Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) KETIDAKRELEVANAN DIVIDEN AKAN MENINGKATKAN ATAU MENURUNKAN NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BEI) Nurman Catra Harsindhuaji [email protected] Soedjono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The controversy of dividend policy relevance with company’s value is still being debated until now. There are some opinions about the relation between dividend policy and company’s value. The first opinion states that dividend policy is irrelevant. This theory is stated by Modigliani and Miller in 1961. The purpose of this research is to find out whether the dividend irrelevance will increase or decrease the company’s value. The population and the samples in this research are automotive and components sub sector companies which are listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2012. The purpose of this research is to find out whether the dividend irrelevance will increase or decrease the company’s value. The hypothesis test result of data processing in which on the t-test it shows that DPR has no correlation with the company’s value. In fact DYR value shows negative influence, it means F-test shows that these two variables, the DPR and the DYR, have no influence and do not have any correlation with the company’s value (it is suitable with dividend irrelevance theory and the hypothesis is proved) Keyword : Dividend Pay out Ratio, Dividend Yield Ratio, and Company’s Value. ABSTRAK Kontroversi relevansi kebijakan dividen dengan nilai perusahaan masih menjadi perdebatan hingga kini. Terdapat beberapa pendapat tentang hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan. Teori ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) pada tahun 1961. Tujuan Penelitian ini Untuk mengetahui Apakah Ketidakrelevanan Deviden akan Meningkatkan atau Menurunkan Nilai Perusahaan. Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Busa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketidakrelevanan dividen akan meningkatkan atau menurunkan nilai perusahaan. Dari hasil pengujian hipotesis penelitian pada uji-t menunjukkan DPR tidak ada hubungannya dengan nilai perusahaan. Bahkan nilai DYR menunjukkan pengaruh negative. Sementara untuk uji-F menunjukkan bahwa kedua variable DPR dan DYR tidak berpengaruh dan tidak mempunyai hubungan dengan nilai perusahaan (sesuai dengan teori ketidakrelevanan dividend dan hipotesis tebukti). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 2 Kata kunci : Dividen Pay out Ratio, Dividen Yield Ratio, dan Nilai Perusahaan. PENDAHULUAN Fungsi keuangan menempati posisi penting dalam suatu perusahaan yang akan mempengaruhi perkembangan perusahaan. Peranan fungsi keuangan yaitu mencari sumber-sumber pembiayaan, mendapatkan sumber pembiayaan tersebut secara efisien. Seorang manajer keuangan harus dapat melaksanakan peranan dan tugasnya dalam perusahaan dengan baik agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan terdiri dari dua, yaitu sumber pembiayaan yang berasal dari dalam perusahaan sendiri dan sumber pembiayaan yang berasal dari luar perusahaan. Sumber pembiayaan yang berasal dari dalam perusahaan antara lain terdiri dari modal sendiri maupun laba yang ditahan (retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan perusahaan yang datang dari luar antara lain adalah melalui hutang atau dengan cara menerbitkan saham. Apabila perusahaan memilih hutang sebagai sumber pembiayaannya maka perusahaan akan dikenakan beban bunga dari hutang tersebut. Namun apabila perusahaan memilih untuk menerbitkan saham, baik saham biasa maupun saham preferen, maka perusahaan mempunyai kewajiban untuk memberikan return kepada investor yang menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperolehnya dari investasi yang telah dilakukannya. Keuntungan dari penanaman modal melalui pembelian saham suatu perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu berupa dividen dan capital gain. Dividen merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada investor berdasarkan laba operasi yang diperoleh perusahaan dan kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menetapkan berapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan berupa bagian dari laba bersih itu akan ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi. Sedangkan capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor karena adanya selisih harga jual saham yang lebih tinggi diharga beli apabila saham tersebut dijual. Penentuan kebijakan dividen merupakan salah satu tugas atau fungsi utama seorang manajer keuangan. Kebijakan dividen ini menyangkut keputusan mengenai berapa besar dan dalam bentuk apa kebijakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Kebijakan dividen ini juga menentukan tentang keputusan apakah laba seluruhnya dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan dalam laba ditahan untuk pembelanjaan investasi dimasa yang akan datang. