Peranan Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Terhadap Keberadaan

advertisement
Peranan Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Terhadap Keberadaan
Jenis-Jenis Burung Air di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Jakarta
The Role of The Kinds of Mangrove Plants Against Presence in Kinds
Waterbird in Pulau Rambut Wildlife Reserve, Jakarta
Melinda1, Moerfiah2, Sri Wiedarti3
1,2,3
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan
ABSTRAK
Salah satu keanekaragaman jenis yang tinggi adalah keanekaragaman jenis burung yang
berada di urutan ke empat di seluruh kawasan di dunia (17% jumlah burung di dunia).
Mangrove dijadikan sebagai habitat untuk mencari makan (feeding ground), tempat asuhan
(nursery ground), berkembang biak, atau sekedar beristirahat oleh beberapa jenis burung
air seperti Cangak (Ardea spp), Bangau (Ciconiidae) atau Pecuk (Phalacrocoracidae).
Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan kawasan suaka alam dengan tipe ekosistem
lahan basah (wetland). Kawasan ini merupakan salah satu benteng pertahanan terakhir
sistem penyangga kehidupan di Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di area hutan mangrove Suaka Margasatwa Pulau Rambut ditemukan burung air
sebanyak 8 jenis pada seluruh titik pengamatan yang terdiri dari 2 ordo, dan 3 familia.
Jenis-jenis tersebut diantaranya pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), cangak
merah (Ardea purpurea), cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul
kecil (Egretta garzetta), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), bangau bluwok (Mycteria cinerea),
dan kowak malam abu (Nycticorax nycticorax). Dari enam jenis tumbuhan mangrove yang
digunakan oleh burung air, Rhizophora stylosa sebesar 22%, Rhizophora apiculata,
Rhizophora mucronata dan Ceriops tagal sebesar 19%, Xylocarpus granatum sebesar 12%
sedangkan Excoecaria agallocha sebesar 9%. Tumbuhan mangrove di SMPR digunakan
oleh burung air untuk melakukan aktivitas makan, bertengger dan bersarang.
Kata Kunci : Burung air, SMPR, Mangrove
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan
keanekaragaman hayati tertinggi di dunia
sehingga disebut Megabiodiversity
Country. Berdasarkan penelitian bahwa
10% tumbuhan, 12% mamalia, 16%
reptil, 17% burung, dan 25% ikan yang
ada di dunia hidup di Indonesia. Salah
satu keanekaragaman jenis yang tinggi
adalah keanekaragaman jenis burung
yang berada di urutan ke empat di
seluruh kawasan di dunia (17% jumlah
burung di dunia) (Roswati, 2015).
Menurut Tepu (2004), menjelaskan
bahwa
jenis burung yang banyak
1
dijumpai di kawasan kepulauan
Indonesia adalah jenis burung air.
Habitat burung air sangat tergantung
dengan keberadaan air atau lahan basah
secara umum. Salah satu kawasan lahan
basah yang sering dijadikan habitat
burung air adalah kawasan mangrove.
Mangrove dijadikan sebagai habitat
untuk mencari makan (feeding ground),
tempat asuhan (nursery ground),
berkembang
biak,
atau
sekedar
beristirahat oleh beberapa jenis burung
air seperti Cangak (Ardea spp), Bangau
(Ciconiidae)
atau
Pecuk
(Phalacrocoracidae). Menurut Howes
dkk
(2003),
habitat
mangrove
menyediakan ruang yang memadai untuk
membuat sarang, terutama karena
tersedianya makanan dan bahan pembuat
sarang, serta menjadi sumber makanan
yang berlimpah bagi burung air jenis
pemakan ikan.
Suaka Margasatwa Pulau Rambut
merupakan kawasan suaka alam dengan
tipe ekosistem lahan basah (wetland).
