plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PROFIL PELAYANAN INFORMASI OBAT YANG DITERIMA DAN
KEPATUHAN PASIEN ASMA BERDASARKAN PERSEPSI PASIEN DI
KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Andika Pradana Putra
NIM: 108114143
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
PROFIL PELAYANAI{ INFORMASI OBAT YANG DITERIMA DAN
KEPATUHAN PASIEN ASMA BERDASARKAN PERSEPSI PASIEN DI
KABUPATEN SLEMAN
Skripsi yang diajukan oleh
:
Andika Pradana Putra
NIM:
108114143
Telah disetujui oleh
:
bimbing
W
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
r
angsat..?.:..
.12::.?:. ..ry.Y.
.
..
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengesahan Skripsi
Berjudul
PROFIL PELAYANAN INFORMASI OBAT YANG DITERIMA DAN
KEPATUHAN PASIEN ASMA BERDASARKAN PERSEPSI PASIEN DI
KABUPATEN SLEMAN
Oleh:
Andika Pradana Putra
NIM : 108114143
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tangg ut,
..?.2...J.y!...?.9!L.......
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
(Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.)
Tandp Tangan
Panitia Penguji Skripsr
1.
fu.
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
2.Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt.
3. Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt.
ilt
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Semua yang kutulis disini merupakan inspirasi yang diberikan oleh Tuhan Yesus,
Ayah, Ibu, Adik dan orang – orang disekitarku. Kalian lah motivasi terbesarku
dalam mengerjakan apa yang harus ku kerjakan disini.
Selain itu karya kecilku yang jauh dari sempurna ini mungkin akan menjadi
bagian dari pengabdian ku kepada “Almamaterku”
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERFIYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
"Profil
Pelayanan Informasi Obat yang Diterima dan Kepatuhan Pasien Asma Berdasarkan
Persepsi Pasien
di Kabupaten Sleman", tidak memuat karya atau bagian karya orang
lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Yogyakart4 21 Agustus 2015
Penulis
IW
(Andika Pradana Putra)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PtrRSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta:
Nama : Andika
NIM
Pradana Putra
: 108114t43
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma, Yo gyakarta, kary a
ilmiah
say a y ang berj
udul
:
"Profil Pelayanan Informasi Obat yang Diterima dan Kepatuhan Pasien Asma
Berdasarkan Persepsi Pasien di Kabupaten Sleman'o
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian, saya memberikan hak
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,
mendistibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di intemet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalty kepada saya selamatetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal
:21Agustus 2015
Yang menyatakan,
rw
Andika Pradana Putra
VI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas
berkat, rahmat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul "Profil Pelayanan Informasi Obat yang Diterima dan Kepatuhan
Pasien Asma Berdasarkan Persepsi Pasien
di Kabupaten Sleman" dengan baik
sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung
baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada
1.
:
Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi
Universitas Sanata Dharma juga Dosen Pembimbing skripsi atas perhatian,
kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
2.
Ibu Dita Maria Virgini4 S.Farm., M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Rita Suhadi, Msi.,
Apt. selaku dosen penguji.
3.
Ayah dan Ibu tersayang atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan
pengertian serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
4.
Adikku tersayang Kristanti Dwi Putri atas doa, dukungan, semangat bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
vlt
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Cici tersayang
atas doa, dukungan, semangat bagi penulis
dalam
menyelesaikan skripsi.
6.
Temanteman seperjuangan dalam tim Tario Tere, Mirsha, untuk semangat,
kerjasama, bantuan, dan informasi yang selalu
di
bagikan dalam proses
penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
7.
Sahabatku
Aii, Anwar, Suryo, Tian, Lili, Ines, Reza, Dedo, Yoga, Anggi,
Raisa, Zhe, Rani, Reynold, Briyan, terimakasih untuk tawa dan semangatnya
selama pengerjaan skripsi ini.
8.
Teman-teman
FSM
D
2010 dan FKK
B
20L0, terima kasih
atas
kebersamaannya dan pengalaman yang tak terlupakan selama menjalani kuliah
dan praktikum bersama penulis selama penyusunan skripsi.
9.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Demikian
juga dengan tugas akhir ini yang belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis
berharap sernoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama demi
kemajuan pengetahuan di bidang Farmasi.
Yogyakarta,
21
Agustus 201 5
Penulis
vill
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………...
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………………………
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...
vi
PRAKATA…………………………………………………………………
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... .
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... .
xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………....
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... .
xv
INTISARI…………………………………………………………………..
xvi
ABSTRACT………………………………………………………………..
xvii
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang ................................................................................
1
1. Perumusan Masalah……………………………………………
4
2. Keaslian Penelitian…………………………………………….
4
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Manfaat Penelitian……………………………………………..
6
B. Tujuan Penelitian ............................................................................
6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Asma ...............................................................................................
7
1. Definisi………………………………………………………...
7
2. Etiologi………………………………………………………...
8
3. Patiofisiologi…………………………………………………...
8
4. Faktor Risiko…………………………………………………..
9
5. Tanda dan Gejala……………………………………………….
10
6. Klasifikasi………………………………………………………
10
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO) .....................................................
11
1. Definisi………………………………………………………...
11
2. Tujuan…………………………………………………………
12
3. Kegiatan ....................................................................................
12
4. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan………………………..
13
C. Kepatuhan Pasien ............................................................................
15
1. Definisi………………………………………………………...
15
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan……………………….
15
D. Keterangan Empiris…...……………………………………………
16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................
x
17
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Variabel Penelitian ..........................................................................
17
C. Definisi Operasional........................................................................
17
D. Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
18
E. Subyek Penelitian ............................................................................
18
F. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............................
19
G. Instrumen Penelitian........................................................................
20
H. Tata Cara Penelitian ........................................................................
22
I. Pengolahan dan Analisis Data .........................................................
22
J. Etika Penelitian………………………………………………. ......
23
K. Keterbatasan Penelitian……………………………………………
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden .................................................................
25
1. Umur…………………………………………………………...
27
2. Jenis Kelamin…………………………………………………..
27
3. Tingkat Pendidikan……………………………………………..
28
4. Pekerjaan………………………………………………………..
28
5. Tingkat Pendapatan……………………………………………..
29
B. Gambaran Pelayanan Informasi Obat .............................................
30
1. Informasi Obat 1………………………………………………….. 31
2. Informasi Obat 2………………………………………………….. 35
3. Informasi Obat 3………………………………………………….. 37
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Informasi Obat 4………………………………………………….. 40
5. Informasi Obat 5………………………………………………….. 41
6. Informasi Obat 6………………………………………………….. 42
7. Informasi Obat 7…………………………………………………... 44
8. Informasi Obat 8…………………………………………………... 45
9. Informasi Obat 9…………………………………………………... 47
10. Informasi Obat 10…………………………………………………. 48
11. Informasi Obat 11…………………………………………………. 49
12. Informasi Obat 12…………………………………………………. 50
C. Gambaran Kepatuhan Pasien ..........................................................
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………….
60
B. Saran…………………………………………………………………
60
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
62
LAMPIRAN………………………………………………………………….
66
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………..
89
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Derajat Asma Menurut DepKes RI..........................................
11
Tabel II.
Karakteristik Responden .........................................................
26
Tabel III.
Hasil Penelitian Informasi Obat 1 ...........................................
31
Tabel IV.
Hasil Penelitian Informasi Obat 2 ...........................................
35
Tabel V.
Hasil Penelitian Informasi Obat 3 ...........................................
37
Tabel VI.
Hasil Penelitian Informasi Obat 4 ...........................................
40
Tabel VII.
Hasil Penelitian Informasi Obat 5 ..........................................
41
Tabel VIII. Hasil Penelitian Informasi Obat 6 ..........................................
42
Tabel IX.
Hasil Penelitian Informasi Obat 7 ..........................................
44
Tabel X.
Hasil Penrlitian Informasi Obat 8 ..........................................
46
Tabel XI.
Hasil Penelitian Informasi Obat 9. .........................................
47
Tabel XII.
Hasil Penelitian Informasi Obat 10 .......................................
49
Tabel XIII.
Hasil Penelitian Informasi Obat 11 .......................................
50
Tabel XIV.
Hasil Penelitian Gambaran Kepatuhan Pasien ......................
53
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bronkus normal dan bronkus pada penderita Asma..................
7
Gambar 2. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai faktor pencetus
asma……………………………………………………………… ............ 33
Gambar 3. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai gejala
asma…………………………………………………………………………
34
Gambar 4. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai
pemeriksaan
penunjang……………………………………………………..
36
Gambar 5. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai tingkat
keparahan penyakit asma……………………………………………………
38
Gambar 6. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai hal yang
dilakukan ketika terjadi serangan……………………………………………
39
Gambar 7. Persentase pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma... 52
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Yang Digunakan....................................................
67
Lampiran 2. Frekuensi Informasi Obat .......................................................
78
Lampiran 3. Frekuensi Kepatuhan ..............................................................
85
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Mutu pelayanan kesehatan di apotek diatur oleh aturan standar pelayanan
yang ditetapkan oleh menteri kesehatan RI. Karena itu, setiap tenaga kesehatan
khususnya apoteker, wajib memberikan pelayanan terbaik untuk menunjang kesehatan
warganegara Indonesia melalui praktek pelayanan kefarmasian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelayanan informasi obat
yang diterima dan kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien di Kabupaten
Sleman. Merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional. Responden dalam penelitian ini adalah penderita asma yang pernah
menerima pelayanan informasi obat di Kabupaten Sleman dan bersedia mengisi
kuesioner sebagai instrument dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan secara
deskriptif berupa frekuensi dan persentase.
Jumlah responden yang diperoleh dari penelitian adalah 31 responden. Hasil
penelitian menyatakan bahwa tidak semua komponen informasi mengenai penyakit dan
obat asma diterima oleh responden. Dari penelitian diperoleh kepatuhan pasien
berdasarkan persepsi pasien yaitu sebesar 59,86 %.
Kata Kunci : Asma, Pelayanan Informasi Obat, Kepatuhan pasien
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Quality of health services in the pharmacy is regulated by service standard
rules set by the health minister of Indonesia. Therefore, all health workers, especially
pharmacists, are required to provide the best services to support the health of
Indonesian citizens through the practice of pharmacy services.
This study aimed to determine the profile of drug information services
received and the compliance of patients with asthma based on patient perception in
Sleman. This study is a descriptive observational study with Cross Sectional design.
Respondents in this study were patients with asthma who had received the drug
information service in Sleman and willing to fill out questionnaires as the instrument
in this study. The data were analyzed descriptively in the form of frequency and
percentage.
The number of respondents obtained from the research was 31 respondents.
The study showed that not all components of information about the disease and asthma
medications were received by the respondents. From this study, it was found that the
patient compliance based on patient’s perception is equal to 59.86%.
Keywords : Asthma, Drug Information Service, Patient Compliance
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Indonesia seharusnya sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku antara lain KepMenkes RI
Nomor 1027/MENKES/SK/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.
Undang – undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 4 menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kesehatan, pasal 5 ayat 2 juga dinyatakan setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman bermutu dan terjangkau
(Presiden RI, 2009). Oleh karena itu, setiap tenaga kesehatan khususnya apoteker,
wajib memberikan pelayanan terbaik untuk menunjang kesehatan warga negara
Indonesia melalui praktek pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari
“berorientasi kepada produk atau obat” ke “berorientasi kepada pasien” yang mengacu
kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya
berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (DepKes
RI, 2007).
Asma didefinisikan sebagai penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai
dengan
inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan
penyempitan saluran napas yang bisa kembali secara spontan atau jika mengkonsumsi
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
obat yang tepat (DepKes RI, 2007). Menurut data studi Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia, asma menduduki urutan kelima dari
sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan
emfisema. Dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per 1.000
penduduk. Dari hasil penelitian Riskesdas, prevalensi penderita asma di Indonesia
adalah sekitar 4 % (Sastrawan dkk,2008). Prevalensi asma di provinsi DI Yogyakarta
adalah 6,9 % (Riskesdas, 2013).
Laporan oleh delapan negara Asia-Pasifik tahun 2003 menunjukkan bahwa
asma mengganggu kualitas hidup. Dari 3.207 kasus yang diteliti, dampak asma yang
mengganggu kualitas hidup ditunjukkan dari keterbatasan dalam berkreasi atau
berolahraga sebesar 52,7%, aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karir 37,9%, aktivitas
sosial 38%, cara hidup 37,1% dan pekerjaan rumah tangga 32,6%, absen dari sekolah
maupun pekerjaan dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa seperti gejala
batuk, termasuk gejala batuk dalam sebulan terakhir pada 44-51%, bahkan 28,3%
penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu (Sundaru,
2004). Hal ini membutuhkan pelayanan pengobatan asma yang rasional dan sesuai
standar pelayanan agar tingkat kekambuhan dapat diminimalisir sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Sundaru, 2004).
