Peranan Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Terhadap Keberadaan Jenis-Jenis Burung Air di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Jakarta The Role of The Kinds of Mangrove Plants Against Presence in Kinds Waterbird in Pulau Rambut Wildlife Reserve, Jakarta Melinda1, Moerfiah2, Sri Wiedarti3 1,2,3 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan ABSTRAK Salah satu keanekaragaman jenis yang tinggi adalah keanekaragaman jenis burung yang berada di urutan ke empat di seluruh kawasan di dunia (17% jumlah burung di dunia). Mangrove dijadikan sebagai habitat untuk mencari makan (feeding ground), tempat asuhan (nursery ground), berkembang biak, atau sekedar beristirahat oleh beberapa jenis burung air seperti Cangak (Ardea spp), Bangau (Ciconiidae) atau Pecuk (Phalacrocoracidae). Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan kawasan suaka alam dengan tipe ekosistem lahan basah (wetland). Kawasan ini merupakan salah satu benteng pertahanan terakhir sistem penyangga kehidupan di Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di area hutan mangrove Suaka Margasatwa Pulau Rambut ditemukan burung air sebanyak 8 jenis pada seluruh titik pengamatan yang terdiri dari 2 ordo, dan 3 familia. Jenis-jenis tersebut diantaranya pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), cangak merah (Ardea purpurea), cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), bangau bluwok (Mycteria cinerea), dan kowak malam abu (Nycticorax nycticorax). Dari enam jenis tumbuhan mangrove yang digunakan oleh burung air, Rhizophora stylosa sebesar 22%, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Ceriops tagal sebesar 19%, Xylocarpus granatum sebesar 12% sedangkan Excoecaria agallocha sebesar 9%. Tumbuhan mangrove di SMPR digunakan oleh burung air untuk melakukan aktivitas makan, bertengger dan bersarang. Kata Kunci : Burung air, SMPR, Mangrove Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia sehingga disebut Megabiodiversity Country. Berdasarkan penelitian bahwa 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil, 17% burung, dan 25% ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia. Salah satu keanekaragaman jenis yang tinggi adalah keanekaragaman jenis burung yang berada di urutan ke empat di seluruh kawasan di dunia (17% jumlah burung di dunia) (Roswati, 2015). Menurut Tepu (2004), menjelaskan bahwa jenis burung yang banyak 1 dijumpai di kawasan kepulauan Indonesia adalah jenis burung air. Habitat burung air sangat tergantung dengan keberadaan air atau lahan basah secara umum. Salah satu kawasan lahan basah yang sering dijadikan habitat burung air adalah kawasan mangrove. Mangrove dijadikan sebagai habitat untuk mencari makan (feeding ground), tempat asuhan (nursery ground), berkembang biak, atau sekedar beristirahat oleh beberapa jenis burung air seperti Cangak (Ardea spp), Bangau (Ciconiidae) atau Pecuk (Phalacrocoracidae). Menurut Howes dkk (2003), habitat mangrove menyediakan ruang yang memadai untuk membuat sarang, terutama karena tersedianya makanan dan bahan pembuat sarang, serta menjadi sumber makanan yang berlimpah bagi burung air jenis pemakan ikan. Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan kawasan suaka alam dengan tipe ekosistem lahan basah (wetland). Kawasan ini merupakan salah satu benteng pertahanan terakhir sistem penyangga kehidupan di Provinsi DKI Jakarta. Seluruh kawasan merupakan rawa berlumpur yang selalu tergenang oleh air pasang surut. Kehadiran burung air merupakan suatu indikator penting dalam pengkajian mutu dan produktivitas suatu lingkungan lahan basah, apalagi setelah diikrarkannya Konvensi Ramsar pada tahun 1971 (Howes dkk, 2003). Dengan kondisi sekarang ini dimana gangguan manusia sukar dibatasi, ancaman terhadap habitat dan kelestarian burung air