan.
7. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu
(GSI) serta menghimpun, memformulasikan laporan pelaksanaan Gerakan
Sayang Ibu (GSI) di Tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
8. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah dan menyampaikan laporan secara berkala dan berjenjang kepada
Kelompok Kerja Tetap Provinsi.
d) Tugas Satuan Tugas Gerakan Sayang Ibu (Gsi) Kecamatan
1. Mengkoordinasikan perumusan dan penyusunan kebijakan strategis dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) karena hamil, melahirkan dan nifas serta Angka
Kematian Bayi (AKB) sesuai kebijakan, strategis dan pedoman yang
ditetapkan.
2. menghimpun,
menggerakkan,
menyediakan
dan
memanfaatkan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Menyusun program kerja Gerakan Sayang Ibu (GSI) serta sumber-sumber
pendanaannya.
4. Mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
Gerakan Sayang Ibu (GSI) di tingkat Desa/Kelurahan.
5. Menyebarluaskan informasi, komunikasi dan edukasi serta melakukan
penyuluhan atau pembinaan, pendampingan serta advokasi kepada Kader
Gerakan Sayang Ibu (GSI) dalam rangka penguatan Satgas Gerakan
Sayang Ibu (GSI).
6. Menghimpun, menginformasikan, mentabulasikan mengenai pelaporan
pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) di tingkat Desa / Kelurahan serta
menyampaikan laporan pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) kepada
Bupati Malang melalui POKJATAP GSI setiap 3 (tiga) bulan sekali.
e) Tugas Satuan Tugas Gerakan Sayang Ibu (Gsi) Desa/ Kelurahan
1. Mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, kebijakan serta strategi Gerakan
Sayang Ibu (GSI) di tingkat Desa/Kelurahan kepada stakeholder dan
pihak-pihak yang terkait serta masyarakat luas.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
2. Menyusun rencana kerja dan mengorganisir Gerakan Sayang Ibu (GSI)
yang meliputi pengorganisasian Tabulin/Dasolin, Donor Darah, Ambulan
Desa, Kemitraan Bidan dan Dukun, Penghubung, Suami Siaga.
3. Melakukan pemetaan, pendataan, peta keberadaan Ibu hamil, bersalin,
nifas, di tingkat RT/RW/Posyandu yang dilakukan oleh kader.
4. Memberikan penguatan kepada kader Gerakan Sayang Ibu (GSI), kader
Posyandu dalam melaksanakan Gerakan Sayang Ibu.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk peduli terhadap Gerakan
Sayang Ibu (GSI).
6. Melakukan monitoring dan pemantauan pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu
(GSI) di tingkat Desa/Kelurahan.
7. Menyusun laporan pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) di tingkat Desa
serta menyampaikan laporan kepada Camat melalui Satgas Gerakan
Sayang Ibu (GSI) Kecamatan setiap bulan.
f) Komponen Penilaian Kecamatan Sayang Ibu.
1. Dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota:
 Indikator Komitmen, meliputi :
Kelompok Kerja Gerakan Sayang Ibu (GSI), Alokasi Pendanaan,
Rencana Kerja Satgas Gerakan Sayang Ibu (GSI), Koordinasi jejaring
dengan mitra kerja/Stakeholder.
 Indikator Proses, meliputi :
Rapat Koordinasi Pokjatap/Satuan Tugas, Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) GSI, Penguatan Pokjatap Kabupaten/Kota, Satgas
Gerakan Sayang Ibu (GSI) Kecamatan/Desa/Kelurahan, Pemetaan
Kecamatan
Sayang
Ibu
(KSI),
Pembinaan
Monitoring/Pemantauan/Evaluasi dan Pelaporan.
 Indikator Output Kabupaten/Kota :
Peran serta Palang Merah Indonesia (PMI) dalam pengorganisasian
Donor Darah (ketersediaan darah, donor darah pengganti, donor
darah sukarela, donor darah yang terdata), Cakupan K4, Linakes, %
Bumil Resti / komplikasi yang ditangani, % Neonatal Resti / Komplikasi
yang ditangani, % cakupan PUS / KB, pelayanan KB pasca persalinan
/ Keguguran, % KB Pria, Penyuluhan KB, Data Bumil / Bulin / Bayi /
Balita dan kematian Ibu dan Bayi, Optimalisasi Posyandu, BKB, BKR,
PIK-KRR, Keluarga Sakinah.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
g) Indikator Kecamatan Sayang Ibu.
1. Pengembangan Desa/Kelurahan SIAP ANTAR JAGA (% Desa/Kelurahan
dengan P4K secara lengkap, pengintegrasian Gerakan Sayang Ibu (GSI)
ke dalam Desa/Kelurahan Siaga, P4K, Posyandu dan KB).
2. Optimalisasi Satgas GSI Kecamatan/Desa/ Kelurahan (SK Satuan Tugas
Gerakan Sayang Ibu (GSI) dengan ketua “Camat”, Penguatan Satgas
Gerakan Sayang Ibu (GSI), Rencana Kerja dan Tupoksi Satgas Gerakan
Sayang Ibu (GSI), Koordinasi jejaring dengan mitra kerja/Stakeholder,
Komponen/unsur yang terlibat Gerakan Sayang Ibu (GSI), Pendanaan
Gerakan Sayang Ibu (GSI).
3. Pemantauan dan Pembinaan Desa/Kelurahan.
 Pemantauan :
Untuk mengetahui pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) ditingkat
Desa/Kelurahan dengan melakukan pemantauan Kesehatan Ibu dan
Bayi (Audit Materal Perinatal-Sosial) setiap 3 (Tiga) bulan dan
(ketersediaan data) dan pemetaan Ibu hamil, pemeriksaan Ibu hamil,
perkembangan kegiatan Posyandu, fasilitasi sistem rujukan (fasilitas
Pelayanan
kesehatan,
kendaraan,
biaya,
Pengorganisasian Pondok Sayang Ibu (PSI),
donor),
KIE,
polindes, data tentang
kemampuan sarana pelayanan kesehatan.
 Evaluasi :
Evaluasi
dilaksanakan
di
Desa/Kelurahan
setiap
bulan
serta
disesuaikan sesuai kebutuhan. Terhadap perkembangan Kesehatan
Ibu dan Bayi, Percepatan penurunan AKI, kemampuan mekanisme
dan kegiatan program pendataan, rujukan, tabulin/dasolin, ambulan
Desa, donor darah, kegiatan Posyandu, tenaga kesehatan yang
berkompeten/kader aktif, pengorganisasian Pondok Sayang Ibu (PSI),
optimalisasi polindes.
 Pelaporan :
 Satgas Gerakan Sayang Ibu (GSI) Desa maupun Kelurahan
menyampaikan laporan pelaksanaan GSI kepada Camat setiap
bulannya.
 Satgas Gerakan Sayang Ibu (GSI) Kecamatan menyampaikan
laporan pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) kepada Bupati
setiap bulannya.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
 Pokjatab Gerakan Sayang Ibu (GSI) Kabupaten merangkum dan
mentabulasikan Laporan dari Satgas Gerakan Sayang Ibu (GSI)
Kecamatan menjadi laporan Bupati kepada Gubernur.
4. Peningkatan Kapasitas dan Kelengkapan Sarana Gerakan Sayang Ibu
(GSI).
a. Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung (Puskesmas,
Pustu, Pondok Sayang Ibu, Polindes, Ponkesdes, Poskestren, BKIA,
Posyandu, Kader aktif (One RT One Kader), Ambulan Desa, dan
operasionalisasinya).
b. Pelatihan pengetahuan dan kemampuan kader GSI (Kader Dasawisma,
Kader Posyandu, PPKBD/Sub PPKBD).
c. Visualisasi pelaporan Satgas GSII Kecamatan/Desa/Kelurahan.
h) Indikator Desa/Kelurahan Sayang Ibu.
1. Satgas Gerakan Sayang Ibu (GSI) Desa/Kelurahan (Optimalisasi Satuan
Tugas GSI Desa/ Kelurahan (SK Satuan Tugas Gerakan Sayang Ibu (GSI)
dengan ketua “Kepala Desa”, Penguatan Satuan Tugas Gerakan Sayang
Ibu (GSI), Rencana Kerja, Tupoksi, Koordinasi jejaring dengan mitra
kerja/Stakeholder, Komponen/unsur yang terlibat, Pendanaan Gerakan
Sayang Ibu (GSI).
2. Pendataan dan Pemetaan Bumil
3. Pengorganisasian Tabulin/Dasolin
4. Pengorganisasian Ambulan Desa.
5. Pengorganisasian Donor Darah.
6. Pengorganisasian Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi.
7. Pengorganisasian Penghubung/Leason
8. Pengembangan Tata Cara Rujukan.
9. Pengorganisasian Suami Siap Antar Jaga.
10.Pembentukan Pondok sayang Ibu.
11.Penyuluhan dan Pelatihan.
12.Pemantauan, Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi
(Foto Kegiatan dan SK Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
e. Siapa saja yang terlibat dalam penurunan angka kematian bayi?. Apa bentuk
keterlibatannya?
Jawab:
1) Kebijakan
Adanya peraturan Dearah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Kesehatan Ibu Bayi Baru
Lahir dan Anak (KIBBLA) , yang mempunyai tujuan yaitu terwujudnya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak di seluruh wilayah
Daerah; tercapainya penurunan angka kematian ibu melahirkan, bayi baru lahir dan
anak; terwujudnya perubahan perilaku pola pencarian pengobatan dan pertolongan
persalinan pada masyarakat. Ruang lingkup dari Peraturan Daerah
ini adalah
kesehatan wanita usia subur; kesehatan ibu hamil; kesehatan ibu bersalin;
kesehatan ibu nifas; kesehatan ibu menyusui; kesehatan bayi baru lahir; kesehatan
bayi; kesehatan anak.
