TUGAS AKHIR Rancang Bangun Kapasitansi dan Induktansi Meter

advertisement
TUGAS AKHIR
Rancang Bangun Kapasitansi dan Induktansi Meter
Menggunakan Mikrokontroller ATMega 8
Dengan Tampilan LCD
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh :
Nama
NIM
: Flauzie Amallia Marpaung
: 41407120013
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
i
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Flauzie Amallia Marpaung
NIM
: 41407120013
Jurusan
: Teknik Elektro
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi : Rancang Bangun Kapasitansi dan Induktansi Meter
Menggunakan Mikrokontroller ATMega 8
Dengan Tampilan LCD
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Tugas Akhir yang telah
saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila
ternyata di kemudian hari penulisan Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiat atau
penjiplakan
terhadap
karya
orang
lain,
maka
saya
bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan
aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
( Flauzie Amallia Marpaung)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Rancang Bangun Kapasitansi dan Induktansi Meter
Menggunakan Mikrokontroller ATMega 8
Dengan Tampilan LCD
Disusun Oleh :
Nama
NIM
Program Studi
Peminatan
: Flauzie Amallia Marpaung
: 41407120013
: Teknik Elektro
: Teknik Elektronika
Mengetahui,
Pembimbing,
Koordinator TA,
( Dr. Ir. Andi Adriansyah, M.Eng )
( Ir. Yudhi Gunardi, MT )
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Elektro,
( Ir. Yudhi Gunardi, MT )
iii
ABSTRAKSI
Kapasitor dan induktor memiliki peranan yang penting dibidang
elektronika. Banyak nilai kapasitor dan induktor yang nilainya sulit diterjemahkan
yaitu ketika kapasitor dan induktor bernilai kecil dan warna cetak yang kurang
jelas serta faktor dari pembaca alat ukur (manusia) apabila digunakan alat ukur
analog. Dari permasalahan tersebut maka dirancang alat ukur induktansi dan
kapasitansi meter (LC Meter) yang hasilnya dapat langsung ditampilkan.
Metode realisasi Tugas Akhir yang digunakan dalam pembuatan alat ukur
induktansi dan kapasitansi meter ini adalah dengan metode literature dan uji
laboratories. Kapasitor dan induktor yang di rancang pada Tugas Akhir ini adalah
salah satu alat ukur paling sederhana dan teliti yang bisa dibaca dan digunakan
oleh semua orang. LC Meter digital ini dapat digunakan untuk mengukur
induktansi - induktansi kecil yang mungkin tidak bisa diukur dengan LC Meter
Analog, misalnya dari 10nH - 1000nH, 1ȝH - 1000ȝH, 1mH - 100mH dan
kapasitansi dari 0,1pF - 900nF.
Dari hasil pengujian dan pengukuran, didapat rata – rata kesalahan pada
kapasitansi meter adalah 9,02 persen dan pada induktansi meter adalah 19,1
persen. Dapat disimpulkan juga bahwa semakin tinggi nilai induktor maupun
kapasitor yang diukur mengakibatkan persentasi kesalahan semakin tinggi juga.
Secara umum dapat dikatakan bahwa alat yang dirancang mampu bekerja
dengan baik.
Kata kunci : Alat Ukur, Kapasitor, Induktor, Mikrokontroller dan LCD
iv
ABSTRACT
Capacitor and inductor have important role in electronics. Many
capacitor and inductor values are assessing difficult to be translated that is when
the capacitor and inductor valuable are small and the color print is unsatisfying
explains and factor from measuring instrument reader (man) when applied by
measuring instrument of analogue. Of the problems hence designed by measuring
instrument of inductance and capacitance meter (LC Meter) which the result of
it’s earns direct is presented.
Realization method of this final task which applied in this measuring
inductance and capacitance meter is with literature method and test laboratories.
This is one of the most accurate and simplest LC inductance and capacitance
meters that one can find, yet one that you can easily build yourself. This LC Meter
allows measuring incredibly small inductances starting from 10nH to 1000nH,
1uH to 1000uH, 1mH to 100mH and capacitance from 0.1pF up to 900nF.
From examination result and measurement, got average mistake at meter
capacitance is 9, 02% and meter inductance is 19, 1%. Inferential also that
excelsior assess measured capacitor and inductor result percentage of mistake of
excelsior also.
Generally it can be said that the appliance can work better.
Keyword: Measuring instrument, Capacitor, Inductor, Microcontroller and LCD.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang mengasihi dan
memelihara serta memberikan pengetahuan, pengalaman, berkat, kekuatan, dan
kesempatan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan laporan tugas akhir
ini dengan baik.
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Kapasitansi Dan
Induktansi Meter Menggunakan Mikrokontroller ATMega 8 Dengan
Tampilan LCD” adalah tugas mata kuliah akhir semester 4 program pendidikan
Strata I jurusan Teknik Elektro peminatan Teknik Elektronika Universitas Mercu
Buana.
Sesuai dengan judulnya, dalam laporan ini akan dibahas mengenai cara
kerja suatu alat yang berfungsi untuk membuat rangkaian kapasitansi dan
induktansi meter untuk mengetahui suatu nilai kapasitor dan induktor dengan hasil
pengukuran akan ditunjukkan pada LCD. Dimana proses ini berlangsung secara
otomatis.
Dalam proses pembuatan laporan ini, penulis telah mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa material, spiritual,
informasi, maupun segi administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Suhoryadi, MS, sebagai Rektor Pimpinan Universitas
Mercu Buana;S
2. Bapak Ir. Torik Husein, MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Mercu Buana;
3. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT, sebagai Ketua Program Studi Teknik
Elektro;
4. Bapak Dr. Ir. Andi Adriansyah, M.Eng, sebagai Dosen Pembimbing penulis
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam pembuatan
tugas akhir ini;
5. Seluruh dosen dan pegawai di Universitas Mercu Buana;
vi
6. PT. Schneider Electric Indonesia, perusahaan tempat penulis bekerja yang
telah memberi kesempatan dan selalu mendukung dalam penyelesaian tugas
akhir ini;
7. Kedua orangtua penulis, dr. B. Marpaung dan P. Siahaan yang telah dan akan
selalu memberikan dorongan doa, cinta kasih dan semangat yang luar biasa.
8. Kakak penulis Maria Margaretha yang selalu memberikan kekuatan dan
penghiburan serta adik-adik penulis Jho Fandi Christian, dan Fredrick
Alexander terimakasih untuk doa, canda dan tawa yang kalian berikan;
9. Abangku Putra Jaya Simanjuntak yang selalu membantu ketika penulis
mengalami kesulitan dalam pengerjaan tugas akhir ini, dan senantiasa
mendukung didalam doa.
10. Saudara dan saudari penulis yang terkasih IAKPM POLMED terimakasih atas
doa dan semangat yang kalian berikan;
11. Teman-teman seperjuangan teknik elektro angkatan 12 yang tidak dapat
disebutkan namanya satu per satu;
12. Rekan-rekan yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Dalam tugas akhir ini Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyajian
maupun dalam penulisan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tugas akhir ini.
Akhirnya penulis kembali mengucapkan terima kasih kepada orang-orang
yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini
bermanfat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, November 2009
Hormat saya,
Flauzie Amallia Marpaung
NIM: 41407120013
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
ABSTRAKSI...................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR....................................................................................
vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xii
DAFTAR RUMUS ......................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
1.2 Permasalahan ....................................................................................
2
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................
2
1.4 Tujuan...............................................................................................
2
1.5 Manfaat.............................................................................................
2
1.6 Sistematika Tugas Akhir ..................................................................
3
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
4
2.1
2.2
Kapasitor...........................................................................................
4
2.1.1
Jenis Kapasitor ..................................................................
4
2.1.2
Kapasitansi Kapasitor .......................................................
7
Induktor ...........................................................................................
7
2.2.1
Induktansi Diri ..................................................................
8
2.2.2
Induktansi Bersama...........................................................
8
2.2.3
Induktansi Seri ..................................................................
8
2.3
Regulator Tegangan Tetap (IC 78XX) .............................................
9
2.4
Komparator Tegangan (IC LM311) .................................................
10
viii
2.5
Mikrokontroler AVR Seri ATMega 8 ..............................................
11
2.5.1 Sekilas tentang AVR .........................................................
11
2.5.2 Karakteristik Mikrokontroler ATMega ............................
12
2.5.2.1 Fitur ATMega 8........................................................
12
2.5.2.2 Konfigurasi Pin ATMega 8 ......................................
13
2.5.2.3 Peta Memory ATMega 8..........................................
13
2.5.3 Status Register (SREG) .....................................................
15
2.5.4 Bahasa Assembly AVR .....................................................
16
2.5.5 Operasi Port Input Output .................................................
18
2.5.5.1 Register I/O ..............................................................
18
2.5.5.2 Operasi Register I/O.................................................
19
2.5.6 Operasi Aritmatika ............................................................
19
2.5.7 Operasi Logika ..................................................................
20
2.5.8 Operasi Percabangan .........................................................
20
2.5.9 Interupsi.............................................................................
21
2.5.10 Liquid Crystal Display ......................................................
22
2.5.10.1 Konfigurasi Pin LCD 16x2 .....................................
22
2.6 Transistor ..........................................................................................
24
2.7 Osilator..............................................................................................
25
2.7.1 Osilator Balikan (Feed Back Oscillator) ...........................
25
2.7.1.1 Dasar-dasar Osilator..................................................
25
2.7.1.2 Pengoperasian Rangkaian LC ...................................
26
2.7.2 Osilator Hartley .................................................................
28
2.7.3 Osilator Colpitts ................................................................
28
2.7.4 Osilator Kristal ..................................................................
28
2.7.5 Osilator Relaksasi..............................................................
29
2.8 Resistor .............................................................................................
29
2.9 Saklar ................................................................................................
29
2.10 Relay .................................................................................................
31
ix
BAB III PERANCANGAN SISTEM...........................................................