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting bagi perusahaan dan dividen merupakan keuntungan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 3 yang diharapkan oleh pemegang saham. Oleh karena itu manajer keuangan harus dapat menetapkan secara seksama kebijakan dividen yang akan diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan tetapi dilain pihak perusahaan juga ingin membagikan keuntungan yang diperolehnya kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Tetapi kedua hal tersebut saling bertentangan satu dengan lainnya. Jika bagian laba operasi perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen lebih tinggi dari pada bagian yang akan ditanamkan kembali dalam laba ditahan, maka ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana eksternal semakin besar. Sebaliknya jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya sebagai laba ditahan maka bagian laba pendapatan yang tersedia untuk dividen semakin kecil, sehingga dalam hal ini akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Akibatnya akan mempengaruhi atau menurunkan harga para saham dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang telah go-public biasanya memiliki saham yang „likuid‟ atau sangat mudah untuk dijual karena dipercaya akan mendatangkan keuntungan bagi pemegangnya. Dalam hal ini Astra Internasional, Tbk, adalah salah satu perusahaan otomotif yang telah melakukan go-public, yang mempunyai beberapa divisi dan anak perusahaan khususnya divisi otomotif antara lain : PT Toyota Astra Motor sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek Toyota dan Lexus di Indonesia Auto 2000 sebagai salah satu Dealer Utama Toyota di Indonesia PT Astra Daihatsu Motor sebagai ATPM Daihatsu di Indonesia PT Pantja Motor sebagai ATPM Isuzu di Indonesia PT Astra Nissan Diesel Indonesia sebagai ATPM Truk Nissan Diesel di Indonesia PT Tjahja Sakti Motor sebagai ATPM BMW dan Peugeot di Indonesia PT Serasi Autoraya atau biasa dikenal dengan TRAC Mobil 88 PT Astra Honda Motor sebagai ATPM motor bermerek Honda PT Astra Otoparts Tbk Dengan go-public perusahaan dengan mudah untuk mengukur nilai perusahaannya. Masyarakat sangat menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan perusahaan tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Perusahaan seperti demikian dapat dikatakan mempunyai nilai yang tinggi karena nilai sangatlah berperan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan diantaranya pemilik. Nilai yang tinggi juga bisa mendatangkan kepercayaan dari pihak luar misalnya dari kreditur maupun pemasok. Besarnya nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya dalam bidang keuangan yaitu besarnya perbandingan antara jumlah dividen yang dibagikan dengan besarnya laba usaha setelah pajak atau lebih dikenal dengan istilah Dividen Payout Ratio (DPR) yaitu persentase dari pendapatan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 4 yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Hal lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah Debt to Equity Ratio (DER) yaitu bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk pembayaran hutang keseluruhan, retention rate yaitu besarnya laba yang tidak dibagikan menjadi dividen melainkan dimasukan kembali kedalam perusahaan serta tingkat pertumbuhan yang dialami oleh perusahaan. Besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham tergantung dari kebijakan dividen masing-masing perusahaan, karena tidak ada suatu ukuran tertentu dalam menentukan pembayaran dividen Kontroversi relevansi kebijakan dividen dengan nilai perusahaan masih menjadi perdebatan hingga kini. Terdapat beberapa pendapat tentang hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan. Teori ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) pada tahun 1961 (Ambarwati, 2010:89). Pendapat yang kedua mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, perusahaan sebaiknya membayar dividen sebesar-besarnya (Bird In-The Hand Theory) pendapat ini dirumuskan oleh Gordon (1962) dan Lintner (1963) (Ambarwati, 2010:87), sedangkan pendapat yang ketiga mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, sebaiknya dividen di bayar sekecil-kecilnya, pendapat ini dirumuskan oleh Litzenberger dan Ramaswamy pada tahun 1979 (Ambarwati, 2010:87). Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi pembahasan sebagai berikut : “Apakah Ketidakrelevanan Dividen akan Meningkatkan atau Menurunkan Nilai Perusahaan?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah Ketidakrelevanan Dividen akan Meningkatkan atau Menurunkan Nilai Perusahaan. TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Ketidakrelevanan Dividen Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktiva, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan). Asumsi-asumsi yang digunakan adalah: a. Tidak terdapat pajak pendapatan perseorangan atau perusahaan. b. Tidak terdapat biaya emisi atas jual beli saham. c. Tingkat leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal (masa depan) perusahaan. d. Distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap biaya ekuitas perusahaan. Modigliani dan Miller (M&M) (Ambarwati, 2010), memberikan argumen yang paling lengkap mengenai ketidakrelevanan dividen. Mereka mengatakan rasio pembayaran dividen hanya merupakan bagian kecil saja dari keputusan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 5 investasi perusahaan. Pembayaran dividen tidak mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Lebih jauh mereka mengatakan bahwa nilai perusahaan sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba, atau kebijakan investasinya, dan perlakuan aloksi laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan. Keon et. al (2008:18) menyatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara kebijakan dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen. Indikator Ketidakrelevanan Dividen Dalam teori ketidakrelevanan dividen yang digagas Modigliani dan Miller, (Ambarwati, 2010), memberikan 2 indikator, yaitu : 1. Dividen vs laba ditahan. Pokok persoalan argumen M&M adalah bahwa pengaruh pembayaran dividen kepada kekayaan pemegang saham sepenuhnya diimbangi oleh sarana pendanaan yang lain. Pertama-tama penambahan modal ekuitas diperoleh dari penjualan tambahan saham biasa, bukan dari laba ditahan. Setelah perusahaan membuat keputusan investasi selanjutnya harus diputuskan apakah (1) laba akan ditahan atau (2) laba akan digunakan untuk membayar dividen dan menjual saham sejumlah dividen tersebut untuk mendanai investasi. Menurut M&M jumlah nilai diskonto perlembar saham biasa setelah pendanaan ditambah dividen yang dibayarkan sama dengan nilai pasar saham biasa sebelum pembayaran dividen. Dengan kata lain, penurunan harga pasar saham biasa disebabkan adanya penipisan (dilution) karena pendanaan ekuitas eksternal sepenuhnya diimbangi oleh pembayaran dividen. Jadi, apakah laba yang akan diterima akan dibayarkan dalam bentuk dividen atau ditahan oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi pemegang saham. Walaupun nilai pasar saham biasa masih merupakan nilai sekarang seluruh dividen yang diharapkan, namun waktu dan besarnya pembayaran dividen dapat berbeda-beda. Ketidakrelavanan dividen menyatakan bahwa nilai sekarang dividen di masa depan tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan waktu dan pembayaran dividen menurut kebijakan dividen. Pendapat tersebut tidak menyatakan bahwa dividen, termasuk dividen likuidasi, tidak pernah dibayarkan. Sebaliknya dinyatakan bahwa penundaan dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham diatas. 2. Perlindungan Nilai. Ketidakrelevanan dividen juga menggunakan indikator bahwa terdapat pasar modal yang sempurna dan laba perusahaan di masa depan dapat diketahui dengan pasti. Investor dapat meniru aliran dividen yang mungkin dapat dibayarkan oleh perusahaan di masa depan namun tidak saat ini. Jika dividen lebih rendah dari yang diharapkan, investor dapat menjual sahamnya untuk memperoleh distribusi kas yang mereka inginkan. Jika dividen lebih tinggi dari yang diharapkan, maka investor dapat Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 6 menggunakan dividen untuk membeli tambahan saham yang diharapkan. Maka, investor dapat menghasilkan dividen “buatan sendiri” sesuai keinginan mereka seperti halnya pengungkit keuangan. Agar keputusan perusahaan memiliki nilai, perusahaan harus dapat melakukan sesuatu bagi para pemegang saham yang tidak dapat dilakukan oleh pemegang saham itu sendiri. Karena para investor dapat menghasilkan dividen buatan sendiri, yang merupakan pengganti sempurna dividen perusahaan, maka kebijakan dividen tidak relevan. Untuk itu, satu kebijakan dividen sama baiknya dengan kebijakan dividen lainnya. Perusahaan tidak dapat menciptakan nilai hanya dengan mengubah bauran dividen laba ditahan. Seperti pada teori struktur modal, terdapat perlindungan nilai sehingga jumlah total tetap sama. Pengertian Dividen Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan. (Simamora, 2000:423). Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan investor. Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan pada saat ini dan akan datang. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Ketika memutuskan berapa banyak uang kas yang harus dibagikan kepada pemegang saham, manajer keuangan harus mengingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003: 271). Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan” (Mamduh dan Halim, 2009:361). Indikator Perhitungan Dividen Menurut Atmaja (2008) yang mempengaruhi perhitungan dividen suatu perusahaan dapatlah disebutkan antara lain sebagai berikut : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 7 1. Dividend Yield Ratio Dividend yield ratio adalah rasio yang menghubungkan dividen yang dibayarkan dengan harga saham biasa (Warsono, 2003: 275). Dividend yield menunjukkan tingkat penghasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham perusahaan (Fakhruddin, 2008: 67). Perhitungan Dividend Yield Ratio mengguanakan rumus sebagai berikut (Subramanyam dan Wild, 2010: 43) : Dividend Yield Ratio = 2. Dividend Pay out Ratio Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaraan dividen (dividend pay out ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaraan dividen. Dividend Pay out Ratio = Nilai Perusahaan Perusahaan ada karena akan menjadi sangat tidak efisien dan mahal bagi pengusaha untuk masuk dan membuat kontrak dengan pekerja dan para pemilik modal, tanah dan sumber daya lain untuk setiap tahap produksi dan distribusi yang terpisah. Sebaliknya, pengusaha biasanya masuk dalam kontrak yang besar dan berjangka panjang dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas dengan upah tertentu dan berbagai tunjangan lain. Kontrak yang umum semacam itu jauh lebih murah ketimbang sejumlah kontrak spesifik dan sangat menguntungkan baik bagi pengusaha maupun pekerja dan pemilik sumber daya lain. Perusahaan ada karena untuk menghemat biaya transaksi semacam itu. Dengan menginternalisasi berbagai transaksi (yaitu dengan menjalankan berbagai fungsi dalam perusahaan), perusahaan juga menghemat pajak penjualan dan menghindari kontrol harga dan peraturan pemerintah yang berlaku hanya untuk transaksi antar perusahaan. Perumusan Hipotesis Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bahwa Dividend Pay out Ratio dan Dividend Yield Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini mengambil populasi perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan komponennya di BEI pada tahun 2008-2012 berturut-turut. Sampel penelitian sebanyak 5 perusahaan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu menyeleksi obyek penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 8 sifat khusus yang dimiliki oleh sampel ( Hadi, 2008 : 65). Kriteria yang digunakan adalah : 1. Perusahaan Manufaktur subsektor otomotif dan komponennya yang terdaftar dan mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten dan lengkap di BEI selama tahun 2008-2012. 2. Memiliki kelengkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan komponennya selama tahun 2008-2012. 3. Memiliki laba yang positif Ringkasan prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel Keterangan Jumlah Perusahaan Perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 200832 2012 Perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan komponennya yang tidak mempublikasikan (4) laporan keuangan kepada publik Jumlah perusahaan manufaktur subsektor otomotif 28 dan komponennya pada tahun 2008-2012 Perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan komponennya yang tidak memiliki nilai ekuitas (12) positif berturut-turut tahun 2008-2012 Perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan (11) komponennya yang tidak menyajikan annual report Perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan 5 komponennya yang terpilih menjadi sampel Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014 Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Ketidakrelevanan Dividen Modigliani dan Miller (M&M) (Ambarwati, 2010), memberikan argumen yang paling lengkap mengenai ketidakrelevanan dividen. Mereka mengatakan rasio pembayaran dividen hanya merupakan bagian kecil saja dari keputusan investasi perusahaan. Pembayaran dividen tidak mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Lebih jauh mereka mengatakan bahwa nilai perusahaan sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba, atau kebijakan investasinya, dan perlakuan aloksi laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan. Indicator yang digunakan adalah dividen yield ratio dan dividen payout ratio. Dividen Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 9 yield menunjukkan tingkat penghasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham perusahaan (Joenistianto Sanjoto, 2010 : 87). Perhitungan Dividen Yield Ratio menggunakan rumus sebagai berikut (Subramanyam dan Wild, 2010:43) : Dividen Yield Ratio = Dividen payout ratio menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (Sanjoto, 2010 : 87). Perhitungan Dividen Payout Ratio mengguanakan rumus sebagai berikut (Subramanyam dan Wild, 2010: 43): Dividen Payout Ratio = 2. Nilai Perusahaan Pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perkembangan harga saham di pasar sekunder, jika harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat. Peningkatan harga saham menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan baik, sehingga mereka mau membayar lebih tinggi, hal ini sesuai dengan harapan mereka untuk mendapatkan return yang tinggi pula. Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat (Mamduh dan Halim, 2009). Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Price Book Value (PBV). PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houston, 2010). PBV = Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Untuk menguji hipotesis harus melalui uji asumsi klasik terlebih dahulu dimana dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik, yaitu : a. Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen atau independen, atau keduaduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sebuah diagonal dari grafik. b. Uji Autokorelasi Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada gejala autokorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t, dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah tidak ada gejala autokorelasi. Pendeteksian terhadap adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin–Watson (uji DW). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 10 c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya, d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan ada korelasi antar variabel bebas (independen) atau tidak. 2. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda adalah alat untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen (x) terhadap variabel dependen. Bentuk formulasi alat analisis statistik regresi linier berganda secara matematis (Jogiyanto, 2009:183) dapat dijabarkan sebagai berikut : NP = a + b1DPR + b2DYR + e Dimana: Y = NP X1 = DPR X2 = DYR a = konstanta (intercept) b1-b2 = koefisien regresi e = error atau sisa (residual) 3. Uji Hipotesis a. Uji-F (Uji Simultan) Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan, dengan prosedur sebagai berikut : - Apabila tingkat signifikan (sig) < 0,05 Ho diterima H1 ditolak - Apabila tingkat signifikan (sig) > 0,05 Ho ditolak H1 diterima b. Uji-t (Uji Parsial) Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variable independen terhadap variabel dependen dengan prosedur sebagai berikut : - Apabila tingkat signifikan (sig) < 0,05 Ho diterima H1 ditolak - Apabila tingkat signifikan (sig) > 0,05 Ho ditolak H1 diterima HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ketidakrelevanan a. Dividend Pay out Ratio Ratio pembayaran dividen merupakan ratio yang menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 11 Tabel 2. Dividend Pay out Ratio Perusahaan Otomotif dan Komponen Yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012 (dalam prosentase) No Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 1 Astra Internasional 38,32 33,47 13,24 37,55 11,90 2 Astra Otoparts 40,05 60,03 40,00 36,62 3 Gajah Tunggal 5,77 5,03 3,68 4 Nipress 5 Selamat Sempurna 157,39 97,53 52,64 98,49 365,33 Sumber : Data diolah, 2014 Dengan hasil Dividend Pay out Ratio yang diperlihatkan tersebut, peneliti mempunyai kesimpulan bahwa perusahaan otomotif dan komponennya melakukan kebijakan dividen yang fleksibel, artinya Kebijakan ini menetapkan besarnya dividend pay out ratio setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial perusahaan yang bersangkutan. Dari penjelasan tersebut diatas, apabila dikaitkan dengan teori ketidakrelevanan dividen menyatakan bahwa nilai sekarang dividen dimasa depan tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan waktu dan pembayaran dividen menurut kebijakan dividen, maka jelaskan bahwa PT. Nipress menganut teori tersebut, karena perusahaan ini selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2008-2012 dividend pay outnya cenderung tidak dibagikan. Jadi sebagai isyarat financial, dividen mempunyai dampak pada harga saham karena dividen tersebut memberikan informasi atau isyarat tentang profitabilitas perusahaan. Pada saat perusahaan mempunyai DPR yang stabil sepanjang waktu, kemudian perusahaan meningkatkan DPRnya, maka para investor percaya bahwa manajemen menunjukkan perubahan positif pada profitabilitas perusahaan yang diharapkan di waktu mendatang, jadi dividen digunakan oleh investor sebagai alat prediksi untuk prestasi perusahaan di masa mendatang. a. Dividend Yield Ratio Rasio Dividend Yield menyediakan perbandingan jumlah dividen dalam kaitannya dengan investasi yang dibutuhkan untuk membeli sahamnya. Dividend yield adalah rasio dividen per saham menjadi harga saham saat ini. Ini adalah ukuran dari berapa persen investor memperoleh penghasilan dalam bentuk dividen. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 12 Tabel 3. Dividend Yield Ratio Perusahaan Otomotif dan Komponen Yang Terdafari di BEI Tahun 2008-2012 (dalam prosentase) No Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 1 Astra Internasional 9,25 2,39 0,86 2,68 0,87 2 Astra Otoparts 8,40 10,40 4,24 3,09 3 Gajah Tunggal 3,53 0,52 0,33 4 Nipress 5 Selamat Sempurna - - - - - 15,38 12,00 5,14 11,03 5,20 Sumber : Data diolah, 2014 Dividend Yield Ratio yang diperlihatkan pada tabel 3., memperlihatkan bahwa prosentase ratio dari PT. Selamat Sempurna cukup tinggi dibandingkan dengan 4 perusahaan yang diteliti. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan harga saham yang rendah, maka perolehan dividend yield –nya cukup tinggi yang berarti jumlah dividen yang diperoleh oleh investor dapat dijadikan untuk investasi meningkatkan kemampuan untuk membeli saham perusahaan tersebut semakin tinggi, karena rasio dividend yield menyediakan perbandingan jumlah dividen dalam kaitannya dengan investasi yang dibutuhkan untuk membeli saham perusahaan tersebut. Nilai Perusahaan Tabel 4. Price Book Value Perusahaan Otomotif dan Komponen Yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012 (dalam prosentase) No Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 1 Astra Internasional 0,95 3,52 4,48 3,95 3,68 2 Astra Otoparts 1,83 1,38 2,79 2,78 2,73 3 Gajah Tunggal 1,69 0,55 2,27 2,36 1,58 4 Nipress 0,02 0,23 0,54 0,48 0,45 5 Selamat Sempurna 3,23 2,17 2,97 2,92 4,56 Sumber : Data diolah, 2014 Dari tabel 4 tersebut diatas, dapate dikatakan bahwa nilai perusahaan PT. Nipress, Tbk cenderung rendah dibandingkan dengan 4 perusahaan lainnya yang diteliti, karena nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Dengan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 13 hasil yang diperlihatkan pada tabel diatas dapat dikatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara kebijakan dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa titik-titik berada tidak jauh dari garis diagonal. Hal ini berarti bahwa model regresi tersebut sudah berdistribusi normal. 2. Uji Autokorelasi Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Program SPSS 17.0 diperoleh nilai Durbin–Watson sebesar 2,419 (lihat lampiran SPSS). Jika dibandingkan dengan nilai tabel Durbin–Watson angka tersebut terletak pada interval lebih dari 2,34 s/d 2,92 yang berarti tidak terdapat gejala autokorelasi karena nilai DW-nya tanpa kesimpulan. 3. Uji Heterokedastisitas Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan tidak terdapat pola yang jelas dari titik-titik tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya heteroskedastisitas, yang berarti bahwa tidak ada gangguan yang berarti dalam model regresi ini. 4. Uji Multikolinieritas Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan sebagai prediktor model regresi menunjukkan nilai VIF yang cukup kecil, dimana semuanya berada di bawah 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas, yang berarti bahwa semua variable tersebut dapat digunakan sebagai variabel yang saling independen. Pengujian Hipotesis Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Parsial Unstandardized Standardd Coefficient ized Coefficien Model ts B Std. Beta Error 1 (Constant) 3.315 0.342 Dividend Pay out Ratio -0.005 0.005 -0.185 Dividend Yield Ratio Sumber : Data diolah, 2014 -0.242 0.047 -0.990 t 9.695 -0.961 -5.150 Sig 0.10 0.43 6 0.03 6 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 14 Dari tabel 5., tersebut diatas hasil uji-t untuk variabel DPR diperoleh nilai thitung = -0.961 dengan tingkat signifikansi 0,436. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, ini berarti thitung > ttabel, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian maka, hipotesis pertama terbukti benar, artinya Dividend Pay out Ratio tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dari tabel tersebut diatas hasil uji-t untuk variabel DYR diperoleh nilai thitung = -5.150 dengan tingkat signifikansi 0,036. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, ni berarti thitung < ttabel, 0,036 < 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian maka, hipotesis yang menyatakan Dividend Yield Ratio berpengaruh terhadap Nilai perusahaan pada Perusahaan sub sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI yang artinya antara nilai perusahaan dan DYR bertolak belakang, dimana DYR naik nilai perusahaan turun. Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji-F) ANOVAb Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression 1.168 2 0.584 Residual 0.088 2 0.044 Total 1.256 4 F Sig. 13.288 0.070 Sumber : Hasil Perhitungan SPSS Pada tabel diatas, terlihat hasil uji F diperoleh nilai F hitung = 13,288 dengan tingkat signifikansi 0,070. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05. Ini berarti Fhitung > Ftabel, yang berarti H o ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua variable Dividend Pay out Ratio dan Dividend Yield Ratio secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Teori Ketidakrelevanan mengatakan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh nilai DPR maupun nilai DYR, hal ini terlihat dari hasil pengolahan data, dimana pada uji-t, menunjukkan DPR tidak ada hubungannya dengan nilai perusahaan. Bahkan nilai DYR menunjukkan pengaruh negative, artinya apabila nilai DYR-nya ditingkatkan akan menurunkan nilai perusahaan. Sementara untuk uji-F menunjukkan bahwa kedua variable DPR dan DYR tidak berpengaruh dan tidak mempunyai hubungan dengan nilai perusahaan (sesuai dengan teori ketidakrelevanan dividend dan hipotesis terbukti). Saran Sebaiknya periode pengamatan diperpanjang sehingga jumlah sampel yang ada lebih banyak sehingga memungkinkan dapat diambil kesimpulan yang lebih baik. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 15 DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, S. D. A. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogjakarta. Atmaja, L.S. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Andi. Yogjakarta. Brigham, E. F. dan Houston, J. F. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Fakhruddin, H. dan Darmadji, T. 2008. Pasar Modal di Indonesia (Pendekatan Tanya Jawab). Salemba Empat. Jakarta. Ghozali, I. 2009. Ekonometrika-Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Universitas Diponegoro, Semarang. Hadi, S. 2008, Mengolah Data Statistik Menggunakan Excel, Ekonisia UII, Yogyakarta. Hanafi, M. M. dan Halim, A. 2009. Analisis Laporan Keuangan Edisi 4. AMP YKPN. Yogjakarta. Harmono, 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecard, Pendekatan Teori, Kasus dan Riset Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta Husnan, S. 2008. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogjakarta. Joenistianto, S. 2010, Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Return Saham (Suatu Pengujian Efisiensi Pasar pada BEJ), Tesis Pascasarjana, MM UGM, Yogyakarta Jogiyanto, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE UGM, Yogyakarta. Juniarti 2009. Penggunaan Economic Value Added (EVA) dan Tobin‟S Q Sebagai Alat Ukur Kinerja Finansial Perusahaan di Industri Food And Beverage Yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S1, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar. Keon, A. J., Scott, D. F. Jr., Martin, J. D., dan Petty, W. J. 2008. Dasar-dasar manajemen keuangan. Salemba Empat. Jakarta Murhadi, W. R. 2009. Studi Kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya Terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 16 Simamora, H. 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta. Singarimbun, M. dan Sofian, E. 2007. Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta. Subramanyam, K. R. dan Wild, J. J. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Suliyanto, 2011. Ekonometrika Terapan. Andi. Yogjakarta. Susanti, R. 2010. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Nilai Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, edisi ketiga, Penerbit Bayu Media, Jakarta.