perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem
bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik
dalam bidang sintaksis, semantik, morfologi, maupun fonologi. Dari sekian perbedaan
tersebut, yang paling mudah dilihat adalah perbedaan fonologi. Pengucapan setiap
kosakata pada tiap bahasa akan berbeda, meskipun memiliki makna yang sama.
Perbedaan tersebut akan semakin jelas berbeda apabila suatu bahasa memiliki rumpun
betul
Betawi akan diucapkan /
diucapkan /
/, sedangkan dalam bahasa Melayu dialek Batak akan
/.
Untuk dapat mengetahui pola morfofonemik BMDB harus terlebih dahulu
mengidentivikasi bentuk kata BMDB. Bentuk kata dalam BMDB ada dua, yaitu kata
monomorfemis dan polimorfemis. Kosakata monomorfemis BMDB tidak masuk dalam
kajian penelitian ini karena kosakata monomorfemis tidak akan mengalami proses
morfologis sebelumnya. Morfem yang ada pada kata monomorfemis tersebut adalah
satu-satunya unsur atau anggota kata.
Kata polimorfemik BMDB terdiri atas dua morfem, yaitu morfem terikat dan
morfem bebas. Dari 3.117 kosakata BMDB, ditemukan 1.416 kosakata berafiks.
Morfem terikat BMDB berupa afiks yang terdiri atas prefiks, sufiks, dan konfiks.
Kosakata berafiks BMDB yang terdiri atas prefiks, sufiks, dan konfiks tersebut
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu Kelompok I: Awalan + Kata Dasar,
Kelompok II: Awalan + Kata Dasar + Akhiran; dan Kelompok III: Kata Dasar +
Akhiran. Apabila dilihat dari persentase kemunculannya, Kelompok I menempati urutan
pertama dengan jumlah kosakata sebanyak 1.109. Proses afiksasi yang terjadi pada
kelimpok I ini masuk dalam kategori prefiks. Urutan kedua ditempati oleh Kelompok
III. Jumlah kosakata yang berhasil teridentifikasi sebanyak 218. Proses afiksasi pada
kelompok ini adalah konfiks, yaitu berupa penggabungan awalan + Kata Dasar +
akhiran. Urutan terakhir adalah kelompok II dengan jumlah kosakata sebanyak 90.
Proses afiksasi pada kelompok ini adalah sufiks.
commit to user
164
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
165
Masing-masing kelompok dapat diindetifikasi sesuai jenis afiksasi. Kelompok I
berupa prefiks dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk prefiks, yaitu prefiks /N- + KD/
yang terbagi lagi ke dalam beberapa variasi prefiks /N-/; Variasi Nasal 1: /N- + KD/:
/ng- + KD/, /nge- + KD/, /ng - + KD/, /ng - + KD/, /ng - + KD/, /ng - + KD/, dan
/ng - + KD/; Variasi Nasal 2: /N- + KD/: /ny- + KD/, /ny - + KD/, /ny - + KD/, /
ny - KD/, /ny - + KD/, dan /ny - + KD/. Selanjutnya adalah prefiks /me- +KD/
dengan beberapa variasi prefiks: /m- + KD/, /me- +KD/, dan /meng- + KD/.
Berikutnya adalah prefiks /pe- + KD/ yang memiliki dua variasi prefik: /pe- + KD/ dan
/peng- + KD/. Prefiks lain yang teridentifikasi ialah prefiks /ber- + KD/, /ter- + KD/,
/di- + KD/, /ke- + KD/, /se- + KD/, /je- + KD/, dan /ge- + KD/. Ketujuh prefiks
terakhir yang ditemukan masing-masing tidak memiliki variasi bentuk prefiks.
Kelompok II teridentifikasi sebagai konfiks, yaitu penggabungan awalan dan
akhiran terhadap kata dasar sehingga membentuk kata jadian: /Prefiks + KD + Sufiks/.
Kelompok II ini menempati urutan kedua setelah Kelompok I, yaitu sebanyak 218 kata.
Pola konfiks yang teridentifikasi dari 218 kata berafiks BMDB terbagi atas 2 bentuk,
yaitu Konfiks /N- + KD + -in/ memiliki varian terbanyak yang terdiri atas /N- + KD +
-in/, /ng- + KD + -in/, /nge- + KD + -in/, /nga- + KD + -in/, dan /ngi- + KD + -in/.