(Peraturan Daerah terlampir)
2) Dinas Kesehatan
Dalam rangka penurunan bayi Dinas Kesehatan Kabupaten Malang telah
melaksanakan program/kegiatan meliputi Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan
Komplikasi, Audit Maternal Parinatal, Penyuluhan Perorangan dan Kemasyarakat,
Kemitraan Bidan dan Dukun, Pelayanan Pertolongan Persalinan, Pelayanan
Kesehatan Bayi, Program emas, Program Sutera Emas, Gerakan Sayang ibu.
3) Adanya kelembagaan Posyandu yang tersebar hampir disetiap RW yang berjumlah
3.125 RW Yang memberikan
pelayanan diantaranya bagi ibu hamil dengan
didampingi kader ibu hamil dan beberapa program terkait ibu hamil. Dan telah ada
Pokjanal Posyandu sebagaimana tertuang dalam SK Bupati Malang Nomor:
180/149/KEP/421.013/2012 tentang Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Kabupaten Malang.
(SK Terlampir)
4) Forum Remaja Peduli Ibu Hamil hampir terbentuk dibeberapa posyandu yang ada.
5) Badan Keluarga Berencana
Program inovasi dalam rangka penurunan angka kematian bayi adalah Program
Inovasi CONTRA WAR (Contraceptive for Women at Risk) merupakan program yang
dilaksanakan secara terencana dan terpadu melalui proses surveilans aktif, yang
dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkelanjutan, serta melalui proses
penapisan reproduksi terhadap Wanita Usia Subur yang sedang menderita suatu
penyakit (menular, tidak menular atau bawaan) dan mempunyai faktor-faktor resiko
terhadap kehamilan, serta pernah mempunyai riwayat kehamilan beresiko tinggi
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
yang dapat membahayakan proses kehamilan dan persalinan selanjutnya, dan
diarahkan untuk menggunakan kontrasepsi secara tepat selama masa penyembuhan
penyakitnya.
Sasaran program : Program CONTRA WAR ini ditujukan bagi wanita usia subur
yang telah menikah, belum ikut KB dan tidak dalam keadaan hamil (Unmet Need),
yang sedang atau pernah menderita penyakit-penyakit tertentu dan atau sedang
menjalani pengobatan tertentu.. Adapun beberapa kondisi yang beresiko tinggi jika
terjadi kehamilan adalah sebagai berikut :
a.
Pendarahan pervaginam
b.
Endometriosis
c.
Tumor ovarium jinak
d.
Dismenorea berat
e.
Penyakit trofoblas
f.
Kanker mamme
g.
Kanker endometrium
h.
Kanker ovarium
i.
Fibroma uteri
j.
Kelainan anatomis
k.
Penyakit radang panggul
l.
Infeksi Menular Seksual
m. Resiko tinggi HIV
n.
Terinfeksi HIV
o.
AIDS
p.
Tuberkulosis
q.
Penyakit Tiroid
r.
Hepatitis virus
s.
Sirosis Hepatis
t.
Tumor hati
u.
Talasemia
v.
Anemia bulan sabit
w. Anemia defisiensi Fe
x.
Pascapersalinan ( laktasi / non-laktasi ) termasuk pascasectio caesarea
y.
Pasca keguguran
z.
Riwayat operasi pelvis
aa. Hipertensi
bb. Riwayat hipertensi dalam kehamilan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
cc. Trombosis vena permukaan
dd. Riwayat penyakit jantung iskemik
ee. Stroke
ff.
Penyakit katup jantung
gg. Dekompensasio kordis
hh. Miokard infark akut
ii.
Epilepsi
jj.
Kurang Energi Kalori
kk. Asthma Bronchiale
ll.
Diabetes Melitus
mm. TORCH :
a)
Toxoplasmosis
b)
Other (syphilis, varicella, mumps, parvovirus dan HIV)
c)
Rubella ( German Measles )
d)
Cytomegalovirus
e)
Herpes simpleks
nn. Penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi enzim - enzim hati
oo. Penggunaan Rifampisin
pp. Penggunaan Antikonvulsan tertentu.
- Konsep Dasar :
Konsep Dasar Pelaksanaan CONTRA WAR
a) One RW – One Cadre (Satu RW diamati oleh satu orang kader KB);
b) One high risk acceptor – one cadre (Satu akseptor baru beresiko tinggi
didampingi oleh satu kader KB terlatih);
c) Selected contraceptive for selected woman (Kontrasepsi yang tepat bagi
wanita yang tepat).
- Hasil kegiatan di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang Tahun 2014 :
Program Contra War dilaksanakan pada tanggal 25 November 2014, dalam
kegiatan tersebut ditemukan 15 kasus wanita usia subur beresiko tinggi yang
belum ber KB, dan akan segera dirujuk ke Puskesmas Kepanjen dan RSUD
Kanjuruhan untuk dilakukan proses Penapisan oleh Dokter Puskesmas dan Dokter
Spesialis Obgyen RSUD Kepanjen untuk dilakukan pengobatan terhadap
penyakitnya serta penggunaan Kontrasepsi yang sesuai. Dalam pelaksanaan
program Contra War ini masih dilakukan secara manual.
(Foto Kegiatan Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
6) Rumah Sakit
Keterlibatan seluruh rumah sakit yang ada di Kabupaten Malang tentang penurunan
angka kematian bayi yakni dengan pelayanan prima terhadap ibu hamil, dengan
mempermudah system rujukan bahkan tanpa rujukan bagi ibu yang akan melahirkan.
(Foto Kegiatan Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
15. Prevalensi Gizi Buruk, Gizi Kurang, Stunting dan Gizi Lebih pada Balita
Ukuran: Di bawah angka rata-rata nasional, dan menurun setiap tahun
Pertanyaan:
a. Berapa prevalensi gizi buruk pada balita, pada tahun berjalan dan setahun sebelumnya?
Jawab:
Prevalensi gizi buruk pada Balita di Kabupaten Malang tahun 2013 untuk balita laki-laki
sebanyak 524 anak, perempuan 548 dengan total anak dengan gizi buruk tahun 2013 di
Kabupaten Malang sebanyak 1072 anak, atau prevalensi gizi buruk di Kabupaten Malang
sebesar 0,73%. Prevalensi gizi buruk pada balita di Kabupaten Malang tahun 2014 untuk
balita laki-laki sebanyak 797 anak, perempuan sebanyak 734 anak dengan total anak
dengan gizi buruk di Kabupaten Malang sebanyak 1531 anak atau prevalensi gizi buruk di
Kabupaten Malang sebesar 0,92 %. Ada tren peningkatan balita dengan gizi buruk dari
tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 0,19% hal ini disebabkan karena semakin tahun
tingkat kesadaran masyarakat akan penting gizi pada anak semakin meningkat, sehingga
pada tahun 2014 lebih banyak orang tua yang memeriksakan anaknya sehingga terjadi
peningkatan angka balita dengan gizi buruk, tahun 2013 bayi yang ditimbang sebanyak
147.600 anak yang terdiri dari laki-laki sebanyak 74.158
dan perempuan sebanyak
73.443, dan pada tahun 2014 bayi yang ditimbang sebanyak 167.025 anak yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 83.301 dan perempuan sebanyak 83.724 anak. Terdapat banyak
faktor yang bisa mengakibatkan gangguan nutrisi pada anak seperti pola makan anak dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian jenis makanan yang seimbang, bisa juga
karena adanya penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu
mencerna dan menyerap makanan secara sempurna.
(Data terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
b. Berapa prevalensi gizi kurang pada balita, pada tahun berjalan dan setahun
sebelumnya?
Jawab:
Jumlah balita gizi kurang pada tahun 2013 laki-laki sebanyak 3.346 anak, perempuan
sebanyak 3.220 anak, dengan total gizi kurang sebanyak 6.565 anak atau prevalensi gizi
kurang sebesar 4,45 %. Jumlah balita gizi kurang tahun 2014 laki-laki sebanyak 5.011
anak, perempuan sebanyak 4,187 anak, dengan total gizi kurang sebanyak 9.198 anak
atau prevalensi gizi kurang di Kabupaten Malang sebesar 5,03 %
c. Berapa prevalensi anak pendek (stunting) pada tahun berjalan dan setahun
sebelumnya?
Jawab:
Jumlah prevalensi anak sangat pendek di Kabupaten Malang pada tahun 2014 sebanyak
5.601 atau sebesar 3, 4 %
d. Berapa prevalensi anak dengan gizi lebih pada tahun berjalan dan setahun
sebelumnya?
jawab
Jumlah prevalensi anak dengan gizi lebih di Kabupaten malang laki-laki sebanyak 1.115,
perempuan 868 dengan total anak denga gizi lebih sebanyak 1.983 atau sebesar 1,34%.
Jumlah prevalensi anak dengan gizi lebih di Kabupaten malang laki-laki sebanyak 1.628,
perempuan 1.438 dengan total anak denga gizi lebih sebanyak 3.066 atau sebesar 1,84%
(Data Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
e. Siapa mitra Dinas Kesehatan dalam pencegahan dan penanganan masalah gizi
balita? Sebutkan.
