KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN INFORMASI Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta 10710 Telepon (021) 3449230 ext. 6347/48; Fax: (021) 3500847 Email: [email protected] Nomor : Tanggal : 20 4 /KLI/2017 April 2017 Penandatandanganan Nota Kesepahaman Lembaga Manajemen Aset Negara Pada Acara Launching Skema Pendanaan Pengadaan Tanah Untuk Proyek Strategis Nasional Jakarta, 4 April 2017 – Pada hari ini, bertempat di hotel Kempinski Jakarta, Kementerian Keuangan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), menyelenggarakan acara Launching Skema Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Proyek Strategis Nasional berserta penandatanganan Nota Kesepahaman bersama Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR) dan 23 perusahaan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang disaksikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri PUPR, Menteri ATR/Kepala BPN, serta Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 23 perusahaan BUJT tersebut antara lain: 1. PT Marga Sarana Jabar, untuk ruas jalan tol Bogor Ring Road; 2. PT Jasa Marga Kunciran Cengkareng, untuk ruas jalan tol Cengkareng-Kunciran; 3. PT Jasa Marga Semarang Batang, untuk ruas jalan tol Semarang – Batang; 4. PT Solo Ngawi Jaya, untuk ruas jalan tol Solo-Ngawi; 5. PT Marga Trans Nusantara, untuk ruas jalan tol Kunciran-Serpong; 6. PT Citra Marga Lintas Jabar untuk ruas jalan tol Soreang Pasir Koja; 7. PT Translingkar Kita Jaya untuk ruas jalan tol Cinere-Jagorawi; 8. PT Jasamarga Manado Bitung untuk ruas jalan tol Manado-Bitung; 9. PT Jasamarga Balikpapan Samarinda untuk ruas jalan tol Balikpapan-Samarinda; 10. PT Cinere Serpong Jaya untuk ruas jalan tol Cinere-Serpong; 11. PT Pemalang Batang Tol Road untuk ruas jalan tol Pemalang-Batang; 12. PT MTD CTP Expressway untuk ruas jalan tol Cibitung-Cilincing; 13. PT Trans Marga Jateng untuk ruas jalan tol Semarang-Solo; 14. PT Transmarga Jati Pasuruan untuk ruas jalan tol Gempol Pasuruan; 15. PT Kresna Kusuma Dyandra Marga untuk ruas jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu; 16. PT Hutama Karya untuk ruas jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Medan-Binjai, PekanbaruDumai, Palembang-Indralaya; 17. PT Jasamarga Surabaya Mojokerto untuk ruas jalan tol Surabaya-Mojokerto; 18. PT Citra Waspphutowa untuk ruas jalan tol Depok-Antasari; 19. PT Jasamarga Kualanamu Tol untuk ruas jalan tol Medan-Kualanamu; 20. PT Marga Harjaya Infrastruktur untuk ruas jalan tol Kertosono-Mojokerto; 21. PT Ngawi Kertosono Jaya untuk ruas jalan tol Ngawi-Kertosono; 22. PT Jasamarga Pandaan Malang untuk ruas jalan tol Pandaan-Malang; 23. PT Pejagan Pemalang Tol Road untuk ruas jalan tol Pejagan-Pemalang. Tujuan pelaksanaan penandatanganan Nota Kesepahaman adalah (a) untuk memenuhi kewajiban Pemerintah dalam pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam rangka pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; dan (b) pengembalian pembayaran oleh Pemerintah dengan menggunakan alokasi dana Pengadaan Tanah Tahun Anggaran 2016 atas dana yang dibayarkan terlebih dahulu oleh Badan Usaha berdasarkan pada Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol beserta amandemennya. Dalam melaksanakan pendanaan pengadaan tanah terbagi dalam dua skema, yaitu skema pembayaran langsung dan skema pembayaran tidak langsung. Dalam skema langsung, LMAN akan menyalurkan pendanaan pengadaan tanah kepada pihak penerima ganti rugi. Skema pembayaran tidak langsung dibagi kembali menjadi yang dibagi kembali dalam dua skema lebih detail yaitu skema yang merujuk kepada sebelum terbitnya Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2016 dan sesudahnya. 