Kawasan ini merupakan salah satu
benteng pertahanan terakhir sistem
penyangga kehidupan di Provinsi DKI
Jakarta. Seluruh kawasan merupakan
rawa berlumpur yang selalu tergenang
oleh air pasang surut. Kehadiran burung
air merupakan suatu indikator penting
dalam
pengkajian
mutu
dan
produktivitas suatu lingkungan lahan
basah, apalagi setelah diikrarkannya
Konvensi Ramsar pada tahun 1971
(Howes dkk, 2003). Dengan kondisi
sekarang ini dimana gangguan manusia
sukar dibatasi, ancaman terhadap habitat
dan kelestarian burung air di Suaka
Margasatwa Pulau Rambut, sehingga
perlu adanya perhatian khusus terhadap
kelestarian lahan basah mengingat
peranan pentingnya terhadap keberadaan
jenis-jenis burung air di kawasan
tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui jenis-jenis tumbuhan
mangrove dan jenis-jenis burung air di
Suaka Margasatwa Pulau Rambut serta
mengetahui
peranan
jenis-jenis
tumbuhan
mangrove
terhadap
keberadaan jenis-jenis burung air pada
kawasan Suaka Margasatwa Pulau
Rambut.
Metode Penelitian
Alat yang digunakan meliputi : peta
Suaka Margasatwa Pulau Rambut
(SMPR), kamera Nikon DSLR D3100,
lensa Tamron 70-300 mm, lensa Nikor Kit
18-55 mm, binokuler Olympus 10x50
6,5", papan jalan, GPS (Global
Positioning System), buku catatan, alat
tulis, tabel pengamatan, kompas, gunting,
meteran, stopwatch, buku panduan
pengenalan jenis burung (Field Guide)
menggunakan buku panduan lapang
burung Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan (MacKinnon dkk, 2010) dan
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari-Februari
2016
di
Suaka
Margasatwa Pulau Rambut, Jakarta.
Lokasi penelitian dilakukan di hutan
mangrove SMPR bagian Tenggara, Timur,
Timur Laut dan Utara. Bagian Timur
hingga Timur Laut merupakan hutan
mangrove terdegradasi
Alat dan Bahan
2
buku Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia (Noor dkk, 2012). Bahan
penelitian ini mencakup seluruh jenis
burung air dan tumbuhan mangrove yang
terdapat di SMPR.
Pengambilan Data Tumbuhan
Mangrove
Waktu pengambilan data jenis-jenis
tumbuhan mangrove dilakukan setelah
pengambilan data burung air. Pengambilan
data jenis-jenis mangrove dilakukan
dengan menggunakan metode jelajah
(eksplorasi) (Rugayah dkk 2008; Destri
dkk 2015) yaitu dengan menelusuri jalur
pengamatan burung kemudian setiap jenis
tumbuhan mangrove yang digunakan oleh
burung air dicatat.
Semua jenis-jenis mangrove yang
terdapat di SMPR yang telah dikenali
nama spesiesnya dicatat di lapangan. Jenis
tumbuhan
mangrove
yang belum
teridentifikasi di lapangan, diambil
spesimennya, lalu difoto, kemudian
diidentifikasi di BKSDA Pulau Rambut,
Jakarta dengan menggunakan buku
identifikasi
Panduan
Pengenalan
Mangrove di Indonesia (Noor dkk, 2012).
Metode Penelitian
Pengambilan Data Burung Air
Pengambilan data jenis-jenis burung
air dilakukan dengan ditentukan titik-titik
yang akan dijadikan lokasi pengamatan
secara langsung dengan ulangan 5 kali
pada masing-masing titik. Waktu
pengamatan dilakukan pada pagi hari
mulai pukul 05.00-09.00 WIB, dan sore
hari pukul 15.00-18.00 WIB.
Metode yang digunakan pada tiap titik
yaitu concentration count (Bismark, 2011)
dimana pengamat diam pada satu titik dan
mengamati burung yang ada di sekitar titik
tersebut. Pengamatan dilakukan di titiktitik pengamatan yang berada pada jalur
pengamatan. Panjang jalur pengamatan
yaitu 500 m. Jarak antar titik adalah 100 m
dengan radius 25 m atau disesuaikan
dengan jarak pandang pengamat. Waktu
pengamatan di setiap titik yaitu 10 menit.
Burung yang dijumpai selama waktu
pengamatan dicatat di tabel pengamatan.
Identifikasi spesies burung yang teramati
menggunakan buku panduan lapang
burung Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan (MacKinnon dkk, 2010).
Pengamatan di titik 6 juga dilakukan
dari atas menara pengamatan mengarah ke
wilayah Utara untuk melihat jenis burung
air di wilayah Utara karena pada titik 6,
area pengamatan cukup rapat dan luas
sehingga perlu dilakukan pengamatan dari
atas menara pengamatan.