33
3.1. Konstruksi/Desain Rangkaian ..........................................................
33
3.1.1 Diagram Blok.......... ..........................................................
33
3.1.2 Gambar Rangkaian ...........................................................
35
3.2. Cara Kerja Rangkaian.......................................................................
36
3.2.1 Pengukuran Kapasitansi .....................................................
37
3.2.2 Pengukuran Induktansi.......................................................
37
3.3. Sistem Program Pada Rangkaian......................................................
38
3.3.1 Inisialisasi Program............................................................
38
3.3.2 Program Phase Kalibrasi ....................................................
40
3.3.3 Program Perhitungan Frekuensi.........................................
41
3.4. Pembuatan PCB
...........................................................................
43
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN...................................
44
4.1
Hasil Pengukuran...........................................................................
44
4.2
Pembahasan ...................................................................................
45
4.3
Keterbatasan Alat ..........................................................................
52
BAB V PENUTUP.......................................................................................
53
5.1
Kesimpulan………........................................................................
53
5.2
Saran……. .....................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
54
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Contoh konstanta dari beberapa bahan dielektrik ......................... 7
Tabel 2.2
Karakteristik IC 78XX .................................................................. 9
Tabel 2.3
Konfigurasi Port ............................................................................18
Tabel 2.4
Sumber Interupsi ATMega 8.........................................................22
Tabel 2.5
Konfigurasi Pin LCD 16 Karakter x 2 Baris.................................23
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Kapasitansi Kapasitor ......................................44
Tabel 4.2
Hasil Pengukuran Induktansi Induktor .........................................44
Tabel 4.3
Tampilan Hasil Pengukuran pada LC Meter…………………….45
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Simbol Kapasitor Kertas ........................................................
4
Gambar 2.2
Simbol Kapasitor Elektrolit ...................................................
5
Gambar 2.3
Simbol Kapasitas Variabel.....................................................
5
Gambar 2.4
Regulator 78XX ....................................................................
9
Gambar 2.5
(a) Pin IC LM311................................................................... 10
(b) Bentuk Fisik IC LM311 ................................................... 10
Gambar 2.6
Konfigurasi Pin ATMega 8.................................................... 13
Gambar 2.7
Peta Program Memory .......................................................... 14
Gambar 2.8
Peta Data Memory ................................................................. 15
Gambar 2.9
Konfigurasi Pin LCD 16 Karakter x 2 Baris.......................... 23
Gambar 2.10
(a) Simbol Transistor Bipolar PNP ........................................ 24
(b) Simbol Transistor Bipolar NPN ....................................... 24
Gambar 2.11
Bagian-bagian utama osilator balikan.................................... 26
Gambar 2.12
Rangkaian Dasar Tangki LC.................................................. 26
Gambar 2.13
Lambang Kristal..................................................................... 28
Gambar 2.14
(a) Simbol Relay .................................................................... 32
(b) Rangkaian Driver Relay ................................................... 32
Gambar 3.1
Blok Diagram Alat Ukur Induktansi dan Kapasitansi Meter . 33
Gambar 3.2
Rangkaian Alat Ukur Induktansi dan Kapasitansi Meter ...... 35
Gambar 3.3
Lay Out PCB (PrintedCircuit Board) untuk Rangkaian Alat
Ukur Induktansi dan Kapasitansi Meter ................................ 43
xii
DAFTAR RUMUS
Halaman
Rumus 2.1
Kapasitansi Kapasitor ............................................................
7
Rumus 2.2
Kapasitansi dengan konstanta bahan dielektrik .....................
7
Rumus 2.3
Induktansi total dengan arah GGL sama................................
8
Rumus 2.4
Induktansi total dengan arah GGL berlainana ......................
8
Rumus 2.5
Frekuensi Resonansi ............................................................. 27
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan semakin berkembangnya teknologi elektronika, maka alat ukur
elektronik sangat diperlukan. Pada saat sekarang ini, terdapat banyak alat ukur
terutama alat ukur komponen. Dalam proyek elektronika, komponen yang mutlak
harus diketahui nilainya adalah komponen dasar seperti : resistor, kapasitor,
induktor, dan lain sebagainya. Ada alat ukur dalam suatu instrument yang
memiliki beberapa kemampuan pengukuran seperti Amperemeter, Voltmeter,
Ohmmeter, Kapasitansimeter, yang dijadikan satu instrument yang disebut
Multimeter. Alat ini disamping harganya relatif mahal, juga dalam hal - hal
tertentu dalam pemakaiannya mempunyai kekurangan faktor ketelitian dan range
pengukuran.
Kapasitor dan induktor memiliki peranan penting dalam bidang
elektronika, antara lain diaplikasikan dalam rangkaian elektronika yaitu untuk
memilih frekuensi pada radio penerima, meratakan fluktuasi tegangan dan
sebagainya. Banyak nilai kapasitor dan induktor yang nilainya sulit diterjemahkan
yaitu ketika kapasitor dan induktor bernilai kecil dan memiliki warna cetak yang
kurang jelas. Dari permasalahan tersebut maka dirancang alat ukur kapasitansi dan
induktansi meter digital yang berbasis mikrokontroller dengan menggunakan LCD
sebagai tampilannya agar memperoleh nilai kapasitansi dan induktansi yang lebih
spesifik, dimana ketelitian dan range pengukuran dapat direncanakan.
Berkaitan dengan masalah tersebut, perlu dikembangkan suatu alat yang
dapat mengetahui nilai kapasitor dan induktor dengan benar dan teliti dimana hasil
pembacaan alat ukur ini bisa langsung ditampilkan. Hal-hal yang berhubungan
dengan alat ukur kapasitansi dan induktansi meter digital ini diantaranya adalah
mikrokontroller AVR Seri ATMega 8, LCD Display, IC LM311, relay, transistor,
kapasitor dan komponen-komponen lain yang berhubungan dengan alat ini.
1
2
1.2 Permasalahan
Tugas Akhir ini akan menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara
membuat suatu sistem alat ukur induktansi dan kapasitansi meter dengan tampilan
LCD menggunakan Mikrokontroller.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat permasalahan yang berhubungan dengan alat ukur kapasitansi
dan induktansi meter, maka setelah dilakukan uji laboratories dan kajian literatur
mengenai komponen yang digunakan dalam alat ukur induktansi dan kapasitansi
meter, maka diberikan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini nantinya hanya untuk mengetahui nilai induktansi dan
kapasitansi dengan tampilan LCD.
2. Level pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kapasitor : antara 0,1pF – 1000pF, 1nF - 900nF
Jenis yang diukur kapasitor mikha dan keramik.
b. Induktor : antara 10nH - 1000nH, 1μH - 1000μH, 1mH – 100mH
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat
rangkaian induktansi dan kapasitansi meter untuk mengetahui suatu nilai kapasitor
dan induktor, dimana hasil pengukuran ditunjukkan pada LCD.
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai alat pembantu untuk mengetahui nilai induktansi dari suatu
induktor dan kapasitansi dari suatu kapasitor.
2. Dapat membantu dan bermanfaat bagi penelitian dilaboratorium maupun
untuk teknisi pada berbagai proyek ektronika khususnya dalam
menentukan nilai induktansi dan kapasitansi.
3. Sebagai pengembangan peralatan laboratorium Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Mercu Buana Jakarta.
1.6 Sistematika Tugas Akhir
Untuk memudahkan pihak pembaca dan pihak yang berkepentingan dalam
memahami isi laporan tugas akhir ini secara terarah, maka penulis membuat
sistematika penulisan yang urut sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, permasalahan,
pembatasan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika tugas akhir.
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori berisi teori dan konsep dasar yang nantinya menjadi
landasan dalam perhitungan dan pembahasan permasalahan yang
telah ada.
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
Pada bagian ini akan dibahas mengenai perhitungan yang
dibutuhkan dalam pembuatan alat mencakup peralatan yang
dibutuhkan, langkah pembuatan alat, cara kerja rangkaian, dan
pengujian alat.
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisis cara kerja dari alat
yang telah dibuat.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang mencakup hal-hal
penting yang telah didapat pada bab awal hingga akhir yang
menjadi inti pokok persoalan sekaligus penutup dari laporan tugas
akhir.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bagian-bagian atau komponen yang digunakan pada rangkaian alat ukur
kapasitansi dan induktansi meter adalah sebagai berikut :
2.1 Kapasitor
Secara prinsip sebuah kapasitor terdiri dari dua keping konduktor yang
ruang diantaranya diisi oleh dielektrik (penyekat), misal udara atau kertas. Kedua
konduktor diberi muatan sama besar tetapi jenisnya berlawanan yang satu
bermuatan (+), lainnya bermuatan (-).
Kemampuan kapasitor untuk menyimpan muatan listrik dinyatakan oleh besaran
kapasitas (atau kapasitansi). Satuan SI dari kapasitas adalah Farad (F).
Kapasitor dirancang untuk menyediakan kapasitansi pada rangkaian listrik
untuk menyimpan energi dalam medan listrik antara dua konduktor yang
dipisahkan oleh media dielektrik.
Kapasitansi didefinisikan sebagai sifat dari suatu rangkaian untuk
melawan setiap perubahan tegangan (Robert L. Shrader, 1991:101)
2.1.1 Jenis kapasitor
Jenis-jenis kapasitor secara garis besar dibedakan menjadi 3 macam antara lain :
1) Kapasitor kertas
Kapasitor kertas terdiri dari dua lembar kertas timah panjang yang
berfungsi sebagai keping-keping konduktor.
Kapasitor jenis ini mempunyai kapasitas sebesar 0,1 ȝF.
Gambar 2.1 Simbol Kapasitor Kertas
4
5
2) Kapasitor elektrolit
Kapasitor elektrolit terdiri dari dua lembar kertas aluminium oksida yang
diproses secara kimia sebagai bahan penyekat. Kapasitor jenis ini
mempunyai kapasitas paling tinggi sampai dengan 100.000 pF.
Gambar 2.2 Simbol Kapasitor Elektrolit
3) Kapasitor variabel
Kapasitor variabel digunakan untuk memilih frekuensi gelombang pada
radio penerima. Nilai maksimum kapasitasnya sampai dengan 0,00005 μF
(500pF).
Gambar 2.3 Simbol Kapasitas Variabel
Jenis kapasitor berdasarkan kebocoran dielektrik, kapasitansi yang tetap dan
berubah, tegangan kerja, nilai kapasitansi dan frekuensinya dibagi menjadi :
1) Dielektrik hampa
Jenis kapasitor ini tidak terdapat kebocoran, dibuat untuk kapasitor tetap
atau variabel, digunakan pada tegangan 5000 Volt sampai 50.000 Volt,
besar kapasitansinya antara 5 sampai 250 pF dan frekuensi kerja diatas
1000 MHz.
2) Dielektrik udara
Terjadi kebocoran kecil kecuali yang melalui osilasi, biasanya dibuat
untuk kapasitor jenis tetap, variabel dan dapat diatur.