DepKes RI (2007) menerbitkan standar yang secara khusus membahas
mengenai pharmaceutical care untuk penyakit asma. Pada standar ini terdapat
penjelasan tentang beberapa hal yang seharusnya diterima oleh pasien asma saat
memperoleh pelayanan informasi mengenai penyakit dan terapi yang diterima
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
berkaitan dengan informasi frekuensi pemakaian obat, jalur atau rute pemberian obat,
lama pengobatan, efek samping, kontraindikasi, cara penyimpanan, faktor pencetus
timbulnya kekambuhan, cara pencegahan, dan apa saja yang harus dihindari pada saat
menjalani pengobatan. Diharapkan dengan adanya pedoman ini pasien lebih banyak
menerima informasi mengenai penyakit yang dideritanya dan dapat meningkatkan
kesadaran untuk menjaga kualitas hidup.
Pelayanan informasi yang jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana, dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional
oleh pasien. Penyerahan obat kepada pasien harus disertai dengan pemberian informasi
secara lisan dan tulisan. Informasi lisan sekurang-kurangnya terdiri dari: informasi
frekuensi, cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
efek samping obat, aktifitas, dan makanan serta minuman yang harus dihindari selama
terapi. Informasi tulisan dalam bentuk label/etiket meliputi nama, aturan pakai, cara
pakai, dan tanggal penyerahan (Depkes, 2006).
Kepatuhan dalam menggunakan obat dapat diartikan sebagai suatu sikap
menjaga dan selalu mengikuti dosis serta saran atau anjuran dari tenaga kesehatan
dalam upaya menyembuhkan
penyakit yang diderita pasien. Sikap patuh untuk
mengikuti suatu terapi yang diberikan akan akan muncul jika ada sebuah pemahaman
dan kejelasan tentang bagaimana obat itu digunakan (Genaro, 2000). Menurut
penelitian yang dilakukan di negara berkembang hanya 50 % pasien dengan penyakit
kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang yang patuh dalam menggunakan obat
(WHO, 2003).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Pelayanan informasi obat yang merupakan salah satu komponen penting dalam
pelayanan kefarmasian. Untuk para pasien penyakit asma yang biasanya adalah pasienpasien rawat jalan maka informasi tentang obat yang diberikan haruslah selengkaplengkapnya dan juga memenuhi harapan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
Hal ini penting untuk pasien asma yang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu
yang panjang sehingga kepatuhan dalam pengobatan menjadi prioritas. Para pasien
asma rawat jalan tidak berada dalam lingkungan yang terkendali seperti halnya
penderita rawat inap dan pasien harus bertanggung jawab terhadap kesehatannya
sendiri. Melihat hal-hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai profil pelayanan informasi obat yang diterima pasien dan kepatuhan pasien
asma berdasarkan persepsi pasien di Kabupaten Sleman.
1.
Perumusan Masalah
a.
Seperti apa aktivitas pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma di
Kabupaten Sleman?
b.
Seperti apa kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien?
2.
Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai profil pelayanan informasi obat yang diterima dan
kepatuhan pasien asma dalam pengobatan di Kabupaten Sleman ini belum pernah
dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai penyakit asma dan pelayanan informasi
obat yang pernah dilakukan antara lain, oleh :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a.
5
Nugraha (2002) mengenai “Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada
Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Tahun 2006”
b.
Wibowo (2003) mengenai “Kajian Profil Peresepan Pasien Asma Bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli – Bali Tahun 2005”
c.
Handayani (2006) mengenai “ Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada
Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Bulan Januari-Desember 2009”
d.
Sihombing (2007) mengenai “ Gambaran Pelayanan Informasi Obat oleh Apoteker
kepada Pengunjung di 25 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Juli – September
2004”
e.
Perwitasari (2009) mengenai “ Pengaruh Pemberian Informasi Obat Terhadap
Peningkatan Perilaku Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa
Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan tema penyakit asma
adalah mengevaluasi resep yang diberikan kepada pasien dan permasalahan dalam
swamedikasi penyakit asma. Penelitian yang pernah dilakukan dengan tema pelayanan
informasi obat adalah tentang profil pelayanan informasi obat oleh apoteker dan
pengaruh pemberian informasi obat terhadap perilaku pengobatan mandiri pada
penyakit batuk. Karena itu bisa dikatakan penelitian tentang profil pelayanan informasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
obat yang diterima dan kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien di
Kabupaten Sleman ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
3.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan acuan
mengenai pemberian pelayanan informasi obat asma kepada pasien.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat memberikan masukan
informasi kepada apoteker -
apoteker di Kabupaten Sleman mengenai pelayanan kefarmasian sebagai
bahan
pertimbangan dalam peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum
khususnya bagi penderita asma.
B. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil pelayanan
informasi obat yang diterima dan kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien
di Kabupaten Sleman.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi aktivitas pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma di
Kabupaten Sleman.
b.
Mengidentifikasi kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Asma
1.
Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang
dikarakteristikkan dengan peristiwa penyempitan saluran napas dan obstruksi yang
dipicu oleh berbagai sebab. Peristiwa ini meneyebebkan gejala seperti napa tertahan,
mengi, batuk dan dada terasa sesak, masing-masing dari ringan sampai yang
mengancam kehidupan. Banyak elemen sel dan seluler yang berperan dalam asma,
termasuk sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epithelia (William
and Self, 2002).
Gambar 1. Bronkus normal dan bronkus pada penderita Asma (Adam,
2005).
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
8
Etiologi
Asma merupakan penyakit kompleks dengan faktor genetik dan faktor
lingkungan yang ikut berperan di dalam menyebabkan terjadinya asma. Faktor pemicu
terjadinya asma, yaitu atopi (hipersensitivitas), zat alergen, misalnya asap, debu, bulu
binatang, serbuk sari, obat-obatan tertentu, misalnya NSAID (ibuprofen, aspirin),
olahraga, kelelahan dan stress, lingkungan cuaca dingin, infeksi bakteri dan virus pada
saluran pernapasan, pekerjaan (Kelly dan Sorkness, 2005).
3.
Patofisiologi
Karakteristik utama adalah kerusakan saluran napas, peradangan, dan
hiperesponsive bronchial (BHR). Perubahan yang lama dengan hipertropi otot polos
dan peningkatan sel goblet menyumbang menetapnya kerusakan saluran napas yang
ditunjuk sebagai remodel. Keterbatasan saluran napas pada penderita asma
dihubungkan dengan pengurangan diameter saluran napas yang merupakan hasil dari
kontraksi otot polos menyebabkan konstriksi brokhiolus seperti peradangan
intraluminal, edema dan produksi mucus. Asma bronchial merupakan penyakit
inflamasi dimana ukuran diameter jalan napas menyempit secara kronis akibat edema
dan tidak stabil. Selama serangan pasien mengalami mengi dan kesulitan bernapas
akibat
bronkuspasme,
edema
mukosa
dan
pembentukan
mucus.
Bronkial
hiperresponsive (BHR) disebabkan oleh Kontraksi otot polos (bronkokonstriksi),
Hipersekresi mucus, Edema mukosa (Williams and Self, 2002).
Munculnya inflamasi saluran napas pada penderita asma melibatkan sel-sel
inflamasi (sel mast, eosinofil, limfosit T, neutrofil), mediator kimia (histamine,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
leukotrien, platelet-activating factor, bradikinin), dan faktor kemotaktik (sitokinin dan
kemotaxin). Inflamasi terjadi apabila timbul respons berlebihan pada saluran napas
penderita asma, sehingga cenderung terjadi penyempitan saluran napas yang
diakibatkan oleh respon alergi, iritan, infeksi virus dan beban fisik. Hal tersebut juga
mengakibatkan edema, peningkatan produksi mucus, keluarnya sel inflamasi pada
saluran napas dan sel epitel mengalami kerusakan (Nelson, 2006).
4.
Faktor risiko
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host)
dan faktor lingkungan. Faktor pejamu tersebut yaitu predisposisi genetik asma, alergi,
hipereaktifitas bronkus, jenis kelamin, ras/etnik (DepKes RI, 2007).
Faktor lingkungan dibagi menjadi 2, yaitu yang mempengaruhi individu
dengan kecenderungan /predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma dan yang
menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan/atau menyebabkan gejala asma menetap
(DepKes RI, 2007).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi individu dengan predisposisi asma
untuk berkembang menjadi asma yaitu alergen di dalam maupun di luar ruangan,
seperti mite domestik, alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga,
sensitisasi (bahan) lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara di luar maupun di dalam
ruangan, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi ,besarnya keluarga,
obesitas (DepKes RI,2007).
Faktor lingkungan yang menyebabkan eksaserbasi dan/atau menyebabkan
gejala asma menetap yaitu alergen di dalam maupun di luar ruangan, polusi udara di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
luar maupun di dalam ruangan, infeksi pernapasan, olahraga dan hiperventilasi,
perubahan cuaca, makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obatobatan, seperti asetil salisilat, ekspresi emosi yang berlebihan, asap rokok, iritan antara
lain parfum, bau-bauan yang merangsang (DepKes RI, 2007).
5.
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda awal sebelum munculnya serangan asma sifatnya sangat unik
untuk setiap induvidu. Tanda tersebut dapat meliputi bersin-bersin, perubahan suasana
hati, pilek, gatal-gatal pada tenggorakan, merasa capai, dan susah tidur. Gejala asma
memberikan suatu indikasi bahwa serangan asma sedang terjadi, gejala yang paling
umum penderita mengalami mengi, batuk-batuk, napas pendek dan dada terasa sesak
(Hadibroto, 2005).
6.
Klasifikasi
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola
keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi
pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma
semakin tinggi tingkat pengobatan. Derajat asma ditunjukkan di tabel berikut :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
Tabel I. Derajat Asma Menurut DepKes RI
Gejala
Fungsi Paru
Siang hari < 2 kali per minggu
Variabilitas APE < 20%
Malam hari < 2 kali per bulan
VEP1 > 80% nilai prediksi
Serangan singkat
APE > 80% nilai terbaik
Tidak ada gejala antar serangan
Intensitas serangan bervariasi
II. Persisten Ringan
Siang hari > 2 kali per minggu, tetapi < Variabilitas APE 20 - 30%
1 kali per hari
VEP1 > 80% nilai prediksi
Malam hari > 2 kali per bulan
APE > 80% nilai terbaik
Serangan dapat mempengaruhi aktifitas
III. Persisten Sedang
Siang hari ada gejala
Variabilitas APE > 30%
Malam hari > 1 kali per minggu
VEP1 60-80% nilai prediksi
Serangan mempengaruhi aktifitas
APE 60-80% nilai terbaik
Serangan > 2 kali per minggu
Serangan berlangsung berhari-hari
Sehari-hari menggunakan inhalasi β2agonis short acting
IV. Persisten Berat
Siang hari terus menerus ada gejala
Variabilitas APE > 30%
Setiap malam hari sering timbul gejala VEP1 < 60% nilai prediksi
Aktifitas fisik terbatas
APE < 60% nilai terbaik
Sering timbul serangan
APE = arus puncak ekspirasi
FEV1 = volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
(DepKes RI, 2007).
I. Intermiten
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
1.
Definisi
Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO
merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien (DepKes RI, 2004).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
12
Tujuan
Tujuan dari Pelayanan Informasi Obat yaitu (DepKes RI, 2004) :
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan rumah sakit
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan
dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi
c. Meningkatkan profesionalisme apoteker
d. Menunjang terapi obat yang rasional
3.
Kegiatan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Pelayanan Informasi Obat yaitu
(DepKes RI, 2004) :
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatap muka
c. Membuat buletin, leaflet, label obat
d. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit
e. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
dan rawat inap
f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan
lainnya
g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4.
13
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Pelayanan
Informasi Obat yaitu (DepKes RI, 2004) :
a. Sumber informasi obat
b. Tempat
c. Tenaga
d. Perlengkapan
Untuk memberikan bekal pengetahuan bagi apoteker sebagai sumber
informasi terutama untuk masalah terkait dengan obat asma, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik juga merasa perlu untuk membuat buku saku Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Asma. Berikut adalah beberapa informasi yang dapat disampaikan
oleh apoteker untuk pasien penyakit asma yang berpedoman pada Pharmaceutical
Care asma dari Departemen Kesehatan RI (DepKes RI, 2007) :
1.