Analisis Data
Tingkat Penggunaan Jenis Tumbuhan
Nilai ini digunakan untuk melihat
pemanfaatan jenis tumbuhan mangrove
oleh burung air, dengan menggunakan
rumus (Dewi, 2007) :
𝑆𝑡
Ft = 𝑆𝑝 𝑥 100%
Keterangan :
Ft = fungsi tumbuhan mangrove oleh
burung air
St = jumlah jenis burung yang
menggunakan
tumbuhan
mangrove
Sp = jumlah keseluruhan jenis burung
yang ada di lokasi penelitian
3
Status Konservasi Burung
Di Indonesia perlindungan terhadap
burung berdasarkan PP No.7 tahun 1999
tentang pengawetan jenis tumbuhan dan
satwa, terdapat jenis burung yang
dilindungi pada tingkat jenis, marga, dan
pada tingkat suku. IUCN (International
Union for Conservation of Nature),
mengevaluasi status kelangkaan suatu
spesies berdasarkan kategori yang telah
diatur secara khusus. Kategori konservasi
berdasarkan IUCN Redlist versi 3.1
(2001).
a. Titik Pengamatan 1
Titik pengamatan satu berada di
wilayah Tenggara. Pada titik pengamatan
1 terdapat beberapa tumbuhan mangrove
seperti Excoecaria agallocha (buta-buta),
Rhizophora apiculata (jangkar), dan
Rhizophora stylosa (bakau kecil) yang
didiami oleh beberapa jenis burung air
seperti pecuk padi hitam (Phalacrocorax
sulcirostris), kuntul kecil (Egretta
garzetta), dan kowak malam abu
(Nyticorax nycticorax). Burung air di titik
pengamatan 1 melakukan aktivitas
bersarang dan bertengger.
Hasil dan Pembahasan
Jenis-jenis Burung Air di Hutan
Mangrove SMPR
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
di area hutan mangrove Suaka Margasatwa
Pulau Rambut ditemukan burung air
sebanyak 8 jenis pada seluruh titik
pengamatan yang terdiri dari 2 ordo, dan 3
familia. Jenis-jenis tersebut diantaranya
pecuk padi hitam (Phalacrocorax
sulcirostris), cangak merah (Ardea
purpurea), cangak abu (Ardea cinerea),
kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil
(Egretta garzetta),
kuntul kerbau
(Bubulcus ibis), bangau bluwok (Mycteria
cinerea), dan kowak malam abu
(Nycticorax nycticorax). Pada saat
penelitian, angin bertiup dari arah Barat
sehingga burung air banyak tersebar dan
menempati tumbuhan mangrove di bagian
Timur hingga Utara.
b. Titik Pengamatan 2
Titik pengamatan dua berada di wilayah
Tenggara menuju Timur. Pada titik
pengamatan dua ini terdapat beberapa
tumbuhan mangrove seperti Rhizophora
apiculata (jangkar), Rhizophora stylosa
(bakau kecil), Excoecaria agallocha (butabuta), dan Xylocarpus granatum (bolabola) yang didiami oleh beberapa jenis
4
burung air seperti kuntul kecil (Egretta
garzetta), dan kowak malam abu
(Nyticorax nycticorax). Burung air di titik
pengamatan 2 melakukan aktivitas yaitu
bersarang dan bertengger.
c. Titik Pengamatan 3
Titik pengamatan empat berada di
wilayah Timur. Pada titik pengamatan
empat ini terdapat beberapa tumbuhan
mangrove seperti Excoecaria agallocha
(buta-buta),
Rhizophora
apiculata
(jangkar), Rhizophora stylosa (bakau
kecil) Rhizophora mucronata (bakau
hitam), Bruguiera gymnorrhiza (tanjang
merah), Ceriops tagal (tengar), dan
Pemphis acidula (sentigi) yang didiami
oleh beberapa jenis burung air seperti
pecuk padi hitam (Phalacrocorax
sulcirostris), cangak abu (Ardea cinerea),
kuntul besar (Egretta alba), dan kowak
malam abu (Nyticorax nycticorax).