6
3) Dielektrik mika
Terjadi kebocoran kecil kecuali yang melalui bahan yang menutupi pelat
dan dielektrik. Dibuat untuk kapasitor jenis tetap dan dapat diatur.
Tegangan kerja dari 350 sampai beberapa ribu volt. Besaran kapasitansi
dari 1,5 pF sampai 0,1 μF.
4) Dielektrik keramik
Kebocoran kecil, dibuat untuk kapasitor jenis datar, bulat, atau berbentuk
tabung dan jenis yang dapat diatur. Besarnya kapasitansi dari 1,5 pF
sampai dengan 0,01 μF untuk jenis tetap dan sampai 100pF untuk jenis
yang dapat diatur. Tegangan kerja sekitar 500 Volt dan frekuensi kerja
lebih dari 300 MHz.
5) Dielektrik kertas
Biasa digunakankertas yang dilumuri minyak, lilin, PCB dan ester. Besar
kapasitansi 10 pF sampai 10μF untuk jenis tetap. Digunakan pada
tegangan 150 volt sampai beberapa ribu volt. Frekuensi sampai dengan 1
atau 2 MHz.
6) Dielektrik plastik
Besar kapasitansi sampai dengan 2 μF dan tegangan kerja dari 200 sampai
dengan 600 volt.
7) Elektrolit
Bocor sebagian, hanya dibuat untuk kapasitor jenis tetap, mempunyai
rentang dari beberapa μF sampai dengan 50.000 μF atau lebih. Tegangan
kerja dari 6 sampai dengan 750 V
7
2.1.2 Kapasitansi kapasitor
Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk
dapat menampung muatan elektron.
Kapasitansi kapasitor dapat dirumuskan sebagai berikut :
C=
Q
V
(2.1)
Dimana,
Q = Muatan dalam Coulomb
C = Kapasitansi dalam Farad
V = Tegangan dalam Volt
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan
mengetahui area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal dan konstanta
bahan dielektrik (k) dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
C = ( 8,85 x10−12 ) ( k . A / t )
(2.2)
Tabel 2.1 Contoh Konstanta dari beberapa bahan dielektrik
Udara Vakum
k=1
Aluminium Oksida
k=8
Keramik
k = 100 – 1000
Gelas
k=8
Polyethylne
k=3
2.2 Induktor
Induktor adalah alat elektris yang dirancang untuk menyediakan
induktansi dalam suatu rangkaian.suatu bentuk sederhana dari induktor yaitu
lilitan kawat.
Induktansi merupakan sifat dari suatu rangkaian untuk melawan setiap
perubahan arus, dan merupakan tempat penyimpanan dalam bentuk suatu medan
elektromagnetik (Robert L. Shrader, 1991:78).
8
2.2.1 Induktansi Diri
Induktor (disebut juga induktansi) dibentuk oleh dua penghantar yang
terpisah oleh ruangan bebas, dan tersusun sedemikian hingga fluks magnetik dari
yang satu terkait dengan yang lain.
Fungsi utama dari induktor didalam suatu rangkaian adalah untuk
melawan fluktuasi arus yang melewatinya.Aplikasinya pada rangkaian dc salah
satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi
beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac salah satu gunanya adalah bisa untuk
meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak diinginkan.
2.2.2 Induktansi bersama
Induktansi bersama adalah nilai induktansi diakibatkan adanya dua
induktor yang saling berdekatan sehinnga mempengaruhi satu dengan yang lain.
Perubahan arus pada suatu kumparan yang bisa menimbulkan perubahan
fluksi pada kumparan lainnya sehingga terjadi ggl, maka kedua kumparan tersebut
mempunyai induktansi bersama.
Dua buah rangkaian dikatakan mempunyai induktansi bersama sebesar 1 H
bila arus yang mengalir pada salah satu rangkaian tersebut mempunyai perubahan
rata-rata sebesar satu ampere tiap detik yang membangkitkan GGL sebesar satu
Volt pada rangkaian yang lainnya.
2.2.3 Induktansi Seri
Dua buah kumparan yang masing-masing mempunyai induktansi sendiri
L1 dan L2, serta induktansi bersama M yang dihubungkan seri, maka induktansi
total dari kedua kumparan tersebut adalah :
Lt = L1 + L2 + 2M, bila GGL dalam arah yang sama.
(2.3)
Lt = L1 + L2 - 2M, bila GGL dalam arah yang berlainan.
(2.4)
Dimana,
Lt = Induktansi total dalam H
L1, L2 = Induktansi yang terpisah H
M = Induktansi bersama dalam H
9
2.3 Regulator Tegangan Tetap (IC 78XX)
Catu daya merupakan sesuatu yang sangat penting untuk semua rangkaian
elektronika. Dewasa ini semua sistem elektronika sudah beroperasi dengan catu
daya yang stabil. Untuk mendapatkan tegangan yang benar-benar stabil dari suatu
penyearah yang telah difilter dengan kapasitor dapat digunakan rangkaian
tegangan tetap. Regulator tegangan tetap ini terbagi atas 2 bagian rangkaian yaitu:
1. Regulator Positif (IC 78XX)
2. Regulator Negatif (IC 79XX)
Regulator ini dimaksudkan untuk memberikan kemampuan catu yang
mantap dengan komponen extern seminim mungkin. Ragulator ini bekerja
berdasarkan asas-asas, seperti pembatasan arus lipat balik, penghambat panas, dan
pembatas daerah aman yang mencegah tingkat keluaran bergerak keluar dari
disipasi daya aman.
Gambar 2.4 Regulator 78XX
Tabel 2.2 Karakteristik IC 78XX
Iout (Amper)
V in (Volt)
Type
Vout
78XX
(Volt)
Min
Max
Min
Max
05
06
08
10
12
15
18
24
5
6
8
10
12
15
18
24
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1
1
1
1
1
1
1
1
7.5
8.6
10.6
12.7
14.8
14.8
21
27.5
20
21
23
25
27
27
33
36
10
Bila menggunakan regulator tegangan IC 78XX ada beberapa hal tentang
kontruksi yang perlu diperhatikan:
1. Semua konduktor yang mengalirkan arus-arus besar harus diusahakan
setebal dan sependek mungkin.
2. Semua sambungan umum harus dihubungkan dengan kondensator.
3. Kondensator-kondensator kopling masukan dan keluaran harus
dipasang sedekat mungkin dengan masukan dan pena keluaran IC.
4. Harus diadakan pendinginan yang memadai.
2.4 Komparator Tegangan (IC LM311)
Komparator adalah sebuah rangkaian penguat yang memiliki dua buah
input. Tegangan output yang dihasilkannya sebanding dengan selisih antara dua
tegangan inputnya. Gain komparator kurang – lebih adalah sebesar 200.000,
sehingga selisih input sebesar hanya 100 µV pun sudah cukup untuk menurunkan
output mendekati 0 V atau mendekatkannya hingga mencapai tegangan catu.
Pada komparator tipe LM311N terdapat 23 buah transistor, 2 dioda, dan
19 resistor. Komponen – komponen ini, beserta seluruh sambungannya, dibuat di
atas sebuah chip silikon yang berukuran sangat kecil. Chip ini ditempatkan
didalam sebuah kemasan 8-pin.
(a) Pin
(b) Bentuk Fisik
Gambar 2.5 IC LM311N
Gambar di atas memperlihatkan sebuah kemasan IC 8-pin. Pin 1 dapat
diidentifikasikan dengan merujuk pada sebuah ’lingkaran’ kecil di badan IC
11
(gambar 2.5 b). Pin – pin lainnya diberi nomor sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar.
Dua buah input ke rangkaian penguat adalah iput non–pembalik (+) dan
input pembalik (-). Output yang dihasilkan akan bernilai positif apabila input (+)
lebih besar dari input (-). Output akan mendekati 0 V apabila input (+) lebih kecil
dari input (-).
Piranti ini membutuhkan sebuah catu daya mode–ganda (dapat
imemberikan tegangan positif dan negatif). Pin 1 dihubungkan ke
V. Pn 8
dihubungkan ke jalur positif catu daya. Pin 4 disambungkan ke jalur negatif catu
daya. Pasokan tegangan positif dan tegangan negatif, keduanya harus sama besar
namun berlawanan polaritasnya.
2.5 Mikrokontroler AVR Seri ATMega8
2.5.1 Sekilas tentang AVR
Ada beberapa definisi AVR, yaitu AVR : Alf and Vegard RISC atau AVR
: Advanced Virtual RISC atau RISC: Reduced Instruction Set Computer
Arsitektur mikrokontroler jenis AVR pertamakali dikembangkan pada
tahun 1996 oleh dua orang mahasiswa Norwegian Institute of Technology yaitu
Alf-Egil Bogen dan Vegard Wollan.
Mikrokontroler AVR kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Atmel.
Seri pertama AVR yang dikeluarkan adalah mikrokontroler 8 bit AT90S8515,
dengan konfigurasi pin yang sama dengan mikrokontroler 8051, termasuk address
dan data bus yang termultipleksi.
Mikrokontroler
instruksinya
dikurangi
AVR
dari
menggunakan
segi
teknologi
ukurannya
dan
RISC
dimana
kompleksitas
set
mode
pengalamatannya. Pada awal era industri komputer, bahasa pemrograman masih
menggunakan kode mesin dan bahasa assembly. Untuk mempermudah dalam
pemrograman para desainer komputer kemudian mengembangkan bahasa
pemrograman tingkat tinggi yang mudah dipahami manusia. Namun akibatnya,
instruksi yang ada menjadi semakin komplek dan membutuhkan lebih banyak
memori. Dan tentu saja siklus eksekusi instruksinya menjadi semakin lama.
12
Dalam AVR dengan arsitektur RISC 8 bit, semua instruksi berukuran 16 bit dan
sebagian besar dieksekusi dalam 1 siklus clock. Berbeda dengan mikrokontroler
MCS-51 yang instruksinya bervariasi antara 8 bit sampai 32 bit dan dieksekusi
selama 1 sampai 4 siklus mesin, dimana 1 siklus mesin membutuhkan 12 periode
clock.
