PEMBELaJaraN BErBasIs MULtIMEDIa

advertisement
PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA
Suhirman
Program Pascasarjana STAIN Bengkulu
(Jalan Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu)
Abstract:
Thise artikel concentrates on forms of multimedia in which a computer is involved,
one way or another. The computer either present information directly or controls the
presentation of information from some other source, such as CD-ROM or videodisc
Some would prefer that the term multimedia refer to the entire system, incuding
hardwere, softwere, and document, used to sommunicate with the system user. The
term document here refers to the actual data file or files storing the text, grafphics,
and sound. The combination of hardware, application software, and document is
probably wahat most educators now understand multimedia to be.
Key words: Pembelajaran, multimedia
I. PENDAHULUAN
Multimedia sebagai media pembelajaran menjadi perhatian dan layak untuk
dibicarakan dan dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Akan tetapi pada
kenyataannya banyak terabaikan dengan berbagai alasan seperti; terbatasnya waktu dalam
mendesain dan memproduksi, tidak tersedianya multimedia yang butuhkan, dan tidak
tersedianya biaya produksi dan pembelian multimedia. Alasan seperti ini tidak perlu ada,
karena sudah banyak jenis multimedia yang diperjualbelikan dengan harga yang relative
murah.
Karakteristik keunggulan multimedia perlu diperhatikan oleh guru agar dapat memilih
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Misalnya macroflash, merupakan multimedia yang
dapat memberikan konstribusi secara maksimal dalam pembelajaran baik bersifat konsep,
fakta, prinsip dan prosedur. Untuk pembelajaran hampir semua bidang studi sudah tersedia
dipasarann. Apabila multimedia macroflash tidak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai,
dapat digunakan multimedia jenis lain sepert; powerpoint, dan apabila tidak tersedia juga
guru dapat memproduksinya sendiri melalui kelompok guru bidang studi atau gugusangugusan yang ada.
Kehadiran multimedia sebagai salah satu produk teknologi pendidikan merupakan
sesuatu yang inovatif dalam perkembangan media pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif. Pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan
peserta didik dan membantu perkembangan kemampuan yang sempurna baik fisik,
mental maupun emosional. Kemampuan peserta didik pada dasarnya unik dan dapat
223
224
Jurnal Nuansa
. Edisi 1, No. 2, September 2010
dikembangkan dengan memanfaatkan multimedia pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan
multimedia yang tepat sehingga potensi yang dimiliki peserta didik dapat berkembang
secara maksimal.
Multimedia diharapkan mampu mengatasi masalah dalam proses pembelajaran yang
dikemas dalam program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik
peserta didik. Untuk itu dibutuhkan usaha yang maksimal untuk menghasilkan produk
teknologi pendidikan menjadi program multimedia yang mampu mengoptimalkan proses
pembelajaran terus dikembangkan secara kontinyu sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan multimedia diawali dengan perkembangan CD-ROM yang berisi musik
dan data untuk keperluan penyimpanan dan penyebaran informasi. CD-ROM memiliki
kapasitas dalam menyimpan data 500 hingga 700 megabites. Besarnya kapasitas CD-ROM
ini membuatnya menjadi salah satu alternatif dalam menyimpan dan mengembangkan
program multimedia. Program multimedia sendiri membutuhkan kapasitas yang besar
karena semakin kompleks programnya, maka semakin tinggi kapasitas yang dibutuhkan.
Multimedia merupakan program media pembelajaran yang efektif dan efisien
berdasarkan kemampuannya menyentuh berbagai panca indra, seperti; pengelihatan,
pendengaran dan sentuhan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mark dan Cindy1
multimedia is a communication fotmat that integrates several media – text, audio, video,
and animation –most coonly implemented with a computer.
Sebagaimana media pembelajaran lainnya, multimedia merupakan bagian yang
integral dalam pembelajaran dalam menjalin komunikasi antara guru dan peserta didik dan
antar peserta didik. Peserta didik dapat mempelajari materi pembelajaran yang dikemas
dalam program multimedia sesuai dengan minat, kesukaan, kebutuhan, pemahaman, dan
emosionalnya. Multimedia dalam pembelajaran dapat dilakukan secara individual dengan
sistem tutor pribadi, karena multimedia memiliki kemampuan dalam mengulangi kembali
informasi sesuai dengan kebutuhan. Apabila peserta didik belum paham terhadap materi
yang disajikan ia dapat mempelajari kembali program multimedia secara berulang samapi
mengerti.