Mengenali sejarah penyakit , gejala-gejala dan faktor-faktor pencetus asma
2.
Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien asma
3.
Bagaimana mengenali serangan asma dan tingkat keparahannya; serta hal-hal yang
harus dilakukan apabila terjadi serangan termasuk mencari pertolongan apabila
diperlukan
4.
Upaya pencegahan serangan pada pasien asma
5.
Hubungan asma dengan merokok
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6.
14
Pengobatan asma sangat individualis dan tergantung pada tingkat keparahan asma.
Secara garis besar pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
a.
Pengobatan simptomatik , obat-obat yang digunakan pada serangan asma dan
bekerja cepat/segera bekerja
b.
Pengobatan pencegahan, obat-obat yang digunakan secara rutin untuk
mencegah terjadinya serangan asma
7.
Ada bermacam-macam obat asma dengan indikasi dan cara pemberian yang
bervariatif. Pemberian obat asma dapat dilakukan secara oral, parenteral dan
inhalasi (inhaler, rotahaler dan nebuliser)
8.
Kapan obat-obat asma dipergunakan, bagaimana cara menggunakannya
(sebaiknya dengan peragaan), seberapa banyak/sering/lama obat-obat tersebut
digunakan, efek samping apa yang mungkin dialami oleh pasien serta cara
mencegah atau meminimalkan efek samping tersebut, Apabila ada keluhan pasien
dalam menggunakan obat segera laporkan ke dokter atau apoteker
9.
Mengingatkan pasien untuk kumur-kumur dengan air setelah menggunakan
inhaler yang mengandung kortikosteroid untuk meminimalisasi pertumbuhan
jamur di mulut dan tenggorokan serta absorpsi sistemik dari kortikosteroid
10. Apakah obat-obat asma aman untuk diberikan kepada wanita hamil dan apakah
wanita dengan pengobatan asma dapat terus menyusui bayinya
11. Bagaimana cara penyimpanan obat asma dan bagaimana cara mengetahui jumlah
obat yang tersisa dalam aerosol inhaler
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
12. Pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang dan kepatuhan dalam berobat
dan pengobatan sangat diharapkan
C. Kepatuhan Pasien
1.
Definisi
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley,2007).
2.
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Dalam upaya peningkatan kepatuhan pasien, salah satu faktor utama yang
mendukung kepatuhan pasien adalah Komunikasi (DepKes RI, 2007). Sehingga hal
yang harus diperhatikan yaitu edukasi dan mendapatkan persetujuan pasien untuk
setiap tindakan/penanganan yang akan dilakukan, jelaskan sepenuhnya kegiatan
tersebut dan manfaat yang dapat dirasakan pasien, tindak lanjut (follow-up) (DepKes
RI, 2007). Pada setiap kunjungan pasien, mengecek kembali apakah pasien sudah
melakukan semua pengobatan yang diberikan, sebisa mungkin dilakukan pengecekan
gejala dan fungsi paru-paru untuk memastikan apakah kesehatan pasien, menetapkan
rencana pengobatan bersama-sama dengan pasien, memberikan pengarahan dan
informasi yang tepat dan mudah dimengerti oleh pasien dan keluarga tentang bagaiman
cara penggunaan obat asma, identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau yang
dirasakan pasien, sehingga pasien merasakan manfaat penatalaksanaan asma secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
konkret, menanyakan kembali tentang rencana penanganan yang disetujui bersama dan
yang akan dilakukan, pada setiap kunjungan, keluarga pasien diajak untuk ikut bersama
dalam usaha mengangani penyakit pasien asma, pertimbangkan pengaruh agama,
kepercayaan, budaya dan status sosio ekonomi yang dapat berefek terhadap
penanganan asma pada pasien (DepKes RI, 2007).
Menurut Pharmaceutical Care asma dari Departemen Kesehatan RI
kepatuhan pasien dalam pengobatan asma jangka panjang akan lebih baik apabila
(DepKes RI, 2007) :
1.
Jumlah obat yang dipergunakan lebih sedikit
2.
Dosis perhari lebih sedikit
3.
Kejadian efek samping obat lebih jarang terjadi
4.
Ada pengertian dan kesepakatan antara dokter, pasien dan apoteker
D. Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai profil
pelayanan informasi obat dan kepatuhan pasien asma berdasarkan persepsi pasien di
Kabupaten Sleman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang mengkaji tentang profil pelayanan informasi obat yang
diterima dan kepatuhan pasien asma dalam pengobatan di Kabupaten Sleman ini
merupakan penelitan observasional deskriptif menggunakan pendekatan cross
sectional. Menurut Notoatmodjo (2012), penelitian observasional deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik
sehingga dapat lebih mudah untuk disimpulkan dan dipahami yang dilakukan untuk
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di
masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (studi potong
lintang) karena akan menggambarkan suatu kejadian pada suatu fenomena atau situasi
pada satu waktu (Widi, 2009).
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
1.
Profil pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma
2.
Kepatuhan pasien dalam pengobatan
17
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
C. Definisi Operasional
1.
Profil pelayanan informasi obat yang diterima pasien adalah persepsi pasien atau
keluarga yang merawat pasien mengenai informasi obat yang diperoleh berkaitan
dengan cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Item item informasi obat tersebut mengacu ke Keputusan Menteri Kesehatan
(Kepmenkes) RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek dan Pharmaceutical Care untuk penyakit asma. Persepsi
responden tentang informasi yang diterima kemudian digali menggunakan
kuesioner.
2.
Kepatuhan pasien adalah perilaku pasien asma dalam mengikuti dan menaati
semua peraturan dalam pengobatannya berdasarkan persepsi pasien. Dalam
penelitian ini diungkap melalui pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner, bukan
melalui observasi langsung.
3.
Pasien asma yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah orang yang menderita
penyakit asma.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman. Pengambilan data dilakukan
terhadap responden yang ditemui di kampus III Universitas Sanata Dharma, apotek
Kimia Farma jalan Laksda Adi Sucipto, gereja Maria Asumpta Babarsari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
E. Subyek Penelitian
1.
Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah pasien asma yang sudah didiagnosis
dokter mengalami asma yang pernah berkunjung ke apotek untuk membeli obat
maupun berobat.
2.
Kriteria eksklusi subyek penelitian ini adalah pasien yang pertama kali mengalami
gejala asma dan belum didiagnosis dokter, karena pasien yang pertama kali
mengalami gejala asma belum tentu mengidap asma.
F. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel subyek penelitian ditetapkan secara non random berupa convience
sampling yaitu mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan
sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan. Cara
perekrutan responden adalah peneliti menuggu atau menitipkan kuesioner kepada
petugas di apotek-apotek dan bila ada pasien asma datang berobat atau membeli obat
kemudian dimintai tolong untuk mengisi kuesioner.
Sampel juga diambil dari masyarakat yang ada di sekitar peneliti, hal ini
dilakukan karena sangat sedikitnya pasien-pasien asma yang datang berkunjung ke
apotek. Pada awalnya perekrutan responden hanya dilakukan oleh satu orang peneliti
dan berfokus pada responden yang pernah berobat di apotek, namun dikarenakan
peneliti lain yang satu proyek dengan peneliti tidak memperoleh pasien di rumah sakit,
maka responden kedua peneliti digabungkan. Cara peneliti merekrut responden di
masyarakat adalah dengan cara bertanya kepada orang di masyarakat yang dikenal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
peneliti apakah mengetahui adanya pasien asma kemudian peneliti menemui calon
responden dan menanyakan apakah benar calon responden tersebut mengidap asma,
bila benar maka calon resonden akan menjadi responden penelitian dan dimintai tolong
untuk mengisi kuesioner. Diperoleh responden sebanyak 31 responden. Sebanyak 7
responden diperoleh di apotek dan 24 responden diperoleh di masyarakat.
G. Instrumen Penelitian
Alat penelitian yang digunakan berupa kuisoner penelitian yang akan
diberikan kepada responden. Kuesoner ini adalah daftar tertulis pertanyaan dan sudah
terdapat jawaban-jawaban yang akan membantu responden untuk memilih jawaban
yang sesuai menurut responden (Notoatmodjo, 2012). Pertanyaan – pertanyaan dalam
kuesioner memuat tentang :
1.
Pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma di Kabupaten Sleman.
2.
Kepatuhan pasien meminum obat yang diberikan.
3.
Harapan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
Untuk mengetahui gambaran aktivitas pelayanan informasi obat yang diterima
pasien asma dan gambaran kepatuhan pasien dalam pengobatan pengambilan datanya
menggunakan kuesioner closed-ended question yaitu pertanyaan yang tidak perlu
dipertimbangkan apakah harus dijawab dengan jawaban yang penjang lebar atau yang
singkat. Hanya perlu dijawab berdasarkan jawaban yang ada (Moleong, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
H. Tata Cara Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini dibagi menjadi 5 tahap, yaitu :
1.
Studi Pendahuluan/orientasi
Studi pendahuluan dilakukan dengan mencari berapa banyak apotek yang
ada. Juga dilakukan penelusuran pustaka mengenai permasalahan seputar
pelayanan informasi obat di apotek..
2.
Pengurusan Perizinan
Untuk memperoleh data responden dilakukan pengurusan permohonan
perizinan ke apotek – apotek di Kabupaten Sleman dan kepada respondennya
sendiri.
3.
Pembuatan Kuesioner
Langkah – langkah pembuatan kuesioner adalah merumuskan pertanyaan –
pertanyaan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 1027 dan
Pharmaceutical Care asma (Depkes RI, 2007). Total pertanyaan dalam kuesioner
adalah 22 pertanyaan untuk pelayanan informasi obat dan 9 pertanyaan untuk
kepatuhan.
4.
Pengujian Kuesioner
a. Uji pemahaman Bahasa
Sebelum pengumpulan data dilakukan uji coba untuk menghindari adanya
kesulitan dalam mengartikan pertanyaan dalam kuesioner. Uji pemahaman bahasa ini
berfungsi untuk mengetahui apakah bahasa penyusun dalam menulis pertanyaan dan
pernyataan dalam kuesioner sudah bisa dipahami oleh responden (Azwar, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Responden yang digunakan dalam uji ini sebanyak 6 orang. Keberhasilan dari uji
pemahaman bahasa ini dapat dilihat dari responden yang bisa menjawab atau mengisi
kuesioner dengan baik.
b. Uji validitas isi
Prosedur validitas isi kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis
rasional atau mengkonsultasikan item – item dalam kuesioner dengan professional
judgement. Professional judgement pada penelitian ini adalah seorang apoteker yang
dianggap memahami isi dari kuesioner. Pertanyaan dan pernyataan yang telah
divalidasi secara professional judgement diharapkan menjadi pertanyaan dan
pernyataan yang berkualitas untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian (Azwar,
2007).
5.
Penyebaran dan pengumpulan kuesioner
Kuesioner disebarkan ke beberapa apotek atau diberikan langsung kepada
responden yang memenuhi kriteria inklusi. Responden diminta untuk mengisi
kuesioner saat itu juga, tetapi ada juga responden yang menginginkan kuesioner dibawa
dan diisi sendiri.
I. Pengolahan dan Analisis Data
Data tentang kecukupan informasi obat yang diterima pasien asma dan
kepatuhan pasien dalam pengobatan dianalisis secara deskriptif berupa frekuensi dan
persentase kemudian data di coding berdasarkan ordinal. Data tentang kecukupan
informasi obat yang diterima pasien di coding berdasarkan jawaban selalu = 1, kadang-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
kadang = 2, tidak pernah = 3. Data tentang kepatuhan di coding berdasarkan jawaban
selalu = 1, kadang-kadang = 2, tidak pernah = 3. Kemudian hasil persentase yang
menunjukkan kepatuhan pasien masing – masing item dirata - rata, sehingga diperoleh
nilai persentase kepatuhan pasien adalah 59,9%.
J. Etika Penelitian
Menurut Nursalam dan Pariani (2003) etika penelitian meliputi informed
consent, anonymity (tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan). Apabila subyek
menolak untuk dijadikan subyek uji maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
menghormati hak – hak subyek. Pada penelitian ini, lembar persetujuan diberikan
sebelum pasien dijadikan sebagai responden. Jika pasien setuju maka pasien diminta
untuk mengisi kuesioner untuk diisi. Peneliti tidak mencantumkan nama responden
pada naskah tetapi pada lembar kuesioner dicantumkan.
K. Keterbatasan Penelitian
1.