Dalam perkembangannya, AVR dibagi menjadi beberapa varian yaitu
AT90Sxx, ATMega, AT86RFxx dan ATTiny. Pada dasarnya yang membedakan
masing-masing varian adalah kapasitas memori dan beberapa fitur tambahan saja.
2.5.2 Karakteristik Mikrokontroler ATMega
2.5.2.1 Fitur ATMega8
Fitur yang tersedia adalah :
• Frekuensi clock maksimum 16 MHz
• Jalur program I/O 23 buah
• Analog to Digital Converter 10 bit sebanyak 6 jalur
• Timer/Counter sebanyak 3 buah
• CPU 8 bit yang terdiri dari 32 register
• Watchdog Timer dengan osilator internal
• SRAM sebesar 1 kbyte
• Memori Flash sebesar 8 Kbyte dengan kemampuan read while write
• Interrupt internal maupun eksternal
• Port komunikasi SPI
• EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi
• Analog Comparator
• Komunikasi serial standar USART dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps
13
2.5.2.2 Konfigurasi Pin ATMega8
Gambar 2.6 Konfigurasi Pin ATMega8
2.5.2.3 Peta Memory ATMega8
ATMega8 memiliki dua jenis memori yaitu Data Memory dan Program
Memory ditambah satu fitur tambahan yaitu EEPROM Memory untuk penyimpan
data.
•
Program Memory
ATMega8 memiliki On-Chip In-System Reprogrammable Flash Memory
untuk menyimpan program. Untuk alasan keamanan, program memory dibagi
menjadi dua bagian yaitu Boot Flash Section dan Application Flash Section. Boot
Flash Section digunakan untuk menyimpan program Boot Loader, yaitu program
yang harus dijalankan pada saat AVR reset atau pertamakali diaktifkan.
Application Flash Section digunakan untuk menyimpan program aplikasi yang
dibuat user. AVR tidak dapat menjalankan program aplikasi ini sebelum
menjalankan program Boot Loader.
14
Besarnya memori Boot Flash Section dapat diprogram dari 128 word sampai 1024
word tergantung setting pada konfigurasi bit di register BOOTSZ. Jika Boot
Loader diproteksi, maka program pada Application Flash Section juga sudah
aman.
Gambar 2.7 Peta Program Memory
•
Data Memory
Gambar berikut menunjukkan peta memori SRAM pada ATMega8. Terdapat
608 lokasi address data memori. 96 lokasi address digunakan untuk Register File
dan I/O Memory sementara 512 lokasi address lainnya digunakan untuk internal
data SRAM. Register File terdiri dari 32 general purpose working register, I/O
register terdiri dari 64 register.
15
Gambar 2.8 Peta Data Memory
•
EEPROM Data Memory
ATMega8 memiliki EEPROM sebesar 512 byte untuk menyimpan data.
Lokasinya terpisah dengan system address register, data register dan control
register yang dibuat khusus untuk EEPROM.
2.5.3 Status Register (SREG)
Status Register adalah register yang memberikan informasi yang
dihasilkan dari eksekusi instuksi aritmatika. Informasi ini berguna untuk mencari
alternatif alur program sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
16
Bit 7 – I: Global Interrupt Enable
Jika bit Global Interrupt Enable diset, maka fasilitas interupsi dapat dijalankan.
Bit ini akan clear ketika ada interrupt yang dipicu dari hardware, setelah program
interrupt dieksekusi, maka bit ini harus di set kembali dengan instruksi SEI.
Bit 6 – T: Bit Copy Storage
Instruksi bit copy BLD dan BST menggunakan bit T sebagai sumber atau tujuan
dalam operasi bit.
Bit 5 – H: Half Carry Flag
Bit 4 – S: Sign Bit
Bit S merupakan hasil exlusive or dari Negative Flag N dan Two’s Complement
Overflow Flag V.
Bit 3 – V: Two’s Complement Overflow Flag
Digunakan dalam operasi aritmatika
Bit 2 – N : Negative Flag
Jika operasi aritmatika menghasilkan bilangan negatif, maka bit ini akan set.
Bit 1 – Z: Zero Flag
Jika operasi aritmatika menghaslkan bilangan nol, maka bit ini akan set.
Bit 0 – C: Carry Flag
2.5.4 Bahasa Assembly AVR
Bahasa yang dipakai untuk memprogram mikrokontroler AVR adalah
bahasa assembly AVR atau bahasa C. Dalam tugas akhir ini semua program
ditulis dalam bahasa assembly AVR.
17
Berikut adalah contoh sebuah program aplikasi untuk mikrokontroler AVR :
Sebuah program harus terdiri dari dua bagian, yaitu inisialisasi program dan
program utama. Inisialisasi program harus disertakan agar program utama dapat
berjalan. Berikut adalah urutan langkah inisialisasi program :
1. Menentukan
jenis
mikrokontroler
yang
digunakan
dengan
cara
memasukkan file definisi device (m8535def.inc) kedalam program utama.
2. Menuliskan
original
address
program,
yaitu
0x0000.
Kemudian
dilanjutkan dengan instruksi rjmp / relative jump ke label main. Hal ini
dimaksudkan agar program memory tidak tumpang tindih dengan data
memory.
3. Menentukan isi Stack Pointer dengan address terakhir RAM (RAMEND).
Untuk ATMega8 yaitu 0x025F. Ini dimaksudkan agar program utama
mulai ditulis setelah address terakhir RAM.
18
2.5.5 Operasi Port Input Output
2.5.5.1 Register I/O
Setiap port ATMega8535 terdiri dari 3 register I/O yaitu DDRx, Portx dan
PINx.
•
DDx (Data Direction Register)
Register DDx digunakan untuk memilih arah pin. Jika DDx = 1, maka Pxn
sebagai pin output. Jika DDRx = 0, maka Pxn sebagai input.
•
Portx (Port Data Register)
Register Portx digunakan untuk 2 keperluan yaitu untuk jalur output atau
untuk mengaktifkan resistor pullup.
1.
Portx berfungsi sebagai output jika DDRx = 1, maka :
Portxn = 1 maka pin Pxn akan berlogika high.
Portxn = 0 maka pin Pxn akan berlogika low.
2.
Portx berfungsi untuk mengaktifkan resistor pullup jika DDRx = 0,
maka :
Portxn = 1 maka pin Pxn sebagai pin input dengan resistor pull up.
Portxn = 0 maka pin Pxn sebagai output tanpa resistor pull up.
Tabel 2.3 Konfigurasi Port
Catatan :
x menunjukkan nama port (A,B,C,D)
n menunjukkan nomor bit (0,1,2,3,4,5,6,7)
Nilai awal (initial value) seluruh register I/O adalah 00h.
19
•
PINx (Port Input Pin Address)
Digunakan sebagai register input.
2.5.5.2 Operasi Register I/O
in
: membaca data I/O port ke dalam register
contoh : in
out
: menulis data register ke I/O port
contoh : out
ldi
r16,PinA
PortA,r16
: (load immediate) : menulis konstanta ke register sebelum konstanta
tersebut dikeluarkan ke I/O port
contoh : ldi
sbi
: (set bit in I/O) : membuat logika high pada sebuah bit I/O port
contoh : sbi
cbi
PortB,7
: (clear bit in I/O) : membuat logika low pada sebuah bit I/O port
contoh : cbi
sbic
r16,0xff
PortB,5
: (skip if bit in I/O is clear) : lompati satu instruksi jika bit I/O port dalam
kondisi clear/low
contoh : sbic
sbis
PortA,3
: (skip if bit in I/O is set) : lompati satu instruksi jika bit I/O port dalam
kondisi set/high
contoh : sbis
PortB,3
2.5.6 Operasi Aritmatika
Instruksi Aritmatika
add
: Menambahkan isi dua register.
Contoh : add
adc
r15=r15+r14
: Menambahkan isi dua register dan isi carry flag
Contoh : adc
sub
r15,r14 ;
r15,r14 ;
r15=r15+r14+C
: Mengurangi isi dua register.
Contoh : sub
r19,r14 ;
r19=r19-r14
20
mul
: Mengalikan dua register. Perkalian 8 bit dengan 8 bit menghasilkan
bilangan 16 bit yang disimpan di r0
untuk byte rendah dan di r1 untuk byte tinggi. Untuk memindahkan
bilangan 16 bit antar register digunakan instruksi movw (copy register
word)
Contoh : mul
r21,r20 ;
r1:r0=r21*r20
2.5.7 Operasi Logika
Instruksi Logika
and
: Untuk meng-and-kan dua register
Contoh : and
andi
r14
r15
: Untuk mengosongkan (membuat jadi nol) isi register
Contoh : clr
ser
r15,0xfe
: Untuk menurunkan satu isi sebuah register
Contoh : dec
clr
r18=r18 or r17
: Untuk menaikkan satu isi sebuah register
Contoh : inc
dec
r18,r17 ;
: Untuk meng-or-kan register dengan konstanta immediate
Contoh : ori
inc
r25,0b11110000
: Untuk meng-or-kan dua register
Contoh : or
ori
r23=r23 and r27
: Untuk meng-and-kan register dengan konstanta immediate
Contoh : andi
or
r23,r27 ;
r15 ;
r15=0x00
: Set all bit in register. Membuat jadi satu isi register
Contoh : ser
r16 ;
r16=0xff
2.5.8 Operasi Percabangan
Instruksi Percabangan
sbic (skip if bit in I/O is cleared)
: Skip jika bit I/O yang diuji clear
sbis (skip if bit in I/O is set)
: Skip jika bit I/O yang diuji set
sbrc (skip if bit in register is clear)
: Skip jika bit dalam register yang diuji clear
21
cp (compare)
: Membandingkan isi dua register
mov (move)
: Meng-copy isi dua register
cpi (compare with immediate)
: Membandingakan isi register dengan
konstanta tertentu.
breq (branch if equal)
: Lompat ke label tertentu jika suatu hasil
perbandingan adalah sama.
brne (branch if not equal)
: Lompat ke label tertentu jika suatu hasil
perbandingan adalah tidak sama.
rjmp (relative jump)
: Lompat ke label tertentu.
rcall (relative call)
: Memanggil subrutin.
ret (return)
: Keluar dari sub rutin.