Pemanfaatan multimedia dapat menimbulkan motivasi belajar, dapat memberikan
penjelasan lebih baik dan lengkap terhadap sesuatu permasalahan, memudahkan untuk
mengulangi pelajaran yang belum jelas, mengerjakan soal latihan untuk mengukur
kemampuan, karena multimedia memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
berinteraksi dengan program yang sajikannya. Kehadiran multimedia dalam pembelajaran
menjadi sangat bermanfaat. Bagi guru diharapkan mampu mendesain dan menggunakan
program multimedia ini secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
1 Mark, G., & Cindy, G. 1996. Integrating Technology for Meaningful Learning. Boston:SouthWestern Publishing, hal 212
Suhirman
. Pembelajaran Berbasis Multimedia
225
II. PEMBAHASAN
A. Pembelajaran
Mayer memandang konsep pemelajaran dari tiga dimensi, yaitu (1) pembelajaran
sebagai penguatan respon, (2) pembelajaran sebagai pemerolehan pengetahuan, dan (3)
pembelajaran sebagai pengkonstruksi pengetahuan.2 Bila dicermati pandangan Mayer ini,
terdapat tiga konsep pembelajaran. Ketiga konsep tersebut adalah behavioristik, konstruktivistik, dan kognitivistik.
Konsep behavioristik tentang pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku peserta
didik. Konsep utama teori ini adalah stimulus dan respon serta adanya perubahan perilaku.
Orang dikatakan telah mengalami pembelajaran apabila ada perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh dampak stimulus dan respon, sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Konsep konstruktivistik tentang pembelajaran adalah konstruksi
pengetahuan.
Konsep utama teori ini adalah pengetahuan dibangun secara internal oleh peserta didik,
sementara guru menyediakan lingkungan pembelajaran yang mendukung konstruksi
internal tersebut. Peserta didik dikatakan telah mengalami pembelajaran, apabila secara
internal melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan yang mempasilitasinya.
Konsep kognitivistik tentang pembelajaran adalah suatu perubahan struktur kognitif.
Konsep utama teori ini adalah pemahaman melalui asimilasi. Siswa dikatakan telah
mengalai pembelajaran, apabila telah terjadi perubahan dalam struktur kognitif yaitu
suatu mekanisme kerja dalam otak peserta didik.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang kompleks, dan setelah belajar siswa
diharapkan memiliki keterampil-an, pengetahuan, sikap, dan nilai. Kapabilitas tersebut
timbul dari (1) stimulus berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan
guru. Dengan demikian, pembelajaran merupakan proses kognitif yang mengubah sifat
stimulus melalui pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Beberapa prinsip
pembelajaran, yaitu (1) perhatian dan motivasi, (2) keaktifan, (3) keterlibatan langsung/
berpengalaman, (4) pengulangan, (5) tantangan, (6) balikan, (7) penguatan, dan (8)
perbedaan individual.
Degeng menyatakan bahwa belajar terjadi baik melalui maupun tanpa adanya
pembelajaran. Dengan demikian setiap proses belajar dipengaruhi sedemikian rupa
oleh aktivitas-aktivitas yang bersifat eksternal peserta didik. Jika aktivitas-aktivitas ini
dapat didesain dengan baik dalam mendukung terjadinya proses belajar, maka proses
ini merupakan aktivitas eksternal3. Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan juga
2 Mayer, R.E. 1999. Designing Instruction for Constructivist Learning dalam Reigeluth, C.M. (ED):
Instructional-design Theories and Models: A New Paradigm of Instructional Theory, volume II. p. 141 –
159. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.
3 Degeng, I.N.S. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Demokratisasi Belajar. Makalah.
Disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V, Tgl. 7 Oktober 2000, di
226
Jurnal Nuansa
. Edisi 1, No. 2, September 2010
sebagai rangkaian peristiwa eksternal didesain dan memiliki pengaruh terhadap proses
belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Semua aktivitas bersifat eksternal
ini bukannya menimbulkan belajar, melainkan aktivitas yang mendukung proses internal
dalam diri peserta didik.
Pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan memfasilitasi
belajar siswa. Pembelajaran merupakan upaya guru dengan tujuan untuk membantu siswa
agar belajar dengan mudah.4 Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses yang
direncanakan dan diarahkan terlebih dahulu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Smith dan Valarie menyatakan bahwa pembelajaran merupakan penyampaian berbagai
informasi dan aktivitas yang diarahkan memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
secara terarah. pembelajaran merupakan suatu proses sistematik, dimana setiap komponen
memiliki arti sangat penting untuk keberhasilan belajar.5
Pandangan tentang proses pembelajaran sebagai sistem inilah yang kemudian
mendasari desain pembelajaran sebagai suatu sistem. Sebagai suatu sistem, desain
pembelajaran terdiri atas sejumlah kom-ponen, dan komponen-komponen tersebut saling
bekerjasama atau berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Makna
lain dari pembelajaran adalah proses kegiatan difokuskan pada hal-hal tertentu dipelajari
siswa. Jika pembelajaran didesain untuk mencapai tujuan tertentu, maka pembelajaran
lebih efektif mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa pembelajaran
adalah penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas di-desain untuk membantu memudahkan
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan kata
lain, pembelajaran merupakan wujud prosesan dari aktivitas-aktivitas yang difokuskan
pada peserta didik dalam mempelajari hal-hal tertentu.
Keterkaitan konsep pembelajaran dengan konsep belajar sangat erat. Bila belajar
adalah proses mental terjadi pada diri siswa, sedangkan pembelajaran adalah proses terjadi
antara guru dengan siswa. Dari pandangan behavioristik, pembelajaran adalah proses
pemberian penguatan respon kepada peserta didik untuk mengubah perilaku, sedangkan
pandangan kognitivistik pembelajaran adalah proses interaksi guru dan siswa guna untuk
mendapatkan pengetahuan, atau proses penyediaan lingkungan belajar yang dilakukan
oleh guru agar konstruksi pengetahuan internal siswa dapat terjadi. Pembelajaran yang
baik harus mampu menyediakan dear information, thoughtful practices, informative
feedback, dan strong instrinsic and extrinsic motivation. 6
Universitas Negeri MalangDegeng, I.N.S. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Demokratisasi
Belajar. Makalah. Disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V, Tgl. 7
Oktober 2000, di Universitas Negeri Malang
4 Heinich, R., Molenda, M., Russell, D.J., & Smaldino, E. 2002. Instructional Media and Tehnology
for leraning. New Jersey: Prentice Hall Inc.
5 Smith, J.B., & Valarie, E.L. 1996. Collective Responsibility for Learning and its Effects on gain in
Achievement. Edina, Minnesota: Interaction Book Company.
6 Richey, R. 1986. Theoretical and Conceptual Bases of Instructional Design; London: Kogan
Suhirman
. Pembelajaran Berbasis Multimedia
227
B. Multimedia
Banyak batasan-batasan mengenai definisi multimedia pembelajaran, seperti: (1)
Thompson mendefinisikan multimedia sebagai suatu system yang menggabungkan
gambar, video, suara, dan animasi secara interaktif7, (2) Feldmans mendefinisikan
multimedia sebagai suatu system computer yang terdiri dari hardware dan software yang
memberikan kemudahan untuk menggabungkan gambar, video, fotografi, dan animasi
dengan suara, teks, serta data dengan menggunakan program computer8, (3) Furht
mendefinisikan bahwa multimedia sebagai gabungan berbagai media, seperti; teks, grafik,
gambar, video, dan animasi9 . Apapun batasan-batasan yang dikemukakan oleh ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran adalah pemanfaatkan komputer
dalam mempresentasekan dan mengintegrasikan teks, suara, grafik, video, suara, animasi
secara interaktif. Berikut ini gambar konseptual multimedia pembelajaran.
TEKS
ANIMASI
VIDEO
GAMBAR
GRAFIK
SUARA
SKETSA
INTERAKTIF
Gambar Konsep Multimedia
Definisi multimedia di atas memberikan pedoman bagi guru dalam menetapkan strategi
pembelajaran dengan mengkolaborasikan seting pembelajaran dengan menggunakan
multimedia. Ada 5 aspek yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan multimedia
pembelajaran dengan mempreskripsikan strategi penyampaian (suatu strategi bagaimana
cara menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik).