di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap kelestarian lahan basah mengingat peranan pentingnya terhadap keberadaan jenis-jenis burung air di kawasan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis tumbuhan mangrove dan jenis-jenis burung air di Suaka Margasatwa Pulau Rambut serta mengetahui peranan jenis-jenis tumbuhan mangrove terhadap keberadaan jenis-jenis burung air pada kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Metode Penelitian Alat yang digunakan meliputi : peta Suaka Margasatwa Pulau Rambut (SMPR), kamera Nikon DSLR D3100, lensa Tamron 70-300 mm, lensa Nikor Kit 18-55 mm, binokuler Olympus 10x50 6,5", papan jalan, GPS (Global Positioning System), buku catatan, alat tulis, tabel pengamatan, kompas, gunting, meteran, stopwatch, buku panduan pengenalan jenis burung (Field Guide) menggunakan buku panduan lapang burung Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnon dkk, 2010) dan Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2016 di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Jakarta. Lokasi penelitian dilakukan di hutan mangrove SMPR bagian Tenggara, Timur, Timur Laut dan Utara. Bagian Timur hingga Timur Laut merupakan hutan mangrove terdegradasi Alat dan Bahan 2 buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia (Noor dkk, 2012). Bahan penelitian ini mencakup seluruh jenis burung air dan tumbuhan mangrove yang terdapat di SMPR. Pengambilan Data Tumbuhan Mangrove Waktu pengambilan data jenis-jenis tumbuhan mangrove dilakukan setelah pengambilan data burung air. Pengambilan data jenis-jenis mangrove dilakukan dengan menggunakan metode jelajah (eksplorasi) (Rugayah dkk 2008; Destri dkk 2015) yaitu dengan menelusuri jalur pengamatan burung kemudian setiap jenis tumbuhan mangrove yang digunakan oleh burung air dicatat. Semua jenis-jenis mangrove yang terdapat di SMPR yang telah dikenali nama spesiesnya dicatat di lapangan. Jenis tumbuhan mangrove yang belum teridentifikasi di lapangan, diambil spesimennya, lalu difoto, kemudian diidentifikasi di BKSDA Pulau Rambut, Jakarta dengan menggunakan buku identifikasi Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia (Noor dkk, 2012). Metode Penelitian Pengambilan Data Burung Air Pengambilan data jenis-jenis burung air dilakukan dengan ditentukan titik-titik yang akan dijadikan lokasi pengamatan secara langsung dengan ulangan 5 kali pada masing-masing titik. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi hari mulai pukul 05.00-09.00 WIB, dan sore hari pukul 15.00-18.00 WIB. Metode yang digunakan pada tiap titik yaitu concentration count (Bismark, 2011) dimana pengamat diam pada satu titik dan mengamati burung yang ada di sekitar titik tersebut. Pengamatan dilakukan di titiktitik pengamatan yang berada pada jalur pengamatan. Panjang jalur pengamatan yaitu 500 m. Jarak antar titik adalah 100 m dengan radius 25 m atau disesuaikan dengan jarak pandang pengamat. Waktu pengamatan di setiap titik yaitu 10 menit. Burung yang dijumpai selama waktu pengamatan dicatat di tabel pengamatan. Identifikasi spesies burung yang teramati menggunakan buku panduan lapang burung Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnon dkk, 2010). Pengamatan di titik 6 juga dilakukan dari atas menara pengamatan mengarah ke wilayah Utara untuk melihat jenis burung air di wilayah Utara karena pada titik 6, area pengamatan cukup rapat dan luas sehingga perlu dilakukan pengamatan dari atas menara pengamatan. Analisis Data Tingkat Penggunaan Jenis Tumbuhan Nilai ini digunakan untuk melihat pemanfaatan jenis tumbuhan mangrove oleh burung air, dengan menggunakan rumus (Dewi, 2007) : 𝑆𝑡 Ft = 𝑆𝑝 𝑥 100% Keterangan : Ft = fungsi tumbuhan mangrove oleh burung air St = jumlah jenis burung yang menggunakan tumbuhan mangrove Sp = jumlah keseluruhan jenis burung yang ada di lokasi penelitian 3 Status