2.5.9 Interupsi
Interupsi adalah kondisi yang memaksa mikrokontroler menghentikan
sementara eksekusi program utama untuk mengeksekusi rutin interrupt tertentu /
Interrupt Service Routine (ISR)
Setelah melaksanakan ISR secara lengkap, maka mikrokontroler akan
kembali melanjutkan eksekusi program utama yang tadi ditinggalkan.
22
Tabel 2.4 Sumber Interupsi Atmega 8
2.5.10 Liquid Crystal Display
2.5.10.1 Konfigurasi Pin LCD 16x2
LCD (Liquid Crystal Display) adalah modul penampil yang banyak digunakan
karena tampilannya menarik. LCD yang paling banyak digunakan saat ini ialah
LCD M1632 refurbish karena harganya cukup murah. LCD M1632 merupakan
modul LCD dengan tampilan 2x16 (2 baris x 16 kolom) dengan konsumsi daya
rendah. Modul tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus
untuk mengendalikan LCD.
23
Gambar 2.9 Konfigurasi Pin LCD 16 Karakter x 2 Baris
Tabel 2.5 Konfigurasi Pin LCD 16 Karakter x 2 Baris
24
2.6 Transistor
Transistor
didefinisikan
sebagai
komponen
semikonduktor
yang
mempunyai tiga kaki atau lebih sehingga daya dapat diperkuat (Frank D.
Petruzella, 2002:246).
Transistor adalah suatu komponen yang dibentuk oleh hubungan dua buah
semikonduktor PN. Transistor sendiri dibedakan menjadi dua macam yaitu
transistor PNP dan NPN.
a. PNP
b. NPN
Gambar 2.10 Simbol transistor bipolar
Daerah kerja transistor dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1) Daerah jenuh (saturasi)
Keadaan jenuh terjadi pada saat sambungan kolektor basis mendapat
tegangan mundur dan sambungan basis emitor mendapat mendapat tegangan maju
serta arus yang mengalir kebasis cukup besar untuk membuat kolektor pada
keadaan jenuh. Pada saat terjadi keadaan jenuh ini tegangan antara kolektor dan
emitor adalah nol (VCE = 0) yang berarti antara C dan E terhubung singkat. Pada
saat jenuh ini transistor sering dimanfaatkan sebagai saklar.
2) Daerah mati (cutt off)
Keadaan mati terjadi pada saat sambungan basis emitor dan sambungan
basis kolektor mendapatkan tegangan mundur atau pada keadaan ini transistor
dalam posisi menyumbat, tegangan yang mengalir pada kolektor emitor sama
dengan tegangan catu (Vce= V
cc).
Sama dengan pada kondisi saturasi, pada
kondisi cut off ini transistor dimanfaatkan sebagai saklar.
25
3) Daerah aktif
Daerah aktif terletak antara daerah jenuh dan daerah mati. Daerah ini
sering disebut juga daerah linear akan diikuti kenaikan arus dan tegangan pada
kolektor. Pada keadaan ini transistor dimanfaatkan sebagai penguat.
2.7 Osilator
Osilator merupakan piranti elektronik yang menghasilkan keluaran berupa
isyarat tegangan, (Sutrisno, 1987:153). Pada osilator tidak ada isyarat masukan
untuk menghasilkan isyarat keluaran saja yang frekuensi dan amplitudo dapat
dikendalikan. Seringkali suatu penguat secara tidak sengaja menghasilkan
keluaran tanpa masukan dengan frekuensi yang nilainya tidak dapat dikendalikan.
Dalam hal ini penguat dikatakan berisolasi.
Osilator digunakan secara luas sebagai sumber isyarat untuk menguji suatu
rangkaian elektronik. Osilator seperti ini disebut pembangkit isyarat, atau
pembangkit fungsi jika isyarat keluarannya dapat mempunyai berbagai bentuk.
Kita
dapat
mengelompokkan
osilator
berdasarkan
metode
pengoperasiannya menjadi dua kelompok, yaitu osilator balikan dan osilator
relaksasi. Masing-masing kelompok memiliki keistimewaan tersendiri.
2.7.1 Osilator Balikan (Feed Back Oscillator)
Pada osilator balikan, sebagian daya keluaran dikembalikan ke masukan
yang misalnya dengan menggunakan rangkaian LC. Osilator biasanya
dioperasikan pada frekuensi tertentu. Osilator gelombang sinus biasanya termasuk
kelompok osilator ini dengan frekuensi operasi dari beberapa Hz sampai jutaan
Hz. Osilator balikan banyak digunakan pada rangkaian penerima radio dan TV
dan pada transmiter.
2.7.1.1 Dasar – dasar Osilator
Diagram blok osilator balikan diperlihatkan pada gambar 2.7. Terlihat
osilator memiliki perangkat penguat, jaringan balikan, rangkaian penentu
frekuensi dan catu daya. Isyarat masukan diperkuat oleh penguat (amplifier)
26
kemudian sebagian isyarat yang telah diperkuat dikirim kembali ke masukan
melalui rangkaian balikan. Isyarat balikan harus memiliki fase dan nilai yang
betul agar terjadi osilasi.
Gambar 2.11 Bagian – bagian utama osilator balikan
Gambar 2.12 Rangkaian dasar Tangki LC
2.7.1.2 Pengoperasian Rangkaian LC
Frekuensi osilator balikan biasanya ditentukan dengan menggunakan
jaringan induktor kapasitor (LC). Jaringan LC sering disebut sebagai “rangkaian
tangki”, karena kemampuannya menampung tegangan AC pada “frekuensi
resonansi”.
27
Dengan harga:
(2.5)
Dimana,
fr = frekuensi resonansi dalam hertz (Hz)
L = Induktansi dalam henry (H)
C = Kapasitansi dalam farad (F)
Resonansi terjadi saat reaktansi kapasitif (XC) besarnya sama dengan reaktansi
induktif (XL). Rangkaian tangki akan berosilasi pada frekuensi ini.
Pada frekuensi osilasi rangkaian tangki LC tentunya memiliki resistansi
yang akan mengganggu aliran arus pada rangkaian. Akibatnya, tegangan AC akan
cenderung menurun setelah melakukan beberapa putaran osilasi.
Dalam hal ini, rangkaian telah terjadi kehilangan energi yang diubah
dalam bentuk panas. Osilasi rangkaian tangkai dapat dibuat secara kontinu jika
kita menambahkan energi secara periodik dalam rangkaian. Energi ini akan
digunakan untuk mengganti energi panas yang hilang.
Tambahan energi pada rangkaian tangki dengan menghubungkan kapasitor
dengan sumber DC, tidak mungkin dilakukan secara manual. Proses pemutusan
dan penyambungan dengan kapasitor dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan jasa transistor.
Perlu diingat bahwa induktasi dari kumparan akan tergantung pada
frekuensi pengoperasian. Osilator LC biasanya dioperasikan pada daerah RF.
Induktansi kumparan biasanya dapat diubah dengan menggeser batang “ferit”
yang ada di dalam kumparan. Ini akan membantu mengatur frekuensi dari
rangkaian tangki.
28
2.7.2 Osilator Hartley
Osilator hartley banyak digunakan pada rangkaian penerima radio AM dan
FM. Sifat khusus osilator Hartley adalah adanya tapped coil. Sejumlah variasi
rangkaian dimungkinkan. Kumparan mungkin dapat dipasang seri dengan
kolektor. Variasi ini biasa disebut sebagai osilator Series-fed Hartley.
2.7.3 Osilator Colpitts
Osilator Colpitts sangat mirip dengan osilator Shunt-fed Hartley.
Perbedaan yang pokok adalah pada bagian rangkaian tangkinya. Pada osilator
Colpitts, digunakan dua kapasitor sebagai pengganti kumparan yang terbagi.
Balikan dikembangkan dengan menggunakan “medan elektrostatik” melalui
jaringan pembagi kapasitor. Frekuensi ditentukan oleh dua kapasitor terhubung
seri dan induktor.
2.7.4 Osilator Kristal
Osilator kristal tidak akan bergeser lebih dari beberapa hertz dari frekuensi
dasarnya. Kristal ini bersifat piezoelektrik yaitu sifat beberapa macam kristal yang
jika ditekan, maka antara dua permukaan yang ditekan akan timbul beda tegangan
listrik.
Frekuensi resonansi kristal bergantung pada tebal kristal, dan arah bidang
pemotongan kristal menentukan kekuatan osilasi dan perubahan frekuensi
terhadap suhu.
Gambar 2.13 Lambang Kristal
29
2.7.5 Osilator Relaksasi
Osilator relaksasi menggunakan pengisian dan penguatan muatan pada
suatu kapasitor melalui suatu hambatan. Suatu perubahan yang terjadi secara
eksponensial dalam waktu disebut relaksasi. (Sutrisno, 1987:169)
Osilator relaksasi dapat dibuat dengan menggunakan lampu neon, transistor
sambungan tunggal (UJT), PUT, Op-Amp, dan transistor.
2.8 Resistor
Resistor merupakan semikonduktor yang berfungsi sebagai pembagi
tegangan dan bisa juga untuk mengurangi arus yang mengalir. Resistor umumnya
terbuat dari bahan karbon/arang, metal film, gulungan kawat, dan porselin.
Ada dua jenis resistor yaitu resistor tetap dan resistor berubah. Resistor
tetap adalah resistor yang memiliki nilai tetap, nilainya sudah tertulis atau berupa
kode warna. Resistor berubah adalah resistor yang memiliki nilai bervariasi
tergantung jenisnya. Jenis-jenis variable resistor antara lain = potensiometer,
LDR, PTC, NTC. Kerusakan pada resistor biasanya disebabkan karena putus,
terbakar, dan nilai R-nya membesar.
2.9 Saklar
Saklar adalah alat untuk menghubungkan atau memisahkan bagianbagian
dari suatu instalasi listrik satu sama lain.