Jawab:
Mitra Dinas Kesehatan dalam penanganan masalah gizi balita adalah Pemerintah (SKPD
terkait), Masyarakat, Dunia Usaha, dan Lembaga Pemerhati Anak
1) Pemerintah
a) Puskesmas
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu hamil dan anak Kekurangan
Energi Kronis (KEK), Balita Gizi Buruk dan Kurang Gizi selama 90 hari melalui
Bidan Desa di wilayah masing-masing.
b) Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Salah satu program peningkatan gizi bagi anak pada Kantor Pemberdayaan
perempuan dan Perlindungan Anak adalah Program Pemberian Makanan
Tambahan bagi Anak Sekolah (SD/MI) yang dilaksanakan secara berkala setiap
tahun dengan sasaran sekolah yang berbeda, kegiatan ini selain pemberian
makanan tambahan bagi anak sekolah juga dilaksanakan Sosialisasi
Pola
Konsumsi Pangan yang Beragam, Bergizi, Berimbang dan Aman bagi orang tua
wali/masyarakat. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat stimulant yaitu
sebagai perangsang bagi pemangku kepentingan yakni orang tua, guru, dan
masyarakat akan pentingnya asupan gizi yang seimbang bagi anak, dan
diharapkan kegiatan ini diteruskan oleh pihak sekolah minimal pemberian
makanan tambahan berupa minuman dan kudapan yang bergizi dilaksanakan
minimal satu minggu sekali. Pada tahun 2013 pemberian makanan tambahan bagi
anak sekolah dilaksanakan di 7 Kecamatan (Pagak, Wonosari, Ngajum,
Donomulyo, Bantur, Lawang, Sumbermanjingwetan), 22 lembaga SD/MI dengan
jumlah murid sebanyak 3064 anak. Pada tahun 2014 dilaksanakan di 6
Kecamatan (Bululawang, Singosari, Pakis, Pagelaran, Kepanjen, Gedangan), 19
SD/MI dengan jumlah murid 300 anak
(Foto Terlampir)
c) Dinas Kelautan dan Perikanan (Gemar Makan Ikan)
Gerakan ini bertujuan untuk membangun kesadaran gizi individu maupun kolektif
masyarakat
agar
gemar
mengkonsumsi
ikan.
Dalam
implementasinya,
GEMARIKAN dilakukan antara lain melalui kegiatan promosi kemitraan bersama
organisasi/lembaga
yang
dinilai
memiliki
potensi
untuk
mengakselerasi
peningkatan konsumsi ikan. Kabupaten Malang mempunyai wilayah yang sangat
luas dan kaya akan potensi alamnya. Termasuk dari sektor hasil perikanan, baik
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
itu ikan yang ada di laut maupun ada ikan yang ada di darat ikan tawar Berbekal
kaya akan potensi perikanan itulah, membuat Pemkab Malang berkomitmen untuk
melakukan berbagai pengembangan di sektor tersebut. Gemarikan melakukan
langkah yang tepat meningkatkan tingkat konsumsi ikan per kapita di masyarakat
wilayah Kabupaten Malang sepanjang tahun 2014. Harapan dari kegiatan ini
adalah meningkatkan konsumsi ikan dimana konsumsi ikan per kapita Kabupaten
Malang masih berada pada angka 20,92 kilogram per kapita per tahun, harapanya
semakin tahun semakin meningkat. Ikan merupakan pengganti konsumsi daging
yang harganya cukup mahal di pasaran. Selain itu, ikan juga mempunyai protein
yang tinggi, baik untuk perkembangan kecerdasaan anak.
(Foto Terlampir)
d) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Salah satu program peningkatan gizi bagi anak Kabupaten Malang yang
dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang
adalah Gerakan Minum Susu, Makan Telur dan Daging Gerakan minum susu dan
makan telor dan daging ini tak lain untuk meningkatkan konsumsi ke 2 sumber
protein hewani, dimana standar nasional untuk konsumsi susu adalah 6,1 liter
perkapita per tahun, untuk standard nasional makan telur sebanyak 4,7 per kapita
per tahun. Gerakan minum susu, makan telur dan daging yang dilaksanakan oleh
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan sasaran sebanyak 5.000 anak
yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Malang.
e) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh ( BKP3 )
Program pningkatan gizi yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluh yaitu Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP) dengan kegiatan pengembangan kantin sekolah sehat berbasis
pangan local di Kabupaten Malang, sasaran kegiatan ini adalah 10 SD/MI di 6
Kecamatan yaitu Kecamatan Kepanjen, Pakisaji, Lawang, Bululawang, Tajinan,
dan pagak. Bantuk bantuan kepada kantin berupa peralatan dan bahan pangan
meliputi lemari es, kompor gas,tabung LPG, etalase, blender, mixer, mangkok,
sendok, dan untuk bahan pangan meliputi kacang hijau, kedelai, gula pasir,
minyak goring, tepung tapioca dan tepung sagu. Kegiatan ini merupakan bentuk
kegiatan yang bersifat stimulant untuk merangsang para pengurus kantin untuk
selalu
memproduksi makanan dan minuman yang sehat, kegiatan ini
dilaksanakan setiap tahun dengan sasaran yang berbeda.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
2) Masyarakat
-
Forum Peningkatan Konsumsi Ikan
Forikan merupakan forum anggota masyarakat yang bertujuan untuk menggiatkan
semua lapisan masyarakat akan pentingnya ikan. Gerakan makan ikan yang
digagas oleh pemerintah Kabupaten Malang adalah untuk mempersiapkan
generasi yang sehat dan berkualitas. Sedangkan eksistensinya adalah upaya kita
untuk menyehatkan keluarga. Anak-anak yang nantinya akan menjadi generasi
penerus bangsa menjadi prioritas forum ini. 70 % program yang dilaksanakan oleh
forum ikan untuk anak-anak, usia 0-8 tahun. Karena usia tersebut merupakan
masa pertumbuhan kualitas otak. Meski demikian bukan berarti orang dewasa
tidak butuh ikan kan. Orang-orang yang usianya produktif juga butuh ikan, apalagi
yang lansia. Kalsiumnya juga bagus, artinya semua umur masyarakat yang ada di
wilayah Kabupaten Malang butuh ikan. Harapannya program Forikan di
Kabupaten Malang selain untuk peningkatan pemberdayaan ekonomi keluarga
juga untuk peningkatan kualitas kesehatan keluarga. Dalam upaya mensukseskan
Gemarikan di Kabupaten, telah melibatkan semua sektor yang ada, Kerjasama
telah dilakukan dengan semua pihak termasuk PKK dan GOW serta organisasi
terkait.
3) Dunia Usaha
Peran dunia usaha dalam peningkatan masalah gizi anak adalah keterlibatan dunia
usaha dalam forum CSR yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Malang yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomot 1 Tahun 2013
tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. dimana bentuk bantuan dari dunia
usaha disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat termasuk maslah penanganan
gizi anak.
4) Lembaga Pemerhati Anak
Dukungan dari berbagai lembaga pemerhati anak yang ada di Kabupaten Malang
tentang penanganan masalah gizi pada balita yaitu pada bentuk promosi kesehatan
kepada masyarakat akan pentingnya peningkatan gizi pada anak/balita.
(Lampiran Data dan Foto Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
f.
Apakah ada keterlibatan Forum Anak, Dunia Usaha, Media Massa, dan masyarakat
dalam pencegahan dan penanggulangan masalah gizi balita?
1) Forum anak
Keterlibatan forum anak dalam hal penanggulangan gizi balita, terwakili oleh Duta
Kesehatan
Remaja
dimana
fungsi
dari
duta
kesehatan
remaja
adalah
menyuarakan tentang promosi-promosi kesehatan termasuk masalah gizi pada
balita/anak.
Kader Kesehatan remaja yang juga mempunyai kewajiban untuk menyuarakan
beberapa hal yang terkait dengan kesehatan diantaranya tentang gisi balita dan
anak, kader kesehatan remaja ini telah terbentuk di 39 Puskesmas yang ada di
wilayah kabupaten Malang di fasilitasi oleh Dinas Kesehatan dan Bagian
Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah.
2) Dunia Usaha
Keterlibatan dunia usaha dalam pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
balita adalah:
a) Pelaksanaan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Pt.
Greenfield selaku produsen penghasil susu, bentuk kerjasama tersebut
dalam
peningkatan
keragaman
pangan
bagi
balita
yaitu
dengan
memberikan bantuan susu dan kudapan sehat kepada balita di Kabupaten
Malang, selain itu dilaksanakan juga sosialisasi akan pentingnya asupan gizi
yang seimbang bagi anak.
b) Pelaksanaan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan
Alfamart, bentuk kerjasama ini juga terkait dengan pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi balita, selain itu dilaksanakan juga pemberian
bantuan kacamata kepada anak-anak di tujuh kecamatan yang ada di
Kabupaten Malang.
3) Media Massa
Visualisasi berupa pemberitaan tentang kegiatan-kegiatan tentang promosi
kesehatan termasuk masalah gizi balita yang dilaksanakan instansi terkait.
4) Masyarakat
Mensukseskan kegiatan posyandu balita dengan memebrikan bantuan makanan
tambahan kepada balita pada saat kegiatan posyandu yang dilaksanakan satu
bulan sekali di setiap RW yang ada di Kabupaten Malang.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
16. Persentase ASI Eksklusif
Ukuran: Di atas angka rata-rata nasional, dan meningkat setiap tahun
Pertanyaan:
a. Berapa persentase ASI eksklusif, pada tahun berjalan dan setahun sebelumnya?