Konservasi Burung Di Indonesia perlindungan terhadap burung berdasarkan PP No.7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, terdapat jenis burung yang dilindungi pada tingkat jenis, marga, dan pada tingkat suku. IUCN (International Union for Conservation of Nature), mengevaluasi status kelangkaan suatu spesies berdasarkan kategori yang telah diatur secara khusus. Kategori konservasi berdasarkan IUCN Redlist versi 3.1 (2001). a. Titik Pengamatan 1 Titik pengamatan satu berada di wilayah Tenggara. Pada titik pengamatan 1 terdapat beberapa tumbuhan mangrove seperti Excoecaria agallocha (buta-buta), Rhizophora apiculata (jangkar), dan Rhizophora stylosa (bakau kecil) yang didiami oleh beberapa jenis burung air seperti pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), kuntul kecil (Egretta garzetta), dan kowak malam abu (Nyticorax nycticorax). Burung air di titik pengamatan 1 melakukan aktivitas bersarang dan bertengger. Hasil dan Pembahasan Jenis-jenis Burung Air di Hutan Mangrove SMPR Berdasarkan penelitian yang dilakukan di area hutan mangrove Suaka Margasatwa Pulau Rambut ditemukan burung air sebanyak 8 jenis pada seluruh titik pengamatan yang terdiri dari 2 ordo, dan 3 familia. Jenis-jenis tersebut diantaranya pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), cangak merah (Ardea purpurea), cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), bangau bluwok (Mycteria cinerea), dan kowak malam abu (Nycticorax nycticorax). Pada saat penelitian, angin bertiup dari arah Barat sehingga burung air banyak tersebar dan menempati tumbuhan mangrove di bagian Timur hingga Utara. b. Titik Pengamatan 2 Titik pengamatan dua berada di wilayah Tenggara menuju Timur. Pada titik pengamatan dua ini terdapat beberapa tumbuhan mangrove seperti Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora stylosa (bakau kecil), Excoecaria agallocha (butabuta), dan Xylocarpus granatum (bolabola) yang didiami oleh beberapa jenis 4 burung air seperti kuntul kecil (Egretta garzetta), dan kowak malam abu (Nyticorax nycticorax). Burung air di titik pengamatan 2 melakukan aktivitas yaitu bersarang dan bertengger. c. Titik Pengamatan 3 Titik pengamatan empat berada di wilayah Timur. Pada titik pengamatan empat ini terdapat beberapa tumbuhan mangrove seperti Excoecaria agallocha (buta-buta), Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora stylosa (bakau kecil) Rhizophora mucronata (bakau hitam), Bruguiera gymnorrhiza (tanjang merah), Ceriops tagal (tengar), dan Pemphis acidula (sentigi) yang didiami oleh beberapa jenis burung air seperti pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), dan kowak malam abu (Nyticorax nycticorax). Burung air di titik pengamatan 4 melakukan aktivitas yaitu mencari makan, bersarang dan bertengger e. Titik Pengamatan 5 Titik pengamatan tiga berada di wilayah Tenggara menuju Timur. Pada titik pengamatan tiga ini terdapat beberapa tumbuhan mangrove seperti Excoecaria agallocha (buta-buta), Rhizophora stylosa (bakau kecil), Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora mucronata (bakau hitam), Xylocarpus granatum (bola-bola), Ceriops tagal (tengar), dan Pemphis acidula (sentigi). Beberapa jenis burung air yang ditemukan di titik ini yaitu pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul besar (Egretta alba), dan kowak malam abu (Nyticorax nycticorax). Burung air di titik pengamatan 3 melakukan aktivitas yaitu bersarang dan bertengger. d. Titik Pengamatan 4 Titik pengamatan lima berada di wilayah Timur. Pada titik pengamatan lima ini terdapat beberapa tumbuhan mangrove seperti Excoecaria agallocha (buta-buta), Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora stylosa (bakau kecil), Rhizophora mucronata (bakau hitam), Bruguiera gymnorrhiza (tanjang merah), Pemphis acidula (sentigi), dan Ceriops tagal (tengar). Beberapa jenis burung air yang ditemukan yaitu pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar 5 (Egretta alba), kowak malam abu (Nyticorax nycticorax), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), dan bangau bluwok (Mycteria cinerea). Burung air di titik pengamatan 5 melakukan aktivitas yaitu mencari makan, bersarang dan bertengger. f. Titik Pengamatan 6 Titik pengamatan enam berada di wilayah Timur. Pada titik pengamatan enam ini terdapat beberapa tumbuhan mangrove seperti Lumnitzera racemosa (teruntum putih), Rhizophora stylosa (bakau kecil), Rhizophora mucronata (bakau hitam), Pemphis acidula (sentigi), dan Ceriops tagal (tengar). Beberapa jenis burung air yang ditemukan pada titik ini yaitu cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kowak malam abu (Nyticorax nycticorax), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), bangau bluwok (Mycteria cinerea), dan cangak merah (Ardea purpurea). Burung air di titik pengamatan 6 melakukan aktivitas yaitu bersarang dan bertengger. 6 Jenis-jenis Tumbuhan Mangrove di SMPR Hasil penelitian yang dilakukan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut (SMPR), ditemukan tumbuhan mangrove sebanyak 11 jenis yang terdiri dari 6 familia. Familia Rhizophoraceae terdiri dari Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora mucronata (bakau hitam), Rhizophora stylosa (bakau kecil), Bruguiera gymnorrhiza (tanjang merah), dan Ceriops tagal (tengar). Familia Euphorbiaceae yaitu Exoecaria agallocha (buta-buta). Familia Meliaceae terdiri dari Xylocarpus muloccensis (nyirih) dan Xylocarpus granatum (bola-bola). Familia Avicenniaceae yaitu Avicennia officinalis (api-api). Familia Lyththraceae yaitu Phemphis acidula (sentigi) dan familia Combretaceae yaitu Lumnitzera racemosa (teruntum). 7 Peranan Tumbuhan mencari makan dan berlindung dari predator. Balakrishnan & Thomas (2004) dalam Kosasih dkk (2011) menyatakan bahwa koloni burung air diduga memilih tempat lokasi sarang setelah melakukan penilaian secara hati-hati untuk memastikan kondisi yang aman pada lokasi tersebut. Mangrove Terhadap Burung Air di SMPR Tumbuhan mangrove yang digunakan oleh burung air terdiri dari 7 jenis yang ditemukan di daerah persebaran burung air yaitu Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora stylosa (bakau kecil), Rhizophora mucronata (bakau hitam), Bruguiera gymnorrhiza (tanjang merah), Xylocarpus granatum (bola-bola), Exoecaria agallocha (buta-buta), dan Ceriops tagal (tengar). Tumbuhan mangrove memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan burung air. Tumbuhan mangrove menyediakan tempat tinggal bagi jenis-jenis burung air di hutan mangrove SMPR. Burung air menggunakan tumbuhan mangrove untuk melakukan berbagai aktivitas, antara lain seperti mencari makan, bersarang, dan bertengger. Menurut Supartha (2002) berbagai jenis burung menggunakan mangrove erat hubungannya dengan adanya pepohonan dan tumbuhan bawah sebagai pelindung, tempat beristirahat dan bersarang, dan perairan terbuka dengan hamparan lumpur sebagai tempat mencari makan Dari hasil perhitungan, penggunaan jenis-jenis tumbuhan mangrove oleh burung air, dengan menggunakan rumus: 𝑆𝑡 Ft = 𝑆𝑝 𝑥 100%, diperoleh hasil sebagai berikut: Berdasarkan persentase dari diagram lingkaran diatas, persentase terbesar 22% yaitu tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa (bakau kecil), selanjutnya persentase sebesar 19% yaitu pada tumbuhan mangrove Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora mucronata (bakau hitam), dan Ceriops tagal (tengar). Tumbuhan mangrove Xylocarpus granatum (bola-bola) sebesar 12%. Data penggunaan jenis tumbuhan mangrove oleh burung dapat terlihat dari aktivitas burung yang teramati, dikelompokkan menjadi 3 kategori: makan, bertengger, dan bersarang. Delapan jenis burung air yang