1. Tingkat kecermatan representasi
Tingkat kecermatan representasi suatu multimedia bisa diletakkan dalam garis
kontinum, seperti: benda konkrit, seperi film bersuara; media pandang, sepeti gambar atau
Page.
7 Thompson,S.A. 1994. UpGading Your PC to Multimedia. Indianapolis: QUE Corporation.
8 Feldman, T,. 1995. Multimedia. New York: Blueprint.
9 Furht, B,. 1996. FAU Computer Science & Mesineering Multimedia System. Florida: Atlantic
University.
228
Jurnal Nuansa
. Edisi 1, No. 2, September 2010
diagram; media dengar, seperti rekaman suara dan simbul-simbul tertulis. Bagaimanapun
juga, kontinum ini bisa bervariasi untuk suatu pembelajaran. Misalnya, pembelajaran
untuk suatu konser musik akan memiliki variasi kontinum yang berbeda menurut tingkat
kecermatan representasinya.
Pembelajaran harus bergerak dari pengalaman langsung ke representasi ikonik
(seperti dalam gambar dan film), dan selanjutnya ke representasi simbolik (seperti : kata
atau simbol-simbol lain). ”instructional media not only provide the necessary concrete
experiences” .10
Banyak peserta didik telah melihat barbagai aspek bagaimana cara pengaspalan
jalan raya. Mereka melihat banyak kendaraan pengangkut bahan, seperti batu dan pasir.
Mereka juga telah melihat cara menata batu, serta ukurannya. Mereka melihat bagaimana
cara membakar aspal dan menuangkannya ke atas batu yang telah ditata. Mereka juga
melihat alat-alat besar lainnya, seperti bagaimana silinder bekerja. Bagaimanapun juga,
mereka sering mendapat pengalaman ini secara terpisah-pisah. Disuatu tempat peserta
didik melihat manata batu dan ditempat lain mereka melihat bagaimana membakar
aspal, dan seterusnya. Bagaimanapun juga, mereka perlu memiliki pengalaman yang
terintegrasi yang menggambarkan bagaimana cara pembangunan sebuah jalan raya. Film
tentang pembuatan jalan raya akan dapat mengintegrasikan semua tahapan ini sehingga
pengalaman-pengalaman siswa yang terpisah-pisah tadi terintegrasi ke dalam satu
abstraksi yang bermakna.
2. Tingkat interaksi yang ditimbulkan
Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkan oleh multimedia juga dapat dibentangkan
dalam suatu kontinum, tetapi titik-titik dalam kontinum ini ditunjukkan oleh jenis
multimedia yang berbeda: komputer, pengajar, buku kerja, buku teks/rekaman, dan
siaran radio/televisi. multimedia ini mempunyai kemampuan menyajikan berbagai hal
yang telah dikemuka-kan sebelumnya. Misalnya, pengajar dapat menyajikan semua
multimedia dari benda konkrit sampai simbul-simbul verbal. Buku kerja dapat menyajikan
gambar, diagram, serta simbul-simbul tertulis. Juga memungkinkan untuk menggunakan
multimedia secara terkombinasi, seperti buku kerja dengan film atau benda konkrit bila
sedang bekerja di lab. Atau buku kerja kombinasi dengan buku teks atau suara radio. Atau
juga simbul-simbul tertulis dengan film atau benda-benda konkrit. Kombinasi-kombinasi
lainpun dapat diciptakan untuk keperluan suatu pembelajaran.
3. Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya
Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki oleh multimedia dapat dipakai untuk
mempreskripsikan strategi penyampaian. 2 aspek yang telah dibicarakan di atas, baik
10 Heinich, R., Molenda, M., Russell, D.J., & Smaldino, E. 2002. Instructional Media and Tehnology
for leraning. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Suhirman
. Pembelajaran Berbasis Multimedia
229
dari kontinum tingkat kecermatan maupun tingkat interaktifnya, dapat diidentifikasi
karakteristik khusus yang dimilikinya. Karakteristik khusus yang dimaksud adalah
kemampuan dalam menyajikan sesuatu yang tidak dapat disajikan oleh media lain. yang
mempunyai kemampuan khusus inilah yang amat berpengaruh dalam menetapkan strategi
penyampaian.