Secara garis besar saklar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1). Saklar yang dioperasikan secara manual
Saklar yang dioperasikan secara manual yaitu saklar yang dikontrol
dengan tangan. (Petruzella Frank. D, 1986=207). Contoh saklar ini aantara lain :
a. Saklar Togel
Jenis penghubungan atau susunan kontak pada saklar togel ditetapkan
dengan singkatan sesuai batas kerja listrik dinyatakan dengan tegangan
dan arus interupsi maksimum
30
b. Saklar Geser
Saklar
geser
menggunakan
aksi
penggeseran
sederhana
untuk
menghasilkan hubungan yang sama dengan saklar togel kecuali untuk
jenis aksi kerja yang berbeda kutub-kutub yang dihubungkan mencapai
hasil yang sama.
Saklar geser sering digunakan sebagai saklar mode untuk memilih mode
tertentu dari operasi seperti HIGH dan LOW.
c. Saklar Rocker
Saklar rocker merupakan saklar geser yang dimodifikasi
d. Saklar DIP (Dual In Line Package)
Saklar DIP adalah saklar yang dirancang untuk dirakit pada tempat
hubungan pada PCB.
e. Saklar Rotan
Saklar rotan digunakan untuk operasi penghubungan yang kompleks,
misal penghubungan yang dijumpai pada osiloskop dimultimeter.
f. Saklar Thumbweel
Saklar Thumbwell digunakan pada alat numerik dan alat-alat yang
dikontak komputer untuk memberi input informasi dari operator ke
komputer.
g. Saklar pemilih
2). Saklar yang dioperasikan secara mekanik
Saklar yang dioperasikan secara mekanik adalah saklar yang dikontrol
oleh faktor-faktor secara otomatis.
a. Saklar Lime
Saklar ini dirancang hanya untuk beroperasi apabila batas yang sudah
ditentukan sebelumnya sudah dicapai dan saklar-saklar tersebut biasanya
disktifksn kontsk dengsn objek.
b. Saklar suhu
Saklar ini digunakan untuk merasakan perubahan suhu
31
c. Saklar tekanan
Saklar tekanan digunakan untuk mengontrol tekanan cairan dan gas.
Saklar ini dirancang untuk menjalankan membuka atau menutup kontakkontaknya, apabila tekanan tertentu tercapai.
d. Saklar level
Digunakan untuk merasakan fungsi cairan.
Saklar yang diperlukan dalam pembuatan alat ukur kapasitansi dan
induktansi meter adalah saklar tekan yang digunakan sebagai power dan untuk
memilih kapasitansi dan induktansi, saklar rotary yang digunakan untuk
menentukan jarak ukur kapasitansi dan induktansi
2.10 Relay
Relay adalah suatu rangkaian switching magnetic yang bekerja bila
mendapat catu dari suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus
nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pen-drive/pengemudinya. Arus
yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.
Kontruksi dari suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan
pada besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan arus inti besi lunak kontak
menghasilkan Medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak
mengalami gaya tarik magnet sehingga berubah posisi ke kutub lain atau terlepas
dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada
kumparan relay. Dan relay akan kembali ke posisi semula yaitu normally on atau
normally off, bila tidak ada lagi arus yang mengalir padanya. Posisi normal relay
tergantung pada jenis relay yang digunakan.
Dan pemakaian jenis relay tergantung pada keadaan yang diiginkan dalam
suatu rangkaian.
Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi:
1. Normally Open (NO)
Relay yang berfungsi sebagai saklar yang selalu dalam keadaan terbuka
bila arus diberikan tegangan terbuka bila tidak diberikan tegangan dan akan
tertutup apabila mendapat tegangan sesuai dengan tegangan ambangnya.
2. Normally Close (NC)
Relay yang berfungsi sebagai saklar yang selalu dalam keadaan tertutup
bila tidak diberikan tegangan dan akan terbuka apabila mendapat tegangan sesuai
dengan tegangan ambangnya, misalnya 6 volt.
3. Change Over (CO)
Relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup, yang mana
bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A dan
sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.
Analogi rangkaian relay yang digunakan adalah saat basis transistor ini dialiri arus
maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari
kolektor ke emitter yang menghasilkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda
disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi yang bisa
mencapai 100 sampai 150 Volt dimana tegangan ini dapat merusak transistor.
Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, maka transistor tertutup sehingga
arus tidak mengalir dari colector ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada
arus yang mengalir pada gulungan kawat.
Gambar 2.14 a. Simbol Relay b. Rangkaian Driver Relay
32
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
Dalam pembuatan alat pengukur kapasitansi dan induktansi meter ini yang
pertama kali dilakukan adalah mempelajari komponen – komponen dan
menyediakan alat dan bahan yang diperlukan, kemudian merancang rangkaian,
setelah rangkaian dirancang dilanjutkan dengan mendesain PCB (Printed Circuit
Board) untuk memasang komponen yang diperlukan. Jika PCB telah selesai
dibuat, lalu komponen dipasang. Setelah komponen terpasang dengan sempurna
maka dilakukan uji coba alat tersebut.
3.1. Konstruksi/ Desain Rangkaian
3.1.1. Diagram Blok
Gambar 3.1 Blok diagram alat ukur induktansi dan kapasitansi meter
Keterangan :
a. IC LM7805 digunakan sebagai regulator untuk memberikan
kemampuan catu daya/ sumber tegangan yang mengubah tegangan
baterai 9 Volt DC menjadi tegangan 5 Volt DC, sebagai catu daya
yang dibutuhkan untuk rangkaian sistem.
b. IC LM311 digunakan sebagai komparator yang membandingkan
harga frekuensi yang diperlukan dalam pengukuran induktansi dan
kapasitansi meter ini, yaitu antara lain 1 MHz, 100 KHz, 10 KHz, 1
KHz, 100 Hz, dan 10 Hz.
33
34
c. ATMega 8 adalah sebuah microchip yang dapat dikendalikan, seperti
suatu perangkat komputer yang kecil dimana dapat melaksanakan
program HEX yang dapat ditulis dengan satu bahasa asembler.
ATMega8 adalah suatu microchip sangat fleksibel karena mempunyai
PIN yang dapat diatur ketika input ataupun pada saat output.
d. L/ C Test, merupakan komponen yang akan diukur meliputi :
Induktor dengan batas pengukuran :
-
10 nH – 1000 nH ;
-
1 uH – 1000 uH ;
-
1 mH – 100 mH.
Kapasitor dengan batas pengukuran :
-
0.1 pF – 1000 pF ;
-
1 nF – 900 nF.
e. Penguat, pada rangkaian alat ukur kapasitansi dan induktansi ini
dibutuhkan penguat yaitu dengan menggunakan transistor.
f. LCD/ Display, untuk menampilkan hasil dari pengukuran/ kalkulasi
alat yang diukur baik untuk hasil pengukuran kapasitansi ataupun
induktansi, LCD yang digunakan adalah layar 2 baris dan 16 karakter.
35
3.1.2. Gambar Rangkaian
Gambar 3.2 Rangkaian alat ukur induktansi dan kapasitansi meter
36
3.2 Cara Kerja Rangkaian
Alat ukur Kapasitansi dan Induktansi Meter digital yang dirancang pada
tugas akhir ini menggunakan komponen utama, yaitu ATMega 8, LCD, dan IC
LM311. Dalam hal ini IC LM311 tersebut berfungsi sebagai pembangkit
frekuensi dimana frekuensi yang dibangkitkan sekitar 10 Hz – 100 kHz. Pada
konstruksi gambar rangkaian tesebut, osilator LC bekerja berdasarkan IC LM311
dan frekuensi yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui pin 7 yang kemudian
diumpankan ke pin 11 mikrokontroler ATMega 8.
Kedua relay yang ditambahkan adalah berfungsi untuk membuat
pengukuran lebih otomatis dan menjaga agar arus yang dikonsumsi tetap konstan
pada level yang rendah, karena jika terjadi fluktuasi akan mengakibatkan
pengukuran yang tidak baik. Relay-2 berfungsi untuk memilih dalam mengukur
antara kapasitor atau induktor dan digunakan S1 (push button) sebagai switching.
Ketika
akan
dilakukan
pengukuran
terhadap
kapasitor,
Relay-2
akan
menambahkan kapasitor yang tidak dikenal (Cx) paralel dengan kapasitor yang
ada. Namun ketika akan dilakukan pengukuran terhadap induktor, Relay-2 akan
menambahkan induktor yang tidak dikenal (Lx) serial dengan induktor yang ada.
Sedangkan Relay-1 hanya memiliki fungsi untuk menambahkan kapasitor acuan
sepanjang tahap kalibrasi.
Namun sebelum pengukuran dilakukan, LC meter terlebih dahulu
melakukan phase kalibrasi untuk mendapatkan harga konstan dari kapasitor. Hal
ini sangat dibutuhkan dalam menentukan harga kapasitor dan induktor yang akan
diukur oleh LC meter.
Proses kalibrasi dan pengukuran kapasitansi maupun induktansi dilakukan
oleh sebuah mikrokontroler ATMega8, dimana fungsi mikrokontroler ini seperti
suatu komputer yang kecil yang dapat melaksanakan program HEX dan dapat
ditulis dengan bahasa assembler. ATMega8 adalah suatu microchip sangat
fleksibel karena mempunyai PINs yang dapat diatur ketika input ataupun pada
saat output. Sebelum kita dapat menggunakan ATMega8 microchip, kita harus
memprogramnya dengan suatu kode HEX yang kemudian harus dikirim dari
37
komputer melalui elemen ISP (In - System Programmable) ke mikrokontroler
ATMega8.
Begitu microchip itu mengkalkulasi harga dari induktansi atau kapasitansi
yang tak dikenal, maka dengan menggunakan PIN yang ditunjuk sebagai keluaran
– keluaran, hasil pengukuran dapat ditampilkan melalui LCD16 x 2.
3.2.1. Pengukuran Kapasitansi
Pada saat saklar power dihidupkan, maka tegangan baterai sebesar 9 volt
akan diubah oleh IC LM7805 menjadi 5 volt yang disupply ke IC LM311N. Pada
IC LM311N tegangan 5 volt tersebut akan diumpankan ke Relay-1 yang
menyebabkan Relay-1 bekerja oleh karena telah mendapatkan tegangan. Dengan
bekerjanya Relay-1, maka akan menambahkan kapasitor acuan sepanjang tahapan
kalibrasi. Sehingga kapasitor yang tidak dikenal akan dihubungkan paralel dengan
kapasitor yang ada. Untuk hasil pengukuran yang akurat, maka digunakan penguat
yang terhubung langsung ke Relay-1. Pengkalkulasian kapasitansi tersebut akan
dikerjakan pada pemograman mikrokontroler ATMega 8. Sedangkan hasil
pengukuran kapasitansinya akan ditampilkan melalui LCD.