Varian - varian tersebut terdistribusi ke dalam 95 kata berafiks. Jenis konfik lain yang
ditemukan, tetapi jumlahnya tidak banyak, yaitu /m- + KD + -in/ berjumlah 13 kata
kata berafiks, /ke- + KD + -an/ berjumlah 18 kata berafiks BMDB, /be- + KD + -an/
berjumlah 6 kata berafiks, /se- + KD + -an/ berjumlah 1 kata berafiks, dan /ce- + KD +
-an/ berjumlah 1 kata berafiks.
Kelompok III teridentifikasi sebagai Sufiks dengan pola dasar /KD+ Akhiran/.
Jumlah kata yang termasuk ke dalam kelompok III tidak banyak, yaitu 90 kosakata yang
terdiri atas 4 jenis/bentuk sufiks: /KD + -an/ berjumlah 79 kata berafiks, /KD + -in/
sebanyak 8 kata berafiks, /KD + -nye/ sebanyak 2 kata berafiks, dan /KD + -kan/
sebanyak 1 kata berafiks.
Kekhasan prefiks BMDB antara lain terletak pada prefiks /be-/. Prefiks /be-/
BMDB ini memiliki fungsi sama dengan prefiks /ber-/ dalam bahasa Indonesia. Setiap
kata dasar (KD) BMDB yang mendapatkan awalan /ber-/ maka fonem /r/ pada prefiks
/ber-/ akan hilang/luluh sehingga berubah menjadi prefiks /be-/. Demikian pula dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
166
prefiks /ter-/ dalam bahasa Indonesia berubah menjadi prefiks /te-/. Prefiks lain yang
khas dalam BMDB adalah /N-/ (nasal). Prefiks ini jika melekat pada kata BMDB yang
diawali fonem /t/ (apikoalveolar) maka akan menimbulkan perubahan bunyi pada kata
baru yang dihasilkan sebagai akibat hilangnya fonem /t/ di awal kata dasar. Namun,
jika prefiks /N-/ melekat pada kata BMDB yang diawali fonem /j/ (laminopalatal) maka
kata baru yang dihasilkan tidak akan mengalami perubahan bunyi.
Variasi prefiks /N-/ berupa /ng-/, /ng /, /ny-/, /me-/, /meng-/, dan /N-/. Prefiks
/ng-/ dapat direalisasikan ke dalam beberapa bentuk, yaitu /nge-/, /ng /, /nga-/, /ngi-/,
/ngu-/, dan /ngo-/, sedangkan prefiks /ny-/ direalisasikan dalam bentuk /nya-/, /nye-/,
/nyo-/, /ny
Kemunculan fonem vokal /a/, /e/, /i/, / /, /u/, /o/ pada
masing-masing varian prefiks tersebut sangat dipengaruhi oleh bentuk fonem pertama
dan kedua dari kata dasar (KD) yang dilekati. Selanjutnya prefiks yang khas dalam
BMDB adalah j /, /g /, dan /
/. Kesembilan prefiks tersebut tidak dijumpai dalam
bahasa Indonesia. Proses afiksasi yang ditimbulkan oleh prefiks tersebut apabila
melekat pada kata dasar BMDB menimbulkan berbagai perubahan bunyi pada kata
baru.
Dalam BMDB dikenal empat sufiks, yaitu /-an/, /-an/, /-kan/, dan /-nye/. Sufiks
/-an/ merupakan sufiks paling produktif dalam BMDB dibandingkan dengan jenis
sufiks lainnya. Sufiks /-an/ dalam BMDB tidak menimbulkan perubahan bunyi pada
kata baru yang dihasilkan.
Afiksasi berupa konfiks dalam BMDB memiliki perbedaan dengan konfiks
dalam bahasa Indonesia, sekaligus menjadi kekhasan konfiks BMDB. Apabila dalam
bahasa Indonesia dikenal konfiks /ber-an/, /ber-kan/, /ke-an/, /pe-an/, /per-an/, /se-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
167
nya/ maka di dalam BMDN dikenal konfiks /be-an/, /ke-an/, /se-an/, /ce-an/, /N-in/,
/di-in/, /te-in/, /ber-in/, /se-nye/, ge-an/.
Perubahan bunyi yang ditimbulkan dari proses afiksasi kata berafiks BMDB dan
berulang pada setiap kata berafiks akan membentuk sebuah pola perubahan bunyi.
Berdasarkan pola tersebut dapat ditentukan karakteristik morfofonemik afiksasi BMDB.
Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, penulis akan mendeskripsikan perubahan
bunyi kata berafiks yang disebabkan oleh proses morfologis afiksasi. Kelompok I yang
merupakan kelompok dominan dalam proses afiksasi prefiks BMDB beserta variannya
menghasilkan pola morfofonemik khas berulang sebanyak
110. Pola-pola tersebut
adalah sebagai berikut.
, /N- (ng-) + KD diawali /k// =
/N- (ng-) + KD diawali /g// =
luluh
. /N- + KD diawali /d/ =
. /N- + KD diawali /j/ =
. /N- (nge-) + KD
KD diawali /t / = luluh (P 5). /N- (nge-) + KD diawali /b/ =
diawali /d/ =
/j/ =
. /N- (nge-) + KD diawali /g/ =
. /N- (nge-) + KD diawali /l/ =
. /N- (nge-) + KD diawali /r/ =
. /N- (me-) + KD diawali /l/ =
. /N- (meng-) + KD diawali /r/ =
. /N- +
. /N- (nge-) + KD diawali
. /N- (nge-) + KD diawali /p/ =
. /N- (nge-) + KD diawali /w/ =
dan /N- (me-) + KD diawali /r/ =
. /N- (nge-) + KD diawali /e/ = / /
mengalami pelesapan fonem /e/ = / / pada prefiks /nge-/ = /
-/ =
. /N- (nge-) +
KD diawali /e/ = / / mengalami pelesapan fonem /e/ = / / pada prefiks /nge-/ = / /
=
. /N- (nge-) + KD diawali /e/ = / / mengalami pelesapan/peluluhan fonem /e/ =
/ / pada prefiks /nge-/ = /
/ =
. /N- (nge-) + KD diawali fonem /k/
menyebabkan peluluhan fonem /k/ pada kata berafiks yang dihasilkan
commit to user
. /N- (nga-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
168
) + KD diawali /a/ menyebabkan pelesapan fonem /a/ pada kata kata berafiks yang
dihasilkan
. /N- (nga-) + KD diawali morfem /k/ menyebabkan peluluhan
fonem /k/ pada kata berafiks yang dihasilkan
. /N- (ngi-) + KD diawali fonem
.
/h/ = menyebabkan peluluhan fonem /h-/ pada kata berafiks yang dihasilkan
/N- (ngi-) + KD diawali fonem
/i/ menyebabkan pelesapan fonem /i-/ pada kata
. /N- (ngi-) + KD diawali fonem /k/
berafiks yang dihasilkan
peluluhan fonem /k-/ pada kata berafiks yang dihasilkan
menyebabkan
. /N- (ngo-) + KD
diawali fonem /k/ menyebabkan peluluhan fonem /k/ pada kata berafiks yang dihasilkan
. /N- (ngo-) + KD diawali fonem /o/ menyebabkan pelesapan fonem /o/ pada
. /N- (ngu-) + KD diawali fonem /k/ menyebabkan
kata berafiks yang dihasilkan
. /N- (ngu-) + KD
peluluhan fonem /k/ pada kata berafiks yang dihasilkan
diawali fonem /u/ =
dihasilkan
menyebabkan pelesapan fonem /u/ pada kata berafiks yang
. /N- (ny-) + KD (s)/ menyebabkan peluluhan fonem /s/ pada kata
berafiks yang dihasilkan
. /N- (ny-) + KD /c/ menyebabkan peluluhan fonem /c/
. /N- (nye-) + KD /r/ tidak menyebabkan
pada kata berafiks yang dihasilkan
perubahan bunyi pada kata berafiks yang dihasilkan
. /N- (m-) + KD /b/ =
(P
). /N- (m-) + KD /p/ menyebabkan peluluhan fonem /p/ pada kata berafiks yang
dihasilkan
(P
35).
/N-
(me-)
+
kata berafiks yang dihasilkan
;
/N-
(me-)
+
KD
/N-
(me-)
+
KD
kata berafiks yang dihasilkan
; /N-
; dan /N- (me-) + KD diawali /ro/ =
kata berafiks yang dihasilkan
. /N- (meng-) + KD /k/ =
kata berafiks yang dihasilkan
kata berafiks yang dihasilkan
;
(me-)
KD
+
diawali
KD
diawali
diawali
diawali
/l/
=
/l/
=
/re/
=
/ri-/
=
, artinya tidak
menyebabkan perubahan bunyi berupa pelesapan /k/ pada kata berafiks yang dihasilkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
169
(P 41). /be- + KD /b/ =
/be- + KD /g/ =
KD /l/ =
(P 42). /be- + KD /c/ =
(P 45). /be- + KD /j/ =
(P 48). /be- + KD /m/ =
(P 51). /be- + KD /s/ =
54). /be- + KD /w/ =
(P 43). /be- + KD /d/ =
(P 46). /be- + KD /k/ =
. (P 49). /be- + KD /p/ =
(P 44).