ditemukan di hutan mangrove SMPR menggunakan jenis pohon mangrove untuk tiga kategori aktivitas tersebut, khususnya sebagai tempat bersarang dimana pada saat penelitian berlangsung merupakan waktu berbiak bagi burung air di SMPR. Hutan mangrove di SMPR merupakan salah satu tempat yang dapat menunjang perkembangbiakkan burung air di musim berbiak, karena terdapat pohon-pohon mangrove yang tinggi berfungsi untuk membuat sarang, membesarkan anak, Tumbuhan mangrove familia Rhizophoracea yaitu Rhizophora stylosa (bakau kecil), Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora mucronata (bakau hitam), dan Ceriops tagal (tengar) digunakan burung air di hutan mangrove SMPR sebagian besar untuk melakukan aktivitas bertengger dan bersarang. Familia Rhizophoracea memiliki daun rimbun, memiliki batang yang lebih besar, 8 memiliki struktur lebih tinggi dan diameter pohon yang lebih besar dengan percabangan rapat, kuat dan menyebar, terbagi atas ranting-ranting yang melebar ke luar sehingga mampu menopang banyak sarang sehingga burung air dapat meletakkan sarangnya diantara cabang ranting. Ceriops tagal relatif memiliki batang yang lebih kecil, cabang dan ranting kecil yang cenderung membentuk kanopi yang saling berkaitan dengan kanopi di pohon sekitarnya. Ceriops tagal memiliki tajuk rapat dan terkait antara satu dengan yang lain sehingga dapat memberikan tempat yang cukup stabil dan terlindung bagi burung air (Gani, 2002). Sarang yang berada paling dekat dengan laut adalah sarang pecuk padi hitam. Menurut Fithri (2005), pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) memilih koloni yang homogeny, dekat dengan tepi pulau, meskipun sering kena angin tetapi sarangnya yang berbentuk mangkuk dengan cekungan dalam sangat tahan terhadap hembusan angin. yang lebar serta kaki yang panjang sehingga membutuhkan ruangan yang cukup untuk membentangkan sayap. Menurut Rukmi (2002), burung air yang berukuran besar seperti bangau bluwok, cangak merah, cangak abu, dan kuntul besar cenderung memilih bagian atas pohon mangrove untuk meletakkan sarang, karena ukuran tubuh dan bentangan sayap yang cukup besar tidak memungkinkan untuk menyelinap di selasela kerapatan tajuk pohon. Excoecaria agallocha (buta-buta), tumbuhan mangrove dengan perawakan perdu (pohon kecil), memiliki daun yang rimbun sehingga digunakan bersarang oleh burung air berukuran kecil yaitu kuntul kecil (Egretta garzetta) karena dengan ukuran tubuhnya yang tidak besar dapat masuk ke sela-sela tajuk pohon. Spesies burung air yang lebih besar akan bersarang pada tempat yang lebih tinggi daripada spesies burung air yang lebih kecil. Sebagian besar sarang burung air di hutan mangrove SMPR teletak di dekat tepi kanopi, hal ini dilakukan untuk menghindari predator seperti biawak dan ular yang ada di SMPR. Tumbuhan mangrove yang digunakan burung air untuk bertengger di hutan mangrove SMPR memiliki ranting yang kering dan atau tumbuhan mangrove yang telah mati. Selain itu juga memiliki ranting yang melebar ke luar sehingga banyak ranting-ranting yang digunakan sebagai tempat bertengger. Pada tumbuhan atau ranting mangrove yang kering dan atau mati akan memudahkan burung air untuk hinggap dan terbang lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi burung air dalam pemilihan pohon di Suaka Margasatwa Pulau Rambut (Rukmi 2002; Fithri 2005) yaitu: 1. Terlindung dari angin; 2. Memiliki struktur yang stabil (biasanya pohon berukuran lebih dari 5 m) 3. Memiliki kerimbunan daun yang cukup, tidak terlalu jarang dan juga tidak terlalu rimbun karena hal tersebut tidak memungkinkan untuk bersarang; 4. Memiliki struktur yang memungkinkan burung untuk terbang. Xylocarpus granatum (bola-bola) digunakan bersarang oleh pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), dan bangau bluwok (Mycteria cinerea). Ceriops