Kemampuan-kemampuan khusus suatu multimedia bisa dilihat dari kecepatannya
dalam menyajikan sesuatu, seperti film tentang pembangunan jalan raya akan lebih cepat
memberi gambaran tentang bagaimana tahapan pembuatan jalan raya, dibandingkan
dengan mengamati langsung ke lokasi yang memakan waktu lama sampai jalan itu selesai.
Kemampuan simulatif, seperti dalam simulator terbang yang memungkinkan seorang
pilot dapat mendaratkan sebuah pasawat sepuluh kali dalam satu jam tanpa harus lepas
landas lagi setiap kali akan mengambil posisi mendarat berikutnya.
4. Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya
Tingkat pengaruh motivasional yang dimiliki multimedia juga penting artinya untuk
keperluan mempreskripsikan strategi penyampaian. Namun perlu dicatat bahwa pengaruh
motivational ini sering kali amat bervariasi sejalan dengan perbedaan perseorangan di
antara peserta didik. Umpamanya, seorang peserta didik yang mampu memanfaatkan
multi media secara interaktif, dapat bertindak sebagai motivator, tetapi pada saat yang
sama, ia justru menghancurkan motivasi belajar peserta didik yang lain.
Multimedia pembelajaran diharapkan dapat memberi pengaruh motivational yang
berbeda. Perbedaan ini lebih banyak dapat dikaitkan dengan perbedaan karakteristik
peserta didik. Makin dekat kesamaan karakteristik peserta didik dengan multimedia yang
dipakai, makin tinggi pengaruh motivasional yang bisa ditimbulkan oleh multimedia
tersebut. Heinich, molenda, dan Russell11 menyimpulkan tentang semua ini, bahwa ”if
instructional multimedia are ti be used effectively, there must be a match berween the
characteristics of the learner and the content of the learning material and its presentation”.
Di samping interaksinya dengan karakteristik peserta didik, multimedia dapat berinteraksi
dengan tipe isi bidang studi dalam menentukan pengaruh motivasionalnya, begitu juga
dengan bidang studu tipe konsep, dan tipe isi prosedural.
5. Tingkat biaya yang diperlukan
Tingkat biaya yang diperlukan dalam menyiapkan multimedia juga penting
untuk mempreskripsikan strategi penyampaian. Mulai dari perancangan sampai pada
pembuatannya, jika multimedia tersebut dikembangkan sendiri. Kalau ingin menggunakan
multimedia siap pakai, dengan membeli, berapa harganya? Apakah memadai jika
dibandingkan dengan keseluruhan strategi penyampaian yang akan dipakai? Nilai dari
11 Heinich, R., Molenda, M., Russell, D.J., & Smaldino, E. 2002. Instructional Media and Tehnology
for leraning. New Jersey: Prentice Hall Inc
230
Jurnal Nuansa
. Edisi 1, No. 2, September 2010
sutu strategi penyampaian dapat ditaksir dari jenis dan satuan multimedia yang dipakai.
Bagaimanapun juga, makin tepat dan lengkap multimedia yang dipakai, makin besar
keefektifandari strategi penyampaian itu.
C. Interaksi Peserta Didik Dengan Multimedia
Bentuk interaksi antara peserta didik dengan multimedia merupakan komponen
penting kedua untuk mempreskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting
karena uraian mengenai strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memberi gambaran
tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu multimedia pada kegiatan
pembelajaran. Itulah sebabnya komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian
mengenai kagiatan pembelajaran apa yang dilakukan oleh peserta didik dan bagaimana
peranan multimedia untuk merangsang kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan seorang peserta didik untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan banyak sekali ragamnya. Mulai dari
kegiatan yang paling dasar, seperti membaca, mendengarkan, menulis, sampai kepada
kegiatan-kegiatan yang jauh lebih kompleks yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan
dasar tersebut, seperti mengerjakan tugas, sajian kelas, membuat laporan, diskusi dan
seterusnya.
Tersedianya multimedia penting sekali untuk merangsang kegiatan pembelajaran
peserta. Kehadiaran guru, untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran, buku teks, sebagai
sumber informasi; proyektor, unntuk menampilkan film; dan media-media lain, amat
diperlukan untuk merangsang kegiatan pembelajaran. Interaksi antara peserta didik dengan
multimedia inilah yang sebenarnya merupakan wujud nyata dari tindak pembelajaran.