(P 47). /be- +
(P 50). /be- + KD /r/ =
(P 52). /be- + KD /t/ =
(P 53). /be- + KD /u/ =
(P
(P 55). dan /be- + KD /ny/ =
(P 56). /ber- + KD /h/ =
(P
57). /pe-/ + KD /p/ = menyebabkan pemunculan fonem /m/ pada kata berafiks yang
dihasilkan (P 58). /peng-/ + KD /k/ = menyebabkan pemunculan fonem / / pada kata
berafiks yang dihasilkan (P 59). /peng-/ + KD /l/ = menyebabkan pemunculan fonem
/ / pada kata berafiks yang dihasilkan (P 60). /te-/ + KD /b/ =
=
(P 62). /te-/ + KD /k/ =
/te-/ + KD /t/ =
(P 66). /di-/ + KD /a/ =
Afiksasi /di-/ + KD /d/ =
KD /g/ =
(P 69). Afiksasi /di-/ + KD /e/ =
(P 74). Afiksasi /di-/ + KD /k/ =
78). Afiksasi /di-/ + KD /p/ =
83). Afiksasi /ke-/ + KD /c/ =
(P 68).
(P 73).
(P 75). Afiksasi /di-/ +
(P 77). Afiksasi /di-/ + KD /o/ =
(P 79). Afiksasi /di-/ + KD /r/ =
(P 81). Afiksasi /di-/ + KD /t/ =
(P65).
(P 70). Afiksasi /di-/ +
(P 72). Afiksasi /di-/ + KD /i/ =
(P 76). Afiksasi /di-/ + KD /m/ =
+ KD /s/ =
(P 64). /te-/ + KD /p/ =
(P 67). Afiksasi /di-/ + KD /c/ =
(P 71). Afiksasi /di-/ + KD /h/ =
Afiksasi /di-/ + KD /j/ =
KD /l/ =
(P 63). /te-/ + KD /l/ =
(P 61). /te -/ + KD /g/
(P
(P 80). Afiksasi /di-/
(P 82). Afiksasi /ke-/ + KD /b/ =
(P 84). Afiksasi /ke-/ + KD /d/ =
(P
(P 85). Afiksasi
/ke-/ + KD /e/ = menyebabkan pelesapan fonem /e/ pada kata yang dihasilkan (P 86).
Afiksasi /ke-/ + KD /g/ =
KD /j/ =
(P 87). Afiksasi /ke-/ + KD /i/ =
(P 89). Afiksasi /ke-/ + KD /l/ =
91). Afiksasi /ke-/ + KD /o/ =
/ + KD /p/ =
(P 90). Afiksasi /ke-/ + KD /m/ =
(P 92). Afiksasi /ke-/ + KD /j/ =
(P 94). Afiksasi /ke-/ + KD /s/ =
96). Afiksasi /se-/ + KD /c/ =
(P 88). Afiksasi /ke-/ +
(P 93). Afiksasi /ke-
(P 95). Afiksasi /ke-/ + KD /u/ =
(P 97). Afiksasi /se-/ + KD /e/ =
commit to user
(P
(P
(P 98). Afiksasi /se-/
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
170
+ KD /g/ =
(P 99). Afiksasi /se-/ + KD /i/ =
101). Afiksasi /se-/ + KD /k/ =
/se-/ + KD /o/ =
(P 100). Afiksasi /se-/ + KD /j/ =
(P 102). Afiksasi /se-/ + KD /l/ =
(P 104). Afiksasi /se-/ + KD /p/ =
(P 106). Afiksasi /se-/ + KD /t/ =
Aiksasi /je-/ + KD /j/ =
(P
(P 103). Afiksasi
(P 105). Afiksasi /se-/ + KD /s/ =
(P 107). Afiksasi /se-/ + KD /u/ =
(P 109). Afiksasi /ge-/ + KD /g/ =
(P 108).
(P 110).