Jawab:
Prosentase ASI Eksklusif pada tahun 2013 sebesar 64,71% dari jumlah bayi yang
diperiksa sebanyak 39.939 bayi (laki-laki: 20.068 dan perempuan: 19.871) dan bayi yang
mendapatkan asi eksklusif sebanyak: 25.843 bayi (laki-laki: 13.324 dan Perempuan:
12.519). Prosentase ASI eksklusif pada tahun 2014 sebesar 66,61 % dari jumlah bayi
yang diperiksa sebanyak 39.072 bayi (laki-laki: 20.230, Perempuan: 18.842) dan bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak: 26.024 (laki-laki: 13.485, perempuan:
12.539). Terjadi peningkatan cakupan ASI Eksklusif antara tahun 2013 dan tahun 2014,
meningkatnya cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Malang merupakan kerjasama antar
berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, pihak swasta, orang tua serta
masyarakat sekitar. Bentuk kerjasama tersebut yaitu dengan memutus secara perlahan
mata rantai penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif seperti:
1) Sosiaslisasi tentang larangan praktik pemberian makanan prelakteal pada Bayi oleh
konselor ASI/Bidan/tenaga kesehatan
Pemberian makanan prelakteal pada usia 0-5 bulan merupakan salah satu indikator
kegagalan ASI eksklusif. Makanan prelakteal yaitu makanan atau minuman yang
diberikan pada bayi sebelum keluarnya ASI. ASI ibu biasanya keluar selama 1
sampai 2 hari. Meskipun ASI belum keluar diperlukan rangsangan aliran ASI ibu
dengan tetap menyusui bayinya. Setelah dilahirkan bayi dapat bertahan selama 2x24
jam tanpa cairan, hal ini dikarenakan bayi masih membawa cadangan makanan dari
rahim. Jenis makanan atau minuman prelakteal yaitu susu formula, susu non formula,
air putih, madu, air gula, air kelapa, air tajin, teh manis, kopi, bubur tepung atau bubur
saring, pisang yang dihaluskan, dan nasi yang dihaluskan. Untuk mensukseskan
pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Malang penyuluhan kepada konselor
ASI/Bidan/Tenaga Kesehatan/Orang Tua tentang pentingnya ASI eksklusif dan
larangan pemberian makanan prelakteal pada bayi sebelum berusia 6 bulan.
2) Sosialisasi Pentingnya ASI bagi ibu bekerja
Salah satu faktor kegagalan ASI eksklusif di Kabupaten Malang yaitu ibu bekerja.
Kaum ibu di Kabupaten Malang cenderung berhenti menyusui karena alasan bekerja.
Faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah ibu
memiliki persepsi merasa sulit memberikan ASI saat bekerja. Praktik Asi eksklusif
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
pada ibu bekerja sangat sulit dilakukan karena pada ibu pekerja, terutama di sektor
formal, karena keterbatasan waktu dan ketersediaan fasilitas untuk menyusui di
tempat kerja. Sehingga banyak ibu yang bekerja beralih ke susu formula dan
menghentikan memberi ASI secara eksklusif. Untuk menanggulangi hal tersebut salah
satu kebijakan Pemerintah Kabupaten Malang yaitu memberikan fasilitas Pojok
Laktasi difasilitas perkantoran.
3) Penyuluhan tentang ASI eksklusif melalui KIE
(Data terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
b. Apakah ada konselor ASI tingkat desa/kelurahan/kecamatan yang memberikan
pendampingan
bagi
ibu
menyusui?
Bila
ada,
berapa
persentase
desa/kelurahan/kecamatan yang memiliki konselor ASI?
Jawab:
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif Pemerintah
Kabupaten Malang mendukung progam konselor ASI. Disediakannya konselor ASI di
fasilitas pelayanan kesehatan dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI. Konselor
ASI adalah tenaga terlatih yang memiliki sertifikat pelatihan konseling menyusui. Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang mengupayakan agar setiap pelayanan kesehatan terutama
di Puskesmas dan RS tersedia konselor ASI sehingga dapat membantu para ibu yang
memiliki kendala memberikan ASI. Strategi konseling secara formal maupun informal
dengan informasi yang lengkap dan juga digabungkan dengan kegiatan diskusi pada
target konseling dapat memotivasi dan meningkatkan praktik ASI eksklusif. Dengan
adanya konselor ASI diharapkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI
eksklusif meningkat dan penurunan prevalensi pemberian makanan prelakteal serta
peningkatan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang juga berpengaruh pada peningkatan
cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Malang, saat ini di Kabupaten Malang masih terdapat
60 konselor asi terlatih yang tersebar di 33 Kecamatan, harapannya setiap tahun dapat
meningkat dan presentasi ASI eksklusif dapat meningkat setiap tahunnya.
(Data Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
c. Berapa jumlah Ruang Laktasi dan fasilitas menyusui, pada tahun berjalan dan
setahun sebelumnya?
Jawab:
Penyediaan Pojok ASI pada tempat layanan publik sampai dengan tahun 2014
penyediaan Pojok ASI sebanyak 14 lokasi Pojok ASI, dimana semua Pojok ASI yang
sudah ada dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang Pojok ASI sesuai dengan
Standar Kesehatan. Sarana prasarana pendukung diantaranya Almari Pendingin, Glass
Norsing Bottle, Thermal Bag, Manual Breast Pump, Bottle Sterilizer, Bottle Warmer, See
Pack. Serta pendukung ASI yaitu Meja Kursi, Instrumen Cabinet, Dispenser, Washtafel,
Tempat Sampah, Kipas Angin, Radio Tape. Inisiasi tentang pojok ASI juga telah dirintis
oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar dimana disetiap pasar telah disediakan
pojok asi meskipun untuk peralatannya belum memadai, akan tetapi untuk memerah
asi/menyusui bagi ibu-ibu pedagang pasar atau pengunjung pasar telah disediakan
ruangan khusus yang terjaga privasinya.
Penyediaan fasilitas khusus laktasi di tempat kerja dan tempat sarana umum diatur dalam
Undang Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 128 ayat 2 dan Undangundang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 83 menyebutkan bahwa
pekerja perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilaksanakan selama waktu kerja. Sarana
fasilitas menyusui sangat penting untuk memudahkan praktik ASI eksklusif terutama
pada ibu bekerja. pengelola tempat kerja baik milik pemerintah maupun swasta untuk
dapat mendukung program pemerintah mewujudkan pemberian ASI eksklusif melalui
upaya-upaya yaitu: memberikan kesempatan kepada pekerja perempuan yang masih
menyusui untuk memberikan ASI kepada bayi/anaknya selama jam kerja; menyediakan
tempat untuk menyusui bayinya berupa ruang ASI dan tempat penitipan anak apabila
kondisi tempat kerja memungkinkan untuk membawa bayinya; atau menyediakan ruang
dan sarana prasarana untuk memerah ASI dan menyimpan ASI ditempat kerja, agar ibu
selama bekerja tetap dapat memerah ASI untuk selanjutnya dibawa pulang setelah
selesai bekerja.
d. Di mana saja lokasi Ruang Laktasi dan fasilitas menyusui tersebut? Sebutkan.
Ruang laktasi dan fasilitas menyusui di Kabupaten Malang terdapat di 39 Puskesmas
dan dilingkungan Kantor Bupati Malang, Kantor Dinas Kesehatan, RSUD Lawang, dan
RSUD Kanjuruhan. Untuk di seluruh pasar yang ada di Kabupaten Malang sudah ada
inisiasi tentang penyediaan ruang laktasi, namun untuk fasilitas ketersediaan peralatan
ada beberapa pasar yang masih belum memadai.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Ruang Laktasi
No.
Instansi
Ruang Laktasi
YA
1
Lingkungan Kantor Bupati Malang
v
2
Kantor Dinas Kesehatan
v
3
RSUD Kanjuruhan
v
4
RSUD Lawang
v
5
Puskesmas Sumber Pucung
v
6
Puskesmas Tumpang
v
7
Puskesmas Dau
v
8
Puskesmas Turen
v
9
Puskesmas Pagak
v
10
Puskesmas Donomulyo
v
11
Puskesmas Dampit
v
12
Puskesmas Ampelgading
v
13
Puskesmas Kasembon
v
14
Puskesmas Ngantang
v
Tidak
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
17. Persentase Puskesmas Ramah Anak (PRA)
Ukuran: Meningkat setiap tahun
Pertanyaan:
a. Berapa jumlah puskesmas?
Jawab:
Wilayah Kabupaten Malang secara administrative terbagi 33 kecamatan dari seluruh
Kecamatan telah memiliki Puskesmas bahkan ada kecamatan yang wilayah kerjanya luas
memiliki 2 Puskesmas sehingga jumlah Puskesmas sebanyak 39 Puskesmas, adapun
kecamatan yang wilayah kerjanya terdapat 2 puskesmas seperti Kecamantan Singosari,
Pagak, Bantur, Gondanglegi, Dampit, dan Sumbermanjing Wetan.
b. Apakah sudah ada puskesmas yang mengembangkan puskesmas ramah anak?
Jika sudah ada, sebutkan nama dan lokasi puskesmasnya.
Jawab:
Seluruh puskesmas telah mengembangkan puskesmas ramah anak hal ini dapat
diketahui dari hasil self assessment yang dilakukan oleh Puskesmas melalui kepala
Puskesmas, Bidan Koordinator { Bikor }, Pengelalola UKS disetiap Tahunnya dan ini
sudah berjalan 3 Tahun namun dari hasil self assesment belum ada yang mencapai ideal
( 100% ) yaitu indicator yang dapat untuk mengukur Puskesmas Ramah anak.
(Adapun Indikator sebagaimana terlampir)
Sedangkan untuk Tahun 2014 akhir
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dan dan
Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Ramah Anak yang diterbitkan oleh Deputi Bidang
Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Tahun 2014, seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang
sebanyak 39 puskesmas telah mengembangkan puskesmas ramah anak yang dibuktikan
dengan pemenuhan setiap indikator puskesmas ramah anak yang telah ditentukan.
(Adapun hasil self Assesment dapat disajikan dalam lampiran)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
c. Indikator PRA mana saja yang telah dipenuhi? Sebutkan dan bagaimana upaya
mewujudkan Puskesmas Ramah Anak?