Kesulitan penelitian ini adalah sedikitnya jumlah responden yang diperoleh
peneliti, dimana responden yang paling dicari yaitu pasien yang datang ke apotek
untuk berobat jumlahnya sangat sedikit bahkan hampir tidak ada. Karena itu
peneliti mencari responden dengan cara bertanya kepada responden sebelumnya
atau orang yang ada di masyarakat untuk mendapatkan responden lainnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
24
Responden yang ada juga kebanyakan menginginkan kuesioner ditinggal dan
mereka mengisi sendiri karena itu tidak bisa dilakukan cross check untuk
mengetahui apakan responden benar-benar pasien asma.
3.
Informasi yang diberikan oleh responden dapat bias karena bersifat memorial.
4.
Penarikan kesimpulan patuh dan tidak patuh dipengaruhi bias dari peneliti.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil pelayanan
informasi obat dan kepatuhan pasien dalam pengobatan di kabupaten Sleman dengan
menggunakan
standar
yang
ada
dalam
KepMenkes
RI
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 dan Bina Farmasi DepKes RI (2006) tentang
“Pharmaceutical Care untuk penyakit asma”. Kedua standar yang digunakan
merupakan acuan standar pelayanan kefarmasian dalam melayani pasien berupa
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, bentuk promosi dan edukasi, konseling,
kegiatan monitoring dan evaluasi, serta pelayanan residensial (home care). Penelitian
ini meneliti secara khusus membahas mengenai pelayanan informasi obat karena
kegiatan ini merupakan salah satu kunci keberhasilan pengobatan pada pasien.
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Berikut adalah gambaran
karakteristik responden yang diperoleh.
25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel II. Karakteristik Responden
Karakteristik
Jumlah Responden, n =
31
1. Umur
< 20 tahun
7
20 – 30 tahun
17
31 – 40 tahun
2
> 40 tahun
5
Persentase (%)
23
55
6
16
2. Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
22
9
29
71
3. Tingkat Pendidikan
SMA
Diploma
Strata 1
22
1
8
71
3
26
4. Pekerjaan
Mahasiswa
PNS
Swasta
Honorer
Ibu Rumah Tangga
Pensiunan
19
2
7
1
1
1
61
7
23
3
3
3
5
18
5
16
58
16
2
7
1
3
5. Tingkat Pendapatan
Tidak mengisi
< Rp. 1.125.000/bulan
Antara Rp. 1.125.0002.000.000/bulan
> Rp. 2.000.0003.000.000/bulan
>Rp. 3.000.000/bulan
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
1. Umur
Umur berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menyikapi permasalahan yang ada di sekitarnya. Penelitian yang dilakukan Harvard
Growth Study menunjukkan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan intelegensi
diawali pada umur remaja dan mencapai puncak pada umur 30 tahun (Azwar, 2007).
Pada umur tersebut seseorang mampu berpikir hipotetik dan dapat menguji secara
sistematik berbagai penjelasan mengenai kejadian - kejadian tertentu dan dapat
memahami prinsip-prinsip abstrak yang berlaku (Azwar, 2007). Karakteristik
responden berumur < 20 tahun yaitu sebanyak 23%, responden berumur 20-30 tahun
sebanyak 55%, responden berumur 31-40 tahun sebanyak 6% dan responden berumur
> 40 % sebanyak 16%.
Umur sebagian besar responden yaitu 20-30 tahun sebanyak 55%, dimana pada
umur tersebut responden mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
intelegensi sehingga mampu berpikir kritis dalam menerima informasi yang diberikan
sebagai penerima informasi. Sehingga diharapkan responden mampu menerima
informasi dengan baik dari drug informer.
2. Jenis Kelamin
Persentase responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 29% dan
responden berjenis kelamin Perempuan sebanyak 71%. Dari data yang diperoleh
prevalensi responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada responden
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
berjenis kelamin perempuan. Hal ini tidak bisa menjadi acuan bahwa penyakit asma
lebih banyak diderita oleh perempuan.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat daya tangkap responden terhadap informasi, pengetahuan, sikap dan minat
responden terhadap suatu tindakan (Rachmanti, 2000), walaupun sebenarnya sifatnya
tidak mutlak. Persentase responden lulusan SMA sebanyak 71%, responden lulusan
diploma sebanyak 3% dan responden lulusan strata 1sebanyak 26%. Responden dalam
peneltian ini memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi sehingga diasumsikan
responden memiliki kemampuan untuk menerima dan mengolah informasi yang
diberikan bervariasi juga.
4.
Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang berpengaruh terhadaap perilaku seseorang, dalam
hal ini adalah perilaku dalam kepatuhan pengobatan. Orang yang mempunyai
pekerjaan yang baik misalnya instansi pemerintah atau di bidang kesehatan akan
menpunyai perhatian yang lebih baik terhadap kondisi kesehatannya bila dibandingkan
dengan orang yang bekerja sebagai buruh maupun pekerajaan kasar lainnya. Hal ini
dikarenakan pekerjaan mempengaruhi keadaan ekonomi, sehingga orang yang
memiliki pekerjaan yang baik akan lebih mudah memilih pengobatan yang lebih baik,
serta mempunyai kesempatah untuk memilih pelayanan kesehatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
Persentase responden dengan pekerjaan mahasiswa/mahasiswi sebanyak
61%, responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 7%, responden dengan pekerjaan
swasta sebanyak 23%, responden dengan pekerjaan honorer 3%, responden dengan
pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 3%, responden dengan pekerjaan pensiunan 3%.
Responden dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai
mahasiswa/mahasiswi. Hal ini dapat menjadi acuan bahwa sebagian besar responden
seharusnya bisa lebih perhatian terhadap kondisi kesehatannya.
5. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan berhubungan erat dengan masalah penanganan kesehatan,
masyarakat dengan pendapatan tinggi akan sangat mudah untuk mengakses semua
sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah akan
mempertimbangkan biaya dalam mencari pengobatan jika tidak mendapatkan kartu
masyarakat miskin. Pengobatan sendiri dirasakan dapat mengurangi biaya pengobatan,
bahkan dengan menggunakan obat buatan sendiri ketimbang pergi ke apotek ataupun
rumah sakit. Hal ini malahan dapat membahayakan kesehatan karena tidak mendapat
informasi yang pasti dari ahli kesehatan (Bastable, 1999).
Persentase responden dengan pendapatan < Rp 1.125.000/bulan sebanyak
58%, responden dengan pendapatan Rp 1.125.000 – Rp 2.000.000/bulan sebanyak
16%, responden dengan pendapatan > Rp 2.000.000/bulan sebanyak 7%, responden
dengan pendapatan > Rp 3.000.000/bulan sebanyak 3% dan responden yang tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
mengisi sebanyak 16%. Adanya responden yang tidak mengisi pendapatannya
kemungkinan karena belum mempunyai pendapatan, karena yang tidak mengisi
semuanya adalah mahasiswa/mahasiswi, kemungkinan responden tersebut bukan
merupakan mahasiswa/mahasiswi dari luar kota, sehingga tidak diberikan uang
bulanan.
B. Gambaran Pelayanan Informasi Obat yang Diterima Pasien
Pelayanan informasi obat merupakan salah satu tugas kefarmasian sesuai yang
tercantum pada Undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional (Presiden RI, 2009). Pasien penyakit asma persisten
yang membutuhkan pengobatan secara Long-Term Controller dimana pasien harus
menggunakan obat setiap hari seumur hidupnya untuk mencegah timbulnya
kekambuhan tehadap penyakitnya, sangat penting agar pasien mendapat informasi
tentang obat yang dia gunakan. Berikut adalah gambaran Pelayanan Informasi Obat
yang diterima pasien dari hasil penelitian yang dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
1. Informasi tentang mengenali sejarah penyakit , gejala-gejala dan faktorfaktor pencetus asma
Fungsi dari pemberian informasi ini yaitu agar pasien mengetahui darimana
asalnya pasien bisa mendapatkan penyakit asma, apa saja gejala-gejala yang dialami
jika terjadi serangan asma, dan faktor-faktor pencetus serangan asma. Ada tiga
pertanyaan yang diberikan kepada pasien untuk mengetahui bagaimana gambaran
pemberian informasi ini.
Tabel III. Hasil penelitian informasi tentang mengenali sejarah penyakit , gejalagejala dan faktor-faktor pencetus asma
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Pertanyaan No 1
54,8
38,7
6,5
Pertanyaan No 2
67,7
22,6
9,7
Pertanyaan No 9
41,9
51,6
6,5
Pertanyaan pertama yaitu tentang cara mengenali sejarah penyakit asma,
misalnya saja faktor keturunan. Dari hasil penelitian diperoleh pasien yang selalu
menerima informasi ini sebanyak 54,8 %, yang kadang-kadang menerima informasi
sebanyak 38,7%, yang tidak pernah menerima informasi sebanyak 6,5 %. Para ahli
asma mempercayai bahwa asma berhubungan erat dengan keturunan, yaitu bila salah
satu atau kedua orang tua memiliki asma, sang anak pun kemungkinan akan menderita
asma. Factor keturunan ini pun bukan dari orang tua sang anak secara langsung, tetapi
melalui kakek atau nenek yang menderita asma. Sang cucu pun kemungkinan akan
memiliki resiko penyakit asma (Graha, 2008). Ini menunjukkan pentingnya informasi
tentang sejarah asma diberikan agar nantinya pasien yang memiliki resiko asma tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
kaget bila nantinya mengalami asma dan dapat bersiap diri terlebih dahulu serta dapat
berhati – hati agar tidak terkena asma.
Pertanyaan kedua yaitu tentang faktor pencetus terjadinya asma. Faktor
pencetus ini misalnya saja debu, serbuk sari bunga, asap rokok, udara dingin, olahraga
saat suhu dingin, obat (aspirin), virus influenza. . Dari hasil penelitian didapatkan hasil
pasien yang selalu menerima informasi ini sebanyak 67,7 %, yang kadang-kadang
sebanyak 22,6 % dan yang tidak pernah mendapatkan informasi sebanyak 9,7 %. Di
masyarakat banyak juga terjadi asma pada anak yang orang tuanya tidak mengidap
asma. Menurut penelitian 70 – 80% asma kambuh karena reaksi atas reaksi alergi yang
dimilikinya (Graha, 2008). Menurut penelitian Herdi (2011) sebanyak 62,5% pasien
asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa debu, berdasarkan
penelitian Purnomo (2008) didapatkan pasien asma yang memiliki faktor pencetus
berupa debu sebanyak 96,2%. Chiang, Wu, Wu, Yan, Perng (2005) melaporkan
sebanyak 75,2% pasien asma memiliki faktor pencetus berupa latihan fisik. Menurut
penelitian Purnomo (2008) didapatkan pasien asma yang memiliki faktor pencetus
berupa perubahan cuaca (pada saat musim hujan) sebanyak 61,5%. Berdasarkan data –
data yang ada dapat diketahui pentingnya informasi tentang faktor pencetus asma
diberikan agar pasien dapat menghindari faktor pencetus asma yang dapat
menyebabkan asmanya kambuh.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60.00%
33
56.61%
48.39%
50.00%
45.16%
40.00%
30.00%
22.50%
16.13%
20.00%
9.68%
10.00%
6.45%
0.00%
Debu
Asap
Rokok
Udara
Dingin
Virus
Influenza
Serbuk
Sari
Obat
Olahraga
Gambar 2. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai faktor
pencetus asma
Informasi tentang faktor pencetus asma yang paling banyak diterima oleh
responden adalah debu sebesar 56,61 %. Hal ini sesuai dengan penelitian Herdi (2011)
sebanyak 62,5% pasien asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa
debu, berdasarkan penelitian Purnomo (2008) didapatkan pasien asma yang memiliki
faktor pencetus berupa debu sebanyak 96,2%.
Pertanyaan ketiga yaitu tentang gejala timbulnya penyakit asma. Gejala-gejala
yang mungkin terjadi misalnya, mengi pada saat menghirup nafas, dada terasa sesak
yang berulang, nafas tersengal-sengal, nafas tidak beraturan di siang hari. Dari hasil
penelitian diperoleh hasil pasien yang selalu menerima informasi ini sebanyak 41,9 %,
kadang-kadang menrima informasi sebanyak 51,6 %, tidak pernah menerima informasi
sebanyak 6,5 %. Begitu bahayanya gejala asma, gejala asma dapat mengantarkan
penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting sekali penyakit ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa penderitanya
(Sundaru, 2004), karena itu informasi ini penting diberikan kepada pasien agar pasien
dapat penatalaksanaan asma apabila terjadi gejala asma.