Kelompok III dalam penelitian ini berupa akhiran atau sufiks. Kelompok ini
menempati urutan persentase ketiga dengan jumlah kosakata sebanyak 90 kata berafiks.
Perubahan bunyi yang disebabkan oleh pelesapan/penghilangan, peluluhan, atau
penggantian fonem pada kata polimorfemis yang dihasilkan menimbulkan pola
morfofonemik yang khas. Pola tersebut menghasilkan rumus sebanyak 9 buah. Berikut
adalah rumus yang dihasilkan. KD yang diakhiri dengan fonem /ng/ + /-an/ =
KD yang diakhiri dengan fonem /s/ + /-an/ =
fonem /t/ + /-an/ =
/ng + /-in/ =
(P112). KD yang diakhiri dengan
(P113). KD yang diakhiri dengan fonem /n/ + /-in/ =
KD yang diakhiri dengan fonem /l/ + /-in/ =
(P114).
(P115). KD yang diakhiri dengan fonem
(P116). KD yang diakhiri dengan fonem /o/ / / + /-nye/ =
KD yang diakhiri dengan fonem /l/ + /-nye/ =
fonem /k/ + /-an/ =
(P111).
(P117).
(P118). KD yang diakhiri dengan
(P119).
Kelompok II dalam penelitian ini tergolong dalam kategori konfiks yang
menempati persentase urutan kedua sebanyak
218 kata berafiks. Kelompok II ini
dengan varian konfiksnya mengasilkan pola morfofonemik khas berulang sebanyak 34
rumus. Rumus-rumus tersebut adalah sebagai berikut. Konfiks /be-an/ + KD /b/, /g/, /k/
=
(P 120). Konfiks /ber-in/ + KD /h/ = menyebabkan peluluhan fonem /h/ pada kata
berafiks yang dihasilkan (P 121). Konfiks /ce-an/ + KD /c/ =
an/ + KD /i/ =
(P 123). Konfiks /se-nye/ + KD /p/ =
commit to user
(P 122). Konfiks /se-
(P 124). Konfiks /ke-an/ +
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
171
KD /b/ =
(P 125). Konfiks /te-in/ + KD /b/ =
(P 126). Konfiks /N-in/ + KD /c/ =
menyebabkan perubahan bunyi berupa peluluhan fonem /c/ pada kata berafiks yang
dihasilkan (P 127). /N-in/ + KD /t/ = menyebabkan perubahan bunyi berupa peluluhan
fonem /t/ pada kata berafiks yang dihasilkan (P 128). Konfiks /m-in/ + KD /b/ =
129). Konfiks /m-in/ + KD /e/ / / =
(P
(P 130). Konfiks /ng-in/ + kata dasar /a/ / / =
(P 131). Konfiks /ng-in/ + KD /k/ = menyebabkan peluluhan bunyi /k/ pada kata
berafiks yang dihasilkan (P 132). Konfiks /ng-in/ + KD /b/ = menyebabkan perubahan
bunyi berupa pemunculan fonem /e/ pada kata berafiks yang dihasilkan (P 133).
Konfiks /ng-in/ + KD /k/ = menyebabkan perubahan bunyi berupa peluluhan fonem /k/
pada kata berafiks yang dihasilkan (P 134). Konfiks /ng-in/ + KD /l/ = menyebabkan
perubahan bunyi berupa pemunculan fonem /e/ pada kata yang dihasilkan (P 135).
Konfiks /di-in/ + KD /a/ =
/di-in/ + KD /c/ =
KD /e/ / / / / =
/i/ =
(P 136). Konfiks /di-in/ + KD /b/ =
(P 138). Konfiks /di-in/ + KD /d/ =
(P 140). Konfiks /di-in/ + KD /g/ =
(P 142). Konfiks /di-in/ + KD /j/ =
144). Konfiks /di-in/ + KD /l/ =
Konfiks /di-in/ + KD /n/ =
/di-in/ + KD /p/ =
KD /r/ =
(P 137). Konfiks
(P 139). Konfiks /di-in/ +
(P 141). Konfiks /di-in/ + KD
(P 143). Konfiks /di-in/ + KD /k/ =
(P 145). Konfiks /di-in/ + KD /m/ =
(P 147). Konfiks /di-in/ + KD /o/ =
(P 149). Konfiks /di-in/ + KD /w/ =
(P 151). Konfiks /di-in/ + KD /s/ =
(P
(P 146).