3.2.2. Pengukuran Induktansi
Pada saat melakukan pengukuran induktasi, maka tombol S1 ditekan, hal
ini menyebabkan Relay-2 bekerja, sehingga induktor yang tidak dikenal akan
terhubung secara seri dengan induktor yang ada. Dalam hal ini Relay-1 tetap
bekerja untuk menambahkan kapasitor acuan sepanjang tahapan kalibrasi. Untuk
hasil pengukuran yang akurat, maka digunakan penguat yang terhubung langsung
ke Relay-1. Pengkalkulasian induktansi tersebut akan dikerjakan pada
pemograman ATMega 8. Sedangkan hasil pengukuran induktansinya akan
ditampilkan melalui LCD.
38
3.3. Perancangan Program Mikrokontroller Pada Rangkaian
3.3.1. Inisialisasi Program
Agar dapat melaksanakan sistem kerja rangkaian secara keseluruhan, maka
perlu adanya inisialisasi pada awal program, yaitu untuk mempersiapkan keadaan
alat sebelum alat tersebut dipakai.
Berikut ini adalah inisialisasi programnya:
; $81,$82 = C
; $75,$76,$77 = F1
; $78,$79,$80 = F2
; $70,$71 = General Use
; $60,$61,$62 = ((f1/f2)^2) - 100.000.000 [Fcompare]
; $64,$65,$66,$67 = Cx
; calibrate switch = pinb,0
; L/C measure switch = pinb,1
; calibrate relay wire = pinb,2
; counter = pind,5
.include "m8def.inc"
.EQU
point_BCD0
= 25
.EQU
point_BCD3
= 22
.org 0x000
rjmp mulai
.org 0x009
rjmp ovrfl
mulai:
ldi R16, low(RAMEND)
out SPL, R16
ldi R16, high(RAMEND)
out SPH, R16
rcall begin
mulai1:
rcall calibrating
mulai2:
rjmp measure
39
Berdasarkan rumus resonansi paralel pada LC osilator, yaitu :
f1 =
1
2π LC
Maka jika ditambahkan sebuah kapasitor yang tidak diketahui nilainya (Cx) akan
terhubung secara paralel dengan kapasitor C, sehingga diperoleh harga frekuensi
resonansi (f2) yang lebih rendah, dapat dirumuskan sebagai berikut:
f2 =
1
2π L ( C + Cx )
Jika kedua rumus resonansi tersebut dibandingkan, maka akan diperoleh rumus
sebagai berikut:
f1 2π L ( C + Cx )
=
=
f2
2π LC
L ( C + Cx )
LC
L ( C + Cx ) C + Cx
⎛ f1 ⎞
Cx
=
= 1+
⎜ ⎟ =
LC
C
C
⎝ f2 ⎠
⎡⎛ f ⎞ 2 ⎤
Cx = ⎢⎜ 1 ⎟ − 1⎥ C
⎢⎣⎝ f 2 ⎠
⎥⎦
2
Begitu juga halnya jika ditambahkan sebuah induktor yang tidak diketahui
nilainya (L2) akan terhubung secara serial dengan induktor L1, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
f1 =
1
1
→ L1 =
2
2π L1C
C ( 2π f1 )
f2 =
1
1
→ L2 =
2
2π L2C
C ( 2π f 2 )
Lx = L2 − L1
Lx =
Lx =
1
C ( 2π f 2 )
1
C ( 2π )
2
2
−=
1
C ( 2π f1 )
2
⎛ 1
1 ⎞
⎜ 2− 2⎟
f1 ⎠
⎝ f2
Dari hasil perumusan tersebut diatas, dapat dipastikan bahwa untuk mendapatkan
nilai kapasitor maupun induktor yang ditambahkan, dibutuhkan harga frekuensi f1
dan f2 ; dan C yang konstan. Perhitungan masing-masing frekuensi dan penentuan
40
harga C tersebut dapat diperoleh pada pemrograman bahasa mikrokontroller,
sebagai berikut:
3.3.2. Program Phase Kalibrasi
calibrateTest :
sbic pinb,0
rjmp mulai1
rjmp mulai2
******************************************************
Calibrating :
ldi R16,0b00000001 ;Display clear
rcall write_inst
ldi R16,0xC0 ; Lokasi Display RAM
rcall write_inst
ldi ZH,high(word1*2)
ldi ZL,low(word1*2)
rcall ulangi
clr r30
clr r31
rcall FreqCount
sts $75,r16 ;byte 0 freq1 result
sts $76,r17 ;byte 1 freq1 result
sts $77,r18 ;byte 2 freq1 result
rcall switchRelayCalibrate
clr r30
clr r31
rcall FreqCount
sts $78,r16 ;byte 0 freq2 result
sts $79,r17 ;byte 1 freq2 result
sts $80,r18 ;byte 2 freq2 result
rcall switchOFFrelay
rcall countingLC
rcall Cresult
ret
41
3.3.3. Program Perhitungan Frekuensi
FreqCount:
ldi R16, low(RAMEND)
out SPL, R16
ldi R16, high(RAMEND)
out SPH, R16
ldi r16,(1<<TOIE0)
out TIMSK,r16
ldi r16,(0<<CS12|1<<CS11|0<<CS10)
out TCCR1B,r16
ldi r16,(1<<CS02|1<<CS01|1<<CS00)
out TCCR0,r16
clr r17
out TCNT1H,r17
out TCNT1L,r17
ldi r16,(-200)
out TCNT0,R16
ser r17
out ddrd,r17
sei
wait:
brie wait
ret
ovrfl:
in r16,TCNT1L
in r17,TCNT1H
ldi r18,5
clr r19
rcall mpy16u
mov r24,r18
mov r25,r19
mov r26,r20
clr r21
ldi r16,0x00
ldi r17,0x94
ldi r18,0x35
43
;$64,$65,$66,$67,$68,$69 = Cx
;r16r17r18r19
lds r16,$66
lds r17,$67
lds r18,$68
lds r19,$69
rcall Bin4BCD16
ldi R16,0xC0 ; Lokasi Display RAM
rcall write_inst
ldi R16,'C'
rcall write_data
ldi R16,' '
rcall write_data
ldi R16,'='
rcall write_data
ldi R16,' '
rcall write_data
rcall value2lcd10C
rjmp calibrateTest
***************************************************
measureL :
ldi R16,0b00000001 ;Display clear
ldi R16,0x80 ; Lokasi display RAM
ldi ZH,high(Lmeasurement*2)
ldi ZL,low(Lmeasurement*2)
rcall ulangi
clr r30
clr r31
rcall FreqCount
rcall countingLC
;$60,$61,$62,$63 = Lx
;r16r17r18r19 bin value
lds r19,$67
44
lds r20,$68
lds r21,$69
rcall Bin4BCD16
ldi R16,0xC0 ; Lokasi Display RAM
rcall write_inst
ldi R16,'L'
rcall write_data
ldi R16,' '
rcall write_data
ldi R16,'='
rcall write_data
ldi R16,' '
rcall write_data
rcall value2lcd10L
rjmp calibrateTest
3.4 Pembuatan PCB
Dalam pembuatan PCB ada tiga tahapan yang diperhatikan, yaitu :
1. Pembuatan PCB diawali dengan pembuatan gambar pada lempeng
PCB ;
2. Setelah gambar jadi langkah selanjutnya adalah melarutkan lempeng
PCB dibersihkan dengan air bersih ;
3. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengeboran pada lubang yang
akan dipasangi komponen ;
4. Untuk menghindari adanya kesalahan dan kerusakan pada komponen
rangkaian maka dipasang terlebih dahulu untuk komponen pasif seperti
resistor dan kapasitor, dan dilanjutkan dengan komponen aktif seperti
transistor.
42
ldi r19,0x77
rcall div32
clr r19
ldi r18,0
out TIMSK,r18
reti
;result in r16 - r19
3.3.4. Program Pengukuran Nilai Kapasitor dan Induktor
countingLC:
lds r24,$75 ;byte 0 freq1 result
lds r25,$76 ;byte 1 freq1 result
lds r18,$77 ;byte 2 freq1 result
clr r19
clr r20
ldi r16,0x64
mov r4,r16
clr r5
clr r6
clr r7
rcall mul32 ;freq x 100
*****************************************
measureC :
ldi R16,0b00000001 ;Display clear
ldi R16,0x80 ; Lokasi display RAM
ldi ZH,high(Cmeasurement*2)
ldi ZL,low(Cmeasurement*2)
rcall ulangi
clr r30
clr r31
rcall FreqCount
rcall countingLC
rcall CXresult
Gambar 3.3 Lay Out PCB (Printed Circuit Board) untuk rangkaian Alat
ukur Induktansi dan kapasitansi meter
45
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran kapasitansi dan induktansi diperlihatkan pada tabel berikut
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kapasitansi Kapasitor
Nilai Kapasitansi
Alat Ukur Kapasitansi
yang diukur
dan Induktansi Meter
(0.1 – 1000) pF
10 pF
11 pF
10 %
(0.1 – 1000) pF
20 pF
18 pF
10 %
(0.1 – 1000) pF
30 pF
32 pF
6,67 %
(0.1 – 1000) pF
50 pF
49 pF
2%
(0.1 – 1000) pF
101 pF
103 pF
1,98 %
(0.1 – 1000) pF
201 pF
167 pF
16,9 %
(0.1 – 1000) pF
301 pF
254 pF
15,6 %
Skala Ukur
Rata – rata kesalahan pengukuran =
Ratio Kesalahan
Σ%kesalahan 63,15
=
= 9, 02%
n
7
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Induktansi Induktor
Nilai Induktansi
Alat Ukur Kapasitansi
yang diukur
dan Induktansi Meter
(1 – 1000) µH
1 µH
1,871 µH
87,1 %
(1 – 1000) µH
3,9 µH
4,465 µH
14,49 %
(1 – 1000) µH
4,7 µH
4,015 µH
14,57 %
(1 – 1000) µH
10 µH
10,4 µH
4%
(1 – 1000) µH
47 µH
47,49 µH
1,04 %
(1 – 1000) µH
56 µH
52,66 µH
5,96 %
(1 – 1000) µH
100 µH
93,45 µH
6,55 %
Skala Ukur
Rata – rata kesalahan pengukuran =
Ratio Kesalahan
Σ%kesalahan 133, 71
=
= 19,1%
n
7
46
47
Pada alat pengukur induktansi dan kapasitansi meter ini menggunakan
LCD sebagai tampilan keluarannya. Berikut beberapa tampilan LCD nya:
Tabel 4.3 Tampilan Hasil Pengukuran pada LC Meter
Tampilan pada kapasitansi meter
Tampilan pada induktansi meter
Tampilan awal kapasitansi meter
Tampilan awal induktansi meter
Pada pengukuran C = 48 pF
Pada pengukuran L = 4,217 µH
Pada pengukuran C = 994 pF
Pada pengukuran L = 86,47 µH
4.2 Pembahasan
Untuk mengetahui kelayakan kerja alat pengukur induktansi dan kapasitansi
meter ini, maka faktor kesalahan (rasio kesalahan) alat ukur menjadi suatu hal
yang sangat penting.