Proses pembelajaran terjadi dalam diri peserta didik ketika mereka berinteraksi dengan
multimedia dan media lainnya, dengan demikian, tanpa multi media dan media,
pembelajaran tidak akan pernah terjadi.
D. Fungsi Multimedia Dalam Pembelajaran
Sebagai komponen sistem pembelajaran, multimedia memiliki fungsi yang berbeda
dengan komponen-komponen lainnya. Multimedia dimuati pesan pembelajaran untuk
disampaikan kepada peserta didik. Proses penyampaian pesan ini sering kali terjadi
gangguan yang mengakibatkan pesan pembelajaran tidak diterima oleh peserta didik
seperti apa yang dimaksudkan oleh penyampai pesan (guru). Gangguan-gangguan
komunikasi antara guru dengan peserta didik ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa
hal berikut ini :
1. Verbalisme
verbalisme terjadi apabila seseorang hanya tahu kata yang mewakili suatu objek, tetapi
tidak mengetahui objeknya, atau seseorang tahu nama konsep, tetapi tidak tahu substansi
konsepnya. Verbalisme bisa terjadi kalau dalam proses pembelajaran hanya melibatkan
Suhirman
. Pembelajaran Berbasis Multimedia
231
media verbal sehingga peserta didik cenderung hanya meniru apa yang dikatakan guru
tanpa memahami maknanya. Keadaan seperti ini berpotensi untuk menggangu proses
pembelajaran karena apa yang dimaksudkan oleh guru bisa ditafsirkan lain oleh peserta
didik.
2. Salah tafsir
Salah taafsir jelas sekali dapat menggangu proses pembelajaran. Ini bisa terjadi kalau
istilah-istilah yang dimunculkan dalam proses pembelajaran tidak dipahami sama oleh
guru dan ppeserta didik. Perhatian yang tak terpusat atau ganda sering dapat diacukan
sebagai sebab terganggunanya proses komunikasi. Gangguan perhatian muncul karena
prosedur penyampaian pesan yang membosankan, atau karena perhatian peserta didik
yang lebih tertarik pada hal-hal yang lain diluar pesan yang sedang disampaikan.
3. Pembentukan Persepsi Tak Bermakna
Gangguan proses komunikasi juga dapat terjadi karena terbentuknya persepsi yang
keliru tentang suatu objek, peristiwa, atau gejala. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh
kurangnya variasi media yanng dilibatkan dalam proses komunikasi itu.
4. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan adalah dimana pembelajaran berlangsung. Tata ruang, tat suara,
tata fasilitas amat menetukan kualitas penyampaian pesan, dan semua butir ini sangat
terkait dengan pemanfaatan multimedia dalam proses pembelajaran.
Kunci pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan gangguan proses
penyampaian pesan pembelajaran ini terletak pada multimedia yang dipakai dalam proses
itu. Pemilihan multimedia yang tepat, sesuai dengan keistimewaan yang dimilikinya, akan
dapat memperkecil gangguan-gangguan ini. Keistimewaan yang dimiliki multimedioa
tersebut adalah sebagai berikut
(1) kemampuan fiksatif. Artinya bahwa multimedia memiliki kemampuan untuk
menangkap, menyimpan dan kemudian penampilkan kembali suatu obyek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini berarti suatu obyek atau kejadian dapat digambar,
dipotret, difilmkan atau direkam, dan dalam bentuk multimedia kemudian dapat
disimpan lama, pada saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi dan diamati kembali
seperti kejadian aslinya.
(2) kemampuan manipulatif. Artinya bahwa dengan kemampuan ini multimedia dapat
menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan
dengan keperluan. Maksudnya penampilan suatu obyek atau kejadian dapat diubahubah ukurannya, kecapatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya.
(3) Kemampuan distributuf. Artinya bahwa dengan kemampuan ini, dalam sekali
penampilan suatu obyek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat
banyak.