(P 148). Konfiks
(P 150). Konfiks /di-in/ +
(P 152). Konfiks /di-in/ + KD /t/ =
(P 153).
Sesuai dengan objek kajian dan topik penelitian ini yang berusaha meneliti ciri
khas yang menonjol dalam kaidah morfonemik, khususnya dalam proses morfologi
afiksasi, penulis mendapatkan beberapa simpulan penting. Dalam penelitian ini, penulis
berhasil menemukan pola morfofonemik afiksasi dalam bahasa Melayu dialek Betawi
sebanyak 153 pola. Dari 153 pola tersebut apabila dikelompokkan berdasarkan teori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
172
proses morfofonemik menurut Harimurti Kridalaksana terbagi atas empat, yaitu proses
pengekalan fonem, proses pelesapan fonem, proses peluluhan fonem, dan proses
pemunculan fonem. Proses pengekalan fonem menempati urutan teratas dengan jumlah
pola sebanyak 65. Selanjutnya, proses peluluhan fonem menempati urutan kedua
dengan jumlah pola sebanyak 55. Urutan ketiga adalah proses pelesapan fonem dengan
jumlah pola sebanyak 26. Yang terakhir adalah proses pemunculan fonem sebanyak 7
pola. Proses pemunculan fonem dalam morfofonemik menurut Harimurti biasanya
merupakan proses yang dominan dijumpai dalam kajian morfofonemik. Namun, hal itu
tidak ditemukan di dalam penelitian morfofonemik dalam afiksasi bahasa Melayu dialek
Betawi. Proses ini justru menempati urutan terakhir, hanya 7 proses.
B. Saran
Penelitian linguistik di bidang morfologi telah banyak dihasilkan oleh peneliti,
baik dalam maupun luar negeri. Namun, penelitian di bidang morfofonemik belum
banyak dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian di bidang morfofonemik masih sangat
dibutuhkan. Apalagi Indonesia yang memiliki banyak bahasa daerah masih sangat
terbuka untuk diteliti.
Penelitian morfofonemik bahasa daerah memang sulit dilakukan karena tidak
semua peneliti memiliki kemampuan dalam pengucapan secara tepat bahasa-bahasa
daerah di Indonesia. Selain itu, kesulitan dalam menemukan narasumber/penutur asli
bahasa daerah menjadi kendala minimnya penelitian bahasa daerah yang memfokuskan
di bidang morfofonemik.. Dibutuhkan suatu kecermatan, ketelitian, ketekunan,
kesabaran, dan kepekaan pendengaran dalam melakukan pengambilan data,
indentifikasi, analisis data, hingga diperoleh simpulan. Hal itu disebabkan objek
penelitian morfofonemik tidak hanya diperoleh melalui pengamatan teks atau kamus,
tetapi perlu dilakukan kroscek data ke lapangan atau kepada penutur asli bahasa daerah.
Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan keaslian bahasadan kebenaran pengucapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
173
sitiap kosakata bahasa daerah tersebut. Untuk mendapatkan objektivitas data dan
kebenaran pengucapan kosakata maka narasumber yang kita tunjuk harus memenuhi
kriteria khusus, misalnya tidak boleh ompong, memiliki mobilitas rendah, penduduk asli
yang ditinggal di daerah penelitian minimal 50 tahun, dan lain-lain. Berkaitan dengan
hal itu maka calon peneliti perlu melengkapi atribut penelitian yang canggih yang
berkaitan dengan proses pengambilan data, misalnya alat perekam suara yang sensitif
dan kecil yang bisa disembunyikan. Dengan demikian data yang diperoleh lebih
mendekati ideal.
Melihat kondisi di atas maka sebaiknya, para peneliti memanfaatkan peluang
tersebut untuk meneliti karakteristik morfofonemik bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
Dengan dilakukannya peneitian di bidang tersebut maka akan memperkaya dan
melengkapi khasanah penelitian bahasa daerah di Indonesia, baik di bidang sintaksis,
semantik, morfologi, fonologi, maupun morfofonemik.
Hasil penelitian morfosintaksis bahasa-bahasa daerah tersebut perlu dirangkum
dalam satu buku khusus sehingga dapat dimanfaatkan sebagai dokumentasi penting dan
referensi bagi penelitian terkait. Di samping itu, dapat pula digunakan sebagai upaya
pelestarian bahasa-bahasa daerah yang hampir punah.
commit to user
Download