60.00%
54.84%
48.38%
50.00%
41.94%
40.00%
30.00%
20.00%
6.45%
10.00%
0.00%
Dada terasa
sesak
Mengi saat
menarik nafas
Nafas tersengal sengal
Nafas tidak
beraturan
Gambar 3. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai gejala asma
Menurut DepKes RI (2007) tentang pharmaceutical care untuk penyakit
asma, gejala asma bersifat episodik, seringkali reversible dengan/ atau tanpa
pengobatan. Gejala awal berupa batuk pada malam/dini hari, sesak napas, napas
berbunyi yang terdengar pada saat pasien menghembuskan napasnya, rasa sesak didada
dan dahak sulit keluar (DepKes RI, 2007). Informasi mengenai gejala awal seperti dada
terasa sesak memperoleh frekuensi yang paling tinggi diterima (54,8 %) karena gejala
ini dapat menandakan penderita mengalami serangan asma.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
35
Informasi tentang pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien asma
Informasi ini berguna agar pasien tahu pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk mengontrol asma pasien. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya
pemeriksaan dengan spirometer untuk mengukur kapasitas bernafas, memeriksa
terjadinya gangguan pada sumbatan jalan nafas.
Tabel IV. Hasil penelitian informasi tentang pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada pasien asma
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Pertanyaan No 3
22,6
45,2
12,9
Dari hasil penelitian ditemukan pasien yang selalu menerima informasi
tentang pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien asma
sebanyak 22,6 %, pasien yang kadang-kadang menerima informasi sebanyak 45,2 %,
pasien yang tidak pernah menerima informasi sebanyak 12,9 %. Terdapat bukti
penelitian bahwa pasien asma yang melakukan pemeriksaan secara teratur akan
mengalami serangan asma yang lebih jarang dan dapat menikmati hidup dengan
kualitas yang lebih baik (Murphy, 2007), karena itu informasi tentang pemeriksaan
penunjang ini penting untuk diberikan kepada pasien agar pasien dapat mengontrol
asmanya sehingga dapat melakukan kegiatan sehari – hari dengan baik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
32.26%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
19.35%
Pemeriksaan dengan
Pemeriksaan
Spirometer
gangguan jalan nafas
Gambar 4. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai pemeriksaan
penunjang
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung
kepada kemampuan pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 23 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai
prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75% (DepKes RI, 2007).
Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter) adalah alat yang paling sederhana
untuk memeriksa gangguan sumbatan jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah
dibawa. Dengan PEF meter fungsi paru yang dapat diukur adalah arus puncak ekspirasi
(APE) (DepKes RI, 2007). Cara pemeriksaan APE dengan PEF meter adalah penuntun
meteran dikembalikan ke posisi angka 0. Pasien diminta untuk menghirup napas dalam,
kemudian diinstruksikan untuk menghembuskan napas dengan sangat keras dan cepat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
ke bagian mulut alat tersebut, sehingga penuntun meteran akan bergeser ke angka
tertentu. Angka tersebut adalah nilai APE yang dinyatakan dalam liter/menit.
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai prediksi. (DepKes RI,
2007).
Menurut DepKes RI (2007), pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan
fisik pasien seperti apakah tejadi keadaan napas menjadi lebih cepat dan dangkal dan
terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat berat biasanya
tidak lagi terdengar bunyi mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas) sehingga
pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan spirometri atau peak expiratory flow
meter untuk mengukur kapasitas bernafas penderita dapat dilakukan.
3.
Informasi tentang bagaimana mengenali serangan asma dan tingkat
keparahannya, serta hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi serangan
termasuk mencari pertolongan apabila diperlukan
Informasi ini berguna agar pasien mengetahui apakah yang dialaminya
merupakan serangan asma dan bagaimana tingkat keparahannya serta mengetahui halhal yang dapat dilakukan jika terjadi serangan. Ada tiga pertanyaan yang diberikan
kepada pasien.
Tabel V. Hasil penelitian informasi tentang bagaimana mengenali serangan asma
dan tingkat keparahannya, serta hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi
serangan
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Pertanyaan No 7
29
58,1
12,9
Pertanyaan No 6
54,8
38,7
12,9
Pertanyaan No 4
45,2
41,9
12,9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
Pertanyaan pertama tentang bagaimana cara mengenali serangan asma. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 29
%, kadang-kadang menerima informasi sebanyak 58,1 %, tidak pernah menerima
informasi sebanyak 12,9 %.
Pertanyaan kedua tentang bagaimana mengetahui seberapa berat penyakit
asma yang dialami. Contohnya, adanya gejala sesak nafas, batuk, mengeluarkan bunyi
saat menghembuskan nafas (mengi), dada terasa sesak saat bernafas yang muncul
setiap hari, aktivitas fisik terbatas sebagai pertanda asma yang dialami sudah cukup
berat. Dari hasil penelitian diperoleh, pasien yang selalu menerima informasi sebanyak
54,8 %, kadang-kadang menerima informasi sebanyak 38,7 %, tidak pernah menerima
informasi sebanyak 12,9 %.
60.00%
54.84%
51.61%
45.16%
50.00%
40.00%
29.03%
30.00%
19.35%
20.00%
10.00%
0.00%
Sesak
nafas
Batuk
Mengi
Dada
terasa
sesak
Aktifitas
fisik
terbatas
Gambar 5. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai tingkat
keparahan penyakit asma
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
Serangan asma dapat menyebabkan sesak nafas dan nafas tidak beraturan
sehingga informasi seperti mencoba menarik napas dengan pelan, mencari obat yang
sering dipakai untuk mengurangi serangan merupakan penanganan awal ketika
terjadinya serangan asma (Mangunegoro, 2004). Informasi mengenai tingkat
keparahan penyakit harus diberikan untuk mengetahui seberapa berat asma yang
dialami oleh penderita untuk menentukan penatalaksanaan terapi yang akan diberikan
oleh apoteker.
Pertanyaan ketiga tentang hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi serangan
asma, contohnya, jangan panik, mencoba bernafas dengan pelan, mencari obat untuk
digunakan, mencari pertolongan untuk segera dibawa ke dokter. Dari hasil penelitian
diperoleh, pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 45,2 %, pasien yang
kadang-kadang menerima informasi sebanyak 41,9 %, pasien yang tidak pernah
merima informasi sebanyak 12,9 %.
48.39%
48.39%
50.00%
35.48%
40.00%
30.00%
19.35%
20.00%
10.00%
0.00%
Bernafas
dengan
pelan
Mencari
obat untuk
digunakan
Jangan
panik
Segera ke
dokter
Gambar 6. Persentase frekuensi pelayanan informasi obat mengenai hal yang
dilakukan ketika terjadi serangan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
Serangan asma dapat menyebabkan sesak nafas dan nafas tidak beraturan
sehingga informasi seperti mencoba menarik napas dengan pelan, mencari obat yang
sering dipakai untuk mengurangi serangan merupakan penanganan awal ketika
terjadinya serangan asma (Mangunegoro, 2004). Karena itu informasi terkait cara
penanganan awal ketika terjadi serangan asma mandiri (self care) merupakan hal yang
penting untuk disampaikan oleh apoteker kepada penderita asma sehingga pada saat
terjadi serangan penderita dapat menentukan cara pengambilan keputusan untuk
mengatasi serangan asma.
Menurut Sundaru (2004) Begitu bahayanya gejala asma, gejala asma dapat
mengantarkan penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting sekali
penyakit ini dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa
penderitanya dan menurut Murphy (2007) Terdapat bukti penelitian bahwa pasien
asma yang melakukan pemeriksaan secara teratur akan mengalami serangan asma yang
lebih jarang dan dapat menikmati hidup dengan kualitas yang lebih baik, menunjukkan
bahwa ketiga informasi ini penting diberikan kepada pasien dapat melakukan
penetalaksanaan asma apabila terjadi serangan asma.
4.
Informasi tentang upaya pencegahan serangan pada pasien asma
Tabel VI. Hasil penelitian informasi tentang upaya pencegahan serangan pada
pasien asma
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Pertanyaan No 5
32,3
41,9
12,9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Informasi ini berguna agar pasien dapat mencegah terjadinya serangan
penyakit asma yang dideritanya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pasien yang
selalu menerima informasi tentang upaya pencegahan serangan pada pasien asma
sebanyak 32,3 %, kadang-kadang menerima informasi sebanyak 41,9 %, tidak pernah
menerima informasi sebanyak 12,9 %. Berdasarkan penelitian, dampak asma dapat
menggangu kualitas hidup ditunjukkan dari keterbatasan dalam berkreasi atau
berolahraga sebesar 52,7%, aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karir 37,9%, aktivitas
sosial 38%, cara hidup 37,1% dan pekerjaan rumah tangga 32,6% (Sundaru, 2004).
Absen dari sekolah maupun pekerjaan dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang
dewasa seperti gejala batuk, termasuk gejala batuk dalam sebulan terakhir pada 4451%, bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam
seminggu (Sundaru, 2004), karena itu informasi ini penting untuk diberikan agar pasien
dapat mencegah terjadinya serangan asma misalnya saja dengan menghindari factor
pencetus asma untuk meningkatkan kualitas hidup pasien asma.
5.
Informasi tentang hubungan asma dengan merokok
Tabel VII. Hasil penelitian informasi tentang hubungan asma dengan merokok
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
Pertanyaan No 8
41,9
48,4
9,7
Informasi ini berguna agar pasien mengetahui bahwa zat-zat yang terkandung
pada rokok dapat menyebabkan terjadinya serangan asma. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima informasi tentang hubungan asma
dengan merokok sebanyak 41,9 %, kadang-kadang menerima informasi sebanyak 48,4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
%, tidak pernah menerima informasi sebanyak 9,7 %. Menurut Penelitian Chiang, Wu,
Wu, Yan, Perng (2005) di kota Taipei didapatkan sebanyak 52,7% pasien asma
memiliki faktor pencetus berupa asap rokok (polusi udara). Berdasarkan penelitian
Purnomo (2008) di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Kudus ditemukan sebanyak 88,5%
pasien asma memiliki faktor pencetus berupa asap rokok. Penelitian Hendri (2011)
52,0% pasien asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa asap rokok.
Rokok merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya asma, karena itu informasi ini
penting untuk diberikan agar pasien dapat menghindari faktor pencetus asmanya agar
tidak terjadi serangan asma.
6.
Informasi tentang pengobatan asma sangat individualis dan tergantung pada
tingkat keparahan asma
Informasi ini berguna agar pasien mengatahui bahwa pengobatan asma antara
satu pasien dan pasien lainnya tidaklah sama. Ada dua pertanyaan yang diberikan.
Tabel VIII. Hasil penelitian informasi tentang pengobatan asma
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
Pertanyaan No 12 35,5
48,4
25,8
Pertanyaan No 13 32,3
38,7
29
Pertanyaan pertama tentang informasi yang diterima mengenai obat untuk
mengobati serangan asma apabila terjadi serangan secara mendadak (pengobatan
simptomatik). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima
informasi sebanyak 35,5 %, kadang-kadang sebanyak 48,4 %, tidak pernah sebanyak
25,8 %.
Tujuan
utama penatalaksanaan
asma adalah
meningkatkan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, juga menghilangkan dan
mengendalikan gejala asma, mencegah eksaserbasi akut, meningkatkan dan
mempertahankan faal paru seoptimal mungkin,
mengupayakan aktivitas normal
termasuk exercise, menghindari efek samping obat, mencegah terjadinya keterbatasan
aliran udara (airflow limitation) ireversibel, mencegah kematian karena asma (DepKes
RI, 2007). Dilihat dari tujuan penatalaksanaan asma, maka informasi ini penting untuk
diberikan agar pasien mengatahui bahwa pengobatan asma bila terjadi serangan
mendadak dapat langsung meminum obat yang diberikan agar gejala yang timbul tidak
mengganggu kualitas hidup pasien.
Pertanyaan kedua tentang informasi mengenai obat yang harus diminum
secara rutin untuk mencegah terjadinya serangan asma. Diperoleh, pasien yang selalu
menerima informasi sebanyak 32,3 %, kadang-kadang menerima informasi 38,7%,
tidak pernah menerima informasi sebanyak 29 %. Menurut tujuan penatalaksanaan
asma yang diberikan oleh DepKes RI , maka agar kualitas hidup pasien membaik, dapat
melakukan kegiatan dengan normal selain itu bahwa pengobatan asma merupakan
pengobatan jangka panjang, maka informasi ini penting untuk diberikan agar pasien
patuh dan rutin dalam meminum obatnya (DepKes RI, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7.