Burung air di titik pengamatan 4
melakukan aktivitas yaitu mencari makan,
bersarang dan bertengger
e. Titik Pengamatan 5
Titik pengamatan tiga berada di
wilayah Tenggara menuju Timur. Pada
titik pengamatan tiga ini terdapat beberapa
tumbuhan mangrove seperti Excoecaria
agallocha (buta-buta), Rhizophora stylosa
(bakau kecil), Rhizophora apiculata
(jangkar), Rhizophora mucronata (bakau
hitam), Xylocarpus granatum (bola-bola),
Ceriops tagal (tengar), dan Pemphis
acidula (sentigi). Beberapa jenis burung
air yang ditemukan di titik ini yaitu pecuk
padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris),
kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul
besar (Egretta alba), dan kowak malam
abu (Nyticorax nycticorax). Burung air di
titik pengamatan 3 melakukan aktivitas
yaitu bersarang dan bertengger.
d. Titik Pengamatan 4
Titik pengamatan lima berada di
wilayah Timur. Pada titik pengamatan
lima ini terdapat beberapa tumbuhan
mangrove seperti Excoecaria agallocha
(buta-buta),
Rhizophora
apiculata
(jangkar), Rhizophora stylosa (bakau
kecil), Rhizophora mucronata (bakau
hitam), Bruguiera gymnorrhiza (tanjang
merah), Pemphis acidula (sentigi), dan
Ceriops tagal (tengar). Beberapa jenis
burung air yang ditemukan yaitu pecuk
padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris),
cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar
5
(Egretta alba), kowak malam abu
(Nyticorax nycticorax), kuntul kerbau
(Bubulcus ibis), dan bangau bluwok
(Mycteria cinerea). Burung air di titik
pengamatan 5 melakukan aktivitas yaitu
mencari makan, bersarang dan bertengger.
f. Titik Pengamatan 6
Titik pengamatan enam berada di
wilayah Timur. Pada titik pengamatan
enam ini terdapat beberapa tumbuhan
mangrove seperti Lumnitzera racemosa
(teruntum putih), Rhizophora stylosa
(bakau kecil), Rhizophora mucronata
(bakau hitam), Pemphis acidula (sentigi),
dan Ceriops tagal (tengar). Beberapa jenis
burung air yang ditemukan pada titik ini
yaitu cangak abu (Ardea cinerea), kuntul
besar (Egretta alba), kowak malam abu
(Nyticorax nycticorax), kuntul kerbau
(Bubulcus ibis), bangau bluwok (Mycteria
cinerea), dan cangak merah (Ardea
purpurea). Burung air di titik pengamatan
6 melakukan aktivitas yaitu bersarang dan
bertengger.
6
Jenis-jenis Tumbuhan Mangrove di
SMPR
Hasil penelitian yang dilakukan di Suaka
Margasatwa Pulau Rambut (SMPR),
ditemukan tumbuhan mangrove sebanyak
11 jenis yang terdiri dari 6 familia. Familia
Rhizophoraceae terdiri dari Rhizophora
apiculata
(jangkar),
Rhizophora
mucronata (bakau hitam), Rhizophora
stylosa
(bakau
kecil),
Bruguiera
gymnorrhiza
(tanjang merah), dan
Ceriops
tagal
(tengar).
Familia
Euphorbiaceae yaitu Exoecaria agallocha
(buta-buta). Familia Meliaceae terdiri dari
Xylocarpus muloccensis (nyirih) dan
Xylocarpus granatum (bola-bola). Familia
Avicenniaceae yaitu Avicennia officinalis
(api-api). Familia Lyththraceae yaitu
Phemphis acidula (sentigi) dan familia
Combretaceae yaitu Lumnitzera racemosa
(teruntum).
7
Peranan
Tumbuhan
mencari makan dan berlindung dari
predator. Balakrishnan & Thomas (2004)
dalam Kosasih dkk (2011) menyatakan
bahwa koloni burung air diduga memilih
tempat lokasi sarang setelah melakukan
penilaian
secara
hati-hati
untuk
memastikan kondisi yang aman pada
lokasi tersebut.