Jawab:
Dari 39 puskesmas yang ada terdapat variasi indikator yang terpenuhi, dari 16 idikator
puskesmas ramah anak yang telah ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan
Puskesmas Ramah Anak oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia, 39 Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang dapat di katakan
layak anak, yang ditandai dengan capaian terhadap indikator puskesmas ramah anak
yang meliputi:
1) Tersedia tenaga medis yang memahami tentang hak dan kesehatan anak
2) Tersedia ruang pelayanan khusus untuk anak dan konseling bagi anak
3) Tersedia KIE tentang hak kesehatan anak
4) Memiliki ruang laktasi yang higinis dan melaksanakan IMD untuk puskesmas yang
memberikan pelayanan persalinan
5) Tersedia ruang bermain bagi anakyang berjarak aman dari ruang tunggu pasien
6) Poli MTBS (manajemen terpadu balita sakit)
7) Pembentukan dan pelaksanaan kelompok pendukung ibu untuk meningkatkan ASI
Eksklusif
8) Merupakan kawasan tanpa rokok
9) Sebagian besar (50%) sekolah diwilayah kerja Puskesmas UKS-nya minimal
mencapai klasifikasi standar
10) Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) terkait pemenuhan hak anak
diwilayah kerja sebagian besar aktif (Posyandu) 50% minimal mencapai
pratama,dan puskesmas melaksanakan PKPR dan pelayanan tata laksana
11) Cakupan pelayanan kesehatan anak meliputi :
12) Tersedia layanan Therapeutic Feeding Centre (TFC) yaitu pelayanan kesehatan
untuk mendukung penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita
13) Fasilitasi dan advokasi kader kesehatan desa
14) Menerima rujukan anak korban kekerasan,ketrgantungan obat dan anak hamil
15) Sanitasi lingkungan Puskesmas memenuhi ketentuan standar kesehatan
16) Tersedia data tentang pemenuhan
hak anak yang terpilah sesuai usia,jenis
kelamin dan permasalahan kesehatan
Dari 16 indikator tersebut hampir seluruhnya ada di 39 puskesmas di Kabupaten Malang,
meskipun ada beberapa indikator yang masih tercapai di bawah 50% dari 39 puskesmas,
indikator tersebut meliputi Pertama ketersediaan pelayanan khusus anak dan konseling
untuk anak, hampir 50% puskesmas tidak dapat memenuhi indikator ini, dikarenakan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
keterbatasan ruangan/luas lahan puskesmas untuk pelayanan khusus anak dijadikan satu
dengan pelayanan orang dewasa, akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi kualitas
pelayanan terhadap anak. Kedua Tersedia KIE tentang hak kesehatan anak, hampir 50%
dari 39 puskesmas untuk KIE yang tersedia di Puskesmas (leaflet, banner, baliho, dll)
sifatnya masih universal tentang kesehatan masyarakat, untuk KIE yang spesifik tentang
kesehatan anak masih belum ada, tentang kesehatan anak masih bercampur dengan KIE
tentang kesehatan masyarakat. Ketiga Tersedia ruang bermain bagi anak yang berjarak
aman dari ruang tunggu pasien, capaian untuk indikator ini dibawah 50% dari 39
puskesmas hal ini dikarenakan ketersediaan lahan puskesmas yang tidak memungkinkan
untuk penyediaan tempat bermain anak. Keempat Tersedia layanan Therapeutic Feeding
Centre (TFC) yaitu pelayanan kesehatan untuk mendukung penurunan prevalensi
kekurangan gizi pada balita, hal ini belum tersedia tempat untuk terapi kesehatan bagi
balita yang memiliki riwayat gizi buruk namun demikian bukan berarti terhadap pelayanan
kasus gizi buruk tidak dapat dilayani.
( Rekapitulasi hasil self Assesment terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
d. Siapa mitra Dinas Kesehatan dalam pengembangan Puskesmas Ramah Anak?
Sebutkan.
Jawab:
 Masyarakat
Sebagai penerima jasa layanan, dimana masyarakat ikut membantu dalam
mensukseskan terwujudnya puskesmas ramah anak, bentuk bantuan tersebut berupa
sosial control terhadap pelayanan yang diberikan apakah telah memenuhi standar
yang ada.
 Tim Penggerak PKK
 SKPD terkait
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
18. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap
Ukuran: Meningkat setiap tahun
Pertanyaan:
a. Berapa persentase imunisasi dasar lengkap, pada dua tahun terakhir?
Jawab:
Pada tahun 2013 persentase imunisasi dasar lengkap sebesar 102,12 % dari jumlah bayi
yang lahir sebanyak 40.106 anak dan yang di imunisasi sebanyak 39.908 anak, yang
meliputi DPT1+HB1 sebesar 113.05%, DPT3+HB3 sebesar 111.59%, Campak sebesar
111.20%, BCG 110.86%, dan Polio sebesar 111.52%
Pada tahun 2014 persentase dasar lengkap sebesar 103,17 % dari jumlah bayi yang lahir
sebanyak 43.353 anak dan bayi yang di imunisasi sebanyak 41.264 yang meliputi HB
sebanyak 92.94%, BCG sebanyak 93,56%, DPT+HB sebanyak 104,17 %, Polio sebanyak
104,17% campak sebanyak 104,82%.
(Data terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
b. Berapa persentase desa/kelurahan UCI (Universal Child Immunization)?
Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya imunisasi dasar
secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah
tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4
dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur
meliputi 2 dosis TT.Untuk anak sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis campak
dan 2 dosis TT. Desa UCI yang ada di Kabupaten Malang hampir mencapai 100 %.
(Data Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
c. Siapa mitra Dinas Kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi dasar
lengkap? Sebutkan!
Jawab:
1. Masyarakat
Dalam meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap peran paling vital adalah
yang dilaksanakan masyarakat melalui kader-kader kesehatan yang terdapat di
masyarakat tersebar di setiap RT karena dalam 1( satu ) RT terdapat 1 ( satu )
Kader ( one Cader One RT) jumlah RT sebanyak 14.352 lembaga sehingga jumlah
kader sebanyak 14.352 orang dengan jumlah Posyandu sebanyak 2.816, Tugas dan
peran kader-kader tersebut adalah menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir ke
Posyandu bagi ibu hamil dan ibu balita dan membantu menyiapkan alat dan bahan
yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat pengukur, obat-obatan
yang dibutuhkan ( pil besi, vitamin A, oralit ) bahan dan materi Penyulyhan
sedangkan
untuk
memberikan
pelayanan
Kelurga
Berencana,
Pengobatan
Pemberian pil penambah darah ( zat besi ), vitamin A dan obat2 an lainnya dilakukan
oleh petugas kesehatan , PLKB, PPL.
d. Apakah ada keterlibatan Forum Anak dalam meningkatkan cakupan imunisasi
dasar lengkap?
Jawab:
Keterlibatan forum anak dalam meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap, terwakili
oleh Duta Kesehatan Remaja dimana fungsi dari duta kesehatan remaja adalah
menyuarakan tentang promosi-promosi kesehatan termasuk masalah pentingnya
imunisasi dasar lengkap.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
19. Jumlah Lembaga yang Memberikan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja,
Pencegahan dan Penanganan NAPZA, HIV/AIDS, Pelayanan Kesehatan Jiwa Anak
dan Remaja, dan Pelayanan Kesehatan bagi Anak dengan Disabilitas
Pertanyaan:
a. Lembaga apa saja yang memberikan layanan kesehatan reproduksi remaja?
Jawab :
Lembaga yang memberikan layanan kesehatan reproduksi remaja adalah Puskesmas
dan pengembangan Puskesmas sebagai Puskesmas PKPR, Lembaga layanan
kesehatan Reproduksi, Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi ( BKB, PIK-KRR )
Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan oleh puskesmas sejak awal
dekade yang lalu. Selama lebih 10 tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam
pemberian informasi berupa ceramah, tanya jawab dengan remaja tentang masalah
kesehatan melaui wadah UKS, Karang Taruna, atau organisasi pemuda lainnya yang
dibentuk oleh Puskesmas. Staf puskesmas berperan sebagai fasilitator dan narasumber.
Untuk mendukung pelaksanaan KIE kepada remaja, Kementrian Kesehatan telah
menerbitkan buku acuan yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
dan Napza. Pemberian pelayanan khusus bagi remaja melalui perlakuan khusus yang
disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja. Dengan demikian, remaja
bila menjadi salah satu pengunjung puskesmas diperlakukan selayaknya pasien lain
sesuai dengan keluhan atau penyakitnya. Konseling menjadi salah satu menu utama,
selain kegiatan lainnya misalnya diskusi dan kadang- kadang pemberian materi
keterampilan . Kegiatan seperti ini di puskesmas disebut Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Dari 39 Puskesmas di Kabupaten Malang, ada
12 puskesmas
(Kepanjen, Lawang, Tumpang, Singosari, Turen, Dau, Ampelgading, Gondanglegi,
Tirtoyudo, Wagir, Bantur, Poncokusumo) sudah melaksanakan PKPR. Pelayanan
Puskesmas PKPR target 4 Puskesmas sudah tercapai.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Remaja pada tahun 2013 sebesar 69%yakni sejumlah
120.416 orang yang dilayani dari sasaran remaja sejumlah 198.953 orang, pencapaian
ini sudah diatas target SPM Kabupaten Malang yaitu sebesar 60%. Pada tahun 2014
capaian pelayanan kesehatan remaja sebesar 82,2% % dari sasaran remaja 234.432
orang, terlihat lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Untuk pelayanan kesehatan remaja berbasis pondok pesantren dilaksanakan oleh kader
kesehatan yang ada disetiap pondok pesantren di Kabupaten Malang sebanyak 390
kader.