232
Jurnal Nuansa
. Edisi 1, No. 2, September 2010
Dillihat dari keistimewaan-keistimewaannya, multimedia memiliki fungsi yang
jelas untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan
pembelajaran. Secara garis besar fungsi multimedia dapat dikemukakan seperti berikut
ini :
a. Menghindari terjadinya verbalisme
b. Membangkitkan minat/motivasi
c. Menarik perhatian siswa
d. Mengatasi keterbatasan : ruang, waktu dan ukuran.
e. Mengaktifkan peserta didik dan kegiatan belajar
f. Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
Secara lebih terperinci fungsi multimedia dalam proses belajar-mengajar dapat
dikemukakan berikut ini :
a. Peserta didik dapat menyaksikan benda/peristiwa yang ada/terjadi pada masa lampau,
sehingga dapat memperoleh gambaran tentang peristiwa/benda bersejarah.
b. Peserta didik mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena
tempatnya jauh atau berbahaya atau terlarang, misalnya, tentang kehidupan harimau
di hutan, keadaan dan kesibukkan dipusat reaktor nuklir dan sebagainya.
c. Peserta didik dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal yang sukar
diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena
terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya, dengan perantara maket dapat memperoleh
gambaran yang jelas tentang bendungan dan komplek pembangkit listrik.
d. Peserta didik dapat mendengar suara yang sukar ditangkap telinga secara langsung,
misalnya, denyut jantung dan proses kerjanya.
e. Peserta didik dapat mengamati dengan teliti hewan-hewan yang sukar diamati secara
langsung karena sukar ditangkap, seperti; serangga, burung hantu, kelelawar, dan
sebagainya.
f. Peserta didik dapat mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau yang
berbahaya didekati, seperti; pelangi, gunung meletus, perang dan lain sebagainya.
g. Peserta didik dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar
diawetkan, seperti; organ-organ tubuh, jantung, paruparu dan sebagainya.
h. Peserta didik dapat membandingkan dua benda yang berbeda sifat, ukuran, atapun
bentuknya.
i. Memperlihatkan secara tepat suatu proses yang berlangsung secara lambat, seperti
proses dari kuncup sampai mekar suatu bunga.
j. Memperlihatkan secara lambat gerakan-garakan yang berlangsung amat cepat,
seperti; gerakan lompat tinggi, salto, dan sebagainya secara lambat, bahkan dapat
juga dihentikan jika diperlukan untuk diamati secara teliti.
Suhirman
. Pembelajaran Berbasis Multimedia
233
k. Memudahkan Peserta didik mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yanng sukar
diamati secara langsung, seperti; mesin motor empat tak, dan sebagainya.
l. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat dan gaya belajarnya
masing-masing.
E. Implementasi Multimedia dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengimplemen-tasian multimedia
dalam pembelajaran:
1. Gaya belajar peserta didik
2. Karakteristik dan kognitif peserta didik
3. Kriteria penggunaan multimedia
4. Kelebihan dan kelemahan multimedia yang digunakan
5. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam mengkmbinasikan dengan multimedia
6. Pengkondisian lingkungan belajar (ketersediaan fasilitas)
7. Pembelajaran bersifat kontinyunitas sesuai dengan RPP yang didesain.
8. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam upaya menimbulkan motivasi dan
prestasi belajarnya.
Dari delapan hal tersebut diatas, dapat didesain pembelajaran berbasis multimedia.
Tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1. Analisis: penetapan tujuan pembelajaran menjadi titik awal untuk kegiatan berikutnya.
Pencapaian tujuan pembelajaran yang mana dalam pembahasannya menggunakan
multimedia. Penggunaan multimedia ini diharapkan dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal. Dengan demikian guru harus mempertimbangkan
dengan melakukan analisis secara cermat, sehingga keputusan penggunaan multimedia
dalam pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Pemilihan Multimedia: multimedia apa yang tepat digunakan untuk mewujudkan
pencapaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya dapat menetapkan kegiatan-kegiatan
dalam pembelajaran berupa: antarmuka pengguna, kapabilitas sistem, bagaimana
peserta didik belajar melakukan navigasi sistem, bagaimana elemen-elemen program
dan interaksi diintegrasikan dengan unit-unit secara baik, pemanfaatan fasilitas,
latihan, dukungan teknis dan sistem tutorialnya.
3. Pemilihan Strategi Pembelajaran: untuk menjadikan pembelajaran efektif, pemilihan
strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan multimedia
yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar yang kundusif,
sehingga peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan.