tagal (tengar) dan Xylocarpus granatum (bola-bola) merupakan pohon yang tinggi, kerapatan tajuk yang kurang, dan rantingnya cukup kokoh untuk menahan berat sarang bagi burung air yang berukuran besar. Burung air yang berukuran besar memiliki ukuran sayap Pada tumbuhan mangrove Rhizophora apiculata (jangkar), dan Rhizophora mucronata (bakau hitam) terdapat perairan terbuka di bawah tumbuhan mangrove 9 tersebut, sehingga sering dijadikan lokasi mencari makan oleh beberapa burung air yaitu kowak malam abu, kuntul kecil dan cangak abu. Burung memerlukan pakan untuk menunjang kebutuhan hidupnya di suatu habitat. Kuntul kerbau terkadang mencari makan pada tumbuhan mangrove di hutan mangrove SMPR berupa serangga, tetapi lebih sering mencari makan di luar kawasan Pulau Rambut. Dalam penelitian Elfidasari (2006), diketahui jenis makanan yang dikonsumsi kuntul kerbau berupa serangga. Tidak seluruh burung air sering terlihat banyak mencari makan di SMPR karena pasokan pakan terbatas sehingga banyak burung air mencari makan di luar perairan Pulau Rambut. Terbatasnya jumlah pakan dikarenakan Pulau Rambut berukuran kecil. Fithri (2005) dalam penelitiannya melaporkan bahwa pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), kuntul (Egretta sp), mencari makan berupa ikan di serok. Dimana di wilayah perairan Pulau Rambut sering dijadikan nelayan untuk mendirikan serok. Secara bergantian pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) akan menyelam, memburu dan menangkap ikan yang terperangkap di dalam serok. Aktivitas mencari makan oleh bangau bluwok (Mycteria cinerea) dilakukan di luar kawasan SMPR. Hal ini sesuai dengan pendapat Gani (2002) bahwa bangau bluwok (Mycteria cinerea) mencari makan di luar Pulau Rambut diduga di daerah Muara Angke. Bangau Bluwok mencari makan di paparan lumpur yang sangat halus dan sulit dilalui manusia (kedalaman lumpur hampir mencapai pinggang). Simpulan dan Saran Simpulan 1. Sebanyak 8 jenis burung air ditemukan di hutan mangrove SMPR yang terdiri dari 2 ordo, dan 3 familia. Jenis- jenis tersebut diantaranya kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul besar (Egretta alba), pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), bangau bluwok (Mycteria cinerea), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (Ardea purpurea). 2. Terdapat jenis tumbuhan mangrove sebanyak 11 jenis yang ditemukan di hutan mangrove seluruh kawasan SMPR terdiri dari 6 familia. Familia Rhizophoraceae terdiri dari Rhizophora apiculata (jangkar), Rhizophora stylosa (bakau kecil), Rhizophora mucronata (bakau hitam), Ceriops tagal (tengar), dan Bruguiera gymnorrhiza (tanjang merah). Familia Meliaceae terdiri dari Xylocarpus granatum (nyiri), dan Xylocarpus muloccensis (bola-bola). Familia Avicenniaceae yaitu Avicennia officinalis (api-api). Familia Combretaceae yaitu Lumnitzera racemosa (teruntum). Familia Euphorbiaceae yaitu Exoecaria agallocha (buta-buta) dan familia Lyththraceae yaitu Phemphis acidula (sentigi). 3. Tumbuhan mangrove yang digunakan oleh burung air terdiri dari 6 jenis yang ditemukan di daerah persebaran burung air dari Tenggara, Timur, Timur Laut dan Utara yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum, Exoecaria agallocha, dan Ceriops tagal . 4. Terdapat empat jenis burung yang dilindungi oleh PP No. 7 Tahun 1999 yaitu kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), dan bangau bluwok (Mycteria cinerea). Terdapat tujuh jenis burung air di SMPR dalam IUCN yang masuk kedalam kategori LC (Least Concern) yaitu kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul besar (Egretta alba), pecuk padi hitam (Phalacrocorax 10 sulcirostris), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (Ardea purpurea). Sementara bangau bluwok (Mycteria cinerea) dalam IUCN berstatus EN (Endangered). 