(Data Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Lembaga Layanan Kesehatan Reproduksi Remaja (sesuaikan)
No.
(1)
1.
Lembaga Layanan
Kesehatan
Reproduksi Remaja
(2)
Jumlah Anak yang Dilayani
Jenis Layanan
L
P
T
(4)
(5)
(6)
93772
140659
(3)
39 Puskesmas
234.432
b. Lembaga apa saja yang memberikan layanan bagi anak korban NAPZA?
Jawab:
Pelayanan bagi anak korban NAPZA untuk program rehabilitasi dilaksanakan oleh
Badan Narkotika Nasional ( BNN Kabupaten Malang ), Dinas Sosial, system rujukan bagi
korban NAPZA rujukan dilaksanakan dari Puskesmas-Puskesmas yang ada di
Kabupaten Malang ke RSUD Kanjuruhan yang selanjutnya untuk proses rehabilitasi
dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional ( BNN ) , Dinas Sosial.
Lembaga Layanan Anak Korban NAPZA
No.
(1)
1
Lembaga Layanan
Anak Korban NAPZA
Jenis Layanan
(2)
BNN ,
(3)
Rehabilitasi
Jumlah Anak yang
Dilayani
L
P
T
(4)
(5)
(6)
33
0
33
Dinas Sosial
Raden Sapu Jagad
Rehabilitasi social dan
Kalipare
spiritual
Pesantren Rakyat
Rehabilitasi sosia dan
Sumber Pucung
spiritual
4
Bina Husada Lawang
5
6
2
3
24
2
26
17
1
18
Rehabilitasi Medis
7
-
7
HMC Dau
Rehabilitasi Medis
9
-
9
Sawung Nalar Wajak
Rehabilitasi social dan
8
-
8
spiritual
c. Lembaga apa saja yang memberikan layanan terrinfeksi HIV AIDS?
Lembaga layanan yang memeberikan layanan bagi masyarakat yang terinfeksi virus
HIV/AIDS adalah seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang sebanyak 39
Puskesmas dan 2 Rumah Sakit Umum Daerah yaitu RSUD Lawang dan RSUD
Kanjuruhan, bentuk layanan yang diberikan adalah berupa testing HIV dan pengobatan.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Lembaga Layanan Anak Terinfeksi HIV/AIDS
No.
(1)
1
2
Jumlah Anak yang
Dilayani
L
P
T
(4)
(5)
(6)
9
12
21
Lembaga Layanan
Anak Korban
HIV/AIDS
(2)
Puskesmas ( Ponet )
(3)
Pengobatan
Rumah Sakit
Pengobatan
9
4
13
Testing HIV
84
94
178
Jenis Layanan
d. Lembaga apa saja yang memberikan layanan kesehatan jiwa?
Jawab:
Pemberian layanan kesehatan jiwa di Kabupaten Malang dilayani di 3 rumah sakit di
Kabupaten Malang yaitu di Rumah Sakit Dr. Wajiman Wedediningrat Kecamatan
Lawang, Rumah Sakit Hayunanto
Kecamatan Dau, Rumah Sakit Wikarta Mandala
Kecamatan Batu. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat yang mengalami
kesehatan jiwa Pemerintah Kabupaten Malang mencanangkan beberapa kegiatan
meliputi:
- Program Bebas Pasung
Pasien dengan gangguan jiwa berat sering memiliki gejala yang dapat menjadi
ancaman, baik terhadap keluarga, diri sendiri, maupun orang lain. Keluarga dan
masyarakat di sekitar lingkungannya cenderung melakukan tindakan paksa untuk
mengurangi atau membatasi ancaman tadi. Bentuk pemaksaan itu dapat berupa
pemasungan, yaitu mengikat tangan dan/atau kaki dengan rantai atau seutas tali
atau menguncinya pada sebuah batang kayu, atau mengurungnya dalam sebuah
ruangan yang sangat sempit. Pembatasan gerak ini atau pemasungan juga disertai
dengan penelantaran termasuk kebutuhan hidupnya yang sangat mendasar tidak
diperhatikan. Kebutuhan makan minum, buang air besar dan buang kecil, kebersihan
diri dan berpakaian yang pantas menjadi sangat sulit ia dapatkan. Pada kondisi ini
sebenarnya penderita gangguan jiwa yang dipasung adalah individu terlantar dan
miskin, yang seharusnya mendapatkan hak-haknya. Pemasungan di Indonesia telah
dilarang sejak tahun 1977 dengan surat Menteri Dalam Negeri No: PEM.29/6/15
tanggal 11 Nopember 1977. Surat ini ditujukan kepada Gubernur seluruh Indonesia
yang meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan pemasungan terhadap
penderita gangguan jiwa dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
menyerahkan perawatan penderita di Rumah Sakit Jiwa. Hal ini juga agar
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
diinstruksikan kepada para Camat dan Kepala-Kepala Desa agar secara aktif
mengambil prakarsa dan langkah-langkah dalam hal penanggulangan pasien yang
ada di daerah masing-masing. Pasal 149 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, mengamatkan bahwa penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau
mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum wajib mendapatkan pengobatan
dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah
daerah,
dan
masyarakat.
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
bertanggung jawab atas pemerataan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa
dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat, termasuk pembiayaan pengobatan
dan perawatan gangguan jiwa untuk masyarakat miskin. Resolusi PBB 46/119 tahun
1991 juga sudah mengatur prinsip-prinsip bagi Perlindungan bagi Orang dengan
Gangguan Jiwa dan untuk Perbaikan bagi Perawatan Kesehatan Jiwa menyangkut
hak-hak dasar yang dipandang masyarakat internasional sebagai hal yang tidak
dapat digugat di tatanan masyarakat. Untuk mengimplementasikan hal tersebut hal
tersebut Pemerintah Kabupaten Malang melalui instansi terdepan dalam bidang
kesehatan yaitu puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Malang untuk
memfasilitasi setiap warga yang menderita gangguan jiwa dalam hal perawatan
kesehatan.
- Desa siaga jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas merupakan salah satu solusi untuk
menjembatani keterbatasan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan perhitungan utilisasi layanan kesehatan jiwa di tingkat primer, sekunder,
dan tersier terdapat kesenjangan pengobatan sebesar sebasar 90%. Ini berarti
hanya 10% yang membutuhkan layanan jiwa terlayani di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) merupakan ujung tombak
dalam mengimplementasikan pelayanan kesehatan jiwa yang dapat dengan mudah
dijangkau masyarakat karena akses yang dekat, mengurangi stigma, dan
mengurangi biaya. Konsep desa siaga tujuan utamanya di Kabupaten Malang adalah
menginventarisasi penduduk yang mengalami gangguan jiwa agar mendapatkan
pelayanan dasar kesehatan.
(Foto Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Lembaga Layanan Kesehatan Jiwa
No.
Lembaga Layanan
Kesehatan Jiwa
Jenis Layanan
(1)
(2)
(3)
1
RSJ
Dr.
Jumlah Anak
yang Dilayani
L
P
T
(4)
(5)
(6)
Rajiman Klinik anak remaja auti
Wedioningrat Lawang
950
36
(rawat jalan)
1316
6
Ruang perawatan anak
84
33
117
3
7
10
0
0
0
dan remaja
2
RS Hayunanto Dau
Rawat jalan
3
RSJ Wikarta mandala Pujon
e. Lembaga apa saja yang memberikan layanan kesehatan bagi anak dengan
disabilitas?
Lembaga layanan bagi anak dengan disabilitas di Kabupaten Malang yaitu Lembaga
Kesejahteraan Sosial dengan Kecacatan (LKSODK) ada 3 lembaga yaitu Corpus
Christy, Pancaran Kasih, dan Mutiara Bunda, anak-anak yang ditampung pada lembaga
layanan ini merupakan anak-anak disabilitas dengan kecacatan berat.
Daftar Lembaga Layanan Anak dengan Disabilitas
No.
Lembaga Layanan
Disabilitas
(1)
f.
(2)
Jenis
Jumlah Anak yang
Layanan
Dilayani
(3)
L
P
T
(4)
(5)
(6)
1
LKSODK. Corpus Christy
92
33
125
2
LKSODK. Pancaran Kasih
58
49
107
3
LKSODK. Mutiara Bunda
19
16
35
Siapa mitra Dinas Kesehatan dalam pelayanan kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanganan NAPZA, HIV/AIDS, pelayanan kesehatan jiwa anak
dan remaja, dan pelayanan kesehatan bagi anak dengan disabilitas?
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
Forum anak Kabupaten Malang salah satu forum membantu Dinas Kesehatan
dalam mensukseskan pelayanan kesehatan reproduksi remaja, yang salah satu
kegiatannya
adalah
membentuk
forum
Duta
Kesehatan
Remaja
yang
dilaksanakan setiap tahunnya, dimana dalam memilih perwakilannya dilaksanakan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Lomba Duta Kesehatan Remaja hari ini di ikuti oleh siswa SMU sebanyak 20
orang yang
terdiri dari 10 remaja putra dan 10 remaja putri, yang merupakan
hasil seleksi dari babak penyisihan sebelumnya yg diikuti dari 39 Puskesmas
yang mengirimkan 2 wakilnya terdiri dari 1 remaja perempuan dan 1 remaja lakilaki. Pemenang seleksi ini didasarkan atas kecakapan dalam berkomunikasi/
menyampaikan
pesan-
pesan
kesehatan
yang
terkait
MDG‟s
dengan
menampilkan penyuluhan yang akan di sampaikan oleh ke sepuluh peserta
secara langsung.