44
Informasi bermacam-macam obat asma dengan indikasi dan cara pemberian
yang bervariatif
Informasi ini berguna agar pasien mengetahui macam-macam nama obat yang
dapat digunakan untuk mengobati asmanya, serta mengetahui indikasi (fungsi
penggunaan obat) dan cara pemberian obat yang berbeda-beda untuk setiap jenisnya.
Ada tiga pertanyaan yang diberikan kepada pasien untuk mengetahui gambaran
informasi obat yang diterimanya.
Tabel IX. Hasil penelitian informasi tentang bermacam-macam obat asma
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang Tidak Pernah Tidak Mengisi
Pertanyaan
22,6
38,7
38,7
No 14
Pertanyaan
61,3
32,3
6,5
No 15
Pertanyaan
25,8
38,7
16,1
19,4
No 17
Pertanyaan pertama tentang informasi mengenai obat asma seperti namanya
dan kegunaannya, misalnya obat teofilin untuk mengobati gejala atau pencegahan asma
yang diderita pasien. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa pasien yang sealu menerima
informasi sebanyak 22,6 %, kadang-kadang menerima informasi sebanyak 38,7 %,
tidak pernah menerima informasi sebanyak 38,7 %.
Pertanyaan kedua tentang informasi cara atau rute pemberian obat asma,
contohnya melalui atau diminum dan melalui inhaler atau dihirup. Dari penelitian
diperoleh hasil bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 61,3 %,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
kadang-kadang menerima informasi sebanyak 32,3 %, tidak pernah menerima
informasi sebanyak 6,5 %.
Pertanyaan ketiga informasi tentang pengarahan dan peragaan cara
penggunaan obat dalam bentuk inhaler. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang
selalu merima informasi sebanyak 25,8 %, kadang-kadang sebanyak 38,7 %, tidak
pernah sebanyak 16,1 %, tidak mengisi sebanyak 19,4 %. Pasien yang tidak mengisi
dikarenakan tidak pernah menerima obat dalam bentuk inhaler.
Pasien asma yang kemungkinan adalah orang – orang awam yang tidak
mengerti dalam hal obat – obatan, maka tugas apoteker lah untuk memberikan
informasi kepada pasien bagaimana kegunaan dari obat yang mereka terima, cara
menggunakan obat tersebut serta peragaan penggunaannya, seperti tercantum dalam
pharmaceutical care dari DepKes RI salah satu peran apoteker dalam penetalaksanaan
asma adalah memberikan informasi serta edukasi dalam pengobatannya (DepKes RI,
2007). Maka dari itu informasi ini penting untuk diberikan kepada pasien asma.
8.
Informasi mengenai kapan obat-obat asma dipergunakan, bagaimana cara
menggunakannya
(sebaiknya
dengan
peragaan),
seberapa
banyak/sering/lama obat-obat tersebut digunakan, efek samping apa yang
mungkin dialami oleh pasien serta cara mencegah atau meminimalkan efek
samping tersebut
Informasi ini berguna agar pasien tahu kapan obat asma yang diberikan
digunakan, efek samping yang mungkin timbul saat penggunaan obat agar pasien tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
kaget bila terjadi efek samping dan bagaimana cara mencegah ataupun meminimalkan
efek samping tersebut dan apabila ada keluhan dalam penggunaan obat, pasien segera
melaporkan kepada apoteker atau dokter untukdiberikan pengarahan untuk menangani
keluhannya. Ada tiga pertanyaan yang diberikan untuk memeperoleh gambaran
informasi obat yang diterimanya.
Tabel X. Hasil penelitian informasi mengenai kapan obat-obat asma
dipergunakan, cara menggunakannya, seberapa banyak obat digunakan, efek
samping, cara mencegah
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang Tidak Pernah Tidak Mengisi
Pertanyaan
71 %
22,6
6,5
No 16
Pertanyaan
29
45,2
25,8
No 10
Pertanyaan
32,3
32,3
32,3
3,2
No 19
Pertanyaan pertama tentang kapan harus menggunakan obat asma, misalnya
diminum pada pagi hari atau malam hari dan berapa kali harus meminum obat dalam
sehari. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima informasi
sebanyak 71 %, kadang-kadang sebanyak 22,6 %, tidak pernah sebanyak 6,5 %.
Pertanyaan kedua tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi keluhan
setelah menggunakan obat asma. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu
menerima informasi sebanyak 29 %, kadang-kadang sebanyak 45,2 %, tidak pernah
sebanyak 25,8 %.
Pertanyaan ketiga tentang efek samping yang mungkin timbul dan bagaimana
cara untuk mencegah serta menguragi efek samping tersebut. Dari penelitian diperoleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
hasil bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 32,3 %, kadang-kadang
32,3 %, tidak pernah sebanyak 32,3 % dan tidak mengisi sebanyak 3,2 %. Kemungkina
pasien yang tidak mengisi ini dikarenakan pasien tidak pernah mengalami efek
samping obat asma, sehingga merasa tidak perlu mengisinya.
Sama seperti pemberian informasi sebelumnya, seperti yang tercantum dalam
pharmaceutical care asma bahwa merupakan peran apoteker dalam pemberian
informasi dan edukasi dalam penggunaan obat asma serta membantu pasien dalam
menyelesaikan masalah yang timbul dalam pengobatan asma, dalam hal ini adalah efek
samping obat yang mungkin terjadi (DepKes RI, 2007). Karena itu, informasi ini
penting untuk diberikan kepada pasien.
9.
Informasi agar mengingatkan pasien untuk kumur-kumur dengan air setelah
menggunakan inhaler yang mengandung kortikosteroid
Tabel XI. Hasil penelitian informasi tentang mengingatkan pasien untuk kumurkumur dengan air
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang Tidak pernah Tidak mengisi
Pertanyaan No 22,6
22,6
38,7
16,1
18
Penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pasien yang selalu
menerima informasi agar mengingatkan pasien untuk kumur-kumur dengan air setelah
menggunakan inhaler yang mengandung kortikosteroid sebanyak 22,6 %, kadangkadang 22,6 %, tidak pernah 38,7 %, dan tidak mengisi sebanyak 16,1 %. Pasien yang
tidak mengisi ini dikarenakan pasien tidak pernah menerima obat inhaler. Menurut
pharmaceutical care asma informasi ini berguna agar pasien kumur-kumur dengan air
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
setelah menggunakan obat inhaler yang mengandung kortikosteroid karena
kortikosteroid untuk meminimalisasi pertumbuhan jamur di mulut dan tenggorokan
serta absorpsi sistemik dari kortikosteroid (DepKes RI, 2007), hal ini dilakukan agar
pasien tidak mengalami masalah baru terkait dengan pengobatannya dan juga seusuai
dengan tujuan penatalaksanaan asma yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien. Maka
dari itu informasi ini penting untuk diberikan kepada pasien.
10. Informasi tentang obat-obat asma yang aman untuk diberikan kepada wanita
hamil dan apakah wanita dengan pengobatan asma dapat terus menyusui
bayinya
Informasi ini berguna untuk pasien yang sedang hamil agar mengetahui obat
yang diterimanya memang aman untuk digunakan dan tidak membahayakan
kehamilannya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang sedang hamil sebanyak 1
orang dan tidak pernah menerima informasi tersebut.
Asma pada kehamilan pada umumnya tidak mempengaruhi janin, namun
serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol dapat menyebabkan hipoksemia ibu
sehingga berefek pada janin (Nelson and Piercy, 2001). Asma pada kehamilan
berdampak penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan persalinan. Dampak yang
terjadi dapat berupa kelahiran prematur, usia kehamilan muda, hipertensi pada
kehamilan (Liu et al, 2000, cit Subijanto, 2008). Maka dari itu, merupakan tugas
seorang apoteker untuk memberikan informasi kepada ibu hamil bahwa obat yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
digunakannya tidak membahayakan kehamilannya, agar asma yang dideritanya tetap
terkontrol dan karena itu informasi ini penting untuk diberikan kepada pasien.
11. Informasi tentang bagaimana cara penyimpanan obat asma dan bagaimana
cara mengetahui jumlah obat yang tersisa dalam aerosol inhaler
Informasi ini berguna agar pasien dapat menyimpan obat dengan benar
sehingga tidak terjadi kerusakan pada obat yang dapat menurunkan efektivitas obat dan
juga mengetahui cara untuk melihat jumlah obat yang tersisa dalam aeroso inhaler
sehingga pasien dapat melakukan pengisian ulang sebelum obat benar-benar habis
sehingga saat dibutuhkan saat terjadi serangan asma obat sealu tersedia pada inhaler.
Ada dua pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui hal-hal tengtang informasi
tersebut.
Tabel XII. Hasil penelitian informasi tentang bagaimana cara penyimpanan dan
cara mengetahui jumlah obat yang tersisa
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah Tidak Mengisi
Pertanyaan No 32,3
45,2
19,4
21
Pertanyaan No 12,9
38,7
35,5
12,9
22
Pertanyaan pertama tentang cara penyimpanan obat, dari penelitian diperoleh
bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak 32,3 %, kadang-kadang
sebanyak 45,2 %, tidak pernah 19,4 % dan juga ada pasien yang tidak mengisi sebanyak
3,2 %, kemungkinan pasien tidak ingat untuk mengisi atau tidak pernah menerima
informasi tersebut. Seperti tercantum pada Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
salah satu tugas pelayanan apoteker adalah memberikan informasi tentang cara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
penyimpanan obat agar obat yang diberikan stabilitasnya tetap terjaga sehingga efek
farmakologis yang didapat benar – benar maksimal (DepKes RI, 2004), karena itu
informasi ini penting untuk diberikan.
Pertanyaan kedua tentang cara mengetahui sisa obat yang ada pada inhaler.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa pasien yang selalu menerima informasi sebanyak
12,9 %, kadang-kadang 38,7 %, tidak pernah 35,5 %, dan tidak mengisi 12,9 %, hal ini
dikarenakan pasien tidak pernah menerima obat inhaler.
Pada pharmaceutical care asma, salah satu informasi yang dapat diberikan
kepada pasien adalah bagaimana cara mengetahui sisa obat yang ada pada inhaler untuk
pasien yang menggunakan obat dengan inhaler (DepKes RI, 2007). Hal ini
dimaksudkan agar pasien dapat mengetahui sisa obat yang ada pada inhaler sehingga
obat selalu tersedia pada inhaler dan apabila terjadi serangan asma pasien dapat
langsung menggunakan obatnya sehingga asmanya selalu terkontrol, karena itu
informasi ini penting untuk diberikan.
12. Informasi bahwa pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang dan
kepatuhan dalam berobat dan pengobatan sangat diharapkan
Tabel XIII. Hasil penelitian informasi tentang pengobatan asma adalah
pengobatan jangka panjang
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Pertanyaan No 11 29
48,4
22,6
Informasi ini berguna agar pasien memiliki kesadaran untuk patuh dalam
penggunaan obatnya karena pengobatan asma yang merupakan pengobatan jangka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
panjang. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menerima infromasi
tentang bahwa pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang dan kepatuhan
dalam berobat dan pengobatan sangat diharapkan sebanyak 29 %, kadang-kadang 48,4
%, tidak pernah 22,6 %. Menurut pharmaceutical care asma tujuan utama dari
penatalaksanaan asma adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan untuk itu asma pasien harus terkontrol maka dari itu kepatuhan pasien
dalam pengobatan sangat diharapkan (DepKes RI, 2007), inilah yang menyebabkan
pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang. Karena itu informasi ini penting
untuk diberikan kepada pasien.