4. Refleksi: untuk mengetahui sejauhmana konstribusi multimedia dalam proses
pembelajaran berkenaan dengan peningkatan hasil belajar, motivasi belajar, kreatifitas
234
Jurnal Nuansa
. Edisi 1, No. 2, September 2010
belajar, dan interaksi yang ditimbulkan dalam pembelajaran. Tahapan ini dijadikan
sebagai dasar untuk menetapkan aspek-aspek yang perlu diperbaiki dalam desaim
pembelajaran berbasis multimedia berikutnya.
F. Efektifitas Pemanfaatan Multimedia dalam Pembelajaran
1. Hasil penelitian Wilkinson mengungkapkan bahwa proses pembelajaran menggunakan
satu indera memberikan rangsangan belajar yang terbatas. Penggunaan multimedia
akan memberikan rangan yang lebih baik dengan terintegrasinya media audio dan
visual dalam satu software yang berisi program pembelajaran.
2. Hasil penelitian Edward mengungkapkan bahwa proses pembelajaran menggunakan
multi sebagai kelompok eksperimen memberikan hasil yang lebih baik, dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang menggunakan media pembelajaran cetak (buku
teks).
3. Morgan dan Shade menemukan dari sekian banyak program yang ada di pasaran, hanya
20-25% yang dapat dikategorikan memenuh syarat sebagai fasilitas pembelajaran.12
Dari ketiga hasil temuan di atas, terungkap bahwa pembelajaran menggunakan
multimedia yang memenuhi persyaratan akademik dapat meningkatkan hasil belajar dan
kreatifitas peserta didik.
III. PENUTUP
Pemilihan dan penggunaan multimedia hendaknya jangan didasar-kan pada kesukaan
atau kesenangan kita sebagai guru, tetapi didasarkan pada kesesuaian multimedia
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi yang pelajari, dan karakteristik
peserta didik. Prinsip ini akan mendukung proses pembelajaran mengenai pemanfaatan
multimedia dengan mengembangan potensi, kreatifitas dan motivasi peserta didik.
Interaksi antara multimedia dengan peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar.
Peserta didik akan mendapat manfaat yang signifikan, apabila dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan multimedia sesuai dengan karakteristiknya. Peserta didik yang
memiliki gaya belajar visualistik lebih mendapatkan keuntungan pembelajaran dengan
menggunakan video, gambar, animasi, film (multimedia), sedangkan peserta didik
yang memiliki gaya belajar auditif mendapatkan keuntungan bila dalam pembelajaran
menggunakan media pembelajaran jedis audio, seperti; radio, rekaman, ceramah
pengajar.
Tujuan akhir dari pemanfaatan multimedia adalah memudahkan peserta didik dalam
memahami materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan akhir tersebut kita sebagai desainer
12 Munir. 2009. Pembelajaran jarak jauh Berbasis Teknologi Informsi dan komunikasi. Bandung:
Alfabeta.
Suhirman
. Pembelajaran Berbasis Multimedia
235
pembelajaran, diaharpkan mampu mengembangkan berbagai jenis multimedia yang
inovatif dan kreatif untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan
karakternya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Degeng, I.N.S. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Demokratisasi
Belajar. Makalah. Disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi
Pembelajaran V, Tgl. 7 Oktober 2000, di Universitas Negeri Malang.
Feldman, T,. Multimedia, New York: Blueprint, 1995.
Furht, B,. FAU Computer Science & Mesineering Multimedia System. Florida: Atlantic
University, 1996.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, D.J., & Smaldino, E. Instructional Media and
Tehnology for leraning. New Jersey: Prentice Hall Inc., 2002.
Mark, G., & Cindy, G. Integrating Technology for Meaningful Learning. Boston:SouthWestern Publishing, 1996.
Mayer, R.E. Designing Instruction for Constructivist Learning dalam Reigeluth, C.M.
(ED): Instructional-design Theories and Models: A New Paradigm of Instructional
Theory, volume II. 141 – 159. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.,
1999.
Munir, Pembelajaran jarak jauh Berbasis Teknologi Informsi dan komunikasi. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Richey, R. Theoretical and Conceptual Bases of Instructional Design; London: Kogan
Page, 1986.
Smith, J.B., & Valarie, E.L. Collective Responsibility for Learning and its Effects on gain
in Achievement. Edina, Minnesota: Interaction Book Company,1996.
Thompson, S.A., UpGading Your PC to Multimedia. Indianapolis: QUE Corporation,
1994.
.
Download