Mangrove
Terhadap Burung Air di SMPR
Tumbuhan mangrove yang digunakan
oleh burung air terdiri dari 7 jenis yang
ditemukan di daerah persebaran burung air
yaitu Rhizophora apiculata (jangkar),
Rhizophora stylosa (bakau kecil),
Rhizophora mucronata (bakau hitam),
Bruguiera gymnorrhiza (tanjang merah),
Xylocarpus
granatum
(bola-bola),
Exoecaria agallocha (buta-buta), dan
Ceriops tagal (tengar).
Tumbuhan
mangrove
memiliki
peranan yang sangat penting bagi
kehidupan burung air. Tumbuhan
mangrove menyediakan tempat tinggal
bagi jenis-jenis burung air di hutan
mangrove
SMPR.
Burung
air
menggunakan tumbuhan mangrove untuk
melakukan berbagai aktivitas, antara lain
seperti mencari makan, bersarang, dan
bertengger. Menurut Supartha (2002)
berbagai jenis burung menggunakan
mangrove erat hubungannya dengan
adanya pepohonan dan tumbuhan bawah
sebagai pelindung, tempat beristirahat dan
bersarang, dan perairan terbuka dengan
hamparan lumpur sebagai tempat mencari
makan
Dari hasil perhitungan, penggunaan
jenis-jenis tumbuhan mangrove oleh
burung air, dengan menggunakan rumus:
𝑆𝑡
Ft = 𝑆𝑝 𝑥 100%, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Berdasarkan persentase dari diagram
lingkaran diatas, persentase terbesar 22%
yaitu tumbuhan mangrove Rhizophora
stylosa (bakau kecil), selanjutnya
persentase sebesar 19% yaitu pada
tumbuhan
mangrove
Rhizophora
apiculata
(jangkar),
Rhizophora
mucronata (bakau hitam), dan Ceriops
tagal (tengar). Tumbuhan mangrove
Xylocarpus granatum (bola-bola) sebesar
12%.
Data penggunaan jenis tumbuhan
mangrove oleh burung dapat terlihat dari
aktivitas
burung
yang
teramati,
dikelompokkan menjadi 3 kategori:
makan, bertengger, dan bersarang.
Delapan jenis burung air yang ditemukan
di hutan mangrove SMPR menggunakan
jenis pohon mangrove untuk tiga kategori
aktivitas tersebut, khususnya sebagai
tempat bersarang dimana pada saat
penelitian berlangsung merupakan waktu
berbiak bagi burung air di SMPR. Hutan
mangrove di SMPR merupakan salah satu
tempat
yang
dapat
menunjang
perkembangbiakkan burung air di musim
berbiak, karena terdapat pohon-pohon
mangrove yang tinggi berfungsi untuk
membuat sarang, membesarkan anak,
Tumbuhan
mangrove
familia
Rhizophoracea yaitu Rhizophora stylosa
(bakau kecil),
Rhizophora apiculata
(jangkar), Rhizophora mucronata (bakau
hitam), dan Ceriops tagal (tengar)
digunakan burung air di hutan mangrove
SMPR sebagian besar untuk melakukan
aktivitas bertengger dan bersarang.
Familia Rhizophoracea memiliki daun
rimbun, memiliki batang yang lebih besar,
8
memiliki struktur lebih tinggi dan diameter
pohon yang lebih besar dengan
percabangan rapat, kuat dan menyebar,
terbagi atas ranting-ranting yang melebar
ke luar sehingga mampu menopang
banyak sarang sehingga burung air dapat
meletakkan sarangnya diantara cabang
ranting. Ceriops tagal relatif memiliki
batang yang lebih kecil, cabang dan
ranting kecil yang cenderung membentuk
kanopi yang saling berkaitan dengan
kanopi di pohon sekitarnya. Ceriops tagal
memiliki tajuk rapat dan terkait antara satu
dengan yang lain sehingga dapat
memberikan tempat yang cukup stabil dan
terlindung bagi burung air (Gani, 2002).
Sarang yang berada paling dekat dengan
laut adalah sarang pecuk padi hitam.
Menurut Fithri (2005), pecuk padi hitam
(Phalacrocorax sulcirostris) memilih
koloni yang homogeny, dekat dengan tepi
pulau, meskipun sering kena angin tetapi
sarangnya yang berbentuk mangkuk
dengan cekungan dalam sangat tahan
terhadap hembusan angin.
yang lebar serta kaki yang panjang
sehingga membutuhkan ruangan yang
cukup untuk membentangkan sayap.