1/2 Terhadap skema baru ini, dukungan terhadap proyek-proyek strategis nasional melalui LMAN pun langsung ditindaklanjuti dengan alokasi pembiayaan investasi sebesar Rp 16 triliun di APBN-P 2016 dan Rp 20 triliun di APBN 2017. Dana yang dialokasi menggunakan APBN, tentunya diharapkan dapat berkinerja secara optimal. Hadirnya skema pendanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Proyek Strategis Nasional ini bukanlah the ultimate solution yang bisa menyelesaikan segala macam permasalahan pengadaan tanah di Indonesia. Di dalam mata rantai pengadaan tanah, land funding hadir di awal perencanaan dan di akhir pada proses pembayaran Uang Ganti Rugi (UGR). Agar pendanaan pengadaan tanah berjalan efektif, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, hadirnya skema baru harus diikuti dengan peningkatan kualitas perencanaan untuk mengurangi deviasi antara perencanaan dan kebutuhan riil. Dalam proses perencanaan anggaran, kementerian teknis selaku project owner perlu segera melakukan peningkatan kualitas perencanaan kebutuhan tanah agar nominal kebutuhan dana yang dihasilkan dari proses analisis ini semakin mencerminkan kebutuhan pendanaan secara riil. Ini akan berdampak pada efisiensi penganggaran. Alokasi anggaran pada APBN harus dijaga kredibilitasnya, dan hal ini hanya akan terwujud apabila dalam perencanaan PSN dilakukan dengan tepat dan efektif. Eskalasi nilai yang terjadi harus dijaga tingkat deviasinya. Jika perencanaan sudah menghasilkan angka kebutuhan yang kredibel, maka berbagai skema lanjutan, misalnya bridging financing yang dilakukan oleh Badan Usaha Jalan Tol untuk menutupi kecepatan proses pembebasan tanah di lapangan yang belum dapat terkejar oleh penyediaan anggarannya melalui LMAN dapat dilakukan dengan optimisme. Kedua, perencanaan yang baik dan tepat juga dapat mengurangi potensi adanya cost overrun / eskalasi kebutuhan dana pada periode tahun berjalan. Di tahun 2016, kondisi cost overrun ini terjadi, di mana kebutuhan dana Uang Ganti Kerugian (cost overrun) untuk jalan tol sebesar Rp16 triliun yang tidak mampu dicukupi oleh alokasi pada APBNTA 2016. Demikian juga untuk tahun 2017 dimana alokasi yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan akibat eskalasi nilai tanah, perubahan prioritas proyek, dan penambahan proyek baru. Ketiga, setiap pemangku kepentingan hendaknya melaksanakan tata kelola yang baik dan memiliki perangkat pengawasan dan mekanisme quality assurance yang memadai. Hal ini juga tak luput dari keberadaan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), Profesi independen yang berperan penting dalam menetapkan nilai ganti rugi. Keempat, peran koordinasi oleh KPPIP dalam proses perencanaan dan prioritas proyek sangat penting. Dengan adanya dinamika perubahan prioritas proyek, ekseskusi penyelesaian proses pembebasan tanah yang penuh ketidakpastian, dan kondisi fiskal yang terbatas, maka KPPIP diharapkan gesit dan tegas dalam menetapkan prioritas pembangunan. Kelima, dengan diluncurkannya skema baru pendanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Proyek Strategis Nasional ini, kita patut optimis proses pengadaan tanah ke depannya menjadi semakin baik dan bisa terealisasi sesuai dengan target pemerintah sepanjang sinergi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dapat diwujudkan. Informasi lebih lanjut: Lembaga Manajemen Aset Negara Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Jalan Cisadane Nomor 6, Cikini, Menteng, Jakarta 10330 Telp. 021 – 21392822, Fax. 021 – 21392823 2/2