BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem hutan mangrove merupakan perpaduan antara dua habitat yaitu teristris dan aquatik. Perpaduan ini menjadikan ekosistem hutan mangrove memiliki karakteristik khas baik ditinjau dari segi fisiografi maupun keragaman biota yang terintegrasi dalam sistem ekologi mangrove. Karakteristik ini diperunik lagi oleh perpaduan budaya masyarakat yang hidup di sekitarnya sebagai komponen sistem lingkungan. Interaksi-interaksi tersebut terjadi secara alami berada dalam tatanan yang saling mendukung satu sama lain secara serasi dan seimbang. Keserasian hubungan antara komponen sistem yang alamiah inilah yang akan membentuk kekhasan suatu wilayah atau ekosistem. Ekosistem alami yang telah mencapai keseimbangan ini selalu bersifat dinamis dan tingkat kedinamisannya berbeda antara satu ekosistem dan ekosistem lainnya. Ekosistem hutan mangrove dikenal sebagai ekosistem yang paling dinamis dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Perubahan tersebut juga terjadi pada satwa burung sebagai salah satu komponen penyusun ekosistem mangrove baik kondisi populasi maupun perilaku burung. Perubahan dapat saja terjadi setiap saat tergantung pada pengaruh sumbernya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan adalah faktor manusia dan aktivitas alam. Aktivitas manusia merupakan faktor dominan yang menyebabkan bencana ekologi sehingga burung terdesak bahkan mengalami antara kepunahan. Aktivitas manusia tersebut lain : 1 penangkapan/perburuan, perusakan habitat, konversi kawasan hutan, dan pencemaran lingkungan. Akibatnya bentuk pergerakan, habitat serta aktivitas satwa burung berubah. Burung-burung yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut akan bermigrasi atau mati secara alami. Kehadiran jenis burung pada suatu tempat dipengaruhi oleh banyak faktor dan kondisi. Dengan demikian, satu jenis burung yang berada di satu lokasi belum tentu ada di lokasi lain. Oleh karena itu ada jenis burung yang bersifat endemik lokal. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain habitat, predator, sumber makanan, waktu hidup, persarangan, perkawinan dan strata (Suryadi, 2006). Sebagian besar burung yang beraktivitas pada siang hari (diurnal), tetapi ada pula burung yang beraktivitas pada malam hari (nokturnal), seperti Burung Hantu dan Cabak Maling (Caprimulgus macrurus). Pembagian waktu aktif ini juga terjadi sebagai bentuk adaptasi demi mempertahankan kelangsungan hidup. Aktivitas penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan mangrove di Kota Marauke yang sudah berlangsung secara turun temurun telah menyebabkan perubahan lingkungan yang secara langsung mempengaruhi kehidupan satwa burung. Interaksi manusia dengan hutan mangrove menyebabkan perubahan kenampakan hutan mangrove sehingga memungkinkan terjadinya migrasi sebagian jenis burung ke kawasan hutan yang lebih tertutup dan berkompetisi untuk hidup pada berbagai strata. Akibat perubahan hutan karena tindakan anthropegenik seperti penebangan, pertambakan, dan perburuan telah menurunkan keanekaragaman jenis burung di kawasan hutan mangrove Kota Merauke, berkurangnya jenis burung yang 2 memanfaatkan hutan mangrove sebagai tempat hidup telah menyebabkan menurunnya keanekaragaman genetik spesis tertentu serta mengganggu keseimbangan eksosistem. B. Perumusan Masalah • Apakah terdapat perbedaan keanekaragaman satwa burung pada dua tipe habitat yang berbeda akibat aktivitas penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan Mangrove di Taman Nasional Wasur. • Apakah terdapat perbedaan tingkat Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Indeks rata-rata keragaman jenis (H), Tingkat Pertemuan (jenis TPJ), dan Kelimpahan Relatif, index keragaman jenis tinggi atau rendah keanekaragaman jenis burung pada kawasan hutan mangrove tersebut. C. Tujuan Penelitian • Mengetahui jenis-jenis satwa burung yang terdapat pada dua tipe habitat yang berbeda terbuka dan tertutup di dalam kawasan mangrove Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke. • Mengetahui tingkat frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Indeks rata-rata keragaman jenis (H), Tingkat Pertemuan (jenis TPJ), dan Kelimpahan Relatif, index keragaman jenis tinggi atau rendah keanekaragaman jenis burung pada kawasan hutan mangrove tersebut. 3 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: • Dapat menambah wawasan dalam kegiatan studi pengamatan jenis-jenis burung khususnya di habitat Hutan Mangrove Kawasan Taman Nasional Wasur dan sebagai dasar riset konservasi fauna yang berasosiasi dengan hutan mangrove di Papua. • Memberikan kebutuhan informasi konservasi untuk jenis, distribusi, keanekaragaman dan status burung-burung di daerah-daerah penting Kawasan Taman Nasional Wasur serta dapat memberikan langkahlangkah yang diperlukan untuk mencegah penurunan kepunahan burung di alam. • Menjadi sumber informasi bagi pengelola kawasan Taman Nasional Wasur dan Pemerintah daerah dalam menjaga kelestarian fungsi kawasan 4