Menurut Rukmi (2002), burung air yang
berukuran besar seperti bangau bluwok,
cangak merah, cangak abu, dan kuntul
besar cenderung memilih bagian atas
pohon mangrove untuk meletakkan
sarang, karena ukuran tubuh dan
bentangan sayap yang cukup besar tidak
memungkinkan untuk menyelinap di selasela kerapatan tajuk pohon.
Excoecaria agallocha (buta-buta),
tumbuhan mangrove dengan perawakan
perdu (pohon kecil), memiliki daun yang
rimbun sehingga digunakan bersarang oleh
burung air berukuran kecil yaitu kuntul
kecil (Egretta garzetta) karena dengan
ukuran tubuhnya yang tidak besar dapat
masuk ke sela-sela tajuk pohon. Spesies
burung air yang lebih besar akan bersarang
pada tempat yang lebih tinggi daripada
spesies burung air yang lebih kecil.
Sebagian besar sarang burung air di hutan
mangrove SMPR teletak di dekat tepi
kanopi, hal ini dilakukan untuk
menghindari predator seperti biawak dan
ular yang ada di SMPR.
Tumbuhan mangrove yang digunakan
burung air untuk bertengger di hutan
mangrove SMPR memiliki ranting yang
kering dan atau tumbuhan mangrove yang
telah mati. Selain itu juga memiliki
ranting yang melebar ke luar sehingga
banyak ranting-ranting yang digunakan
sebagai tempat bertengger. Pada tumbuhan
atau ranting mangrove yang kering dan
atau mati akan memudahkan burung air
untuk hinggap dan terbang lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
burung air dalam pemilihan pohon di
Suaka Margasatwa Pulau Rambut (Rukmi
2002; Fithri 2005) yaitu:
1. Terlindung dari angin;
2. Memiliki
struktur
yang stabil
(biasanya pohon berukuran lebih dari 5
m)
3. Memiliki kerimbunan daun yang
cukup, tidak terlalu jarang dan juga
tidak terlalu rimbun karena hal tersebut
tidak memungkinkan untuk bersarang;
4. Memiliki
struktur
yang
memungkinkan burung untuk terbang.
Xylocarpus granatum (bola-bola)
digunakan bersarang oleh pecuk padi
hitam (Phalacrocorax sulcirostris), dan
bangau bluwok (Mycteria cinerea).
Ceriops tagal (tengar) dan Xylocarpus
granatum (bola-bola) merupakan pohon
yang tinggi, kerapatan tajuk yang kurang,
dan rantingnya cukup kokoh untuk
menahan berat sarang bagi burung air yang
berukuran besar. Burung air yang
berukuran besar memiliki ukuran sayap
Pada tumbuhan mangrove Rhizophora
apiculata (jangkar), dan Rhizophora
mucronata (bakau hitam) terdapat perairan
terbuka di bawah tumbuhan mangrove
9
tersebut, sehingga sering dijadikan lokasi
mencari makan oleh beberapa burung air
yaitu kowak malam abu, kuntul kecil dan
cangak abu. Burung memerlukan pakan
untuk menunjang kebutuhan hidupnya di
suatu habitat. Kuntul kerbau terkadang
mencari makan pada tumbuhan mangrove
di hutan mangrove SMPR berupa
serangga, tetapi lebih sering mencari
makan di luar kawasan Pulau Rambut.
Dalam penelitian Elfidasari (2006),
diketahui jenis makanan yang dikonsumsi
kuntul kerbau berupa serangga. Tidak
seluruh burung air sering terlihat banyak
mencari makan di SMPR karena pasokan
pakan terbatas sehingga banyak burung air
mencari makan di luar perairan Pulau
Rambut. Terbatasnya jumlah pakan
dikarenakan Pulau Rambut berukuran
kecil. Fithri (2005) dalam penelitiannya
melaporkan bahwa pecuk padi hitam
(Phalacrocorax
sulcirostris),
kuntul
(Egretta sp), mencari makan berupa ikan
di serok. Dimana di wilayah perairan Pulau
Rambut sering dijadikan nelayan untuk
mendirikan serok. Secara bergantian
pecuk padi hitam (Phalacrocorax
sulcirostris) akan menyelam, memburu
dan menangkap ikan yang terperangkap di
dalam serok. Aktivitas mencari makan
oleh bangau bluwok (Mycteria cinerea)
dilakukan di luar kawasan SMPR. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gani (2002)
bahwa bangau bluwok (Mycteria cinerea)
mencari makan di luar Pulau Rambut
diduga di daerah Muara Angke. Bangau
Bluwok mencari makan di paparan lumpur
yang sangat halus dan sulit dilalui manusia
(kedalaman lumpur hampir mencapai
pinggang).