5. Dari enam jenis tumbuhan mangrove yang digunakan oleh burung air, Rhizophora stylosa sebesar 22%, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Ceriops tagal sebesar 19%, Xylocarpus granatum sebesar 12% sedangkan Excoecaria agallocha sebesar 9%. Tumbuhan mangrove di SMPR digunakan oleh burung air untuk melakukan aktivitas makan, bertengger dan bersarang. Saran Perlu adanya kegiatan pemantauan terhadap burung terutama burung air yang mendominasi kawasan SMPR mengingat peran pentingnya SMPR sebagai kawasan konservasi untuk pelestarian keanekaragaman hayati (khususnya jenisjenis langka, dilindungi, dan terancam punah) sehingga dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Terutama kepada para pembimbing yaitu Bu Moerfiah, Bu Sri Wiedarti, serta pembimbing lapang Pak Tanton, Pak Warsa, Pak Budi dan Pak Buang maupun teman sejawat yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Daftar Pustaka Bismark, M. 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) Untuk Survei Keragaman Jenis Pada Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. 17. Destri., A. Fudola., Harto., Kusnadi. 2015. Survei Keanekaragaman Anggrek (Orchidaceae) Di Kabupaten Bangka Tengah Dan Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia. Vol 1:3:510. Dewi, R.S., Y. Mulyani., Y. Santosa. 2007. Keanekaragaman Jenis Burung Di Beberapa Tipe Habitat Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Media Konservasi. ISSN 0251-1677. Vol XII:3:115. Elfidasari, D. 2006. Keragaman Mangsa Bagi Tiga Jenis Kuntul di Cagar Alam Pulau Dua Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas. Vol 7:4:361.367. Fithri, A. 2005. Strategi Berbiak Burung Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Teluk Jakarta. [Disertasi]. Program Studi Biologi IPB. Bogor. 16. Gani, F.A. 2002. Studi Morfologi, Perilaku Reproduksi, Habitat dan Kandungan Pestisida Pada Burung Wilwo (Mycteria cinerea) Dalam Musim Berbiak di Suaka Margasatwa Pulau Rambut. [Tesis]. Program Studi Biologi IPB. Bogor. 31-36. Howes, J., B. David., dan Y.R. Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands International-Indonesia Programme. Bogor. Hal 5. IUCN. 2001. Categories & Criteria (version 3.1). <http://www.iucnredlist.org/static/categor ies_criteria_3_1>. Diakses pada 3 Februari 2016. Kosasih, E., & S.A. Subrata. 2011. Seleksi Pohon Untuk Sarang Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) di Dusun Wisata Ketingan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan. 5:2:67-78. 11 MacKinnon, J., K. Phillips, & B.V. Balen. 2010. Seri Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. BirdLife International Indonesia Programme dan Puslitbang Biologi LIPI. Bogor. 128-215. Noor, Y.R., M. Khazali, I.N.N. Suryadiputra. 2012. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Cetakan Ketiga. PHKA/Wetlands InternationaI-Indonesia Programme. Bogor. 47-143. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. http://www.dephut.go.id/>. Diakses pada 3 Februari 2016. Roswati, S. 2015. Indonesia adalah Negara Mega Biodiversity (1). <www.tempokini.com> Website diakses pada tanggal 3 Juli 2015. Rugayah, E.A. Widjaja, dan Praptiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Bogor: Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Rukmi, D.S. 2002. Perilaku dan Kompetisi Interspesifik Kuntul Besar (Egretta alba Linnaeus 1766) dan Cangak Merah (Ardea purpurea Linnaeus 1766) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta. [Tesis]. Program Studi Biologi IPB. Bogor. Hal 18. Tepu, M. 2004. Hutan Mangrove : Potensi dan Ancaman Kelestariannya. Warta Konservasi Lahan Basah. Wetlands International. Bogor. Vol 12:3:28. Supartha, A.I. 2002. Hubungan Komponen Habitat Suaka Margasatwa Muara Angke dan Hutan Lindung Angke Kapuk Dengan Burung Air. [Tesis]. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 11. 12