2. Pencegahan dan Penanganan Napza, HIV/AIDS
Mitra Dinas Kesehatan Kesehatan dalam penanganan Napza, HIV/AIDS salah
satunya adalah Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Malang, dimana
salah satu kegiatan yang konsen dilaksanakan oleh BNN adalah penyuluhan
tentang Napza, HIV/AIDS yang dilaksanakan disekolah-sekolah yang ada di
Kabupaten Malang
3. Pelayanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
Untuk pelayanan kesehatan jiwa di Kabupaten Malang dapat dilayani diseluruh
puskesmas dan seluruh rumah sakit yang ada di Kabupaten Malang, tetapi untuk
rumah sakit yang khusus melayani kesehatan jiwa terdapat di 3 rumah sakit yaitu
di rumah sakit Rajiman Wedeodiningrat yang ada di Kecamatan Lawang, Rumah
Sakit hayunanto di Kecamatan Dau, dan Rumah Sakit Wikarta Mandala di
Kecamatan Dau.
4. Pelayanan kesehatan bagi anak disabilitas
Pelayanan anak disabilitas selain Dinas Kesehatan, dilaksanakan juga oleh 3
lembaga yang khusus menangani anak disabilitas yaitu Lembaga Kesejahteraan
Sosial dengan Kecacatan (LKSODK) Corpus Christy yang bertempat di Kl.
Argopuri Gangn Manyar, No. 1 Rt 001 RW. 012 Kelurahan Kalirejo Kecamatan
Lawang, LKSODK Pancaran Kasih bertempat di Jl. Sumber Waras No. 50
Kecamatan Lawang, LKSODK Mutiara Bunda beralamat di Jl Sumber Bangun No
17 RT 4 RW 4 Kelurahan Kalirejo Kecamatan Lawang.
(Foto Kegiatan Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
g. Apakah ada keterlibatan Forum Anak dalam upaya pencegahan kesehatan
reproduksi remaja, pencegahan
NAPZA, Pencegahan HIV AIDS, kesehatan jiwa
anak dan remaja, dan pelayanan kesehatan bagi anak dengan disabilitas?
Jawab:
Keterlibatan Forum Anak dalam upaya pencegahan kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan
NAPZA, Pencegahan HIV AIDS, kesehatan jiwa anak dan remaja, dan
pelayanan kesehatan bagi anak dengan disabilitas yaitu dengan mensosialisasikan
kegiatan tersebut kepada remaja sebaya dengan kelembagaannya peer sebaya.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
20. Persentase Anak dari Keluarga Miskin yang Memperoleh Akses Peningkatan
Kesejahteraan
Ukuran: Di atas angka rata-rata nasional, dan meningkat setiap tahun
Pertanyaan:
a. Berapa jumlah anak dari keluarga miskin
Jawab:
Jumlah KK miskin yang tersebar di 390 desa dan kelurahan di 33 kecamatan sebanyak
147.212 KK, untuk jumlah anak dari keluarga miskin sebanyak 65.345 anak yang terdiri
dari anak laki-laki sebanyak 32.604 anak dan perempuan sebanyak 32.741 anak Dengan
komposisi usia batita, usia 4-6 tahun, usia 7-12 tahun dan 13-15. Sebanyak 53. 210 anak.
b. Apakah program pengentasan kemiskinan (KIS,KIP,KKS dll) dilakukan, (pada tahun
berjalan dan tahun sebelumnya)?
Jawab:
Program pegentasan kemiskinan (KIS, KIP, KKS) baru dilakukan pendataan untuk
diusulkan mendapatkan bantuan program pengentasan kemiskinan tersebut, dan pada
tanggal 18 Mei 2015 akan dilakukan penyerahan secara simbolis kepada keluarga miskin
disalah satu desa (Desa Asrikaton Kecamatan Pakis) dari jumlah KK miskin 147.212 yang
tersebar di 390 desa/kelurahan yang ada di 33 Kecamatan oleh Presiden Republik
Indonesia Bapak Ir. Joko Widodo.
Namun saat ini selain program pengentasan kemiskinan KIS, KIP, KKS telah ada
program:
 Keluarga Harapan (PKH), data diambil dari program perlindungan sosial( PPLS )
tahun 2011 sejumlah 147.212 .KK. program PKH memiliki akses untuk
memanfaatkan pelayanan sosial dasar yaitu kesehatan, pendidikan, pangan dan
gizi
termasuk
menghilangkan
kesenjangan
sosial,
ketidakberdayaan
dan
keterasignan sosial yang selama ini melekat pada masyarat miskin.
Khusus untuk peserta PKH yang terkait dengan:
1) Bidang Kesehatan (pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil, pemeriksaan
kesehatan, pemberian asupan gizi dan imunisasi anak balita)
2)
Bidang Pendidikan terkait dengan menyekolahkan anak kesekolah dasar
dan lanjutan (SD/SMP), banyaknya anak keluarga miskin yang putus
sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP/MTs dan SMA/MA termasuk anak
disabilitas juga berhak memperoleh akses pendidikan.
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
c. Berapa jumlah anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses terhadap
program tersebut?
Jawab:
Jumlah anak dari keluarga miskin yang menerima program pengentasan kemiskinan
sebagai berikut:
 Penerima program PKH dari anak keluarga miskin sebanyak 53.210 anak yang terdiri
dari anak usia balita sebanyak 16.333 anak, anak usia SD sebanyak 25.383 anak,
anak usia SMP sebanyak 10.486 anak.
 Bantuan Siswa Miskin Untuk Pendidikan (BSM)
-
BSM jenjang SD sebanyak 23.343 siswa yang terdiri dari 11,654 siswa laki-laki
dan 11.689 siswi perempuan.
-
BSM jenjang SMP 21.987 anak
-
BSM Jenjang SMA sebanyak 4.150 siswa yang terdiri dari 2.023 siswa laki-laki
dan 2.127 perempuan
-
BSM Jenjang SMK sebanyak 7.256 siswa yang terdiri dari 4.732 siswa laki-laki
dan 2.524 perempuan.
 Program Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan sebanyak 708,058
KK Misikin dan Program Jaminan Kesehatan Daerah sebanyak 11,282 KK Miskin
 Program yang berpihak kepada anak dari keluarga miskin, misalkan ada sejenis GNOTA/beasiswa bagi anak sekolah dari pihak ke tiga, BAZIS atau LAGZIS, YDSF.
d. Berapa jumlah keluarga dan anak mendapat layanan program pengentasan
kemiskinan?
Jawab:
Jumlah keseluruhan keluarga
dan anak
yang
mendapatkan
layanan
program
pengentasan kemiskinan:
1) Program Beras Miskin sebanyak 147.212 KK
2) Bantuan Siswa Miskin disemua jenjang sebanyak 56.727 anak
3) Program keluarga harapan (PKH) sebanyak 33.204 KK dan 53.210 anak
Data sebagaimana terlampir
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
21. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Air Bersih
Ukuran: Meningkat setiap tahun
Pertanyaan:
a. Berapa persentase rumah tangga yang mendapatkan akses air bersih, pada tahun
berjalan dan setahun sebelumnya?
Jawab:
Prosentase rumah tangga dengaan akses air bersih tahun 2014 di daerah perkotaan yang
di fasilitasi PDAM sebesar 32, 22%, untuk di daerah pedesaan yang difasilitasi Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang sebesar 38,58%, dan untuk lain-lain (sumur gali,
penampungan air hujan, sumur pompa tangan, dll) berdasarkan data yang diformulasikan
oleh Data Dinas Kesehatan sebanyak 23,9%
(Data Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
b. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan akses penyediaan air bersih
di:
Rumah tangga;
Sekolah;
Layanan Kesehatan;
Lembaga penitipan anak, rumah singgah, dll
Jawab:
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan akses sarana air bersih untuk
rumah tangga, sekolah, layanan kesehatan dan lembaga penitipan anak dan
rumah singgah yaitu dengan penyediaan sarana air bersih melalui pembangunan
sarana air bersih baik yang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Malang melalui
layanan pada kawasan-kawasan perkotaan atau setingkat Ibukota Kecamatan dan
pembangunan yang dilakukan oleh SKPD terkait seperti Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang pada daerah Perdesaan melalui pegembangan air bersih berbasis
masyarakat.
Adapun Program Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Program kegiatan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kabupaten Malang selaku institusi yang melayani kebutuhan air bersih
masyarakat Kabupaten Malang, dimana PDAM menangani pelayanan air bersih
diperkotaan dengan sasaran dan prioritasnya adalah masyarakat yang bermukim
diwilayah ibu kota kecamatan.
2. Program pembangunan infrastruktur perdesaan, melalui kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana air bersih perdesaan baik melalui sumber dana Dana
Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, APBD I dan APBD II. Adapun keluaran
dari program ini adalah terbangunnya sarana dan prasarana air bersih
perdesaan baik yang ebrsifat baru (membangun dari awal semua prasarana
mulai dari bak penangkap, tendon air dan system perpipaan) maupun yang
bersifat pengembangan seperti penggantian pipa maupun penambahan halur
pipa air bersih.
3. Program pembangunan air bersih dan sanitasi oleh masyarakat (Pansimas),
merupakan
program
pembangunan
yang
menggunakan
mekanisme
pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat diajak untuk berperan aktif
dalam merencanakan, membangun dan mengawasi dan mengelola system
pengelolaan air bersih yang ada diwilayahnya.
4. Program
pembangunan
partisipasi
masyarakat
bidang
keciptakaryaan
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
khususnya
bidang
air
bersih,
dimana
Pemerintah
Kabupaten
Malang
memberikan bantuan kepada desa – desa yang telah membentuk pengelola air
bersih tingkat desa (biasa dikenal dengan istilah HIPPAM: Himpunan
Masyarakat Pemakai Air Minum) untuk mengembangkan pelayanan air bersih
didesanya dengan pengembangan jalur pipanisasi.