Dari keseluruhan data informasi obat yang diterima oleh pasien diperoleh
jumlah jawaban selalu sebanyak 32,1 %, kadang-kadang sebanyak 38,2 %, tidak pernah
sebanyak 18,6% dan tidak diisi 6,8 %. Masih ada pasien yang tidak menerima informasi
yang mereka perlukan dari apoteker yaitu sebanyak 18,6 %, menurut Sihombing (2007)
ada beberapa alasan apoteker tidak memberikan informasi kepada pasien yaitu, tidak
sempat karena banyaknya pembeli, kurangnya pengetahuan yang dimiliki, pasien
dianggap sudah tahu dari kemasan/brosur, pasien tidak aktif bertanya dan pasien
tergesa-gesa dan tidak mau dijelaskan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80.00%
70.00%
60.00%
52
71%
67.70%
61.30%
54.80%
54.80%
45.20%
50.00%
40.00%
32.30%
30.00%
22.60%
41.90%
41.90%
29%
35.50%
32.30%
29%29%
22.60%
32.30%
32.30%
25.80%
22.60%
20.00%
12.90%
10.00%
0.00%
Sejarah penyakit asma
Faktor pencetus
Pemeriksaan penunjang
Hal yang harus dilakukan ketika serangan
Upaya pencegahan
Tingkat keparahan
Cara mengenali serangan
Hubungan asma dengan merokok
Gejala timbulnya penyakit
Hal yang harus dilakukan ketika ada keluhan pemakaian obat
Saran kepatuhan pasien
Pengobatan asma simptomatik
Obat yang harus diminum secara rutin
Nama dan indikasi obat
Cara atau rute pemakaian obat
Aturan pemakaian obat
Penggunaan obat inhaler
Cara menjaga kesehatan mulut
Efek samping obat
Penyimpanan obat
Obat yang tersisa dalam inhaler
Gambar 7. Persentase pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma
Berdasarkan keterangan pada gambar di atas, informasi yang paling banyak
diterima oleh pasien adalah aturan pemakaian obat sebanyak 71 % dan yang paling
rendah adalah informasi mengenai obat yang tersisa dalam inhaler sebanyak 12,9 %.
Bedasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan informasi obat yang
diterima pasien belum terlaksana dengan baik sesuai dengan standar yang berlaku,
karena masih banyak persentase pelayanan informasi obat yang diterima pasien masih
di bawah 50 %. Menurut Sihombing (2007) ada beberapa alasan apoteker tidak
memberikan informasi kepada pasien yaitu, tidak sempat karena banyaknya pembeli,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kurangnya pengetahuan
yang dimiliki, pasien dianggap sudah
53
tahu dari
kemasan/brosur, pasien tidak aktif bertanya dan pasien tergesa-gesa dan tidak mau
dijelaskan. Pasien belum mengetahui hak – hak yang seharusnya mereka peroleh dari
pelayanan kefarmasian untuk mendapatkan informasi selengkap – lengkapnya,
sehingga pasien belum peduli terhadap pelyanan yang diberikan apoteker.
C. Gambaran Kepatuhan Pasien dalam Pengobatan Penyakit Asma
Kepatuhan pasien dalam pengobatan asma merupakan hal yang sangat
penting, karena pengobatan asma merupakan pengobatan jangka panjang. Untuk
mengetahui gambaran kepatuhan pasien berdasarkan persepsi pasien ada 9 pertanyaan
yang diberikan.
Tabel XIV. Hasil penelitian gambaran kepatuhan pasien dalam pengobatan
penyakit asma
Pertanyaan di
Hasil (%)
Kuesioner
Selalu
Kadang-kadang Tidak Pernah Tidak Mengisi
Pertanyaan 1
64,5
35,5
Pertanyaan 2
16,1
45,2
38,7
Pertanyaan 3
12,9
48,4
38,7
Pertanyaan 4
19,4
25,8
54,8
Pertanyaan 5
22,6
38,7
38,7
Pertanyaan 6
3,2
32,3
64,5
Pertanyaan 7
16,1
29
54,8
Pertanyaan 8
5,6
9,7
80,6
3,2
Pertanyaan 9
6,5
19,4
71
3,2
Pertanyaan pertama mengenai bagaimana pasien menggunakan obat yang
diberikan. Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley,2007). Obat
yang diberikan harus digunakan sesuai aturan pakai karena bila tidak, maka dapat
menyebabkan gejala asma yang dialami akan semakin parah dan tidak membaik. Dari
penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu menggunakan obat sesuai aturan pakai
sebanyak 64,5 %, kadang-kadang sebanyak 35,5 %, yang berarti sebanyak 64,5 %
responden patuh terhadap pengobatannya.
Pertanyaan kedua mengenai seberapa seringnya pasien terbangun akibat
serangan asma. Gangguan tidur penyakit asma paling banyak dialami saat malam hari,
hal ini dapat mengindikasikan bahwa pasien tidak patuh dalam pengobatannya atau
juga merupakan efek samping dari pengobatan (Harrison, 2000). Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa pasien yang selalu mengalami gangguan tidur sebanyak 16,1 %,
kadang-kadang sebanyak 45,2 %, tidak pernah sebanyak 38,7 %, yang berarti sebanyak
38,7 % responden yang patuh terhadap pengobatannya.
Pertanyaan ketiga mengenai adanya gejala asma yang dirasakan saat bangun
di pagi maupun siang hari. Gangguan tidur penyakit asma juga dapat terjadi pada pagi
maupun siang hari jika penyakit asmanya tidak terkontrol, hal ini dapat
mengindikasikan bahwa pasien tidak patuh dalam pengobatannya atau juga merupakan
efek samping dari pengobatan (Harrison, 2000). Dari hasil penelitian diperoleh pasien
yang selalu mengalaminya sebanyak 12,9 %, kadang-kadang sebanyak 48,4 %, tidak
pernah sebanyak 38,7 %, yang berarti sebanyak 38,7 % responden yang patuh terhadap
pengobatannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Pertanyaan keempat mengenai keterbatasan keterbatasan aktivitas yang
dialami karena serangan asma. Menurut pharmaceutical care asma tujuan utama dari
penatalaksanaan asma adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan untuk itu asma pasien harus terkontrol maka dari itu kepatuhan pasien
dalam pengobatan sangat diharapkan (DepKes RI, 2007). Dari penelitian diperoleh
bahwa pasien yang menjawab selalu sebanyak 19,4 %, kadang-kadang sebanyak 25,8
%, tidak pernah sebanyak 54,8 %, yang berarti sebanyak 54,8 % responden yang patuh
terhadap pengobatannya.
Pertanyaan kelima tentang keluhan sesak nafas dan batuk yang dialami karena
asma. Menurut Chabra (2008) menyatakan bahwa pasien dengan derajat asma yang
semakin berat maka semakin rendah tingkat kontrol asma pada pasien tersebut. Apabila
penderita mengalami sesak nafas, dada terasa sesak, batuk dan aktivitasnya menurun
maka tingkat keparahan penyakitnya semakin berat. Dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa derajat asma yang berat merupakan faktor yang berhubungan dengan buruknya
kontrol pasien terhadap penyakit asma yang dideritanya. Disebutkan bahwa pasien
dengan tingkat kontrol yang buruk, derajat asma yang berat, biasanya mempunyai
kepatuhan pengobatan yang rendah, akibatnya akan lebih memperparah gejala
asmanya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu mengalami keluhan
sebanyak 22,6 %, kadang-kadang 38,7 %, tidak pernah 38,7 %, yang berarti sebanyak
38,7 % responden yang patuh terhadap pengobatannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
Pertanyaan keenam mengenai keluhan yang dialami pasien semakin berat
seperti tidak bisa tidur sama sekali dan sesak nafas secara mendadak. Sama seperti
pertanyaan kelima, pasien dengan tingkat kontrol yang buruk, derajat asma yang berat,
biasanya mempunyai kepatuhan pengobatan yang rendah, akibatnya akan lebih
memperparah gejala asmanya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selau
mengalaminya sebanyak 3,2 %, kadang-kadang sebanyak 32,3 %, tidak pernah 64,5 %,
yang berarti sebanyak 64,5 % responden yang patuh terhadap pengobatannya.
Pertanyaan ketujuh mengenai seberapa sering pasien melakukan kontrol
pengobatan asma ke apotek. Kepatuhan dalam pengobatan merupakan kunci sukses
dari pengobatan penyakit asma, sehingga penyakit asma yang diderita bisa terkontrol
(DepKes RI, 2007). Biasanya pasien baru melakukan kontrol apabila asma yang
dideritanya tidak kunjung terkontrol, yang disebabkan karena ketidakpatuhan dalam
pengobatan, hal ini dapat mengindikasikan pasien tidak patuh dalam pengobatannya.
Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu melakukannya 16,1 %, kadangkadang 29 %, tidak pernah 54,8 %, yang berarti sebanyak 54,8 % responden yang patuh
terhadap pengobatannya.
Pertanyaan kedelapan mengenai seberapa sering pasien berkunjung ke rumah
sakit atau apotek akibat kesalahan dalam menggunakan obat. Kesalahan penggunaan
obat dapat menjadi indikasi ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan. Dari penelitian
diperoleh bahwa pasien yang menjawab selalu sebanyak 6,5 %, kadang-kadang 9,7 %,
tidak pernah 80,6 %, tidak diisi 3,2 %, yang berarti sebanyak 80,6 % responden yang
patuh terhadap pengobatannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Pertanyaan kesembilan mengenai penambahan obat atau penggantian obat
saat pengobatan. Penambahan atau penggantian obat dapat disebabkan karena tidak
terkontrolnya asma yang diderita pasien, hal ini dapat menjadi indikasi tidak patuhnya
pasien dalam pengobatan. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang menjawab
selalu sebanyak 6,5 %, kadang-kadang 19,4 %, tidak pernah 71 %, tidak diisi 3,2 %,
yang berarti sebanyak 71 % responden yang patuh terhadap pengobatannya.
Jenis-jenis ketidak patuhan meliputi ketidakpatuhan yang disengaja
(intentional non compliance) dan ketidakpatuhan yang tidak disengaja (unintentional
non compliance). Ketidakpatuhan yang disengaja disebabkan karena keterbatasan
biaya pengobatan, sikap apatis pasien, dan ketidakpercayaan pasien akan efektivitas
obat. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja disebabkan karena pasien lupa minum obat,
ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan, kesalahan dalam hal pembacaan etiket. Pada
penelitian Schaffer et al (2004), tingkat kepatuhan pasien harus minimal 80 %.
Untuk melihat bagaimana kepatuhan pasien dapat dilihat dari berapa persen
pasien yang tidak pernah mengalami gejala asma dan berapa persen yang selalu minum
obat sesuai aturan pakai. Dari hasil penelitian diperoleh hasil kepatuhan pasien yaitu
59,86 %, bila dilihat dari penelitian Scaffer et al (2004) Promoting adherence: effects
of theory-based asthma education mengatakan minimal kepatuhan pasien minum obat
asma adalah 80 %, bisa dikatakan jika pasien belum memenuhi minimal kepatuhan
dalam minum obat asma.
Dikarenakan peneliti tidak mengetahui bagaimana cara pasien dalam
menjalani pengobatannya, maka tidak dapat memastikan hal-hal apa saja yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
mempengaruhi kepatuhan pasien. Tetapi bila dilihat dari beberapa alasan apoteker
tidak memberikan informasi obat seperti menurut Sihombing (2007) beberapa alasan
apoteker tidak memberikan informasi kepada pasien yaitu, tidak sempat karena
banyaknya pembeli, kurangnya pengetahuan yang dimiliki, pasien dianggap sudah tahu
dari kemasan/brosur, pasien tidak aktif bertanya dan pasien tergesa-gesa dan tidak mau
dijelaskan, hal ini dapat menyebabkan salah paham dengan informasi yang diberikan.
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan padanya. Ley dan Spelman (1967) menemukan bahwa lebih dari 60% yang
diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang
diberikan pada mereka (Ester, 2000). Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh
kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap,
penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yang harus diingat
oleh penderita (Ester, 2000). Keyakinan, sikap, kepribadian juga mempengaruhi
kepatuhan pasien dalam pengobatan. Ahli psikologi telah menyelidiki tentang
hubungan antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka
menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh
dengan orang yang gagal (Ester, 2000). Orang-orang yang tidak patuh adalah orangorang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memerhatikan kesehatannya,
memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih
memusatkan perhatian pada dirinya sendiri (Ester, 2000). Ciri - ciri kepribadian yang
disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh (drop out)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
dari program pengobatan (Ester, 2000). Hal ini dapat menyebabkan tingkat kepatuhan
pasien belum memenuhi minimal kepatuhan pasien.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Dari penelitian ini, pelayanan informasi obat yang diterima pasien asma
berdasarkan KepMenkes RI No.1027/MenKes/SK/IX/2004 dan Bina Farmasi
DepKes RI (2007) tentang “Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma” belum
dilaksanakan secara menyeluruh oleh apoteker di Kabupaten Sleman.
2.
Dari penelitian diperoleh kepatuhan pasien berdasarkan persepsi pasien yaitu
sebesar 59,86 % dimana seharusnya kepatuhan pasien asma disarankan minimal
80 %.
B. Saran
1.
Apoteker perlu lebih aktif lagi menyampaikan informasi tentang obat asma kepada
pasien asma untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
asma mengingat pengobatan penyakit asma adalah pengobatan jangka panjang.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek penelitian apoteker untuk
mengetahui bagaimana persepsi dari apoteker tentang pelayanan informasi obat
asma yang diberikan.