Simpulan dan Saran
Simpulan
1. Sebanyak 8 jenis burung air
ditemukan di hutan mangrove SMPR yang
terdiri dari 2 ordo, dan 3 familia. Jenis-
jenis tersebut diantaranya kowak malam
abu (Nycticorax nycticorax), kuntul kecil
(Egretta garzetta), kuntul besar (Egretta
alba), pecuk padi hitam (Phalacrocorax
sulcirostris), kuntul kerbau (Bubulcus
ibis), bangau bluwok (Mycteria cinerea),
cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak
merah (Ardea purpurea).
2.
Terdapat jenis tumbuhan mangrove
sebanyak 11 jenis yang ditemukan di hutan
mangrove seluruh kawasan SMPR terdiri
dari 6 familia. Familia Rhizophoraceae
terdiri
dari
Rhizophora
apiculata
(jangkar), Rhizophora stylosa (bakau
kecil), Rhizophora mucronata (bakau
hitam), Ceriops tagal (tengar), dan
Bruguiera gymnorrhiza (tanjang merah).
Familia Meliaceae terdiri dari Xylocarpus
granatum (nyiri), dan Xylocarpus
muloccensis
(bola-bola).
Familia
Avicenniaceae yaitu Avicennia officinalis
(api-api). Familia Combretaceae yaitu
Lumnitzera racemosa (teruntum). Familia
Euphorbiaceae yaitu Exoecaria agallocha
(buta-buta) dan familia Lyththraceae yaitu
Phemphis acidula (sentigi).
3.
Tumbuhan
mangrove
yang
digunakan oleh burung air terdiri dari 6
jenis yang ditemukan di daerah persebaran
burung air dari Tenggara, Timur, Timur
Laut dan Utara yaitu Rhizophora
apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora
mucronata,
Xylocarpus
granatum,
Exoecaria agallocha, dan Ceriops tagal .
4.
Terdapat empat jenis burung yang
dilindungi oleh PP No. 7 Tahun 1999 yaitu
kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul
besar (Egretta alba), kuntul kerbau
(Bubulcus ibis), dan bangau bluwok
(Mycteria cinerea). Terdapat tujuh jenis
burung air di SMPR dalam IUCN yang
masuk kedalam kategori LC (Least
Concern) yaitu kowak malam abu
(Nycticorax nycticorax), kuntul kecil
(Egretta garzetta), kuntul besar (Egretta
alba), pecuk padi hitam (Phalacrocorax
10
sulcirostris), kuntul kerbau (Bubulcus
ibis), cangak abu (Ardea cinerea), dan
cangak
merah
(Ardea
purpurea).
Sementara bangau bluwok (Mycteria
cinerea) dalam IUCN berstatus EN
(Endangered).
5. Dari enam jenis tumbuhan mangrove
yang digunakan oleh burung air,
Rhizophora stylosa
sebesar 22%,
Rhizophora
apiculata,
Rhizophora
mucronata dan Ceriops tagal sebesar 19%,
Xylocarpus granatum sebesar 12%
sedangkan Excoecaria agallocha sebesar
9%. Tumbuhan mangrove di SMPR
digunakan oleh burung air untuk
melakukan aktivitas makan, bertengger
dan bersarang.
Saran
Perlu adanya kegiatan pemantauan
terhadap burung terutama burung air yang
mendominasi kawasan SMPR mengingat
peran pentingnya SMPR sebagai kawasan
konservasi
untuk
pelestarian
keanekaragaman hayati (khususnya jenisjenis langka, dilindungi, dan terancam
punah) sehingga dapat dipertahankan dan
ditingkatkan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah banyak
membantu
dalam
menyelesaikan
penelitian ini. Terutama kepada para
pembimbing yaitu Bu Moerfiah, Bu Sri
Wiedarti, serta pembimbing lapang Pak
Tanton, Pak Warsa, Pak Budi dan Pak
Buang maupun teman sejawat yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu.