Oleh karena itu, dari hasil pengujian yang diperoleh seperti tercantum pada tabel
4.1 dan 4.2, dapat diuraikan secara terperinci beberapa rasio kesalahan alat ukur
LC meter ini, antara lain:
1. Rasio Kesalahan pada Pengujian Kapasitor
a. Misalkan bahwa batas ukur ke-1 alat pengukur dengan skala maksimal
1000 pF, dengan frekuensi yang dihasilkan oleh IC LM311N
menunjukkan (M) = 11 pF pada waktu alat tersebut digunakan untuk
mengukur kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 10 pF.
48
Maka kesalahan dalam hal ini adalah:
ε
=M–T
= 11 pF – 10 pF
= 1 pF
Dengan demikian rasio kesalahan relatif terhadap skala maksimal
adalah:
(%)
= ε / skala maksimal x 100%
= 1 pF / 1000 pF x 100%
= 0,1 %
Dan rasio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah:
%
= ε / T x 100%
= 1 pF / 10 pF x 100%
= 10%
b. Misalkan bahwa batas ukur ke-2 alat pengukur dengan skala maksimal
1000 pF, dengan frekuensi yang dihasilkan oleh IC LM311N
menunjukkan (M) = 18 pF pada waktu alat tersebut digunakan untuk
mengukur kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 20 pF.
Maka kesalahan dalam hal ini adalah:
ε
=M–T
= 18 pF – 20 pF
= 2 pF
Dengan demikian rasio kesalahan relatif terhadap skala maksimal
adalah:
(%)
= ε / skala maksimal x 100%
= 2 pF / 1000 pF x 100%
= 0,2 %
Dan rasio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah:
%
= ε / T x 100%
= 2 pF / 20 pF x 100%
= 10%
49
c. Misalkan bahwa batas ukur ke-3 alat pengukur dengan skala maksimal
1000 pF, dengan frekuensi yang dihasilkan oleh IC LM311N
menunjukkan (M) = 32 pF pada waktu alat tersebut digunakan untuk
mengukur kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 30 pF.
Maka kesalahan dalam hal ini adalah:
ε
=M–T
= 32 pF – 30 pF
= 2 pF
Dengan demikian rasio kesalahan relatif terhadap skala maksimal
adalah:
(%)
= ε / skala maksimal x 100%
= 2 pF / 1000 pF x 100%
= 0,2 %
Dan rasio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah:
%
= ε / T x 100%
= 2 pF / 30 pF x 100%
= 6,67%
2. Rasio Kesalahan pada Pengujian Induktor
a. Misalkan bahwa batas ukur ke-1 alat pengukur dengan skala maksimal
1000 µH, dengan frekuensi yang dihasilkan oleh IC LM311N
menunjukkan (M) = 1,871 µH pada waktu alat tersebut digunakan untuk
mengukur kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 1 µH.
Maka kesalahan dalam hal ini adalah:
ε
=M–T
= 1,871 µH – 1 µH
= 0,871 µH
50
Dengan demikian rasio kesalahan relatif terhadap skala maksimal
adalah:
(%)
= ε / skala maksimal x 100%
= 0,871 µH / 1000 µH x 100%
= 0,087 %
Dan rasio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah:
%
= ε / T x 100%
= 0,871 µH / 1 µH x 100%
= 87,1%
b. Misalkan bahwa batas ukur ke-2 alat pengukur dengan skala maksimal
1000 µH, dengan frekuensi yang dihasilkan oleh IC LM311N
menunjukkan (M) = 4,465 µH pada waktu alat tersebut digunakan untuk
mengukur kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 3,9 µH.
Maka kesalahan dalam hal ini adalah:
ε
=M–T
= 4,465 µH – 3,9 µH
= 0,565 µH
Dengan demikian rasio kesalahan relatif terhadap skala maksimal
adalah:
(%)
= ε / skala maksimal x 100%
= 0,565 µH / 1000 µH x 100%
= 0,057 %
Dan rasio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah:
%
= ε / T x 100%
= 0,565 µH / 3,9 µH x 100%
= 14,49%
51
c. Misalkan bahwa batas ukur ke-3 alat pengukur dengan skala maksimal
1000 µH, dengan frekuensi yang dihasilkan oleh IC LM311N
menunjukkan (M) = 4,015 µH pada waktu alat tersebut digunakan untuk
mengukur kapasitor yang mempunyai harga sebenarnya (T) = 4,7 µH.
Maka kesalahan dalam hal ini adalah:
ε
=M–T
= 4,015 µH – 4,7 µH
= 0,685 µH
Dengan demikian rasio kesalahan relatif terhadap skala maksimal
adalah:
(%)
= ε / skala maksimal x 100%
= 0,685 µH / 1000 µH x 100%
= 0,069 %
Dan rasio kesalahan terhadap harga penunjukan adalah:
%
= ε / T x 100%
= 0,685 µH / 4,7 µH x 100%
= 14,57%
Berdasarkan tabel hasil pengukuran nilai kapasitansi dan induktansi yang
diukur dibandingkan dengan nilai yang ditampilkan pada alat ukur kapasitansi dan
induktansi meter, maka dapat diperlihatkan pada grafik berikut ini:
52
1. Grafik perbandingan pengukuran pada nilai kapasitansi
pF
Perbandingan Pengukuran Kapasitansi
301
300
280
260
240
220
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
254
Nilai yang diukur
Hasil Pengukuran
201
167
103
101
50
49
20
18
11
10
1
32
30
2
3
4
5
6
7
Percobaan
53
2. Grafik perbandingan pengukuran pada nilai induktansi
µH
Perbandingan Pengukuran Induktansi
95.095
90.090
85.085
80.080
75.075
70.070
65.065
60.060
55.055
50.050
45.045
40.040
35.035
30.030
25.025
20.020
15.015
10.010
5.005
0.000
100
93.45
Nilai yang diukur
Hasil pengukuran
56
52.66
47.49
47
10.4
10
1.871
1
1
4.7
4.015
4.465
3.9
2
3
4
5
6
7 Percobaan
Dari data pengamatan pengukuran kapasitor dan induktor secara teoritis
maupun dengan menggunakan alat pengukur kapasitansi dan induktansi secara
praktikum tidak terpaut jauh tetapi masih mendekati kepresisian. Hampir tidak
mungkin adalah membuat agar kesalahan yang ada sekecil mungkin. Makin kecil
kesalahan makin mahal biaya pembuatan alat ukur tersebut. Kesalahan dapat
terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam 3 jenis utama, yaitu :
1. Kesalahan umum
Kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya adalah
kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan
pemakaian instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan praktikum
2. Kesalahan sistematis
Disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada instrument itu sendiri
seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh
lingkungan terhadap peralatan atau pengukuran
3. Kesalahan yang tidak disengaja
Diakibatkan oleh penyebab-penyebab yang tidak dapat langsung diketahui
sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi
secara acak
4.3 Keterbatasan Alat
Alat ini mempunyai persentase kesalahan rata – rata adalah pada
kapasitansi meter 1,27 % dan pada induktansi meter 0,18 %. Alat ini hanya
digunakan untuk mengukur nilai kapasitansi kapasitor dari 0,1 pF sampai 900nF
dan nilai induktansi induktor 10nH – 1000nH, 1μH – 1000 μH, 1mH – 100mH.
Dengan keterbatasan alat ini tidak dapat digunakan untuk mengukur kapasitor dan
induktor diatas atau dibawah standar yang ditentukan.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran, analisis hasil pengukuran dan pembahasan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisa data diperoleh bahwa antara nilai kapasitansi maupun
induktansi yang diukur dibandingkan dengan hasil alat ukur kapasitansi
dan induktansi meter memiliki linieritas alat yang cukup baik.
2. Nilai rata – rata kesalahan pada saat dilakukan pengukuran kapasitansi
adalah 9,02 persen dan pada saat dilakukan pengukuran induktansi adalah
19,1 persen.
3. Berdasarkan hasil percobaan beberapa pengukuran, maka diamati bahwa
semakin tinggi nilai kapasitor atau induktor yang diukur mengakibatkan
persentase kesalahan semakin tinggi juga.
5.2 Saran
Alat ukur induktansi dan kapasitansi meter yang telah terealisasi masih
banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis memberikan saran agar
dikemudian hari dapat dikembangkan dan digunakan, yaitu : Pengkalibrasian
perlu dilakukan secara tepat dan teliti sehingga kepresisian alat pengukur ini
cukup dihandalkan dengan meliat kembali penggunaan komponen-komponen
dengan toleransi kepresisian yang cukup tinggi.
55
DAFTAR PUSTAKA
Owen, Bishop, Dasar-Dasar Elektronika, penerbit Erlangga, Jakarta,
2004
Hayt, William H., Jr, Elektromagnetika Teknologi Jilid 1, penerbit
Erlangga, Jakarta, 1982
Wasito S., Vademekum Elektronika, penerbit PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 1985
Soebhakti Hendawan, ST, Basic AVR Microcontroller Tutorial,
http://www.polibatam.ac.id, Batam, Agustus 2007
56
Download