5. Penguatan kelembagaan HIPPAM melalui kegiatan Fasilitasi Teknik Air Minum
Saat ini jumlah pengelola air bersih yang dikelola oleh masyarakat sebanyak 226
pengelola dimana hanya sekitar 30% diantaranya yang sudah memiliki prasarana
memadai seperti penggunaan pipa berstandar SNI, menggunakan meterisasi,
memiliki system tariff yang ditentukan berdasarkan peraturan desa dan pengurusnya
memiliki kemampuan manajerial baik dari segi teknis operasional, keuangan dan
kelembagaan. Oleh karena itu diadakan fasilitasi teknik air minum dimana desa-desa
yang sudah memiliki badan pengelola air bersih atau HIPPAM diberikan kesempatan
untuk berbagi ilmu terkait kondisi pengelolaan air bersih didesanya dan mendapatkan
masukan terkait pengelolaan air bersih yang baik dari segi manajemen, keuangan,
teknis dan kelembagaan. Diharapkan dengan pengelolaan air bersih yang baik akan
meningkatkan akses masyarakat Kabupaten Malang terhadap air bersih yang merata
sehingga meminimalisir konflik sosial dimasyarakat terkait air bersih.
6. Fasilitasi pemberian kredit pembinaan HIPPAM bekerja sama dengan sektor swasta
seperti IUWASH, World Bank, Indll dan Bank Perkreditan Rakyat
Bagi HIPPAM/Badan Pengelola Air Bersih yang sehat dalam hal kinerjanya yakni dari
segi kelembagaan, teknik, administrative dan kemampuan untuk mengangsur
diberikan fasiltas untuk mengajukan kredit tanpa jaminan untuk mengembangkan
HIPPAM-nya. Disamping itu diisyaratkan pula transparansi laporan keuangan, dan
kesediaan untuk diaudit oleh pihak yang memfasilitasi kredi.
7. Program Penanganan Air Bersih di Desa Rawan Air
a. Desa Rawan Air
Desa rawan air merupakan desa yang sudah tidak memiliki sumber air untuk
dimanfaatkan sehingga untuk memenuhi kebutuhan air sangat bergantung pada
hujan, dan air permukaan seperti sungai dan wangan yang tidak layak minum,
maupun desa yang lokasi sumber airnya sulit dijangkau masyarakat. alternatif
yang bisa dilakukan untuk menangani desa rawan air adalah pembangunan
sarana prasarana air bersih yakni dengan membangun sumur bor dan system
perpipaan, dan untuk mendapatkan titik pengeboran yang tepat perlu dilakukan
studi geolistik pada desa tersebut. Untuk itu secara berkala DInas Cipta Karya
dan Tata Ruang melakukan studi geollistrik pada desa-desa rawan air di
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Kabupaten
Malang
dan
berdasarkan
hasil
studi
tersebut
dilakukang
pembangunan sarana air bersih sehingga masyarakat tidak lagi mengalami
masalah rawan air. Adapun lokasi rawan air di Kabupaten Malang berdasarkan
studi pendataan daerah rawan air dan pemetaan potensi air baku pada kawasan
tertinggal di Kabupaten yang disusun oleh Dinas Cipta Karya Provinsi Jawa Timur
bersama Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang dan PDAM
Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
5. Dusun Blandit Desa Wonorejo Kecamatan Singosari
6. Dusun Wonosari dan Sukasari Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo
7. Desa harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing wetan
8. Desa ringinsari kecamatan SUmbermanjing Wetan
9. Desa Sumbermanjing Wetan Kecamatan Sumbermanjing Wetan
10. Dusun Sumber Nanas Desa Druju Kecamatan Sumbermanjing Wetan
11. Desa Klepu Kecamatan Sumbermanjing Wetan
12. Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan
13. RW 03, 05, 07, 08 Desa Kedungbanteng Kecamatan Sumbermanjingwetan
14. Desa Sumberagung Kecamatan Sumbermanjing Wetan
15. Desa Ringinkembar Kecamatan Sumbermanjing Wetan
16. Desa Pagak Kecamatan Pagak
17. Dusun Bandarangin Desa Sumberejo Kecamatan Pagak
18. Desa Gedangan Kecamatan Gedangan
19. Desa Tumpakrejo Kecamatan Gedangan
20. Desa Gajahrejo Kecamatan Gedangan
b. Penanganan Desa Rawan Air yang dilaksanakan Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang pada Tahun 2014 adalah:
1. Melakukan study geolistik didesa rawan air secara bertahap
2. Pembangunan SPAM yakni di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo
3. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Desa Ringinkembar
Kcamatan Sumbermanjing Wetan
4. Pelaksanaan Program PAMSIMAS di Desa Semberejo Kecamatan Pagak.
(Foto Kegiatan Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
c. Sebutkan SKPD yang bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan akses
penyediaan air bersih dan mitranya!
Jawab:
Untuk Layanan yang dilakukan oleh Komunitas Masyarakat melalui HIPPAMS, BPSABS,
PAMSDesa dengan pembinaan teknis dan operasional oleh Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang, sumber air pembinaan melalui SKPD Dinas ESDM, Dinas Pengairan dan Badan
Lingkungan Hidup, Kualitas air yang didistribusikan pembinaan melalui Dinas Kesehatan,
bentuk Kelembagaan pengelolaannya dibina melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat,
keuangan pembinaannya melalui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Untuk Layanan sarana Air Bersih Perkotaan melalui pelanggan yang dilayani oleh PDAM
Kabupaten Malang menjadi tanggung jawab PDAM
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
22. Tersedia Kawasan Tanpa Rokok
Ukuran : Minimal 50% sekolah dan fasilitas publik sebagai kawasan tanpa rokok
Pertanyaan:
a. Apakah pemerintah daerah sudah menetapkan kawasan tanpa rokok? Jelaskan,
ada berapa dan di mana saja?
Penetapan kawasan tanpa rokok di Kabupaten Malang berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 188/MENKES/PB/I/2011, NOMOR
7 TAHUN 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, dimana dalam
pasal 3 tentang ruang lingkup kawasan tanpa rokok meliputi fasilitas pelayanan
kesehatan;
tempat proses belajar mengajar;
tempat anak bermain;
tempat ibadah;
angkutan umum; tempat kerja; tempat umum; dan tempat lainnya yang ditetapkan.
selain itu pada Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pemenuhan Hak Anak pada pasal 27 dijelaskan bahwa pemerintah
daerah wajib menyediakan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pemenuhan
hak anak salah satunya kawasan bebas rokok. Jumlah kawasan tanpa rokok pada tahun
2014 sebanyak 3222 terdapat di fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit dan seluruh
puskesmas di Kabupaten Malang), tempat proses belajar mengajar (seluruh sekolah yang
ada di kabupaten malang), tempat kerja (seluruh kantor pemerintahan daerah dari mulai
tingkat Desa/Kelurahan, Dinas, Badan, Bagian). Selain itu sebagai wujud implementasi
dari Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 57/PUU-IX/2011 tentang uji materi terhadap
Penjelasan Pasal 115 ayat (1) (sepanjang kata „dapat‟) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan diputuskan bahwa “Khusus bagi tempat kerja, tempat umum,
dan tempat lainnya menyediakan tempat khusus untuk merokok”. Sebagai salah satu
bentuk implementasi keputusan tersebut di Kabupaten Malang sampai dengan tahun
2014 telah dibangun sebanyak 36 unit area merokok di kantor Pemerintahan yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Malang.
Lampiran data dan foto terlampir
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
b. Berapa jumlah kawasan tanpa rokok, pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya?
Kawasan tanpa rokok pada tahun 2013 dan 2014 sebanyak 3222 terdiri dari lembaga
pendidikan TK, SD, SMP, SMA, SMK sebanyak 2664, layanan kesehatan rumah sakit,
puskesmas sebanyak 73, instansi/perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah,
Kecamatan, Desa/Kelurahan sebanyak 485 lembaga
Jumlah Kawasan Tanpa Rokok
No.
Institusi
(1)
(2)
Kawasan Tanpa Rokok
Ya
Tidak
(3)
(4)
1.
Kantor Bupati
v
2
Satuan Kerja Perangkat Daerah (62
v
lembaga)
3
Kecamatan (33 kecamatan)
v
4
Desa/Kelurahan ( 390 lembaga)
v
5
Rumah
sakit/Puskesmas
(73
v
SD/Sederajat,
v
layanan)
6
Sarana
pendidikan
SMP/Sederajat,
SMA/Sederajat
(2664)
c. Apakah masih ada iklan rokok?
Jawab:
Untuk diwilayah Kabupaten Malang sebagaimana daftar tempat pemasangan iklan yang
berupa bando jalan dan ( Baliho ) serta space pemasangan spanduk2 jalan tidak ada ijin
yang memasang iklan rokok. Adapun daftar space pemasangan iklan sebagaimana
terlampir.
Sepanjang tahun
2013 dan tahun 2014 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu tidak
mengeluarkan ijin untuk iklan rokok. Adapun data Space Bando Jalan sebagai layanan
informasi atau iklan telah terpasang selain iklan rokok sebagaimana terlampir
Ada berapa kali dan jenis event anak/remaja yang mendapatkan sponsor dari
perusahaan rokok dalam satu tahun terakhir?
Jawab:
Untuk kegiatan atau event yang melibatkan anak/remaja tidak ada yang menggunakan
sponsor dari perusahaan rokok tidak ada.
(Data dan Foto Terlampir)
Laporan Pelaksanaan Kabupaten Malang Menuju Layak Anak Tahun 2015, Kluster III
Download