3. Untuk penelitian selanjutnya perlu membatasi kapan terakhir subyek uji berobat
untuk menghindari terjadinya bias pada data dan menggunakan responden yang
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
memiliki data lengkap seperti medical record mengetahui apakah responden
benar-benar merupakan penderita asma.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adam, 2005, http://www.ehow.com/about_4570523_what-is-asthma.html, diakses
tanggal 2 Oktober 2013
Azwar, S., 2007, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Bastable, S.B., 1999, Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Chabra SK., 2008, Assessment of Control in Asthma: The New Focus in Management,
The Indian Journal of Chest Diseases & Allied Sciences, pp. 50: 109-15.
Chi-Huei Chiang, Kuen-Ming Wu, Chin-Pyng Wu, Horng-Chin Yan, Warn-Cherng
Perng, 2005, Evaluation of Risk Factors for Asthma in Taipei City, J Chin
Med Association, Taipei, pp. 204-209
DepKes RI, 2006, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1027/MENKES/SK/IX/2004 tanggal 15 September 2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Departeman Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
DepKes RI, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma, Departeman Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Ester, Monica, 2000, Psikologi Kesehatan, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Gay, L.R. dan Diehl, P.L., 1992 , Research Methods for Business and Management,
MacMillan Publishing Company, New York
Genaro, A.R., 2000. Remington (ed) The Science and Practice of Pharmacy 20th
edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins Co Walter Kluwers Company
Graha, 2008, Terapi untuk Anak Asma, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Hadibroto, 2005, Asma, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, pp. 29-31
Handayani, 2006, Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Asma Bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Bulan JanuariDesember 2009, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Harrison, 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 1, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Herdi, 2011, Gambaran Faktor Pencetus Serangan Asma Pada Pasien Asma Di
Poliklinik Paru Dan Bangsal Paru Rsu Dr. Soedarso Pontianak, Skripsi,
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak
Kelly, H.W.,Sorkness,A.C., 2005, Asthma : in Dipiro, Joseph, T.D., Robert L., Gary
R.M., Barbara, G.W.,L., Michael, P.,(Ed), Pharmacotherapy a
pathophysiologic Approach, Book One, Appleton and Lange, Stamford
Connecticut, pp. 503
Mangunnegoro, H., Widjaja, A., Sutoyo, D.K., Yunus, F., Pradjnaparamita, Suryanto,
E., et al, 2004, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia,
edisi I, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 97-102.
Moleong, L.J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung
Murphy, K., 2007, Simple Guides Asma, Penerbit Erlangga, Jakarta
Nelson
and
Piercy,
2001,
Asthma
in
Pregnancy,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1746013/, diakses tanggal 4
Februari 2015
Nelson, 2006, Essential of Pediatricts, fifth edition, pp. 396-405
Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Nugraha, 2002, Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Pediatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006, Asma: Pedoman Diagnosis
& Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Perwitasari, 2009, Pengaruh Pemberian Informasi Obat Terhadap Peningkatan Perilaku
Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa Argomulyo Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
Purnomo, 2008, Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak Studi Kasus di RS Kabupaten Kudus, Tesis, Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang
Presiden Republik Indonesia, 2009, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 Tentang Kesehatan
Rachmanti, I.D., 2000, Pola Pemilihan dan Penggunaan Produk Obat Batuk pada
Kalangan Pegawai Negeri di Sejumlah Kantor Kecamatan Kabupaten Klaten,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sastrawan, I.G.P., Suryana, K., dan Ngurah Rai I.B., 2008, Prevalensi Asma
Bronkial Atopi pada Pelajar di Desa Tenganan, Jurnal Penyakit Dalam
Volume 9, Nomor 1, Januari 2008
Scaffer, S.D., et al, 2004, Promotion Adherence : Effect of The Theory Based Atshma
Corelation, Clinical Nursing Research, pp. 69
Sihombing, R., 2007, Gambaran Pelayanan Obat oleh Apoteker kepada Pengunjung di
25 Apotek di Kota Yogyakarta periode Juli – September 2004, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Siregar, Charles J.P., 2003, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 165-168
Stanley, 2007,Kepatuhan Diet, B u k u A j a r Keperawatan Gerontik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Subijanto, A.,A, 2008, Keanekaragaman genetik HLA-DR dan variasi kerentanan terhadap
penyakit asma; tinjauan khusus pada asma dalam Kehamilan, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Sundaru, Heru, 2004, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid
=204&Itemid=3, diakses tanggal 28 Agustus 2013
WHO., 2003, Adherences To Long-Term Therapies, Evidences for Action, World
Health Organization
Wibowo, 2003, Kajian Profil Peresepan Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli – Bali Tahun 2005, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Widi, R.K., 2009, Asas Metodelogi Penelitian, Surabaya, Graha Ilmu, pp. 205–215
Williams M.D., and Self H.Timothy., 2002, Asthma, Handbook of Nonprescription
Drugs, 14th Edition, APhA, New York, pp. 287-291
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan Untuk Penelitian
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2. Frekuensi Informasi Obat Berdasarkan
Informasi Obat 1
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
17
54.8
54.8
54.8
Kadang-kadang
12
38.7
38.7
93.5
2
6.5
6.5
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Informasi Obat 2
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
21
67.7
67.7
67.7
Kadang-kadang
7
22.6
22.6
90.3
Tidak pernah
3
9.7
9.7
100.0
31
100.0
100.0
Total
INformasi Obat 3
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
7
22.6
22.6
22.6
Kadang-kadang
14
45.2
45.2
67.7
Tidak pernah
10
32.3
32.3
100.0
Total
31
100.0
100.0
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INformasi Obat 4
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
14
45.2
45.2
45.2
Kadang-kadang
13
41.9
41.9
87.1
4
12.9
12.9
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Informasi Obat 5
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
10
32.3
32.3
32.3
Kadang-kadang
17
54.8
54.8
87.1
4
12.9
12.9
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Informasi Obat 6
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
17
54.8
54.8
54.8
Kadang-kadang
12
38.7
38.7
93.5
2
6.5
6.5
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Informasi Obat 7
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Kadang-kadang
Valid Percent
Percent
9
29.0
29.0
29.0
18
58.1
58.1
87.1
4
12.9
12.9
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Percent
Informasi Obat 8
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
13
41.9
41.9
41.9
Kadang-kadang
15
48.4
48.4
90.3
3
9.7
9.7
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Informasi Obat 9
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
13
41.9
41.9
41.9
Kadang-kadang
16
51.6
51.6
93.5
2
6.5
6.5
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Informasi Obat 10
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Kadang-kadang
Valid Percent
Percent
9
29.0
29.0
29.0
14
45.2
45.2
74.2
8
25.8
25.8
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Percent
Informasi Obat 11
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Kadang-kadang
Valid Percent
Percent
9
29.0
29.0
29.0
15
48.4
48.4
77.4
7
22.6
22.6
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Percent
Informasi Obat 12
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
11
35.5
35.5
35.5
Kadang-kadang
12
38.7
38.7
74.2
8
25.8
25.8
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Informasi Obat 13
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
10
32.3
32.3
32.3
Kadang-kadang
12
38.7
38.7
71.0
9
29.0
29.0
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
Informasi Obat 14
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
7
22.6
22.6
22.6
Kadang-kadang
12
38.7
38.7
61.3
Tidak pernah
12
38.7
38.7
100.0
Total
31
100.0
100.0
Informasi Obat 15
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
19
61.3
61.3
61.3
Kadang-kadang
10
32.3
32.3
93.5
2
6.5
6.5
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Informasi Obat 16
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
22
71.0
71.0
71.0
Kadang-kadang
7
22.6
22.6
93.5
Tidak pernah
2
6.5
6.5
100.0
31
100.0
100.0
Total
Informasi Obat 17
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak diisi
6
19.4
19.4
19.4
Selalu
8
25.8
25.8
45.2
12
38.7
38.7
83.9
5
16.1
16.1
100.0
31
100.0
100.0
Kadang-kadang
Tidak pernah
Total
Informasi Obat 18
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak diisi
5
16.1
16.1
16.1
Selalu
7
22.6
22.6
38.7
Kadang-kadang
7
22.6
22.6
61.3
Tidak pernah
12
38.7
38.7
100.0
Total
31
100.0
100.0
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Informasi Obat 19
Cumulative
Frequency
Valid
Tidak diisi
Percent
Valid Percent
Percent
1
3.2
3.2
3.2
Selalu
10
32.3
32.3
35.5
Kadang-kadang
10
32.3
32.3
67.7
Tidak pernah
10
32.3
32.3
100.0
Total
31
100.0
100.0
Informasi Obat 20
Cumulative
Frequency
Valid
Tidak diisi
Tidak pernah
Total
Percent
Valid Percent
Percent
30
96.8
96.8
96.8
1
3.2
3.2
100.0
31
100.0
100.0
Informasi Obat 21
Cumulative
Frequency
Valid
Tidak diisi
Percent
Valid Percent
Percent
1
3.2
3.2
3.2
Selalu
10
32.3
32.3
35.5
Kadang-kadang
14
45.2
45.2
80.6
6
19.4
19.4
100.0
31
100.0
100.0
Tidak pernah
Total
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Informasi Obat 22
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak diisi
4
12.9
12.9
12.9
Selalu
4
12.9
12.9
25.8
Kadang-kadang
12
38.7
38.7
64.5
Tidak pernah
11
35.5
35.5
100.0
Total
31
100.0
100.0
Lampiran 3. Frekuensi Kepatuhan Minum Obat
Kepatuhan Minum Obat 1
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
20
64.5
64.5
64.5
Kadang-kadang
11
35.5
35.5
100.0
Total
31
100.0
100.0
Kepatuhan Minum Obat 2
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
5
16.1
16.1
16.1
Kadang-kadang
14
45.2
45.2
61.3
Tidak pernah
12
38.7
38.7
100.0
Total
31
100.0
100.0
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kepatuhan Minum Obat 3
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
4
12.9
12.9
12.9
Kadang-kadang
15
48.4
48.4
61.3
Tidak pernah
12
38.7
38.7
100.0
Total
31
100.0
100.0
Kepatuhan Minum Obat 4
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
6
19.4
19.4
19.4
Kadang-kadang
8
25.8
25.8
45.2
Tidak pernah
17
54.8
54.8
100.0
Total
31
100.0
100.0
Kepatuhan Minum Obat 5
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
7
22.6
22.6
22.6
Kadang-kadang
12
38.7
38.7
61.3
Tidak pernah
12
38.7
38.7
100.0
Total
31
100.0
100.0
86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kepatuhan Minum Obat 6
Cumulative
Frequency
Valid
Selalu
Percent
Valid Percent
Percent
1
3.2
3.2
3.2
Kadang-kadang
10
32.3
32.3
35.5
Tidak pernah
20
64.5
64.5
100.0
Total
31
100.0
100.0
Kepatuhan Minum Obat 7
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
5
16.1
16.1
16.1
Kadang-kadang
9
29.0
29.0
45.2
Tidak pernah
17
54.8
54.8
100.0
Total
31
100.0
100.0
Kepatuhan Minum Obat 8
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak diisi
1
3.2
3.2
3.2
Selalu
2
6.5
6.5
9.7
Kadang-kadang
3
9.7
9.7
19.4
Tidak pernah
25
80.6
80.6
100.0
Total
31
100.0
100.0
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kepatuhan Minum Obat 9
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak diisi
1
3.2
3.2
3.2
Selalu
2
6.5
6.5
9.7
Kadang-kadang
6
19.4
19.4
29.0
Tidak pernah
22
71.0
71.0
100.0
Total
31
100.0
100.0
88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Profil Pelayanan
Informasi Obat yang Diterima dan Kepatuhan Pasien
Asma Berdasarkan Persepsi Pasien di Kabupaten
Sleman” memiliki nama lengkap Andika Pradana
Putra. Penulis lahir di Palangkaraya pada tanggal 8 Mei
1992 dari pasangan Sukarya dan Mimie sebagai anak
pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang
ditempuh penulis dimulai di TK Duhung Palangkaraya
(1997-1998), SD Negeri Bukit Tunggal 6 Palangkaraya
(1998-2004), SMP Negeri 3 Palangkaraya (20042007), dan melanjutkan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 5 Palangkaraya (2007-2010). Pada tahun
2010 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi. Selama menempuh kuliah, penulis aktif
dalam berbagai kepanitiaan. Penulis pernah menjadi anggota divisi perlengkapan Hari
AIDS Sedunia (2011), anggota tim Biofair Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2011).
Download