Daftar Pustaka
Bismark, M. 2011. Prosedur Operasi
Standar (SOP) Untuk Survei Keragaman
Jenis Pada Kawasan Konservasi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perubahan
Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor. 17.
Destri., A. Fudola., Harto., Kusnadi.
2015. Survei Keanekaragaman Anggrek
(Orchidaceae) Di Kabupaten Bangka
Tengah Dan Belitung, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Prosiding Seminar
Nasional Biodiversitas Indonesia. Vol
1:3:510.
Dewi, R.S., Y. Mulyani., Y. Santosa.
2007. Keanekaragaman Jenis Burung Di
Beberapa Tipe Habitat Taman Nasional
Gunung
Ciremai.
Jurnal
Media
Konservasi. ISSN 0251-1677. Vol
XII:3:115.
Elfidasari, D. 2006. Keragaman
Mangsa Bagi Tiga Jenis Kuntul di Cagar
Alam Pulau Dua Kabupaten Serang,
Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas. Vol
7:4:361.367.
Fithri, A. 2005. Strategi Berbiak
Burung Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax
sulcirostris) di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut Teluk Jakarta. [Disertasi].
Program Studi Biologi IPB. Bogor. 16.
Gani, F.A. 2002. Studi Morfologi,
Perilaku Reproduksi, Habitat dan
Kandungan Pestisida Pada Burung Wilwo
(Mycteria cinerea) Dalam Musim Berbiak
di Suaka Margasatwa Pulau Rambut.
[Tesis]. Program Studi Biologi IPB.
Bogor. 31-36.
Howes, J., B. David., dan Y.R. Noor.
2003. Panduan Studi Burung Pantai.
Wetlands
International-Indonesia
Programme. Bogor. Hal 5.
IUCN. 2001. Categories & Criteria
(version
3.1).
<http://www.iucnredlist.org/static/categor
ies_criteria_3_1>. Diakses pada 3 Februari
2016.
Kosasih, E., & S.A. Subrata. 2011.
Seleksi Pohon Untuk Sarang Kuntul
Kerbau (Bubulcus ibis) di Dusun Wisata
Ketingan Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Kehutanan. 5:2:67-78.
11
MacKinnon, J., K. Phillips, & B.V.
Balen. 2010. Seri Panduan Lapangan
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali,
dan Kalimantan. BirdLife International
Indonesia Programme dan Puslitbang
Biologi LIPI. Bogor. 128-215.
Noor, Y.R., M. Khazali, I.N.N.
Suryadiputra. 2012. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Cetakan Ketiga.
PHKA/Wetlands InternationaI-Indonesia
Programme. Bogor. 47-143.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1999
Tentang
Pengawetan
Jenis
Tumbuhan
dan
Satwa.
http://www.dephut.go.id/>. Diakses pada
3 Februari 2016.
Roswati, S. 2015. Indonesia adalah
Negara
Mega
Biodiversity
(1).
<www.tempokini.com> Website diakses
pada tanggal 3 Juli 2015.
Rugayah, E.A. Widjaja, dan Praptiwi.
2004. Pedoman Pengumpulan Data
Keanekaragaman Flora. Bogor: Pusat
Penelitian Biologi, LIPI.
Rukmi, D.S. 2002. Perilaku dan
Kompetisi Interspesifik Kuntul Besar
(Egretta alba Linnaeus 1766) dan Cangak
Merah (Ardea purpurea Linnaeus 1766) di
Suaka Margasatwa Pulau Rambut
Jakarta. [Tesis]. Program Studi Biologi
IPB. Bogor. Hal 18.
Tepu, M. 2004. Hutan Mangrove :
Potensi dan Ancaman Kelestariannya.
Warta Konservasi Lahan Basah. Wetlands
International. Bogor. Vol 12:3:28.
Supartha, A.I. 2002. Hubungan
Komponen Habitat Suaka Margasatwa
Muara Angke dan Hutan Lindung Angke
Kapuk Dengan Burung Air. [Tesis].
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 11.
12
Download